Anda di halaman 1dari 123

MAKALAH FARMASI INDUSTRI

TABLET BAHAN ALAM


PRODUKSI PT. OBTRASIO

OLEH:
KELOMPOK II (KELAS B)

MUH. ADNAN MUSLIM (N014172039) NUR HASANAH SAMULI (N014172737)

ASYARI AL HUTAMA (N014172041) GABRIELLA NATHASYA TAROREH (N014172781)

JOSHUA CHRISTIAN PENGGELE (N014172022) HIKMAR RAVENSYAH (N014172756)

AZAN JAYA (N014172028) DARNI D. MONOARFA (N014172743)

AGNES PARADIBA (N014172031) ALCE RAHAYU ROMBE RARU’ (N014172746)

SUARNY (N014172032) A.TENRI AMULA (N014172744)

MUSFIRA DEWY SUARDI (N014172024) YESTIN WILHELMINA TASIABE (N014172747)

NIKMAWATI (N014172763) NURFAISAH (N014172741)

NURHIKMA SARI (N014172760) ARMANSYAH (N014172767)

WA ODE NOVITRIANI (N014172738) KEMAL (N014172780)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2018
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang

Tingkat kesadaran masyarakat dalam menggunakan obat yang

meningkat dan didukung dengan menguatnya daya beli masyarakat

menyebabkan dampak positif bagi industri farmasi di Indonesia.

Salah satu komponen kesehatan yang sangat penting adalah

tersedianya obat sebagai bagian dari pelayanan kesehatan. Berdasarkan

undang-undang RI No.36 tahun 2009 pasal 56 salah satu sarana kesehatan

adalah pabrik obat atau pabrik farmasi

Menurut Permenkes Nomor 1799 tahun 2010, industri farmasi adalah

badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan

kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Aspek pekerjaan kefarmasian

berkatian dengan pemenuhan standar dan persyaratan keamanan, mutu

dan manfaat sediaan farmasi.

Dalam proses pembuatan obat atau bahan obat industri farmasi harus

memiliki izin badan usaha dari Menteri Kesehatan RI. Selain itu industri

farmasi haruslah memastikan mutu dan kualitas dari sediaan hasil

produksinya. Hal tersebut dilakukan dengan memacu pada CPOB (Cara

Pembuatan Obat yang Baik) dan CPOTB (Cara Pembuatan Obat

Tradisional yang Baik) untuk penggunaan bahan alam.

Berdasarakan bahan asal bahannya industri dibagi atas industri obat

sintetik dan industri obat tradisional. Peredaran obat sintetik sangat pesat

terjadi di indonesia dan begitupun untuk obat tradisional semakin hari


semakin banyak ditemukan pemasarannya. Perkembangan ini telah

mendorong pertumbuhan usaha di bidang obat tradisional. Bersamaan

dengan itu upaya pemanfaatan obat tradisional dalam pelayanan

kesehatan terus digalakkan melalui berbagai uji mulai dari uji pra klinik

(Obat Herbal Terstandar) hingga ke arah perkembangan fitofarmaka.

Pengelolaan industri farmasi obat tradisional dilakukan melalui suatu

sistem kerja yang diciptakan dan terus dikembangkan untuk memperoleh

standar mutu tertentu yang berdampak optimalisasi aktivitas berbagai

bidang. Salah satunya adalah PT. Obtrasio yang terletak di Bandung,

dimana seluruh fasilitas yang digunakan dalam kegiatan produksi telah

disesuaikan dengan standar CPOTB yang berlaku. Setiap proses mulai dari

penyediaan bahan baku hingga produk jadi yang terdistribusikan kepada

PBF mengacu pada pemenuhan standar CPOTB.

PT. OBTRASIO telah memproduksi beberapa produk sediaan farmasi,

salah satunya adalah Tablet Phllantus niruri. Sediaan ini mengandung

Ekstran phllantus Nyruri yang digunakan sebagai bahan aktif dari sediaan

tersebut. Tablet ini mempunyai khasiat sebagai immunomodulator.


BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

II.1 Profil Perusahaan

II.1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

PT. Obtrasio merupakan industri pembuatan sediaan farmasi yang

didirikan pada tanggal 06 Juni 2006, oleh Dr. Muh. Adnan Muslim, S.Si.,

M.SI., Apt. Terletak di Bandung Jawa Barat. Dalam proses

perkembangannya PT.Obrasio telah menghasilkan berbagai produk yang

mampu bersaing dipasaran dengan daya saing tinggi, membangun merek-

merek produk yang unggul dan menjangkau pasar dalam negeri.

PT.Obrasio menjadi perusahaan produk kesehatan serta nutrisi yang

terintegrasi dengan daya inovasi, strategi pemasaran, pengembangan

merek, distribusi, kekuatan keuangan, keahlian riset dan pengembangan

serta produksi yang sulit ditandingi dalam mewujudkan Mengembangkan

produk obat herbal yang berkualitas, bermutu dan terjangkau oleh

masyarakat

Dari segi produk PT.Obrasio terus mengembangkan hasil produknya

sehingga menjadi salah satu perusahaan obat tradisional terdepan di

Indonesia, baik untuk kategori obat yang diresepkan (Ethical) atau obat

yang dijual bebas (OTC/Over The Counter). Di tengah maraknya

persaingan dengan perusahaan lainnya, PT.Obrasio melakukan langkah

jitu dalam menghadapi persaingan dan pengembangan usaha. Untuk


produk-produk yang diluncurkan, PT.Obrasio selalu meluncurkan produk-

produk yang inovatif dan relatif memiliki keunggulan para kompetitor.

II.1.2 Logo Perusahaan

PT. Obtrasio

BANDUNG - INDONESIA

PT. Obtrasio merupakan singkatan dari Obat tradisional Indonesia

Oke. Warna dari huruf yaitu hijau yang melambangkan alami, tangan yang

berarti keikhlasan, tumbuhan yang berlatar belakang peta indonesia

menunjukkan pemanfaatan keanekaragaman hayati terutama tumbuhan

sebagai obat tradisional di indonesia yang dapat dikonsumsi oleh

masyarakat lokal maupun global.

II.1.3 Visi

Adapun yang menjadi visi perusahaan kami adalah menjadi

produsen industri obat tradisional yang memberikan manfaat dan menjadi

perusahaan farmasi terdepan yang menghasilkan produk produk kreatif,

inovatif dalam meningkatkan kualitas kehidupan yang lebih baik.

II.1.4 Misi

Adapun yang menjadi Misi perusahaan kami adalah:

 Mengembangkan produk obat herbal yang berkualitas, bermutu

dan terjangkau oleh masyarakat


 Menjadikan obat herbal sebagai pilihan utama dalam pengobatan

saat ini yang berdampingan sejajar dengan obat kimia

konvensional
SERTIFIKAT YANG PERNAH DIDAPATKAN

BANDUNG_INDONESIA

TABLET EFFEVESCENT
BAB III

STRUKTUR DAN FUNGSI ORGANISASI

Dalam sebuah industri farmasi, personil memegang peranan yang

sangat penting dalam pengelolaannya. Personil kunci antara lain RND,

PPIC, Produksi, Quality Control (QC), Quality Assurance (QA). Berikut ini

adalah struktur organisasi industri obat tradisional PT.Obtrasio.

1. DIREKTUR

Tugas wewenang serta tanggung jawab direktur adalah:

a. Menentukan kebijakan tertinggi perusahaan.

b. Bertanggung jawab terhadap keuntungan dan kerugian

perusahaan.

c. Mengangkat dan memberhentikan karyawan perusahaan.

d. Memelihara dan mengawasi kekayaan peseroaan terbatas.

e. Bertanggung jawab dalam memimpin dan membina perusahaan

secara efektif dan efesien.


f. Mewakili perusahaan, mengadakan perjanjian-perjanjian,

merencanakan dan mengawasi pelaksanaan tugas personalia

yang bekerja pada perusahaan.

g. Menyusun dan melaksanakan kebijakan umum pabrik sesuai

dengan kebijakan RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham).

Menetapkan besarnya dividen perusahaan untuk pemegang saham.

2. PLAN MANGER
Perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi,

membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana

aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting dari

semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain

pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan tak akan dapat berjalan.

Perencanaan memiliki beberapa tujuan, yaitu :

Tujuan pertama adalah untuk memberikan pengarahan baik untuk

manajer maupun karyawan nonmanajerial. Dengan rencana, karyawan

dapat mengetahui apa yang harus mereka capai, dengan siapa mereka

harus bekerja sama, dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan

organisasi. Tanpa rencana, departemen dan individual mungkin akan

bekerja sendiri-sendiri secara serampangan, sehingga kerja organisasi

kurang efesien.

Tujuan kedua adalah untuk mengurangi ketidakpastian. Ketika

seorang manajer membuat rencana, ia dipaksa untuk melihat jauh ke

depan, meramalkan perubahan, memperkirakan efek dari perubahan

tersebut, dan menyusun rencana untuk menghadapinya.


Tujuan ketiga adalah untuk meminimalisir pemborosan. Dengan kerja

yang terarah dan terencana, karyawan dapat bekerja lebih efesien dan

mengurangi pemborosan. Selain itu, dengan rencana, seorang manajer

juga dapat mengidentifikasi dan menghapus hal-hal yang dapat

menimbulkan inefesiensi dalam perusahaan Tujuan yang terakhir adalah

untuk menetapkan tujuan dan standar yang digunakan dalam fungsi

selanjutnya, yaitu proses pengontrolan dan pengevaluasian. Proses

pengevaluasian atau evaluating adalah proses membandingkan rencana

dengan kenyataan yang ada. Tanpa adanya rencana, manajer tidak akan

dapat menilai kinerja perusahaan.

Tugas dari plan manager yaitu :

 Mengawasi kinerja dan menerima laporan pertanggungjawaban dari

seluruh divisi perusahaan.

 Melakukan evaluasi kinerja masing-masing divisi dalam perusahaan,

dalam hal ini Technic Manager, Reserach and Development (RnD),

PPIC, Quality Control, dan Production Manager.

 Mempertanggungjawabkan hasil kerja setiap divisi kepada Direktur.

Mengkoordinasikan secara tidak langsung dengan QA.

3. HRD

Departemen umum dan personalia dikepalai oleh seorang HRD.

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya HRD berkoordinasi dengan

HRD & GA Manager Head Office. Tugas dan fungsi HRD berkaitan

dengan pengembangan manajemen organisasi (organization


management development). Departemen ini memiliki beberapa tugas

diantaranya:

1. Recruitment management yaitu merekrut karyawan yang sesuai

dengan kebutuhan pabrik.

2. Man Power Planning, berkaitan dengan pemberdayaan karyawan.

3. Performance management, berkaitan dengan penilaian karyawan

yang di dasarkan pada kinerja, absensi, dan kepemimpinan.

4. Employee and Industrial Relation, terkait dengan hubungan kerja antar

karyawan, penanganan sumber daya manusia, dan kesejahteraan

karyawan di pabrik agar selalu berada dalam iklim kerja yang baik.

5. People development melalui training Activities, berkaitan dengan

pelatihan dan pendidikan yang diperlukan bagi karyawan.

6. Personel Management, terkait dengan status kepegawaian.

7. Termination management, yaitu proses pembinaan terhadap

karyawan jika belum bisa mencapai target setelah diberi berbagai

macam training.

8. Reward management, terkait dengan pemberian penghargaan

terhadap karyawan.

9. Company Social Reponsibility, terkait dengan tanggung jawab dari

industri terhadap penduduk sekitar. Program yang dilaksanakan

antara lain adalah pemberian beasiswa serta mengatur program

Bapak Asuh bagi karyawan yang bersedia tergabung di dalamnya.


10.External Affairs, berkaitan dengan membina hubungan baik dengan

berbagai pihak luar pabrik dan lingkungan sekitar.

11.Security, Canteen, Laundry, Office Boy / Cleaning Service,

bertanggung jawab atas keamanan wilayah pabrik, makan dan minum

karyawan, kebersihan pakaian kerja, serta kebersihan seluruh

lingkungan pabrik.

12. Licenses, terkait dengan berbagai urusan dokumentasi dan perizinan

perusahaan.

Karakteristik perusahaan kami, yaitu :

a. Pegawai :

- Pria/wanita WNI

- Usia 21-45 tahun

- Sudah dinyatakan lulus D3/ S1/ Apoteker sesuai dengan

kebutuhan setiap divisi

- Sehat fisik dan psikis

- Mampu berbahasa inggris

b. Diseleksi ketat dengan dengan beberapa tes

- Seleksi berkas

- Verifikasi pelamar dan wawancara dengan bagian HRD

- Psikotest

- Tes kemampuan teknis dan wawancara dengan kepala divisi

sesuai bagian yang ingin dilamar

- Tes kesehatan
c. Training program :

- Awal : 3 bulan full sebagai training

- Kerja I : 1 tahun sebagai karyawan kontrak

- Kerja II : Sebagai pekerja full, training tiap 6 bulan

- Training akan mencakup teori dan pelaksanaan CPOB , konsep

pemastian mutu, tugas-tugas khusus (sesuai dengan bidang

masing-masing) dan higienitas personil.

d. Gaji dan bonus akan diberikan pada setiap akhir bulan ke rekening

karyawan masing-masing

Untuk kelancaran dan keberhasilan proses produksi dalam

suatu perusahaan, peranan tenaga kerja merupakan faktor yang

sangat vital dan sangat menentukan dari segi kulitas dan kuantitas

produksinya. Beberapa kebijakan PT. Obtrasio yang berkaitan

dengan personalia adalah :

a) Disiplin kerja

Disiplin kerja merupakan faktor yang sangat menentukan dan

kunci keberhasilan dalam mencapai tujuan perusahaan. Beberapa

peraturan tentang tata tertib perusahaan antara lain :

1. Karyawan yang memasuki lokasi perusahaan memakai

tanda pengenal berupa name tag yang telah ditentukan

perusahaan.

2. Karyawan dilarang merokok di seluruh area perusahaan

kecuali di tempat khusus merokok yang telah disediakan.


3. Karyawan yang datang terlambat akan mendapatkan

teguran atau peringatan dari kepala bagiannya masing-

masing dan keterlambatan yang sering dilkukan karyawan

akan mendapat-kan sanksi dari perusahaan sesuai dengan

peraturan yang di tetapkan.

4. Karyawan harus memenuhi peraturan tata kerja yang telah

ditentukan oleh kepala bagiannya masing-masing.

5. Kendaraan yang masuk ke area perusahaan harus sudah

lulus uji emisi.

b) Jam kerja karyawan

Waktu kerja karyawan atau tenaga kerja di PT.Obtrasio

memiliki jam kerja yang telah ditentukan yaitu hari kerja karyawan

antara senin sampai jumat dari pukul 08.00-16.00 WIB dengan waktu

istirahat pukul 12.00-13.00 WIB dan untuk hari jumat 11.30-13.00

WIB dan untuk karyawan yang mendapat tugas menjaga sumber-

sumber energi yang harus diopersikan selama 24 jam, dilakukan

secara bergilir setiap 24 jam 2 kali menurut daftar jaga masing-

masing. Karyawan yang sudah mendapat giliran jaga maka akan

mendapat libur selama satu hari pada esok harinya.

c) Pelatihan karyawan

Tujuan dilkukannya pelatihan agar setiap karyawan

mempunyai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan sesuai

pekerjaanya serta mengerti tentang prinsip-prinsip CPOB/GMP,


Lingkungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), serta sistem

dokumentasi (SOP, spesifikasi, formula induk, pedoman protokol),

serta perkembanganya. Program pelatihan dibuat untuk membekali

karyawan baru yang akan bekerja di unit tertentu, untuk

mengevaluasi pemahaman, penyegaran, menambah wawasan dan

pengetahuan seluruh karyawan termasuk karyawan tetap, karyawan

harian, karyawan kontrak yang dapat mempengaruhi manajemen

mutu produk, lingkungan dan kesehatan sesuai dengan tujuan dan

sasaran perusahaan.

d) Pemantauan kesehatan karyawan

Merupakan suatu kegiatan yang bertujuan sebagai petunjuk

pemantauan kesehatan untuk mengeliminasi potensi sumber

kontaminasi yang berasal dari karywan/tamu dari hal-hal yang

membahayakan selama berada di PT.Obtrasio . Pemantauan

kesehatan karyawan meliputi :

1. Syarat kesehatan karyawan

2. Karyawan yang bekerja di daerah produksi baik di ruang

berkelas maupun general area harus memenuhi syarat yang

ditetapkan.

3. Pemeriksaan kesehatan berkala yang dilakukan tergantung

pada tempat dimana karyawan tersebut bekerja dan apa yang

akan dihadapinya.
4. Pemeriksaan kesehatan khusus bagi visual inspektor berupa

pemeriksaan tajam penglihatan dilakukan minimal setiap

enam bulan sekali (pemeriksaan visus).

5. Tiap karyawan wajib melapor mengenai kondisi

kesehatannya, baik akibat sakit maupun akibat kecelakaan

kerja kepada atasannya untuk selanjutnya dilakukan

pemeriksaan ke poliklinik oleh dokter perusahaan.

6. Karyawan yang dinyatakan sakit berat oleh dokter atau cukup

infeksius atau memiliki luka terbuka yang dapat

mempengaruhi kualitas produk, tidak dapat memasuki general

area dan ruang berkelas. Karyawan tersebut juga tidak

diperbolehkan menangani bahan baku, bahan kemasan

bahan dalam proses dan prodik sampai dinyatakan sembuh.

7. Setiap karyawan wajib menerapkan higiene dan sanitasi yang

baik pada setiap aspek di lingkungan PT. Obtrasio.

Pemeriksaan kesehatan khusus bagi karyawan yang memiliki resiko

bising dilakukan pemeriksaan audiometri dan pelaksanaannya dilakukan

minimal setiap satu tahun sekali.


4. MARKETING MANAGER
a. Finance Manager (Manager Keuangan)

Manajemen keuangan merupakan bidang keuangan yang

menerapkan prinsip-prinsip keuangan dalam suatu organisasi perusahaan

untuk menciptakan dan mempertahankan nilai melalui pengambilan

keputusan dan pengelolaan sumber daya yang tepat. Manajemen

keuangan merupakan manajamen fungsi keuangan yang terdiri atas

keputusan investasi pendanaan dan keputusan pengelolaan asset.

Tugas dan tanggung jawab:

1. Menyiapkan rencana-rencana keuangan dan rencana pengadaan

keuangan untuk pembiayaan proyek-proyek, proposal dan lain-lain.

