Anda di halaman 1dari 137

TUGAS FARMASI INDUSTRI

Injeksi Epinefrin (Epicon®)


PT. Duo-Pharmacon

OLEH :
KELOMPOK 2
Muh. Istiqlal Yunus N014181725 (Direktur)
Mutiha Katrina P.S. N014181736 (HRD Manager)
Andi Try Resti F.S. N014181713 (Marketing Manager)
Andi Dian Aslin A. N014181058 (Finance Manager)
Andi Indardaya N014181064 (Plan Manager)
Diana Fitria N014181027 (R&D Manager)
Sabrina Resky Pratiwi N014181067 (Product Dev. R&D)
Haerunnisa N014181060 (Packaging Dev. R&D)
Cynthia Anggi Pradita N014181712 (Registration Officer R&D)
Sri Fauziah N014181036 (QC Manager)
Sumi N014181029 (Lab. Supervisor QC)
Evi Febriani N014181022 (Lab. Microbiology QC)
Ferdy Winardy N014181719 (IPC QC)
Nurul Amalia N014181008 (Manager Produksi)
Hikmawati N014181017 (Production Spv. Produksi)
Ahmad Muarif N014181041 (Packaging Spv. Produksi)
Fitri Rustam N014181004 (PPIC Manager)
Nurhikmah N014181708 (QA Manager)
Mini Ariska Febrianty N014181057 (Validation Off. QA)
Ahmad Hidayat N014181040 (Technical Manager)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Industri farmasi adalah industri yang berbasis ilmu pengetahuan
yang padat riset. Salah satu hal yang tidak bisa dihindarkan dalam
perusahan industri farmasi adalah timbulnya persaingan tajam antar
perusahaan farmasi. Oleh karena itu, perusahaan farmasi yang telah hadir
di Indonesia dituntut untuk mampu bersaing dengan cara membuat
inovasi, promosi dan sistem pemasaran yang baik, serta kualitas produk
yang optimal dan mampu diterima baik oleh masyarakat. Menurut WHO
(World Health Organization) industri farmasi merupakan industri berbasis
riset secara berkesinambungan, memrlukan inovasi, promosi, biaya,
organisasi, dan sistem pemasaran yang baik. Menurut Permenkes
Republik Indonesia No. 1799/Menkes/per/XII/2010, Industri Farmasi
adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk
melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat.
Produk steril adalah bentuk sediaan obat dalam bentuk terbagi-bagi
yang bebas dari mikroorganisme hidup. Pada prinsipnya, yang termasuk
dalam bentuk sediaan ini antara lain sediaan parentral, preparat untuk
mata dan preparat irigasi (misalnya infus). Sediaan parentral merupakan
jenis sediaan yang unik di antara bentuk sediaan obat terbagi-bagi, karena
sediaan ini disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa ke bagian
tubuh. Karena sediaan ini mengelakkan garis pertahanan pertama dari
tubuh yang paling efisien, yaitu membran kulit dan mukosa, maka sediaan
ini harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari bahan-bahan toksis
lainnya, serta harus memiliki tingkat kemurnian yang tinggi. Semua bahan
dan proses yang terlibat dalam pembuatan produk ini harus dipilih dan
dirancang untuk menghilangkan semua jenis kontaminasi, apakah
kontaminasi fisik, kimia atau mikrobiologis.
Dalam menjalankan setiap kegiatan pengerjaan dan pembuatan
sediaan farmasi, industri farmasi wajib menerapkan pedoman cara
pembuatan obat yang baik atau biasa disingkat dengan CPOB. Hal ini
dikarenakan, setiap industri farmasi memiliki tanggung jawab yang besar
dalam membuat sediaan farmasi yang nantinya akan digunakan oleh
masyarakat luas. Sediaan farmasi tersebut harus memenuhi persyaratan
yang tercantum dalam dokumen izin edar (registrasi) dan tidak
menimbulkan risiko yang membahayakan pasien yang menggunakannya
bahkan sampai menyebabkan kehilangan nyawa.
Setiap industri farmasi wajib mengacu pada pedoman yang
dikeluarkan melalui Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 13 tahun 2018 tentang Perubahan atas peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.03.1.33.12.12.8195 Tahun 2012
Tentang Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik.
Pedoman CPOB yang mengacu pada Good Manufacturing Practice
(GMP) dibuat untuk memberikan jaminan bahwa obat yang diproduksi
secara konsisten dapat memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dan
sesuai dengan tujuan penggunaannya yang mencakup seluruh aspek
produksi dan pengendalian mutu.
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Profil Perusahaan


Sejarah berdirinya PT. Duo-Pharmacon di Indonesia bagian timur
dimulai pada tahun 1994 di daerah Sulawesi Selatan, Kota Makassar.
Secara rinci PT. Duo-Pharmacon berdiri pada hari Rabu, 17 Maret 1994 di
Jalan Jalur Lingkaran Barat No.27 Kawasan Industri Kima Kota Makassar
dengan luas bangunan 8000 m2 dan luas lahan 10.000 m2. Perusahaan
didirikan oleh seorang Apoteker muda yang memiliki jiwa usaha dibidang
industi farmasi. Beliau adalah Muhammad Istiqlal Yunus, S.Farm.,M.
Farm., Apt. bersama dengan rekannya yang bernama Andi Dian Aslin,
S.Si., M.Si. Apt. Mereka mulai menggeluti dan mengembangkan industri
farmasi ini dengan memproduksi beberapa sediaan farmasi.
Dalam awal perkembangannya perusahan ini dimulai dengan
hanya mengembangkan dua produk saja, namun setelah 3 tahun
kemudian tepatnya pada tahun 1997, perusahaan ini mulai melakukan
inovasi beberapa produk farmasi yang lebih banyak. Tentunya ini dilihat
dari banyaknya minat dan keinginan dari konsumen yang selalu
menginginkan produk farmasi yang lebih baik, nyaman dan mudah
digunakan. Krisis Indonesia yang sempat terjadi pada tahun 1998 sempat
membuat perusahan berpikir keras untuk kembali aktif dan tetap
berproduksi. Tentunya dengan beberapa dukungan dari pihak investor
dan stakeholder yang tetap memberikan kontribusi terhadap bertahannya
PT Duo-Pharmacon ini.
Hingga saat ini, PT Duo-Pharmacon telah memperkerjaan lebih dari
2000 pegawai yang telah ditempatkan dibeberapa daerah yang ada di
Indonesia. Tahun 2005. Beberapa Negara telah memberikan kepercayaan
kepada PT Duo-Pharmacon untuk menggunakan beberapa sediaan
produk farmasi yang telah kami produksi. Beberapa diantaranya adalah
Malaysia, Singapura, Thailand, Australia, dan beberapa Negara Timur
Tengah. Dengan percapain ini, tentunya menandakan bahwa PT Duo-
Pharmacon telah memberikan nilai-nilai positif sebagai salah satu
perusahaan industri farmasi terbesar yang ada di Wilayah Indonesia
Timur.
II.1.1 Visi dan Misi
1. Visi
Menjadi pelopor produsen sediaan farmasi yang terbaik dan
terdepan dimata nasional dan internasional.
2. Misi
a. Melakukan riset dan inovasi dalam setiap pembuatan sediaan
farmasi
b. Menjangkau setiap lingkup kepercayaan konsumen dalam
pembuatan sediaan farmasi
c. Menguatkan sistem pemasaran dengan nilai-nilai kejujuran dan
ekonomis
II.1.2 Filosofi Logo

PT. DUO-PHARMACON, Tbk.


Makassar-Indonesia
Warna Biru melambangkan warna yang universal, menggambarkan
kehandalan, dapat dipecaya, stabilitas, kecerdasan yang ingin
diperkenalkan oleh perusahaan kepada masyarakat. Warna biru juga
menggambarkan warna laut yang sesuai dengan kondisi kemaritiman
khas Sulawesi Selatan.
Dua huruf pada logo yakni huruf “D” dan huruf “P” merupakan inisial
dari nama perusahaan dan huruf tersebut yang bersambung
menggambarkan perusahaan ini memiliki pemikiran yang tak terbatas dan
tak terhingga seperti pada lambang infinity.
Duo Pharmacon terdiri dari kata “Duo” yang berarti Dua yang
menggambarkan perusahaan ini didirikan oleh dua orang apoteker, serta
kata “Pharmacon” yang berarti bahwa perusahaan bergerak dibidang
industri farmasi.
ll.1.3 Lokasi

Lokasi PT Duo-Pharmacon terletak di Jalan Jalur Lingkaran Barat No.27


Makassar.

PT. Duo-pharmacon
ll.1.4 Sertifikat

Adapun sertifikat yang telah didapatkan oleh PT. Duo-Pharmacon :


II.2. Struktur Organisasi dalam Industri Farmasi
Berikut merupakan struktur organisasi pada PT. Duo-Pharmacon :

II.3. Presiden Direktur


Tugas, wewenang serta tanggung jawab direktur adalah :
a. Menentukan kebijakan tertinggi perusahaan.
b. Bertanggung jawab terhadap keuntungan dan kerugian
perusahaan.
c. Mengangkat dan memberhentikan karyawan perusahaan.
d. Memelihara dan mengawasi kekayaan peseroaan terbatas.
e. Bertanggung jawab dalam memimpin dan membina perusahaan
secara efektif dan efesien.
f. Mewakili perusahaan, mengadakan perjanjian-perjanjian,
merencanakan dan mengawasi pelaksanaan tugas personalia yang
bekerja pada perusahaan.
g. Menyusun dan melaksanakan kebijakan umum pabrik sesuai
dengan kebijakan RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham).
II.4 Human Resource Development (HRD) Manager
Bagian HRD (Human Resource Development) adalah salah satu
bagian terpenting dari bagian-bagian yang ada pada PT. Duo-
Pharmacon. Bagian ini mengurusi hal-hal yang berhubungan dengan
pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia yang ada pada
PT. Duo-Pharmacon sehingga sumber daya yang ada dapat dikatakan
berkualitas.
PT. Duo-Pharmacon telah memberlakukan suatu prosedur dasar
mengenai tugas, wewenang dan tanggung jawab dari tiap karyawan yang
bekerja pada perusahaan. Dimana tugas, wewenang dan tanggung
jawab tersebut diuraikan secara garis besar dan jelas.
Adapun tugas, wewenang dan tanggung jawab dari Manager
Human Resource Development (HRD) adalah sebagai berikut :
Manager Human Resource Development

Tugas dari Manager HRD meliputi :

a. Memimpin dan menjamin pengembangan alat-alat seleksi untuk


pengadaan sumber daya manusia.
b. Memimpin penyusunan sistem dan prosedur, revisi dan
dokumentasi serta analisa-analisa yang berkaitan dengan sumber
daya manusia dan pengembangannya yang meliputi: Job
Responsibility, Task List, Job Specification dan Persyaratan
Kompentensi, Penilaian Prestasi Kerja, Program Belajar dan
hasilnya, Succession Plan, Data Karyawan dan Program
Perbaikan.
c. Memimpin dan menjamin terselenggaranya program-program
komunikasi yang sehat untuk pembinaan sumber daya manusia
dengan bekerja sama dengan Industrial Relation Manager.
d. Memimpin terselenggaranya pengembangan sumber daya
manusia yang efektif dan efisien.
e. Memimpin kegiatan pemeliharaan terhadap sumber daya manusia
berupa: mengembangkan riset-riset tenaga kerja dan melaporkan
hasilnya, dan mengusulkan kebijakan baru yang terkait dengan
berdasarkan hasil riset.
f. Memimpin perencanaan dan evaluasi terhadap rencana dan
penyusunan Anggaran Belanja Operasional dan Anggaran
Investasi terkait di bidangnya.
g. Memimpin terlaksanannya budaya 5R (Ringkas, Rapi, Resik,
Rawat, Rajin) terhadap semua aset yang ada di bagiannya, baik
berbentuk file, alat, mesin dan sebagainya.
h. Memimpin kegiatan administrasi di bagiannya sehingga semua
data, Standard Operational Procedur (SOP), laporan, sistem dan
prosedur, dan peraturan yang lain tersedia secara lengkap, akurat
dan up to date.
i. Mengelola pengembangan sumber daya manusia dengan bekerja
sama dengan Assesment Manager, Training Manager, Human
Resource Organization dan lini terkait dalam hal mendesain dan
mengembangkan sistem yang berkaitan dengan pengembangan
sumber daya manusia di perusahaan.
j. Memimpin analisa kebutuhan pelatihan untuk semua jabatan di
perusahaan, baik yang bersifat corporate maupun fungsional
dengan dibantu Training Manager dan Administrative Manager.
k. Mengevaluasi efektivitas program pelatihan yang telah dibuat, baik
materi, instruktur, metode dan peserta latihan.
l. Merancang program-program komunikasi yang sehat untuk
pembinaan sumber daya manusia dalam bentuk diskusi untuk
tingkat pimpinan dan majalah perusahaan.
m. Mengembangkan riset-riset tenaga kerja dalam upaya
peningkatan produktivitas kerja dan mengusulkan rekomendasi
perubahan policy yang terkait dengan hasil riset.
n. Mengutamakan kesejahteraan karyawan. Sebagai wujud
ungkapan terima kasih dan ungkapan penghargaan atas
sumbangsih karyawan, PT. Duo-Pharmacon memberikan
beberapa fasilitas untuk menunjang kesejahteraan karyawan
seperti pemberian kredit kendaraan, tunjangan subsidi bahan
bakar, bonus, tunjangan hari tua, asuransi kesehatan, tunjangan
pengobatan, Jamsostek, dan lainnya. Dengan mengutamakan
kesejahteraan karyawan, perusahaan akan diuntungkan karena
hal itu akan memotivasi karyawan-karyawan untuk lebih giat
dalam bekerja dan juga meningkatkan loyalitas karyawan terhadap
perusahaan.
Wewenang dari Manager HRD meliputi :
a. Menandatangani surat keluar yang berkaitan dengan pelatihan
dan pengembangan sumber daya manusia.
b. Mencairkan Anggaran Belanja Operasional dan Anggaran
Investasi sebatas anggaran.
c. Memutuskan peringkat surat peringatan setelah berkonsultasi
dengan Factory Personnel Manager untuk anak buah yang
melakukan pelanggaran.
d. Menetapkan metode pelatihan, metode perhitungan akhir dari
hasil Penilaian Prestasi Kerja (PPK).
e. Menentukan instruktur/ fasilitator/ pembimbing dalam tiap modul
pelatihan.
f. Menentukan tiap topik dalam program-program komunikasi baik
yang berbentuk diskusi maupun majalah.
g. Memutuskan metode pelatihan yang tepat dalam tiap modul
pelatihan.

Karena PT. Duo-Pharmacon ini bergerak dalam bidang farmasi


adapun
kualifikasi karyawan yang kami butuhkan diantaranya :
a. Pendidikan terakhir :
 Telah lulus dari Program Studi Profesi Apoteker perguruan
tinggi/institusi minimal akreditasi B.
 Telah lulus dari Program Studi S1 Farmasi perguruan
tinggi/institusi minimal akreditasi B
b. Indeks Prestasi Kumulatif minimal 3,0
c. Memiliki pengetahuan yang memadai
d. Memiliki keterampilan sesuai tugasnya
e. Sehat jasmani dan rohani
f. Mampu membuat keputusan secara profesional
g. Mampu bekerja sesuai dengan CPOB
h. Mampu untuk bekerjasama
i. Mempunyai mental yang baik dan jujur
j. Mampu bekerja dibawah tekanan

II.5 Marketing Manager


Marketing manager berfungsi sebagai pemasaran dalam sebuah
organisasi dan melaksanakan proses menciptakan nilai bagi kostumer.
Marketing manager juga bertanggungjawab dalam menentukan kemajuan
perusahaan dengan mengusahakan agar produk yang diproduksi oleh
perusahaan diterima konsumen.
Dalam proses marketing mempertimbangkan 4P, yaitu :
1. Product (Hasil)
Produk yang dihasilkan oleh perusahaan hendaknya memiliki
keunggulan yang membuatnya mampu bersaing dengan perusahaan
lain. Keunggulan tersebut dapat terlihat dari penampilan dan kemasan
yang menarik, kualitasnya dan ragam produk yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
2. Price (Harga)
Produk yang dihasilkan mempunyai harga yang ekonomis
(terjangkau oleh masyarakat).
3. Promotion (Promosi)
Produk yang dihasilkan dipromosikan baik melalui tatap muka
langsung yang dilakukan oleh medical representative maupun melalui
media cetak (katalog).
4. Place (Distribusi)
Produk yang dihasilkan didistribusikan ke Pedagang Besar Farmasi
(PBF), Rumah Sakit dan Klinik Dokter. Proses distribusinya
berdasarkan: pesanan, saluran distribusi, dan banyaknya distributor.
Keempat komponen ini merupakan bagian penting dalam aktivitas
pemasaran yang terdiri dari tugas pemasaran dan sumbangannya untuk
bersaing secara efektif.
Proses manajemen pemasaran diarahkan pada produk yang
mampu bersaing atau pelayanan dengan pilihan pasar dan meliputi
pilihan, harga, komunikasi, dan penjualan distribusi. Tingkatan pesanan,
proses pemenuhan dan pelayanan melaksanakan bisnis dari hari ke hari
adalah hal yang dilakukan dengan tujuan untuk mencapai kepuasan
pelanggan yang merupakan hal yang menguntungkan bagi perusahaan.

Analisis Pemasaran
Sebelum menentukan produk terbaru yang akan diproduksi, terlebih
dahulu tim marketing dari PT. Duo-Pharmacon akan menganalisis
kebutuhan pasar saat ini terkait penyakit yang banyak diderita oleh
masyarakat lalu menyelidiki obat yang sering digunakan oleh sarana
pelayanan kesahatan seperti di rumah sakit dan klinik dokter.
Berdasarkan hasil survey, Epinefrin termasuk dalam golongan obat
gawat darurat yang yang sering digunakan di rumah sakit dan klinik dokter
serta pergerakannya dipasaran terbilang cepat (fast moving), banyak
dibutuhkan untuk sarana pelayanan kesehatan baik di rumah sakit dan
klinik dokter. Oleh karena itu, perusahaan PT. Duo-Pharmacon
memutuskan untuk memproduksi suatu sediaan steril berupa injeksi
Epinefrin (Epicon®).
Epinefrin merupakan prototipe obat adrenergik. Epinefrin
meningkatkan kontraktilitas (inotropik positif) dan laju jantung (kronotropik
positif), serta menimbulkan vasokontriksi. Epinefrin diindikasikan untuk
pasien henti jantung, syok anafilaksis, reaksi alergi berat (pemberian
dikombinasi dengan cairan, kortikosteroid, dan antihistamin),
bronkospasme. Epinefrin menjadi terapi awal untuk penanganan serangan
jantung akibat ritme awal yang tidak dapat terkejut.
Analisis SWOT marketing yaitu :
a. Strength/kekuatan
PT. Duo-Pharmacon merupakan perusahaan yang
mengeluarkan produk obat-obatan untuk masyarakat. Banyak
produk dari PT. Duo-Pharmacon menjadi inovator dengan
mengembangkan obat-obatan serta rumusan kimia baru baik
dengan kemampuan sendiri ataupun melalui aliansi strategis
dengan mitra internasional. Serta banyak menghasilkan produk-
produk baru yang berbasis teknologi ini.
Di Indonesia khususnya di Sulawesi Selatan PT. Duo-
Pharmacon merupakan satu-satunya perusahaan yang
menyediakan produk steril, sehingga hal ini menjadi kekuatan bagi
perusahaan dalam menyusun strategi bersaing dengan industri
farmasi yang lain.
Produk epinefrin yang diproduksi oleh perusahaan duo-
pharmacon menggunakan bahan tambahan yang diperoleh dari
hasil sintesis perusahaan sendiri sehingga keamanan bahan tetap
terjaga dan penetapan harga produk bisa diminimalisir.
b. Weakness/kelemahan
Masih tingginya tingkat kepercayaan konsumen terhadap
perusahaan internasional sehingga pihak perusahaan perlu lebih
meyakinkan konsumen tentang kelebihan produk yang dimiliki oleh
PT. Duo-Pharmacon.
c. Opportunity/peluang
1. Tingginya tingkat penggunaan epinefrin di sarana pelayanan
kesehatan dalam hal ini RS dan klinik dokter.
2. Tingginya kasus kardiovaskular yang dialami oleh masyarakat
khususnya di Indonesia
d. Threat/ancaman
1. Adanya kompetisi internal yang cukup keras terutama terjadi di
jalur pemasaran.
2. Semakin luasnya pasar yang ingin dicapai, yatu menembus
pasar internasional akan semakin meningkat pula pesaing-
pesaing bisnis farmasi

Strategi Pemasaran
Epicon® merupakan produk obat yang pemakaiannya harus dengan
resep dokter sehingga produk ini tidak boleh dipromosikan secara
langsung kepada konsumen. Selain efek terapi yang cepat, sediaan
injeksi tidak bisa digunakan sendiri oleh masyarakat sehingga sediaan ini
cenderung digunakan di tempat pelayanan kesehatan agar
pemberiannya dapat dilakukan secara langsung oleh tim pelayanan
kesehatan di rumah sakit atau klinik dokter.
Jalur distribusi pemasaran Epicon® injeksi ini dilakukan melalui
pemasaran secara langsung ke tiap-tiap Pedagang Besar Farmasi
(PBF), rumah sakit dan klinik dokter. Cara kami memperkenalkan produk
PT. Duo-Pharmacon adalah dengan memberikan katalog yang memuat
informasi mengenai produk kami dan juga ada alamat website, e-mail
perusahaan, dan kontak person yang bisa dihubungi bila ingin
melakukan pemesanan ataupun terdapat keluhan dari konsumen. Setiap
Pedagang Besar Farmasi (PBF), rumah sakit, klinik dokter, ataupun
apotek yang bekerjasama dengan PT. Duo-Pharmacon akan dilayani
dengan baik, cepat dan tepat untuk meningkatkan kepercayaan
konsumen terhadap perusahaan. Tiap tahun PT. Duo-Pharmacon akan
memberikan bonus ataupun diskon kepada konsumen yang siap
bekerjasama. Bila ada keluhan produk dari konsumen terhadap
perusahaan maka PT. Duo-Pharmacon akan berusaha menangani
keluhan tersebut dengan cepat.
Belum didirikannya industri farmasi produk steril khususnya
epinefrin di sulawesi selatan sehingga dengan adanya produk yang
disediakan oleh PT. Duo-Pharmacon akan memudahkan suplai epinefrin
ke PBF dan sarana pelayanan kesehatan yaitu rumah sakit dan klinik
dokter.
Adapun harga produk epinefrin yang akan ditawarkan oleh PT.
Duo-Pharmacon kepada konsumen adalah :
Harga Produk 1 ml Ampul :
 Rp 12.000,-/ Ampul
Harga untuk 1 box @ 5 Ampul:
 Rp. 55.000,- (potongan harga Rp.5.000,-)
Biaya Pemasaran
Di dalam proses pemasaran produk akan timbul biaya-biaya, baik
yang terkait langsung maupun tidak langsung dalam penjualan hasil
produksi. Biaya pemasaran atas produk perusahan meliputi antara lain:
1. Biaya simposium dan ekshibisi
Biaya ini merupakan pengeluaran untuk memperkenalkan produk
perusahaan, seperti antara lain :
a. Biaya workshop, dalam rangka memperkenalkan produk kepada
dokter dan apoteker
b. Biaya presentasi.
2. Biaya promosi
a. Diskon setiap tahunnya kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF),
rumah sakit, klinik dokter, ataupun apotek yang bekerjasama
dengan perusahaan PT. Duo-Pharmacon .
b. Bonus kepada dokter-dokter yang telah berkenan menuliskan resep
obat produksi PT. Duo-Pharmacon kepada pasiennya sesuai
dengan penyakit pasien, biaya ini dibayarkan melalui Medical
Representative..
II.6 Finance Manager
Finance manager merupakan sebuah posisi jabatan penting yang
berkaitan dengan keuangan dalam suatu perusahaan dengan tujuan
merencanakan, mengembangkan, dan mengontrol fungsi keuangan dan
akuntansi di perusahaan dalam memberikan informasi keuangan secara
komprehensif dan tepat waktu untuk membantu perusahaan dalam proses
pengambilan keputusan yang mendukung pencapaian target financial
perusahaan. Seorang finance manager harus mengetahui semua hal yang
berkaitan dengan keuangan, karena manager keuangan tidak jauh dari
analisis keuangan, perencanaan keuangan sampai keputusan investasi.
Tugas dan Tanggung Jawab Finance Manager :
a. Memonitor, mengumpulkan data dan menganalisa posisi kas
perusahaan dan aliran kas dengan melihat pertimbangan kondisi
modal, piutang, pembayaran dan pengeluaran secara berkelanjutan
untuk memastikan keseimbangan kondisi keuangan perusahaan.
b. Mengelola fungsi dalam memproses data dan informasi keuangan
untuk menghasilkan laporan keuangan yang dibutuhkan
perusahaan secara akurat dan tepat waktu.
c. Melakukan koordinasi koleksi data keuangan serta sistem dan
prosedur keuangan lainnya agar seluruh aktivitas keuangan yang
dilakukan perusahaan dapat terkoordinasi dan terdokumentasi
dengan baik sesuai peraturan perusahaan.
d. Mengkoordinasikan dan mengontrol perencanaan, pelaporan dan
pembayaran kewajiban pajak perusahaan agar efisien, akurat,
tepat waktu, dan sesuai dengan peraturan pemerintah yang
berlaku.
e. Merencanakan dan mengkoordinasikan penyusunan anggaran
perusahaan, dan mengontrol penggunaan anggaran tersebut untuk
memastikan penggunaan dana secara efektif dan efisien dalam
menunjang kegiatan operasional perusahaan.
f. Merencanakan dan mengkoordinasikan pengembangan sistem dan
prosedur keuangan dan akuntansi, serta mengontrol
pelaksanaannya untuk memastikan semua proses dan transaksi
keuangan berjalan dengan tertib dan teratur, serta mengurangi
risiko keuangan.
Dari beberapa tanggung jawab utama manager keuangan di atas
dapat disimpulkan bahwa tugas utama manager keuangan berhubungan
dengan keputusan investasi dan pembiayaan perusahaan yang
berpengaruh terhadap laju pertumbuhan perusahaan.

