Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL

“Evaluasi Sediaan Infus volume basar natrium bikarbonat 1,39%”

Dosen Pengampu

Apt. Wafa, M. Farm

Kelas 03FARP001

Nama Kelompok 2 :

Adi Suardi Nurdin (221030490245)

Fina Rustiana (221030490242)

Naura Arzetti Maharani (221030490235)

Nisrina Salsabila (221030490233)

Shelvia Nur Aprilliany (221030490238)

PROGRAM STUDI D3 – FARMASI STIKES WIDYA DHARMA HUSADA


TANGGERANG
Jl. Padjajaran No. 1, Pamulang bar, kec. Pamulang kota Tanggerang Selatan, Banten 15415
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sediaan parenteral telah digunakan unutk pertama kalinya pada manusia sejak
tahun 1660. Akan tetapi perkembangan injeksi baru berlangsung tahuun 1852,
khususnya pada saat diperkenalklannya ampul gelas oleh Limousin (prancis) dan
Friedleader (jerman), seorang apoteker. Injeksi adalah pemakaian dengan cara
penyemprotan larutan atau suspense ke dalam tubuh untuk tujuan terpeutik atau
diagnostic. Parenteral dapat dilakukan ke dalam aliran darah, ke dalam jaringan
atau organ. Adapun istilah sediaan parenteral dan non parenteral. Sediaan
parenteral yaitu sediaan steril yang dimaksudkan untuk pemberian melalui
injeksi, infus, atau implant ke dalam tubuh. (Agoes, 2013).
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan emulsi, suspense atau serbuk yang
dilarukan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikan
dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau lendir. (Syamsuni, 2006).
Sediaan parenteral terdiri dari sediaan parenteral volume besar dan sediaan
parentral volume kecil. Sediaan parenteral volume besar disebut sebagai infus
intravena, yaitu dengan rute pemberian melalui intravena.
Infudabilia atau infus adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi,bebas
pyrogen dan sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah, dan disuntikan
langsung dalam vena dalam volume relative banyak. Tujuan pemberian infus
intravena diantaranya untuk mengganti cairan tubuh dengan mengimbangi jumlah
elektrolit dalam tubuh, dapat diberikan dalam jumlah besar dan terus-menerus
jika tidak dapat disuntikana secara biasa. (Syamsuni, 2006)
Sediaan yang dibuat yaitu infus intravena dengan bahan aktif Natrium
Bikarbonat. Kadar yang digunakan yaitu 1,39%. Natrium Bikarbonat cepat
menetralkan HCl lambung karena daya larutnya tinggi. Karbon dioksida (CO2)
sudah jarang digunakan sebagai antasida. Obat ini digunakan untuk mengatasi
asidosis metabolit, alkalinisasi urin dan pengobatan radikal prunitus. ( Syarif,
2012).

B. TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengetahui apakah terjadi perubahan atau kontaminasi pada sediaan
obat infus volume besar natrium bikarbonat 1,39%

C. MANFAAT PRAKTIKUM
Mahasiswa diharapkan dapat memahami cara yang baik dan benar dalam
melakukan evaluasi sediaan obat tetes hidung dengan jenis evaluasi yang
digunakan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Infus merupakan sediaan steril, berupa larutan atau emulsi dengan air sebagai fase
kontinu; biasanya dibuat isotonis dengan darah. Prinsipnya infus dimaksudkan untuk
pemberian dalam volume yang besar. Infus tidak mengandung tambahan berupa pengawet
antimikroba Larutan untuk infus, diperiksa secara visibel pada kondisi yang sesuai adalah
jernih dan praktis bebas partikel-partikel. Emulsi pada infus tidak menunjukkan
adanya pemisahan fase.
Sebagai cairan pembawa umumnya digunakann aqua pro injection. pH cairan
pembawa sedapat mungkin antara 5,5-7,5 dengan kapasitas dapar sedang, isotonis atau
hampir isotonis. Tidak boleh menggunakan minyak mineral atau minytak lemak.
(Anief, 1987)
Natrium bikarbonat merupakan obat yang dapat cepat menetralkan asam lambung
selain itu natrium bikarbonat juga dapat digunakan untuk mengatasi asidosis metabolit,
alkalinisasi urin dan pengobatan radikal prunitus.
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. ALAT DAN BAHAN

a. Alat :
 Beakerglass
 Gelas kimia
 Corong
 Kertas saring
 Ph meter
b. Bahan:
 Natrium bikarbonat
 Aquadest

B. PROSEDUR EVALUASI
Evaluasi sediaan dilakukan Ketika sediaan telah selesai dibuat dan dikemas.
Evaluasi dilakukan sesuai dengan bentuk sediaan yang dibuat. Namun dikarenakan kurangnya
waktu dan alat evaluasi, jadi yang dilakukan hanya evaluasi sediaan akhir berupa evaluasi
fisika yaitu:
a. Evaluasi fisik
1. Organeoleptis
Pemeriksaan biasanya dilakukan secara visual dengan Indera mata dengan
melihat warna, rasa, dan bau pada sediaan.
2. Uji kejernihan
Pemeriksaan dilakukan secara visual biasanya dilakukan dengan memeriksa
wadah bersih dari luar dibawah penerangan Cahaya yang baik, terhalang terhadap
refleksi di dalam matanya dan berlatar hitam dan putih
3. Penetapan pH
Dilakukan dengan menggunakan Ph meter atau indicator ph universal
sebelum digunakan cek elektroda dan jembatan garam.
4. Uji kebocoran wadah
Dilakukan dengan membalik botol sediaan dan dilihat apakah terjadi kebocoran atau
tidak pada sediaan tersebut.
BAB IV

HASIL

A. HASIL
Pada praktikum ini, dilakukan evaluasi sediaan farmasi steril yakni sediaan infus
volume besar natrium bikarbonat 1,39%, Adapun evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui kualitas mutu dari sediaan yang telah dibuat. Pada evaluasi ini digunakan empat
metode evaluasi secara fisika yang merupakan bagian dari evaluasi sediaan akhir dengan hasil
sebagai berikut:

1. Uji Organeoleptis

Waktu simpan warna Rasa Bau


0 hari Bening Tidak berasa Tidak berbau
7 hari b Bening Tidak berasa Tidak berbau

2. Uji Kejernihan

Waktu simpan Kejernihan


0 hari Bening / jernih
7 hari Bening / jernih

3. Uji Ph
Waktu simpan pH
0 Hari 7
7 Hari 7

4. Uji Kebocoran
Waktu Simpan Kebocoran
0 Hari Tidak bocor
7 Hari Tidak bocor
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pemastian mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat dengan tujuan untuk
memastikan bahwa obat yang dihasilkan memenuhi persyaratan mutu dan tujuan
pemakaiannya. Oleh karena itu pengawasan selama proses (in process control) produksi
sangat perlu dilakukan untuk menjaga kualitas dari sediaan farmasi yang dibuat. Pada
praktikum ini dapat disimpulkan bahwa bedasarkan hasil evaluasi selama 7 hari sediaan
obat infus volume besar natrium bikarbonat 1,39% tidak mengalami perubahan fisik baik
dari organoleptik (warna,rasa,dan bau), kejernihan, pH, dan juga kebocoran dimana
kondisinya sama seperti awal pembuatan sediaan
LAMPIRAN
NO UJI SEDIAAN HASIL DOKUMENTASI
1. Organeoleptis

-bau
-rasa

Anda mungkin juga menyukai