2. Mengawasi penyelenggaraan, penerimaan, pengumpulan,

penyimpanan dan penyaluran dana melalui kas dan Bank sesuai

dengan ketentuan yang berlaku dalam perusahaan.

3. Menyusun laporan yang menggambarkan perputaran keuangan

pada kas dan bank.

4. Mengawasi pelaksanaan administrasi gaji dan upah termasuk

perhitungan pajak pendapatan pegawai.

5. Mencocokan semua akun bank baik di Bandung maupun di luar

Bandung yang masuk dalam lingkaran perusahaan.

6. Menyetorkan Pph 21 dan pajak lainnya dan melaporkan kepada

instansi pajak setiap bulannya sesuai kebutuhan.

7. Menganalisa jumlah sisa tagihan yang belum diterima dari

pemilik/pemberi proyek, baik tagihan progress maupun kebutuhan.


8. Menyiapkan invoice sesuai dengan work progress yang diterima

dari Proyek (Site Manager).

b. Marketing Manager (Manager Pemasaran)

Pemasaran atau marketing adalah suatu rangkaian kegiatan untuk

memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen. Caranya dengan membuat

produk, menentukan harganya, tempat penjualannya dan mempromosikan

produk tersebut kepada para konsumen.

Manajemen pemasaran dikelompokkan dalam empat aspek yang

sering dikenal dengan marketing mix atau bauran pemasaran. Menurut

Kotler & Armstrong (1997) bauran pemasaran (marketing mix) adalah

kumpulan alat pemasaran taktis terkendali yang dipadukan perusahaan

untuk menghasilkan respon yang diinginkannya di pasar sasaran. Kotler &

Armstrong (1997) mengemukakan bahwa pendekatan pemasaran 4P yaitu

product, price, place dan promotion sering berhasil untuk barang, tetapi

berbagai elemen tambahan memerlukan perhatian dan sistem distribusi.

Sedang Yazid (1999), menegaskan bahwa marketing mix untuk jasa terdiri

dari 7P, yakni: product (produk), price (harga), place (tempat), promotion

(promosi), people (orang), physical evidence (bukti fisik), dan process

(proses).

 Produk (Product)

Pengertian produk ( product ) menurut Kotler & Armstrong (1997)

adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepasar untuk mendapatkan

perhatian, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan


keinginan atau kebutuhan. Tingkatan Produk menurut Kotler & Armstrong

(1997) dalam merencanakan produk atau apa yang hendak ditawarkan ke

pasar, para pemasar perlu berpikir melalui lima tingkatan produk dalam

merencanakan penawaran pasar. Lima tingkatan produk tersebut terdiri

dari:

1) Manfaat Inti (core benefit) Yaitu jasa atau manfaat fundamental

yang benar-benar di beli oleh pelanggan. Misal: untuk obat-obatan

herbal, dimana konsumen membeli “jaminan penunjang

kesehatan”.

2) Produk dasar (basic product). Para pemasar harus mengubah

manfaat inti menjadi produk generik (generic product), yaitu versi

dasar dari produk tersebut. Dengan demikian sebuah obat-obatan

herbal akan terdiri dari komponen-komponen berkhasiat yang telah

diuji baik secara klinis maupun pra-klinis.

3) Produk yang diharapkan (expected product). Sekumpulan atribut

dan kondisi yang biasanya diharapkan dan disetujui oleh pembeli

ketika mereka membeli produk tersebut. Misal: konsumen

mengharapkan kualitas dan efek obat yang baik.

4) Produk yang ditingkatkan (augmented product). Layanan dan

manfaat tambahan yang membedakan penawaran perusahaan dari

penawaran pesaing. Misal: perusahaan obat-obatan herbal kami

melengkapi produk yang kami jual dengan menawarkan kemasan

yang praktis dan mudah dibawa-bawa bepergian serta adanya


layanan costumer care 1x24 jam yang cepat tanggap terhadap

pengaduan, kritik, serta saran dari konsumen.

5) Produk yang potensial (potensial product). Mencakup semua

peningkatan dan transformasi yang akhirnya akan dialami produk

tersebut dimasa depan.

 Harga (Price)

Tjiptono (2008) menyatakan bahwa harga dapat diungkapkan

dengan beberapa istilah, misalnya tarif, sewa, bunga, premium, komisi,

upah, gaji dan sebagainya. Disamping itu harga merupakan unsur bauran

yang bersifat fleksibel, artinya dapat diubah dengan cepat Kotler, (1997).

Sedangkan menurut Alma, (2003) produsen harus pandai menetapkan

kebijaksanaan harga, tinggi atau rendahnya harga yang ditetapkan harus

berpedoman pada :

a) Keadaan/kualitas barang,

b) Konsumen yang dituju, berpenghasilan tinggi, sedang, atau rendah,

konsumen perkotaan atau pedesaan,

c) Suasana pasar, apakah produknya baru dikenalkan ke pasar atau

produk menguasai pasar, produk sudah melekat dihati konsumen

atau banyak saingan.

3. Promosi (Promotion)

Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu

program pemasaran. Tjiptono (2008) mengungkapkan bahwa promosi

adalah semua kegiatan yang dimaksudkan untuk menyampaikan atau


mengkomunikasikan suatu produk kepada pasar sasaran, untuk

memberi informasi tentang keistimewaan, kegunaan dan yang paling

penting adalah tentang keberadaannya, untuk mengubah sikap ataupun

untuk mendorong orang-orang supaya bertindak.

Bauran Promosi pemasaran menurut Tjiptono (2008) terdiri dari

lima macam yaitu:

a) Personal Selling

Komunikasi langsung (tatap muka) antara penjual dan calon

pelanggan untuk memperkenalkan suatu produk kapada calon

pelanggan dan membentuk pemahaman pelanggan terhadap

produk sehingga mereka kemudian akan mencoba dan

membelinya.

b) Mass Selling

Merupakan pendekatan yang menggunakan media komunikasi

untuk menyampaikan informasi kepada khalayak ramai. Mass

Selling terdiri dari:

1) Periklanan

Iklan adalah bentuk komunikasi tidak langsung, yang didasari pada

informasi tentang keunggulan atau keuntungan suatu produk, yang

disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa

menyenangkan yang akan mengubah pikiran orang untuk membeli.

2) Publisitas
Publisitas adalah bentuk penyajian dan penyebaran ide barang dan

jasa secara non personal.

3) Sales Promotion

Sales promotion adalah bentuk persuasi langsung melalui

penggunaan berbagai insentif yang dapat diatur untuk merangsang

pembelian produk dengan segera atau meningkatkan jumlah

barang yang dibeli pelanggan.

4) Publik Relation

Publik relation merupakan upaya komunikasi menyeluruh dari suatu

organisasi untuk mempengaruhi persepsi, opini, keyakinan dan

sikap berbagai kelompok terhadap organisasi tersebut.

5) Direct Marketing

Direct marketing adalah sistem pemasaran yang bersifat interaktif

yang memanfaatkan satu atau beberapa media iklan untuk

menimbulkan respon yang terukur atau transaksi di sembarang

lokasi.

Menurut Kotler & Amstrong (1997) faktor-faktor yang

mempengaruhi pengembangan bauran promosi yaitu:

a) Tipe Produk atau Pasar

Perbedaan alat promosi bervariasi antara pasar konsumen dan

pasar industri. Perusahaan barang konsumen biasanya

mengalokasikan lebih banyak dana untuk iklan, menyusul promosi

penjualan, penjualan perorangan, dan hubungan dengan


masyarakat. Sebaliknya perusahaan barang industri menyediakan

dana lebih banyak untuk penjualan perorangan diikuti dengan

promosi penjualan, iklan, dan hubungan dengan masyarakat.

b) Strategi Dorong dan Tarik

Strategi dorong merupakan strategi promosi yang menggunakan

tenaga penjual dan promosi perdagangan untuk mendorong produk

lewat saluran distribusi. Sedangkan strategi tarik adalah strategi

promosi yang menggunakan banyak biaya untuk periklanan dan

promosi konsumen demi memupuk permintaan konsumen.

c) Tahap Kesiapan Pembeli

Pengaruh dari alat promosi bervariasi untuk tahap kesiapan

pembeli yang berbeda. Iklan, bersama dengan hubungan

masyarakat, lebih memegang peran utama dalam tahap kesadaran

dan pengetahuan, ketimbang peran ”kunjungan mendadak” dari

tenaga penjual.

d) Tahap Daur Hidup produk

Pengaruh dari alat promosi yang berbeda juga bervariasi sesuai

dengan tahap daur hidup produk. Tahap pengenalan, iklan dan

hubungan masyarakat baik untuk menghasilkan kesadaran tinggi,

promosi penjualan bermanfaat untuk mempromosikan penjualan

awal. Tahap pertumbuhan, iklan dan hubungan masyarakat terus

memberikan pengaruh kuat, sedangkan promosi penjualan dapat


dikurangi. Tahap dewasa, promosi penjualan menjadi relatif penting

dibandingkan dengan iklan.

 Tempat (Place)

Place (Tempat) menurut Alma, (2003) berarti kemana tempat/lokasi

yang dituju, bagaimana saluran distribusinya, berapa banyak saluran,

dan kondisi para penyalur yang diperlukan.

Menurut Kotler (1997) saluran pemasaran melaksanakan tugas

memindahkan barang dari produsen ke konsumen. Hal ini mengatasi

kesenjangan waktu, tempat dan pemilihan yang memisahkan barang dan

jasa dari orang-orang yang membutuhkan atau menginginkannya. Kotler

(1997) mengungkapkan bahwa anggota saluran pemasaran

melaksanakan sejumlah fungsi utama:

a. Informasi, yaitu pengumpulan dan penyebaran informasi

pemasaran mengenai pelanggan, pesaing, serta pelaku dan

kekuatan lain yang ada saat ini maupun yang potensial dalam

lingkup pemasaran.

b. Promosi, yaitu pengembangan dan penyebaran komunikasi

persuasif yang dirancang utnuk menarik pelanggan pada

penawaran tersebut.

c. Negosiasi, yaitu usaha untuk mencapai persetujuan akhir mengenai

harga dan syarat lain sehingga transfer kepemilikan dapat

dilakukan.
d. Pemesanan, yaitu komunikasi dari para anggota saluran

pemasaran ke produsen mengenai minat untuk membeli.

e. Pembiayaan, yaitu perolehan dan pengalokasian dana yang

dibutuhkan untuk membiayai persediaan pada berbagai tingkat

saluran pemasaran.

f. Pengambilan resiko, yaitu penanggungan resiko yang berhubungan

dengan pelaksanaan fungsi saluran pemasaran tersebut.

g. Pemilihan fisik, yaitu kesinambungan penyimpanan dan penggerak

produk fisik dari bahan mentah sampai ke pelanggan akhir.

h. Pembayaran, yaitu pembeli membayar tagihan ke penjual lewat

bank dan institusi keuangan lainnya.

i. Hak milik, yaitu transfer kepemilikan sebenarnya dari satu

organisasi atau orang ke organisasi atau orang yang lain

 Orang (People)

Hurriyati (2005) mengungkapkan bahwa orang (people) adalah

semua pelaku yang memainkan peranan dalam penyajian jasa sehingga

dapat mempengaruhi persepsi pembeli. Elemen-elemen dari people

adalah pegawai perusahaan, konsumen dan konsumen lain dalam

lingkungan jasa. Semua sikap dan tindakan karyawan, bahkan cara

berpakaian karyawan dan penampilan karyawan mempunyai pengaruh

terhadap persepsi konsumen atau keberhasilan penyampaian jasa

(service encounter). Hurriyati (2005) elemen dari people ini memiliki 2

aspek yaitu:
a) Service People

Untuk organisasi jasa, service people biasanya memegang jabatan

ganda, yaitu mengadakan jasa dan menjual jasa tersebut. Melalui

pelayanan yang baik, cepat, ramah, teliti dan akurat dapat

menciptakan kepuasan dan kesetiaan pelanggan terhadap

perusahaan yang akhirnya akan meningkatkan nama baik

perusahaan.

b) Customer

Faktor lain yang mempengaruhi adalah hubungan yang ada

diantara para pelanggan. Pelanggan dapat memberikan persepsi

kepada nasabah lain, tentang kualitas jasa yang pernah didapatnya

dari perusahaan. Keberhasilan dari perusahaan jasa berkaitan erat

dengan seleksi, pelatihan, motivasi dan manajemen dari sumber

daya manusia.

 Sarana fisik (Physical Evidence)

Lovelock dalam Tjiptono (2008) mengemukakan bahwa

perusahaan melalui tenaga pemasarnya menggunakan tiga cara dalam

mengelola bukti fisik yang strategis, yaitu sebagai berikut:

a. An Attention-Creating Medium

Perusahaan jasa melakukan differensiansi dengan pesaing dan

membuat sarana fisik semenarik mungkin untuk menjaring

pelanggan dari target pasar.

b. As a Message-Creating Medium
Menggunakan simbol atau isyarat untuk mengkomunikasikan

secara insentif kepada audiens mengenai kekhususan kualitas dari

produk jasa.

c. An Effect-Creating Medium

Baju seragam yang berwarna, bercorak, suara dan desain untuk

menciptakan sesuatu yang lain dari produk jasa yang ditawarkan.

 Proses (Process)

Alma (2003) menyatakan bahwa proses terjadi di luar pandangan

konsumen. Konsumen tidak mengetahui bagaimana proses yang terjadi,

yang penting jasa yang dia terima harus memuaskan. Proses terjadi

berkat dukungan karyawan dan tim manajemen yang mengatur semua

proses agar berjalan dengan lancar. Proses penyampaian jasa sangat

signifikan dalam menunjang keberhasilan pemasaran jasa pendidikan

dan juga memberikan kepuasan kepada peserta pelatihan.


5. RND

I. Rancangan Formula

Tiap 1,5 gram yang sesuai sediaan mengandung :

Ekstrak Meniran 50 mg

Asam Sitrat 8,1 %

Asam Tartrat 12,6 %

Natrium Bikarbonat 24,3 %

Magnesium stearat 0,1%

Sakarin 0,6 %

PVP 0,5 %

Laktosa ad 100 %

II. Rencana Desain sediaan

Rencana Nomor registrasi :

Rencana Nomor Batch :

Rencana Klaim Etiket :

Rencana Bahan Kemas Primer :

Rencana Bahan Kemas Sekunder :

Rencana Bahan Label/Etiket :

Rencana Bahan Leaflet/Brosur :

Rencana Khasiat Sediaan : Sebagai Imunomodulator

III. Dasar Formulasi

III.1 Dasar Pembuatan Sediaan, Metode dan Sistem

1. Tablet effervescent merupakan tablet berbuih yang dibuat


dengan cara kompresi granul yang mengandung garam
effervescent atau bahan-bahan lain yang mampu
melepaskan gas ketika bercampur dengan air (Ansel, 1989).
Reaksi yang terjadi pada pelarutan effervescent adalah
reaksi antara senyawa asam dan senyawa karbonat untuk
menghasilkan gas CO2. CO2 yang terbentuk dapat
memberikan rasa segar, sehingga rasa getir dapat tertutupi
dengan adanya CO2 dan pemanis (Juniawan, 2004).
2. Pemilihan tablet effervescent untuk sediaan karena tablet
effervescent memiliki kelebihan dalam hal ketepatan dosis,
stabilitas dan kepraktisannya. Keuntungan lain adalah
kemungkinan penyiapan larutan dalam waktu seketika yang
mengandung dosis obat yang tepat (Banker dan Anderson,
1994). Tablet effervescent lebih praktis dan mudah
digunakan (Lieberman, et al, 1989).
3. Tablet effervescent merupakan tablet yang digunakan untuk
membuat minuman ringan secara praktis. Kepraktisannya
adalah tablet dapat melarutkan sendiri dengan adanya Gas
CO2 untuk membantu proses pelarutan. Bentuk sediaan
seperti ini dapat meningkatkan tingkat kesukaan produk dan
mempengaruhi aspek psikologis konsumen. Disamping itu,
kesannya sebagai obat juga akan berkurang karena rasanya
yang dapat menutupi rasa pahit sehingga dapat menarik
minat konsumen yang tidak suka mengkonsumsi obat-
obatan.
4. Sediaan effervescent penggunaannya lebih praktis, mudah
dan lebih menyenangkan dalam penyediaan bila
dibandingkan dengan bentuk sediaan obat lainnya (Mhorle,
1989). Salah satu keuntungan tablet effervescent dapat
diberikan pada pasien yang sulit menelan kapsul atau tablet
(Linberg et al, 1992). Gas karbondioksida yang terbentuk
memberikan efek sparkle (seperti soda) dan mempermudah
proses pelarutan zat aktif (Kusnadhi, 2003).
3. III.2 Dasar Pemilihan Bahan aktif

Meniran adalah Herba yang berasal dari genus Phyllanthus


dengan nama Ilmiah Phyllanthus niruri L. Ekstrak Meniran
dilaporkan memiliki khasiat Imunomodulator yang dapat
mendukung kinerja sistem kekebalan tubuh tetap optimal.
Perannya adalah membuat sistem kekebalan tubuh lebih aktif
dalam menjalankan fungsinya sebagai penguat sistem
kekebalan tubuh (Imunostimulator). Selain itu, menekan sistem
kekebalan yang berlebihan ( Imunosupresan) sehingga
kekebalan atau daya tahan tubuh selalu optimal dalam
menjaga tubuh agar tetap siaga dan kuat ketika diserang virus,
bakteri, atau mikroba lainnya, karena ekstrak meniran
mengandung flavonoid. Flavonoid merupakan kelompok
heterogen dari tanaman polifenol, memiliki aktivitas biologi,
termasuk immunomodulasi dan antioksidan (Herdiana, 2007).
Jenis flavonoid ekstrak tanaman meniran yang memberikan
efek immunomodulator adalah astragalin (Suhirman dan
Winarti, 2010).