Berikut data ikhtisar keuangan PT. Duo-Pharmacon yaitu :

Dalam Rp Juta/In Rp Million


Pergerakan Harga Saham Tahun 2018

Harga Saham/Share Price

Bulan Tertinggi/ Terendah/ Penutupan/ Volume Nilai/Value

Highest Lowest Close

Januari 725 691 718 32,588,000 11,372,332,600

Februari 730,8 675 701 30,974,550 8,345,256,006

Maret 731,5 693 711 8,551,993 10,324,338,099

April 731 693 715 55,631,009 8,432,902,006

Mei 732,5 681 701 15,553,002 8,122,338,099

Juni 731,6 572 651 11,443,001 7,022,122,341

Juli 731 589 613 8,335,000 9,872,332,600

Agustus 730,5 654 695 9,877,665 10,112,312,000

September 730 685 681 9,431,009 20,113,445,500

Oktober 736 641 685 9,327,665 9,112,349,001

November 738 650 698 8,127,332 11,324,223,002

Desember 740 655 681 9,112,344 10,923,934,400


745

740

735

730

725

720

715

LAPORAN REALISASI PENGGUNAAN DANA HASIL PENAWARAN


UMUM PER 15 September 2018.

Dana yang diperoleh dari hasil Penawaran Umum ini, setelah


dikurangi dengan biaya-biaya emisi, yang telah dipergunakan oleh
Perseroan untuk :
a. Sebesar kurang lebih 22% atau Rp. 51.000.000.000 telah
digunakan untuk pembayaran hutang bank.
b. Sebesar kurang lebih 10,9% atau Rp. 24.000.000.000 telah
digunakan untuk proses pembangunan pabrik dan pembelian
mesin-mesin.
c. Sebesar kurang lebih 30% atau Rp. 64.000.000.000 digunakan
sebagai modal kerja
d. Sisa dana hasil penawaran umum yang ada saat ini sebesar Rp.
110.970.418.000 akan digunakan sesuai dengan Prospektus
penawaran umum perdana.
II.7 Plan Manager
Dalam menjalankan tugasnya, President Directur dibantu salah
satunya oleh Plan Manager. Plan manager merupakan orang yang sangat
penting dalam mengatur berjalannya proses operasi pabrik. Tugas dari
seorang plan manager adalah memimpin, mengontrol, dan mengawasi
kegiatan di pabrik. Dalam melakukan suatu proses operasi baik di pabrik
maupun di luar pabrik, harus berdasarkan izin dari plan manager. Seorang
plan manager di PT. Duo-Pharmacon membawahi beberapa manager
yaitu Technical Manager, R&D Manager, Production Manager, dan QC
Manager.
Tanggung jawab plan manager adalah sebagai berikut :
Skala
No Uraian Waktu
H/M/B/T
1. Merencanakan implementasi strategi dan operasional pabrik T/B
secara tepat sesuai strategi bisnis perusahaan
2. Memonitor penyusunan rencana kerja harian pabrik sesuai B/M
rencana tahunan dan bulanan
3. Memonitor dan menganalisa pencapaian produktivitas pabrik B/M
serta rencana operasional harian untuk pemenuhan
pencapaian target yang telah ditetapkan
4. Mengevaluasi produktivitas serta kapasitas pabrik untuk B
penentuan pencapaian target serta penentuan target
berikutnya
5. Mengatasi dan mengarahkan pemecahan masalah strategis B/M
pabrik untuk meminimalisir kesalahan serta efisiensi
6. Menjalankan tugas-tugas terkait lainnya dalam upaya Sewaktu-
pencapaian target sales perusahaan waktu
H : Harian, M : Mingguan, B : Bulanan, T : Tahunan
Plan manager bertanggung jawab untuk semua manufaktur,
pembelian, dan operasi distribusi serta manufaktur fungsi pendukung
berupa teknik, perencanaan dan pemeliharaan.
Tugas penting dan tanggung jawab plan manager meliputi :
a. Merencanakan, mengatur dan mengarahkan operasi manufaktur
dan pemeliharaan yang paling efektif menjamin pengembalian aset.
b. Inisiatif rencana dan proses yang meminimalkan biaya produksi
melalui pemanfaatan yang efektif dari tenaga kerja, peralatan,
fasilitas, material, dan modal.
c. Menjamin pencapaian tujuan bisnis
d. Menjamin standar produk yang akan melebihi harapan pelanggan.
e. Membentuk kelompok dan akuntabilitas individu diseluruh
departemen yang ditugaskan untuk masalah pemecahan dan
pengurangan biaya, baik secara permanen dan sementara,
tergantung pada kebutuhan.
f. Mendorong penggunaan teknik-teknik baru dan fokus pada
pemecahan masalah berbasis fakta.
g. Meningkatkan pemanfaatan tenaga kerja dalam departemen yang
ada
h. Kelola pengeluaran terhadap anggaran dan dalam hubungannya
dengan perubahan volume produksi.
i. Menjaga keterampilan individu dan menjaga agar selalu up to date
dengan produksi terbaru dan konsep manajemen produksi.

Kualifikasi yang harus dimiliki seorang plan manager :


a. Seorang pemimpin yang berdedikasi dan terbukti mampu Bekerja
sama dengan semua fungsi bisnis.
b. Gelar sarjana bisnis atau bidang teknis
c. 6 tahun pengalaman dalam lingkungan produksi yang tinggi. 10
tahun pengalaman dalam baik hard manufaktur, dengan 5 tahun
pengalaman manajerial.
d. Kepemimpinan yang kuat keterampilan, berpikir independen,
kemampuan organisasi dan perencanaan yang kuat dan
e. Keterampilan pemecahan masalah secara analitis

II.7.1 Technical Manager


Fungsi departemen teknik yaitu sebagai tenaga pendukung proses
produksi yang bertugas merawat dan memperbaiki mesin serta
memodifikasi spare part.
Departemen teknik membawahi beberapa bagian yaitu :
1. Bagian Utility
Bertanggung jawab terhadap perbaikan bangunan :
a. Perabot kantor yang rusak, AC, Genset, Air, Limbah, dan AHS
b. Komputer, Telepon, Alarm Kebakaran
2. Bagian Maintenance
Bertanggung jawab terhadap kondisi mesin siap pakai
Secara umum maintenance mempunyai tujuan untuk :
a. Memungkinkan tercapainya mutu produksi dan kepuasan
pelanggan melalui penyesuaian danpengoperasian peralatan
secara tepat.
b. Memaksimalkan umur kegunaan dari sistem.
c. Menjaga agar sistem aman dan mencegah berkembangnya
gangguan keamanan
d. Meminimalkan biaya produksi total yang secara langsung dapat
dihubungkan dengan service dan perbaikan.
e. Memaksimalkan produksi dari sumber-sumber sistem yang ada.
f. Meminimalkan frekuensi dan kuatnya gangguan terhadap
proses operasi.
g. Menyiapkan personel, fasilitas dan metodenya.
h. Agar mampu mengerjakan tugas –tugas maintenance
3. Bagian Enginering
a. Bertanggung jawab untuk menyiapkan peralatan mesin yang
diperlukan untuk membuat produksi
b. Bertanggung jawab untuk mengembangkan kemampuan mesin
sesuai kebutuhan.
c. Kontrol Stok suku cadang mesin
Inti dari kegiatan teknik ada 3, yaitu :
1. Daily partrol, memelihara mesin dan mengawasi suhu ruangan,
kelembaban, pengoperasian mesin, kebisingan, pemanas untuk
mesin dan memonitor gedung. Kegiatan ini dilakukan 2 kali sehari
yaitu pagi dan sore.
2. Maintenance, dilakukan untuk mencegah terjadinya masalah pada
saat mesin beroperasi. Dilakukan 3 bulan sekali.
3. Trouble shooting, dilakukan untuk mengatasi masalah yang
menyangkut semua ruang lingkup kerja departemen ini berdasarkan
permintaan dari user.
Fungsi teknik secara garis besar dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :
1. Preventive maintenance, yaitu suatu perawatan yang dilakukan
untuk mencegah terjadinya kerusakan. Perawan ini dilakukan secara
terjadwal, yaitu:
a) Perawatan tahunan (annual preventive schedule)
b) Perawatan bulanan (Monly preventive schedule)
c) Perawatan mingguan
2. Breakdown maintanence yaitu perawatan yang dilakukan tanpa ada
rencana sebelumnya (emergency maintenance).
3. Improvement maintanence, yaitu perawtan yang ddilakukan untuk
meningkatkan performance dari peralatan tersebut. Dengan tujuan
yaitu meningkatkan kapasitas mesin, meningkatkan kualitas mesin
mengurangi reject dan menigkatkan kualitas metode maintenance.
Contoh: Pelumasan yang dulunya harus dengan membongkar tetapi
bisa di modifikasi dengan menggunakan pipa.
4.Total Productive Maintenance, yaitu suatu usaha untuk
mensosialisasikan bahwa perawatan tidak hanya dilakukan oleh
petugas khusus tetapi dilakukan oleh semua orang yang terlibat
dalam penggunaan mesin atau alat tersebut. Dengan fungsi yaitu
meningkatkan rasa memiliki dan mengurangi penghentian produksi
(downing)
Peralatan
1. Washing Machine.
Mesin cuci otomatik ini digunakan untuk mencuci ampul yang
akan diisi dengan larutan atau serbuk steril. Pencucian dilakukan
dengan air murni (purified water), dilanjutkan menggunakan air untuk
injeksi (water for injection), diikuti dengan udara steril untuk
pengeringan. Mesin ini memiliki kapasitas pencucian hingga 9.000
ampul per jam.
2. Depyrogenation Machine.
Mesin ini digunakan untuk proses sterilisasi dan
depirogenasi ampul pada suhu maksimum 340° C, dan aliran udara
dalam mesin diatur laminar dengan melalui Hepa filter. Mesin ini
memiliki kapasitas hingga 9.000 ampul per jam.
3. Filling & Selling Machine.
Mesin filling ini digunakan untuk melakukan pengisian
larutan atau serbuk steril pada ampul steril dan penutupan ampul
yang telah di-filling dengan pemijaran. Semua proses ini dilakukan
dibawah kondisi aliran udara laminar dengan Hepa filter.
4. Inspection & Labelling Machine.
Inspeksi dilakukan terhadap semua ampul yang
menggunakan Inspection Machine diteruskan dengan proses
labelling secara otomatis, dilanjutkan dengan proses packaging.
Sedangkan sarana penunjangnya terdiri dari :
a) Purified Water Treatment Plant. Fasilitas pengolahan air murni
ini terdiri dari Reverse Osmosis (RO) dan Electrodeionization
(EDI). Sistem ini mampu menghasilkan air murni dengan
konduktiviti kurang dari 0.1 S/cm dan total organic carbon
(TOC) kurang dari 50 ppb.
b) Purified water distribution system. Distribusi purified water
dilakukan dengan sistem loop pada temperatur ambient yang
beoperasi selama 24 jam. Sistem distribusi purified water terdiri
dari SS316L storage tank and pipe, diaphragm valve pada user
point, UV purifier untuk mengontrol pertumbuhan mikroba.
c) Water for Injection. Water for injection dihasilkan dari multi
column distillation plant dengan purified water sebagai air
sumber.
d) Water for Injection Distribution System. Distribusi water for
injection (WFI) dilakukan dengan system loop pada suhu 80° C
yang beroperasi 24 jam. Sistem distribusi WFI terdiri dari
SS316L storage tank, SS 316L pipe dengan orbital welding,
dan zero deag leg diaphragm valve.

Gambar peralatan produksi sediaan ampul


a. Cleaning ampoule
b. Sterilization ampoule

c. Filling and sealing ampoule

d. Coding ampoule
e. Inspection ampoule

f. Labelling ampoule

g. Packaging ampoule
Adapun peralatan penunjang lainnya, yaitu :
1. Otoklaf
Suatu otoklaf digunakan untuk sterilisasi cara panas basah dimana
uap air dihasilkan dalam bentuk tekanan uap jenuh
A. Rongga sterilisasi
a) Hendaklah diadakan saluran masuk yaang cukup agar uap air
dapat didistribusi secara efektif ke dalam rongga
b) Rongga hendaknya dapat melakukan pembuangan sendiri dan
cukup besar untuk menyediakan penyaluran yang memadai
c) Dibuat sarana yang memungkinkan tempat masuk termokopel
ke dalam rongga untuk pegujian distribusi panas.
B. Pintu
a) Hendaklah ada dua pintu yang saling berhadapan
b) Mekanisme membuka dan menutup hendaklah dikontruksi
sehingga :
 Pintu tidak dapat dibukabila tekanan dalam rongga belum
mencapai 0,15 kg/cm2(bar) atau lebih kecil
 Kedua pintu tidak dapat dibuka secara bersamaan
 Uap air tidak dapt mengalir ke rongga kecuali bila pintu-
pintunya tertutup dan terkunci .
 Sterilisasi hanya dapat dimulai bila kedua pintunya
tertutup dan terkunci.
c) Packing seal hendaklah terbuat dari jenis yang tahan terhadap
uap air dan vakum.
d) Pintu hendaklah cukup diisolasi untuk mempertahankan suhu
permukaan pintu tidak melebihi 70° C
C. Jaket
 Otoklaf hendaklah diselubungi penuh dilengkapi ventilasi udara
otomatik
 Jaket hendaklah diisi dengan bahan isolasi tahan panas seperti
wol gelas yang dapat lepas.
D. Lori, rak dan penunjang hendaklah dibuat dari baja tahankarat.
Penempatan rak hendaklah cukup jarak terhadap dasar otoklaf agar
kondensar dapat mengalir.
E. Otoklaf hendaklah dilengkapi dengan :
 Penunjuk tekanan/vakum rongga,
 Alat pencatat suhudan tekanan dari saluran pembuangan
rongga
 Indikator tekanan jaket
 Penunjuk kevakuman untuk pengujian kebocoran
F. Bila otoklaf dijalankan dengan proses pulsa, hendaklah otoklaf
dilengkapi dengan alat pendeteksi udara
G. Otoklaf hendaklah dilengkapi sarana seperti uap air, udara, dan air
bertekanan udarayangmasuk ke dalan rongga untuk mengakhiri
H. Panel pengawas instrumen dan alat pengawas proses sterilisasi
hendaklah dipasang pada sisi non-septik dari otoklaf agar segera
dapat dicapai untuk keperluan perawatan danperbaikan.
I. Mutu uap air sangat penting untuk mencapai keberhasilan kerja
otoklaf, untuk itu diperlukan uap air yang kering dan jenuh (tidak
superheated). Uap air hendaklah bebas cemaran
J. Saluran pembuangan kondensat hendaklah dilengkapi dengan
saringan 200 mesh dan disambungkan dengan suatu termometer
resistan dan dengan suhu termokopel dengan pecatat suhu bertitik
ganda
K. Pompa vakum hendaklah dihubungkan ke rongga atau saluran
pembuangan rongga
L. Otoklaf dapat digunakan bila seluruh kinerja dan pengujian terhadap
kebocoran sebagaimana dianjurkan oleh pembuat otoklaf
bersangkutan telah dilaksanakan dengan hasil yang memuaskan.
2. Oven
Oven sterilisator digunakanuntuk sterilisasi panas kering yang
beroperasi dengan suhu yang jauh lebih tinggi serta waktu yang lebih
lama dibandingkan dengan sterilisasi panas basah.
Oven sterilisator hendaklah dibuat dari metal berlapis gandayang
diisolasi dengan bahan tidak dapat terbakar yang disisipkan di antara
kedua lapis logam dari permukaan bagian dalam. Tebal isolasi hendaklah
sedemikian rupa sehingga dapatmenjaga agar suhu pada permukaan
dinding tidak melebihi 50° C.
Rongga dalam, saluran udara masuk, pintu dan kipas hendaklah
terbuat dari baja tahan karat agar mudah dibersihkan tidak melepaskan
partikel dan tahan terhadap penimbulan karat. Terminal-terminal elemen
panas hendaklah dapat bertahan padasuhu 20° C di atas suhu tertinggi
yang akan dioperasikan.
Udara yang dipanaskan hendaklah disirkualsikan ke seluruh isi
rongga oven sehingga dicapai suhu merata selama siklus operasi
sterilisasi. Oven dapat dilengkapi dengan suatu sistem pendingin yaitu
dengan memasang spiral pendingin pada kotak elemen pemanas
Oven hendaknya mempunyai dua pintu. Mekanisme membuka dan
menutup pitu hendaklah dikontruksi sedemikian rupa sehingga :
a. Kedua pintu tidak dapat dibuka serentak
b. Pintu tidak dapatdibukaselama proses sterilisasi berlangsung
Packing seal pintu hendaklah kedap udara bila pintu-pintu dalam
posisi tertutup. Lori dan rak terbuat dari baja tahan karat dan dirancang
bangun sedemikian rupa sehingga tersedia cukup ruangan anatar rak
yang satu dengan yang lain maupun dengan sisi rongga untuk mencapai
distribusi panas yang merata pada muatan
Oven hendaklah dilengkapi dengan penghubung thermocouple, alat
pencatat suhu termostat, alat pencatat waktu proses dan alat penunjuk
tekanan. Hendaklah dipasang alat pencatats uhu dengan sekurang-
kurangnya10 titik kontrol untuk pemantauan secara teratur.
Suatu panel untuk pengawasan instrumen dan pemantauan siklus
proses hendaklah dipasang. Panel ini hendaklah dipasang padas uatu
tempat yang mudah dijangkau untuk perawatan dan perbaikan.
Udara yang disalurkan ke dalam oven hendaklah dilewatkan melalui
saringan HEPA dengan efisiensi paling sedikit 99,997%. Udara lembab
yang dihisap dari oven tidak boleh dikeluarkan ke daerah steril.
Oven hendaklah dikontruksi sedemikian rupa untuk mencegah
kebocoran yang akan mengakibatkan ”titik-titik dingin” di dalam oven
selama pemanasan atau mengakibatkan pencemaran selama proses
pendinginan.

Sistem Tata Udara (AHU/HVAC)


Sistem Tata Udara (AHU/HVAC) Sistem Tata Udara atau yang lebih
sering dikenal dengan AHU (Air Handling Unit) atau HVAC (Heating,
Ventilating and Air Conditioning), memegang peran penting dalam industri
farmasi. Hal ini antara lain disebabkan karena, untuk memberikan
perlindungan terhadap lingkungan pembuatan produk, memastikan
produksi obat yang bermutu, memberikan lingkungan kerja yang nyaman
bagi personil, memberikan perlindungan pada Iingkungan di mana
terdapat bahan berbahaya melalui pengaturan sistem pembuangan udara
yang efektif dan aman dari bahan tersebut. AHU merupakan cerminan
penerapan CPOB dan merupakan salah satu sarana penunjang kritis yang
membedakan antara industri farmasi dengan industri lainnya.
Pengertian Sistem Tata Udara adalah suatu sistem yang
mengondisikan lingkungan melalui pengendalian suhu, kelembaban, arah
pergerakan udara dan mutu udara termasuk pengendalian partikel dan
pembuangan kontaminan yang ada di udara (seperti vaporsa€™ dan
fumesa). Disebut sistema karena AHU terdiri dari beberapa mesin/alat
yang masing-masing memiliki fungsi yang berbeda, yang terintegrasi
sedemikian rupa sehingga membentuk suatu sistem tata udara yang
dapat mengontrol suhu, kelembaban, tekanan udara, tingkat kebersihan,
pola aliran udara serta jumlah pergantian udara di ruang produksi sesuai
dengan persyaratan ruangan yang telah ditentukan.
Rekomendasi sistem tata udara untuk kelas kebersihan

AHU merupakan sistem yang mengatur tata udara, terdiri dari


seperangkat alat yang dapat mengontrol suhu, kelembaban, tekanan
udara, tingkat kebersihan (jumlah partikel/mikroba), pola aliran udara,
jumlah pergantian udara dan sebagainya, di ruang produksi sesuai
dengan persyaratan ruangan yang telah di tentukan.
Pada dasarnya AHU terdiri dari :
1. Cooling coil (sering di sebut juga Evaporator)
Berfungsi untuk mengontrol suhu dan kelembaban relatif udara yang
didistribusikan ke ruang produksi. Di maksudkan agar di hasilkan output
udara, sesuai spesifikasi ruangan yang telah di tetapkan. Prosesnya
terjadi dengan mengalirkan udara yang berasal dari campuran udara balik
dan udara luar melalui kisi-kisi operator yang bersuhu rendah. Proses ini
menyebabkan terjadinya kontak antara udara dan permukaan kisi
evaporator sehingga akan menghasilkan udara dengan suhu yang lebih
rendah dan uap air mengalami kondensasi. Hal ini menyebabkan
kelembaban udara yang keluar juga berkurang.

2. Blower
Berfungsi untuk menggerakkan udara di sepanjang sistem distribusi
udara yang terhubung dengannya. Blower yang di gunakan dalam AHU
berupa blower radial yang terhubung dengan motor penggerak blower.
Energi gerak yang di hasilkan oleh motor ini selalu menghasilkan frekuensi
yang tetap, hingga selalu akan menghasilkan output udara dengan debit
yang tetap.
3. Filter
Berfungsi untuk mengendalikan dan mengontrol jumlah partikel dan
mikroorganisme yang mengkontaminasi. Biasanya ditempatkan di dalam
rumah filter (Filter House) yang di desain sedemikian rupa supaya mudah
di bersihkan dan atau di ganti. Beberapa jenis filter untuk AHU :
a. Pre-filter (efisiensi penyaringan 35%)
b. Medium filter(efisiensi penyaringan 95%)
c. High Efficiency Particulate Air (HEPA) filter (efisiensi 99,997%)

4. Ducting
Berfungsi sebagai saluran tertutup tempat mengalirnya udara.
Terdiri dari saluran udara yang masuk (ducting supply) dan saluran
diruang udara yang keluar dari ruangan produksi dan kembali ke AHU
(ducting return). Ducting didesain sedemikian rupa agar bisa
mendistribusikan udara ke seluruh ruangan dan terdapat insulator di
sekelilingnya yang berfungsi sebagai penahan penetrasi panas dari udara
luar.
5. Dumper
Merupakan bagian dari ducting AHU berfungsi untuk mengatur
jumlah udara yang dipindahkan ke dalam ruangan produksi. Berguna
untuk mengatur besarnya debit udara yang sesuai dengan ukuran
ruangan.

