“SUPPOSITORIA KETOPROFEN”
OLEH:
NAMA : ANDI NYIMAS ANNISA AR (70100120001)
_DALILAH AMANI DAHMADI (70100120002)
_NURUL MUTHIA MURSALIM (70100120017)
_NURAFIFAH TADAENG (70100120023)
_SINARWATI PUTRI (70100120024)
KELAS : FARMASI A1
ASISTEN : SUJASMIN KURNIAWAN S,farm
_WINNI ALFIONITA S,farm
KOORDINATOR : Apt. NUR AZIZAH SYAHRANA, S. Farm., M.Farm
LAB FARMASETIKA
JURUSAN FARMASI
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. LOGO PABRIK
B. MAKNA LOGO
2. Garis : Garis pada logo ini memiliki arti ketenangan, stabilitas, serta
kemegahan yang melambangkan para pendiri PT. PHARMACON FARMA
dengan tujuh sisi dan tujuh sudut. 7 sisi melambangkan misi dari perusahaan
4. F : Inisial dari kata Farma yang berarti "tentang/terkait" obat dan alat medis
kesehatan.
5. Pharmacon : Singakatan dari kata Farmasi yang dalam bahasa Yunani
berarti racun dan obat. Maksudnya obat sebagai penawar jika di gunakan
berkualitas
C. SEJARAH PABRIK
perusahaan PT Kimia Farma Tbk yang saat ini menguasai saham sebesar 56,7%
dengan terus mengikuti perubahan standar mutu melalui implementasi dari Cara
Pembuatan Obat yang Baik/CPOB terkini (Current Good Manufacturing
Practices), Pembuatan Obat Tradisional yang Baik terkini (Current Herbal Good
Keuangan (PSAK) serta system Manajemen Mutu yang terintegrasi yang meliputi
standar ISO 9001, ISO 14001, OHSAS 18001, ISO/IEC 17025 dan Manajemen
Risiko.
Saat ini, perusahaan telah memproduksi lebih dari 250 macam obat,
diklasifikasi dalam kelompok produk etikal, generic, OTC, dan Agromed. Selain
pembuatan produk. Produk tersebut selain untuk kebutuhan nasional juga untuk
kebutuhan negara lain melalui kerjasama ekspor yang dirintis sejak tahun 2015
hingga saat ini sudah ada lebih dari 6 produk yang diizinkan untuk beredar di negara
Kamboja, Myanmar, dan Peru. Hingga saat ini sudah ada 6 produk yang diizinkan
untuk beredar di negara tetangga, yaitu Kamboja. Selain itu, perusahaan mulai
memperluas lingkup bisnisnya pada sektor non obat berupa alat kesehatan non
Kesehatan RI.
GCG). Dan, yang tak kalah penting, manajemen akan terus berupaya membangun
daya manusia yang terarah, sehingga mampu membawa perusahaan memasuki era
1. Visi
2. Misi
a. Menyediakan produk dan jasa dengan kualitas terbaik dan inovasi yang
berkelanjutan;
b. Memenuhi kebutuhan masyarakat akan obat dan peralatan kesehatan yang
perusahaan dapat bermanfaat bagi masyarakat umum dan semua pihak yang
perdagangan dan jaringan distribusi, ritel farmasi dan layanan kesehatan serta
optimalisasi aset.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TEORI UMUM
1. Suppositoria
Supositoria adalah bentuk sediaan padat di mana satu atau lebih API
tersebar di tempat yang sesuai dasar dan dicetak atau dibentuk menjadi bentuk yang
cocok untuk dimasukkan ke dalam rektum untuk memberikan efek lokal atau
dimasukkan ke dalam lubang tubuh di mana mereka meleleh, melunak, atau larut
dan memberikan efek lokal atau sistemik. Kata supositoria berasal dari kata
supponere Latin, yang berarti "menempatkan di bawah," sebagai turunan dari sub
(bawah) dan ponere (to tempat) . Jadi, supositoria berarti keduanya secara linguistik
rektum.(Ansel,2014).
