NAMA :RAHMATIA
NIM:013200300141
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberi nikmat karunia
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW
keluarga para sahabat ,serta orang orang yang mengikuti risalahnya hingga hari akhir
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A.latar belakang
B.Rumusan masalah
C.tujuan penulisan
BAB 2 PEMBAHASAN
BAB 3 PENUTUP
3.1.kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Bidang farmasi berada dalamlingkup dunia kesehatan yang berkaitan erat dengan produk
dan pelayanan produk untuk kesehatan. Dalam sejarahnya,pendidikan tinggi farmasi di
Indonesia dibentuk untuk menghasilkan apoteker sebagai penanggung jawab apotek, dengan
pesatnya perkembangan ilmu kefarmasian maka apoteker atau dikenal pula dengan sebutan
farmasis, telah dapat menempati bidang pekerjaan yang makin luas. Apotek, rumah sakit,
lembaga pemerintahan, perguruan tinggi,lembaga penelitian, laboratorium pengujian mutu,
laboratorium klinis, laboratoriumforensik, berbagai jenis industri meliputi industri
obat,kosmetik-kosmeseutikal, jamu, obat herbal, fitofarmaka,nutraseutikal, health food, obat
veteriner dan industri vaksin, lembaga informasi obat serta badan asuransi kesehatan adalah
tempat-tempat untuk farmasis melaksanakan pengabdian profesi kefarmasian. Pelayanan obat
kepada penderita melalui berbagai tahapan pekerjaan meliputi diagnosis
penyakit,pemilihan,penyiapan dan penyerahan obat kepada penderita yang menunjukkan
suatu interaksi antara dokter, farmasis, penderita sendiri dan khusus di rumah sakit
melibatkan perawat. Dalam pelayanan kesehatan yang baik, informasi obat menjadi sangat
penting terutama informasi dari farmasis, baik untuk dokter, perawat dan penderita.
B.Rumusan masalah
C.Tujuan Pembahasan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.PENGEMBANGAN OBAT
B.sumber obat
Sampai akhir abad 19, obat merupakan produk organik atau anorganik dari tumbuhan
yang dikeringkan atau segar, bahan hewan atau mineral yang aktif dalam penyembuhan
penyakit tetapi dapat juga menimbulkan efek toksik bila dosisnya terlalu tinggi atau pada
kondisi tertentu penderita Untuk menjamin tersedianya obat agar tidak tergantung kepada
musim maka tumbuhan obat diawetkan dengan pengeringan. Contoh 2
tumbuhan yang dikeringkan pada saat itu adalah getah Papaver somniferum (opium mentah)
yang sering dikaitkan dengan obat penyebab ketergantungan dan ketagihan.
Dengan mengekstraksi getah tanaman tersebut dihasilkan berbagai senyawa yaitu morfin,
kodein, narkotin (noskapin), papaverin dll. yang ternyata memiliki efek yang berbeda
satusama lain walaupun dari sumber yang sama Dosis tumbuhan kering dalam pengobatan
ternyata sangat bervariasi tergantung pada tempat asal tumbuhan, waktu panen, kondisi dan
lama penyimpanan. Maka untuk menghindari variasi dosis, F.W.Sertuerner (1783-1841) pada
th 1804 mempelopori isolasi zat aktif dan memurnikannya dan secara terpisah dilakukan
sintesis secara kimia. Sejak itu berkembang obat sintetik untuk berbagai jenis penyakit.
Sebagai apoteker, diharapkan untuk berkompeten dalam bidangnya dan terus mau
untuk belajar sesuai profesinya, sehingga apoteker tersebut dapat melakukan pengambilan
keputusan yang tepat sesuai dengan efikasi, efektifitas dan efisiensi terkait pengobatan
maupun perbekalan kesehatan lain. 3. Dapat melakukan komunikasi yang baik. Salah satu
kemampuan penting yang harus dimiliki oleh apoteker adalah mampu untuk melakukan
komunikasi yang baik dengan pasien ataupun profesi kesehatan lainnya sehingga
diharapkan pengobatan yang dilakukan tepat dan tujuan pengobatan dapat tercapai. 4.
