FARMAKOLOGI DASAR
Tim Penyusun :
C. Pembagian Farmakologi :
1. Farmakokinetika
2. Farmakodinamika
3. Toksikologi
Periode ini ditandai dengan observasi empirik oleh manusia terhadap penggunaan
obat. Bukit atau pencatatannya dapat dilihat di Materia Medika yang disusun oleh
Dioscorides (Pedanius). Sebelumnya, catatan tertua dijumpai pada pengobatan Cina
dan Mesir
1. Claudius Galen (129–200 A.D.) adalah orang pertama yg mengenalkan bahwa teori
dan pengalaman empirik berkontribusi seimbang dalam penggunaan obat
Pharmacology”
MODUL
FARMAKOLOGI DASAR
Tim Penyusun :
cabang ilmu farmakologi yang berkembang menjadi cabang ilmu baru, antara lain :
1. Farmakognosi
Mempelajari pengetahuan dan pengenalan obat yang berasal dari tanaman dan zat –
zat aktifmya, begitu pula yang berasal dari mineral dan hewan.
2. Biofarmasi
3. Farmakokinetika
a. Meneliti perjalanan obat mulai dari saat pemberiannya, bagaimana absorpsi dari
usus, transpor dalam darah dan distribusinya ke tempat kerjanya dan jaringan lain.
Mempelajari kegiatan obat terhadap organisme hidup terutama cara dan mekanisme
kerjanya, reaksi fisiologi, serta efek terapi yang ditimbulkannya. Singkatnya
farmakodinamika mencakup semua efek yang dilakukan oleh obat terhadap tubuh
5. Toksikologi
adalah pengetahuan tentang efek racun dari obat terhadap tubuh dan sebetulnya
termasuk pula dalam kelompok farmakodinamika, karena efek terapi obat
barhubungan erat dengan efek toksisnya
6. Farmakoterapi
7. Farmakogenetik / Farmakogenomik
Farmakogenetik adalah ilmu yang mempelajari efek dari variasi genetik pada gen
tunggal terhadap respon obat sedangkan farmakogenomik adalah ilmu yang
mempelajari efek dari variasi genetik pada keseluruhan gen (genom) terhadap respon
obat
Yang lebih relevan dan bernilai pendidikan dalam manajemen keamanan obat
Obat – obat yang digunakan pada terapi dapat dibagi dalam tiga golongan besar sebagai
berikut :
1. Obat farmakodinamis
Yang bekerja terhadap tuan rumah dengan jalan mempercepat atau memperlambat
proses fisiologi atau fungsi biokimia dalam tubuh, misalnya hormon, diuretika,
hipnotika, dan obat otonom
2. Obat kemoterapeutis
Dapat membunuh parasit dan kuman di dalam tubuh tuan rumah. dan berkhasiat sangat
besar membunuh sebanyak mungkin parasit (cacing, protozoa) dan mikroorganisme
(bakteri, virus). Obat – obat neoplasma (onkolitika, sitostatika, obat–obat kanker) juga
dianggap termasuk golongan ini
3. Obat diagnostik
Tim Penyusun :
1. Obat farmakodinamis
2. Obat kemoterapeutis
Dapat membunuh parasit dan kuman di dalam tubuh tuan rumah dan
berkhasiat sangat besar membunuh sebanyak mungkin parasit (cacing,
protozoa) dan mikroorganisme (bakteri, virus). Obat – obat neoplasma
(onkolitika, sitostatika, obat– obat kanker)
3. Obat diagnostik
adalah reaksi yang tidak diinginkan yang terjadi ketika kita mengonsumsi suatu obat.
Seperti rambut rontok disebabkan oleh kemoterapi dan kelelahan yang disebabkan oleh
terapi radiasi, dll
adalah situasi di mana suatu obat mempengaruhi aktivitas obat lain yang digunakan
secara bersamaan, yang dapat meningkatkan atau menurunkan efeknya, atau
menghasilkan efek baru yang tidak diinginkan atau direncanakan.
adalah tingkat merusaknya suatu zat jika dipaparkan terhadap organisme . Toksisitas
dapat mengacu pada dampak terhadap seluruh organisme, seperti hewan, bakteri, atau
tumbuhan, dan efek terhadap substruktur organisme, seperti sel ( sitotoksisitas) atau
organ tubuh seperti hati ( hepatotoksisitas).