tubuh yang terjadi secara alami (nonsurgical) selain mulut atau rektum, termasuk
vagina dan uretra.Supositoria memiliki berbagai bentuk dan beban; bentuk dan
yang sesuai. Supositoria rektal dimasukkan dengan jari. Supositoria rektal biasanya
sekitar 32 mm (1,5 inci), berbentuk silinder, dan memiliki salah satu atau kedua
ujungnya meruncing. Beberapa tempat sup rektal berbentuk seperti peluru, torpedo,
atau jari kelingking. Tergantung pada kepadatan basis dan obat-obatan dalam
berada di bawah Obat kelas I BCS. Ketoprofen umumnya diresepkan untuk radang
sendi yang berhubungan dengan nyeri inflamasi atau sakit gigi parah yang
asam urat akut, kram perut yang berhubungan dengan menstruasi dan juga
terlepas dari rute pemberian. Mencapai puncak maksimum pada jam pertama
pemberian jika diambil melalui rute oral, rektal dan parentral (Nagendra, 2016).
Ketoprofen adalah NSAID dengan sifat analgesik dan antipiretik. Seperti semua
arakidonat adalah yang paling melimpah dan mungkin yang paling penting dari
siklooksigenase yang paling kuat pada konsentrasi yang baik dalam kisaran
ketoprofen dilaporkan dari 1,5 hingga 2 jam. Kinetika eliminasi adalah orde
pertama dan konstanta laju adalah 0,35 jam. Ekskresi minimal terjadi di wajah,
pembuatan dan Laju pelepasannya untuk supositoria ketoprofen dalam buffer fosfat
E75. Metode Metode fusi umumnya digunakan dalam pembuatan supositoria untuk
diisi dengan cetakan yang dilumasi. Pada pendinginan, supositoria terbentuk yang
3. Polietilen Glikol
Polietilen glikol adalah polimer etilen oksida dan air yang disiapkan untuk
berbagai panjang rantai, molekul berat badan, dan keadaan fisik. Mereka tersedia
dalam sejumlah rentang berat molekul,yang paling umum digunakan adalah polietil
ena glikol 300, 400, 600, 1.000, 1.500, 1.540, 3.350, 4.000, 6.000, dan 8.000.
Polietilena glikol yang memiliki berat molekul rata-rata 300, 400, dan 600 adalah
cairan bening dan tidak berwarna. Mereka yang memiliki berat molekul rata-rata
lebih dari 1.000 adalah padatan putih seperti lilin yang kekerasannya meningkat
dengan peningkatan dalam berat molekul. Rentang leleh, untuk contoh, polietilen
glikol, adalah PEG 300 (−15°C hingga 18°C), PEG 1000 (37°C hingga 40°C), PEG
3350 (54°C hingga 58°C), dan PEG 8000 (60°C hingga 63°C). (Ansel,2014).
Jumlah cairan rektum yang sedikit dan luas permukaan suppositoria yang kecil
menyebabkan waktu yang dibutuhkan untuk proses pelarutan menjadi lama, dengan
demikian onset dan aksi terapetiknya akan lambat tetapi efek durasinya lama.
(Ansel,2014)
B. TINJAUAN ISLAMI
Islam adalah agama yang didasarkan pada wahyu, berasal dari Allah SWT
dan merupakan agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW untuk
menyempurnakan agama yang dibawa oleh para nabi Sebelumnya. Farmasi dalam
bahasa Inggris: pharmacy, bahasa Yunani: pharmacon, yang berarti: obat adalah
salah satu bidang Profesional kesehatan yang merupakan kombinasi dari ilmu
termasuk praktik farmasi tradisional seperti peracikan dan penyediaan sediaan obat,
serta pelayanan farmasi modern yang berhubungan dengan layanan terhadap pasien
penggunaan Obat, dan penyediaan informasi obat. Kata farmasi berasal dari Kata
farma (pharma).