III.3 Dasar Pemilihan Bahan Tambahan

a. Asam Sitrat
Asam sitrat bentuk anhidrat atau monohidrat merupakan
hablur bening, tidak berwarna atau serbuk hablur granul
sampai halus, putih, tidak berwarna, tidak berbau, memiliki
rasa sangat asam, sangat mudah larut dalam air, larut dalam
etanol, agak sukar larut dalam eter dan bersifat higroskopis.
Pada kelebaban relatif antara 65% -75% asam sitrat
menyerap kelembaban (DEPKES RI 1995), asam sitrat
memiliki titik leleh hingga 100% dan akan meleleh pada suhu
75oC. Asam sitrat berfungsi sebagai sumber asam pada
tablet effervescent.
b. Asam Tartrat
Asam tartrat memiliki bentuk hablur, tidak berwarna atau
bening atau serbuk hablur halus sampai granul, warna putih
tidak berbau, rasa asam dalam bentuk asam tartrat stabil di
udara. Asam tartrat sangat mudah larut dalam air, larut
dalam metanol dan etanol, praktis tidak larut dalam
kloroform dan eter (Departemen Kesehatan RI, 1995).
Asam tartrat memiliki titik leleh antara 168oC-170oC. Pada
formulasi tablet effervescent asam tartrat biasanya
digunakan sebagai sumber asam bersama asam sitrat.
Asam tartrat bersifat lebih higroskopis dibandingkan asam
sitrat (Rowe, Sheskey, dan Quinn, 2009).
c. Natrium Bikarbonat
Natrium bikarbonat berupa hablur tidak berwarna atau
serbuk hablur putih. Mudah larut dalam air, lebih mudah
larut dalam air mendidih. Natrium bikarbonat ini
menghasilkan rasa yang enak dan segar karena
mengandung karbonat yanga dapat menghasilkan gas CO2
serta membantu memperbaiki rasa beberapa obat tertentu
(Allen,2002). Selain sebagai sumber karbon dioksida,
natrium bikarbonat dalam formulasi effervescent juga
berfungsi sebagai penstabil karena kemampuannya
mengabsorbsi lembab yang dapat menginisiasi reaksi
effervescent (Lachman et al;1986).
d. Magnesium Stearat
1. Garam magnesium, kalsium dan seng dari asam
stearat adalah bahan pelicin yang paling efisien yang
paling umum digunakan. Konsentrasi efektif yang
digunakan adalah 1% atau kurang, karena
bagaimanapun bahan-bahan tersebut tidak larut air
sehingga dapat menghalangi hancurnya tablet dan
menghasilkan larutan yang tidak jernih (Mohrle,1989).
Mg stearat (C36H70MgO4) banyak digunakan sebagai
bahan pelicindalam proses pembuatan tablet dan lebih
efisien karena dengan jumlah yang sangat sedikit
sudah cukup untum memperbaiki waktu alir
serbuk/granul.
2. Zat pelincir yang paling banyak dipakai yaitu talk, asam
stearat, garam stearat dan derivatnya.bentuk garam
yang paling banyak dipakai adalah kalsium dan
magnesium stearat (Banker dan Anderson,
1994).magnesium stearat merupakan salah satu zat
pelincir yang dgunakan dalam tablet. Anti rekat atau
pelincir yaitu zat yang meningkatkan aliran bahan
memasuki cetakan tablet serta membuat tablet menjadi
lebih bagus dan mengkilat (Lieberman et al, 1989).
e. Natrium Sakarin
1. Pemberi rasa pada sediaan Farmasi digunakan untuk
bentuk-bentuk sediaan cair. Seluruh pengecap rasa
dimulut berlokasi pada lidah dan mengadakan respon
yang cepat terhadap sediaan yang diminum. Obat
dalam bentuk cair berhubungan langsung dengan
pengecap rasa. Penambahan zat pemanis rasa
kedalam sediaan obat dimaksudkan untuk
menyembunyikan rasa obat yang tidak disukai.
Pemanis yang biasa digunakan adalah sakarin,
sukrosa dan aspartam (Ansel, 1989). Bahan pemanis
buatan yang disarankan dalam tablet effervescent
adalah sakarin atau bentuk garam natrium dan
kalsiumnya dan aspartam Linberg et al 1992).
Konsentrasi Natrium Sakarin sebagai pemanis yang
umum digunakan adalah 0,075-0,6% (Allen, 2002).
2. Natrium sakarin adalah agen pemanis intensif yang
digunakan dalam minuman, produk makanan,
memformulasi farmasi seperti tablet, serbuk, jel,
suspensi, cairan, dan obat kumur. Natrium sakarin jauh
lebih mudah larut dalam air dari pada sakarin, dan lebih
sering digunakan dalam formulasi farmasi. Natrium
sakarin meningkatkan sistem rasa dan dapat
digunakan untuk menutupi karakteristik rasa yang tidak
enak (Rowe et al, 2009).
f. PVP (Polivinil Pirolidone)
1. PVP merupakan hasil polimerasi 1-vinyl-2pyrolidinone.
Dalam bentuk polimer PVP dengan rumus molekul
(C6H9NO)n, bobot molekul berkisar antara 2500-
3.000.000. pemerian PVP berupa serbuk putih atau putih
kekuningan, berbau lemah atau tidak berbau,
higroskopis. PVP mudah larut dalam air, ethanol (95%)p,
kloroform p, keton, metanol. Prakis tidak larut dalam eter
hidrokarbon dan mineral oil selain sebagai bahan
pengikat pada pembuatan tablet, PVP juga dapat
digunakan sebagai agen pensuspensi meningkatkan
disolusi, meningkatkan kelarutan dan menambah
viskositas baik sediaan oral maupun topikal.
Penggunaan PVP dalam formulasi tablet dalam
konsentrasi 0,5-5% (Kibbe,2006).
2. Pemakaian bahan pengikat disesuaikan dengan bahan
aktif, dalam pembuatan tablet effervescent bahan
pengikat yang biasa digunakan adalah PVP (Polivinil
Pirolidon). Polivinil pirolidon adalah pengikat yang
serbaguna dan salah satu yang paling banyak
digunakan, mudah larut dalam air, alkohol dan pelarut
organik lain. Polivinil pirolidon biasanya digunakan
sebagai pengikat di dalam tablet effervescent dan tablet
kunyah karena pembuatan dengan pengikat ini
mempunyai daya simpan yang lebih lama (Mohrle,
1989).
g. Laktosa
1. Laktosa merupakan bahan pengisi yang paling banyak
digunakan karena tidak bereaksi dengan hampir semua
bahan obat yang digunakan dalam bentuk hidrat atau
anhidrat dan dapat larut air (Banker dan Anderson,
1994).
2. Laktosa memiliki sifat bahan pengisi yang baik, antara
lain dapat larut dalam air rasanya enak, non higroskopis,
tidak reaktif dan menunjukkan kombaktibilitas yang baik
(Alderborn,2002).

III.4 Dasar Pemilihan Bahan Kemasan

Tablet effervescent harus dikemas dalam wadah yang kedap


udara sehingga dapt melindungi tablet tersebut dari
kelembaban, kelembaban udara disekitar tablet sesudah
wadahnya terbuka juga dapat menyebabkan penurunan
kualitas produk, setelah sampai di tangan konsumen.

IV. Informasi Bahan Aktif

IV.1 Uraian Farmakologi

Nama : Ekstrak Meniran


Indikasi : Sebagai Imunomodulator

Mekanisme Kerja : Dalam kaitannya dengan sistem


imun, pemberian ekstrak Phyllanthus
niruri L. dapat meningkatkan aktivitas
dan fungsi beberapa komponen
imunitas nonspesifik maupun
spesifik. Meniran dapat
meningkatkan respon imun non
spesifik berupa peningkatan
kemotaksis makrofak, kemotaksik
neutrofil, sitotoksisitas sel NK
(Natural Killer) serta aktivitas
hemolisis komplemen. Ekstrak
Phyllanthus niruri L. juga
meningkatkan poliferas sel limfosit T,
meningkatkan sekresi TNF α dan
interleukin-4, menurunkan sekresi
IL-2 dan IL-10. Terhadap imunitas
humoral, tamanan ini dapat
meningkatkan produksi
imunoglubulin M (IgM) serta IgG
(Sjahrurachman, 2004)

Kontraindikasi : Hipersensitifitas terhadap


Phyllanthus niruri L.

Efek samping : Pemakaian dalam jangka waktu


lama dapat menimbulkan gangguan
disfungsi ereksi dan gagal ginjal.

Toksisitas :

Dosis dan Pemberian : Meniran digunakan sebagai


imunomodulator dengan dosis untuk
dewasa 3x50 mg sehari.

Interaksi Obat :

Perhatian : Pemakaian meniran sebagai obat


ginjal harus dilakukan dengan hati-
hati. Ibu hamil dilarang meminumnya
karena bersifat menggunggurkan
kandungan. Penderita dengan
gangguan ginjal akut sebaiknya tidak
mengkonsumsi ramuan berbahan
dasar meniran.

Farmakokinetik : Meniran yang dikonsumsi akan


melalui prores absorbsi diusus,
didistribusikan keseluruh tubuh
untuk mengalami proses
metabolisme di hepart dan
selanjutnya akan di eksresikan baik
melalui empedu dalam veses
maupun melalui ginjal dalam urin.

IV.2 Uraian Sifat Fisika-Kimia Bahan Aktif

Nama Resmi : Phyllanthus niruri L.

Nama Lain : Meniran

RM Senyawa : -

BM Senyawa : -

Pemerian Ekstrak : Meniran memiliki rasa pahit, agak


asam, serta bersifat sejuk dan
mendinginkan.

IV.3 Uraian Stabilitas

Stabilitas : Pengeringan dengan cara dikering-


anginkan pada suhu 25oC dinilai
tidak efektif karena memakan waktu
7 hari, diduga pengeringan yang
lama akan memicu penguraian
senyawa fenolat (Harrizul, 2011).

Inkompabilitas :

Saran dan :
Penyimpanan

V. Informasi Bahan Tambahan (Sifat Fisika-Kimia dan Stabilitas

1. Asam Sitrat ( Handbook of Pharmaceutical , 101)

Nama Resmi : Acidum Citricum

Nama Lain : Asam sitrat


Kelas Fungsional : Sumber Asam

Konsentrasi : 8,1%

RM : C6H8O7H2O

BM : 210,14

Pemerian : Serbuk flouresensi, kristal putih,


tidak berwara atau transparan, tidak
berbau dengan rasa asam yang kuat.

Kelarutan : Larut dalam 1,5 bagian ethanol


(95%) dan kurang dari satu bagian
air, agak sukar larut dalam eter.

pH larutan : 2,2

Titik Lebur : 153oC

Informasi Lain : -

Stabilitas : Stabil pada kondisi penyimpanan


yang sesuai.

Inkompabilitas : Inkompatibel dengan kalium tartat,


alkali dan alkali tanah, asetat dan
sulfida. Inkompatibel pula dengan
agen oksidator, basa dan agen
pereduksi.

2. Asam Tratrat (DIRJEN POM, 1995, FI Edisi IV:53 ; (Handbook


of Pharmaceutical , 731)

Nama Resmi : Acidum Tartaricum

Nama Lain : asam Tartrat

Kelas Fungsional : Sebagai sumber asam

Konsentrasi : 12,6

RM/BM : C4H6O6/150,09

Pemerian : Hablur tidak berwarna atau bening


atau serbur hablur halus sampai
granul, warna putih tidak berbau,
rasa asam dan stabil diudara.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air,
mudah larut dalam etanol.

pH Larutan : -

Titik lebur : -

Informasi Lain : -

Stabilitas : Bahan curahnya stabil dan harus


disimpan dalam wadah tertutup baik
di tempat sejuk dan kering.

Inkompabilitas : Asam tartarat tidak kompatibel


dengan perak dan bereaksi dengan
logam karbonat

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

3. Natrium Bikarbonat (Handbook of Pharmaceutical , 629)

Nama Resmi : Sodium Bicarbonat

Nama Lain : Natrium Bikarbonat

Kelas Fungsional : Penstabil

Konsentrasi : 24,3 %

RM/BM : NaHCO3/84.01

Pemerian : Bubuk kristal putih yang tidak berbau


dengan sedikit garam, sedikit basa.
Kelas dengan ukuran partikel yang
berbeda, dari bubuk halus hingga
butiran seragam bebas mengalir,
tersedia secara komersial.

Kelarutan : Tidak larut dalam etanol,aseton, larut


dalam gliserol, dimetilformamida.

pH Larutan : -

Titik lebur : 852oC

Informasi Lain : -

Stabilitas : Bila dipanaskan sampai sekitar


50oC, natrium bikarbonat mulai
berdisosiasi menjadi karbon
dioksida, natrium karbonat, dan air;
pada pemanasan sampai 250-
300oC, dalam waktu singkat, natrium
bikarbonat benar-benar diubah
menjadi natrium karbonat anhidrat.
Namun, prosesnya bergantung pada
waktu dan suhu, dengan konversi
90% selesai dalam 75 menit pada
93oC.

Inkompabilitas Sodium bikarbonat bereaksi dengan


asam, garam asam, dan banyak
garam alkaloid, dengan evolusi
karbon dioksida. Sodium bikarbonat
juga dapat mengintensifkan
penggelapan salisilat. Dalam
campuran bubuk, kelembaban
atmosfir atau air kristalisasi dari pada
senyawa yang dikehendaki dengan
larutan nyamuk hidrokarbonat untuk
bereaksi dengan senyawa seperti
asam borat atau tawas. Dalam
campuran cair yang mengandung
bismut subnitrate, natrium
bikarbonat bereaksi dengan asam
yang dibentuk oleh hidrolisis garam
bismut. Dalam larutan, natrium
bikarbonat telah dilaporkan tidak
kompatibel dengan banyak zat obat
seperti ciprofloxacin, amiodarone,
nicardipine dan levofloksasin.

4. Magnesium Stearat ( Handbook of Pharmaceutical , 404)

Nama Resmi : Magnesii Stearas

Nama Lain : Magnesium Sterat

Kelas Fungsional : Lubrikan

Konsentrasi : 0,1%

RM/BM : [CH3(CH2)16COO]Mg/591.24 g/mol


Pemerian : Magnesium sterat merupakan
serbuk atau bubuk giling sangat
halus, putih muda, meiliki bau seperti
asam sterat dan rasanya yang khas.
Serbuk berminyak ketika disentuh
dan mudah menempel pada kulit.

Kelarutan : Dalam air; Praktis tidak laur dalam


air. Dalam larutan lain; praktis tidak
larut dalam etanol, ethanol (95%)
dan eter. Agak sukar larut dalam
benzen hangat dan ethanol (95%)
hangat.

pH Larutan : -

Titik lebur : 117-150oC

Informasi Lain : -

Stabilitas : Stabil dalam kondisi penyimpanan


yang tepat

Inkompabilitas Asam kuat, basa, garam besi.


Hindari dengan bahan oksidator
kuat. Tidak dapat digunakan pada
produk yang mengandung aspirin,
vitamin.

Penanganan : Amati tindakan pencegahan normal


yang sesuai dengan keadaan dan
jumlah material yang ditangani.
Direkomendasikan melindungi mata
dan menggunakan sarung tangan.
Menghirup debu magnesium stearat
secara berlebihan dapat
menyebabkan ketidaknyamanan
saluran pernapasan bagian atas,
batuk dan tersedak.

Toksisitas : Magnesium stearat banyak


digunakan sebagai eksipien dalam
sediaan farmasi umumnya dianggap
tidak beracun jika dikonsumsi secara
oral. Namun komsumsi oral dalam
jumlah banyak dapat menyebabkan
efek pencahar atau iritasi mukosa.
Tidak ada informasi toksisitas yang
tersedia sehubungan dengan rute
normal paparan kerja. Batas logam
berat dalam magnesium stearat telah
dievaluasi dalam worstcape asupan
harian dan konsumsi logam berat.
Penilaian toksisitas magnesium
stearat pada tikus menunjukkan
bahwa itu tidak mengganggu kulit,
dan tidak beracun jika diberikan
secara oral dan terhirup. Magnesium
stearat belum terbukti bersifat
karsinogenik saat ditanamkan
kedalam kandung kemih tikus.

Penyimpanan : Simpan dalam wadah tertutup baik,


kering dan sejuk.

5. Sakarin( Handbook of Pharmaceutical , 605)

Nama Resmi : Sakarin

Nama Lain : 1,2-Benzisothiazolin-3-one 1,1-


dioxide; benzoic acid sulfimide;
benzoic sulfimide; benzosulfimide;
1,2-dihydro-2-
ketobenzisosulfonazole; 2,3-dihydro-
3-oxobenzisosulfonazole; E954;
Garantose; gluside; Hermesetas;
sacarina; saccarina; saccharin
insoluble; saccharinum; o-
sulfobenzimide; o-sulfobenzoic acid
imide.

Kelas Fungsional : Pemanis

Konsentrasi : 0,6%

RM/BM : C7H4NNaO3S/205.16

Pemerian : Sodium sakarin berbentuk bubuk


kristal putih, tidak berbau atau sedikit
aromatik effloresen dan kristal.
Meiliki rasa yang sangat manis
dengan eftertaste metalik atau pahit
yang pada tingkat penggunaan
normal dapat dideteksi oleh sekitar
25%.

Kelarutan : Larut dalam air, dalam 50 bagian


ethanol (95%)P.

pH Larutan : -

Titik lebur : -

Informasi Lain : -

Stabilitas : Natrium sakarin stabil di bawah


kisaran normal kondisi yang
digunakan dalam formulasi. Hanya
bila terkena suhu tinggi (1258C)
pada pH rendah (pH 2) selama lebih
dari 1 jam terjadi dekomposisi yang
signifikan.

Inkompabilitas Natrium sakarin tidak mengalami


reaksi Maillard.

6. PVP (Polivinil Pirolidone) (Handbook of Pharmaceutical , 508)

Nama Resmi : Polivinil Pirolidone

Nama Lain : Povidon

Kelas Fungsional : Pengikat

Konsentrasi : 0,5%

RM/BM : -

Pemerian : Putih sampai krem; Pahit; tidak


berbau; higroskopos (serbuk).

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam asam,


kloroform, ethanol, metanol, keton
dan air. Praktis tidak larut dalam eter
hidrokarbon dan minyak mineral.

pH Larutan : -

Titik lebur : -
Informasi Lain : -

Stabilitas : Stabil pada suhu 110-130oC; mudah


terurai dengan adanya udara dari
luar; dapat bercampur dengan air;
stabil bila disimpan bila disimpan
ditempat kering.

7. Inkompabilitas

Laktosa ( Handbook of Pharmaceutical , 359)

Nama Resmi : Lactose, Anhydrous

Nama Lain : Laktosa anhidrat

Kelas Fungsional : Pengisi

Konsentrasi : Ad 100%

RM/BM : C12H22O11 /342.30

Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau,


rasa agak manis.

Kelarutan : Larut dalam 6 bagian air, larut dalam


1 bagian air mendidih, sukar larut
dalam etanol 95% praktis tidak larut
dalam kloroform.

pH Larutan :

Titik lebur :

Informasi Lain :

Stabilitas : Laktosa dapat berubah warna


menjadi coklat pada penyimpanan
yang tidak stabil, reaksi dipercepat
oleh kondisi dan kelembaban.