Bangunan
Produk steril diolah produksi yang dirancang bangun dan dikontruksi
secara khusus, terpisah dari daerah produksi lain.
Daerah masing-masing jenis pekerjaan yang berbeda seperti penyiapan
bahan awal dan komponen lain, penyiapan larutan, pengisian larutan dan
sterilisasi hendaklah terpisah.
Pembuatan produk steril memerlukan 3 kualitas ruangan yang
berbeda, yaitu :
a. Ruang ganti pakaian. Pakaian yang dipakai dari rumah tidak boleh
dibawa kedaerah bersih. Karyawan yang masuk keruang ganti harus
sudah memakai pakaian pelindung kerja standar.
b. Ruang bersih, yaitu ruang persiapan komponen dan pembuatan
larutan serta ruang untuk produk yang akan disterilisasi akhir.
c. Ruang steril, digunakan untuk kegiatan steril, Petugas yang akan
masuk keruangan ini harus melalui ruang penyangga udara atau
dibawah aliran udara laminer.
Daerah pengolahan produk steril harus dipisahkan dari daerah
produksi lain serta dirancang dan dibangun secara khusus. Ruangan
harus bebas debu, dialiri udara yang melewati saringan bakteri. Saringan
tersebut harus diperiksa (di-verifikasi) pada saat pemasangan serta
dilakukan pemeriksaan secara berkala.
Persyaratan bahan bangunan :
Permukaan Jenis
Keterangan Sesuai Untuk
Dalam Bangunan
1. Lantai - Epoksi - Monolitik, permukaan - Ruang
atau poliuretan tidak berpori dan produksi
tidak licin khusus
- Menahan daerah steril
pertumbuhan bakteri
- Mudah tergores

- (ubin) - Sukar diperbaiki dan - Khusus


teraso dimodifikasi daerah steril
permukaan - Ketahanan terhadap
licin dan tidak bahan kimia terbatas
berpori - Mudah ternoda
dengan celah
yang ditutup
resin sintetis
- Mudah retak bila - Daerah
- Bata/blo pengerjaannya steril
2. Dinding k, beton padat kurang baik - Daerah
yang - Menimbulkan debu produksi
permukaanny bila dibongkar untuk
a diplester perbaikan atau
halus & dibuat renovasi
kedap air
dengan
lapisan cat
dari bahan
akrilik/ enamel - Tidak melepaskan - Daerah
polimer tinggi, partikel steril
poliuretan - Umumnya tidak
atau epoksi memerlukan
atau perawatan
- Cukup tangguh
- Panel - Sukar diperbaiki bila
logam yg kena benturan
digalvanisasi, - Rongga pada
lembaran sambungan harus
aluminium / ditutup misalnya
baja tahan dengan bahan karet
karat silicon yang fleksibel
3. Langit- - Beton - Sukar memodifikasi - Daerah
langit yang dicat saluran listrik & steril, daerah
dengan bahan saluran udara pengolahan
akrilik, enamel - Dirancang utk lahan dan
polimer tinggi menahan beban pengisian
atau epoksi berat aseptic
- Ruangan diatasnya
dapat digunakan
untuk penempatan
saluran udara &
layanan lain

Pelapisan dinding dan langit-langit hanya dilakukan apabila telah


benar-benar kering. Permukaannya hendaklah tanpa sambungan, kedap
air dengan permukaan licin, tidak retak dan tanpa pori-pori.
Lapisan hendaknya tahan sinar ultra lembayung dan bukan
merupakan tempat pertumbuhan bakteri dan jamur serta tahan terhadap
gosokan dan tidak rusak oleh suatu desinfekan. Bahan yang memenuhi
persyaratan diatas adalah epoksi dan poliuretan.
Dinding dan langit-langit dapat juga dibuat dari elemen-elemen baja
tahan karat atau plat baja/aluminium yang telah digalvanisasi dengan
tepat, dapat juga terbuat dari panel-panel terbuat dari damar sintesis yang
mengeras pada suhu panas dengan serat selulosa.
Lantai dapat dibuat dari teraso yang licin dan permukaannya tanpa
pori-pori yang disambung dengan dammar sintesis atau dibuat ditempat.
Sudut-sudut pertemuan lantai dengan dinding dibuat melengkung dengan
radius 20-30 mm.
Suhu udara diruang bersih dan ruang steril hendaknya dipelihara
pada 16 - 25°C dan kelembaban relatif pada 45%-55%. Tekanan udara di
dalam ruang pengolahan produk steril harus lebih tinggi dibanding dengan
ruangan sebelahnya yang dibuktikan dengan perbedaan tekanan yang
ditunjukkan oleh alat magnehelic dan dicatat secara teratur.
Jalan masuk dan keluar bagi petugas ke dan dari ruang steril hanya
melalui ruang ganti pakaian kecuali dalam keadaan darurat. Lokasi ruang
ganti pakaian hendaklah langsung berhubungan dengan daerah steril
yang akan dilayani. Ruang ganti pakaian hendaklah dilengkapi dengan
ruang penyangga udara yang terletak diantara ruang ganti pakaian dan
ruang steril dan dialiri udara tersaring dengan tekanan positif yang lebih
rendah daripada ruang steril tetapi lebih tinggi daripada ruangan lain yang
berhubungan langsung.
Ruang ganti pakaian hendaknya dilengkapi dengan manometer
atau alat lain yang tepat yang terus menerus menunjuk perbedaan
tekanan udara diruang udara bersangkangkutan dengan ruang
bertetangga. Ruang ganti pakaian dan ruang penyangga hendaklah
dibangun sedemikian rupa untuk dapat memisahkan penggantian pakaian
yang berbeda tingkat kebersihannya. Untuk itu ruang ganti pakaian
hendaknya terletak sebelum ruang penyangga udara dan terdiri dari
ruangan terpisah yang memisahkan daerah ruangan kerja biasa dan
daerah pakaian steril. Pintu antara ruang steril dengan ruang penyangga
hendaklah dilengkapi dengan suatu system antara lain system penguncian
elektro yang tidak memungkinkan dua pintu dibuka dalam waktu yang
sama. Lampu UV yang efektif (panjang gelombang 253,7 nm) hendaklah
dipasang dalam ruang ganti pakaian steril atau lemari penyimpanan
komponen pakaian steril. Ruang ganti pakaian steril hendaklah dilengkapi
dengan bak pencuci tangan seperti dikamar operasi dan alat pengering
tangan otomatis.
Untuk kegiatan tertentu hendaklah diperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
a. Ruangan pencucian ampul atau vial dan ruangan pencucian tutup
karet
Sebelum dicuci vial atau ampul dan tutup karet dikeluarkan dari
pengemasnya. Umumnya bahan pengemas berupa karton dapat
mengeluarkan partikel. Oleh karena itu, pengeluaran vial, ampul dan tutup
karet hendaklah dilakukan diruangan khusus sebelum dibawa kedaerah
bersih. Vial atau ampul dan tutup karet sebaiknya dicuci dibawah unit
aliran udara laminar vertikal.
b. Sterilisasi panas kering dan autoklaf
Ampul atau vial kosong disterilkan disterilisator panas kering dan
tutup karet diautoklaf. Tutup aluminium sebaiknya disterilkan pada dalam
lemari sterilisasi. Autoklaf dan lemari sterilisasi bermutu ganda tembus ke
ruang steril, masing-masing dengan pintu kedua membuka keruangan
steril untuk mengeluarkan ampul, vial, dan tutup karet yang sudah steril.
Daerah tempat mengeluarkan barang yang sudah disterilkan sebaiknya
dilindungi terhadap pencemaran balik dengan memasang modul aliran
udara laminer vertikel diatasnya.
c. Ruang steril (ruangan pengisian aseptis)
Kebersihan lingkungan di tempat pengisian aseptis dan penutupan
dengan tutup karet serta tutup aluminium dijaga dengan memasang modul
aliran udara laminar vertikel diatasnya. Dinding ruangan ini sebaiknya
berkaca tembus pandang untuk memudahkan pelaksanaan pengawasan
dari luar ruangan. Pengawasan hendaklah dilakukan dari luar ruangan
untuk mengurangi kemungkinan pencemaran udara diruangan pengisian.
Ruangan steril hendaklah dilengkapi dengan manometer atau alat lain
yang menunjuk adanya perbedaan tekanan udara di dalam terhadap
tekanan udara di ruangan-ruangan lain yang bertetangga langsung
dengan ruangan-ruangan lain.
d. Ruang timbang dan pengolahan bahan baku secara aseptis
Dalam pembuatan dengan cara aseptis penimbangan bahan baku
dan pengolahannya hendaklah dilaksanakan secara aseptis yang dapat
dilaksanakan di bawah modul arus udara laminar.
Sanitasi dan Hygiene
Tingkat sanitasi dan hiegene yang tinggi hendaklah diterapkan pada
setiap aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi
personel, bangunan dan peralatan dan perlengkapan, bahan produksi
serta wadahnya, bahan pembersih dan desinfeksi, dan segala sesuatu
yang merupakan sumber pencemaran produk. Sumber pencemaran
potensial hendaklah dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan
hegiene yang menyeluruh dan terpadu.
PT. Duo-Pharmacon, Tbk. merupakan sanitasi dan kebersihan baik
yang ada di ruang general maupun di ruangan berkelas dan juga menjaga
agar kondisi ruangan tersebut selalu memenuhi persyaratan dan selalu
memperhatikan aspek mutu, lingkungan dan kesehatan dan keselamatan
kerja karyawan, kegiatan tersebut meliputi higiene perorangan, sanitasi
ruangan, monitoring lingkukan, pembersihan dan sanitas peralatan,
fumigasi ruangan berkelas dan validasi cleaning.
1. Higiene perorangan
a. Gowning
Digunakan untuk melindungi produk dan personel dari kontaminasi
silang, proses gowning dilakukan pada area general dan produksi steril,
khusus untuk ruangan dilakukan proses sterilisasi secara aseptis dalam
kondisi lingkungan yang terkontrol terhadap suplai udara, material,
peralatan, dan personel sendiri untuk senantiasa mempertahankan
sterilitas, sehingga kontaminasi mikroba dan partikel dapat dicegah, oleh
karena itu tiap personel di haruskan untuk mematuhi prosedur gowning
baik di ruang general maupun ruangan steril.
Prosedur gowning yaitu tata cara berpakaian di gudang produksi dan
pengawasan mutu untuk mencegah terjadinya kontaminasi yang berasal
dari tubuh atau pakaian kerja terhadap produk sehingga hasil produksi
memenuhi persyaratan. Prosedur gowning tersebut harus dipatuhi oleh
karyawan di bagian produksi dan pengawasan mutu maupun tamu
perusahaan yang akan masuk kedalam gedung produksi yang memiliki
ruang berkelas. Setiap ruangan berkelas mempunyai persyaratan partikel
sehingga pakaian yang digunakan untuk masing-masing ruangan berkelas
mempunyai aturan masing-masing.
Jenis pakaian kerja yang digunakan, yaitu :
1. Pakaian di luar gedung produksi dan pengawasan mutu
2. Pakaian seragam CPOB
3. Pakaian seragam General area :
a. Pakaian seragam G (baju, celana, topi, sepatu)
Jas laboratorium putih, topi, sandal (untuk tamu), sepatu (untuk
karyawan)
b. Pakaian seragam di ruangan berkelas, yaitu :
 Kelas D
Pakaian seragam kelas D (baju, celana, masker, topi,
kaos kaki, sepatu)
 Kelas A,B,C
Pakaian seragam A,B,C (sarung tangan, masker, penutup
rambut, tutup kepala, baju dan celana bersatu, kaos kaki,
sepatu boot) untuk pakaian ruangan kelas A,B,C terbuat dari
bahan polyester antistatis yang tidak berserat dan dilakukan
monitoring partikel pada pakaian setiap sepuluh kali sterilisasi.
Setiap personel yang masuk kedalam ruang kelas A,B,C harus
terkualifikasi dan lulus past growth test serta uji gowning,
rekualifikasi gowning dilaksanakan satu tahun sekali untuk
setiap personel. Untuk personel baru yang bekerja di ruang
berkelas A,B,C harus dikualifikasi berdasarkan tiga test
berturut-turut, dan mengikuti pelatihan dasar tentang
mikrobiologi, cGMP terutama mengenai regulasi untuk proses
aseptis tata cara berpakaian, dan perilaku di ruang berkelas.
1. Cuci tangan
Cuci tangan dilakukan bagi personel yang akan masuk atau keluar
ruangan berkelas maupun general area karena setiap ruangan atau
daerah dengan kondisi lingkungan tertentu memiliki tingkat pengotoran,
debu dan mikroba yang berpotensi dapat menyebabkan kontaminasi
silang. Oleh karena itu perlu adanya tindak pencegahan dan mengurangi
cemaran yang masuk ke dalam ruangan atau daerah tersebut. Cuci
tangan harus secara rutin dilakukan sebelum dan sesudah masuk
ruangan, ketika sebelum dan sesudah bekerja, setelah kontak dengan
kontamina organik/non organik dan setelah keluar dari toilet. Setiap
ruangan di fasilitas dengan tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan
sabun cair, hand dryer, dan cairan/gel desinfektan (untuk ruang berkelas).
2. Sanitasi ruangan
Pembersihan dan sanitasi ruangan berkelas bertujuan agar kondisi
ruangan selalu dapat memenuhi persyaratan. Kegiatan pembersihan
dilakukan dalam dua waktu yaitu grill pembersihan secara rutin (setiap
sebelum dan sesudah pemakaian) dan secara berkala (perbulan) meliputi:
a. Pembersihan rutin
Lantai, jendela, meja kerja, grill pada drain pencucian.
b. Pembersihan berkalaLantai, jendela, meja kerja, mesin pada drain
pencucian, plafond, dinding, pipa (WFI, RO, udara) pintu, rak/lemari,
lampu dan kapnya, roda (troli, meja, rak, tangki, LAF, mesin, grill).
Pembersihan ruangan dilakukan dengan membersihkan debu
menggunakan WFI kemudian diberi desinfektan yang berbeda setiap
4 bulan, hal tersebut dilakukan untuk mencegah resistensi kuman.
Tabel Penggunaan desinfektan

Bulan Desinfeksi Desinfeksi Desinfeksi Desinfeksi


untuk untuk untuk lantai Untuk meja
tangan di tangan di ruangan
ruang ruang berkelas
ganti berkelas
Jan- Triclosan Alkohol 70 Sulfarios 1 % Alkohol 70
Apr % %
Mei- Triclosan Isopropanol Savior 70% Isopropanol
Agt 70% 70%
Sept- Triclosan Alkohol Benzalkonium Alkohol
Des hibitan Cl 0,75% hibitan

c. Fumigasi ruangan berkelas


Fumigasi ruangan berkelas adalah upaya yang dilakukan untuk
membebaskan media pembawa dari jasad renik dengan cara
pemberian uap fumigan seperti formalin yang mempunyai
kemampuan membunuh mikroba dan memiliki kerja optimum pada
suhu minimum 250C dan kelembaban minimum 65 % dan dilakukan
di ruang berkelas, dimana dalam ruangan tersebut sangat dikontrol
jumlah partikel, suhu, kelembaban dan tekanannya. Alat-alat yang
dibutuhkan dalam fumigasi adalah panci stainless steel, kompor,
listrik, timer, alat pelindung diri (masker fumigasi dengan catridge
filte khusus untuk formaldehid, formaldemeter, termohigrometer,
alat ukur volume dan kipas angin, sedangkan bahan yang
dibutuhkan adalah formalin 37 % dan WFI.
3. Monitoring lingkungan
Monitoring lingkungan dilakukan terhadap semua ruangan berkelas
di area produksi maupun area pendukung, seperti area persiapan
produksi, pembuatan bulk, formulasi dan pengisian, pengujian serta area
pendukung lainnya. Tujuan dari monitoring lingkungan adalah untuk
memantau lingkungan pada area-area tersebut sehingga memenuhi
persyaratan yang ditetapkan terutama untuk ruangan berkelas. Berikut
adalah penjelasan mengenai pemantauan lingkungan:
a. Pemantauan jumlah partikel
Pemantauan jumlah partikel adalah pengujian yang dilakukan untuk
mengetahui tingkat kebersihan suatu ruangan berkelas dengan
cara menghitung jumlah partikel udara yang tersebar dengan
menggunakan particle counter. Particle counter terdiri dari dua jenis
yaitu portable particle counter untuk ruang kelas B yang dapat
mendeteksi setiap 36 menit dan continous particle counter untuk
kelas A yang dapat mendeteksi 3 menit yang dilakukan sejak
persiapan aseptik sampai selesai proses capping untuk vial, untuk
ampul dilakukan sejak persiapan sampai proses filling.
Pada continous particle counter terdapat 3 indikator alarm, yaitu
lampu merah, kuning, dan hijau. Pada awal operasional lampu merah
menyala, maka ini menandakan bahwa continous particle counter sedang
berinisiasi dengan software workstation, pada kondisi ini operator belum
boleh melakukan proses produksi. Ketika lampu berwarna hijau continous
particle counter sudah siap dan konsentrasi partikel dalam kondisi normal
sehinnga operator boleh melakukan proses produksi. Jika lampu berwarna
kuning artinya hasil pemantauan melewati batas nilai alert, maka operator
produksi harus meningkatkan kewaspadaan dalam bekerja, kurangi
pergerakan dan catat waktu dan kegiatan yang sedang dilakukan pada
saat itu. Jika lampu berwarna merah menunjukkan hasil pemantauan
melebihi batas nilai action dan operator dapat mengurangi atau
memperlambat gerakan yang dapat menyebabkan meningkat-nya jumlah
partikel, dan mengurangi manuver di sekitar titik sampling (area kritis).
Jika alarm merah menyala pada saat melakukan aktivitas yang
menandakan bahwa jumlah partikel telah melebihi batas spesifikasi, maka
segera hentikan kegiatan, lakukan penutupan produk yang masih terbuka
dan lokalisir produk yang saat itu sedang proses.
b. Pemantauan mikrobiologi
Pemantauan mikrobiologi dilakukan pada saat proses produksi,
pemantauan mikrobiologi yang dilakukan antara lain :
1) Settle plate
Settle plate dilakukan untuk mengetahui banyaknya
mikroorganisme yang jatuh di permukaan di dalam ruangan
berkelas dalam kurung waktu tertentu.
2) Kontak agar
Kontak agar dilakukan untuk mengetahui banyaknya
mikroorganisme yang berada di atas permukaan ruangan
berkelas (permukaan kerja, lantai, dinding, mesin) seta
menempel pada pakaian operator aseptik. Pemantauan
dengan kontak agar dilakukan pada akhir proses sebelum
sanitasi.
3) Finger dab
Finger dab dilakukan untuk mengetahui banyaknya
mikroorganisme di permukaan sarung tangan operator yang
bekerja di dalam ruangan berkelas selama proses produksi
berlangsung. Uji finger dab dilakukan setelah proses produksi
selesai dan sebelum dilakukan sanitasi.
4) Air Sampling
Air sampling dilakukan untuk mengetahui banyaknya
mikroorganisme yang melayang di udara di dalam ruang
berkelas per satuan volume. Air sampler ditempatkan sesuai
titik sampling yang sudah ditentukan kemudian media
dimasukkan ke dalam air sampler. Volume udara yang di
sampling 1 m3 per titik sampling saat proses produksi
berlangsung.
II.7.2 Research and Development (R & D)
Penelitian pengembangan (Research and Development, R&D)
merupakan aspek yang paling penting dalam suatu industri farmasi.R&D
adalah ujung tombak dari suatu industry dalam menghasilkan produk-
produk farmasi baru yang dibutuhkan oleh pasar ataupun memperbaiki
kualitas produk yang telah ada (kualitas meliputi safety, effectiveness,
acceptance).Lebih dari 4% biaya yang digunakan pada penelitian dan
pengembangan. Research and Development (R&D )tidak terbatas hanya
melakukan penelitian di suatu perusahaan, namun juga ikut andil dalam
peningkatan kualitas hidup pasien.R&D sangat terkait dengan
perkembangan IPTEK yang mutakhir sehingga diperlukan update ilmu &
informasi bagi personel R&D (Borg and Gall, 1983).
Menurut Gay (1991), penelitian dan pengembangan diartikan
sebagai upaya untuk mengembangkan suatu produk yang efektif dan
berupa bahan-bahan pembelajaran, media, strategi pembelajaran untuk
digunakan dan bukan untuk menguji teori. Rahasia keberhasilan dari R&D
industri farmasi terletak pada kompetensi organisasional termasuk tim
kerja, knowledge management dan hubungan yang kuat dengan opinion
leader. Menurut Holland dan Lazo (2004) inovasi dapat pula dilakukan
melalui sumber eksternal yakni aliansi dengan perusahaan yang berhasil
mengembangkan teknologi tersebut.Perlu mendapat perhatian adalah
peran stratejik dari human capital. Perusahaan perlu mengintegrasikan
ilmuwan (scientist) dalam organisasi untuk mentransformasikan ilmu
pengetahuan mereka dalam proses pembelajaran kolektif. Scientific
knowledge mempunyai peran penting dalam aktivitas perusahaan
(Holland dan Lazo, 2004).
Organisasi dan intensitas riset akan menjadi kunci keberhasilan
perusahaan. Dengan kata lain aktivitas laboratorium R&D dan personil
yang bekerja disana mempunyai pengaruh besar pada perusahaan dan
memainkan peran dalam corporate governance. Peran R&D menjadi inti
pokok dalam keberhasilan suatu industri farmasi. Kapabilitas teknologi dan
R&D merupakan unsur yang sangat esensial bagi daya saing industri
farmasi (van den akker, 1999).
Perusahaan farmasi yang memiliki kapabilitas teknologi dan R&D
akan dapat menghasilkan produk-produk inovasi yang unggul dengan
pasar yang sangat luas. Globalisasi dan Harmonisasi Regulasi Farmasi
ASEAN akan semakin mendorong dominasi teknologi dan R&D pada
persaingan farmasi, baik domestik, regional maupun global (Holland dan
Lazo, 2004).

Perbedaan Research & Development (Plomp Tj,1994)


Research :
a. Menghasilkan rancangan formula
b. Pencarian senyawa kimia baru,
c. Sistem penyampaian obat ke dalam tubuh
Development :
a. Pengembangan obat jadi yang lebih manjur (ketersediaan hayati
maksimal), lebih stabil.
b. Dapat diproduksi dalam skala besar dengan standar yang tinggi
dan mantap.
c. Menguji efektivitas rancangan produk

Tugas dan tanggung jawab R & D adalah (Plomp Tj,1994) :


a. Merencanakan dan menghasilkan produk terbaru
b. Mengembangkan produk yang telah ada, yang meliputiperbaikan
bentuk sediaan, perbaikan kemasan, perbaikan dosis, perbaikan
formula
c. Mengawasi proses scale-up
d. Melakukan pendaftaran produk pada regulator (BPOM, European
Drug Regulator, FDA, dan lain-lain)
e. Membuat rumusan metode analisis, yang akan digunakan sebagai
prosedur tetap analisis produk yang dibuat.
Kegiatan R & D secara umum meliputi (tessmer,1998) :
a. Pencarian obat baru dan pengembangan bentuk sediaanbaru dari
produk yang ada (produk yang diperbarui) dan penyempurnaan
formula sediaan yang sudah ada.
b. Industri perlu meningkatkan SDM R&D untuk meningkatkan
pendapatan dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan.
c. Perusahaan yang baik adalah yang selalu tumbuh, hal ini dapat
dicapai jika laba kotor selalu meningkat.
d. Peningkatan laba dicapai dengan antara lain melalui :
 Kenaikan harga/kenaikan unit.
 Kenaikan pangsa pasar dalam unit.
 Bertambahnya obat baru
 Dimatikan obat tua yang sudah tidak memberikan
keuntungan

Tanggung Jawab dan Peran R & D dalam Industri Farmasi


(tessmer,1998):
a. Menunjang pengembangan produk untuk menguatkan posisi
perusahaan dalam pemasaran.
b. Mengikuti perkembangan teknologi dan transfer teknologi
c. Bank Data untuk pengetahuan teknis dan keilmuan.
d. Memikirkan kemungkinan “business” baru.
FORMULA
Rancangan Formula

Tiap 1 mL ampul Epicon®mengandung :


Epinefrin Hidroklorida 1 mg
Na2EDTA 0,5 mg
Natrium Klorida 0,512 mg
HCl 0,1 N / NaOH 0,1 N adjust pH 3,5
Water for Injection ad 100%

Master Formula
Nama Produk : Epicon®
Jumlah Produk : 10.000 ampul @ 1 mL
Tanggal Formula : 2 Mei 2014
Tanggal Produksi : 21 Maret 2018
No.Registrasi : DKL 18120104 43 A1
No.Batch : 03174304
Kode Jumlah bahan
Nama bahan Fungsi bahan
bahan Per pc Per batch
ZA-EP Epinefrin HCl Zat aktif 1 mg 11 g
ZT-DE Na2EDTA Pengkhelat 0,5 mg 5,5 g
ZT-NK Natrium Klorida Pengisotonis 0,512 mg 5,632 g
ZT-NH NaOH Pengadjust pH 0,2 mL 2,2 L
ZT-WI Water for Injection Pembawa ad 1 mL ad 11 L
Dasar Formulasi
Alasan Pembuatan Sediaan
Parenteral berasal dari bahasa Yunani yaitu para yang artinya di
samping/selain, enetron yang artinya pencernaan, yang menunjukkan
bahwa sesuatu yang dilakukan di luar pencernaan tanpa melalui saluran
cerna.Rute parenteral lebih dipilih ketika dibutuhkan absorbsi yang cepat,
seperti dalam keadaan gawat.Hal ini sesuai dengan indikasi sediaan yang
dibuat yaitu ditujukan untuk keadaan gawat darurat. Absorbsi parenteral
tidak hanya lebih cepat dibandingkan dengan secara oral, namun juga
kadar obat dalam darah lebih dapat diprediksi, karena hanya sedikit yang
berkurang pada pemberian injeksi subkutan atau intramuskular, dan tidak
ada yang berkurang pada injeksi intravena. Sediaan ini lebih disukai dan
sangat bermanfaat untuk pasien yang tidak bisa menerima obat secara
oral, atau pasien yang tidak sadar (Ansel : 167).
Rute parenteral sangat cocok diberikan untuk obat-obat yang
memiliki absorbsi sedikit jika melalui oral (Aulton : 50). Pemberian obat
dengan parenteral memiliki keuntungan yaitu mampu memberikan respon
dengan cepat, khususnya melalui intravena. Hal tersebut sangat cocok
untuk keadaan akut seperti serangan jantung, asma, ataupun syok
anafilaksis. Formulasi sediaan parenteral sangat cocok untuk obat-obat
yang memiliki bioavailabilitas rendah atau yang mudah terdegradasi dalam
saluran pencernaan (Jones : 106).
Injeksi Epinefrin HCl bisa diberikan melalui subkutan, namun juga
bisa melalui intramuskular tetapi, injeksi di daerah pantat harus dihindari
jika secara intramuskular (Mc.Evoy : 7121). Penyerapan injeksi
intramuskular lebih dapat diprediksi dibandingkan dengan rute subkutan
dan penyerapannya juga lebih cepat.Namun pemberian secara subkutan
masih tetap bisa direkomendasikan untuk pasien yang tidak dapat
menerima secara intramuskular. Injeksi subkutan umumnya diberikan
dalam volume kecil, 2 mL atau kurang (Ansel : 167). Epinefrin tidak
diberikan melalui oral karena dapat dengan cepat terinaktivasi dalam
saluran pencernaan yaitu oleh katekol-o-metiltransferase dan monoamin
oksidase (Munich : 214).
Metode yang paling optimal untuk epinefrin yaitu secara
intramuskular. Epinefrin tidak disarankan untuk pemberian intravena
karena sangat rentan terhadap kesalahan dosis, selain itu pemberian
intravena dapat menyebabkan aritmia letal (Holland : 383).