Farma merupakan istilah yang dipakai pada Tahun 1400 – 1600an. Institusi
farmasi Eropa pertama kali berdiri di Trier, Jerman, pada tahun 1241 dan tetap eksis
pengetahuan, salah satunya adalah farmasi. Ilmu tentang obat-obatan ini menjadi
Menurut Abu Al-Wafar Abdul Akhir, sejarah farmasi islam terbagi dalam
empat fase, yaitu: Fase pertama adalah hasil kerja keras pakar kimia muslim,
sekaligus perintis ilmu farmasi Jabir bin Ibnu Hayyan (720 M-815 M). Fase kedua,
ilmu farmasi dikembangkan oleh Yuhanna Ibnu Masawayh (777-857 M), Al-Kindi
(809-873), Sabur Ibnu Sahl (Wafat 869 M), Abu Hasan Ali bin Shal Rabani
AtTabari (838-870 M), dan Zakariya Ar-Razi (864 M-930 M). Fase ketiga, ilmu
kedokteran dan farmasi melalui tangan Al-Zahrawi (936-1013), Ibnu Sina (980-
1037 M), Abu Raihan Muhammad Al-Biruni (973-1050 M), Ibnu Aldan Abu Ja’far
Al-Ghafiqi (Wafat 1165 M). Fase keempat, para ilmuwan farmasi muslim mulai
bidang farmasi. Hasil akhir dari studi tersebut adalah seni menyajikan obat-obatan.
Empat dari dari mereka adalah Ibnu Zuhr (1091-1131 M, Ibnu Thufayl (1112-1186
M, Ibnu Rusyd (1128-1198 M), dan Ibnu Al-Baythar (11971248 M). Fase keempat
ini merupakan fase kebangkitan ilmuwan muslim era kekhalifaan yang terakhir.
Setelah fase ini, umat Islam mengamai kemunduran drastis. Eksistensi ilmu
farmasi tidak bisa dilepaskan dari kejayaan peradaban Islam di masa dinasti
satu karya penting yang diterjemahkan pada waktu itu adalah De Material Medica
karya Dioscorides. Selain itu, para ilmuwan muslim juga melakukan transfer
pengetahuan tentang obat-obatan dari berbagai naskah yang berasal dari Yunani,
China, Persia. Pada abad ke-7 sampai ke-17, para ilmuwan muslim secara khusus
beragam produk alam yang dapat digunakan sebagai obat-obatan. Apa yang
dilakukan oleh para ilmuwan muslim ini adalah bentuk dari manifestasi dari sabda
Rasulullah SAW, “Bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya”. Sabda Rasulullah
SAW yang begitu populer di kalangan umat Islam itu, nampaknya memicu para
Pencapaian umat Islam yang begitu gemilang dalam bidang kedokteran dan
kesehatan, tidak bisa dilepaskan dari kejayaan islam dalam bidang farmasi.
Peradaban islam adalah peradaban yang telah merintis bidang farmasi, serta
menjadikan farmasi tetap bertahan sampai sekarang. Banyak para ilmuwan muslim
di era kejayaan Islam, sudah berhasil menguasai riset ilmiah mengenai komposisi,
dosis, penggunaan, dan efek dari obat-obatan sederhana dan campuran. Seperti adas
manis, kayu manis, cengkeh, sulfur, merkuri dan lain sebagainya. Selain menguasai
mempunyai apotek dan toko obat. Apotek pertama yang ada di dunia berdiri di kota
Baghdad pada tahun 754 M, dimana pada waktu itu Baghdad menjadi pusat
pemerintahan Dinasti Abbasiyah sekaligus pusat peradaban dunia. Hal ini menepis
anggapan bahwa apotek dan ilmu farmasi berasal dari Barat, tetapi kenyataannya
apotek di barat baru ada sekitar tahun 1400 M atau akhir Abad ke-14 M. Masa
yang berperan penting dalam ilmu kedokteran dan farmasi. Hal ini tergambar dalam
kitab-kitab yang dihasilkan oleh para ilmuwan muslim seperti Jabir Ibnu Hayyan
Abu al-Wafar Abdul Akhir ada Empat fase. Fase pertama yaitu antara tahun 720-
776 M, fase kedua terjadi antara tahun 777-930 M, fase ketiga berlangsung diantara
tahun 936-1165 M, adapun fase keempat terjadi direntang tahun 1095-1248 M. pada
setiap fase inilah, muncul ulama-ulama besar Islam yang menekuni dunia farmasi
pertumbuhan dan perkembangan yang luar biasa. Kecanggihan ilmu Ini antara lain
dapat dilihat dari cabangnya yang sangat banyak , seperti ilmu farmakologi farmasi,
biologi farmasi, kimia farmasi, farmasetika farmasi, farmasi klinik dan lain-lain.