adalah takaran obat yang menimbulkan efek farmakologi (khasiat) yang tepat dan
aman bila dikonsumsi oleh pasien.
adalah takaran dosis tertinggi yang masih boleh diberikan kepada pasien dan tidak
menimbulkan keracun
adalah dosis yang digunakan sebagai pedoman umum dalam pengobatan dan
sifatnya tidak mengikatobat.
adalah waktu dari saat obat diberikan hingga mencapai kadar yang optimal dalam
plasma dalam tubuh dan menghasilkan efek terapi. Onset sangat tergantung pada rute
pemberian dan farmakokinetik obat.
adalah rentang waktu dimana kadar obat dalam plasma pada fase eliminasi menurun
sampai setengahnya.
yaitu perbandingan antara ED 50 dan LD 50 . Dosis yang menghasilkan efek pada 50%
dari jumlah binatang dan dosis yang mematikan 50% dari jumlah binatang. Indeks terapi
merupakan ukuran keamanan untuk menentukan dosis obat.
Usaha atau daya menyembuhkan suatu penyakit atau suatu kegiatan dan/atau serangkaian
kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan
penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan agar
kualitas penderita dapat terjaga seoptimal mungkin.
Tim Penyusun :
Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh atau efek tubuh terhadap
obat.
Farmakokinetika mencakup 4 proses :
1. Absorpsi
2. Distribusi
3. Metabolisme
4. Ekskresi
Proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam darah. Bergantung pada cara
pemberian, tempat pemberian obat adalah : Saluran cerna (mulut sampai dengan rektum),
kulit, paru, otot.
1. PER ORAL
Tempat absorpsi utama : usus halus karena memiliki permukaan absorpsi yang sangat luas
yaitu 200 m2
2. DIBAWAH LIDAH
Hanya untuk obat yang sangat larut dalam lemak karena luas permukaannya kecil
sehingga obat harus melarut dan di absorpsi denagn sangat cepat . Ex : nitrogliserin
3. REKTAL
Untuk pasien yang tidak sadar atau muntah. 50% darah dari rektum melalui vena port
sehingga eliminasi lintas pertama oleh hati hanya 50%. Absorpsi sering tidak teratur dan
tidak lengkap , iritasi mukosa umum
c. Transpor aktif
3. Sediaan obat
4. Dosis
9. Integritas membran
Gambaran Proses
Dalam darah, obat akan diikat oleh protein plasma dengan berbagai ikatan lemah (ikatan
hidrofobik, van der waals, hidrogen dan ionik). Ada beberapa macam protein plasma :
1. Albumin
ALBUMIN : mengikat obat-obat asma dan obat obat netral (misalnya steroid) serta
bilirubin dan asam asam lemak
2. α-glikoprotein
3. CBG
4. SSBG
2. Jika obat bebas telah keluar ke jaringan, obat yang terikat protein akan menjadi bebas
sehingga distribusi berjalan terus sampai habis
3. Ikatan dengan protein plasma kuat untuk obat yang lipofilik dan lemah untuk obat
yang hidrofilik
Ikatan dengan protein plasma ini penting terutama untuk obat-obat yang lipofilik agar dapat
dibawa oleh darah ke seluruh tubuh karena obat lipofilik jika tidak terikat protein akan segera
berdifusi ke luar dari pembuluh darah.
5. CBG
6. SSBG
Obat yang terikat pada protein plasma akan dibawa oleh darah ke seluruh tubuh. Komplek obat-
protein terdisosiasi dengan sangat cepat. Obat bebas akan keluar ke jaringan ke tempat kerja
obat, ke jaringan tempat depotnya, ke hati di mana obat mengalami metabolisme menjadi
metabolit yang dikeluarkan melalui empedu atau masuk kembali ke dalam darah dan ke ginjal
dimana obatmetabolitnya diekskresi ke dalam urin.
Ikatan obat dengan protein plasma :
2. Jika obat bebas telah keluar ke jaringan, obat yang terikat protein akan menjadi
bebas sehingga distribusi berjalan terus sampai habis
3. Ikatan dengan protein plasma kuat untuk obat yang lipofilik dan lemah untuk
obat yang hidrofilik
Ikatan dengan protein plasma ini penting terutama untuk obat-obat yang lipofilik agar
dapat dibawa oleh darah ke seluruh tubuh karena obat lipofilik jika tidak terikat protein
akan segera berdifusi ke luar dari pembuluh darah.