Inkompabilitas : Laktosa anhidrat tidak kompatibel


dengan oksidasi kuat. Bila campuran
yang mengandung antagonis
leukotrien hidrofobik dan laktosa
anhidrat atau laktosa monohidrat
disimpan selama enam minggu pada
RH 408C dan 75%, campuran yang
mengandung laktosa anhidrat
menunjukkan serapan kelembaban
dan degradasi obat yang lebih besar.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik


6. Product Planning And Inventory Control (PPIC)

PPIC adalah Sistem Pemantauan dan Pengendalian Inventory

sehingga bisa dipertahankan stok minimal yang ideal dan tetap terjamin

pemenuhan kebutuhan produk di pasaran.

Tujuan pokok PPIC adalah untuk mengendalikan semua inventory

yang terkait langsung dengan proses produksi (bahan awal, produk ruahan,

& produk jadi) agar produksi dapat berjalan lancar, efektif dan efisien.

Fungsi pokok PPIC yaitu

1. Fungsi Perencanaan

Menentukan sasaran dan langkah-langkah yang akan dilakukan untuk

mencapai sasaran.

2. Fungsi Pengendalian

Alat manajemen untuk memastikan bahwa pelaksaan telah sesuai

dengan rencana. Sasaran Utama yaitu terciptanya proses produksi

yang efektif dan efisien serta menguntungkan bagi perusahaan.

Adapun tugas dan tanggung jawab dari Product Planning and

Inventory Control (PPIC) sebagai berikut :

1) Merencanakan kegiatan produksi berpedoman pada rencana bagian

Marketing

2) Merencanakan pengadaan (bahan baku, bahan kemasan dan produk

jadi) berdasarkan rencana dan kondisi stock dengan menghitung

kebutuhan material produksi menurut standar stock yang ideal (ada

batasan minimal dan maksimal yang harus tersedia).


3) Memonitoring inventory yang ada agar kegiatan produksi dan

penjualan dapat berjalan dengan lancar.

4) Melakukan evaluasi proses produksi.

5) Membuat standar kriteria SDM dalam penerimaan karyawan.

6) Melakukan pelatihan setiap 2 bulan sekali untuk meningkatkan

kualitas SDM.

7) Menghitung standar tenaga kerja berdasarkan realisasi produksi

setiap tahun.

8) Menghitung standar yield berdasarkan realisasi produksi setiap tahun.

9) Sebagai juru bicara perusahaan dalam hal kerja sama dengan

perusahaan.

10) Mengkoordinir kegiatan distribusi obat.

Purchasing

Departemen purchasing merupakan salah satu departemen yang

berada dibawah departemen manufacturing. Tugasnya menangani

pembelian untuk bahan baku obat, bahan pengemasan, alat laboratorium

dan mesin produksi. Departemen ini bekerja sama dengan departemen

product development dalam menentukan supplier yang akan memasok

bahan/alat yang akan dibeli.

Bagian purchasing wajib melakukan audit terhadap vendor/suplier

terkait pada/cara penanganan bahan baku/pengemas tablet bahan alam

seperti : Sistem FEFO, cara penyimpanan, kelengkapan gudang,


kebersihan, suhu penyimpanan, dokumentasi (CoA, Exp.date, retest date).

Purchasing bertugas melakukan pembelian semua keperluan

perusahaan, menangani pembelian untuk bahan baku obat, bahan

pengemasan, alat laboratorium dan mesin produksi, menentukan supplier

yang akan memasok bahan/alat yang akan dibeli serta dokumentasi surat

pembelian barang.

Sebelum melakukan pembelian barang, departemen purchasing

melakukan negosiasi mengenai harga dan lead time (tepat waktu)

pengiriman barang. Setelah itu, departemen purchasing akan mengubah

order requisition (OR) menjadi purchase order (PO), lalu dikirim ke supplier.

OR atau gabungan OR (pra PO) dibuat oleh departemen PPIC. Merupakan

badan hukum yang sah.

Terdapat empat kegiatan utama dalam pembelian, yaitu:

1. Pemilihan supplier (pemasok), bernegosiasi mengenai harga, termint

pembayaran dan jadwal pengiriman bahan, termasuk di dalamnya

menerbitkan surat pesanan (purchase order/PO)

2. Melakukan pemantauan pengiriman (expediting delivery) yang

dilakukan oleh supplier

3. Menjembatani antara supplier dengan bagian terkait dalam

perusahaan, misalnya bagian teknik, QC, Produksi, Keuangan dan

lain-lain yang berkaitan dengan masalah pembelian bahan (complaint,

dan lain-lain)
4. Mencari produk, material atau supplier baru, yang dapat memberikan

kontribusi dan keuntungan pada perusahaan.

Pemilihan Supplier

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih supplier :

1. Memiliki sertifikat CoA (Certificate of Analysis).

2. Suplier harus menyertakan kelengkapan dokumen master file disebut

DMF (Drug Master File) yang merupakan salah satu standar yang

dipersyaratkan oleh cGMP. DMF merupakan main requirement dan

bukti bahwa supplier adalah perusahaan yang telah memiliki standar

cGMP. Badan POM memberi perhatian khusus pada DMF yang

merupakan informasi rinci original sub mission dan amandemens yang

mencakup data. Dalam memilih bahan baku yang menunjang product

savety, efficacy and quality, industry harus memperhitungkan standar

expektasi pasar yang jelas makin tinggi.

3. Proses evaluasi dimana harus dilihat pemasok mempunyai peralatan

yang secara rutin sudah dikalibrasi.

4. Pelanggan dapat melakukan audit terhadap pemasok, vendor,

supplier sebelum memutuskan kerjasama.

5. Menyediakan Material Safety Data Sheet (MSDS) untuk setiap bahan

yang dipasok.

6. Suplier harus menyediakan bahan baku secara berkesinambungan

agar proses produksi tidak terhambat. Untuk mengantisipasi hal-hal


yang tidak diinginkan dalam hal pengadaan persediaan maka dipilih

minimal dua supplier yang berbeda untuk setiap bahan.

7. Kemudahan dalam melakukan pembayaran.

Alur pemesanan bahan baku

Pengendalian stok bahan yanga ada digudang dilakukan oleh PPIC.

Setiap produk yang diproduksi telah memiliki bill of material tersendiri. Bill

of materialadalah dokumen yang mengandung informasi bahan-bahan

baku dan bahan kemas yang dibutuhkan untuk proses produksi untuk setiap

produk. Berdasarkan bill of material tersebut dibuat suatu laporan yang

mengandung informasi tentang jenis bahan yang akan dibeli (laporan

requirement), jumlah dari bahan tersebut dan waktu disaat bahan tersebut

dibutuhkan. Laporan requirement material tersebut kemudian diberikan

kedepartemen purchasing. Laporan tersebut akan ditinjau oleh purchasing

akan dibuat ratingnya berdasarkan kualitas dan harga dari bahan. Hasil

tinjauan tersebut akan diberikan kembali kedepartemen PPIC dan

berdasarkan hasil rating maka PPIC akan membuat permohonan

pembelian (PP) dan purcashing akan membuat purcashing order (PO)

kepemasok.

Bahan awal berupa zat aktif maupun zat tambahan yang datang dari

pemasok diterima oleh petugas gudang. Pihak gudang akan memeriksa

kelengkapan dokumen antara lain berupa surat jalan, Purchasing Order

(PO), sertifikat analisis bahan (CoA) dari bahan awal tersebut serta tampilan
fisik, kesesuaian label dengan bahan dan kondisi bahan awal. Bila

kelengkapan dokumen telah tersedia dan pemeriksaan secara fisik telah

memenuhi syarat, maa gudang akan membuat BPB (Bukti Penerimaan

Barang). BPB terdiri dari 4 rangkap yang kesemuanya diberikan kepada QC

untuk dilakukan analisa dan untuk setiap bahan awal dibuat nomor kontrol

oleh warehouse. Pada nomor kontrol terdapat kode RA (Raw Active) untuk

zat aktif dan RT (Raw Tambahan) untuk eksipien. Nomor kontrol itu sendiri

merupakan nomor BPB sesuai dengan urutan bahan yang datang pada

bulan tersebut. Setelah bahan awal dianalisa dan mendapatkan status dari

departemen QC, maka rangkap ketiga dari BPB akan diberikan kepada

departemen QC.

Pihak QC akan melakukan pemeriksaan kesesuain antara BPB dengan

label bahan awal, kesesuaian antara CoA dengan label bahan awal dan

kesesuain antara CoA yang datang dengan CoA pada kedatangan

sebelumnya. Data-data tersebut kemudian didokumentasikan pada form

checklist kedatangan barang. Jika disetujui maka QC bahan awal

mengeluarkan form pengambilan sampel.Bila dokumen yang telah lengkap

tersebut diterima dan disetujui, maka pihak QC akan melakukan analisa

mutu terhadap bahan tersebut


Master Formula serta perhitungan Batch

No. Nama Bahan Jumlah Jumlah batch Total

Bahan

1. Ekstrak meniran 50 mg 5.000 g

(kering)

2. Asam sitrat 122 mg 12.200 g

3. Asam tartrat 189 mg 18.900 g

4. Natrium 365 mg 100.000 tab 365.000 g

bikarbonat

5. Magnesium 2 mg 2.000 g

stearat

6. Natrium sakarin 9 mg 9.000 g

7. Polivinil Pirolidon 8 mg 8.000 g

8. Laktosa 757 mg 757.000 g

Berikut daftar harga bahan baku yang dibeli dari pemasok :

Tabel . Total Harga Bahan Produk Perbatch

No. Nama Bahan Batch Harga Bahan per batch

1. Ekstrak meniran (kering) 5.000 g 4.000.000

2. Asam sitrat 12.200 g 50.020.000

3. Asam tartrat 18.900 g 128.520.000

4. Natrium bikarbonat 365.000 g 1.095.000.000

5. Magnesium stearat 2.000 g 5.200.000


6. Natrium sakarin 9.000 g 540.000.000

7. Polivinil Pirolidon 8.000 g 9.600.000

8 Laktosa 757.000 g 6.056.000

Total 1.838.396.000

Prosedur penerimaan bahan baku dan bahan kemas yaitu Bagian PPIC

mengirim permintaan pembelian (PP) kebagian purchasing. Kemudian

bagian pembelian akan mengirim PO ke supplier, sedangkan kopian PO

akan dikirimkan ke bagian gudang. Pada saat pengiriman barang dari/

pemasok, surat jalan yang dibawa oleh supplier diperiksa kesesuaiannya

oleh pihak gudang dengan PO yang berisi jenis, jumlah, dan tanggal

kebutuhan barang dan suplai yang disetujui. Jika sesuai, maka barang yang

diterima akan disimpan digudang karantina dan diberi label karantina yang

berwarna kuning dan dibuatkan BPB yang mencantumkan nama barang,

nomor kontrol, nomor kode, jumlah barang dan nama pemasok. BPB terdiri

dari 4 rangkap, yang asli diberikan kepada bagian Accounting untuk proses

pembayarannya. BPB juga diserahkan ke bagian QC, setelah QC

menerima BPB dari gudang, maka QC akan melakukan sampling dan

menganalisa sampel. Setelah itu baru didapatkan hasi apakah barang yang

masuk tersebut akan direlease (berwarna hijau) yang kemudian disimpan

digudang bahan baku atau bahan kemas atau direject(berwarna merah)

yang kemudian disimpan di ruang tertenti sebelum diberitahukan dan

dikembalikan kepada pemasok untuk mendapat gantinya.


Hal-hal yang harus diperhatikan sebagai PPIC

1. EOQ (economic order quality)

Jumlah kualitas barang yang dapat diperoleh dengan biaya yang minimal.

Biaya variable yang harus diperhatikan antara lain :

a) set up cost (procurrement)

biaya-biaya yang berubah sesuai frekuwensi pesanan

b) carrying cost yang berubah sesuai besarnya, yang dihitung dengan

menggunakan rumus

√2 𝑥 𝑅 𝑥 𝑆
EOQ = 𝐶

Ket :

EOQ = pembelian

R = jumlah (unit) yang dibutuhkan (pembelian) selama satu

periode

S = biaya pesanan setiap kali pemesana (carrying cost)

C= biaya penyimpanan per unit

2. Re order point (rop)

Point atau waktu dimana sebuah perusahaan harus mengadakan

pemesanan kembali, sehingga datangnya pesanan tersebut tepat

pada saat persediaan sama dengan 0 atau dibawah safety stock.

ROP= (lead time x kebutuhan) + safety stock

Faktor yang harus dperhatikan dalam penentuan re-order point adalah :

Penggunaan persediaan selama tenggang waktu untuk mendapatkan


barang dan Safety stok (persediaan minimal yang harus dipertahankan

untuk menjamin kontinuitas tersedianya kebutuhan persediaan)


7. PRODUKSI

Kepala bagian Produksi hendaklah seorang yang terkualifikasi

dan lebih diutamakan seorang apoteker, memperoleh pelatihan yang

sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dalam bidang

pembuatan obat tradisional dan keterampilan manajerial sehingga

memungkinkan untuk melaksanakan tugas secara profesional. Kepala

bagian Produksi hendaklah diberi kewenangan dan tanggung jawab penuh

dalam produksi obat tradisional, termasuk:

a). memastikan bahwa obat tradisional diproduksi dan disimpan sesuai

prosedur agar memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan

b). memberikan persetujuan petunjuk kerja yang terkait dengan produksi

dan memastikan bahwa petunjuk kerja diterapkan secara tepat

c). memastikan bahwa catatan produksi telah dievaluasi dan ditandatangani

oleh kepala bagian Produksi sebelum diserahkan kepada kepala

bagian Manajemen mutu (pemastian mutu)

d). memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di

bagian Produksi

e). memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan dan

f). memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personil

di departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai kebutuhan.

Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur

tervalidasi yang telah ditetapkan; dan memenuhi ketentuan CPOTB yang

menjamin senantiasa
menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi

ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi). Untuk bahan mentah -

baik yang dibudidayakan maupun yang hidup secara liar, dan yang

digunakan baik dalam bentuk bahan mentah maupun sudah melalui tehnik

pengolahan sederhana (misal perajangan atau penghalusan) - tahap kritis

pertama dalam proses produksi, dalam hal ini di mana persyaratan teknis

ini mulai diterapkan, hendaklah ditentukan dengan jelas. Penjelasan

tentang hal tersebut hendaklah dinyatakan dan didokumentasikan.

Petunjuk diberikan seperti berikut. Namun untuk proses seperti ekstraksi,

fermentasi

dan pemurnian, penentuannya hendaklah ditetapkan berdasarkan kasus-

perkasus. Pengumpulan/pembudidayaan dan /atau pemanenan, proses

pasca panen termasuk pemotongan pertama dari bahan alamiah hendaklah

dijelaskan secara rinci.

 Jika diperlukan penghalusan lebih lanjut dalam proses pembuatannya,

hendaklah hal tersebut dilakukan sesuai CPOTB.

 Dalam hal bahan aktif, sesuai definisi dalam Glosarium, terdiri hanya dari

rajangan atau serbuk, aplikasi dari persyaratan teknis ini dimulai pada

proses fisik yang mengikuti pemotongan awal dan perajangan, dan

termasuk pengemasan.

 Jika ekstraks digunakan, prinsip-prinsip dari persyaratan teknis ini

hendaklah diberlakukan pada setiap tahap produksi mengikuti proses

pasca panen / pasca pengumpulan.


 Dalam hal produk jadi diolah secara fermentasi, penerapan CPOTB

hendaklah meliputi seluruh tahap produksi sejak pemotongan awal dan

penghalusan.

Bahan awal

Pengadaan bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang telah

disetujui dan memenuhi spesifikasi yang relevan. Semua penerimaan,

pengeluaran dan jumlah bahan tersisa hendaklah dicatat. Catatan

hendaklah berisi keterangan mengenai pasokan, nomor bets/lot/QC,

tanggal penerimaan atau penyerahan, tanggal pelulusan dan tanggal

daluwarsa bila ada. Pada tiap penerimaan hendaklah dilakukan

pemeriksaan visual tentang kondisi umum, keutuhan wadah dan segelnya,

ceceran dan kemungkinan ada kerusakan bahan, dan tentang kesesuaian

catatan pengiriman dengan label dari pemasok.

Bahan awal yang diterima hendaklah dikarantina sampai disetujui

dan diluluskan untuk pemakaian oleh kepala bagian pengawasan mutu.

Bahan awal di area penyimpanan hendaklah diberi label yang tepat. Label

hendaklah memuat keterangan paling sedikit sebagai berikut:

a. nama bahan dan bila perlu nomor kode bahan;

b. nomor bets/ nomor kontrol (mutu) yang diberikan pada saat

penerimaan bahan;

c. status bahan (misal: karantina, diluluskan, ditolak);

d. tanggal daluwarsa atau tanggal uji ulang, bila perlu;


e. jika digunakan sistem penyimpanan dengan komputerisasi yang

divalidasi lengkap, maka semua keterangan di atas tidak perlu dalam

bentuk tulisan yang terbaca pada label.

Persediaan bahan awal hendaklah diperiksa secara berkala untuk

meyakinkan bahwa wadah tertutup rapat dan diberi label dengan benar dan

dalam kondisi yang baik. Terhadap bahan tersebut hendaklah dilakukan

pengambilan sampel dan pengujian ulang secara berkala sesuai dengan

spesifikasi yang ditetapkan. Pelaksanaan pengambilan sampel ulang

hendaklah diawali dengan penempelan label uji ulang dan/atau dengan

menggunakan sistem dokumentasi yang sama efektifnya.

Penimbangan dan penyerahan

Penimbangan atau penghitungan dan penyerahan bahan awal,

bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan dianggap sebagai

bagian dari siklus produksi dan memerlukan dokumentasi serta rekonsiliasi

yang lengkap. Cara penanganan, penimbangan, penghitungan dan

penyerahan bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk

ruahan hendaklah tercakup dalam prosedur tertulis. Hanya bahan awal,

bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan yang telah diluluskan

oleh Pengawasan Mutu dan masih belum daluwarsa yang boleh

diserahkan.

Untuk menghindarkan terjadi kecampurbauran, kontaminasi silang,

kehilangan identitas dan keragu-raguan, maka hanya bahan awal, produk

antara dan produk ruahan yang terkait dari satu bets saja yang boleh
ditempatkan dalam area penyerahan. Setelah penimbangan, penyerahan

dan penandaan, bahan awal, produk antara dan produk ruahan hendaklah

diangkut dan disimpan dengan cara yang benar sehingga keutuhannya

tetap terjaga sampai saat pengolahan berikutnya.

