Anda di halaman 1dari 21

Nama:Winny Wirdiyanti

NIM:2200079

Kelas: D3-1B

Ciri-ciri kimiawi dan fisika yang unik dari suatu bahan obat ditentukan bukan
oleh uji analisis dan metode yang digunakan untuk identifikasinya serta pengujiannnya,
tapi mempunyai sangkut-paut dengan formulasi, bentuk sediaan, kestabilan, efektivitas
dan keamanan. Bahan obat harus tetap stabil untuk jangka waktu umur produk yang
sesuai dengan yang ditentukan, harus sesuai secara kimia dan fisika dengan semua
komponen-komponen lainnya dalam formulasi dan harus terpelihara aktivitasnya.

Setiap bahan obat memiliki ciri-ciri kimiawi dan fisika tersendiri yang
menjadikannya unik. Ciri-ciri ini digunakan dalam menyusun standar identifikasi bahan
dan untuk pengujian. Untuk setiap unsur obat dan untuk bentuk dosis sebangsanya,
monografi resmi menunjukkan standar fisika dan kimia yang tepat, uji dan tata cara
pengujian yang harus dipenuhi. Setiap pengujian dan standar yang dicatat dalam
monografi harus memuaskan sebelum bahan obat di sebut memenuhi ‘USP Quality”. Seti
tumpukan, lot atau wadah bahan obat (atau ramuan farmasetik) harus memenuhi standar
persyaratan yang ditentukan sebelum digunakan pada preparat produk obat. Uji dan batas
ketidakmurnian dilakukan terhadap bahan kimia yang mengandung bahan pencemar.
Ketidakmurnian ini umumnya akibat pembuatan atau kerusakan obat. Contohnya
Gliserin, suatu pelarut dipakai dalam berbagai bentuk cairan farmasetik, mungkin juga
diolah dalam berbagai cara yang berbeda-beda, dalam setiap pemanfaatan bahan
permuaannya yang berbeda, bahan pereaksinya pun berbeda sehingga

menghasilkan ketidakmurnian yang berbeda-beda. Proses ini mencakup penggunaan


timah oksida, gas klor, lemak dan minyak hewan dan molase gula bit, pencemar akibat
dari proses ini berupa logam-logam berat, senyawa yang diklorinasi, asam lemak, serta
senyawa ester dan glukosa. Batas dari masing-masing bahan ini mungkin ada pada
gliserin yang resmi disediakan pada monografi.
ARTIKEL TENTANG FARMASI