Sains Islami sebagai sains yang berlandaskan pada nilai-nilai universal secara
ilmiah yang dimunculkan sains dilandaskan pada metafisika yang bertentangan dan
Islam berbeda dengan agama lain yang datang sebelumnya. Islam datang
sebagai agama dan untuk kepentingan duniawi serta ukhrowi secara simultan. Tidak
sekedar terbatas jalur hubungan antara hamba dengan tuhan saja (vertikal) akan
tetapi islam adalah satu-satunya agama yang menegakan daulat dan pemerintahan
Demikian juga kebersihan lingkungan, Jalan, rumah, tata kota, saluran irigasi,
kesehatan tidak memasuki suatu daerah yang terjangkit wabah penyakit, tidak
lari dari tempat itu, mencuci tangan sebelum menjenguk orang sakit dan
terapinya.
kepada orang lain. Oleh karena itu, diperintahkan agar membunuh tikus,
catak, kutu, lalat, dan makruh memelihara anjing dirumah, dan menajiskan air
liurnya, diperintahkan membunuh anjing liar dan anjing gila. Sedangkan babi
tumbuhan, daging binatang darat dan laut, dan segala sesuatu yang
memrintahkan berpuasa agar usus dan perut besarnya dapat beristirahat dan
bangkai, darah dan daging babi. Hubungan sains dan agama dapat
dipertemukan kembali melalui interpretasi yang sehat.
Islam memiliki aturan yang sangat jelas terkait kehalalan suatu Produk. Bagi
manivestasi dari ketakwaan kepada Allah. Produk halal yang dimaksud adalah
segala jenis benda yang terbuat dari unsur-unsur yang diperbolehkan secara syariat,
sehingga boleh digunakan, baik itu sifatnya konsumsi, pemakaian, maupun
keperluan yang digunakan sehari-hari. Hal ini berimplikasi pada konsumsi sediaan
merupakan kewajiban (syariat) yang harus dipatuhi oleh setiap umat Islam. Hal ini
dipercaya oleh umat Islam sebagai kesalahan besar yang akan berefek negatif pada
kehidupan di dunia maupun kehidupan sesudah mati. “Tidaklah tumbuh daging dari
makanan haram kecuali neraka lebih utama untuknya” (perkataan Nabi Muhammad
yang dinarasikan oleh Ahmad dalam Al Musnad). Selain makanan, umat Muslim
اّللَ الَّ ِذ ْٰٓي اَنْتُ ْم بِه ُم ْؤِمنُ ْو َن ّٰ وُكلُ ْوا ِِمَّا َرَزقَ ُكم
ّٰ اّللُ َح ّٰل ًًل طَيِبًا َّۖواتَّ ُقوا
ُ َ
Terjemahan :
“Dan makanlah dari apa yang telah diberikan Allah kepadamu sebagai
rezeki yang halal dan baik, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu
beriman kepada-Nya.” (QS al-Maidah: 88).
Obat-obatan halal ini diproduksi dengan mematuhi hukum Syariah, bahkan
terdapat kejelasan dari bahan bakunya yang tidak mengandung sesuatu yang
seharusnya tidak mengandung bagian-bagian dari hewan seperti anjing, babi dan
yang terutama dengan gigi runcing, serangga, alkohol dan zat lainnya yang dilarang
Dasar penetapan apa yang dimaksud dengan pengertian halal dan haram dari
hadis yaitu riwayat dari Salman al-Farisi bahwa Nabi Saw. Ditanya tentang minyak
samin, keju, dan jubah dari kulit binatang dapat dicatat mengenai “halal, haram, dan
menjawab: Yang halal adalah segala sesuatu yang Allah halalkan dalam Kitab-Nya,
dan yang haram adalah segala sesuatu yang Allah haramkan dalam Kitab-Nya.