Pengolahan

Semua bahan yang dipakai di dalam pengolahan hendaklah

diperiksa sebelum dipakai. Kegiatan pembuatan produk yang berbeda tidak

boleh dilakukan bersamaan atau berurutan di dalam ruang yang sama

kecuali tidak ada risiko terjadi campur baur atau kontaminasi silang. Kondisi

lingkungan di area pengolahan hendaklah dipantau dan dikendalikan agar

selalu berada pada tingkat yang dipersyaratkan untuk kegiatan pengolahan.

Sebelum kegiatan pengolahan dimulai hendaklah diambil langkah untuk

memastikan area pengolahan dan peralatan bersih dan bebas dari bahan

awal, produk atau dokumen yang tidak diperlukan untuk kegiatan

pengolahan yang akan dilakukan.

Wadah dan tutup yang dipakai untuk bahan yang akan diolah, produk

antara dan produk ruahan hendaklah bersih dan dibuat dari bahan yang

tepat sifat dan jenisnya untuk melindungi produk atau bahan terhadap

kontaminasi atau kerusakan. Semua wadah dan peralatan yang berisi

produk antara hendaklah diberi label dengan benar yang menunjukkan

tahap pengolahan. Sebelum label ditempelkan, semua penandaan

terdahulu hendaklah dihilangkan. Semua produk antara dan produk ruahan

hendaklah diberi label dengan benar dan dikarantina sampai diluluskan oleh
bagian pengawasan mutu. Semua pengawasan selama-proses yang

dipersyaratkan hendaklah dicatat dengan akurat pada saat

pelaksanaannya. Hasil nyata tiap tahap pengolahan bets hendaklah dicatat

dan diperiksa serta dibandingkan dengan hasil teoritis. Batas waktu dan

kondisi penyimpanan produk dalam-proses hendaklah ditetapkan.

Pencampuran dan granulasi

Obat tradisional yang mengandung komponen dengan khasiat

terapeutik yang diketahui sering kali distandardisasi (yakni ditetapkan

terhadap kandungan tertentu dari komponen tersebut). Metode yang

digunakan dalam standardisasi hendaklah didokumentasikan. Jika

ditambahkan bahan lain untuk mencapai tujuan standardisasi perlu

menspesifikasi jumlah yang ditambahkan dalam suatu rentang.

Pencampuran suatu bahan dari beberapa bets yang berbeda (contoh:

sebelum ekstraksi) atau pencampuran beberapa lot sediaan sejenis boleh

dilakukan. Untuk menjamin penelusuran kembali maka catatan hendaklah

disimpan.

Proses pencampuran hendaklah dikendalikan dan

didokumentasikan dengan baik dan, bila berlaku, bets campuran hendaklah

diperiksa kesesuaiannya terhadap spesifikasi yang telah ditentukan.

Pencampuran bets hendaklah hanya dilakukan bila homogenitas campuran

bisa dijamin. Proses-proses ini hendaklah didokumentasikan dengan baik.

Mesin pencampur, pengayak dan pengaduk hendaklah dilengkapi dengan

sistem pengendali debu kecuali digunakan sistem tertutup.


Pencetakan tablet

Mesin pencetak tablet hendaklah dilengkapi dengan fasilitas

pengendali debu yang efektif dan ditempatkan sedemikian rupa untuk

menghindari campur baur antar produk. Tiap mesin hendaklah ditempatkan

dalam ruangan terpisah. Kecuali mesin tersebut digunakan untuk produk

yang sama atau dilengkapi sistem pengendali udara yang tertutup maka

dapat ditempatkan dalam ruangan tanpa pemisah. Untuk mencegah

kecampurbauran perlu dilakukan pengendalian yang memadai baik secara

fisik, prosedural maupun penandaan. Tiap kali sebelum dipakai, punch dan

die hendaklah diperiksa keausan dan kesesuaiannya terhadap spesifikasi.

Catatan pemakaian hendaklah disimpan.

Kegiatan pengamasan

Kegiatan pengemasan berfungsi membagi dan mengemas produk

ruahan menjadi produk jadi. Pengemasan hendaklah dilaksanakan di

bawah pengendalian yang ketat untuk menjaga identitas, keutuhan dan

mutu produk akhir yang dikemas. Hendaklah ada prosedur tertulis yang

menguraikan penerimaan dan identifikasi produk ruahan dan bahan

pengemas, pengawasan untuk menjamin bahwa produk ruahan dan bahan

pengemas cetak dan bukan cetak serta bahan cetak lain yang akan dipakai

adalah benar, pengawasan selama-proses pengemasan rekonsiliasi

terhadap produk ruahan, bahan pengemas cetak dan bahan cetak lain,

serta pemeriksaan hasil akhir pengemasan. Semua kegiatan pengemasan

hendaklah dilaksanakan sesuai dengan instruksi yang diberikan dan


menggunakan bahan pengemas yang tercantum dalam Prosedur

Pengemasan Induk. Rincian pelaksanaan pengemasan hendaklah dicatat

dalam Catatan Pengemasan Bets.

Sebelum kegiatan pengemasan dimulai, hendaklah dilakukan

pemeriksaan untuk memastikan bahwa area kerja dan peralatan telah

bersih serta bebas dari produk lain, sisa produk lain atau dokumen lain yang

tidak diperlukan untuk kegiatan pengemasan yang bersangkutan. Semua

penerimaan produk ruahan, bahan pengemas dan bahan cetak lain

hendaklah diperiksa dan diverifikasi kebenarannya terhadap Prosedur

Pengemasan Induk atau perintah pengemasan khusus.

PROSES PRODUKSI

a. pembuatan ekstrak

pembuatan ekstrak dimulai dengan menyediakan bahan baku

simplisia dan pelarut yang dibutuhkan. Serbuk simplisia diperoleh

dari pemasok yang telah terkualifikasi dan bahan telah memenuhi

spesifikasi standarisasi sesuai ketentuan yang berlaku. Serbuk

simplisia di ekstraksi kedalam ekstraktor dengan metode yang

disesuaikan dengan bahan yang diekstraksi. Metode ekstrasi skala

industri dapat dilakukan dengan ekstraksi maserasi satu tahap dan

multi tahap. Selanjutnya dilakukan filtrasi untuk memisahkan residu

dan filtrat menggunakan alat filtrasi sistem vakum. Filtrat yang

diperoleh kemudian diuapkan dengan evaporator recycling solvent

untuk mendapatkan ekstrak kental. Selanjutnya ekstrak kental


dikeringkan dengan menggunakan freeze drying untuk memperoleh

ekstrak kering dalam bentuk serbuk.

b. penimbangan dan penyerahan

Penimbangan dan penyerahan bahan awal, bahan

pengemas, produk antara dan produk ruahan dianggap sebagai

bagian dari siklus produksi yang memerlukan dokumentasi serta

rekonsiliasi yang lengkap. Proses penimbangan dilakukan oleh 2

orang personel yang independen menggunakan peralatan yang

sesuai dan bersih. Timbangan harus dikalibrasi secara berkala dan

diberi label status kalibrasi serta instruksi kerja penimbangan yang

berisi tentang cara penimbangan, kapasitas dan ketelitian timbangan

di dekat timbangan tersebut. Proses penimbangan ini melalui

serangkaian tahapan, antara lain:

1. Sebelum proses penimbangan bahan baku, terlebih dahulu

dilakukan line clearance ruang timbang agar terbebas dari sisa

penimbangan sebelumnya.

2. Penimbangan bahan baku dilakukan di ruangan zona D dan

dilakukan oleh bagian produksi yang diawasi IPC.

3. Penimbangan dimulai dari bahan tambahan, kemudian zat aktif.

Penimbangan zat aktif diberikan jeda waktu selama 12 menit

untuk mencegah cross contamination.

c. Pengolahan
Sebelum proses produksi dimulai, semua bahan yang akan

diolah dipastikan telah mendapat label release berwarna hijau.

Kondisi ruang pengolahan hendaklah dipantau dan dikendalikan

sampai tingkat yang disyaratkan. Sebelum pengolahan dimulai

ruang pengolahan hendaklah dibebaskan dari bahan produk atau

dokumen yang tidak diperlukan dan semua peralatan hendaklah

diperiksa sebelum digunakan.

Proses pengolahan dimulai dengan tahap pencampuran.

Tablet effervescent Meniran dibuat dengan metode granulasi basah.

Proses pencampuran dilakukan dengan memisahkan sumber asam

dan sumber basa untuk menghindari pembentukan reaksi saat

pencampuran. Massa lembab yang terbentuk kemudian diayak

basah melalui mesin oscilatting granulator dengan lempeng

penyaring 6-12 mesh. Granul lembab yang terbentuk di keringkan

dalam pengering fluid bed dryer. Granul yang dikeringkan dicek

kadar airnya, alat yang digunakan untuk mengecek kadar air adalah

alat pengukur Moisture Balance. Granul yang sudah memenuhi

persyaratan kadar air selanjutnya diproses dengan granulator

dengan lempeng penyaring 18-20 mesh. Granul kering kemudian

dicampurkan dalam mixer untuk kemudian dikempa menjadi tablet.

Mesin cetak tablet yang digunakan bermacam-macam, secara

umum mesin tablet memiliki bagian yang sama yaitu bagian

punch,dies, turret, compression roll, hopper, dan discharge chute,


serta dilengkapi dengan uphill deduster untuk menghilangkan debu

yang menempel pada tablet dan metal detector untuk mendeteksi

adanya kandungan logam.

Gambar 1. Mesin oscilatting granulator Gambar 2. Mesin fluid bed dryer


Gambar 3. Mesin stripping tablet

d. Pengemasan

Kegiatan pengemasan berfungsi membagi dan mengemas

produk ruahan menjadi produk jadi. Pada umumnya pengemasan

berfungsi untuk menempatkan bahan atau hasil pengolahan atau

hasil industri dalam bentuk yang memudahkannya dalam

penyimpanan, pengangkutan, dan distribusi sampai ke tangan

konsumen. Klasifikasi kemasan berdasarkan struktur sistem kemas

(kontak produk dengan kemasan):

a) Kemasan primer, yaitu kemasan yang langsung mewadahi atau

membungkus bahan pangan. Misalnya kaleng susu, botol

minuman.

b) Kemasan sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya

melindungi kelompok-kelompok kemasan lain. Misalnya kotak

karton untuk wadah susu dalam kaleng, kotak karton untuk

wadah strip obat dan sebagainya.

c) Kemasan tersier, kuartener yaitu kemasan untuk mengemas

setelah kemasan primer, sekunder atau tersier. Kemasan ini

digunakan untuk pelindung selama pengangkutan. Misalnya

botol yang sudah dibungkus, dimasukkan ke dalam kardus

kemudian dimasukkan ke dalam kotak dan setelah itu ke dalam

peti kemas.
Departemen pengawasan dibagi menjadi dua area yaitu grey

area (daerah abu-abu) dan black area (daerah hitam). Grey area

adalah tempat pengemasan primer produk-produk yang dihasilkan

bagian produksi dalam bentuk bulk dan sudah dirilis oleh QC. Black

area adalah tempat pengepakan sekunder produk-produk yang telah

mengalami pengemasan primer di Grey area. Pengemasan pada

produk ini menggunakan kemasan primer berupa strip dan kemasan

sekunder berupa individual folding box.

ALUR PROSES PRODUKSI

1. Pengolahan ekstrak

Simplisia Meniran
Maserasi
Etanol 95%
Ekstrak kental
Pengeringan
freeze dry
Ekstrak kering

Produksi Tablet
2. Pembuatan tablet

Penimbangan

Bahan Aktif
+
Bahan Tambahan

Pencampuran

Granulasi basah
QC
Kadar air
Zat aktif
Pengeringan

Pengayakan

Pencampuran

QC
Pencetakan tablet Kadar zat aktif
Kekerasan
Kerapuhan
Keseragaman
bobot
Pengemasan Disolusi
QC
primer Waktu hancur
Pemeriksaan
visual

Pengemasan
sekunder

Gudang obat jadi


8. PENGAWASAN MUTU (QUALITY CONTROL, QC)

Pengawasan mutu adalah bagian yang berhubungan dengan


pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian, serta dengan organisasi,
dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa pengujian
yang diperlukan dan relevan telah dilakukan dan bahwa bahan yang belum
diluluskan tidak digunakan serta produk yang belum diluluskan tidak dijual
atau dipasok sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat.
Setiap industri obat tradisional hendaklah mempunyai fungsi pengawasan
mutu. Fungsi ini hendaklah independen dari bagian lain. Sumber daya yang
memadai hendaklah tersedia untuk memastikan bahwa semua fungsi
pengawasan mutu dapat dilaksanakan secara efektif dan dapat diandalkan.
Persyaratan dasar dari pengawasan mutu adalah bahwa:
1. Sarana dan prasarana yang memadai, personil yang terlatih dan
prosedur yang disetujui tersedia untuk pengambilan sampel,
pemeriksaan dan pengujian bahan awal, bahan pengemas, produk
antara, produk ruahan dan produk jadi, dan bila perlu untuk
pemantauan lingkungan sesuai dengan tujuan CPOTB.
2. Pengambilan sampel bahan awal, bahan pengemas, produk antara,
produk ruahan dan produk jadi dilakukan oleh personil dengan
metode yang disetujui oleh pengawasan mutu
3. Metode pengujian disiapkan dan divalidasi (bila perlu).
4. Pencatatan dilakukan secara manual atau dengan alat pencatat
selama pembuatan yang menunjukkan bahwa semua langkah yang
dipersyaratkan dalam prosedur pengambilan sampel, inspeksi dan
pengujian benar-benar telah dilaksanakan tiap penyimpangan
dicatat secara lengkap dan diinvestigasi.
5. Produk jadi berisi bahan atau ramuan bahan yang dapat berupa
bahan nabati, bahan hewani, bahan mineral, sediaan sarian
(galenik), atau campuran dari bahan-bahan tersebut dengan
komposisi kualitatif dan kuantitatif sesuai dengan yang disetujui pada
saat pendaftaran, serta dikemas dalam wadah yang sesuai dan
diberi label yang benar.
6. Dibuat catatan hasil pemeriksaan dan analisis bahan awal, bahan
pengemas, produk antara, produk ruahan, dan produk jadi secara
formal dinilai dan dibandingkan terhadap spesifikasi.
7. Sampel pertinggal bahan awal dan produk jadi disimpan dalam
jumlah yang cukup untuk dilakukan pengujian ulang bila perlu.
Sampel produk jadi disimpan dalam kemasan akhir kecuali untuk
kemasan yang besar.