Alasan Pembuatan Injeksi Ampul

Pembuatan sediaan injeksi dengan menggunakan wadah ampul


lebih direkomendasikan karena single-dose dapat menimialisir
kemungkinan kontaminasi yang terjadi pada sediaan.Kontaminasi sediaan
hanya dapat terjadi ketika prosedur penyegelan tidak berlangsung dengan
baik. Sehingga hal fundamental yang penting untuk diperhatikan dalam
produksi ampul adalah proses penyegelannya (Kirk : 307)
Ampul merupakan wadah gelas dengan penyegelan yang rapat dan
kedap yang umumnya digunakan untuk dosis tunggal dari larutan jernih
atau berupa suspensi yang ditujukan untuk pemberian melalui rute
parenteral. Injeksi sediaan ampul memungkinkan kontaminasi yang sangat
kecil pada sediaan bahkan hampir tidak ada (Jenkins : 201).
Penggunaan wadah ampul dalam sediaan injeksi parenteral
menjadi pilihan utama karena sesuai dengan pemberian dosis
tunggal.Pemberian dosis tunggal umumnya menjadi lebih efektif dalam
penggunaan bahan tambahan karena tidak membutuhkan pengawet
sehingga komposisi bahan dapat diminimalisir.Penyegelan ampul
dilakukan dengan melelehkan bagian leher ampul sehingga membetuk
segel penutup yang membulat dan melindungi komponen sediaan yang
ada didalamnya. Apabila akan digunakan, maka dilakukan pemotongan
pada leher ampul dan injeksi siap diberikan sesuai dengan takaran dosis
tunggal (Lachman : 671).
Alasan Pemilihan Zat Aktif
Epinefrin merupakan pilihan dalam pengobatan darurat untuk syok
anafilaksis.Epinefrin bekerja secara langsung pada reseptor α dan β
adrenergic.Pemberian secara parenteral sangat dibutuhkan untuk syok
anafilaksis. Epinefrin tetap menjadi obat pilihan utama (life-saving) untuk
pasien serangan jantung dalam mengembalikan sirkulasi spontan (Mc.
Evoy: 7119).
Epinefrin merupakan zat endogen yang dihasilkan dalam medulla
adrenal dan memiliki efek fisiologis yang sangat penting di dalam tubuh.
Selain digunakan dalam pengobatan syok anafilaksis, efek terpenting dari
epinefrin yaitu meningkatkan kecepatan dan kekuatan kontraksi jantung,
meningkatkan aliran darah ke otot skeletal, relaksasi otot polos bronkial,
dan meningkatkan penggunaan oksigen (Sweetman : 1204).
Pencapaian yang cepat plasma puncak dan kadar epinefrin dalam
jaringan tampaknya dapat mengoptimalkan kelangsungan hidup, karena
berdasarkan pada penelitian pada manusia menunjukkan bahwa
pemberian obat yang tertunda terhadap syok anafilaksis menyebabkan
hasil yang buruk. Epinefrin juga sudah sangat banyak dijadikan terapi
utama terhadap syok anafilaksis dan terdapat pada hampir di setiap
guideline anafilaksis. Sekitar 16% hingga 50% pasien diberikan injeksi
epinefrin dalam mengatasi syok anafilaksis (Kemp, et.al., 2008).

Alasan Pemilihan Zat Tambahan


Na2EDTA
Dinatrium edetat digunakan sebagai zat pengkelat dalam berbagai
sediaan farmasi, yang biasanya digunakan pada konsentrasi antara 0,005
hingga 0,1% b/v. Bentuk dinatrium edetat kompleks stabil yang larut dalam
air (kelat) dengan alkali tanah dan ion logam berat. Bentuk chelated
memiliki beberapa sifat dari ion bebas. (Rowe : 243).
Pada formulasi sediaan parenteral, agen pengkhelat yang biasa
digunakan adalah Na2EDTA yang ditambahkan untuk mengikat logam
transisi terlarut, sehingga mengurangi kemampuan logam tersebut untuk
menghasilkan radikal bebas atau terlibat dalam reaksi transfer elektron
(Jones : 124).
Natrium Klorida
Tonisitas dalam formulasi parenteral adalah hal yang paling
penting. Apabila latutan hipotonik sel akan membengkak dan akhirnya lisis
dan apabila larutan hipertonik sel akan mengalami krenasi. Natrium klorida
dan dekstrosa merupakan larutan isotonis yang sering digunakan (Jones :
132). NaCl merupakan cairan yang dipilih sebagai cairan dibandingkan
dengan dekstrosa sebab lebih stabil (GUH Intravenous Meidicine
Guideline for Adults).
Larutan NaCl digunakan sebab NaCl merupakan larutan isotonis
yang mempertahankan membran sel darah merah.Natrium klorida sangat
aman untuk digunakan, dapat ditoleransi, dan relatif terjangkau (Swarbick
: 3774).
NaCl memiliki tekanan osmotik yang sama dengan cairan tubuh
manusia dan juga hampir mirip dengan cairan ekstraseluler tubuh manusia
dibandingkan garam lainnya (Gennaro : 1364). Natrium klorida sangat
banyak digunakan dalam formulasi sediaan parenteral ataupun sediaan
non parenteral, yang ditujukan untuk menghasilkan larutan isotonis (Rowe
: 637).
HCl/NaOH
pH adjust dapat mengatasi kestabilan dan juga member rasa yang
nyaman dan aman saat digunakan (Rudnic, et.al., : 683). HCl dan NaOH
umumnya digunakan untuk mencapai pH yang diinginkan dalam produk
akhir (Swarbick: 2212).
NaOH biasa digunakan sebagai alkali agent untuk
mempertahankan pH sediaan dan tidak toksik pada konsentrasi yang
rendah ( Rowe : 684 ). NaOH dan HCI digunakan sebagai agen
pembasah dan agen pengasaman untuk menghasilkan produk akhir yang
stabil (Ansel:128)
Water for Injection
Pelarut yang paling sering digunakan dalam sediaan parenteral
adalah air untuk injeksi (Water for Injection, USP) yang tidak harus steril
tetapi harus bebas pirogen (Swarbick : 291).
Water for injection merupakan pelarut yang paling cocok digunakan
untuk injeksi volume kecil. Dari semua tipe air di USP, WFI merupakan
yang paling murni diantara semuanya yang digunakan untuk produk steril
(Swarbick : 1267). Water for injection adalah pelarut yang paling banyak
digunakan dalam sediaan injeksi, tidak boleh mengandung bahan
tambahan lain, dimana air tipe ini melalui proses osmosis terbalik dan
tidak harus steril namun harus bebas pirogen (Ansel : 437).
Air digunakan sebagai pelarut sebab air stabil secara kimia baik
dalam bentuk cair,es dan uap (Rowe : 766). Tingkat kontaminasi water for
injection tidak besar sebab sebelumnya telah diproses dengan baik
(Gennaro : 830). Standar yang sangat cocok dalam pembawa sediaan
parenteral yaitu WFI. Merupakan faktor utama terbesar dalam cairan
parenteral yang aman sebab murni dan bebas pirogen (Scoville’s:199)

Penyusunan Produk Pengolahan Induk


Setelah melakukan studi pustaka dan menentukan sediaan oleh tim
Research and Development (R&D), selanjutnya akan dilakukan studi
untuk menentukan formula dan prosedur pembuatan sediaan yang tepat
untuk injeksi Epinefrin. Hasil studi pembuatan sediaan akan dijadikan
sebagai Master Batch untuk produksi skala besar serta sebagai acuan
dalam proses validasi dan produksi yang dilakukan bekerja sama dengan
bagian Quality Control (QC).
Sebelum memproduksi sediaan dengan skala produksi, R&D akan
melakukan pengujian stabilitas bahan obat. Tujuan prosedur ini adalah
untuk mengetahui dan mengindentifikasi salah satu kandungan bahan
atau campuran bahan dalam komposisi produk masih akan mempunyai
efek farmakologi setelah melalui uji stabilitas. Selain itu juga untuk
mengetahui seberapa lama produk dapat bertahan dalam kondisi stabil
terhadap kimia, fisika dan mikrobiologi.
Untuk pengujian stabilitas ini, umumnya akan dilakukan dengan 3
cara yakni:
1. Uji stabilitas pada kondisi jangka panjang yaitu penyimpanan
produk pada suhu 25oC, 60% RH dengan titik waktu 3, 6, 12, 18,
24, 36, dan 48 bulan.
2. Uji stabilitas pada kondisi intermediet yaitu penyimpanan produk
pada suhu 30oC, 60% RH dengan titik waktu 3, 6, 12, 18, 24, 36,
dan 48 bulan.
3. Uji stabilitas pada kondisi dipercepat yaitu penyimpanan produk
pada suhu 40oC, 75% RH dengan titik waktu 0, 2, 4, dan 6 bulan.
Kemudian akan dilakukan pengujian stabilitas produk dengan
metode uji fotostabilitas dengan menggunakan 1 bets produk awal, dalam
hal ini produk akan dipaparkan pada sumber cahaya selama beberapa
jam untuk selanjutnya dilakukan pengukuran kadar bahan aktif, dan uji
life-shell time / tanggal kadaluwarsa.
Setelah dilakukan uji stabilitas dan diperoleh bahwa produk stabil,
selanjutnya dilakukan pengecekan bahan baku pada bagian PPIC
(Production Planning and Inventory Control) untuk produksi skala besar.
Jika terdapat bahan baku yang tidak tersedia maka dikoordinasikan
dengan bagian Purchasing untuk penyediaan bahan yang dibutuhkan.
Selanjutnya, setelah dilakukan validasi metode analisis dan proses
produksi, maka bagian Quality Assurance (QA) dapat merilis Master Batch
untuk diproduksi skala besar.
Uraian Bahan
1. Epinefrin HCl (Sweetman : 1202, Katzung, A to Z drug fact,
McEvoy)
Nama Lain : Adrenalin HCl (C9H23NO3)

Pemerian : Serbuk kristal putih


Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, sedikit larut dalam
alkohol.
Stabilitas : pH stabilitas 2,2-5 (pH optimum 3-4)
Dosis : Sebagai syok anafilaksis, dosis dewasa injeksi
intramuskular atau subkutan adalah 0,2mg/0,2ml –
1mg/1ml yang dapat diberikan setiap 4 jam atau
bergantung pada reaksi pasien terhadap obat dan
kondisi pasien.
Interaksi : Interaksi Epinefrin dengan obat golongan
simpatomimetik lainnya dapat mendukung fungsinya
sehingga reaksi terhadap alfa dan beta agonis bersifat
kompleks dan dapat berbahaya. Epinefrin bersama
dengan anti histamin dapat meningkatkan efek
epinefrin. Bersama dengan obat golongan beta-bloker
dapat menurunkan efek beta-bloker dan
mengakibatkan hipertensi. dengan hidroklorthiazid
berkaitan dengan
Inkompatibilitas : Epinefrin sangat sensitif terhadapat cahaya
(fotodegradasi), penurunan pH yang signifikan dari pH
stabilitas menyebabkan terjadinya degradasi bahan
aktif dan berakibat pada kerusakan bahan.
Sterilisasi : Sterilisasi akhir dengan metode panas basah
(autoklaf) pada
suhu 120oC selama 15 menit
2. Na2 EDTA (Rowe : 243)
Nama Kimia : Disodium Edetate
Rumus Molekul : C10H14N2Na2O8
Berat Molekul : 336,2
Pemerian : Massa berwarna putih, serbuk kristal berwarna putih
Kelarutan : Larut dalam 11 bagian air, praktis tidak larut eter
dan kloroform
Stabilitas : garam edetat cenderung lebih stabil dibandingkan
dengan asam edetat. Larutan garam edetat dapat disterilisasi dengan
autoklaf.
Inkompatibilitas : reaksi dengan logam dapat membentuk hidrogen
Kegunaan : disodium edetat digunakan sebagai chelating agent
dalam sedian farmasi
Sterilisasi : Autoklaf 121ºC selama 15 menit
Keamanan : Na2EDTA banyak digunakan sebagai agent
pengkhelat pada sediaan topical, oral, maupun parenteral.
Penggunaannya berbasis pada konsentrasi rendah dan aman
digunakan pada sediaan farmasi.
3. Natrium Hidroksida (Rowe : 648)
Nama Kimia : Sodium Hydroxide
Rumus Molekul : NaOH
Berat Molekul : 40,00
Pemerian : Massa berwarna putih atau hampir putih. Dapat
berupa pellet kecil, serpihan, batang, dan bentuk
lainnya. Keras, rapuh, dan menunjukkan fraktur
kristalin. Mudah menyerap karbon dioksida dan air
pada paparan udara sehingga mudah mencair.
Kelarutan : Larut dalam 7,2 bagian etanol, praktis tidak larut
dalam eter, larut dalam gliserin, larut dalam 4,2
bagian metanol, dalam 0,9 bagian air dan dalam
0,3 bagian air bersuhu 100oC.
Stabilitas : Ketika terpapar udara, natrium hidroksida secara
cepat menyerap lembab dan mencair, tetapi
kemudian memadat kembali karena adanya
absorpsi karbon dioksida dan pembentukan natrium
karbonat.
Inkompatibilitas : Natrium hidroksida merupakan basa kuat dan
inkompatibel dengan senyawa yang mudah
mengalami hidrolisis atau oksidasi. Dapat bereaksi
dengan asam, ester, dan eter khususnya dalam
larutan yang mengandung air.
Kegunaan : Agen pembentuk garam dengan furosemid / sebagai
agen pengalkali
Sterilisasi : Autoklaf 121ºC selama 15 menit
Keamanan : NaOH digunakan secara luas dalam industri farmasi
dan makanan dan secara umum dianggap sebagai
bahan non toksik pada konsentrasi rendah. Pada
konsentrasi tinggi dapat bersifat iritan korosif pada
kulit, mata, dan membran mukosa.
4. Natrium Klorida (Rowe : 637)
Nama Kimia : Sodium Chloride
Rumus Molekul : NaCl
Berat Molekul : 58,44
Pemerian : Serbuk kristalin putih, atau kristal tidak berwarna,
dengan rasa asin
Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,6 bagian air
bersuhu 100oC, dalam 10 bagian gliserin, dalam
250 bagian etanol (95%), dan sukar larut dalam
etanol.
Stabilitas : Larutan bersifat stabil tetapi mungkin dapat
menyebabkan pemisahan partikel gelas dari wadah
gelas tipe tertentu.
Inkompatibilitas : Larutan bersifat korosif terhadap besi. Bereaksi
menghasilkan pengendapan dengan perak, timbal,
dan garam merkuri
Kegunaan : Agen pengisotonis
Sterilisasi : Autoklaf 121ºC selama 15 menit
Keamanan : Meskipun NaCl merupakan garam yang sangat
penting untuk mengatur osmolaritas darah dan
jaringan, namun efek toksik dapat terjadi pada
orang dewasa dengan konsumsi pada 0.5-1g/kg BB
5. Water for injection (FI III : 96)
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa. Diproses dengan metode destilasi
reverse osmosis, tidak steril, bebas pirogen dan
tidak mengandung bakteriostatika
Kelarutan : -
Stabilitas : Air secara kimiawi stabil di semua bentuk fisik (es,
cair, dan uap). Air untuk tujuan tertentu harus
disimpan dalam wadah yang sesuai
Inkompatibilitas : Dalam formulasi farmasi, air dapat bereaksi dengan
obat-obatan dan eksipien lain yang rentan terhadap
hidrolisis (dekomposisi dengan adanya air atau uap
air) di lingkungan dan suhu yang tinggi. Air dapat
bereaksi dengan logam alkali dan cepat dengan
logam alkali dan oksida mereka, seperti kalsium
oksida dan magnesium oksida. Air juga bereaksi
dengan garam anhidrat untuk bentuk hidrat dari
berbagai komposisi, dan dengan tertentu bahan
organik dan kalsium karbida
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut
Sterilisasi : Autoklaf 121oC selama 15 menit, Filtrasi
Registrasi Obat Baru
Obat Baru adalah obat dengan zat aktif baru, zat tambahan baru,
bentuk sediaan/rute pemberian baru, kekuatan baru, atau kombinasi baru
yang belum pernah disetujui di Indonesia. Obat yang diedarkan di wilayah
Indonesia, sebelumnya harus dilakukan registrasi. Registrasi adalah
prosedur pendaftaran dan evaluasi obat untuk mendapatkan izin edar. Izin
edar merupakan bentuk persetujuan registrasi obat untuk dapat diedarkan
di wilayah lndonesia. Perizinan ini diberikan oleh Menteri, yang kemudian
dilimpahkan kepada Kepala Badan.
Obat yang memiliki izin edar harus memenuhi kriteria berikut :
a. Khasiat yang meyakinkan dan keamanan yang memadai dibuktikan
melalui uji non-klinik dan uji klinik atau bukti-bukti lain sesuai
dengan status perkembangan ilmu pengetahuan yang
bersangkutan;
b. Mutu yang memenuhi syarat yang dinilai dari proses produksi
sesuai Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB), spesifikasi dan
metoda analisis terhadap semua bahan yang digunakan serta
produk jadi dengan bukti yang sahih;
c. Penandaan berisi informasi yang lengkap, obyektif dan tidak
menyesatkan yang dapat menjamin penggunaan obat secara tepat,
rasional dan aman;
d. Khusus untuk psikotropika baru harus memiliki keunggulan
dibandingkan dengan obat yang telah disetujui beredar di
Indonesia.
e. Khusus Obat program kesehatan nasional, harus sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan oleh instansi pemerintah
penyelenggara program kesehatan nasional.
Kategori Registrasi Obat
Registrasi obat terdiri atas:
a. Registrasi baru :
 Kategori 1 : Registrasi Obat Baru dan Produk Biologi,
termasuk Produk Biosimilar.
 Kategori 2 : Registrasi Obat Generik dan Obat Generik
Bermerek
 Kategori 3 : Registrasi sediaan lain yang mengandung Obat
dengan teknologi khusus, dapat berupa transdermal patch,
implant, dan beads.
b. Registrasi variasi :
 Kategori 4 : Registrasi variasi major
 Kategori 5 : Registrasi variasi minor
 Kategori 6 : Registrasi variasi notifikasi
c. Registrasi ulang : registrasi perpanjangan masa berlaku izin edar
 Kategori 7 : Registrasi sediaan lain yang mengandung Obat
dengan teknologi khusus, dapat berupa transdermal patch,
implant, dan beads.

1) Persyaratan Registrasi
A. Nama Obat
a) Nama obat yang diregistrasi dapat menggunakan nama
generik atau nama dagang.
b) Nama Generik yang dimaksud adalah sesuai Farmakope
Indonesia atau sesuai International Non-properietary Names
(INN) yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO).
c) Nama dagang yang dimaksud berupa nama yang diberikan
oleh pendaftar untuk identitas obat.
d) Pemberian nama dagang yang dimaksud harus berdasarkan
kajian mandiri (self assesment) dan menjadi tanggung jawab
Pendaftar.
e) Kajian Mandiri yang dimaksud, paling sedikit harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut :
 Nama dagang harus objektif dan tidak menyesatkan
 Satu nama dagang hanya dapat digunakan oleh satu industri
farmasi pemilik izin edar untuk obat dengan zat aktif =,
indikasi dan golongan yang sama.
 Nama dagang yang berbeda dapat digunakan untuk obat
yang diproduksi atas dasar lisensi atau obat yang
didaftarkan berdasarkan bentuk perjanjian lain.
 Nama dagang tidak boleh menggunakan seluruhnya atau
potongan nama generik sesuai Farmakope Indonesia atau
sesuai INN dari zat aktif yang tidak terkandung.
 Nama dagang tidak boleh sama atau sangat mirip dalam hal
bunyi atau penulisan dengan nama dagang obat yang
tercantum dalam data nama obat jadi dengan zat aktif yang
berbeda.
 Nama dagang obat bebas dan bebas terbatas yang
engandung paling sedikit satu zat aktif yang sama dan atau
kelas terapi yang sama dapat menggunakan nama dagang
yang sama sebagai nama payung
 Apabila dikemudian hari ada pihak lain yang lebih berhak
atas nama obat yang tercantum dalam izin edar sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan, maka pendaftar
bersedia mengganti nama obat.
B. Registrasi
a) Registrasi obat dapat dilakukan oleh pendaftar dengan
menyerahkan dokumen registrasi
b) Obat yang diregistrasi dapat berupa obat produksi dalam
negeri, atau obat impor

Registrasi Obat Produksi Dalam negeri

a. Pendaftar yang melakukan permohonan Registrasi Obat Produksi


Dalam Negeri harus memenuhi persyaratan memiliki izin Industri
Farmasi dan memiliki sertifikat CPOB yang masih berlaku sesuai
dengan jenis dan bentuk sediaan yang diregistrasi
b. Persyaratan Registrasi Obat Produksi Dalam Negeri berupa
rekomendasi berdasarkan hasil inspeksi pemenuhan persyaratan
CPOB.
c. Dalam hal Registrasi dilakukan berdasarkan ketentuan, izin edar
akan diterbitkan setelah pendaftar memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud pada poin a.

Registrasi Obat Kontrak Produksi Dalam Negeri

a. Registrasi Obat Kontrak produksi dalam negeri hanya dapat


dilakukan oleh Pemberi Kontrak sebagai Pendaftar.
b. Registrasi harus memenuhi ketentuan, yaitu memiliki izin Industri
Farmasi; memiliki paling sedikit 1 (satu) fasilitas produksi yang telah
memenuhi persyaratan CPOB; dan memiliki dokumen perjanjian
kontrak.
c. Industri Farmasi Pemberi Kontrak dan Industri Farmasi Penerima
Kontrak bertanggung jawab terhadap aspek khasiat, keamanan,
dan mutu obat yang dikontrakkan, dengan penanggung jawab
utama Industri Farmasi Pemberi Kontrak sebagai Pemilik Izin Edar.
d. Industri Farmasi Penerima Kontrak harus memiliki sertifikat CPOB
yang masih berlaku sesuai dengan bentuk sediaan obat yang akan
diproduksi.
e. Industri Farmasi Penerima Kontrak tidak dapat mengalihkan
pembuatan obat yang dikontrakkan kepada pihak ketiga.
f. Pembuatan Obat Kontrak produksi dalam negeri berupa : seluruh
tahapan pembuatan atau sebagian tahapan pembuatan.
g. Formula Obat Kontrak produksi dalam negeri berupa: formula dari
pemberi kontrak atau formula dari penerima kontrak.
h. Obat Kontrak produksi dalam negeri dapat diproduksi pada lebih
dari 1 (satu) tempat produksi dengan memberikan justifikasi.
i. Obat Kontrak produksi dalam negeri harus memiliki mutu yang
sama, meliputi Formula dan spesifikasi produk.

Registrasi Obat Yang Dilindungi Paten

a. Registrasi obat dengan zat aktif yang dilindungi paten di Indonesia


hanya dapat dilakukan oleh Pendaftar pemilik hak paten; atau
Pendaftar yang ditunjuk oleh pemilik hak paten.
b. Hak paten harus dibuktikan dengan sertifikat paten.
c. Registrasi Obat Generik Pertama dengan Zat Aktif yang masih
dilindungi paten di Indonesia dapat diajukan oleh Pendaftar yang
bukan pemilik hak paten sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
d. Registrasi dapat mulai diajukan 5 (lima) tahun sebelum berakhirnya
perlindungan paten.
e. Pendaftar Registrasi Obat Generik Pertama, harus menyerahkan
dokumen sebagai berikut :
 Informasi tanggal berakhirnya masa perlindungan paten dari
instansi yang berwenang; dan
 Data ekivalensi dan/atau data lain untuk menjamin
kesetaraan khasiat, keamanan dan mutu.
f. Izin Edar terhadap pengajuan Registrasi Obat Generik Pertama
diterbitkan setelah habis masa perlindungan paten.