Farmasi adalah ilmu yang banyak mempelajari tentang obat.jurusan farmasi focus dalam mempelajari obat obatan jurusan ini gabungan dari
ilmu biologi,kima dan kesehatan. tidak hanya obat obatan ilmu farmasi juga mempelajari tentang meracik obat manajemen pemasaran
obat,kosmetik,makanan,minuman hingga suplemen.Difarmasi kita akan belajar mengenali struktur senyawa obat dan cara sintesisnya,kemudian
mengolah obat yang layak dikonsumsi. Bukan hanya mempelajari cara atau teknologi pembuatan obat-obatan, ilmu farmasi juga mempelajari cara
penyimpanan, penyediaan, dan penyalurannya.Mahasiswa farmasi akan diminta mempelajari senyawa dan sintesis obat, lalu meraciknya menjadi obat
yang layak dan aman dikonsumsi.Farmasi juga berhubungan erat dengan penyebab penyakit, serta obat yang pas untuk menanganinya.
Oleh karena itu, cara kerja obat di dalam tubuh akan dipelajari dengan detail dan teliti.
Tak cukup dengan teori, mahasiswa farmasi akan banyak melakukan kegiatan praktik atau praktikum di laboratorium untuk meracik obat.
Lulusan farmasi akan mendapatkan gelar Sarjana Farmasi atau S. Farm seorang apoteker maupun asisten apoteker bisa bekerja di apotek
maupun instalasi farmasi rumah sakit.Selain itu, lulusan farmasi juga berpeluang untuk menjadi peneliti untuk pengembangan obat di Indonesia.
Sebagaimana dikutip dari laman Prakerja, sejumlah lowongan pekerjaan yang terbuka untuk lulusan farmasi di antaranya adalah bisa menjadi
peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Selain itu, seorang lulusan farmasi juga bisa bergabung dengan tim quality management di perusahaan obat, makanan atau kosmetik.
Lulusan farmasi juga berkesempatan untuk bekerja sebagai seorang detailer atau medical representative.
lmu farmasi mulanya berkembang dari para tabib dan pengobatan tradisional
yang berkembang di Yunani, Timur-Tengah, Asia kecil, Cina, dan Wilayah Asia lainnya.
Mulanya “ilmu pengobatan” dimiliki oleh orang tertentu secara turun-temurun dari
keluarganya.
Perkembangan ilmu farmasi seiring waktu hampir menyebar ke seluruh dunia.
Mulai dari Inggris, Amerika Serikat, dan Eropa Barat. Sekolah Tinggi Farmasi yang
pertama didirikan di Philadelphia, Amerika Serikat pada tahun 1821 (sekarang sekolah
tersebut bernama Philadelphia College of Pharmacy and Science). Setelah itu, mulailah
era baru ilmu farmasi dengan bermunculannya sekolah-sekolah tinggi dan fakultas di
universitas.
Sejarah industri farmasi modern dimulai 1897 ketika Felix Hoffman menemukan
cara menambahkan dua atom ekstra karbon dan lima atom ekstra karbon dan lima atom
ekstra hidrogen ke dalam sari pati kulit kayu willow. Hasil penemuannya dikenal dengan
nama Aspirin, yang akhirnya lahirnya perusahaan industri farmasi modern di dunia, yaitu
Bayer. Selanjutnya, perkembangan (R & D) pasca Perang Dunia I. Kemudian, pada
Perang Dunia II para pakar berusaha menemukan obat-obatan secara massal, seperti obat
TBC, hormaon steroid, dan kontrasepsi serta antipsikotika.
Sejak saat itulah, dunia farmasi (industri & pendidikannya) terus berkembang
dengan didukung oleh berbagai penemuan di bidang lain, misalnya penggunaan
bioteknologi. Sekolah-sekolah farmasi saat ini hampir dijumpai di seluruh dunia. Kiblat
perkembangan ilmu, kalau boleh kita sebut, memang Amerika Serikat dan Jerman
(karena di sanalah industri obat pertama berdiri).

Ruang lingkup dari praktik farmasi termasuk praktik farmasi tradisional seperti
peracikan dan penyediaan sediaan obat, serta pelayanan farmasi modern yang
berhubungan dengan layanan terhadap pasien di antaranya layanan klinik, evaluasi
efikasi dan keamanan penggunaan obat, dan penyediaan informasi obat. Kata farmasi
berasal dari kata farma (pharma). Farma merupakan istilah yang dipakai pada tahun 1400
– 1600an.

Berikut ini adalah tokoh-tokoh besar yang berjasa terhadap terbentuknya ilmu farmasi :