Kepala bagian pengawasan mutu hendaklah seorang terkualifikasi


dan lebih diutamakan seorang apoteker, memperoleh pelatihan yang
sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dan keterampilan
manajerial sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugas secara
profesional. Kepala bagian pengawasan mutu hendaklah diberi
kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam pengawasan mutu,
termasuk:
1. Menyetujui atau menolak bahan awal, bahan pengemas, produk
antara, produk ruahan dan produk jadi.
2. Memastikan bahwa seluruh pengujian yang diperlukan telah
dilaksanakan.
3. Memberi persetujuan terhadap spesifikasi, petunjuk kerja
pengambilan contoh, metode pengujian dan prosedur pengawasan
mutu lain.
4. Memberi persetujuan dan memantau semua kontrak analisis.
5. Memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di
bagian pengawasan mutu.
6. Memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan.
7. Memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi
personil di departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai
kebutuhan.
Pengawasan Mutu hendaklah tersedia seorang personil yang
mempunyai keahlian khusus di bidang obat tradisional agar dapat
melakukan uji identifikasi dan mendeteksi penambahan atau penggantian
bahan, pertumbuhan kapang/khamir, gangguan hama, ketidakseragaman
dalam pasokan bahan mentah obat tradisional, dan lain-lain.
Proses pengawasan mutu mulai dari pemeriksaan bahan awal,
sampling, produksi, pengemasan, bahan kemas, labeling, barang jadi,
stabilitas barang pertinggal, dan pengawasan mutu In Pharmaceutical
Control.
1. Pemeriksaan bahan awal berupa analisis bahan baku dan bahan
kemasan. Bahan baku harus sesuai dari segi label, nama supplier,
kondisi wadah, organoleptik (bau, warna, rasa) dan harus harus ada
hasil analisis kualitatif, kuantitatif (kadar potensi) dan kemurnia
bahan. Bahan kemas meliputi pemeriksaan on the spot (kondisi
wadah, warna, penandaan, dan bentuk), dan analisis (dengan alat
ukur panjang, lebar dan bonding strength). Jika telah sesuai dengan
spesifikasi maka diterima dan dipindahkan ke gudang dan diberi
label kuning. Jika telah melewati uji laboratorium dan sesuai dengan
standar pengujian maka diberi label hijau yang berarti telah dapat
digunakan.
2. Teknik sampling yang dilakukan oleh QC di beberapa industri secara
umum terbagi menjadi tiga jenis yaitu √N+1, WHO, dan American
National Standards Institute (ANSI)/American Society for Quality
(ASQ). Metode sampling √N+1 direkomendasikan oleh FDA dalam
FDA’s Investigations Operations Manual dan Therapeutic Goods
Administation, Australia (TGA) dalam guidelinenya “Sampling and
Testing of Complementary Medicines” mengatakan bahwa √N + 1
dapat digunakan untuk sampling bahan baku dan sampling bahan
aktif. Metode sampling ini adalah metode yang paling populer dalam
melakukan sampling di industri farmasi rumusnya adalah √N + 1,
dimana N adalah jumlah wadah yang diterima. Biasanya metode ini
digunakan untuk sampling bahan baku (dalam container) atau bahan
kemas. Metode ini digunakan untuk mengurangi jumlah wadah yang
akan diperiksa dari keseluruhan populasi. Beberapa industri
mempunyai aturan sendiri dimana ada batas untuk wadah
(container). Bila wadah 10 atau kurang, semua wadah harus
disampling. Metode sampling menurut WHO terdiri dari tiga rencana
yaitu n-plan, p-plan, dan r-plan. n-plan digunakan bila material
seragam dan supplier telah dikenali (sudah sering memasok ke kita
) dan terpercaya. Sampel dapat dilakukan pada bagian manapun dari
kontainer. Sampel diambil dengan menggunakan rumus √N + 1. Unit
sampling dipilih secara acak dan semua kontainer harus disampling
bila jumlahnya 4 atau kurang dari 4. Teknik p-plan sampling yang
dilakukan dengan metode ini bila material yang diterima datang dari
sumber terpercaya dan indentifikasi material sedang dilakukan.
Sampling dilakukan dengan rumus p=0,4√N dan sampel
dikumpulkan dalam wadah yang berbeda. Teknik r-plan sampling
dengan metode ini digunakan bila material mencurigakan dan
diterima dari supplier yang tidak terpercaya/sumber tidak jelas.
Sampling menggunakan rumus r=1,5√N. jumlah yang disampling
akan lebih banyak dari pada n-plan untuk medapatkan tingkat
kepercayaan. Semua sampel dikumpulkan pada wadah terpisah dan
dipindah ke laboratorium QC untuk identifikasi. Jika sampel
memenuhi test identifikasi sampel kemudian dianalisis lanjutan untuk
mengetahui kadar. Sampling menggunakan Standar ANSI/ASQ
adalah sistem sampling yang diterima, sistem ini menyediakan cara
normal, diperketat dan rencana pengurangan yang diaplikasikan
inspeksi atribut dalam persen nonconforming dan nonconformities
per 100 unit. pengambilan sampling bahan kemas POPP jilid 1 Di
CPOB 2012 untuk sampling merekomendasikan ANSI/ASQZ. Selain
itu juga terdapat cara sampling menggunakan military standar, tapi
pada februari 1995 US Federal Government membatalkan military
standar (Mil Std 105E) sehingga ANSI/ASQ Z1.4 menjadi
pendekatan sampling yang populer.
3. Pemeriksaan selama proses produksi disebut In Process Control
(IPC). Tujuan IPC untuk memastikan hasil sesuai dengan yang
diinginkan, mengetahui sedini mungkin bila terjadi masalah sehingga
lebih mudah diawasi dan lebih efisien dan efektif, pengendalian mutu
produk antara, ruahan dan produk jadi, pemeriksaan barang
kembalian dari distributor, pemeriksaan ulang pada retained
sample, dan memonitor stabilitas. IPC pada sediaan padat meliputi
pengawasan granul (kadar air pada zat aktif dan peralatan pada
three zone sample yang telah ditentukan jumlah sampelnya), strip
(kondisi fisik dan kebocoran), kesesuaian tablet dengan roll dan
isinya, tidak ada tablet yang pecah, potongan simetris, kerekatan
strip, printing tidak meleset, tes kebocoran (prosedurnya yaitu
memasukkan 3 atau 5 strip tablet kedalam bejana kaca yang berisi
metilen blue lalu divakum 15-30 menit setelah itu dibuka stripnya dan
diamati perubahan warna), tinggal cetak hasil lubrikasi (kadar zat
aktif dan peralatan), dan organoleptik meliputi adanya penampakan
luar (lengket, capping, bintik hitam), kekerasan, kerapuhan,
keseragaman bobot, waktu hancur, disolusi. Peran QC dalam proses
produksi tidak hanya pada sediaan melainkan juga pada proses
pengemasan, bahan kemas dan pelabelan.
4. Pengawasan pada proses pengemasan harus memenuhi kriteria
berikut ini:
- Hendaknya tersedia prosedur tertulis yang menjelaskan
penerimaan, identifikasi, karantina, pengambilan sampel,
pemeriksaan dan/atau pengujian dan pelulusan serta
penanganan bahan kemas dan label.
- Bahan kemas dan label hendaknya sesuai dengan spesifikasi
yang telah ditentukan. Jika tidak maka boleh untuk ditolak.
- Catatan hendaklah dipelihara untuk tiap pengiriman label dan
bahan pengemas yang menunjukkan penerimaan, pemeriksaan
atau pengujian dan keputusan diterima atau ditolak.
5. Pemeriksaan bahan pengemas meliputi kriteria berikut:
- Bahan hendaklah memberikan perlindungan yang memadai
terhadap kerusakan atau kontaminasi produk antara yang
mungkin terjadi selama transportasi dan penyimpanan.
- Wadah hendaknya bersih dan tergantung dari sifat produk,
disanitasi untuk memastikan kesesuaian dengan penggunaan
yang diinginkan. Wadah hendaknya bersifat inert, tidak aditif atau
adsorptif.
- Wadah yang digunakan secara berulang hendaknya dibersihkan
berdasarkan prosedur yang telah terdokumentasi.
6. Proses labeling harus sesuai dengan standar-standar berikut:
- Hendaknya ada prosedur terdokumentasi yang dirancang untuk
memastikan pelabelan yang benar.
- Kegiatan pelabelan hendaknya dilaksanakan untuk mencegah
campur baur.
- Label yang digunakan pada wasah harus menujukkan nama atau
kode identifikasi, nomor bets, produk dan kondisi penyimpanan.
- Apabila produk ingin dipindahkan diluar pengendalian sistem
manajemen bahan dari pabrik pembuat maka nama dan alamat
pembuat, jumlah isi dan kondisi pengangkutan dan berbagai
persyaratan legas khusus harus dicantumkan pada label. Begitu
pula dengan jika terdapat tanggal daluarsa dan uji ulang.
- Fasilitas pelabelan hendaknya diperiksa sebelum digunakan dan
memastikan seluruh bahan yang tidak digunakan telah
dipindahkan untuk kegiatan pengemasan berikutnya.
- Produk yang dikemas dan dilabel harus diperika untuk
memastikan bahwa wadah dan kemasan pada bets memiliki label
yang benar.
- Wadah produ yang diangkut diluar pengendandalian pabrik
hendaklah disegel sedemikian rupa hingga jika segel rusak atau
hilang, penerima akan menyadari bahwa isinya mungkin
berubah.
7. Penyimpanan produk jadi dalam kemasan akhir pada kondisi yang
direkomendasikan setelah ditanda tangani oleh Quality Assurance.
8. Barang pertinggal digunakan sebagai counter jika ada keluhan.
Kriteria barang pertinggal adalah jumlah sampel 4 bt/tube perbets
atau 48 strip perbets, terdapat interval pemeriksaan (3,6,12,24
bulan), disimpan pada kondisi 300C kecuali untuk sediaan yang
membutuhkan suhu tertentu, dan dilakukan pemeriksaan kadar zat
aktif, warna, bau, rasa, konsistensi, homogenitas, kekerasan, dan
mikrobiologi
9. Pengawasan mutu In Pharmaceutical Control dari segi mikrobiologi
dan lingkungan selama proses produksi. Pemeriksaan tersebut
meliputi Total Aerobic Microbial Account (TAMC), metode pour plare
(hasilnya dalam bentuk colony forming unit per gram atau colony
forming unit per mL), identifikasi keberadaan mikroba (E. coli, E.
albicans, Salmonella, S. aureus dan P. aeruginosa), air, pH,
kandungan logam, jumlah udara mikroba (menggunakan settling
plate untuk ruang produksi non-steril), jumlah mikroba permukaan
(menggunakan swab test).
Area pengawasan mutu meliputi:
1. Laboratorium pengawasan mutu hendaklah terpisah dari area
produksi. Area pengujian mikrobiologi hendaklah dipisahkan satu
dengan yang lain.
2. Laboratorium pengawasan mutu hendaklah didesain sesuai dengan
kegiatan yang dilakukan. Luas ruang hendaklah memadai untuk
mencegah campur baur dan pencemaran silang. Hendaklah
disediakan tempat penyimpanan dengan luas yang memadai untuk
sampel, baku pembanding (bila perlu dengan kondisi suhu
terkendali), pelarut, pereaksi dan catatan.
3. Suatu ruangan yang terpisah mungkin diperlukan untuk memberi
perlindungan instrumen terhadap gangguan listrik, getaran,
kelembaban yang berlebihan dan gangguan lain, atau bila perlu
untuk mengisolasi instrumen.
4. Desain laboratorium hendaklah memerhatikan kesesuaian bahan
bangunan yang dipakai, ventilasi dan pencegahan terhadap asap.
Hendaklah dipasang unit pengendali udara yang terpisah untuk
laboratorium mikrobiologi.
Pengawasan mutu juga memiliki dokumentasi yang terdiri dari:
1. Spesifikasi.
2. Prosedur pengambilan sampel.
3. Prosedur dan catatan pengujian (termasuk lembar kerja analisis
dan/atau buku catatan laboratorium).
4. Laporan dan/atau sertifikat analisis.
5. Data pemantauan lingkungan, bila diperlukan.
6. Catatan validasi metode analisis, bila diperlukan.
7. Prosedur dan catatan kalibrasi instrumen serta perawatan peralatan.
Semua dokumentasi pengawasan mutu yang terkait dengan catatan
bets hendaklah disimpan sampai satu tahun setelah tanggal daluwarsa bets
yang bersangkutan. Beberapa jenis data (misalnya hasil uji analisis, hasil
nyata, pemantauan lingkungan) hendaklah dibuat sedemikian rupa untuk
memungkinkan pelaksanaan evaluasi tren. Selain informasi yang
merupakan bagian dari catatan bets, data asli lain seperti buku catatan
laboratorium dan/atau rekaman hendaklah disimpan dan tersedia.
Evaluasi (setelah bagian formula dan alasan formula)
1. Evaluasi Simplisia

a. Penetapan Parameter Spesifik Simplisia

1) Identitas Simplisia

Identitas simplisia memberikan informasi determinasi simplisia dan

identitas obyektif simplisia meliputi nama simplisia, nama latin tumbuhan,

bagian tumbuhan yang digunakan, nama Indonesia tumbuhan, dan

senyawa identitas spesifik dari simplisia.

2) Uji Organoleptik

Uji organoleptik merupakan pengenalan awal menggunakan

pancaindera untuk mendiskripsikan bentuk, warna, bau, rasa dari simplisia

3) Uji Mikroskopik

Fragmen serbuk digunakan dalam pengujian mikroskopik. Mula-

mula serbuk simplisia diletakkan pada objek glass, kemudian diteteskan

dengan larutan kloralhidrat, selanjutnya difiksasi dan diamati fragmen di

bawah mikroskop.

4) Penentuan Profil Kromatogram

Simplisia ditimbang kurang lebih 1 g lalu di ekstraksi dengan pelarut

etanol.Dilakukan pengocokan selama 15 menit dengan pemanasan

kemudian di saring untuk mendapatkan larutan uji. Tepi bawah lempeng

ditotol dengan larutan uji dan larutan pembanding, biarkan hingga

mengering. Lempeng ditempatkan pada rak penyangga. Dielusi dengan

eluen heksan : etil ( 3:1) kemudian keluarkan lempeng dan biarkan


mengering. Amati bercak di bawah panjang gelombang 254 nm dan 366

nm. Nilai Rf ditentukan dengan rumus:

jarak tempuh noda


Rf = jarak tempuh eluen.

5) Penetapan Kadar Flavonoid Total

 Pembuatan larutan uji : Serbuk simplisia ditimbang saksama 1 g,

laludi ekstraksi dengan 25 mL etanol P, dimagnetik stirer selama 30

menit, kemudian disaring ke dalam labu tentukur 25 mL dan

ditambahkan etanol p.a melalui penyaring sampai tanda.

 Larutan pembanding dibuat, digunakan kuersetin dengan

menimbang saksama 10 mg pembanding lalu dilarutkan dalam

etanol p.a kemudian dibuat pengenceran secara kuantitatif dan

bertahap dengan kadar 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm dan 10 ppm

Dilakukan pengukuran dengan di pipet secara terpisah.

 Pengukuran lamda maks. Menggunakan spektrofotometri : Diambil

0,5 mL larutan uji dan larutan pembanding, lalu masing-maing

ditambahkan 1,5 mL etanol P ; 0,1 mL aluminium klorida P 10% ; 0,1

mL natrium asetat 1 M dan dicukupkan volume dalam labu tentukur

5mL hingga batas tanda, kemudian dikocok dan didiamkan selama

30 menit pada suhu ruang. Serapan diukur pada panjang gelombang

serapan maksimum 428 nm. Dilakukan pengukuran blanko dengan

cara yang sama tanpa penambahan aluminium klorida kemudian

dihitung kadar larutan uji.

6) Penetapan Kadar Sari Larut Air


Serbuk simplisia ditimbang seksama dengan derajat halus 6/18

kurang lebih 5g yang telah dikeringkan. Bahan uji dimasukkan kedalam labu

bersumbat dan air jenuh kloroform ditambahkan sebanyak 100 mL, bahan

uji dikocok berkali-kali selama 6 jam pertama kemudian bahan uji dibiarkan

selama 18 jam. Setelah itu, bahan uji disaring lalu bahan uji sebanyak 20

mL filtrat diuapkan hingga kering didalam cawan dangkal beralas datar yang

telah dipanaskan 105ºC dan ditara, dipanaskan sisa bahan uji pada suhu

105ºC hingga bobot tetap, dan kadar dihitung dalam % sari larut air.

7) Penetapan Kadar Sari Larut Etanol

Serbuk simplisia ditimbang seksama dengan derajat halus 6/18

kurang lebih 5g yang telah dikeringkan. Kemudian, bahan uji dimasukkan

kedalam labu bersumbat dan etanol P ditambahkan sebanyak 100 mL,

bahan uji dikocok berkali-kali selama 6 jam pertama kemudian bahan uji

dibiarkan selama 18 jam. Setelah itu, bahan uji dilakukan penyaringan

dengan cepat untuk menghindari penguapan etanol. Bahan uji sebanyak 20

mL filtrat diuapkan hingga kering didalam cawan dangkal beralas datar yang

telah dipanaskan 105ºC dan ditara, sisa bahan uji dipanaskan pada suhu

105ºC hingga bobot tetap, dan kadar dihitung dalam % sari larut etanol.

b. Penetapan Parameter Non Spesifik Simplisia

1) Penetapan Susut Pengeringan

Penetapan susut pengeringan dilakukan dengan cara serbuk

simplisia ditimbang sebanyak 1 sampai 2 g dalam botol timbang dangkal

bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu penetapan dan


ditara. Bahan uji diratakan dalam botol timbang dengan menggoyangkan

botol hingga lapisan setebal kurang lebih 5 sampai 10 mm, bahan uji

dimasukkan kedalam ruang pengering kemudian buka tutupnya dan bahan

uji dikeringkan pada suhu penetapan hingga bobot tetap. Sebelum setiap

pengeringan, biarkan botol dalam keadaan tertutup mendingin didalam

eksikator hingga suhu ruang.

2) Penetapan Kadar Abu total

Serbuk simplisia ditimbang seksama 2 g dan masukkan ke dalam

krus silikat yang telah dipijar dan ditara, pijarkan perlahan-lahan hingga

arang habis, dinginkan dan ditimbang. Kadar abu total dihitung terhadap

berat simplisia, dinyatakan dalam % b/b..

3) Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam

Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu total dididihkan

dengan 25 ml asam klorida encer LP selama 5 menit. Bagian yang tidak

larut dalam asam dikumpulkan lalu disaring melalui kertas saring bebas

abu, cuci dengan air panas,di pijarkan dalam krus hingga bobot tetap. Kadar

abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap simplisia, dinyatakan

dalam % b/b.

2. Evaluasi Ekstrak

a. Pemeriksaaan organoleptis

Pemeriksaan ini meliputi warna, bau, rasa, dan konsistensi ekstrak.

b. Uji daya lekat


Uji ini dilakukan menggunakan dua buah gelas objek. Gelas objek

ditandai seluas 2,5 x 2,5 cm, kemudian dicari titik tengahnya. Kurang lebih

50 mg ekstrak diletakkan di titik tengah luasan tersebut, kemudian ditutup

dengan gelas objek yang lain dan ditekan dengan beban seberat 1 kg

selama 5 menit. Kedua objek gelas yang saling berlekatan itu dipasang

pada alat uji dengan beban 80 gram. Dicatat waktu yang diperoleh sampai

terpisahnya kedua objek gelas tersebut.

c. Uji viskositas

Uji ini menggunakan viscotester.Ekstrak dimasukkan ke dalam

bejana stainless steel dan dipilih rotor yang sesuai dengan konsistensi

ekstrak.Rotor dipasang pada alat uji dan diatur sehingga rotor tercelup

dalam ekstrak dan alat uji dihidupkan.Dicatat skala yang ditunjukkan oleh

jarum sesuai nomor rotor yang dipakai.

d. Uji kandungan lembab

Uji ini menggunakan metode gravimetri, ekstrak meniran ditimbang

seberat 10 g, dikeringkan dalam oven pada suhu 105º C selama 5 jam.

Setiap 60 menit ekstrak meniran ditimbang hingga mencapai bobot konstan

yakni sampai perbedaan kadar air antara dua penimbangan berturut – turut

tidak lebih dari 0,25%.

Berikut rumus kadar air menurut Voigt (1994) :

bobot basah−bobot kering


MC % = × 100%
bobot kering

e. Uji kualitatif ekstrak meniran


Uji ini dilakukan dengan menimbang lebih kurang 25,0 mg ekstrak

secara seksama kemudian larutkan dalam etanol sampai volume 5,0 ml,

ditotolkan sebanyak 1μl pada lempeng silica gel 60 F254 kemudian segera

dikembangkan dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhi fase gerak.

Setelah dikembangkan segera keluarkan lempeng silica gel, dikeringkan

kemudian dideteksi dengan UV 254 nm dan UV 365 nm. Ukur nilai Rf dari

sampel kemudian dibandingkan dengan nilai Rf baku.

jarak rambatan bercak (cm)


RF = jarak pengembangan (cm)

f. Uji kuantitatif ekstrak meniran

1). Pembuatan kurva baku, penetapan recovery dan koefisien variasi

(CV)

Timbang baku lebih kurang 25,0 mg secara seksama, larutkan dalam

etanol ad 25,0 ml (larutan induk = 1,0 g/l). Buat pengenceran larutan induk

dengan etanol hingga diperoleh seri larutan baku (masing-masing 4 kali)

yang mengandung kuarsetin0,12; 0,14; 0,18; 0,23; dan 0,35 μg/μl dengan

volume pengambilan sebanyak 1,2 ml; 1,4 ml; 1,8 ml; 2,3 ml; dan 3,5 ml ad

etanol sampai 10,0 ml.

Larutan ditotolkan sebanyak 1μl pada lempeng silica-gel 60 F254

kemudian segera dikembangkan dalam bejana kromatografi yang telah

dijenuhi.. Pengembangan dilakukan setinggi 6,5 cm, segera dikeringkan

dan secepatnya discanning dengan densitometer pada λ 420 nm.

Kemudian dipilih salah satu dari 4 seri larutan baku untuk digunakan

sebagai kurva baku.


Selanjutnya dihitung nilai perolehan kembali dan koefisien variasinya

dari 3 seri larutan baku yang lain.