Registrasi Obat Generik

a. Registrasi Obat Generik diajukan oleh Pendaftar menggunakan


nama generik
b. Seluruh tahapan pembuatan Obat Generik dilakukan di dalam
negeri. Dikecualikan untuk Obat yang sebagian tahapan
pembuatan belum dapat dilakukan di dalam negeri.
c. Dalam hal Pendaftar sudah memiliki Obat Generik Bermerek
dengan Zat Aktif yang sama, Obat Generik yang diregistrasi
harus dibuat dengan Formula, sumber bahan baku, spesifikasi
Obat, mutu, spesifikasi kemasan, proses produksi, dan
menggunakan fasilitas produksi yang sama.
d. Spesifikasi yang dimaksud meliputi, ukuran, bentuk, warna,
aroma, dan rasa.
e. Label Obat Generik harus mencantumkan informasi yang
meliputi, harga eceran tertinggi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan logo generik berwarna hijau
menggunakan format sebagai berikut

f. Logo generik dicantumkan secara


proporsional sesuai dengan ukuran kemasan.
g. Dalam hal Pendaftar mengajukan Registrasi Obat Generik
dengan lebih dari 1 (satu) kekuatan Zat Aktif, pada kemasan
harus dicantumkan kekuatan Zat Aktif setelah bentuk sediaan
dengan ukuran huruf sesuai dengan ukuran huruf nama generik.

2) Tata Laksana Registrasi Obat


a. Registrasi obat terdiri dari tahap pra-registrasi dan tahap
registrasi
b. Permohonan pra-registrasi dan registrasi diajukan oleh pendaftar
secara tertulis kepada kepala badan dilampiri dengan dokumen
pra-registrasi atau dokumen registrasi
c. Permohonan diajukan dengan mengisi formulir sesuai dengan
petunjuk dan contoh di bawah ini.
d. Dokumen praregistrasi dan registrasi harus menggunakan
bahasa Indonesia atau bahasa Inggris.
e. Permohonan pra-registrasi dan registrasi dapat diajukan secara
elektronik.
f. Bila registrasi secara elektronik belum dapat dilaksanakan atau
sistem elektronik tidak berfungsi, maka registrasi dilakukan
secara manual.
g. Permohonan praregistrasi dan registrasi dikenai biaya
penerimaan negara bukan pajak sesuai dengan ketentuan
peraturan UU.
h. Biaya harus dibayarkan paling lama 10 hari terhitung sejak surat
bayar layanan publik (SBP-LP) diterbitkan.
i. Pendaftar wajib melakukan konfirmasi pembayaran SPB-LP dan
menyerakan dokumen praregistrasi atau dokumen registrasi
paling lama tiga hari terhitung sejak tanggal pembayaran
j. Pendaftar yang tidak melakukan konfirmasi pembayaran SPB-LP
dan menyerahkan dokumen praregistrasi atau dokumen
registrasi, permohonannya dinyatakan batal.

Formulir Registrasi Obat


Dokumen Registrasi
a. Dokumen registrasi terdiri atas :
 Bagian I : Dokumen administratif, informasi produk dan
label
 Bagian II : Dokumen mutu
 Bagian III : Dokumen non klinik
 Bagian IV: Dokumen Klinik
b. Dokumen registrasi disusun sesuai dengan format ASEAN
Common Technical Dossier (ACTD) dan mengacu pada tata cara
penyusunan dokumen registrasi.
c. Dokumen registrasi bersifat rahasia yang dipergunakan hanya
untuk keperluan evaluasi oleh yang berwenang.
d. Dokumen administratif informasi produk berisi ringkasan
karakteristik produk/brosur, dan informasi produk untuk pasien.
e. Informasi produk untuk pasien, bila ditujukan untuk golongan obat
bebas dan obat bebas terbatas harus disertakan pada kemasan
terkecil, dapat berupa brosur, catch cover/amplop atau blister.
Penulisannya harus menggunakan bahasa Indonesia, huruf Latin,
dan angka Arab.
f. Dokumen Label meliputi etiket, strip/blister, ampul/vial, catch
cover/amplop, dan bungkus luar. Label harus mencantumkan
identitas yang mampu telusur untuk menjamin keabsahan produk
diatur dengan Peraturan Kepala Badan.

Tanggung Jawab Pendaftar


Pendaftar bertanggung jawab atas kelengkapan dokumen yang
diserahkan, kebenaran dan keabsahan informasi yang tercantum dalam
dokumen registrasi, serta perubahan data dan Informasi Produk yang
sedang dalam proses Registrasi atau sudah memiliki Izin Edar.
Pra-Registrasi
Permohonan praregistrasi Obat dilakukan untuk penapisan
Registrasi meliputi penentuan kategori Registrasi, penentuan jalur
evaluasi, penentuan biaya evaluasi, dan penentuan dokumen registrasi.
Permohonan sebagaimana dimaksud, harus melampirkan berkas-
berkas berikut
a. Mengisi Formulir;
b. Menyerahkan bukti pembayaran biaya praregistrasi; dan
c. Melampirkan dokumen praregistrasi.
Hasil Praregistrasi (HPR) diterbitkan dalam jangka waktu paling
lama 40 hari terhitung sejak diterimanya permohonan. HPR bersifat
mengikat dan berlaku selama satu tahun sejak tanggal diterbitkan. Bila
diperlukan tambahan data, permintaan tambahan data disampaikan
secara tertulis kepada pendaftar melalui surat permintaan tambahan data
dalam jangka waktu paling lama 20 hari sejak diberikan surat permintaan.
Jika pendaftar tidak dapat menyampaikan tambahan data sesuai waktu
yang diberikan, mala praregistrasi dinyatakan batal, dan biaya yang sudah
dibayarkan tidak dapat ditarik kembali.

Jalur Evaluasi
Jalur evaluasi untuk registrasi obat baru, disebut jalur 100 hari yang
meliputi :
a. Registrasi Baru Obat Baru dan Produk Biologi yang diindikasikan
untuk terapi penyakit serius yang mengancam nyawa manusia (life
saving), dan/atau mudah menular kepada orang lain, dan/atau
belum ada atau kurangnya pilihan terapi lain yang aman dan efektif
b. Registrasi obat baru berdasarkan justifikasi diindikasikan untuk
penyakit serius dan langka (Orphan Drug) di Indonesia
c. Registrasi Baru Obat Baru, Produk Biologi, Obat Generik, dan Obat
Generik Bermerek ditujukan untuk program kesehatan nasional
yang dilengkapi dengan dokumen penunjang kebutuhan program
atau hasil prakualifikasi Badan Kesehatan Dunia (World Health
Organization).
d. Registrasi Baru Obat Generik yang memiliki Formula, sumber
bahan baku, spesifikasi Obat, mutu, spesifikasi kemasan, proses
produksi, dan menggunakan fasilitas produksi yang sama dengan
Obat Generik Bermerek yang telah disetujui.
Registrasi Baru
a. Permohonan registrasi baru diajukan dengan mengisi Formulir dan
melampirkan dokumen registrasi.
b. Kelengkapan dokumen registrasi baru mengacu pada peraturan
kepala badan.
c. Selain harus melengkapi dokumen registrasi Baru, pendaftar juga
harus menyerahkan rencana manajemen risiko.
d. Ketentuan lebih lanjut mengenai penilaian rencana manajemen
risiko diatur dengan Peraturan Kepala Badan.

Evaluasi dan Pemberi Keputusan


Pengajuan permohonan Registrasi yang telah dinyatakan
memenuhi kelengkapan dokumen, dilakukan evaluasi. Evaluasi
merupakan penilaian terhadap aspek khasiat, keamanan, mutu, informasi
produk, dan/atau label sesuai dengan kriteria dan kategori registrasi.
Perhitungan waktu evaluasi sesuai dengan jalur evaluasi, dihitung sejak
dokumen registrasi diterima. Pelaksanaan evaluasi dilakukan
pembentukan tim yang meliputi: Tim Penilai Khasiat-Keamanan (TPON),
Tim Penilai Mutu, Tim Penilai Informasi Produk dan Label.
Pemberian Keputusan
Keputusan Kepala Badan terhadap Registrasi diberikan dengan
mempertimbangkan hasil evaluasi dokumen registrasi dan/atau
rekomendasi Tim Penilai Khasiat-Keamanan / Tim Penilai Mutu / Tim
Penilai Informasi Produk dan Label; dan hasil pemeriksaan setempat di
fasilitas pembuatan Obat (in-situ). Keputusan yang diberikan dapat berupa
pemberian persetujuan kepada pendaftar yang telah memenuhi
persyaratan administrasi atau penolakan untuk pendaftar yang dokumen
rgistrasinya tidak memenuhi persyaratan.
Sebelum diterbitkan persetujuan, dapat diterbitkan surat
pemberitahuan persetujuan (approvable letter). Penerbitan surat
pemberitahuan persetujuan dimaksudkan agar pendaftar dapat melakukan
pembuatan Obat skala komersial atau. melaksanakan pemasukan Obat
Impor. Surat pemberitahuan persetujuan (approvable letter) bukan
dimaksudkan sebagai pengganti Izin Edar dan hanya dapat digunakan
untuk 1 (satu) kali pemasukan. Surat pemberitahuan persetujuan
(approvable letter) berlaku dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun
terhitung sejak tanggal surat pemberitahuan diterbitkan.
a. Persetujuan
 Persetujuan diberitahukan secara tertulis kepada Pendaftar
berupa: Izin Edar; persetujuan khusus ekspor; atau
persetujuan Registrasi Variasi.
 Izin Edar diterbitkan apabila hasil pembuatan Obat skala
komersial memenuhi persyaratan atau telah menyerahkan
bukti pemasukan Obat Impor.
b. Penolakan
Kepala Badan menyampaikan penolakan secara tertulis kepada
Pendaftar. Jika permohonan Registrasi ditolak, biaya Registrasi
yang telah dibayarkan tidak dapat ditarik kembali. Registrasi yang
ditolak dapat diajukan kembali.
Peninjauan Kembali
Apabila pendaftar keberatan terhadap keputusan penolakan,
pendaftar dapat mengajukan permohonan peninjauan kembali secara
tertulis kepada Kepala Badan, dalam jangka waktu paling lama 6 bulan
terhitung sejak tanggal surat penolakan dan hanya dapat dilakukan 1
(satu) kali.
Apabila pendaftar keberatan terhadap hasil evaluasi khasiat dan
keamanan, pendaftar dapat mengajukan permohonan peninjauan kembali
secara tertulis kepada Kepala Badan paling lama 20 hari terhitung sejak
tanggal surat pemberitahuan hasil evaluasi khasiat dan keamanan dan
hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali.
Permohonan peninjauan kembali dapat dilakukan melalui
mekanisme dengar pendapat dan/atau menyerahkan dokumen berupa
data baru dan/atau data yang sudah pernah diajukan dengan dilengkapi
justifikasi. Pembahasan terhadap permohonan peninjauan kembali
dilakukan paling lama 100 (seratus) Hari terhitung sejak dokumen
diterima.
Masa Berlaku Izin Edar
Izin edar berlaku 5 tahun dan dapat diperpanjang selama
memenuhi ketentuan yang berlaku. Pengecualian untuk Registrasi Obat
berdasarkan perjanjian/ penunjukan dengan masa kerja sama kurang dari
5 tahun, masa berlaku Izin Edar sesuai dengan masa berlaku kerja sama
dalam dokumen perjanjian. Jika perjanjian/penunjukan dihentikan sebelum
masa Izin Edar berakhir, Izin Edar Obat yang bersangkutan dinyatakan
batal.
3) Pelaksanaan Izin Edar
Industri Farmasi yang telah mendapatkan Izin Edar wajib membuat
dan mengirimkan laporan produksi atau laporan pemasukan Obat Impor
kepada Kepala Badan. Laporan produksi atau laporan pemasukan obat
impor dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Pemilik Izin Edar Obat wajib melakukan pemantauan khasiat,
keamanan dan mutu obat selama diedarkan yang dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan melaporkan
hasilnya kepada Kepala Badan
4) Evaluasi Kembali
Penilaian kembali dilakukan jika hasil pemantauan terdapat data
dan informasi terkini mengenai khasiat, keamanan, dan mutu Obat.
Keputusan terhadap hasil penilaian kembali sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) berupa:
a. perubahan Label;
b. perbaikan Komposisi/Formula;
c. pemberian batasan penggunaan;
d. perubahan penggolongan Obat;
e. penarikan Obat dari peredaran; dan/atau
f. pembekuan Izin Edar/pencabutan Izin Edar.
Keputusan disampaikan secara tertulis kepada Pemilik Izin Edar
untuk ditindaklanjuti.

5) Sanksi
a. Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Peraturan Kepala Badan
ini dapat dikenai sanksi administratif berupa :
 peringatan tertulis;
 pembatalan proses Registrasi;
 pembekuan Izin Edar Obat;
 pencabutan Izin Edar Obat; dan/atau
 larangan untuk melakukan pendaftaran selama 2 (dua)
tahun.
b. Sanksi administratif dapat dikenai berdasarkan atau dalam hal :
 Tidak memenuhi ketentuan kriteria obat
 Tidak memenuhi ketentuan kebenaran dan keabsahan
informasi yang tercantum dalam dokumen registrasi
 Data tidak sahih dalam evaluasi data mutu
 Tidak melaksanakan kewajiban pelaksanaan izin edar
 Izin industri farmasi pemilik izin edar dicabut; dan/atau
 Pemilik Izin Edar melakukan pelanggaran di bidang produksi,
distribusi, promosi, dan/atau Label Obat.
Ketentuan Lain
c. Untuk menjamin kestabilan obat dalam bentuk sediaan oral padat,
registrasi obat dengan kemasan botol berisi paling banyak 100
butir.
d. Registrasi obat dengan kemasan botol hanya dapat dilakukan
untuk obat dengan zat aktif yang stabil.
e. Jika pendaftar melakukan registrasi yang memiliki lebih dari satu
kekuatan zat aktif, maka harus memiliki perbedaan spesifikasi
antara lain ukuran, bentuk, dan/atau warna.

Nomor Registrasi Sediaan Injeksi Steril

Nomor Registrasi sediaan EPICON ® : DKL 18120104 43 A1

Keterangan :

D : Obat dengan merk dagang


K : Golongan Obat Keras
L : Obat diproduksi di dalam negeri
18 : Tahun pendaftaran obat jadi
120 : Nomor urut pabrik
104 : Nomor urut obat yang disetujui untuk masing-masing pabrik
43 : Bentuk sediaan obat injeksi
A : Kekuatan obat yang disetujui
1 : Kemasan untuk kekuatan obat jadi
Nomor Batch Sediaan Injeksi Steril

Nomor Batch sediaan EPICON ® : 03174304

Keterangan :
05 : Bulan produksi
18 : Tahun produk diproduksi pada tahun 2018
43 : Kode bentuk sediaan
04 : Nomor urut pembuatan
Alasan Pemilihan Kemasan

a. Wadah dosis tunggal adalah wadah yang dikemas kedap udara


dengan kuantitas obat steril yang digunakan untuk penggunaan
parenteral sebagai dosis tunggal dan ketika dibuka tidak dapat
disegel kembali dengan jaminan sterilitasnya masih tetap dijaga
(Ansel : 454).
b. Ampul dimaksudkan sebagai wadah yang kedap udara untuk suatu
dosis tunggal obat sehingga secara sempurna menghalangi tiap
perubahan antara isi ampul yang disegel dan lingkungannya
(Lachman : 1354).
c. Wadah kaca yang digunakan adalah wadah gelas amber tipe I
yang terdiri dari kaca borosilikat, Yang memiliki koefisien terendah
terhadap ekspansi termal yang memungkinkan untuk tidak retak
ketika perbedaan suhu yang tiba-tiba.digunakan amber karena zat
aktif tidak stabil terhadap paparan cahaya. Dan Biasanya
digunakan untuk sediaan parenteral (Jenkins, Glenn. 1957
L.Scoville’s the Art of Compounding Nineth edition, The McGraw-
Hill Book Company, Inc: USA(Page: 404).
d. Sediaan ampul dikemas dalam wadah yang kedap udara yang
digunakan untuk suatu dosis tunggal obat sehingga menghalangi
tiap perubahan antara isi ampul yang disegel dengan
lingkungannya (The Theory and Practise of Industrial Pharmacy,
Third Edition : 1354)
Kemasan Produk

a. Etiket

b. Kemasan Sekunder

II.7.3 Product Planning and Inventory Control (PPIC)


PPIC (Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan)
merupakan suatu sistem Pemantauan dan Pengendalian Inventory
dengan tujuan dapat mempertahankan stok minimal yang ideal dan tetap
terjamin pemenuhan kebutuhan produk di pasaran. Tujuan pokok PPIC
adalah untuk mengendalikan semua inventory yang terkait langsung
dengan proses produksi (bahan awal, produk ruahan, & produk jadi) agar
produksi dapat berjalan lancar, efektif dan efisien. Fungsi Planning dalam
perusahaan (manufacture) dijalankan oleh bagian PPIC. Disamping
memiliki fungsi production planning, PPIC juga memiliki peranan dalam
manajemen Inventory.

Fungsi pokok PPIC yaitu :


1. Fungsi Perencanaan
Menentukan sasaran dan langkah-langkah yang akan dilakukan
untuk mencapai sasaran yang meliputi perencanaan produksi,
perencanaan pengadaan material dan pengendalian produk jadi.
2. Fungsi Pengendalian
Alat manajemen untuk memastikan bahwa pelaksaan telah sesuai
dengan rencana.
Tugas PPIC :
a. Membuat jadwal proses produksi sesuai dengan waktu, routing dan
jumlah produksi yang tepat sehingga menjadikan waktu pengiriman
produk pada konsumen bisa dilakukan secara optimal dan cepat.
Merencanakan kegiatan produksi berpedoman pada rencana
bagian Marketing
b. Merencanakan pengadaan (bahan baku, bahan kemasan dan
produk jadi) berdasarkan rencana dan kondisi stock dengan
menghitung kebutuhan material produksi menurut standar stock
yang ideal (ada batasan minimal dan maksimal yang harus
tersedia).
c. Melakukan monitoring pada bagain inventory pada proses produksi,
penyimpanan barang di gudang maupun yang akan didatangkan
pada perusahaan sehingga saat proses produksi yang
membutuhkan bahan dasar bisa berjalan dengan lancar dan
seimbang
d. Menghitung standar tenaga kerja berdasarkan realisasi produksi
setiap tahun
e. Menghitung standar yield berdasarkan realisasi produksi setiap
tahun.
f. Sebagai juru bicara perusahaan dalam hal kerja sama dengan
perusahaan.
g. Melakukan komunikasi dengan bagian marketing untuk memastikan
penyelesaian masalah produksi
h. Mengkoordinir kegiatan distribusi obat.

Mekanisme kerja PPIC


1. Sistem perencanaan
a. Perencanaan produksi sediaan obat
Produksi sediaan dibuat berdasarkan skala tahunan, kuartal
dan bulanan. Produksi dilakukan berdasarkan informasi dari
estimasi Divisi bagian marketing dan evaluasi data-data
delivery.
b. Perencanaan kebutuhan produksi
 Berpedoman pada rencana induk produksi
 Berdasarkan komposisi produk ; jenis bahan (bahan baku,
pembantu pengemas) jumlah bahan (kg, liter, meter, biji)
waktu pengadaan dan pemakaian, pemnbelian minimal yang
dipersyaratkan.
 Berdasarkan sumber bahan: lokal, impor, nilai atau jumlah
stock minimum, kebutuhan total bahan yang digunakan
jadwal pemasaran, penerimaan, pemakaian (diperhitungkan
dengan batasan waktu sesuai fakta dan data pengalaman
 Berdasarkan standar ratio stock
 Waktu ketersediaan (pengiriman) bahan produksi
 Kondisi peralatan yang ada
 Kemampuan tenaga kerja atau personalia
 Agar stok minimal tidak terlalu besar atau terlalu kecil perlu
ditentukan skala indeks sebagai dasar untuk memudahkan
kontrol.
2. Sistem Pengontrolan (Tipe pengontrolan)
a. Ketat : untuk barang-barang yang harganya mahal, cek
pemakaian barang, jumlah reject maupun vield
b. Normal : Untuk barang-barang yang harganya tidak terlalu
mahal dilakukan secara normal dan umum
c. Periodik : Untuk barang yang harganya murah dilakukan secara
periodik dengan mencocokan stock dengan kondisi nyata.
3. Sistem pengendalian
a. Berdasarkan order dari bagian marketing dan mempersiapkan
kebutuhan produksi
b. Mengumpulkan data dan menganalisa kegiatan produksi, hasil
produksi, kapasitas dan perkiraan inventory
c. Mempelajari fakta-fakta untuk menyusun rencana tentang;
estimasi penjualan untuk kebutuhan material, prosedur
perencanaan dan pengendalian persediaan, mengembangkan
standar yield dan tenaga kerja.
d. Merencanakan rencana pengendalian
e. Melakukan modifikasi perencanaan.
4. Sistem Pengadministrasian
Dilakukan secara komputerisasi dengan sistem online
a. Secara perseorangan
Untuk keperluan di work shop masing-masing misal hasil untuk
memasukkan data, menghitung kebutuhan material, menghitung
hasil proses, mengevaluasi hasil proses mengelolah data,
menganalisa dsb.
b. Secara gabungan
Semua pihak yang tergabung dalam program gabungan. Entry
data di work shop masing-masing, hasil proses digabung secara
otomatis oleh computer pusat data sehingga tampilan data bias
dilihat atau dikontrol.
Supplier/ pemasok
Adapun kriteria supplier yang harus dipenuhi adalah sebagai
berikut :
a. Merupakan badan hukum yang sah
b. Memiliki sertifikat COA (Certificate of Analysis)
c. Dari peralihan CPOB/GMP ke CPOB terkini/cGMP pemasok harus
menyertakan kelengkapan dokumen master file yang disebut DMF
(Drug Master File). DMF merupakan salah satu standar yang
dipersyaratkan oleh cGMP.
d. DMF merupakan main requirement dan bukti bahwa pemasok
adalah perusahaan yang telah memiliki sertifikat standar cGMP.
Badan POM memberikan perhatian khusus pada DMF yang
merupakan informasi rinci original submission dan amandemen yan
mencakup data. Dalam memiliki bahan baku yang menunjang
product safety, efficacy dan quality, industry harus
memperhitungkan standar ekspektasi pasar yang jelas makin tinggi.
e. Memiliki serifikat ISO 9000 yang merupakan bukti yang
menunjukkan kualitas supplier.
f. Memiliki sertifikat MSDS (Material Sheet Data Safety)
g. Pelanggan dapat melakukan audit terhadap pemasok, vendor,
supplier, sebelum dan memutuskan kerja sama.
h. Bahan tersebut telah dinyataan memenuhi persyaratan pada
pengujian yang dilakukan oleh pihak Quality Control.