Volume di mana obat terdistribusi dalam kadar plasma. Sawar darah otak (Blood-brain
barrier). Sawar antara darah dan otak. Obat yang larut baik dalam lemak yang dapat
melintasi sawar darah otak. Akan tetapi obat larut lemak yang substrat P-gp atau MRP
akan dikeluarkan oleh P-gp atau MRP yang terdapat pada membran sel endotel
pembuluh kapiler otak (sawar darah otak). P-gp berfungsi : melindungi otak dari obat
yang efeknya merugikan.
Terdiri dari satu lapis sel epitel vili dan satu lapis sel endotel kapiler dari fetus, mirip
sawar saluran cerna. Obat yang dapat diabsorpsi melalui pemberian oral juga dapat
masuk fetus melalui sawar urin. P-gp berfungsi : melindungi fetus dari obat yang
efeknya merugikan.
Tujuan metabolisme :
1. Mengubah obat yang non polar (larut lemak) menjadi polar (larut air) agar
dapat diekskresi melalui ginjal atau empedu.
2. Pada umumnya mengubah obat aktif menjadi inaktif tetapi sebagian berubah menjadi
lebih aktif, kurang aktif, toksik
REAKSI METABOLISME
REAKSI FASE I
Terdiri
dari :
a. Oksi Mengubah obat menjadi lebih polar dengan
das akibat menjadi inaktif, lebih aktif atau kurang
i aktif
b. Reduksi
c. Hidrolisis
REAKSI FASE II
Asam
asetat
Asam
amino
Metabolisme obat akan terganggu pada penyakit hati seperti sirosis, hati berlemak dan
kanker hati. Enzim metabolisme fase i dan fase ii mencapai kematangan setelah tahun
pertama kehidupan.
Organ yang terpenting untuk ekskresi obat ginjal. Obat di ekskresikan melalui ginjal
dalam bentuk utuh maupun bentuk metabolitnya. Ekskresi dalam bentuk utuh atau
bentuk aktif merupakan cara eliminasi obat melalui ginjal. Ekskresi melalui ginjal
melibatkan 3 proses filtrasi glomerulus, sekresi aktif di tubulus proksimal dan reabsorpsi
pasif di sepanjang tubulus
1. Filtrat glomerulus
Menghasilkan ultrafiltrat yaitu plasma minus protein jadi semua obat bebas akan keluar dalam
ultrafiltrat sedangkan yang terikat protein tetap tinggal dalam darah
A. Reabsorpsi pasif
Reabsorpsi pasif Terjadi di sepanjang tubulus dalam bentuk nonion obat yang larut
lemak. Ekskresi melalui ginjal akan berkurang jika terdapat gangguan fungsi ginjal.
Pengurangan fungsi ginjal dapat dihitung berdasarkan pengurangan klirens kreatinin.
Pengurangan dosis obat pada gangguan fungsi ginjal dapat dihitung. Ekskresi obat
yang kedua melalui empedu ke dalam usus dan keluar bersama feses. Obat dan
metabolit yang larut lemak dapat direabsorpsi kembali ke dalam tubuh dari lumen
usus. Ekskresi melalui paru terutama untuk eliminasi gas anestetik umum. Ekskresi
dalam saliva : kadar obat dalam saliva sama dengan kadar obat bebas dalam plasma
maka saliva dapat digunakan untuk mengukur kadar obat jika sukar untuk
memperoleh darah. Ekskresi ke rambut dan kulit : mempunyai kepentingan
forensik
BAB V
FARMAKODINAMIK
A. Definisi Farmakodinamik
Yaitu Ilmu yang mempelajari efek biokimiawi dan fisiologi obat serta mekanisme
kerjanya.
Tujuan :
b. Toksik
Terjadi efek obat karena Interaksi obat dengan reseptor (komponen makromolekul
fungsional) pada sel organisme.
Reseptor
1. Teori reseptor
2. Anti metabolit
3. Inhibitor enzim
5. Efek sitotoksik
6. Mengganti defisiensi
1. Teori reseptor
Reseptor obat adalah suatu makromolekul target khusus berada pada
permukaan sel atau intraseluler, yang mengikat suatu obat atau
menimbulkan kerja farmakologik.
Agonist
Antagonist
2. Antimetabolit
3. Inhibitor enzim
Obat menghambat kerja enzim sehingga proses tertentu
terganggu
1. Efek sitotoksik
Contoh :
BAB VI
INTERAKSI OBAT
berarti saling pengaruh antar obat sehingga terjadi perubahan efek. Interaksi yang
terjadi di dalam tubuh dapat dibedakan menjadi dua , yaitu interaksi
farmakodinamik dan interaksi farmakokinetik .