1. Paracelsus (1541-1493 SM) berpendapat bahwa untuk membuat obat perlu


pengetahuan kandungan zat aktifnya dan dia membuat obat dari bahan yang
sudah diketahui zat aktifnya
2. Hippocrates (459-370 SM) yang dikenal dengan “bapak kedokteran” dalam praktek pengobatannya telah menggunakan lebih dari 200 jenis
tumbuhan.
3. Claudius Galen (200-129 SM) menghubungkan penyembuhan penyakit dengan teori kerja obat yang merupakan bidang ilmu farmakologi.
4. Ibnu Sina (980-1037) telah menulis beberapa buku tentang metode pengumpulan dan penyimpanan tumbuhan obat serta cara pembuatan
sediaan obat seperti pil, supositoria, sirup dan menggabungkan pengetahuan pengobatan dari berbagai negara yaitu Yunani, India, Persia, dan
Arab untuk menghasilkan pengobatan yang lebih baik.
5. Johann Jakob Wepfer (1620-1695) berhasil melakukan verifikasi efek farmakologi dan toksikologi obat pada hewan percobaan, ia
mengatakan :”I pondered at length, finally I resolved to clarify the matter by experiment”. Ia adalah orang pertama yang melakukan penelitian
farmakologi dan toksikologi pada hewan percobaan. Percobaan pada hewan merupakan uji praklinik yang sampai sekarang merupakan
persyaratan sebelum obat diuji–coba secara klinik pada manusia.
6. Institut Farmakologi pertama didirikan pada th 1847 oleh Rudolf Buchheim (1820-1879) di Universitas Dorpat (Estonia). Selanjutnya Oswald
Schiedeberg (1838-1921) bersama dengan pakar disiplin ilmu lain menghasilkan konsep fundamental dalam kerja obat meliputi reseptor obat,
hubungan struktur dengan aktivitas dan toksisitas selektif. Konsep tersebut juga diperkuat oleh T. Frazer (1852-1921) di Scotlandia, J. Langley
(1852-1925) di Inggris dan P. Ehrlich (1854-1915) di Jerman.
REKAP NILAI MAHASISWA APLIKASI KOMPUTER
NILAI NILAI DOSEN
No. Nama NIM UTS UAS PENGAMPU
1  Winny wirdiyanti  2200079   100  100
2  Anandia s  2200045  99   99
3  Trisuciana w  2200065  98  98 Apt.Wildan Khairi
4  Delvi apriliya  2200078   97   97 Muhtadi,M.Pharm.Sci
5  Nayya  2200074 96   96
6  Suci  2200053  95   95
7  Dila  2200077   94   94
8  Ramel  2200011  93   93
rata rata  98,2  99,1
Ilmu farmasi baru menjadi ilmu pengetahuan yang sesungguhnya pada abad XVII di Prancis. Pada tahun 1797 sudah berdiir sekolah
farmasi pertama di Prancis dan buku tentang farmasi mulai diterbitkan dalam beberapa bentuk, antara lain buku pelajaran, majalah,
farmakope dan lain lain. Kemajuan di Perancis ini diikuti oleh negara lain, misalnya di Italia, Inggris, Jerman dan lain-lain. Di Amerika,
sekolah farmasi pertama berdiri pada tahun 1821 di Philadelphia. dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, ilmu farmasi pun
mengalami perkembangan hingga mulai menjadi ilmu yang lebih khusus tetapi saling berkaiatan. Ilmu-ilmu tersebut adalah :

1. Famakologi adalah ilmu yang mempelajar sejarah, khasiat obat dalam segala seginya,yaitu sumber, sifat kimia dan fisikanya,
kegiatan fisiologisnya terhadap fungsi biokimia,cara kerja, absobsi, nasib (distribusi, biotransformasi), eksresi dan efek toksiknya;
serta penggunaannya dalam pengobatan.
2. Farmakologi klinik adalah cabang farmakologi yang mempelajari efek obat pada manusia
3. Farmakokinetika adalah aspek farmakologi yang mencakup nasib obat didalam tubuh yang meliputi absorbsi, distribusi,
metabolisme dan ekskresinya
4. Farmakodinamika ialah aspek farmakologi yang mempelajari efek obat terhadap fisiologi dan biokimia berbagai organ tubuh serta
mekanismenya
5. Farmakognosi, ilmu yang mempelajari tentang sumber bahan obat dari alam terutama dari tumbuh-tumbuhan (bentuk
makroskopis dan mikroskopis berbagai tumbuhan dan organisme lainnya yang dapat digunakan dalam pengobatan)
6. Galenika adalah ilmu yang mempelajari tentang pembuatan sediaan (preparat) obat dengan cara sederhana dan dibuat dari
bahan alam (tumbuhan dan hewan).
7. Kimia farmasi adalah ilmu yang mempelajari tentang kimia obat yang berhubungan dengan zat anorganik maupun organik, baik
untuk tujuan pengobatan, analisis atau pemeriksaan dan pembakuan
8. Perkembangan kefarmasian di Indonesia. Perkembangan farmasi di
Indonesia sudah dimulai sejak zaman Belanda sehingga buku pedoman
maupun undang-undang yang berlaku pada waktu itu berkiblat ke
Belanda. Setelah kemerdekaan, buku pedoman dan undang-undang yang
dirasa masih cocok tetapdipertahankan. Pekerjaan kefarmasian, terutama
meracik obat, dikerjakan di appotek oleh asisten apoteker di bawah
pengawasan apoteker. Apoteker adalah seseorang yang ahli dalam
kefarmasian. Dalam melakukan kegiatan di apotek, apoteker harus
berpedoman pada buku resmi farmasi yang dikeluarkan oleh Departemen
Kesehatan RI yaitu Farmakope Indonesia. Buku ini merupakan buku
persyaratan kemurnian, sifat fisika kimia, cara pemeriksaan, serta
beberapa ketentuan lain yang berhubungan dnegan obat-obatan.