PPIC dalam Proses Produksi


1. Penyediaan bahan baku dan bahan pengemasan.
Penyediaan bahan baku dan bahan pengemasan produk obat
berdasarkan dari rencana produksi yang akan dilakukan. Supplier atau
pemasok bahan pada industri kami telah memenuhi kriteria dan
persyaratan bahan melalui pengujian dari Divisi QC. Bahan tambahan
dari PT. Frizt dan untuk ampul dari Yongshim Co.,Ltd.. Pemesanan
bahan dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan jumlah stok pemesanan
untuk kebutuhan 4 bulan. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya
jeda produksi akibat persediaan bahan yang tidak memadai dan
pemborosan bahan pemesanan.
2. Sistem Pengontrolan
Sistem pengentrolan yang dilakukan pada industri kami yaitu
semua alat produksi dan bahan dikontrol setiap bulan.
3. Sistem Pengendalian
a. Penyediaan bahan produksi bergantung dari jumlah
pemesanan Divisi Marketing dan untuk penyediaan
kebutuhan produksi akan dilakukan pemesanan setiap 3
bulan untuk kebutuhan produksi selama 4 bulan. Hal ini
dilakukan karena setiap 3 bulan akan dilakukan evaluasi
data-data delivery obat.
b. Kegiatan produksi dilakukan selama 22 hari kerja setiap
bulan dan kemampuan maksimum alat untuk memproduksi
sediaan sebanyak 10000 ampul per hari.
c. Jika pada bulan selanjutnya terjadi kenaikan permintaan
pemasaran maka akan dilakukan kerja lembur dan
pemesanan bahan akan dilakukan lebih awal dari rencana
pemesanan sebelumnya.
4. Sistem Pengadministrasian
Semua data yang diperlukan untuk proses Perencanaan dan
pengendalian bahan, produksi dan Evaluasi persediaan/ stok dilakukan
secara komputerisasi dan online.
Perhitungan Bahan Baku
Per batch
Jumlah produksi 20000 ampul @ 1 ml = 20000 x 1 mL = 20000 mL (20 L)
Kelebihan 1 ampul 0,1 mL maka 20000 x 0,1 mL = 2000 mL (2 L)
Ketumpahan/kesalahan selama pengerjaan 0,05 mL maka 20000 x 0,05
mL = 1000 mL
Maka total jumlah = 20000 mL + 2000 mL + 1000 mL = 23000 mL (11 L)
Jumlah bahan untuk satu kali produksi
Epinefrin HCl : 23 g
Na2EDTA : 1,15 g
Natrium Klorida : 11,77 g
Natrium Hidroksida : 5 g
Asam Klorida :5g
WFI : 23 L
Pemesanan bahan
Epinefrin HCl : PT. Yuriko → Rp. 2.100/g x 23 g = Rp. 48.300
Na2EDTA : PT. Yuriko → Rp. 1.600/g x 20 g = Rp. 32.000
NaCl : PT. Fritz → Rp 1.500/g x 27 g = Rp 40.500
NaOH : PT. Fritz → Rp 1.800/g x 65 g = Rp 117.000
Air : PT. Fritz → Rp 25.000/5 liter x 5 = Rp 125.000
Ampul cokelat (Amber): Yongshim Co.,Ltd → Rp 1.330,58/ampul x 20000
ampul = Rp 26.661.600
Harga ELOCON® → Rp 11.000/ampul

Perhitungan dalam PPIC


- EOQ (Economic Order Quantity)
EOQ atau disebut juga dengan FOQ (Fixed Order Quantity)
ini digunakan untuk menentukan berapa jumlah bahan baku yang
harus dipesan yang meminimumkan biaya penyimpanan
persediaan dan biaya pemesanan persediaan.
2𝑂𝑆
EOQ =√ 𝐶

s = jumlah kebutuhan dalam unit per tahun


o = order cost
c = carrying cost per tahun
- ROP (Re-Order Point)
Reorder point (ROP) yaitu, batas/titik jumlah pemesanan
kembali. ROP berguna untuk mengetahui kapan suatu perusahaan
mengadakan pemesanan. Terjadi apabila jumlah persediaan yang
terdapat dalam stock berkurang terus sehingga harus ditentukan
berapa banyak batas minimal tingkat persediaan yang harus
dipertimbangkan sehingga tidak terjadi kekurangan persediaan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi titik pemesanan kembali
adalah :
a. Lead Time. Lead time adalah waktu yang dibutuhkan antara
barang yang dipesan hingga sampai diperusahaan.
b. Tingkat pemakaian bahan baku rata-rata persatuan waktu
tertentu.
c. Persediaan Pengaman (Safety Stock), yaitu jumlah persediaan
barang minimum yang harus dimiliki oleh perusahaan untuk
menjaga kemungkinan keterlambatan datangnya bahan baku.
𝑅𝑂𝑃 = (𝑑 𝑥 𝐿𝑇) + 𝑆𝑆
d = penggunaan bahan rata-rata
LT = lead time
SS = safety stock
- Safety Stock
Safety stock adalah persediaan tambahan yang diadakan
untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya
kekurangan bahan (Stock Out) (Rangkuty, 2004). Menurut Sofjan
Assauri (2004), persediaan pengaman yaitu persediaan tambahan
yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadi
kekurangan bahan (Stock Out), sedangkan pengertian menurut
Zulfikarijah (2005), Safety stockmerupakan persediaan yang
digunakan dengan tujuan supaya tidak terjadi stock
out (kehabisan stock)
Safety Stock = (𝑝𝑒𝑚𝑎𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 − 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑟𝑎𝑡𝑎2)𝑥 𝑙𝑒𝑎𝑑 𝑡𝑖𝑚𝑒
II.7.4 Produksi
Manajer Produksi
Kepala bagian Produksi adalah seorang apoteker yang terdaftar
dan terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki
pengalaman praktis yang memadai dalam bidang pembuatan obat dan
keterampilan manajerial sehingga memungkinkan untuk melaksanakan
tugasnya secara profesional. Kepala bagian Produksi memiliki
kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam produksi obat, termasuk :
a. Memastikan bahwa obat diproduksi dan disimpan sesuai prosedur
agar memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan;
b. Memberikan persetujuan petunjuk kerja yang terkait dengan
produksi dan memastikan bahwa petunjuk kerja diterapkan secara
tepat;
c. Memastikan bahwa catatan produksi telah dievaluasi dan
ditandatangani oleh kepala bagian produksi sebelum diserahkan
kepada kepala bagian manajemen mutu (pemastian mutu);
d. Memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di
bagian produksi;
e. Memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan; dan
f. Memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi
personil di departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai
kebutuhan
Secara lebih rinci, tugas manajer produksi, antara lain :
a. Terlaksananya produksi obat (penimbangan hingga obat jadi)
b. Memimpin dan mengarahkan pelaksanaan produksi (gudang
hingga pengemasan)
c. Bersamaan PPIC (merencanakan produksi)
d. Memeriksa catatan pengolahan dan pengemasan batch
e. Jika terjadi kegagalan produksi, harus didiskusikan dengan PM
f. Alat dan mesin dipakai dengan benar dan divalidasi
g. Inspeksi dan menjaga pelaksanaan CPOB
h. Pengawasan personil (kerja, latihan, dan promosi)
i. Laporan bulanan
j. Anggaran dan biaya produksi
Supervisor Produksi
Secara umum tugas Supervisor Produksi yaitu :
a. Merencanakan pengadaan dan permintaan kebutuhan produksi
rutin dan non rutin yang dianggap perlu guna kelancaran proses
produksi.
b. Mengatur dan mengkoordinasikan semua tugas koordinator
produksi (asisten apoteker) sehingga produksi sesuai rencana kerja
dan sesuai prosedur yang berlaku secara aman, berdaya guna
(efektif) dan berhasil guna (efisien).
c. Mengatur dan mengawasi pelaksanaan setiap tahapan dalam
proses produksi serta menjamin agar pembuatan obat sesuai
dengan prosedur pengolahan dan pengemasan batch (batch
record).
d. Bersama sama dengan bagian perencanaan (production planning)
menyusun rencana produksi mingguan dan mengatur agar setiap
tahapan pengolahan sediaan sesuai dengan jadwal rencana yang
telah ditetapkan.
e. Memantau pelaksanaan setiap pengolahan sediaan sesuai
prosedur agar memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan.
f. Membimbing bawahan dalam bidang teknis.

Secara lebih rinci uraian tugas Supervisor Produksi dan


tanggungjawabnya, yakni :
 Bertanggung jawab atas terlaksananya pembuatan sediaan likuid
dan semi solid mulai dari penimbangan, pengolahan, pengemasan
sampai pengiriman obat ke gudang obat jadi.
 Memimpin dan mengarahkan secara teknis dan administratif semua
tugas pengolahan dan pengemasan batch produksi.
 Bersama – sama dengan departemen PPIC menyusun rencana
produksi.
 Bertanggung jawab untuk memeriksa catatan pengolahan batch
dan pengemasan batch dan menjamin produksi dilaksanakan
sesuai dengan pfosedur pengolahan batch dan prosedur
pengemasan batch.
 Jika terdapat kegagalan dalam produksi, membahasnya dengan
Kepala bagian Pemastian Mutu dan Kepala bagian. Pengawasan
Mutu sesuai prosedur yang berlaku untuk mencari penyebab serta
menetapkan tindakan yang relevan.
 Memastikan agar alat-alat / mesin-mesin untuk keperluan produksi
dikualifikasi dan/atau divalidasi serta digunakan dengan benar.

Supervisor Produksi memiliki wewenang, yaitu :


a. Berwenang untuk menghentikan proses produksi sementara
kemudian melaporkan kepada manajer produksi untuk ditentukan
tindak lanjutnya.
b. Berwenang memberikan penilaian terhadap kinerja karyawan dan
staf dibawahnya baik diminta atau tidak dalam rangka evaluasi dan
pengamatan terhadap kinerja seseorang.
c. Berwenang melakukan peneguran terhadap karyawan dibawahnya
baik secara lisan atau tertulis dan melanjutkan ke atasan jika
memang dibutuhkan.

Perencanaan produksi sediaan akan dilakukan setiap 2 kali dalam


1 bulan karena produk merupakan produk fast moving, namun tetap
dilakukan pemantauan pasar untuk dilakukan modifikasi perencanaan
produksi bila memang diperlukan. Sebelum memulai produksi,
persyaratan yang harus dipenuhi sebelum produksi sesuai dengan
standard CPOB terkini antara lain :
a. Daerah produksi
b. Sistem pengolahan air & sistem tata udara
c. Peralatan
d. Personalia yang berperan telah mengetahui prosedur produksi,
dimulai cara kerja, pakaian kerja, dan kebersihan selama produksi
e. Dokumen dan label produksi

Daerah Produksi untuk pembuatan sediaan steril secara CPOB


2018 :
 Kelas A : Zona untuk kegiatan yang berisiko tinggi, misalnya zona
pengisian, wadah tutup karet, ampul dan vial terbuka,
penyambungan secara aseptik. Umumnya kondisi ini dicapai
dengan memasang unit aliran udara laminar (laminar air flow) di
tempat kerja. Sistem udara laminar hendaklah mengalirkan udara
dengan kecepatan merata berkisar 0,36 – 0,54 m/detik (nilai acuan)
pada posisi kerja dalam ruang bersih terbuka. Sistem LAF harus
memberikan kecepatan udara yang homogen sekitar 0,45 m/detik
20 % (nilai rujukan) pada posisi kerja.
 Kelas B : Untuk pembuatan dan pengisian secara aseptik, kelas ini
adalah lingkungan latar belakang untuk zona kelas A.
 Kelas C dan D : Area bersih untuk melakukan tahap pembuatan
produk steril dengan tingkat risiko lebih rendah.
Non-operasional Operasional

Jumlah maksimum partikel /m3 yang diperbolehkan untuk kelas


Kelas
setara atau lebih tinggi dari

0,5 µm 5µm 0,5 µm 5µm


A 3500 1 3500 1
B 3500 1 350.000 2000
C 350.000 2000 3.500.000 20.000
Tidak Tidak
D 3.500.000 20.000
ditetapkan ditetapkan
Persyaratan tambahan lainnya antara lain :
Suhu udara diruang bersih dan ruang steril hendaknya
dipelihara pada 16 - 25°C dan kelembaban relatif pada 45%-55%.
Tekanan udara di dalam ruang pengolahan produk steril
harus lebih tinggi dibanding dengan ruangan sebelahnya yang
dibuktikan dengan perbedaan tekanan yang ditunjukkan oleh alat
magnehelic dan dicatat secara teratur.
Jalan masuk dan keluar bagi petugas ke dan dari ruang steril
hanya melalui ruang ganti pakaian kecuali dalam keadaan darurat.
Lokasi ruang ganti pakaian hendaklah langsung berhubungan
dengan daerah steril yang akan dilayani.
Ruang ganti pakaian dilengkapi dengan ruang penyangga
udara yang terletak diantara ruang ganti pakaian dan ruang steril
dan dialiri udara tersaring dengan tekanan positif yang lebih rendah
daripada ruang steril tetapi lebih tinggi daripada ruangan lain yang
berhubungan langsung.
Ruang ganti pakaian dilengkapi dengan manometer atau alat
lain yang tepat yang terus menerus menunjuk perbedaan tekanan
udara diruang udara bersangkangkutan dengan ruang bertetangga.
Ruang ganti pakaian terletak sebelum ruang penyangga
udara dan terdiri dari ruangan terpisah yang memisahkan daerah
ruangan kerja biasa dan daerah pakaian steril.
Pintu antara ruang steril dengan ruang penyangga
dilengkapi dengan suatu system antara lain system penguncian
elektro yang tidak memungkinkan dua pintu dibuka dalam waktu
yang sama.
Ruang ganti pakaian steril hendaklah dilengkapi dengan bak
pencuci tangan seperti dikamar operasi dan alat pengering tangan
otomatis.
Lampu UV yang efektif (panjang gelombang 253,7 nm)
hendaklah dipasang dalam ruang ganti pakaian steril atau lemari
penyimpanan komponen pakaian steril.

f. Deskripsi pakaian kerja yang dipersyaratkan untuk tiap kelas


produksi
Kelas A/B
Penutup kepala hendaklah menutup seluruh rambut serta –
jika relevan – janggut dan kumis; penutup kepala hendaklah
diselipkan ke dalam leher baju; penutup muka hendaklah dipakai
untuk mencegah penyebaran percikan. Model terusan atau model
celana-baju, yang bagian pergelangan tangannya dapat diikat dan
memiliki leher tinggi, hendaklah dikenakan.Hendaklah dipakai
sarung tangan plastik atau karet steril yang bebas serbuk dan
penutup kaki steril atau didisinfeksi.Ujung celana hendaklah
diselipkan ke dalam penutup kaki dan ujung lengan baju diselipkan
ke dalam sarung tangan.Pakaian pelindung ini hendaklah tidak
melepaskan serat atau bahan partikulat dan mampu menahan
partikel yang dilepaskan dari tubuh.
Kelas C
Rambut dan – jika relevan – janggut dan kumis hendaklah
ditutup. Pakaian model terusan atau model celana-baju, yang
bagian pergelangan tangannya dapat diikat, memiliki leher tinggi
dan sepatu atau penutup sepatu yang sesuai hendaklah
dikenakan.Pakaian kerja ini hendaklah tidak melepaskan serat atau
bahan partikulat.
Kelas D
Rambut - dan jika relevan – janggut hendaklah ditutup.
Pakaian pelindung reguler, sepatu yang sesuai atau penutup sepatu
hendaklah dikenakan.Perlu diambil tindakan pencegahan yang
sesuai untuk menghindarkan kontaminasi yang berasal dari bagian
luar area bersih.

g. Prosedur Tetap Tata Cara Berganti Pakaian Untuk Pembuatan


Obat Steril
 Penggantian Pakaian Pertama
 Pakaian bersih normal dilepaskan di bagian pertama ruang
ganti pakaian. Arloji dan perhiasan dilepaskan dan disimpan
atau diserahkan kepada petugas yang ditunjuk
 Pakaian dan sepatu dilepas dan disimpan di tempat yang
telah disediakan untuk itu
 Penggantian Pakaian Kedua
 Setelah menginjak keset kaki yang mengandung
desinfektan, lanjutkan ke bagian ke dua ruang ganti pakaian.
Cuci tangan dan lengan sampai siku dengan deterjen dan air
yang banyak dan kemudian dengan desinfektan.
(Desinfektan yang digunakan diganti setiap minggu). Cuci
kaki dengan deterjen dan air dan terakhir desinfektan
dengan desinfektan.
 Keringkan tangan dan lengan dengan alat pengering udara
panas. Seperangkat pakaian steril dari bungkusan dan
kenakan sesuai yang disebutkan di atas
 Pakai penutup kepala sehingga menutupi seluruh rambut
dan diselipkan ke dalam leher baju terusan. Penutup mulut
harus juga menutupi janggut. Penutup kaki harus
menyelubungi sampai ujung kaki. Celana atau baju terusan
diselipkan ke dalam penutup kaki. Penutup kaki diikatkan
kencang sehingga tidak turun waktu bekerja. Ujung lengan
baju harus diselipkan ke dalam sarung tangan. Kacamata
pelindung dipakai pada tahap akhir ganti pakaian
 Sarung tangan; didesinfeksi dengan alkohol 70% atau
larutan desinfektan lain
 Buka pintu ruang penyangga dan ruang steril dengan
mendorongnya dengan siku tangan
 Sesudah jam kerja, karyawan yang meningggalkan ruangan
steril melepaskan sarung tangan dan meletakkannya di
tempat yang ditentukan, kemudian mengganti pakaian
dengan urutan-urutan yang berlawanan ketika memasuki
ruangan steril. Selama istirahat makan siang atau minum,
sarung tangan direndam dalam isopropanol 70% dalam
wadah tertutup. Pada akhir hari kerja sarung tangan
disingkirkan dan satung tangan baru yang bersih disterilkan
digunakan untuk keesokan harinya.
 Membuka dan menutup pintu harus dilakukan dengan
perlahan-lahan. Berjalan tergesa-gesa, berlari dan berbicara
yang tidak perlu dalam ruangan steril harus dihindari

Prosedur Tetap Sterilisasi Sarung Tangan Untuk Digunakan Pada


Proses Steril
 Periksa sarung tangan sebelum digunakan terhadap lubang-
lubang halus. Isi sarung tangan dengn air dan tekan perlahan-
lahan sambil diputar ujungnya untuk mendeteksi lubang. Sarung
tangan yang bocor tidak boleh digunakan.
 Untuk menghilangkan bedak, sarung tangan yang telah disortir,
dicuci dengan air ledeng, kemudian dengan air murni
 Balik sarung tangan dan cuci ulang. Peras sisa air sampai
kering
 Sarung tangan dibungkus dalam kertas perkamen dengan
ukuran yang tepat
 Bungkusan sarung tangan harus berisi jumlah cukup untuk
penggunaan satu hari saja
 Bungkusan sarung tangan dimasukkan ke dalam wadah atau
baki baja tahan karat ttertutup yang sesuai dan disterilkan dalam
otoklaf pada suhu 121oC selama paling sedikit 20 menit
 Lubang wadah harus berada dalam barisan terbuka selama
proses setrilisasi
 Segera setelah otoklaf dibuka untuk pengeluaran muatannya,
barisan lubang wadah ditaruh dalam kedudukan tertutup
 Wadah dikeluarkan dari otoklaf dan disimpan dalam lemari yang
dilengkapi dengan lampu ultra violet
 Wadah tidak boleh dibuka sampai sarung tangan diperlukan
 Pada waktu rehat, sarung tangan direndam dalam isopropanol
70% dalam wadah tertutup
 Setiap akhir hari kerja sarung tangan yang sudah digunakan
disingkirkan, sarung tangan baru yang bersih dan disterilkan
digunakan untuk keesokan harinya.
h. Peralatan yang digunakan pada produksi steril
Adapun peralatan yang digunakan selama proses produksi, antara
lain :
 Washing Machine.
Mesin cuci otomatik ini digunakan untuk mencuci ampul yang
akan diisi dengan larutan atau serbuk steril. Pencucian dilakukan
dengan air murni (purified water), dilanjutkan menggunakan air
untuk injeksi (water for injection), diikuti dengan udara steril untuk
pengeringan. Mesin ini memiliki kapasitas pencucian hingga
8.000 ampul per jam.
 Depyrogenation Machine.

Mesin ini digunakan untuk proses sterilisasi dan depirogenasi


ampul pada suhu maksimum 340°C, dan aliran udara dalam
mesin diatur laminar dengan melalui HEPA filter yang memiliki
efisiensi 99,997% untuk ruangan steril.
 Filling & Selling Machine.

Mesin filling ini digunakan untuk melakukan pengisian larutan atau


serbuk steril pada ampul steril dan penutupan ampul yang telah di-
filling dengan menggunakan laser CO2. Semua proses ini
dilakukan dibawah kondisi aliran udara laminar dengan Hepa filter.
 Inspection & Labelling Machine.

Gambar Inspection machine


Inspeksi dilakukan terhadap semua ampul yang menggunakan
Inspection Machine diteruskan dengan proses labelling secara
otomatis, dilanjutkan dengan proses packaging.
Gambar Labelling machine

Adapun sarana penunjang produksi, antara lain :


a. Purified Water Treatment Plant.
Fasilitas pengolahan air murni ini terdiri dari Reverse Osmosis (RO)
dan Electrodeionization (EDI).Sistem ini mampu menghasilkan air
murni dengan konduktiviti kurang dari 0.1 S/cm dan total organic
carbon (TOC) kurang dari 50 ppb.
b. Purified water distribution system.
Distribusi purified water dilakukan dengan sistem loop yang
beroperasi selama 24 jam pada temperatur ambient (15-24°C),
suhunya tergantung pada suhu ruangan serta jumlah manusia dan
peralatan yang ada dalam ruangan. Perbedaan WFI dan purified
water adalah WFI merupakan aqua demineralisata yang telah
mengalami proses destilasi bertingkat.
c. Water for Injection Distribution System.
Distribusi water for injection (WFI) dilakukan dengan system loop
pada suhu 80°C yang beroperasi 24 jam.
i. Validasi pembersihan
Sebelum dilakukan proses produksi, ruangan harus dibersihkan
dengan seksama dan tidak ada sisa partikel bebas produk
sebelumnya yang tertinggal. Selanjutnya ruangan disterilisasi
dengan menggunakan gas (gas formaldehida dan etilen oksida).
Cara lain adalah dengan menggunakan lampu ultra violet (UV)
yang ditempatkan untuk memberikan intensitas penyinaran yang
memadai pada luas permukaan yang maksimum. Sinar ultra violet
(UV), terutama digunakan untuk menyinari permukaan tangki
pemrosesan bagian dalam dan permukaan yang terpapar,
permukaan di bawah tutup, permukaan ban berjalan, dari
permukaan tertentu yang sulit di sterilkan jika tidak dengan
penyinaran.
j. Proses pembersihan ruangan dilakukan oleh bagian produksi,
setelah pembersihan selesai dilakukan maka Inspektor Quality
Control akan mengecek kembali apakah ruangan tersebut telah
bersih sesuai dengan spesifikasi yang tertera pada prototap
kebersihan ruang produksi. Selain itu dilakukan juga pengujian
partikel udara ruang produksi menggunakan alat Particle Counter
Lasair II®.
k. Proses produksi
Adapun rincin proses produksi, sebagai berikut :
1. Penyiapan water for injection (WFI) :
a. Bangunan pengolahan air harus terpisah dari bangunan untuk
proses produksi. Walaupun demikian, letaknya sebaiknya
berdektan agar resiko pencemaran bisa ditkan seminimal
mungkin selama distribusi dalam pipa penyalur.
b. Pembuatan air untuk injeksi (Water for Injection/WFI), biasanya
dibuat dengan cara destilasi (penyulingan) bertingkat dari
bahan baku air murni (purified water). Pengolahan WFI berasal
dari purified water system, yang selanjutnya dilakukan destilasi
(penyulingan) denga terlabih dahulu melewati lampu UV untuk
membunuh bakteri. Sesyai dengan ketentuan CPOB, proses
destilasi menggunakan 6 (enam) kolom destilasi, artinya air
yang digunakan untuk produk-produk steril tersebut mengalami
6 kali proses destilasi. Dengan unit ini diperoleh WFI yang
memenuhi persyaratan. Selanjutnya, WFI yang dihasilkan
disimpan dalam storage tank pada suhu 70-80oC sebelum
didistribusikan untuk produksi steril.
c. Dilakukan pemeriksaan pH WFI (persyaratan 2,5 - 5) dengan
menggunakan electrode pH

2. Dilakukan pemeriksaan mixing tank, diset pada frekuensi putaran


800 rpm.
3. Penimbangan bahan-bahan dalam formula dilakukan pada zona D
di dalam LAF.
4. Pencucian ampul dilakukan di zona D.
5. Dimasukkan WFI ± 80% dari volume akhir di dalam mixing tank
dilakukan di zona C
6. Ditambahkan Epinefrin HCl ke dalam mixing tank, aduk hingga
homogen.
7. Ditambahkan NaCl, aduk hingga homogen
8. Ditambahkan Na2EDTA ke dalam mixing tank, aduk hingga
homogen
9. Ditambahkan NaOH sebagai bahan adjust pH ke dalam mixing
tank, aduk hingga homogen
10. Dicek pH (3,5)  dilakukan oleh QC
11. Ditambahkan WFI sampai volume akhir(22 L)
12. Dilakukan penyaringan larutan dengan membran penyaring ukuran
0,45 µm
13. Dilakukan pengisian cairan injeksi ke dalam ampul dilakukan pada
zona A. dimana pada zona ini maksimum partikel yang
diperbolehkan untuk partikel yang berukuran 0,5 µm yaitu ≤ 3500
sedangkan yang beukuran 5 µm ≤ 1
14. Dilakukan sterilisasi akhir dengan autoklaf pada suhu 115oC
selama 30 menit.
15. Dilakukan pengemasan sekunder.
16. Produk yang telah melalui semua proses produksi dari awal sampai
pengemasan selanjutnya dibawa dan disimpan di gudang obat jadi
untuk kemudian dikirm ke Unit Logistik Sentral (ULS).
Gambar tata letak produksi steril dengan proses sterilisasi akhir
ALUR PRODUKSI SEDIAAN INJEKSI AMPUL EPICON ®

Bahan Baku Air Untuk Injeksi Wadah Ampul

Cek IPC 1 Cek IPC 2 Cek IPC 3

Penimbangan Pengukuran Volume Pencucian

Mixing 1 Sterilisasi Panas


Pencampuran epinefrin HCl, NaCl, dan sebagian air Kering (Oven 170oC
untuk injeksi selama 1 jam)

Cek IPC 4

Mixing 2
Pengaturan pH dengan Penambahan Na2EDTA

Cek IPC 5

Mixing 3
Pengaturan pH dengan penambahan NaOH 0,1 N
dan pencukupan volume sediaan

Cek IPC 6

Penyaringan dengan penyaring ukuran 0,45 m

Pengisian / Kemas Primer dengan mengalirkan gas nitrogen

Cek IPC 7

Penyegelan dengan metode pull-sealed

Sterilisasi Akhir Panas Basah (Autoklaf 115oC, 2 atm selama 15 menit) dan
Pendinginan

Bahan Cek IPC 8


Kemas
Sekunder
Tulisan berwarna hitam dilakukan oleh bagian produksi
Pengemasan Sekunder
Cek IPC 9
Evaluasi Produk Jadi
Tulisan berwarna merah dilakukan oleh bagian pengawasan mutu (quality
control)
Cek IPC 1 meliputi spesifikasi bahan baku, uji organoleptis, sifat fisika
kimia (pemerian, kelarutan, titik lebur), uji penetapan kadar.
Cek IPC 2 meliputi uji konduktivitas, batas cemaran logam, batas cemaran
mikroba, kadar total organik karbon.
Cek IPC 3 meliputi uji keretakan, uji kebocoran, uji ketahanan wadah
Cek IPC 4 meliputi kelarutan dan homogenitas
Cek IPC 5 meliputi kelarutan, homogenitas, pH
Cek IPC 6 meliputi homogenitas, pH, volume sediaan
Cek IPC 7 meliputi volume sediaan, kejernihan
Cek IPC 8 meliputi uji sterilitas, uji kebocoran, uji volume terpindahkan, uji
pH
Cek IPC 9 meliputi kualitas bahan kemas, tercantum logo obat keras,
nama perusahaan, nama produk, nomor registrasi, nomor batch, tanggal
pembuatan dan tanggal kadaluarsa, indikasi, efek samping, cara
penggunaan obat (rute injeksi), interaksi obat, dan kontraindikasi.