A. Interaksi farmakokinetik
adalah interaksi antara dua atau lebih obat yang diberikan bersamaan dan saling
mempengaruhi dalam proses ADME sehingga dapat meningkatkan atau
menurunkan salah satu kadar obat dalam darah .
1. Interaksi dalam mekanisme absorbsi
Proses ini melibatkan difusi obat dari daerah dengan kadar tinggi ke daerah
dengan kadar obat lebih rendah. Absorpsi obat secara transport aktif lebih
cepat dari pada secara transport pasif.
Untuk obat basa , seperti amfetamin , sebagian besar berada dalam bentuk tak
ter-ion dalam urin basa , sehingga banyak yang terabsorbsi ke dalam darah ,
yang akibatnya dapat meperlama aktivitasnya.
obat yang bersifat asam , seperti salisilat , sulfonamide , fenobarbital , lebih
cepat terkekskresi bila urin alkalis ( pH tinggi ) . Oleh karena itu pemberian
bersama – sama obat ini dengan obat yang meningkatkan pH urin , seperti
diuretik penghambat
B. Interaksi farmakodinamik
adalah interaksi antar obat ( yang diberikan bersamaan ) yang bekerja
pada reseptor yang sama sehingga menimbulkan efek sinergis atau
antagonis
Tipe-tipe interaksi
Interaksi aditif atau sinergistik dua obat memiliki efek farmakologi
yang sama.
Interaksi antagonistic pasangan obat memiliki aktivitas yang saling
berlawanan
Interaksi karena gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
CONTOH INTERAKSI :
1. Amygdalin + Ascorbic Acid ( vitamin C )
Vitamin C dapat meningkatkan hidrolisis amygdalin sehingga
mengakibatkan tingkat beracun sianida .
2. Ascorbic Acid ( Vitamin C ) + Salicylates
Aspirin mungkin mengurangi penyerapan asam askorbat sekitar sepertiga.
3. Betacarotene + Colchicine
Efek yang diinginkan dari suplementasi betakaroten dapat di kurangi pada
mereka yang memakai colchicine .
4. Calcium Compound + Proton Pump Inhibitor
Sebuah studi pada wanita lanjut usia menemukan bahwa omeprazole
mengurangi
Penyerapan kalsium dari dosis tunggal kondisi underfasting kalsium karbonat
5.Folic Acid + Sulfasalazine
Sulfasalazine dapat mengurangi penyerapan asam folat.
6. Iron Compound + Antacids
Penyerapan zat besi dan respon hematologi yang diharapkan besi dapat
dikurangi dengan penggunaan bersamaan antasida.
7. Zinc Compounds + Iron Compounds
Pemberian zat besi dengan seng dapat mengurangi bioavailabilitas besi lain
dan atau seng , namun penelitian lain menunjukkan bahwa dikombinasikan
suplementasi adalah nilai dalam mengurangi kekurangan mikronutrien
tersebut.
8. Vitamin + Orlistat
Orlistat menurunkan penyerapan betakaroten tambahan dan vitamin E . Ada
beberapa bukti yang menunjukkan bahwa beberapa pasien mungkin memiliki
tingkat vitamin D yang rendah saat menggunakan orlistat , bahkan juga
ketika mereka menggunakan multivitamin.
ANTIBIOTI
Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri yang
mempunyai khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan
toksisitasnya pada manusia relatif kecil. Obat yang digunakan untuk membasmi
mikroba harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin di mana obat
tersebut harus bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak
toksik untuk hospes
intesis asam folat dari PABA dihambat oleh antimikroba maka kelangsungan
hidupnya akan terganggu. Dengan mekanisme kerja ini diperoleh efek
bakteriostatik. Contoh obat: sulfonamide, trimetoprim, asam p-aminosalisilat,
dan sulfonamide.
Antibiotik yang digunakan pada penyakit infeksi kuman adakalanya tidak bekerja
lagi terhadap kuman-kuman tertentu yang ternyata memiliki daya tahan kuat dan
menunjukkan resistensi terhadap obat tersebut.Secara garis besar kuman dapat
menjadi resisten terhadap suatu antimikroba melalui 3 mekanisme:
2. Inaktivasi obat
Mekanisme ini sering mengakibatkan terjadinya resistensi terhadap golongan
aminoglikosida dan beta laktam (penisilin dan sefalosporin) karena mikroba
mampu membuat enzim yang merusak kedua golongan AM tersebut (enzim
penisilinase).