Mampu menjadi pemimpin Apoteker diharapkan bisa menjadi seorang pemimpin dalam
suatu organisasi atau group. Apoteker harus mampu untuk mengambil suatu keputusan
yang efektif dan tepat, dapat menyebarkan informasi tersebut dan dapat melakukan
pengelolaan terhadap suatu hasil keputusan. 5. Apoteker diharapkan bisa dan memiliki
kemampuan dalam mengatur dan mengelola sumber daya yang ada. 6. Belajar sepanjang
masa. Pengobatan akan selalu berkembang seiring perkembangan pengetahuan dan
teknologi, sehingga diharapkan apoteker akan selalu belajar untuk mengikuti perkembangan
tersebut, sehingga keilmuan yang dimiliki selalu berkembang sesuai dengan perkembangan
ilmu pengobatan. 7. Membantu memberi pendidikan dan memberi peluang untuk
meningkatkan pengetahuan. Berdasarkan PP 51 Tahun 2009 terkait pekerjaan kefarmasian
disebutkan bahwa dalam melakukan pekerjaan kefarmasian di tempat pelayanan
kefarmasian seperti apotek, rumah sakit dll,
Pelayanan Kefarmasian oleh Apoteker PP 51 Tahun 2009 menyatakan bahwa tenaga
kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian.
Tenaga kefarmasian terdiri atas apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Apoteker
adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah
jabatan Apoteker. Sedangkan tenaga teknis kefarmasian merupakan tenaga yang membantu
Apoteker dalam menjalani pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas sarjana farmasi, ahli
madya farmasi, analis farmasi, dan tenaga menengah farmasi/asisten apoteker.
Dalam melakukan praktek profesinya di apotek seorang apoteker harus memiliki Surat
Tanda Registrasi Apoteker (STRA) dan Surat Ijin Praktek Apoteker (SIPA). STRA adalah bukti
tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Apoteker yang telah diregistrasi. SIPA adalah
surat izin yang diberikan kepada Apoteker untuk dapat melaksanakan Pekerjaan
Kefarmasian pada Apotek atau Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Berdasarkan Kepmenkes
Nomor : 1027/Menkes/SK/IX/2004 standar kompetensi yang harus dimiliki oleh apoteker
untuk melakukan pelayanan kefarmasian, diantaranya:
1. Dapat memberi serta menyediakan pelayanan yang baik. Apoteker berkedudukan sebagai
pengelola apotek diharapkan dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang profesional.
Saat melakukan pelayanan kepada pasien, apoteker sebaiknya mampu untuk
mengintegrasikan pelayanan yang diberikan pada sistem pelayanan kesehatan secara
menyeluruh. Dengan hal tersebut, diharapkan dapat dihasilkan suatu sistem pelayanan
kesehatan berkesinambungan.
2. Memiliki kemampuan dalam menentukan keputusan yang profesional.
Pelayanan farmasi merupakan salah satu kegiatan yang menunjang pelayanan kesehatan yang
bermutu. Seorang farmasi masuk dalam kegiatan upaya kesehatan, yang terdiri atas anamnesa
kefarmasian, diagnosa kefarmasian, tindakan kefarmasian dan evaluasi kefarmasian, selain
itu sarana produksi sediaan farmasi (bahan baku obat, fitofarmaka, obat tradisional,
kosmetika, nutrisi tambahan, alat keshatan rumah tangga) sangat berguna bagi masyarakat.
Parameter umum tentang hubungan farmasis dengan kesehatan masyarakat adalah pengguna
anobat (rasional) yang terkait kebijakan publik. Jika farmasis tidak terlibat dalam penentuan
kebijakan tersebut pelayanan kesehatan masyarakat tidak terlayani secara optimum.
1. Imunisasi: dalam pemberian tidak berperan, namun suplai logistik merupakan hal
yang esensial. Hal yang lebih penting adalah peran penyuluh kesehatan pada
masyarakat, sehingga dapat meningkat kan partisipasi.