II.7.5. Pengawasan Mutu (Quality Control)


Pengertian Deperteman Pengawasan Mutu
Pengawasan Mutu adalah bagian dari CPOB yang berhubungan
dengan pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian, serta dengan
organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa
pengujian yang diperlukan dan relevan telah dilakukan dan bahwa bahan
yang belum diluluskan tidak digunakan serta produk yang belum
diluluskan tidak dijual atau dipasok sebelum mutunya dinilai dan
dinyatakan memenuhi syarat.
Manager pengawasan mutu harus :
a. Seorang Apoteker dengan pengalaman praktis paling sedikit 2
tahun bekerja di bagian pengawasan mutu pabrik farmasi.
b. Memiliki pengalaman dan pengetahuan dibidang analisi kimia dan
mikrobiologi.
c. Pemeriksaan bahan pengemas
d. CPOB dan keterampilan dalam kepemimpinan
Area Pengawasan Mutu
1. Laboratorium pengawasan mutu hendaklah terpisah dari area
produksi. Area pengujian biologi, mikrobiologi dan radioisotop
hendaklah dipisahkan satu dengan yang lain.
2. Laboratorium pengawasan mutu hendaklah didesain sesuai dengan
kegiatan yang dilakukan. Luas ruang hendaklah memadai untuk
mencegah pencampurbauran dan pencemaran silang. Hendaklah
disediakan tempat penyimpanan dengan luas yang memadai untuk
sampel, baku pembanding (bila perlu dengan kondisi suhu
terkendali), pelarut, pereaksi dan catatan.
3. Suatu ruangan yang terpisah mungkin diperlukan untuk memberi
perlindunganinstrumen terhadap gangguan listrik, getaran,
kelembaban yang berlebihan dan gangguan lain, atau bila perlu
untuk mengisolasi instrumen.
4. Desain laboratorium hendaklah memerhatikan kesesuaian bahan
konstruksi yang dipakai, ventilasi dan pencegahan terhadap asap.
Pasokan udara ke laboratorium hendaklah dipisahkan dari pasokan
ke area produksi. Hendaklah dipasang unit pengendali udara yang
terpisah untuk masing-masing laboratorium biologi, mikrobiologi
dan radioisotop.
Tugas Dan Tanggung Jawab Pengawasan Mutu
a. Memberikan pengarahan dalam pelaksanaan tugas di laboratorium
mikrobiologi, pelaksanaan pengawasan dalam proses maupun
pelaksanaan CPOB
b. Bertanggung jawab untuk menjamin bahwa semua pengujian yang
dilakukan dengan metode yang benar dan sudah disetujui, mulai
dari bahan baru datang (IMI), selama proses produksi (IPC), dan
obat jadi
c. Bertanggung jawab atas hasil analisis dan keputusan untuk
menyatakan bahwa bahan baku pengemas telah memenuhi syarat
bahan kemas
d. Bertanggung jawab atas pelaksanaan inspeksi
e. Bertanggung jawab untuk memeriksa semua catatan pengolahan
bets dan catatan pengemasan bets
f. Jika ada kegagalan dalam produksi mendiskusikannya dengan
manager produksi dan ikut serta mencari penyebab serta jalan
keluarnya
g. Bertanggung jawab atas pelaksanaan pemeriksaan stabilitas obat
jadi
h. Bertanggung jawab atas pengadaan, pemakaian dan pembuatan
antara lain cairan pereaksi dan alat gelas yang diperlukan
i. Bertanggung jawab agar alat-alat untuk analisis dipakai serta dijaga
dengan benar, dikalibrasi dan senantiasa tersedia suku cadangnya
j. Bertanggung jawab atas penanganan obat kembalian
k. Bertanggung jawab atas produk pertinggal (Retained Sampel)
l. Ikut bertanggung jawab pada kualifikasi/validasi
m. Bertanggung jawab untuk pengembalian dan pelatihan personil,
menjaga disiplin dan melakukan evaluasi tahunan atas semua
personil yang dibawahinya
n. Membuat laporan bulanan
o. Bersama-sama dalam manager produksi melaksanakan validasi
alat maupun proses
p. Memastikan bahwa semua prosedur analisa disimpan secara baik
dan benar
q. Membuat anggaran tahunan bagi pengawasan mutu
r. Mengusahakan perbaikan biaya pengawasan mutu
Tugas Pokok Pengawasan Mutu
a. Menyusun, merevisi, dan menyimpan dokumen pengujian
b. Mengelola bahan baku pembanding (Reference Standar)
c. Menyetujui penujukan pemasok bahan awal (kualitasnya), meliputi
kadar, bau, warna, kekentalan (bahan cair), semua dicocokkan
dengan standar
d. Pengujian bahan awal, produk, contoh pertinggal dalam satu
produk (1 bets), ada sampel yang disimpan untuk pengujian jika
sewaktu-waktu ada complain dari pengguna (setiap 3,6,9 bulan
contoh pertinggal diperiksa)
e. Pengawasan dalam proses
f. Mengevaluasi stabilitas dan menetapkan tanggal kadalwarsa
g. Mengevaluasi dan menyetujui prosedur pengolahan ulang
h. Mengevaluasi keluhan dan obat kembali
i. Menyimpan dan memonitor mutu contoh pertinggal
j. Berpartisipasi aktif dalam tim inspeksi diri, validasi, kapasitas
produksi terbatas, belum memenuhi persyaratan.
Incoming Material Inspection (IMI)
Adapun tugas dan tanggung jawab IMI adalah melakukan :
1. Pemeriksaan bahan baku, bahan kemas
2. Analisis bahan baku dan bahan kemas
3. Pengendalian mutu

a. Bahan baku
 Kesesuaian : label, nama suplier, kondisi wadah, organoleptis
(bau, warna, rasa)
 Analisis : Kualitatif, kuantitatif (kadar potensi), kemurnian bahan
b. Bahan pengemas
 On the spot : Kondisi wadah, warna, penandaan, bentuk,
dll
 Analisis : dengan alat ukur panjang, lebar, bonding
strength
 Military standard 105 E
 Kesimpulan pemeriksaan bahan pengemas
Diterima : Semua barang diterima
Sampling utama : semua barang ditolak
Sampling pertama : untuk bahan on the spot
LABEL PEMERIKSAAN BAHAN/PRODUK
Untuk bahan/produk “Karantina”

PT. DUO PHARMACON DEPARTEMEN QUALITY


MAKASSAR- INDONESIA CONTROL
KARANTINA
NAMA PRODUK / BAHAN :
NOMOR BETS :
NOMOR KODE :
TGL. PENERIMAAN CONTOH :
TGL. PENGAMBILAN CONTOH :
JUMLAH YANG DITERIMA :
DITERIMA DARI: DITERIMA OLEH:
Untuk bahan/produk “Diluluskan”

PT. DUO PHARMACON DEPARTEMEN QUALITY


MAKASSAR- INDONESIA CONTROL
DILULUSKAN
Tanggal :
NAMA PRODUK :
NOMOR BETS :
DIUJI TANGGAL :
DIKEMAS OLEH :
DIKEMAS TANGGAL / JAM :
JUMLAH YANG DILULUSKAN :
DIPERIKSA OLEH: DILULUSKAN OLEH:

Untuk bahan/produk “Ditolak”

PT. DUO PHARMACON DEPARTEMEN QUALITY


MAKASSAR- INDONESIA CONTROL
DITOLAK
Tanggal :
NAMA PRODUK / BAHAN :
NOMOR BETS :
NOMOR KODE :
DITOLAK PADA TANGGAL :
JUMLAH YANG DITOLAK :
DIPERIKSA OLEH : DITOLAK OLEH:
Pemeriksaan Mutu Produk Mikrobiologi
` Uji sterilitas dilakukan terhadap produk yang sebelumnya telah
mengalami proses pensterilan. Uji ini dilakukan terhadap produk yang
dipilih untuk mewakili keseluruhan sediaan. Sampel bisa diambil dari
kemasan atau wadah akhir suatu produk, atau sebagai bagian dari tangki
bulk cairan atau dari bahan bulk lainnya.
Uji sterilitas sediaan dilakukan menggunakan media tioglikolat cair,
tioglikolat alternatif, dan soybean-casein digest. Secara umum pengujian
ini dapat dilakukan dengan inokulasi langsung ke dalam media uji dan
teknik penyaringan membran dan diinkubasi tidak kurang dari 14 hari (FI
IV: 855-857).
Harus diakui bahwa uji sterilitas penentu mungkin tidak dapat
mendeteksi kontaminasi mikroba jika terdapat dalam presentase kecil dari
bahan jadi dalam bets, karena jumlah satuan tertentu yang diambil
memberikan keterbaasan statistik yang signifikan pada penggunaan hasil
pengujian. Bagaimanapun juga kenyataan keterbatasan ini harus dapat
diterima karena pengetahuan sekarang ini tidak memberikan alternatif
yang tidak merusak untuk menetapkan kualitas mikrobiologi dari tiap
bahan jadi dalam bets, dan merupakan pilihan yang tidak layak untuk
meningkatkan jumlah contoh secara signifikan (FI IV: 1116).
1. Pengujian kualitatif
Identifikasi keberadaan mikroba tertentu seperti Escherichia
coli, Salmonella sp, Staphylococcus aureus, dan Pseudomonas
aeroginosa. Perhitungan mikroba aerobik total (TAMC).
Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan metode pour plate dengan
menggunakan media yang sesuai, dengan hasil pemeriksaan yang
diperoleh dalam bentuk colony forming unit (cfu/g atau cfu/ml).
a. Uji Escherichia coli
Dengan menggunakan sengkelit, goreskan sebagian dari
sisa media FLM pada oermukaan media MCA, tutup cawan,
balikkan, dan inkubasi. Jika pada pengamatan tidak terdapat koloni,
spesimen dinyatakan memenuhi syarat bebas Escherichia coli. Jika
ditemukan koloni dengan, lanjutkan pengujian dengan
memindahkan koloni tersangka ke permukaan media LEMBA di
dalam cawan petri. Jika banyak koloni yang harus dipindahkan,
bagi permukaan tiap lempeng dalam 4 bagian, dan tiap bagian
diinokulasi dengan koloni terpisah. Tutupcawan, balikkan dan
inkubasi. Jika pada pengamtaan tidak terdapat koloni yang
menunjukkan kilau logam yang khas di bawah cahaya yang
dipantulkan dan warna biru hitam pada cahaya yang diteruskan,
specimen dinyatakan memenuhi syarat bebas Escherichia coli (FI
IV: 854).
b. Uji Salmonella sp
Dengan menggunakan sengkelit, pindahkan sebagian media
FSCM dan media FTM masing-masing ke permukaan media BGA,
media XLDA dan media BSA yang terdapat di dalam cawan petri.
Tutup cawan, balikkan, dan inkubasi. Jika pada pengamatan tidak
terdapat koloni, spesimen dinyatakan memenuhi syarat bebas dari
genus Salmonella sp. Jika terdapat koloni Gram negate berbentuk
batang, lanjutkan identifikasi dengan memindahkan sejumlah koloni
tersangka ke permukaan media TSIA; pemindahan dilakukan
dengan menggunakan sengkelit jarum, mula-mula digoreskan ke
permukaan media dan kemudian dilakukan penusukan pada dasar
media dan inkubasi. Jika pada pengamtaan tidak terjadi reaksi
alkali (merah) dipermukaaan media dan asam (kuning) pada
tusukan, dengan atau tanpa warna hitam pada tusukan sebagai
pertanda adanya hydrogen sulfat, spesimen dinyatakan memenuhi
syarat bebas dari genus Salmonella sp (FI IV: 853).
c. Uji Staphylococcus aureus, dan Pseudomonas aeroginosa
Pada spesimen ditambahkan media FSCD hingga 100 mL,
campur dan inkubasi. Amati pertumbuhan pada media, dan jika
terdapat pertumbuhan, dengan menggunakan sengkelit
inokulasikan biakan pada permukaan lempeng media VJA (atau
media BPA atau media MSA). Tutup, balikkan cawan, dan inkubasi.
Jika pada pengamatan tidak ada satupun dari cawan mengandung
koloni Staphylococcus aureus, dan Pseudomonas aeroginosa.
Maka spesimen memenuhi persyaratan bebas dari Staphylococcus
aureus, dan Pseudomonas aeroginosa (FI IV: 852-853).
d. Uji Bebas Pirogen
Uji bebas pirogen bertujuan untuk membatasi resiko reaksi
deman yang ditimbulkan akibat pemberian produk injeksi.
Pengujian ini dilakukan dengan mengukur kenaikan suhu tubuh
kelinci yang disuntik produk uji secara intravena dalam dosis tidak
melebihi 10 mL/Kg dalam jangka waktu tidak lebih dari 10 menit.
Kelinci digunakan sebagai model uji bebas pirogen karena secara
fisiologi kelinci merespon pirogen sama dengan halnya manusia
(parenteral kualiti control: 124-130).
Alat suntik, jarum, dan alat gelas bebas pirogen dengan cara
memanaskan [ada temperature 250°C selama tidak kurang dari 30
menit. Dan produk uji dihangatkan sampai temperature 37°C ± 2°C.
produk uji disuntikkan ke telinga masing-masing kelinci (3 kelinci)
sebanyak 10 mL/Kg BB,. Jika masing-masing kelinci tidak melebihi
temperature control dan jika nilai rata-rata kenaikan temperature
dari 3 kelinci tidak lebih dari 1,4°C. maka zat produk yang diuji
memenuhi persyaratan bebas pirogen parenteral kualiti control:
136).
Sumber: Parenteral quality control, halaman 228
2. Pengujian kuantitatif
a. Uji ALT (Angka Lempeng Total)
Untuk menentukan ALT, pindahkan satu penyaring membran
ke permukaan Soybean-Casein Digestic Agar. Siapkan nuntuk
masing-masing media sekurang-kurangnya dua cawan petri untuk
tiap tingkap pengenceran. Inkubasi cawan Soybean-Casein
Digestic Agar pada suhu 30C - 35C selama 3 – 5 hari. Pilih
cawan dari satu tingkat pengenceran dengan jumlah koloni
tertinggi yang kurang dari 250 koloni. Hitung jumlah rata-rata koloni
dalam media biakan dan jumlah koloni per g atau per mL sediaan.
ALT dianggap sama dengan angka koloni yang ditemukan
pada Soybean-Casein Digestic Agar; jika koloni jamur ditemukan
pada meia ini, dihitung sebagai bagian dari jumlah ALT. Jika telah
ditetapkan kriteria penerimaan untuk mutu mikrobiologi, maka
diinterpretasikan sebagai berikut:
- 101 koloni: maksimal penghitungan yang dapat diterima 20;
- 102 koloni: maksimal penghitungan yang dapat diterima 200;
- 103 koloni: maksimal penghitungan yang dapat diterima 2000,
dan seterusnya.
b. Uji AKK
Untuk mementukan AKK, pindahkan satu penyaring
membran yang lain ke permukaan Sabouroud Dextrosa Agar.
Siapkan nuntuk masing-masing media sekurang-kurangnya dua
cawan petri untuk tiap tingkap pengenceran. Inkubasi cawan
Sabouroud Dextrosa Agar pada suhu 20C - 25C selama 5 - 7
hari. Pilih cawan dari satu tingkat pengenceran dengan jumlah
koloni tertinggi yang kurang dari 50 koloni. Hitung jumlah rata-rata
koloni dalam media biakan dan jumlah koloni per g atau per mL
sediaan.
Total AKK dianggap sama dengan jumlah koloni yang
ditemukan pada Sabouroud Dextrosa Agar; jika koloni bakteri
ditemukan pada media ini, maka dihitung sebagai bagian dari AKK.
Jika AKK diperkirakan melebihi kriteria penerimaan berdasarkan
pertumbuhan bakteri, dapat digunakan Sabouroud Dextrosa Agar
yang mengandung antibiotik. Jika telah ditetapkan kriteria
penerimaan untuk mutu mikrobiologi, maka diinterpretasikan
sebagai berikut:
- 101 koloni: maksimal penghitungan yang dapat diterima 20;
- 102 koloni: maksimal penghitungan yang dapat diterima
200;
- 103 koloni: maksimal penghitungan yang dapat diterima
2000, dan seterusnya.
c. Uji Endotoksin Bakteri
Pengujian dilakukan dengan menggunakan Limulus
Amebocyte Lysate (LAL). Deteksi dialkukan dengan metode
turbidimetri atau kolorimetri, penetapan titik akhir reaksi dilakukan
dengan membandingkan langsung enceran zat uji dengan enceran
endotoksi baku, dan jumlah endotoksin dinyatakan dalam unit
endotoksin (FI IV: 905-907).
Uji Perhitungan kadar endotoksi (dalam unit per mL atau
dalam per g atau mg) dalam atau pada bahan uji. Bahan
memenuhi syarat uji jika kadar endotoksin tidak lebih dari yang
ditetapkan pada masing-masing monografi yaitu tidak lebih dari
375,0 unit Endotoksin FI per mg efinefrin (FI V: 373).
In Proses Control
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang
telah ditetapkan; dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin
senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta
memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar.
Untuk memastikan keseragaman bets dan keutuhan obat, prosedur
tertulis yang menjelaskan pengambilan sampel, pengujian atau
pemeriksaan yang harus dilakukan selama proses dari tiap bets produk
hendaklah dilaksanakan sesuai dengan metode yang telah disetujui oleh
kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) dan hasilnya dicatat.
Pengawasan tersebut dimaksudkan untuk memantau hasil dan
memvalidasi kinerja dari proses produksi yang mungkin menjadi penyebab
variasi karakteristik produk dalam-proses.
Pengawasan selama-proses mencakup pada prosedur umum
sebagai berikut :
a. Semua parameter produk, volume atau jumlah isi produk hendaklah
diperiksa pada saat awal dan selama proses pengolahan atau
pengemasan,
b. Kemasan akhir hendaklah diperiksa selama proses pengemasan
dengan selang waktu yang teratur untuk memastikan
kesesuaiannya dengan spesifikasi dan memastikan semua
komponen sesuai dengan yang ditetapkan dalam Prosedur
Pengemasan Induk.
Selama proses pengolahan dan pengemasan bets hendaklah
diambil sampel pada awal, tengah dan akhir proses oleh personil yang
ditunjuk. Validasi metode analisis meliputi :
a. Uji identifikasi bertujuan untuk memastikan identitas analit dalam
sampel. Uji ini biasanya dilakukan dengan membandingkan
karakteristik sampel (misal: spektrum, profil kromatogram, reaksi
kimia, dan lain-lain) terhadap baku pembanding;
b. Pengujian impuritas dapat dilakukan melalui uji kuantitatif atau uji
batas impuritas dalam sampel. Masing-masing pengujian tersebut
bertujuan merefleksikan secara tepat karakteristik kemurnian
sampel. Karakteristik validasi yang lain diperlukan untuk uji
kuantitatif dibanding untuk uji batas impuritas;
c. Prosedur penetapan kadar bertujuan untuk menentukan kadar
analit dalam sampel. Dalam hal ini penetapan kadar menunjukkan
pengukuran komponen utama yang terkandung dalam bahan aktif
obat. Untuk obat, karakteristik validasi yang serupa juga berlaku
untuk penetapan kadar zat aktif atau komponen tertentu.
Karakteristik validasi yang sama juga dapat dilakukan untuk
penetapan kadar yang berkaitan dengan metode analisis lain (misal
uji disolusi).
Pengawasan mutu yang dilakukan di bagian produksi adalah IPC
(In Process Control). IPC dilakukan terhadap produk antara, produk
ruahan dan produk jadi. Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya
kesalahan dalam proses produksi obat.
Tugas QC bahan awal yaitu melakukan pemeriksaan terhadap
bahan awal. Bahan awal baik berupa zat aktif maupun zat tambahan yang
datang dari pemasok yang telah diterima oleh petugas gudang. Pihak QC
akan melakukan pemeriksaan kesesuaian antara Bukti Penerimaan
Barang (BPB) dengan label bahan awal, kesesuaian antara CoA dengan
label bahan awal dan kesesuaian antara CoA yang datang dengan CoA
pada kedatangan sebelumnya.bila dokumen telah lengkap tersebut
diterima dan disetujui, maka pihak QC akan melakukan analisisa mutu
terhadap bahan tersebut.
Metode pengambilan sampel menggunakan metode 1 + √𝑛 untuk
bahan baku existing atau hanya jika bahan yang akam diambil sampelnya
diperkirakan homogen dan diperoleh dari pemasok yang disetejui.
Pengujian yang dilakukan oleh In Process Control (IPC)Untuk produk
antara, dilakukan pengambilan sampel pertinggal bahan awal, bahan
pengemas, produk antara, produk ruahan, dan produk jadi dimana
jumlahnya minimal 3 kali jumlah pengujian lengkap, untuk sampel berupa
cairan diambil sebanyak 25-50 ml, sampling ini bertujuan untuk diuji
pemerian, pH, dan kadar zat aktif dengan menggunakan acuan spesifikasi
pabrik.
Untuk bahan pengemas, dilakukan sampling pada bahan pengemas
primer dan bahan pengemas sekunder dan dilakukan pemeriksaan fisik
kemasan meliputi dimensi dan ukurannya serta pemeriksaan kimia berupa
uji sterilitas bahan pengemas primer.
Untuk produk ruahan, dilakukan sampling untuk diuji secara fisika (uji
kejernihan, bebas dari partikel asing, uji kestabilan, uji kebocoran, uji
keseragaman volume), kimia (pemeriksaan kadar zat aktif, pH, dll) dan
mikrobiologi (uji sterilitas) dengan menggunakan acuan spesifikasi pabrik.
Untuk produk jadi, diperiksa kelengkapan identitas kemasan dan
label, meliputi tanggal kadaluwarsa, nomor batch, nomor registrasi,
kejelasan printing tulisan, dan lain-lain.
Metode analisa yang digunakan oleh pihak QC mengacu kepada
protap yang telah ditetapkan oleh R&D analisa yang kemudian berubah
menjadi protatp QC setelah dilakukan transfer metode.
Pengujian yang dilakukan oleh In Process Control (IPC) Quality
Control yaitu
1. Identifikasi Bahan Baku
Saat pengambilan contoh bahan baku harus selalu disertai dengan
Certificate of Analysis (CoA) dari supplier. CoA ini penting sebagai
acuan pada pemeriksaan bahan tersebut.
Pemeriksaan bahan baku meliputi pemeriksaan :
 Pemerian bahan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan
 Sifat fisika kimia bahan
 Identifikasi bahan/ analisis kualitatif dengan metode yang sesuai
(IR, HPLC, TLC, analisis menggunakan pereaksi yang spesifik)
Menurut Farmakope indonesia: Epinefrin bitartrat mengandung tidak
kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 102,0% dihitung terhadap zat yang
telah dikeringkan.
Pemerian: serbuk hablur, putih atau putih keabu-abuan atau abu-abu
cokelat muda perlahan menjadi gelap pada paparan cahaya dan udara.
Larutan dalam air bersifat asam terhadap kertas lakmus, ph lebih kurang
3,5
Kelarutan mudah larut dalam air, sedikit larut dalam etanol, pratik
tidak larut dalam kloroform dan dalam eter.
Baku pembandin: Epinefrin Bitartrat BPFI, lakukan pengeringan
dalam hampa udara di atas silika gel P selama 3 jam sebelum digunakan.
Simpan dalam wadah tertutuo rapat, terlindung cahaya. Endotokrin BPFI
(catatan bersifat pirogenik, penangan vial dan isi harus hati-hati untuk
menghindari kontaminasi). Rekonstitusi semua isi, gunakan larutan dalam
waktu 14 hari. Simpan vial dalam yang belum dibuka dan larutan dalam
lemari pendingin.
Identifikasi: pada 5 ml larutan dapar asam flatat pH 4,) (pada 50 ml
kalium biftalat 0,2 M tambahkan 0,1 ml asam klorida 0,2 M, encerkan
dengan air hingga 200 ml) tambahkan 0,5 ml injeksi dan 1 ml iodium 0,1 N
campur dan biarkan selama 5 menit. Tambahkan 2 ml larutan natrium
tiosulfat (1 dalam 40), terjadi warna merah.
2. Uji Kadar Zat Aktif
Diambil sampel yang dianggap mewakili seluruh jumlah produk
lalu diukur kadarnya menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis
atau HPLC (USO: 55):
Prosedur :
Larutan A : Untuk 1 mL natrium fosfat 0,05 M monobasa, tambahkan
519 mg natrium 1-oktaneulfonat dan 45 mg disodium
edetat. Sesuaikan dengan penambahan tetesan asam
fosfat, jika perlu, hingga pH 3,8.
Fase gerak : Metanol dan Solusi A (3:17)
Sistem kesesuaian larutan: 0,1 mg / mL dopamin hidroklorida dalam
larutan standar
Larutan standar : 0,1 mg / mL epinefrin dari USP Epinephrine
Bitartrate RS dalam fase gerak
Larutan sampel : Setara dengan 0,1 mg / mL epinefrin dari volume
Injeksi dalam fase diam
Sistem kromatografi (Lihat Kromatografi, sistem kelarutan)
Mode : LC
Detektor : UV 280 nm
Kolom : 4,6-nm x 15-cm
Ukuran injeksi : 20 µL
Kesesuaian sistem
Contoh: Sistem kesesuaian larutan dan larutan standar
[Catatan - Waktu retensi relatif untuk epinefrin dan dopamin
hidroklorida sekitar 1,0 dan 2,0 masing-masing.]
Persyaratan kesesuaian
Resolusi: NLT 3,5 antara epinefrin dan hidroklorida dopamin, system
kesesuaian larutan
Deviasi standar relatif: NMT 2,0%
Analisis
Sampel : Larutan standar dan Solusi Sampel Hitung kuantitas, dalam
persentase, dari C9H13NO3 dalam setiap mL Injeksi yang
diambil: mL Injeksi yang diambil:
Kriteria penerimaan : 90,0% – 115,0%
Penetapan kadar menurut farmakope indonesia: timbang
seksama lebih kurang 500 mg, larutkan dalam 20 ml asam asetat
glasial P, jika perlu hangatkan. Tambahkan kristal violet dan titrasi
dengan asam perklorat 0,1 N. Lakukan penetapan blangko. (tiap ml
asam perklorat 0,1 N setara dengan 33,33 mg C9H13NO3)
3. Uji Kebocoran
Pada produksi obat steril yang dikemas dalam ampul,
setelah dilakukan proses sterilisasi sering mengalami celah atau
retakan yang tidak terlihat oleh mata atau secara mikroskopik,
khususnya pada bagian penutupan ampulnya. Celah atau retakan
tersebut merupakan sumber yang berbahaya, karena dapat
merupakan jalan masuknya kontaminasi pada obat suntik tersebut.
Uji kebocoran dimaksudkan untuk mendeteksi ampul yang belum
tertutup dengan sempurna, sehingga ampul-ampul tersebut harus di-
reject. Kebocoran biasanya dideteksi menggunakan tekanan negatif
dalam ruangan vakum, biasanya ditambahkan pula zat warna (0,5 –
1% methylen blue) untuk melihat penetrasi zat warna ke dalam ampul.
Setelah diperiksa kebocorannya, ampul kemudian dicuci. Uji
kebocoran tidak dilakukan untuk preparat vial dan botol karena tutup
karetnya yang tidak kaku; meskipun demikian, pada saat penyegelan
botol harus dalam kondisi vakum.
Untuk cairan bening tidak berwarna (a) wadah takaran tunggal
yang masih panas setelah selesai disterilkan dimasukkan ke dalam
larutan metilen biru 0,1%. Jika ada wadah yang bocor maka larutan
metilen biru akan masuk ke dalam karena perubahan tekanan di luar
dan di dalam wadah tersebut sehingga larutan dalam wadah akan
berwarna biru. Untuk cairan yang berwarna (b) lakukan dengan posisi
terbalik, wadah takaran tunggal ditempatkan diatas kertas saring atau
kapas. Jika terjadi kebocoran maka kertas saring atau kapas akan
basah. Hasil :Sediaan memenuhi syarat jika larutan dalam wadah
tidak menjadi biru (prosedur a) dan kertas saring atau kapas tidak
basah (prosedur b)
4. Uji Kejernihan
Kejernihan adalah suatu batasan relatif, artinya sangat
dipengaruhi oleh penilaian subyektif dari pemeriksa. Menurut CPOB
Terkini seluruh wadah terisi produk parenteral harus diinspeksi satu
persatu terhadap kontaminasi oleh benda asing atau cacat lain.
Inspeksi secara visual harus diatur sedemikian rupa dalam kondisi
pencahayaan dan latar belakang yang dikendalikan dan disesuaikan.
Pemeriksaan dilakukan secara visual biasanya dilakukan
oleh seseorang yang memeriksa wadah bersih dari luar di bawah
penerangan cahaya yang baik, terhalang terhadap refleksi ke dalam
matanya, dan berlatar belakang hitam dan putih, dengan rangkaian isi
dijalankan dengan suatu aksi memutar, harus benar-benar bebas dari
partikel kecil yang dapat dilihat dengan mata.
Wadah-wadah kemasan akhir diperiksa satu persatu dengan
menyinari wadah dari samping dengan latar belakang hitam untuk
menyelidiki pengotor berwarna putih dan latar belakang putih untuk
menyelidiki pengotor berwarna. Hasil : memenuhi syarat bila tidak
ditemukan pengotor dalam larutan.
5. Uji pH
Cek pH larutan dengan menggunakan pH meter atau kertas
indikator universal. Dengan pH meter : Sebelum digunakan, diperiksa
elektroda dan jembatan garam, dikalibrasi pH meter, pembakuan pH
meter. Bila sistem telah berfungsi dengan baik, bilas elektroda dan sel
beberapa kali dengan larutan uji dan isi sel dengan sedikit larutan uji.
Baca harga pH. Gunakan air bebas CO2 untuk pelarutan dengan
pengenceran larutan uji. pH sediaan injeksi ampul epinefrin memenuhi
syarat jika pada pH 2,2-5.
6. Uji keseragaman volume
Pilih satu atau lebih wadah, bila volume 10 mL atau lebih, 3
wadah atau kebih bila volume lebih daro 3 mL dan kurang dari 10 mL,
atau 5 wadah atau lebih bila volume 3 mL atau kurang. Ambil isi setiap
wadah dengan alat suntik hipodermik kering berukuran tidak lebih dari
3 kali volume yang akan diukur dan dilengkapi dengan jarum suntik
nomor 21, panjang tidak kurang dari 2,5 cm. Keluarkan gelembung
udara dari daqlam jarum suntik dan pindahkan isi dari alat suntik,
tanpa mengosongkan bagian jarum, ke dalam gelas ukur kering
volume tertentu yang telah dibakukan sehingga volume yang diukur
memenuhi sekurang-kurangnya 40% volume dari kapasitas tertera (FI
IV: 1044).
Volume tidak kurang dari volume yang tertera pada wadah bila
diuji satu per satu, atau bila wadah volume 1 mL dan 2 mL, tidak
kurang dari jumlah volume wadah yang tertera pada etiket bila isi
digabung..
7. Pemeriksaan Bahan Partikulat
Uji ini dapat digunakan untuk semua injeksi volume kecil
yang dikemas dalam wadah beretiket, yang dinyatakan berisi 100 mL
atau kurang, dosis tunggal atau ganda, sebagai larutan atau larutan
hasil rekontitusi zat padat steril, apabila pada masing-masing
monografi dicantumkan batas bahan partikulat. Injeksi yang dikemas
dalam alat suntik dan kartrit tidak termasuk persyaratan kecuali
dinyatakan dalam masing-masing monografi. Persyaratan ini tidak
berlaku jika monografi mencantumkan pada etiket bahwa sediaan
tersebut harus diapakai dengan penyaringan akhir. Uji ini memerlukan
sistem elektronik penghitung partikel pengotor cairan yang dilengkapi
dengan sensor cahaya redup dengan alat untuk memasukkan contoh
yang sesuai (FI IV: 982).
8. Uji Stabilitas On-Going
Setelah dipasarkan, stabilitas produk jadi hendaklah dipantau
menurut program berkesinambungan yang sesuai, yang
memungkinkan pendeteksian semua masalah stabilitas (misal
perubahan pada tingkat impuritas, atau profl disolusi) yang berkaitan
dengan formula dalam kemasan yang dipasarkan.
Tujuan dari program stabilitas on-going adalah untuk mematau
produk selama masa edar dan untuk menentukan bahwa produk
tetap, atau dapat diprakirakan akan tetap, memenuhi spesifikasi
selama dijaga dalam kondisi penyimpanan yang tertera pada label.
Hal ini berlaku bagi produk dalam kemasan yang dijual, namun
hendaklah dipertimbangkan pencakupan dalam program bagi produk
ruahan. Misal, apabila produk ruahan disimpan dalam jangka waktu
yang lama sebelum dikemas dan atau dikirim dari tempat produksi ke
tempat pengemasan, dampak terhadap stabiltas produk yang dikemas
dalam kondisi lingkungan sekeliling hendaklah dievaluasi dan dikaji. Di
saming itu, hendaklah dipertimbangkan produk antara yang disimpan
dan digunakan setelah jangka waktu yang diperpanjang. Studi
stabilitas produk pascarekonstruksi dilakukan selama pengembangan
produk dan tidak memerlukan pemantauan yang berbasis on-going.
Namun, apabila relevan, stabilitas produk pascarekonstruksi dapat
juga dipantau.