1. Mutasi: proses ini terjadi secara spontan, acak dan tidak tergantung dari ada
atau tidaknya paparan terhadap AM. Mutasi terjadi akibat perubahan pada gen
mikroba mengubah binding site AM, protein transport, protein yang
mengaktifkan obat dan lain-lain.
2. Transduksi: keadaan suatu mikroba menjadi resisten karena mendapat DNA
dari bakteriofag (virus yang menyerang bakteri) yang membawa DNA dari
kuman lain yang memiliki gen resisten terhadap antibiotic tertentu. Mikroba
yang sering mentransfer resisten dengan cara ini adalah S. aureus.
Efek Samping :
1. Reaksi alergi
Reaksi alergi dapat ditimbulkan oleh semua antibiotik dengan melibatkan
sistem imun tubuh hospes. Terjadinya tidak tergantung pada besarnya dosis
obat.
2. Reaksi idiosinkrasi
Gejala ini merupakan reaksi abnormal yang diturunkan secara genetik terhadap
pemberian anti mikroba tertentu. Sebagai contoh 10% pria berkulit hitam akan
mengalami anemia hemolitik berat bila mendapat primakuin. Ini disebabkan
mereka kekurangan enzim glukosa-6-fosfat-dehidrogenase (G6PD).
3. Reaksi toksik
Efek toksik pada hospes ditimbulkan oleh semuajenis antimikroba. Tetrasiklin
dapat mengganggu pertumbuhan tulang dan gigi. Dalam dosis besar obat ini
bersifat hepatotoksik.
Kombinasi Antimikroba
Penggunaan kombinasi dua atau lebih antimikroba tidak dianjurkan, terapi terarah
lebih disukai, tetapi beberapa kombinasi dapatlah bermanfaat, yaitu:
B. ANTIBIOTIKA
1. Penisilin
Penisilin berasal dari jamur Penisilium notatum yang pertama kali ditemukan tahun
1929 oleh Alexander Fleming. Penisilin digolongkan ke dalam antibiotik beta-laktam
karena mempunyai ciri terdapat cincin beta-laktam di dalam struktur kimianya, yang
berperan penting dalam aktivitas biologis senyawa ini.
Mekanisme Kerja
Resistensi
Resistensi terhadap penisilin dan antibiotik beta-laktam lainnya disebabkan oleh
salah satu dari empat mekanisme umum.
Farmakokinetik
Penggunaan Klinis
4. Amoksisilin
Amoksisilin mempunyai aktivitas yang sama dengan ampisilin. Sifat
farmakokinetik amoksisilin adalah absorbsi per oral sebesar 80%, berikatan
dengan protein plasma sebesar 20% dan mempunyai waktu paruh 1-2 jam.
Dosis amoksisilin adalah 250-500 mg yang diberikan 3 kali sehari.
Efek Samping
Reaksi efek samping yang terpenting dari golongan penisilin adalah reaksi alergi
karena hipersensitasi, shok anafilaksis, diare, mual, muntah, nefrotoksisitas, dan
neurotoksisitas.
Penggunaan penisilin dianggap relatif aman bagi wanita hamil dan menyusui.
Interaksi
2. Sefalosporin
Sefalosporin termasuk antibiotika beta laktam yang struktur, khasiat dan sifat yang
mirip dengan penisilin. Sefalosporin dihasilkan oleh Cephalosporium acremonium.
Inti dasar sefalosporin adalah asam 7-aminosefalosporanat (7-ACA).
Sefalosporin mempunyai spektrum kerja yang luas, dan berkhasiat bakterisid pada
fase pertumbuhan kuman. Mekanisme kerja sefalosporin ialah menghambat
sintesis dinding sel mikroba.
Penggolongan
3. Generasi 3: Aktivitas terhadap kuman gram negatif lebih kuat dan lebih luas
meliputi pseudomonas dan bacteroides. Lebih resisten terhadap
betalaktamase. Contoh: sefoperazon, sefotaksim, seftizoksim, seftriakson,
sefotiam, sefiksim, dan sefprozil.
Resistensi
Dapat timbul dengan cepat, sehingga digunakan hanya untuk infeksi berat.