1) Obat

Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang


digunakan oleh semua mahluk untuk bagian dalam maupun bagian luar
guna mencegah, meringankan maupun menyembuhkan penyakit. Dalam
memformulasi suatu sediaan obat, beberapa faktor perlu
dipertimbangkan. Salah satu faktor sifak fisika kimia bahan obat dan
bahan tambahan obat.

2) Karakteristik Kimia dan Fisika Bahan Obat

Setiap bahan obat memiliki ciri-ciri kimiawi dan fisika tersendiri


yang menjadikannya unik. Ciri-ciri ini digunakan dalam menyusun standar
identifikasi bahan dan untuk pengujian.Untuk setiap unsur obat dan untuk
bentuk dosis sebangsanya, monografi resmi menunjukkan standar fisika
dan kimia yang tepat, uji dan tata cara pengujian yang harus dipenuhi.
Setiap pengujian dan standar yang dicatat dalam monografi harus
memuaskan sebelum bahan obat di sebut memenuhi ‘USP Quality”.
Setiap tumpukan, lot atau wadah
bahan obat (atau ramuan farmasetik) harus memenuhi standar persyaratan yang ditentukan sebelum digunakan pada
preparat produk obat.

Uji dan batas ketidakmurnian dilakukan terhadap bahan kimia yang mengandung bahan pencemar. Ketidakmurnian ini
umumnya akibat pembuatan atau kerusakan obat. Contohnya Gliserin, suatu pelarut dipakai dalam berbagai bentuk cairan
farmasetik, mungkin juga diolah dalam berbagai cara yang berbeda-beda, dalam setiap pemanfaatan bahan permulaannya yang
berbeda, bahan pereaksinya pun berbeda sehingga menghasilkan ketidakmurnian yang berbeda-beda. Proses ini mencakup
penggunaan timah oksida, gas klor, lemak dan minyak hewan dan molase gula bit, pencemar akibat dari proses ini berupa logam-
logam berat, senyawa yang diklorinasi, asam lemak, serta senyawa ester dan glukosa. Batas dari masing-masing bahan ini
mungkin ada pada gliserin yang resmi disediakan pada monografi.

Ciri-ciri kimiawi dan fisika yang unik dari suatu bahan obat ditentukan bukan oleh uji analisis dan metode yang digunakan untuk
identifikasinya serta pengujiannnya, tapi mempunyai sangkut-paut dengan formulasi, bentuk sediaan, kestabilan, efektivitas dan
keamanan. Bahan obat harus tetap stabil untuk jangka waktu umur produk yang sesuai dengan yang ditentukan, harus sesuai secara
kimia dan fisika dengan semua komponen-komponen lainnya dalam formulasi dan harus terpelihara aktivitasnya.
1.1 Obat tradisional

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan
sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun. Ciri dari obat tradisional yaitu bahan bakunya
masih berupa simplisia yang sebagian besar belum mengalami standardisasi dan belum pernah diteliti. Bentuk sediaan masih
sederhana berupa
serbuk,pil,seduhan atau rajangan simplisia, klaim kahsiatnya
masih berdasarkan data empiris. Obat tradisional sendiri dibagi menjadi
tiga yaitu, jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka

Bagi masyarakat Indonesia, jamu adalah resep turun-temurun dari


leluhurnya agar dapat dipertahankan dan dikembangkan. Bahan-bahan
jamu sendiri diambil dari tumbuh-tumbuhan yang ada di Indonesia baik itu
dari akar,daun, bunga, maupun kulit kayu.Bahan-bahan yang digunakan
tidak mengandung bahan kimia sintetik melainkan menggunakan
bermacam-macam tumbuhan yang diambil langsung dari alam dan efek
sampingnya relative lebih kecil.