Terdapat Hadis lain yang menyuruh mematuhi ketentuan halal dan haram,
termasuk dalam mengonsusmi makanan dan minuman halal yaitu: Dari Muhammad
bin Abdillah ibn Numair al-Hamdani, dari ayahku dari Zakariyya dari Sya‟ bi dari
al-Nu‟ man bin Basyir telah berkata saya telah mendengar Rasulullah Saw. Dan dia
bahwa dengan telunjuk nya ke arah telinganya, “Sesungguhnya yang Halal itu jelas,
yang haram jelas. Dan di antara keduanya ada masalah syubhat, kebanyakan
agama dan kehormatannya. Dan barang siapa terjerumus pada sesuatu di dalam
dijaga / dilind-ungi dan terlarang dimasuki orang lain dan siapa yang memasukinya
maka akan dijatuhi saksi hukuman). Ketahuilah bahwa sesungguhnya setiap raja
(H.R. Muslim).
memberikan pemisahan yang lebih baik mengenai klasifikasi obat sebagai halal
atau haram di seluruh dunia. Sementara farmasi halal juga harus mengikuti pra-
yang relevan seperti Biro Pengawasan Farmasi Nasional seperti halnya malaysia.
Dilansir dari publikasi Medgadget (02/12), pasar produk halal untuk obat-obatan
memiliki potensi yang besar secara global dalam hal meningkatkan pendapatan
yang didukung oleh meningkatnya permintaan untuk obat-obatan halal yang berasal
dari populasi muslim yang berkembang namun, obat halal ini juga harus disetujui
oleh badan sertifikat obat halal seperti Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan
Dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) di Indonesia dan Jabatan
meningkatnya konsumsi global untuk produk obat-obatan halal. Saat ini, obat-
obatan halal diperkirakan telah menyumbangkan hampir sepertiga dari total
pendapatan dari pasar halal global. Hal ini merupakan peluang yang sangat baik
3) Branding produk
4) Infrastuktur
5) Realitas peredaran
mewujudkan produk farmasi yang halal walaupun secara bertahap. Bukan hal yang
tidak mungkin semua produk farmasi berlabel halal. Sekarang ini menjadi sebuah
ataupun proses yang masih belum sesuai dengan kriteria halal, sampai sekarang ini
kita masih terkunci pada kata “darurat”. Menjadi sebuah pertanyaan besar, sampai
kapan darurat tersebut? Apakah darurat itu kita biarkan saja? Hingga berlarut-larut
Dan tanpa ujung waktu? Ataukah kita sudah mulai perlahan-lahan memikirkan dan
mencari alternatif pengganti agar kedaruratan tersebut segera berakhir. Kita ketahui
bersama bahwa hal-hal yang haram hanya sedikit. Tetapi menjadi sebuah persoalan
ketika kita masih menggunakan turunan dari hal-hal yang haram tersebut. Jika
ditelusuri lebih banyak hal-hal yang halal dari pada hal-hal yang haram.
lain:
1) Bangkai
2) Darah
3) Babi
4) Binatang sesajen
5) Khamr
6) Judi
7) Berhala
8) Mengundi nasib.
menggunakan turunan dari berbagai hal di atas salah satunya dari babi. Namun,
masih banyak masyarakat bahkan apoteker sendiri masih ada yang belum tahu,
terlebih untuk kosmetik. Begitu banyak kosmetik yang beredar di pasaran yang
masih terpapar dengan produk tidak halal. Kembali kepada sang produsen yang
membuat produk. Jika memang sudah tahu itu tidak halal, maka tidak melanjutkan
tetap bersikukuh keras tetap memakai maka tinggal menunggu ditinggal oleh
konsumen. Begitu pula dengan sang konsumen, jika sudah memahami dan
menyadari suatu produk tidak memiliki sertifikat halal maka akan lebih memilih
meninggalkan produk tersebut dan mencari produk yang sudah jelas kehalalannya
FORMULASI
A. FORMULA ASLI
Ketoprofen 100 mg
B. RANCANGAN FORMULA
C. MASTER FORMULA
Per 3 gram
Kode Bahan Nama Bahan Fungsi Per Batch
suppositoria
001-Kp Ketoprofen Zat aktif 100 mg 100 mg
002-PEG6 Polietilen glikol Basis 1,74 gr 1.160 gr
6000
003-PEG4 Polietilen Glikol Basis 1,16 gr 1.740 gr
400
D. ALASAN PEMBUATAN PRODUK
Suppositoria,beberapa obat diberikan secara rektal untuk etek lokal nya dan
yang lain untuk efek sistemiknya. Suppositoria adalah benda padatan dengan
berbagai berat dan bentuk yang dimaksudkan untuk dimasukkan ke dalam lubang
tubuh. (biasanya dubur, vagina, atau uretra). Rektum dan Usus besar dapat
menyerap banyak obat terlarut Pemberian rektal untuk aksi sistemik mungkin lebih
disukai untuk obat yang dihancurkan atau dinaktivasi oleh lingkungan lambung dan
usus. Pemberian obat tidak sadar atau tidak mampu menelan obat dengan aman
tanpa tersedak melalui rute rektal juga dapat diındıkasıkan ketika rute oral dihalangi
konsentrasi terjadi sekitar 0,5 ke 2 jam setelah sebuah dosis. Selain itu ketoprofen
diserap dengan baik dari itu intramuscular dan dubur rute (Sweetman SC, 2009:
73).