2). Penetapan kadar

Timbang lebih kurang 25,0 mg ekstrak meniran secara seksama

kemudian larutkan dalam 5,0 ml etanol. Ulangi sebanyak 6 kali, lakukan

pemisahan secara kromatografi lapis tipis diikuti scanning densitometri

seperti pada larutan baku. Kadar phillantus dalam ekstrak meniran dihitung

berdasarkan kromatogram yang memiliki Rf sama dengan Rf phillantus

baku menggunakan persamaan regresi linier dari kuarsetin baku.

Selanjutnya dihitung kadar rata-rata dan standar deviasinya (SD).

g. Uji Mikrobiologi

Uji mikrobiologi dilakukan menurut metode Farmakope Indonesia,

meliputi parameter Angka Lempeng Total (ALT) dengan syarat tidak lebih

dari 104 cfu/g atau mL, Angka Kapang Khamir (AKK) dengan syarat tidak

lebih dari 103 cfu/g atau mL, tidak mengandung bakteri patogen Salmonella

sp., Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa dan Escherichia

coli dalam 10 g.

3. Evaluasi Granul

a. Uji Sudut Diam

Penetapan sudut diam dilakukan dengan menggunakan corong yang

bagian atas berdiameter 12 cm, diameter bawah 1 cm dan tinggi 10 cm.

Granul dimasukkan ke dalam corong, lalu dialirkan melalui ujung corong


dan ditentukan besar sudut diamnya dengan rumus : α = tan-1 2H/D.

Persyaratan : uji dikatakan memenuhi syarat apabila 25⁰ > α < 40⁰.

b. Uji Waktu Alir

Granul dimasukkan ke dalam corong setinggi 2/3 tinggi corong lalu

dialirkan melalui ujung corong dan dihitung waktu alirnya.Persyaratan : 10

detik untuk 100 g granul.

c. Susut Pengeringan

Susut pengeringan adalah jumlah antara berat basah dan berat

kering simplisia setelah mengalami proses pengeringan. Dengan

persyaratan bobot tetap yang tertera pada penetapan susut pengeringan

dimaksudkan bahwa dua kali penimbangan berturut-turut berbeda tidak

lebih dari 0,5 mg tiap gram sisa yang ditimbang. Penimbangan dilakukan

setelah zat dikeringkan langsung selama 1 jam. Dengan pernyataan bobot

yang dapat diabaikan, dimaksudkan bobot yang tidak lebih dari 0,5 mg.

Dalam farmasi istilah susut pengeringan adalah suatu pernyataan

kandungan lembap berdasarkan bobot basah, yang sering disebut Lose of

Drying (LOD) yang dihitung sebagai berikut:

bobot basah−bobot kering


LOD % = × 100%
bobot basah

Ukuran lembap yang lain dalam solid basah didasarkan pada

perhitungan bobot kering. Nilai disebut kandungan lembap/ Moisturizer of

Contents (MC)

bobot basah−bobot kering


MC % = × 100%
bobot kering
4. Evaluasi Tablet

a. Uji Keseragaman Bobot

Ditimbang 20 tablet dari masing-masing formula dan dihitung bobot

rataratanya. Jika ditimbang satu per satu tidak boleh lebih dari dua tablet

yang masingmasing bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata yang

ditetapkan kolom A dan tidak satupun tablet yang bobotnya menyimpang

dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom B sesuai syarat yang tercantum

pada Farmakope Indonesia III.

b. Uji Keseragaman Ukuran

Dipilih 20 tablet dari masingmasing formula, diukur tebal dan

diameter masing-masing tablet menggunakan alat ukur. Menurut

Farmakope Indonesia III, syarat keseragaman ukuran kecuali dinyatakan

lain, diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 ⁄ kali tebal

tablet.

c. Uji Kekerasan Tablet

Alat yang digunakan ialah hardness tester. Cara kerjanya yaitu

sebuah tablet diletakkan tegak lurus diantara anvil dan punch, tablet dijepit

dengan cara memutar sekrup pengatur sampai tanda lampu stop menyala.

Lalu knop ditekan sampai tablet pecah. Angka yang ditunjukkan jarum

penunjuk skala dibaca.Percobaan ini dilakukan sampai 5 kali. Persyaratan

kekerasan tablet: 4-8 kg.

d. Uji Friabilitas atau Kerapuhan


Alat yang digunakan ialah friability tester.Caranya ditimbang 20

tablet, dicatat beratnya (A gram), lalu dimasukkan ke dalam alat dan alat

dijalankan selama 4 menit (100 kali putaran).Setelah batas waktu yang

ditentukan, tablet dikeluarkan dan dibersihkan dari serbuk-serbuk halus lalu

ditimbang lagi (B gram). Friabilitas (F) = . Syarat: kehilangan bobot ≤ 1%.

e. Uji Waktu Hancur

Alat yang digunakan ialah disintegration tester. Caranya yaitu satu

tablet dimasukkan pada masing-masing tabung dari keranjang lalu

dimasukkan cakram pada tiap tabung dan alat dijalankan. Sebagai medium

digunakan air dengan suhu dengan suhu 37⁰C, kecuali dinyatakan lain

menggunakan cairan yang tercantum pada masing-masing monografi.

Pada akhir batas waktu, angkat keranjang dan amati semua tablet. Semua

tablet harus hancur sempurna. Bila 1 atau 2 tablet tidak hancur sempurna,

ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya, tidak kurang 16 tablet dari 18

tablet harus hancur sempurna.

f. Uji Mikrobiologi

Uji mikrobiologi dilakukan menurut metode Farmakope Indonesia,

meliputi parameter Angka Lempeng Total (ALT) dengan syarat tidak lebih

dari 104 cfu/g atau mL, Angka Kapang Khamir (AKK) dengan syarat tidak

lebih dari 103 cfu/g atau mL, tidak mengandung bakteri patogen Salmonella

sp., Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa dan Escherichia

coli dalam 10 g.

g. Uji Stabilitas Tablet


Uji stabilitas tablet dilakukan dengan metode uji stabilitas dipercepat

pada suhu kamar (29 ºC), 40, 50, 60 dan 70 ºC dengan RH 75±5 %.

Evaluasi dilakukan pada waktu awal (0 hari), hari ke-1, 2, 3, 4 dan 5

terhadap kadar zat aktif demetoksikurkumin. Penetapan masa simpan

tablet dilakukan dengan pengolahan data menggunakan persamaan

Arrhenius dan dibuat kurva log konsentrasi vs waktu, sehingga diperoleh

tetapan laju degradasi (k) pada tiap kondisi suhu. Selanjutnya dibuat kurva

regresi linier log k vs suhu dalam satuan Kelvin (1/T) untuk mendapatkan

tetapan laju degradasi pada suhu 25 ºC. Apabila k25 diketahui, maka masa

simpan tablet dapat dihitung, dengan persyaratan kadar zat aktif tidak

kurang dari 90% dari kadar yang tertera pada kemasan.

5. Evaluasi Kemasan

a. Leak Test

Leak test atau tes kebocoran ini dapat dilakukan dengan beberapa

cara. Pemasok sudah juga harus memeriksa packaging component-nya

sebelum dikirimkan ke manufaktur, industri manufaktur (pelanggan)

memeriksa lagi setelah semua komponen terpasang dan sudah diisi

produk.

b. Product-packaging Compatibility Test

Tes ini berguna untuk melihat kecocokan produk dan kemasannnya.

Yang perlu diamati adalah apakah ada reaksi atau perubahan pada produk

(bau, warna, viskositas, bentuk, dan performance) maupun kemasannya

(bau, warna, berkarat untuk kemasan kaleng, berubah bentuk seperti


menggelembung atau lainnya, apakah ada produk yang menembus keluar,

apakah ada gejala terkelupas di kemasannya atau di printing) selama kurun

waktu tertentu.

Produsen harus mensimulasikan kondisi tes dengan kondisi aktual

tempat produk tersebut dipasarkan dan berapa lama produk tersebut

dipasarkan dan berapa lama produk tersebut dalam kondisi baik.Tes ini

dapat dilakukan dalam kurun waktu 3-6 bulan atau lebih dengan kondisi

penyimpanan yang berbeda (suhu ruangan, suhu 45 C, di bawah nol derajat

celcius, dan lain-lain).

Tes ini dilakukan pertama kali dalam proses pengembangan

kemasan, terutama pada kemasan primer untuk menentukan material yang

sesuai. Material untuk kemasan primer harus sesuai dan tidak bereaksi

dengan produk yang dikemas. Jadi, bentuk kemasan yang digunakan untuk

tes ini harus sesuai atau mirip dengan yang akan digunakan. Produknya

adalah produk yang akan dipasarkan dan jumlah produk dalam kemasan

sama seperti yang akan dipasarkan. Yang penting sedapat mungkin

mungkin semua mendekati kondisi actual saat akan dipasarkan.

c. Transport Test

Tes ini digunakan sebelum barang dipasarkan. Gunanya untuk

melihat apakah total kemasan dan masing-masing komponennya dalam

keadan baik setelah barang tersebut didistribusikan dan masih baik

kualitasnya setelah sampai di tangan konsumen. Pada waktu

melakukan transport test, seorang ahli kemasan harus sudah punya data di
mana produk tersebut tersebut akan dipasarkan dan bagaimana moda

transportasinya, termasuk carahandling-nya. Produk dan kemasan yang

digunakan sebaiknya sama atau menyerupai produk yang akan dipasarkan.

Evaluasi kemasan setelah transport test harus meliputi baik dimensi

fungsional maupun appearance-nya. Beberapa cara yang dapat dipakai

untuk menunjang keakurasian transport test adalah dengan menambahkan

data logger untuk merekam data yang diperlukan selama produk dalam

perjalanan. Misalnya, ditambahkan temperatur pada data logger. Maka,

selama perjalanan produk pada saat menjalani transport test akan terekam

suhu aktual yang terjadi setiap saat. Jadi dalam evaluasi, akan dapat

diambil kesimpulan lebih rinci dan juga dapat diantisipasi segala risiko yang

diperkirakan bakal terjadi pada kondisi aktual.

d. Drop Test

Tes ini dilakukan untuk mengevaluasi apakah kemasan yang sudah

terisi produk tahan terhadap hentakan (tidak pecah, penyok, lepas tutupnya,

dan lain-lain) pada saat jatuh.Tes ini dapat dilakukan sebagai kemasan

individu maupun kemasan dalam satu kotak karton gelombang. Drop test

ini dilakukan dalam beberapa posisi jatuh, posisi bawah, atas, miring kiri,

miring kanan, arah lebar, dan arah panjang dengan ketinggian tertentu. Tes

ini bisa menggunakan alat atau dengan membuat alat sendiri, selama posisi

jatuhnya barang bisa dibuat secara konsisten dan mengurangi pengaruh

pengawasnya.

e. Stacking Test
Tes ini untuk melihat ketahanan produk jadi pada saat penyimpanan

di gudang.Fokus utama pada tumpukan bawah produk tersebut. Tes

ketahanan terhadap tumpukan ini dilakukan dengan menggunakan produk

jadi, kemudian ditumpuk di gudang sesuai spesifikasi tumpukan dan

disimpan selama kurun waktu tertentu tergantng berapa lama stock cover

di gudang, misalnya kurang lebih 30 hari atau sesuai dengan lamanya

penyimpanan di gudang.

f. Stress Cracking/keretakan

Material maupun dimensi packaging dan interaksi dengan produk

yang dikemas dapat menyebabkan kemasannya pecah setelah waktu

tertentu.Untuk kemasan yang multicomponent, misalnya botol deodorant

roll on, semua komponen terpasang dan produknya harus dites

keretakannya agar dapat menjamin tidak ada produk yang retak selama di

pasar. Bila dimensi salah satu komponen di luar standar toleransi,

komponen ini akan menekan komponen lainnya, sehingga dapat

menyebabkan keretakan. Belum lagi ditambah dengan tekanan karena

produk dan kondisi di pasar.

g. Fade Test (kepudaran warna)

Ketahanan warna kemasan terhadap sinar matahari perlu

dites.Kemasan berwarna dapat memudar warnanya setelah waktu

tertentu.Bisa saja memudar dalam waktu yang relatif singkat (kurang dari 1

minggu di bawah sinar matahari).Hal tersebut karena tinta dan master

batch atau pigmen yang digunakan tidak tahan terhadap sinar


matahari.Untuk tingkat akurasi yang baik, digunakan alat dengan lampu

sinar UV dengan intensitas tertentu, yaitu dengan menjemur kemasannya

di bawah sinar matahari dan diamati setiap hari atau minggu.

h. Delamination

Pada kemasan yang terdiri dari beberapa lapisan baik fleksibel

maupun rigid container terutama yang fleksibel, dapat saja terjadi

pemisahan dari masing-masing lapisan material. Pemisahan ini dapat

disebabkan oleh proses produksi dan material yang digunakan tidak sesuai,

dan dapat juga disebabkan produk dan lapisan bagian dalam berinteraksi

sehingga produk dapat menembus lapisan-lapisan berikutnya.

Pemeriksaan ini harus juga menggunakan produk yang sesuai karena

kadang-kadang produk yang sejenis dengan parfum yang tidak sama,

hasilnya berbeda.

i. MVTR (Moisture Vapor Transmission Rate)

Untuk memeriksa perpindahan moisture (uap air yang bisa ditransfer

melalui kemasan).Uap air ini dapat berasal dari udara, jadi uap air masuk

dari udara ke dalam kemasan dan sebaliknya. Tentunya ini akan

mempengaruhi kualitas produknya terutama pada produk makanan.

j. Mullen Test / Burst test

Mencoba ketahanan robek dengna alat Mullen tester.Pada

umumnya tes ini dilakukan untuk karton.

k. Peel Bond
Ketahanan terhadap pengelupasan, berapa daya yang dibutuhkan

agar kemasan mengelupas atau dapat dikelupas.Pada umumnya

digunakan untuk kemasan fleksibel atau stiker.

l. Stiffness

Kekakuan dari bahan karton. Sifat ini akan berpengaruh pada

kemasan yang dihasilkan dan kelancaran mesin pengemas.


9. TECHNIC MANAGER

Departemen Teknik dipimpin oleh seorang Manajer dan

membawahi 3 assisten manager, yaitu:

 Asisten Manajer Perawatan Mesin (Unit Head of Maintenance)

Unit ini bertanggung jawab untuk memastikan semua perawatan dan

pemeliharaan alat-alat produksi telah dilaksanakan sesuai jadwal.

Program maintenance (pemeliharaan) terdiri dari:

1) Breakdown maintenance, merupakan pemeliharaan yang tidak

terjadwal atau tidak terencana, yaitu tindakan yang perbaikan yang

dilakukan hanya pada saat permasalahan timbul sebagai akibat

kerusakan mesin.

2) Preventive maintenance (planned maintenance), merupakan

pemeliharaan yang dilakukan berdasarkan rencana yang jelas, dapat

berupa rencana perawatan tahunan, bulanan dan mingguan.

3) Autonomous maintenance, merupakan pemeliharaan mesin yang

dilakukan mandiri oleh operator mesin (produksi). Operator produksi

dilibatkan dalam kegiatan pemeliharaan sederhana seperti

pengecekan harian, pelumasan, pengukuran dan pembersihan.

Dengan demikian, gejala kerusakan dapat dideteksi sedini mungkin,

sehingga kerusakan dapat dicegah secara total.

4) Improvement maintenance, merupakan pemeliharaan yang dilakukan

secara terencana dengan melakukan tindakan modifikasi dan


pengembangan alat/mesin dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja

alat.

 Asisten Manajer Utility (Unit Head of Utility)

Unit Utility bertanggung jawab untuk memastikan bahwa

keperluan pabrik (air, listrik, boiler, uap, udara bertekanan, udara

terkondisi) terpenuhi dengan baik. Utility yang menjadi tanggung jawab

bagian teknik dibagi menjadi dua yaitu:

1. Utility yang sangat berdampak pada kualitas:

a) Air Handling System (Sistem Tata Udara)

Sistem pengaturan udara di setiap ruangan produksi menggunakan Air

Handling Unit (AHU) atau Heating, Ventilating Air Conditioning (HVAC).

Kelembaban dan kebersihan udara juga dikendalikan dengan alat bantu

tambahan yaitu dehumidifier dan airfilter.

b) Water System (sistem air)

Sumber air berasal dari sumur artesis. Sebelum digunakan untuk

produksi, air dari sumur artesis ini diolah dengan multimedia filter, carbon

filter, klorinasi, resin penukar ion, UV desinfektan dan sistem reverse

osmosis sehingga dihasilkan RO (reverseosmosis) water.

c) Compressed Air System (sistem udara bertekanan)

Udara bertekanan ini dihasilkan dari kompresor. Jumlah kompresor

yang dimiliki adalah dua buah. Kompresor ini digunakan untuk

mengerakan mesin, membersihkan alat dan kemasan primer produk.


2. Utility yang tidak berdampak pada kualitas

a) Boiler

Boiler menghasilkan uap yang dibutuhkan oleh proses produksi

sebagai media pemanas dalam proses pemanasan maupun pengeringan,

atau pembersihan peralatan produksi dengan memasang filter uap

sebelum digunakan.

b) Listrik

Sumber utama listrik berasal dari PLN. Namun sebagai cadangan,

juga memiliki Generator Set (genset) untuk mengantisipasi apabila suatu

saat terjadi pemadaman listrik oleh PLN.

 Asisten Manajer EHS (Environmental, Healthy, and Safety)

Unit EHS bertanggung jawab untuk meyakinkan bahwa semua

kegiatan di pabrik sudah dilakukan sesuai dengan EHS, dan semua

saran dan prasarana untuk program EHS sudah tersedia. Program EHS

Meliputi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan Program Pelatihan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja bagi para karyawan (P2K3). EHS

Engineer berperan sebagai Koordinator P2K3.

1. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

Penanganan air limbah oleh bagian teknik menggunakan sistem

pengolahan secara fisika dan mikrobiologi dengan menggunakan bakteri

aerob. Air limbah diolah secara fisik dan biologi secara berurutan. Proses

biologi dilakukan secara aerob dengan suatu sistem kontak stabilisasi


menggunakan mikroorganisme yang mampu untuk mendegradasi air

limbah industri farmasi. Tahapan pengolahan air limbah yang dilakukan :

presedimentasi, ekualisasi, stabilisasi, aerasi, clarifier, carbon filter,

kolam ikan.

2. Program pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja

Program pelatihan K3 antara lain program Loss Prevention-Emergency

Response, program Colleague Safety, program Occupational Health, dan

program Occupational Medicine. Penjelasan mengenai masing-masing

program sebagai berikut:

a) Program Loss Prevention-Emergency Response merupakan

tindakan pencegahan terhadap kehilangan yang bertujuan untuk

menyelamatkan karyawan, properti/materi dan pencegahan ulang.