Penggunaan Obat Tradisional


Obat tradisional umumnya lebih aman dibandingkan dengan obat modern, dikarenakan kandungan dalam obat tradisional dinilai tidak
begitu keras daripada obat modern.Hal inilah yang menjadi salah satu alasan masyarakat memilih menggunakan obat tradisional.Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Ismiyana (2013), masyarakat menganggap obat tradisional lebih aman karena dibuat secara sederhana
dan tidak menggandung bahan kimia. Pada dasarnya prinsip penggunaan obat tradisional hampir sama dengan obat modern, apabila
tidak digunakan secara tepat akan mendatangkan efek yang buruk. Sehingga, meskipun obat tradisional dinilai relative lebih aman
dibandingkan obat modern namun tetap perlu diperhatikan kerasionalan penggunaannya. Karena tidak semua herbal memiliki khasiat
dan aman untuk dikonsumsi.Seperti halnya menggunakan obat modern, penggunaan obat tradisional harus rasional dan memperhatikan
ketepatan penggunaannya. Hal ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 104 yang menyatakan
bahwa penggunaan obatdan obat tradisional harus dilakukan secara rasiona.

Fitofarmaka

Fitofarmaka adalah obat tradisional yang telah teruji khasiatnya melalui uji pra-klinis (pada hewan percobaan) dan uji klinis (pada
manusia) serta terbukti keamanannya melalui uji toksisitas. Uji praklinik sendiri me;liputi beberapa uji, yaitu: uji khasiat dan toksisitas, uji
teknologi farmasi untuk menentukan identitas atau bahan baku yang terstandarisasi. Fitofarmaka diproduksi secara higienis, bermutu
sesuai dengan standar yang ditetapkan. Contoh: Stimuno, Tensigard, Rheumaneer, X-gra dan Nodiar
1.2 Obat Herbal Terstandar

Obat Herbal Terstandar (OHT) adalah obat tradisional yang telah dibuktikan
khasiatdan keamanannya secara pra-klinis (terhadap hewan percobaan) dan
lolos uji toksisitas akut maupun kronis. OHT dibuat dari bahan yang terstandar
seperti ekstrak yang memenuhi parameter mutu serta dibuat dengan cara
higienis. Contohnya: Diapet, Fitolac dan Lelap.

Ada berbagai macam jamu, yakni:

a) Obat Pegal-Pegal atau Anti Nyeri

Manfaat jamu yang sering diminati oleh masyarakat yaitu jamu untuk
menghilangkan pegal pegal dan nyeri. Contoh jamu yang bermanfaat sebagai
obat pegal-pegal dan anti nyeri yaitu jamu kunyit asam,tolak angin,kiranti pereda
nyeri untuk haid . Jamu ini selain sebagai obat pegal-pegal dan nyeri juga dapat
sebagai ramuan penghilang bau badan dan mengatasi sakit saat
menstruasimenstruasi.
b) Obat untuk Penambah Stamina

Jamu beras kencur adalah salah satu jamu yang paling terkenal dan
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai suplemen penambah stamina
dan menjaga daya tahan tubuh

c) Obat untuk Kecantikan

Selain untuk pengobatan penyakit ramuan jamu juga sering dipakai dalam
perawatan kecantikan tubuh. Banyak ditemukan dalam resep kuno penggunaan
tanaman jamu sebagai obat kecantikan yang sering dipakai dalam lingkungan
istana kerajaan. Salah satu contoh ramuan yang terkenal adalah mangir yang
terbuat dari kunyit yang dimanfaatkan untuk mempercantik kulit pada wanita

Jamu harus memenuhi kriteria yaitu,aman sesuai dengan persyaratan


yang ditetapkan, memiliki klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris dan
memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.Harus terdapat logo dan tulisan“JAMU”. Logo sebagaimana berupa “Ranting daun
terletak dalam lingkaran”, dan ditempatkan pada bagian atas sebelah kiri dari wadah, bungkus atau brosur dan dicetak dengan warna
hijau, di atas dasar warna putih atau warna lain yang menyolok kontras dengan tulisan (BPOM RI, 2004).