<0,05) dimana pada 30 menit (p=0,005), 60 menit (p=0,002) 120 menit (p=0,001)
dan 2-6 jam (p=0,005). Jumiah penggunaan analgesik durate dan postoperative di
ruang pulih sadar berbeda secara significan di antara dua kelompok (po, os).
digunakan pada pasien pasca operasi yang berum bisa menerima pemberian doat
secara oral dan tidak mengiritasi lambung Pemberian ketopropen melalui oral
yang diberikan secara peroral hanya sebesar 85%, sehingga diperlukan jalur
2018 : 46-47).
PEG memiliki keunggulan titik leleh suppositoria dapat dibuat lebih tinggi
untuk tahan terhadap paparan iklim yang lebih hangat: pelepasan obat tidak
tergantung pada titik leleh; stabilitas fisik pada penyimpanan adalah lebih baik dan
cetakan dan lebih mudah dibuat daripada supportoria dengan minyak coklat.
(Lachman 1989: 1975). Jenis PEG 400 dan PEG 6000 merupakan kombinasi PEG
yang sering digunakan untuk pembuatan sirtem dispersi padat (Sweetman, 2005).
Suppositoria dengan basis PEG tidak melebur ketika terkena suhu tubuh,
tetapi perlahan-lahan melarut dalam cairan tubuh (Arvel, 1989). Basis PEG
G. URAIAN BAHAN
1. Ketoprofen
3. PEG 400
Nama resmi : POLIETILEN GLIKOL 400
Nama lain :
Carbowax; Carbowax Sentry; Lipoxol; Lutrol E;
macrogola; PEG; Pluriol E; polyoxyethylene _glycol.
Rumus molekul : HOCH2 (CH2OCH2)m CH2OH / H(OCH2CH2)nOH
Rumus struktur :
Pemerian :
Cairan kental jernih, tidak berwarna atau praktis tidak
berwarna; bau khas lemah; agak higroskopik.
Kelarutan :
Larut dalam air, dalam etanol, dalam aseton, dalam
glikol lain dan dalam hidrokarbon aromatik; praktis
tidak larut dalam eter dan dalam hidrokarbon _alifatik.
Incompatibilitas :
Reaktivitas kimia polietilen glikol terutama terbatas
pada dua gugus hidroksil terminal, yang dapat
diesterifikasi atau dieterifikasi. Namun, semua _kadar
dapat menunjukkan beberapa aktivitas _pengoksidasi
karena adanya pengotor peroksida dan _produk
sekunder yang dibentuk oleh autoksidasi. _Efek fisik
yang disebabkan oleh basa polietilen _glikol termasuk
pelunakan dan pencairan dalam _campuran dengan
fenol, asam tanat, dan asam _salisilat. Perubahan warna
sulfonamida dan ditranol _juga dapat terjadi, dan
sorbitol dapat diendapkan _dari campuran.
Stabilitas :
Secara kimiawi stabil di udara dan dalam larutan,
meskipun kadar dengan berat molekul kurang dari 2000
bersifat higroskopis. Polietilen glikol tidak mendukung
pertumbuhan mikroba, dan tidak _menjadi tengik.
Polietilen glikol dan larutan _polietilen glikol berair
dapat disterilkan dengan _autoklaf, filtrasi, atau iradiasi
gamma.