Program ini dititikberatkan pada pemadaman kebakaran. Pelatihan

pemadaman kebakaran dilakukan setiap satu tahun sekali dengan

menggunakan alat pemadam kebakaran dan pelatihan kondisi

darurat.

b) Program Colleague Safety merupakan program yang berhubungan

dengan proses produksi yang bertujuan untuk meningkatkan

keselamatan karyawan pada saat bekerja, seperti setiap alat harus

dilengkapi alat pengaman, karyawan harus menggunakan alat

pelindung diri (masker, helm, dan lain-lain).


c) Program Occupational Medicine adalah program pengobatan

pekerja seperti P3K, eyewash and safety showers, evaluasi medis,

dan lain-lain.

I. GEDUNG DAN FASILITAS

Dalam memilih lokasi bangunan hendaklah diperhatikan apakah ada

sumber pencemaran yang berasal dari lingkungan. Sebaiknya dipilih lokasi

di mana tidak ada risiko pencemaran lingkungan. Bila karena perubahan

struktur tanah, atau perencanaan kota, lingkungan pabrik tidak dapat

dihindarkan dari pencemaran hendaklah diambil tindakan sebagai berikut:

Lingkungan Bentuk Cemaran Tindakan Pencegahan

misalnya : misalnya :

Udara Berbagai jenis debu, melengkapi sistem ventilasi

misalnya debu jalan, dengan saringan udara awal

debu dari industri lain dan saringan udara akhir yang

dan partikel pestisida. masingmasing mempunyai

efisiensi 30-40% dan 90-95 %

(diukur menurut ASHRAE).

Tanah Bekas timbunan - konstruksi bangunan yang

sampah dan kokoh dan kedap air sesuai

bahan kimia. dengan peraturan bangunan

yang berlaku;
- bebas dari rembesan air,

serangga, binatang pengerat

serta dari kontaminan lain;

dan

- dilengkapi dengan saluran

pembuangan air yang efektif

untuk mencegah banjir.

Air Tanah Bekas timbunan - semua bekas timbunan

bahan bahan harus digali dan

kimia. dibuang sesuai dengan

- Air sadah atau air peraturan pemerintah yang

yang mengandung zat berlaku, bekas penimbunan

koloid. ini hendaklah dinetralisasi

- Mikroba patogen. (misal: dengan kapur tohor);

- pelunakan air;

- sedimentasi dan

penyaringan;

- disinfeksi misal: dengan

klorinasi

PERMUKAAN JENIS KETERANGAN SESUAI

DALAM BANGUNAN UNTUK


LANTAI a. Beton Padat a. Bersifat menahan Digunakan

debu hanya di

b. Tidak tahan daerah

terhadap gudang

tumpahan larutan

bahan kimia

b. Beton dilapis Kantor,

lembaran vinil a. Ketahanan koridor dan

terhadap bahan laboratorium

kimia terbatas

b. Sambungan dilas

agar kedap air

c. Mudah tergores

d. Untuk

c. Epoksi atau pembebanan Ruang

poliuretan sedang produksi

a. Monolitik,

permukaan tidak

berpori dan tidak

licin

d. Ubin keramik
b. Menahan Daerah

pertumbuhan produksi

bakteri

c. Mudah tergores

a. Tahan terhadap

bahan kimia dan

goresan

e. Ubin semen b. Mudah diperbaiki

c. Memerlukan Kantor dan

penutupan celah dapur

d. Sambungan sukar

dibersihkan

a. Ekonomis dan

mudah diperbaiki

b. Memerlukan

penutupan celah

c. Sambungan sukar

dibersihkan

d. Tidak tahan

terhadap
tumpahan bahan

kimia

e. Tidak tahan

terhadap goresan

DINDING Bata atau blok, a. Mudah retak bila Daerah

beton oadat pengerjaannya produksi

yang kurang baik

permukaannya b. Menimbulkan

diplester halus debu bila

dan dibuat dibongkar atau

kedap air direnovasi

dengan lapisan

cat minyak, cat

dari bahan dari

bahan akrilik

atau enamel

polimer tinggi,

poliuretan atau

epoksi.

LANGIT- a. Beton yang a. Sukar dimodifikasi Daerah

LANGIT dicat dengan untuk pengolahan

cat minyak, pemasangan dan

bahan akrilik, pengisian


enamel saluran listrik dan

polimer tinggi saluran udara

atau epoksi b. Dirancang untuk

menahan beban

berat

c. Ruangan

diatasnya dapat

digunakan untuk

penempatan

b. Panel jenis saluran udara dan

gantung layanan lain Daerah

(terbuat dari produksi

gipsum, a. Membutuhkan

triplek dilapisi baja penopang

enamel) b. Tidak dapat

menahan beban

berat

c. Sambungan perlu

ditutup dengan

karet silikon untuk

pencegahan

pemcemaran dari

ruang di atasnya.
Konstruksi bangunan hendaklah memenuhi syarat dan peraturan yang

berlaku untuk bangunan. Hendaklah diadakan sarana perlindungan

seperlunya terhadap:

Lingkungan Tindakan Pencegahan

antara lain dengan

Cuaca - memberikan cat tahan cuaca pada tembok;

- memasang alat penyerap kelembaban

udara secara pendinginan atau secara

penyerapan oleh bahan kimia yang

higroskopis.

Banjir - mendesain letak bangunan dibuat lebih

tinggi daripada permukaan air banjir;

-memasang saluran pembuangan air yang

efektif.

Rembesan Air - memasang saluran pembuangan air yang

efektif;

- membuat pondasi dan lantai bangunan

yang tahan rembesan air sesuai dengan

teknik bangunan yang berlaku.

Masuk dan bersarang - memasang kawat kasa dan / atau tirai

binatang kecil, tikus, plastik;

burung, serangga dan - melaksanakan pest control. Lihat Contoh

hewan lain Protap Pengendalian Hama Terpadu.


Masuk benda dan - memasang saringan udara kasar / kasa

pengotor lain pada jalur masuk ke Sistem Tata Udara.

Bangunan dan fasilitas hendaklah dirawat secara teratur agar

senantiasa bersih dan rapi. Setiap pelaksanaan perbaikan dianjurkan

dilakukan di luar waktu kegiatan produksi.

Rancang-bangun hendaklah dibuat sedemikian rupa sehingga sarana

untuk kegiatan yang berhubungan langsung dengan daerah luar

dikelompokkan. Kegiatan yang berhubungan langsung dengan daerah luar

antara lain adalah:

 penerimaan bahan awal;

 masuk-keluar personil;

 pemakaian seragam kerja;

 mandi, cuci tangan dan buang air; dan

 penyerahan produk jadi untuk distribusi.

Rancangan di atas perlu ditekankan agar tidak berdampak negatif

terhadap kegiatan produksi yang dilakukan di area dengan kelas

kebersihan lebih tinggi.

 Tata letak ruang hendaklah dikaji sejak tahap perencanaan konstruksi

bangunan demi keefektifan semua kegiatan, kelancaran arus kerja,

komunikasi dan pengawasan serta untuk menghindarkan

ketidakteraturan. Peralatan produksi, barang dan fasilitas lain yang

akan ditempatkan serta lalu-lintas barang dan orang hendaklah


digambarkan dengan benar pada tata letak ruang sesuai dengan

ukuran yang direncanakan.

 Untuk mencegah penggunaan daerah produksi sebagai lalu-lintas

umum bagi personil atau barang / bahan hendaklah disediakan koridor

agar ruang produksi dapat dicapai tanpa melalui ruang produksi lain.

Untuk mencegah ruang pengolahan digunakan sebagai tempat

penyimpanan hendaklah disediakan ruang penyimpanan terpisah

yang memadai. Tindakan pencegahan dapat dilakukan misal dengan

penggunaan kontrol akses dan / atau prosedur yang sesuai. Cukup

jelas. Lihat Contoh Konsep Alur Barang dan Personil, Lampiran 2

II. AREA PENIMBANGAN

Lihat Contoh Desain Area Penimbangan, Lampiran 3

III. AREA PRODUKSI

Untuk memperkecil risiko bahaya medis yang serius akibat terjadi

pencemaran silang, suatu sarana khusus dan self-contained harus

disediakan untuk produksi obat tertentu dan dilaksanakan sebagai berikut:

Untuk pengolahan produk di bawah ini:

 antibiotika golongan betalaktam penisilin,

 antibiotika golongan betalaktam nonpenisilin,

 hormon seks,

 onkologi,

 preparat biologi (selama masih belum diinaktivasi),

 produk darah, dan


 vaksin

Hendaklah dibuat dalam bangunan terpisah dari golongan yang lain.

Udara yang keluar dari fasilitas tersebut hendaklah dilewatkan melalui

saringan udara HEPA dengan efisiensi minimal 99,95 % (class H13

EN1822) atau melalui suatu sistem yang sesuai sebelum dilepaskan ke

atmosfir.

Luas area kerja produksi hendaklah minimal dua kali luas yang

diperlukan untuk penempatan peralatan (termasuk wadah yang diperlukan

untuk suatu kegiatan) ditambah luas area untuk keperluan pembersihan

dan perawatan mesin oleh operator produksi dan / atau teknisi.

Permukaan lantai, dinding, langit-langit dan pintu hendaklah:

 kedap air;

 tidak terdapat sambungan untuk mengurangi pelepasan atau

pengumpulan partikel;

 tidak merupakan media pertumbuhan mikroba;

 mudah dibersihkan serta tahan terhadap proses pembersihan,

bahan pembersih dan disinfektan yang digunakan berulang kali

dengan memperhatikan faktor kepadatan, porositas, tekstur dan

sifat elektrostatis.

Untuk daerah pengolahan dan pengemasan primer hendaklah

dihindarkan pemakaian bahan dari kayu. Bila terpaksa menggunakan

bahan dari kayu hendaklah diberi lapisan misal cat poliuretan atau enamel.
Lapisan cat tidak mudah mengelupas. Lihat Contoh Jenis Bahan Bangunan,

Lampiran 4

Lampu hendaklah rata dengan langit-langit dan diberi lapisan untuk

mencegah kebocoran udara atau bila menonjol keluar mempunyai desain

sudut yang mudah dibersihkan. Dianjurkan agar lampu dapat diperbaiki dari

atas langit-langit. Stop kontak listrik hendaklah datar dengan permukaan

dan kedap air agar tidak ada rongga atau celah dan dapat dibersihkan.

Instalasi kabel listrik yang dihubungkandengan mesin produksi dianjurkan

dari atas.

Pipa saluran udara hendaklah dipasang di atas langit-langit atau

mesanin; apabila tidak dapat dihindarkan hendaklah dilengkapi dengan

penutup / cover sehingga mudah dibersihkan.

Lubang udara masuk dan keluar serta pipa-pipa dan salurannya

hendaklah dipasang sedemikian rupa untuk mencegah pencemaran

terhadap produk. Lihat Instalasi Lubang Udara Masuk, Lampiran 5

Udara di ruang pengolahan yaitu area dengan kondisi lingkungan

spesifik yang ditetapkan, dikendalikan dan dipantau untuk mencegah

kontaminasi silang (dalam fasilitas multiproduk) atau degradasi bahan awal

dan produk, misal di mana produk, bahan awal dan komponen terpapar ke

lingkungan ruangan, serta ruang cuci alat dan ruang penyimpanan bagian

peralatan yang bersentuhan dengan produk yang disirkulasi balik

hendaklah dilewatkan susunan sistem terdiri dari filter EN 779 G4 + F8 +


HEPA Filter EN 1822 H13 sebelum udara dialirkan kembali ke ruang

pengolahan untuk mencegah kontaminasi silang.

Kinerja dari Sistem Tata Udara secara keseluruhan hendaklah

dikualifikasi untuk sarana pembuatan produk steril selama minimum 5 hari

berturut-turut yang memenuhi persyaratan dalam status nonoperasional

dan produk nonsteril minimum 3 hari.

IV. Sistem Tata Udara (Air Handling Unit/AHU)

Sistem tata udara atau yang lebih dikenal dengan istilah AHU (Air

Handling Unit) atau HVAC (Heating, Ventilating, and Air Conditioning)

merupakan cerminan penerapan CPOB dan salah satu penunjang yang

membedakan industri farmasis dan industri lainnya.Sistem Pengendalian

Udara bertujuan untuk melindungi proses produksi dari kontaminasi

lingkungan dengan cara mengendalikan jumlah partikel, tekanan udara di

dalam maupun di luar ruangan (koridor), kelembaban udara atau RH

(Relative Humidity), temperatur udara, filtrasi udara, dan kecepatan

pertukaran udara.
Gambar: Air Handling Unit (AHU)

Adapun parameter kritis dari AHU yaitu:

1. Suhu

2. Kelembaban

3. Partikel udara

4. Perbedaan tekanan antar ruangdan pola aliran udara

5. Volume alir udara dan pertukaran udara

6. Sistem filtrasi udara

Parameter kritis dari AHU di atas ditunjang dengan komponen

AHU yang terdiri atas:

1. Heating and cooling coil

Berfungsi untuk mengontrol suhu dalam ruangan

2. Humidifier

Berfungsi untuk mengintrol kelembaban udara dalam ruangan.

Humidifier tidak boleh menjadi sumber kontaminasi, dengan tidak

menggunakan evaporatif, atomizer, water-mist spray.

3. Diffuser

Berfungsi untuk mengatur pola aliran udara yang keluar dari

suplai udara
4. Filter

Berfungsi untuk menyaring dan mengontrol jumlah partikel dan

mikroorganisme yang berisiko mengontaminasi proses produksi.

Filter yang digunakan untuk AHU dibagi menjadi beberapa jenis

tipe tergantung efisiensinya, yakni:

 Pre-filter (efisiensi penyaringan 35%)

 Medium filter (efisiensi penyaringan 95%)

 High efficiency particulate air filter (efisiensi penyaringan

99,997%)

5. Ducting

Berfungsi sebagai saluran tertutup tempat mengalirnya udara.

Terdiri dari saluran yang masuk (ducting supply) dan saluran

yang keluar dari ruangan produksi dan kembali ke AHU (ducting

return).

6. Dumper

Bagian dari ducting AHU yang mengatur jumlah (debit) udara

yang dipindahkan ke dalam ruang produksi. Debit udara yang

masuk disesuaikan dengan ukuran ruangan yang akan

menerima distribusi udara tersebut.

Berdasarkan Petunjuk Operasional Penerapan Pedoman CPOD,

sistem udara yang digunakan untuk produk non steril seperti tablet

adalah AHU kelas E.


Gambar Sistem Tata Udara
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 2
Lampiran 4
Lampiran 5
10. QUALITY ASURANCE

Quality Assurance atau Pemastian mutu adalah konsep yan luas

yang memastikan dan menjamin kualitas produk secara keseluruhan baik

kolektif maupun individu, mulai dari konsep design hingga produk ke tangan

produsen.

QA tidak saja mencakup pelaksanaan CPOB/CPKB melainkan juga

cara berlaboratorium yang baik (GDP) dan cara uji klinik (GCP), serta cara

distribusi yang baik (GDP). Dengan demikian CPOB/CPKB merupakan

bagian dari system pemastian mutu (QA).

Dalam rangkamemenuhi tuntutan konsumen atas jaminan mutu

terhadap khasiat, keamanan, dan kualitas produk industry farmasi. QA

secara proaktif dengan cara menilai data-data mengenai proses bahan dan

pemasok serta memberi petunjuk/rekomendasi perubahan yang dapat

memperbaiki efisiensi dan konsistensi secara organisasi.

GCP (Good Clinic Praktis)

Pedoman mengenai GCP untuk pengujian terhadap prodk farmasi

adalah:

1. Untuk memastikan konsistensi antara obat yang bereda di bets dan

obat dalam penelitian sehingga memastikan uji klinis dapat

dipercaya atau tidak.

2. Untuk melindungi sujek uji klinis dari produk bermutu rendah yang

disebakan oleh kesalahan pemuatan atau kelalaian dalam tahap


kritis seperti sterilisasi, kontaminasi silang, karena bahan awal dan

komponen dalam mutu tidak memadai.

3. Untuk mendokumentasikan semua perubahan dalam proses

pembuatan, dalam hal ini pemilihan dosis yang tepat untuk uji klinis

sangat penting.

GLP (Good Laboratory Practis)

USP dan FDA menekankan pada kemurnian kadar ahan oat.

Kemurnian aik dari hasil sintesis atau mutu ahan obat batasnya 2% dengan

identifikasi kemurnian dan larutan residu yang mudah menguap.

ICH (International Converency on Harmonisation) memerikan

petunjuk pada spesifikasi untuk kemurnian bahan obat baru diklasifikasikan

sebagai berikut :

1. Kemurnian ahan organik, sumer ini meliputi ahan awal, pereaksi

oleh produk, perantara dn peruahan. Kemurnian diatas 0,1%

menjadi karakteristik, diawah 0,1% tidak diharapkan kecuali tidak

mengakiatkan toksik.

2. Kemurnian ahan inorganik, pereaksi, katalis, logam berat, arang,

batuan penyaring.

GDP (Good Distribution Practis)

Pengujian dan pelepasan untuk distribusi :

1. Untuk setiap bets dari produk obat tidak akan sesuai penentuan

laboratorium dari konfirmasi yang memuaskan untuk spesifikasi

akhir produk obat termasuk identitas dan kekuatan bahan aktif


sebelum diedarkan dimana sterilitas dan tes pirogen dilakukan

secara khusus disediakan pengujian yang cepat.

2. Uji laoratorium yang diperlukan dari setiap bets bebas

mikroorganisme. 1993 FDA melakukan investigasi, operasi

laoratorium meliputi :

- Evaluasi yang tidak memadai dari hasil spesifikasi

- Penggunaan pada uji outlet dengan pemberian diskon hasilnya

gagal.

Komponen yang menunjang untuk mencapai mutuobat yang

bagus (departemen control) meliputi :

1. Quality Assurance (QA) Jaminan mutu

2. Quality Control (QC) Pengawasan mutu

3. Quality Inspection (QI) Pemeriksaan mutu

Sistem pemastian mutu kualitas obat telah menjadi perhatian utama

dari Badan Kesehatan Dunia (WHO). Dimana dibutuhkan suatu standar

internasional untuk makanan, produk biologis, produk farmasi dan produk-

produk sejenisnya. Adanya jaminan atau pemastian mutu obat-obatan

sangatlah penting sebab berkaitan dengan kebutuhan kesehatan dan

standar kualitas, keamanan dan khasiat yang dapat diterima.


LAMPIRAN WADAH

Anda mungkin juga menyukai