Jamu merupakan ramuan tradisional sebagai salah satu upaya pengobatan yang dimanfaatkan oleh masyarakat dengan tujuan
dapat mengobati penyakit ringan, mencegah datangnya penyakit, menjaga ketahanan dan kesehatan tubuh. Dan khasiat telah teruji oleh
waktu, zaman dan sejarah, serta bukti empiris langsung pada manusia selama ratusan tahun

Bahan kimia obat merupakan senyawa kimia obat yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam jamu, dengan tujuan agar efek
yang diinginkan tercapai lebih cepat dari biasanya. Salah satu cara yang paling tepat dan sederhana untuk mendeteksi adanya bahan
kimia obat dalam jamu adalah dengan mengamati efek penyembuhan yang dirasakan oleh konsumen. Jika efek penyembuhan yang
dirasakan cepat maka kemungkinan besar jamu tersebut mengandung bahan kimia obat dengan dosis yang cukup tinggi.

Berbagai bahan kimia obat yang telah ditambahkan ke dalam bahan tambahan jamu yaitu sebagai berikut:

a. Paracetamol

Parasetamol biasa digunakan untuk nyeri ringan sampai sedang dan demam.Efek samping parasetamol dilaporkan setelah
penggunaan jangka panjang, yang mengakibatkan fatal pada kerusakan hati (dan lebih jarang kerusakan ginjal), kelainan darah,
pankreatis akut dan overdosis. Intreaksi, pada dosis tinggi dapat memperkuat efek antikoagulasi, dan pada dosis biasa tidak interaktif.
Parasetamol dapat mengurangi demam melalui tindakan langsung pada hipotalamus pengatur pusat panas. Menghilangkan nyeri ringan
sampai sedang dan pengobatan demam.

b. Asam Mefenamat
Asam mefenamat adalah salah satu obat dari golongan AINS (Anti
Inflamasi Non Steroid) dan juga sebagai obat analgesik. Asam mefenamat
bekerja dengan cara menghambat enzim sikloooksigenase sehingga konversi
asam arakidonat menjadi prostaglandis terganggu. Asam mefenamat terikat
sangat kuat pada protein plasma. Dengan demikian interaksi terhadap obat
antikoagulan harus

diperhatikan. Efek samping pemakaian asam mefenamat jangka panjang lebih


terhadap saluran cerna sering timbul misalnya diare, sampai diare berdarah dan
gejala iritasi terhadap mukosa lambung.

c. Kafein

Kafein sering digunakan sebagai perangsang kerja jantung dan


meningkatkan produksi urin. Dalam dosis rendah kafein dapat berfungsi sebagai
bahan pembangkit stamina dan penghilang rasa sakit.Mekanisme kerja kafein
dalam tubuh adalah menyaingi fungsi adenosin (salah satu senyawa yang dalam
sel otak bisa membuat orang cepat tertidur). Dimana kafein itu tidak
memperlambat gerak sel-sel tubuh, melainkan kafein akan membalikkan semua
kerja adenosin sehingga tubuh tidak lagi mengantuk, tetapi muncul perasaan
segar, sedikit gembira, mata terbuka lebar dan membangkitkan stamina. Selain
manfaat ternyata kopi juga memiliki kerugian, yaitu dapat menyebabkan
ketergantungan , menyebabkan insomnia, mudah gugup, merasa tegang , cepat
marah dan untuk wanita hamil dapat meningkatkan denyut jantung dampak
terburuknya bisa menyebabkan keguguran.

Tepat cara penggunaan

Cara penggunaan mempengaruhi efek yang akan ditimbulkan.


Penggunaan tanaman obat antara satu dengan yang lainnya tidak boleh
disamakan. Cara penggunaan yang kurang tepat akan menimbulkan efek yang
berbeda. Contohnya daun kecubung. Daun kecubung dapat berkhasiat sebagai
bronkodilator jika cara penggunaan dengan cara dihisap seperti rokok. Akan
tetapi, dapat menyebabkan mabuk atau bersifat beracun apabila cara
penggunaannya dengan diseduh dan diminum

Tidak disalahgunakan
Obat tradisional seperti jamu, OHT dan fitofarmaka termasuk obat bebas dimana dapat diperoleh tanpa resep dokter. Oleh karena
itu, obat tradisional tidak boleh mengandung bahan berbahaya dan penggunaannya tidak boleh disalahgunakan selain untuk tujuan
pengobatan