Titik beku :
4-8°C
pH : Antara 4-7
Kegunaan : Zat Tambahan (Basis)
Range : -
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
H. PERHITUNGAN
2. Perhitungan Bahan
Berat suppositoria = 3 gr
I. CARA KERJA
halus.
foil.
12. Diberikan etiket biru dan sisa campuran homogen dilakukan evaluasi.
J. EVALUASI
1. Kisaran Leleh
Uji ini disebut juga uji kisaran meleleh makro, dan uji ini merupakan suatu
ukuran waktu yang diperlukan supositoria untuk meleleh sempurna bila dicelupkan
dalam penangas air dengan temperatur tetap (370C). Sebaliknya uji kisaran meleleh
mikro adalah kisaran leleh yang diukur dalam pipa kapiler hanya untuk basis lemak.
Alat yang biasa digunakan untuk mengukur kisaran leleh sempurna dari supositoria
dalam penangas air yang konstan, dan waktu yang diperlukan supositoria untuk
penyempitan dicatat sebagai waktu melunak. Ini dapat dilaksanakan pada berbagai
temperatur dari 35,5 sampai 370C sebagai suatu pemeriksaan pengawasan mutu,
dan dapat juga diukur sebagai kestabilan fisika terhadap waktu. Suatu penangas air
3. Uji Kehancuran
kerapuhan suppositoria. Alat yang digunakan untuk uji tersebut terdiri dari suatu
ruang berdinding rangkap dimana suppositoria yang diuji ditempatkan. Air pada
370C dipompa melalui dinding rangkap ruang tersebut, dan suppositoria diisikan ke
dalam dinding dalam yang kering, menopang lempeng dimana suatu batang
dilekatkan. Ujung lain dari batang tersebut terdiri dari lempeng lain dimana beban
digunakan. Uji dihubungkan dengan penempatan 600 g diatas lempeng datar. Pada
interval waktu 1 menit, 200 g bobot ditambahkan, dan bobot dimana suppositoria
rusak adalah titik hancurnya atau gaya yang menentukan karakteristik kekerasan
dan kerapuhan suppositoria tersebut. Titik hancur yang dikehendaki dari masing-
masing bentuk suppositoria yang beraneka ragam ditetapkan sebagai level yang
menahan kekuatan (gaya) hancur yang disebabkan oleh berbagai tipe penanganan
untuk pasien.
4. Uji disolusi
Pengujian awal dilakukan dengan penetapan biasa dalam gelas piala yang
mengandung suatu medium. Dalam usaha untuk mengawasi variasi pada antarmuka
memisahkan ruang sampel dari bak reservoir. Sampel yang ditutup dalam pipa
dialysis atau membran alami juga dapat dikaji. Alat sel alir digunakan untuk
menahan sampel di tempatnya dengan kapas, saringan kawat, dan yang paling baru
dengan manic-manik gelas.
Allen, Loyd V. ; Ansel, Howard C, Ansel's Pharmaceutical Dosage Froms and Drug
Delivery System edition 10th pharmaceutical press, Philadelphia, 2014.
BNF. British National Formulary 80th ed. Royal Pharmaceutical Society. 2020.
Fadhila, Qonita Zahra., Mita, Soraya Ratnawulan., Dan Milanda, Tiana. Review:
Studi In-Vivo Sediaan Transdermal Ketoprofen Sebagai Antiinflamasi.
Farmaka Suplemen Volume 16 Nomor 3. 2018.
Katzung, B.G., Masters, S.B. dan Trevor, A.J., 2014, Farmakologi Dasar & Klinik,
Vol.2, Edisi 12, Editor Bahasa Indonesia Ricky Soeharsono et al., Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Lachman, L., Schwartz, J.B., and Lieberman H.A., 1989, Pharmaceutical Dosage
Forms., Tablets, 2nd Ed, 492, Marcell Dekker Inc., New York.
Siti Lestari. Buku Farmakologi Dalam Keperawatan, Modul Bahan Ajar Cetak
Keperawatan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Badan
Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan. 2016
LAMPIRAN
A. EWB
1. Etiket
2. Wadah
3. Brosur
LAMPIRAN