Jenis
No Prinsip Evaluasi Syarat
Evaluasi
wadah diletakkan dangan posisi tidak ada satu ampul
1 uji kebocoran
terbalik yang bocor
sediaan dipindahkan dari ampul ke rata-rata tidak kurang
volume dalam gelas ukur dan dilakukan dari 100% dan tidak
2
terpindahkan pengamatan volume yang satupun kurang dari
terpindahkan 95%
memerlukan sistem elektronik Jumlah partikel/mL:
penghitung pertikel pengotor cairan >50 µm: negatif, >25
3 uji partikulat
yang dilengkapi dengan alat untuk µm: <1000, >10 µm:
memasukkan sampel yang sesuai <10000
wadah sediaan akhir disinari dari
samping dengna latar belakang
tidak ditemukan
uji kejernihan warna hitam untuk melihat partikel
4 adanya serat atau
larutan berwarna putih dan latar belakang
pengotor
putih untuk melihat partikel
berwarna
5 uji pH sediaan menggunakan pH meter
sediaan diinokulasikan pada
medium dan diamati pertumbuhan steril, tidak ada
6 Uji sterilitas
mikroba setelah inkubasi beberapa pertumbuhan mikroba
hari

II.8 Pemastian Mutu (Quality Assurance/QA)


QA (Quality Assurance) adalah suatu konsep yang luas yang

mencakup semua aspek yang secara kolektif maupun individual

mempengaruhi mutu, dari konsep design hingga product tersebut ditangan

konsumen (all aspect that collectively or individually influence product

quality from design concept to consumer use)

Definisi QA menurut WHO adalah the slim total, et all management


madeto ansure the product one of the quality reveared for their intended
use. Its GMP : plus factory quality of design and development.

Manager Urusan Mutu hendaklah seorang Apoteker atau Magíster


Sains atau Doctor dalam sains yang mempunyai pengalaman praktis
paling sedikit 5 tahun sebagai apoeker pengawasan mutu dalam statu
preusan farmasi; pengalaman praktis dalam analisis nimia; pengujian
mikrobiologi dan bahan pengemas ; kemampuan dalam menguraikan
metode analisis; kesanggupan dalam mengelolah dan mendorong
semangat personalia; memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam
CPOB,pengawasan dalam proses dan pengujian stabilitas penguasaan
bahasa Inggris yang baik dan keterampilan dalam kepemimpinan.

Komponen yang menunjang untuk mencapai mutu obat yang bagus (divisi
control) meliputi :

 Quality Assurance (QA) jaminan mutu


 Quality Control (QC) pengawasan mutu
 Quality Inspection (QI) pemeriksaan mutu

1. GMP (Good Manufacturing Practice)


Merupakan bagian dari QA yang bertugas untuk :
 Menyakinkan bahwa produk yang dibuat konstan memiliki pensyaratan
kualitas yang dikehendaki.
 Menjaga standar semua ospek, cara uji dan mengaudit kualitas,
hubungan kualitas terhadap keinginan pelanggan, dan menyampaikan
kriteria kemasan kepada penjual bahan pengemas.
QA juga mempunyai fungsi dalam tahap staf dan tanggung jawab
terhadap aspek dan standar yang diinginkan oleh QC di Industri dan
melakukan audit tentang keseragaman semua aspek dan standard yangb
digunakan di semua unit.

Pemastian Mutu
Sistem pemastian mutu kualitas obat telah menjadi pehatian utama
dari Badan Kesehatan Dunia (WHO). Dimana dibutuhkan suatu standar
tertentu, sesuai dengan salah satu fungsi WHO yakni menetapkan,
mengembangkan dan meningkatkan standar internasional untuk
makanan, produk biologis, produk farmasi dan produk-produk sejenisnya.
Adanya jaminan atau pemastian mutu obat-obatan sangatlah penting
sebab berkaitan dengan kebutuhan kesehatan dan standar kualitas,
keamanan dan khasiat yang dapat diterima.

Badan khusus pembuat peraturan bertanggung jawab untuk


mematiskan bahwa semua produk dijamin memenuhi standar kualitas,
keamanan dan khasiat, dan semua hal yang berkaitan dengan produksi,
penyimpanan dan distribusinya memenuhi persyaratan untuk memastikan
kelanjutan jaminan produk hingga tiba di tangan konsumen. Oleh sebab
itu, tidak diperkenankan untuk menetapkan mutu hanya dengan
menganalisa/memeriksa produk akhirnya.
Tujuan ditetapkannya system pemastian mutu di Indonesia yakni :
a. Meningkatkan kemampuan industry farmasi Indonesia sesuai dengan
Standar Internasional agar lebih kompetitif baik untuk pasar domestic
maupun untuk ekspor.
b. Adanya jaminan terhadap khasiat, keamanan mutu, kualitas obat produksi
industry farmasi Indonesia.
c. Mendorong industri farmasi Indonesia agar lebih efisien dan focus dalam
pelaksanaan produksi obat, termasuk pemeliharaan produksi yang paling
fleksibel untuk dikembangkan.

Adapun manfaat dari system pemastian mutu adalah :


a. Peningkatan jaminan mutu, khasiat, keamanan produk
b. Peningkatan company image dan volume pasar
c. Menghindari produk tidak memenuhi syarat dan pemborosan biaya
d. Menghindari risiko regulasi
e. Menjamin waktu pemasaran
Quality Assurance merupakan keseluruhan sistem yang dibuat
dengan tujuan agar seluruh produk industri farmasi yang dihasilkan
memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan. Quality Assurance
tidak saja mencakup pelaksanaan Cara Pembuatan Obat yang Baik
(Good Manufacturing Practices/GMP) melainkan juga Cara
Berlaboratorium yang Baik (Good Laboratory Practices/GLP) dan Cara Uji
Klinis yang Baik (Good Clinical Practices/GCP) serta Cara Distribusi yang
Baik (Good Distribution Practices/GDP).

2. GCP (Good Clinic Praktis)


Pedoman mengenai GCP untuk pengujian terhadap produk farmasi
adalah :
a. Untuk memastikan konsistensi antara obat yang bereda di bets dan
obat dalam penelitian sehingga memastikan uji klinis dapat dipercaya
atau tidak.
b. Untuk melindungi sujek uji klinis dari produk bermutu rendah yang
disebakan oleh kesalahan pemuatan atau kelalaian dalam tahap
kritis seperti sterilisasi, kontaminasi silang, karena bahan awal dan
komponen dalam mutu tidak memadai.
c. Untuk mendokumentasikan semua perubahan dalam proses
pembuatan, dalam hal ini pemilihan dosis yang tepat untuk uji klinis
sangat penting.
3. GLP (Good Laboratory Practis)
USP dan FDA menekankan pada kemurnian kadar ahan oat.
Kemurnian aik dari hasil sintesis atau mutu ahan obat batasnya 2%
dengan identifikasi kemurnian dan larutan residu yang mudah menguap.
ICH (International Converency on Harmonisation) memerikan
petunjuk pada spesifikasi untuk kemurnian bahan obat baru
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Kemurnian ahan organik, sumer ini meliputi ahan awal, pereaksi oleh
produk, perantara dn peruahan. Kemurnian diatas 0,1% menjadi
karakteristik, diawah 0,1% tidak diharapkan kecuali tidak
mengakiatkan toksik.
2. Kemurnian ahan inorganik, pereaksi, katalis, logam berat, arang,
batuan penyaring.
4. GDP (Good Distribution Practis)
Pengujian dan pelepasan untuk distribusi :
a. Untuk setiap bets dari produk obat tidak akan sesuai penentuan
laboratorium dari konfirmasi yang memuaskan untuk spesifikasi akhir
produk obat termasuk identitas dan kekuatan bahan aktif sebelum
diedarkan dimana sterilitas dan tes pirogen dilakukan secara khusus
disediakan pengujian yang cepat.
b. Uji laoratorium yang diperlukan dari setiap bets bebas
mikroorganisme. 1993 FDA melakukan investigasi, operasi
laoratorium meliputi :
 Evaluasi yang tidak memadai dari hasil spesifikasi
 Penggunaan pada uji outlet dengan pemberian diskon hasilnya gagal.
Distribusi Obat
Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan
Republik Indonesia Nomor Hk.03.1.34.11.12.7542 Tahun 2012 Tentang
Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat Yang Baik, Cara Distribusi Obat
yang Baik (CDOB) adalah cara distribusi/penyaluran obat dan/atau bahan
obat yang bertujuan memastikan mutu sepanjang jalur
distribusi/penyaluran sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya
Prinsip Umum
a. Prinsip-prinsip Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) berlaku
untuk aspek pengadaan, penyimpanan, penyaluran termasuk
pengembalian obat dan/atau bahan obat dalam rantai distribusi.
b. Semua pihak yang terlibat dalam distribusi obat dan/atau bahan
obat bertanggung jawab untuk memastikan mutu obat dan/atau
bahan obat dan mempertahankan integritas rantai distribusi selama
proses distribusi.
c. Prinsip-prinsip CDOB berlaku juga untuk obat donasi, baku
pembanding dan obat uji klinis.
d. Semua pihak yang terlibat dalam proses distribusi harus
menerapkan prinsip kehati-hatian (due diligence) dengan mematuhi
prinsip CDOB, misalnya dalam prosedur yang terkait dengan
kemampuan telusur dan identifikasi risiko.
e. Harus ada kerja sama antara semua pihak termasuk pemerintah,
bea dan cukai, lembaga penegak hukum, pihak yang berwenang,
industri farmasi, fasilitas distribusi dan pihak yang bertanggung
jawab untuk penyediaan obat, memastikan mutu dan keamanan
obat serta mencegah paparan obat palsu terhadap pasien.
Tujuan CDOB (Cara Distribusi Obat yang Baik)
a. Terlaksananya pengamanan lalu-lintas obat dan penggunaan obat
untuk melindungi masyarakat dari kesalahan penggunaan dan
penyalahgunaan
b. Menjamin keabsahan dan mutu agar obat yang sampai ke
konsumen adalah obat yg efektif, aman dan dapat digunakan
sesuai dgn tujuan penggunaannya
c. Menjamin penyimpanan obat aman dan sesuai dengan yg
dipersyaratkan termasuk selama transportasi

INDUSTRI
FARMASI

Gambar Jalur Distribusi Obat G


a. Sediaan farmasi hanya dapat diedarkan setelah mendapatkan izin
edar
b. Pemerintah berwenang mencabut izin dan memerintahkan
penarikan sediaan farmasi dari peredaran yang terbukti tidak
memenuhi persyaratan mutu, keamanan, kemanfaatan, dapat disita
dan dimusnahkan sesuai dengan peraturan perundang undangan
yang berlaku
c. Peredaran sediaan farmasi terdiri dari penyaluran dan penyerahan
d. Peredaran sediaan farmasi dilaksanakan dengan memperhatikan
upaya pemeliharaan mutu sediaan farmasi
Penyaluran sediaan farmasi hanya dapat dilakukan oleh :
a. Badan usaha yang telah memiliki izin sebagai penyalur dari menteri
sesuai dengan peraturan perundang undang yang berlaku untuk
menyalurkan sediaan farmasi yang berupa bahan obat, obat dan
alat kesahatan.
b. Badan usaha yang telah memiliki izin sebagai penyalur sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku
untuk menyalurkan sediaan farmasi yang berupa obat tradisional
dan kosmetika
c. Pabrik farmasi dapat menyalurkan hasil produksinya langsung ke
pedagang besar farmasi, apotik, toko obat dan sarana pelayanan
kesehatan lainnya
DAFTAR PUSTAKA

1. Akers, M.J., dan Larrimore, D.S. 2002. Parenteral Quality Control


Sterility, Pyrogenity, Particulate, and Package Integrity Testing,
Third Edition. New York: Marcel Dekker, inc.
2. Ansel, H. C., 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, ed IV, Alih
bahasa Ibrahim, F. Jakarta : UI Press.
3. Aulton, M.E. 2002. Pharmaceutics, the science of dosage form
design. Churchill Livingstone.
4. Bernardo Batiz-Lazo & k Sarah Holland, 2004. "The Global
Pharmaceutical Industry, 2004," General Economics and Teaching
0405002, University Library of Munich, Germany.
5. Borg and Gall. 1983. Educational Research, An Introduction. New
York and London. Longman Inc.
6. BPOM RI. 2018. Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Jakarta
7. BPOM. 2017. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Makanan
RI Nomor 24 Tahun 2017. Kriteria dan Tata Laksana Registrasi
Obat.
8. Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
9. Fatmawaty, Aisyah. 2015. Farmasi Industri. ISBN 978-979-530-
113-4. Makassar.
10. Gay, L.R. 1991. Educational Evaluation and Measurement: Com-
petencies for Analysis and Application. Second edition. New York:
Macmillan Publishing Compan.
11. Gennaro, A. R. 2000. Remington: The Science and Practice of
Pharmacy, 20th ed, Vol. II Pennsylvania: Mack Publsihing
Company.
12. Jenkins, Glenn. 1957. L.Scoville’s the Art of Compounding Nineth
edition, The McGraw-Hill Book Company, Inc: USA
13. Jones, D. 2008. FASTtrack: Pharmaceutics – Dosage Form and
Design. London: Pharmaceutical Press.
14. Joseph B. Sprowls, Jr.,PhD., 1970, Prescription Pharmacy, J.B
Lippincott Company, Philadelphia, Toronto.
15. Kirk, R.E. and Othmer, D.F., 1952, Encyclopedia of Chemical
Technology, 3rd ed., Vol. 1, The Inter Science Encyclopedia, Inc.,
New York.
16. Lachman, L., Liebermann, H.A., dan Kanig, J.I. 1994. Teori dan
Praktek Farmasi Industri. Edisi III. Jakarta : UI Press.
17. Lachman L., Herbert, A. L. & Joseph, L. K., 2008, Teori dan
Praktek Industri Farmasi Edisi III. Jakrat: Penerbit Universitas
Indonesia
18. Parfitt, K. 1994. Martindale The Complete Drug Reference, 32nd
Edition. London: Pharmacy
19. Plomp, Tj. 1994. Educational Design: Introduction. From Tjeerd
Plomp (eds). Educational &Training System Design: Introduction.
Design of Education and Training (in Dutch).Utrecht (the
Netherlands): Lemma. Netherland. Faculty of Educational Science
andTechnology, University of Twente
20. Rowe, C Raymon. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients
edisi 6. London: Pharmaceutical Press.
21. Rudnic, E. M., and Kottke, M. K. Tablet Dosage Form in Banker, G.
S.,and Rhodes, C. T., 2002. Modern Pharmaceutics, 4th Edition
Revised and Expanded. New York : Marcel Dekker Inc.
22. Sweetman, C Sean. 2009. Martindale, The complete drugs
reference. London: Pharmaceutical Press.
23. Tessmer, Martin. 1998. Planning and Conducting Formative
Evaluations. Philadelphia: Kogan Page.
24. Van den Akker J. 1999. Principles and Methods of Development
Research. Pada J. van den Akker, R.Branch, K. Gustafson, Nieven,
dan T. Plomp (eds), Design Approaches and Tools in Education
and Training (pp. 1-14). Dortrech: Kluwer Academic Publishers.

Anda mungkin juga menyukai