nama gol khasiat Manfaa contoh gambar logo produsen


t
nama buah Manfaat khasiat
buah
Jambu
Selain toksisitasnya, uji pada hewan dapat mempelajari sifat farmakokinetik obat meliputi absorpsi, distribusi, metabolisme dan
eliminasi obat. Semua hasil pengamatan pada hewan menentukan apakah dapat diteruskan dengan uji pada manusia. Ahli farmakologi
bekerja sama dengan ahli teknologi farmasi dalam pembuatan formula obat,menghasilkan bentuk-bentuk sediaan obat yang akan diuji
pada manusia.Di samping uji pada hewan, untuk mengurangi penggunaan hewan percobaan telah dikembangkan pula berbagai uji in
vitro untuk menentukan khasiat obat contohnya uji aktivitas enzim, uji antikanker menggunakan cell line, uji anti mikroba pada perbenihan
mikroba, uji antioksdan, uji antiinflamasi dan lain-lain untuk menggantikan uji khasiat pada hewan tetapi belum semua uji dapat dilakukan
secara in vitro. Ujitoksisitas sampai saat ini masih tetap dilakukan pada hewan percobaan, belum ada metode lain yang menjamin hasil
yang menggambarkan toksisitas pada manusia, untuk masa yang akan datang perlu dikembangkan uji toksisitas secara in vitro. Setelah
calon obat dinyatakan mempunyai kemanfaatan dan aman pada hewan percobaan maka selanjutnya diuji pada manusia (uji klinik). Uji
pada manusia harus diteliti dulu kelayakannya oleh komite etik mengikuti Deklarasi Helsinki.

Uji klinik terdiri dari 4 fase yaitu :

1. Fase I , calon obat diuji pada sukarelawan sehat untuk mengetahui apakah sifat yang diamati pada hewan percobaan juga
terlihat pada manusia. Pada fase ini ditentukan hubungan dosis dengan efek yang ditimbulkannya dan profilfarmakokinetik obat pada
manusia.

2. Fase II, calon obat diuji pada pasien tertentu, diamati efikasi pada penyakit yangdiobati. Yang diharapkan dari obat adalah
mempunyai efek yang potensial dengan efek samping rendah atau tidak toksik. Pada fase ini mulai dilakukan pengembangan dan uji
stabilitas bentuk sediaan obat.

3. Fase III melibatkan kelompok besar pasien, di sini obat baru dibandingkan efek dan keamanannya terhadap obat pembanding
yang sudah diketahui.Selama uji klinik banyak senyawa calon obat dinyatakan tidak dapat digunakan.Akhirnya obat baru hanya lolos 1
dari lebih kurang 10.000 senyawa yang disintesis karena risikonya lebih
besar dari manfaatnya atau kemanfaatannya lebih kecil dari obat yang sudah
ada. Keputusan untuk mengakui obat baru dilakukan oleh badan

pengatur nasional, di Indonesia oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan, di


Amerika Serikat oleh FDA (Food and Drug Administration), di Kanada oleh
Health Canada,diInggris oleh MHRA (Medicine and Healthcare Product
Regulatory Agency), di Negara Eropah lain oleh EMEA ( European Agency for
the Evaluation of Medicinal Product) dan di Australia oleh TGA (Therapeutics
Good Administration).Untuk dapat dinilai oleh badan tersebut, industri pengusul
harus menyerahkan data dokumen uji praklinik dan klinik yang sesuai dengan
indikasi yang diajukan, efikasi dan keamanannya harus sudah ditentukan dari
bentuk produknya (tablet, kapsul dll.)yang telah memenuhi persyaratan produk
melalui kontrol kualitas.Pengembangan obat tidak terbatas pada pembuatan
produk dengan zat baru, tetapi dapat juga dengan memodifikasi bentuk sediaan
obat yang sudah ada atau meneliti indikasi baru sebagai tambahan dari indikasi
yang sudah ada. Baik bentuk sediaan baru maupun tambahan indikasi atau
perubahan dosis dalam sediaan harus didaftarkan ke Badan POM dan dinilai
oleh Komisi Nasional Penilai Obat Jadi.Pengembangan ilmu teknologi farmasi
dan biofarmasi melahirkan new drug delivery system terutama bentuk sediaan
seperti tablet lepas lambat, sediaan liposom, tablet salut enterik,
mikroenkapsulasi dll. Kemajuan dalam teknik rekombinasi DNA, kultursel dan
kultur jaringan telah memicu kemajuan dalam produksi bahan baku obat seperti
produksi insulin dll.

Anda mungkin juga menyukai