2. Penyalahgunaan dan penggunaan-salah: obat, alkohol, merokok, zataddiktif yang lain,
dosis. Pendidikan merupakan prioritas penentu.
3. Penyuluhan penularan penyakit seksual: AIDS pendidikan perilaku sehat.
4. Keluarga berencana: penyuluhan dan penyebaran informasi kesehatan: informasidiit,
latihan fisik, konsep health believe.
5. Model, adopsi-inovasi, penggunaan obat secara benar.
6. Fluoridation: keseimbangan elektrolit air bersih, kesehatan gigi.
7. Promosi kesehatan.
8. Pencegahan keracunan: tindakan awal, pertolongan pertama kesehatan, pemberian
antidotum.
9. Quackery: obesity, penyakit degeneratif, kronik, menular.
10. Persiapan penanggulangan bahaya dan keadaan darurat: perencanaan penanggulangan
bahaya banjir, gempa, epidemi, pandemi, kecelakaan berat panduan informasi
pencegahan, penanggulangan penyakit, pppk korban, persiapan obat pertama,
11. Pelaksanaannya dalam kelompok terpadu dikelola dengan baik.
12. Perlindungan (monitoring) terhadap lingkungan: dampak semua bentuk polusi
terhadap kesehatan harus diinformasikan kepada masyaraka tperan farmasis sebagai
pendidik kesehatan masyarakat/individual.
13. Keamanan tempat kerja: penjaminan keselamatan tempat kerja, pengobatan sendiri
sebagai pppk, metode pelaporan dan penanggulangan, sehingga dapat segera
mendapat penatalaksanaan yang benar, serta mencegah terulang kembali kejadian yg
mirip.
.
Pharmaceutical Care
Dalam evolusi perkembangan pelayanan farmasi telah terjadi pergeseran orientasi
pelayanan farmasi dari orientasi terhadap produk menjadi orientasi terhadap kepentingan
pasien yang dilatarbelakangi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
kesehatan serta menguatnya tuntutan terhadap jaminan keselamatan pasien. Orientasi
terhadap kepentingan pasien tanpa mengesampingkan produk dikenal dengan konsep
Pharmaceutical Care. Dengan banyak ditemukannya masalah yang berkaitan dengan obat
dan penggunaannya; semakin meningkatnya keadaan sosio-ekonomi dan tingkat pendidikan
masyarakat; serta adanya tuntutan dari masyarakat akan pelayanan kefarmasian yang bermutu
terutama di rumah sakit maupun di komunitas, Pharmaceutical Care merupakan hal yang
mutlak harus diterapkan.
3.1 Kesimpulan
Pelayanan farmasi merupakan salah satu kegiatan yang menunjang pelayanan kesehatan
yang bermutu. Seorang farmasi masuk dalam kegiatan upaya kesehatan, yang terdiri atas
anamnesa kefarmasian, diagnosa kefarmasian, tindakan kefarmasian dan evaluasi
kefarmasian, selain itu sarana produksi sediaan farmasi (bahan baku obat, fitofarmaka, obat
tradisional, kosmetika, nutrisi tambahan, alat keshatan rumah tangga) sangat berguna bagi
masyarakat.
Parameter umum tentang hubungan farmasis dengan kesehatan masyarakat adalah
penggunaan obat (rasional) yang terkait kebijakan publik. Jika farmasis tidak terlibat dalam
penentuan kebijakan tersebut pelayanan kesehatan masyarakat tidak terlayani secara
optimum.
Masyarakat dapat melakukan pengobatan sendiri yang disebut swamedikasi namun harus
mencari informasi obat yang sesuai dengan penyakitnya sesuai dengan arahan seorang
farmasi.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.budilukmanto.org/index.php/perawatan-hepatitis/177-peran-apoteker?
tmpl=component&print=1&page=
http://swamedikasi.wordpress.com/
http://www.umy.ac.id/profesi-farmasi-perlu-dikenalkan-pada-masyarakat.html
http://ilmukesmas.com/upaya-peningkatan-kesehatan-masyarakat/
http://filosofi-konsep-diri-profesi-farmasi.ppt