Efek Samping
Umumnya sama dengan obat golongan penisilin, hanya lebih ringan, seperti
gangguan lambung, usus, alergi, nefrotoksisitas (terutama generasi 1).
Farmakokinetik
1. Sefaleksin
Derifat sefalosporin ini tahan asam dan kurang peka terhadap enzim penisilinase.
penggunaannya terhadap stafilokokus yang resisten terhadap penisilin. Tidak aktif
terhadap kuman yang memproduksi sefalosporinase
1. Sefuroksim
Sefuroksi aktif terhadap kuman gram positif dan sejumlah kuman gram negatif,
seperti H. influenzae, Proteus sp, dan klebsiella. Sefuroksim digunakan pada
infeksi sedang hingga berat dari saluran pernapasan bagian atas dan gonore
dengan kuman yang memproduksi laktamase.
2. Sefotaksim
Indikasi
Kloramfenikol hampir tidak digunakan lagi karena toksisitasnya yang kuat,
resistensi dan tersedianya obat-obat lain yang lebih efektif. Bila tidak ada pilihan
lain kloramfenikol digunakan untuk demam tifoid Salmonella typhi, meningitis H.
Kontraindikasi
Resistensi
Efek Samping
Interaksi
Dosis
Zat Tersendiri
Tiamfenikol
4. Tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan suatu kelompok besar obat dengan struktur dasar dan
aktivitas yang serupa. Tetrasiklin dihasilkan oleh streptomyces aureofaciens
(klortetrasiklin) dan streptomyces rimosus (oksitetrasiklin).
Resistensi
Efek Samping
Efek samping pada penggunaan tetrasiklin secara oral mual, muntah, suprainfeksi,
dan lain-lain. Efek lainnya penyerapan pada tulang dan gigi yang baru terbentuk
sehingga dapat menyebabkan kelainan bentuk dan hambatan pertumbuhan. Efek
lainnya adalah hepatotoksik, nefrotoksik, dan fotosensitasi.
Interaksi
Tidak boleh digunakan bersama antasida dan susu karena membentuk kompleks
tak larut sehingga memengaruhi jumlah obat yang diabsorbsi kecuali doksisiklin
dan minoksiklin.
Zat Tersendiri :
1. Tetrasiklin
Tetrasiklin diindikasikan untuk infeksi saluran napas, acne, infeksi saluran kemih,
Helicobacter pylori, dan disentri basiler. Dosis yang digunakan untukinfeksi umum
adalah 250-500 mg empat kali sehari, sedangkan untuk klamidia adalah 500 mg empat
kali sehari
2. . Doksisiklin
Doksisiklin berkhasiat bakteriostatis terhadap kuman yang resisten terhadap tetrasiklin
dan atau penisilin
5. Aminoglikosida
Penggolongan
2. Antibiotik yang mengandung dua molekul gula amino yang dihubungkan oleh
molekul sikloheksana: kanamisin dan turunannya (amikasin, dibekasin),
gentamisin dan turunannya (netilmisin, tobramisin).
3. Antibiotik yang mengandung tiga molekul gula amino: neomisin, framisetin, dan
paromomisin.
Indikasi
Kontraindikasi
Resistensi
3. rendahnya afinitas obat pada ribosom yang disebabkan mutasi dari protein
ribosom tersebut.
Efek Samping
Interaksi
Zat Tersendiri :
a. Streptomisin
Streptomisin tidak diabsorbsi secara oral. Selain itu, distribusi ke dalam jaringan
dan cairan serebrospinal burk. Ikatan protein plasma streptomisin sebesar 35
dengan waktu paruh 2-3 jam.
b. Streptomisin diindikasikan untuk TBC yang resisten terhadap obat lain, dan
diberikan secara intramuskular.
d. Dosis streptomisin pada pasien TBC 0,5-1 secara intramuskuler setiap hari.
Sampar oleh yersinia pestis 1-2 gram satu kali sehari secara intramuskuler
1. Gentamisin
b. Efek samping gentamisin lebih ringan dari pada streptomisin dan kanamisin.
2. Amikasin
a. Amikasin didistribusikan dengan baik ke dalam organ dan cairan tubuh
kecuali pada cairan serebrospinal. Distribusi ke dalam cairan serebrospinal
meningkat ketika terjadi peradangan mada otak.
3. Neomisin
a. Farmakokinetik
a. Farmakokinetik
4. Klindamisin
a. Farmakokinetik