Anda di halaman 1dari 5

I.

DASAR TEORI
Antiseptik adalah zat-zat yang membunuh atau mencegah pertumbuhan
mikroorganisme. Istilah ini terutama digunakan untuk sediaan yang dipakai pada
jaringan hidup (Rahardjo, 2008). Antiseptik ialah obat yang dapat meniadakan atau
mencegah keadaan sepsis (Gunawan, 2007). Kata antiseptik berasal dari bahasa
yunani, yaitu sepsis =busuk. Menurut Morison (2003) menyatakan karakteristik
antiseptik yang ideal adalah:
1. Membunuh mikoorganisme
2. Tetap efektif terhadap berbagai macam pengenceran
3. Non-toksik terhadap jaringan tubuh manusia.
4. Tidak mudah menimbulkan reaksi sensitivitas, baik lokal maupun sistemik.
5. Bereaksi secara cepat.
6. Bekerja secara efisien, meski terdapat bahan-bahan organik.
7. Tidak mahal.
Tujuan penggunaan antiseptika pada kulit adalah untuk membasmi
mikroorganisme yang kebetulan berada di permukaan kulit, tetapi tidak
memperbanyak diri di tempat itu dan pada umumnya akan mati sendiri (transient
flora). Penggunaan yang lebih penting adalah untuk membasmi resident flora, yakni
jasad-jasad renik yang merupakan penghuni alamiah di kulit dan terutama terdiri dari
mikrokok pathogen, seperti Staphylococus epidermis, Corynebacteria, Propionibacteri
dan kadang-kadang Staphylococus aureus. Flora permanen ini terdapat pada lokasi
yang lebih dalam dan lebih sukar dihilangkan daripada flora transien. Antiseptika
dapat bersifat toksik bagi jaringan, menghambat penyembuhan luka dan menimbulkan
sensitasi. Antiseptika juga sukar mendifusi ke dalam kulit, karena terendap oleh
protein dan khasiatnya sering kali ditiadakan atau dikurangi oleh cairan tubuh.
Beberapa zat tidak tepat digunakan pada luka yang terbuka, karena bersifat toksik dan
merangsang bagi sel (Tjay dan Rahardja, 2007). Pada umumnya desinfektansia
memiliki khasiat bakterisid dengan spektrum kerja luas, yang meliputi bakteri Gram-
positif dan Gram-negatif, virus dan fungi.
Mekanisme Kerja Antiseptik Desinfektansia bekerja berdasarkan berbagai
proses kimiawi atau fisika dengan tujuan guna meniadakan risiko transmisi dari jasad
renik. Proses-proses adalah:
1. Denaturasi protein mikroorganisme.
2. Pengendapan protein dalam protoplasma.
3. Oksidasi protein.
4. Mengganggu sistem dan proses enzim.
5. Modifikasi dinding sel atau membran sitoplasma.
Tingtur yodium, yodium tingtur, atau larutan yodium lemah adalah antiseptik.
Biasanya 2–7% unsur yodium, bersama dengan kalium iodida atau natrium iodida,
dilarutkan dalam campuran etanol dan air. Larutan tingtur dicirikan oleh adanya
alcohol.
Betadine terpilih sebagai antiseptik yang digunakan NASA dalam
penerbangan luar angkasa. Selain sebagai obat luka serbaguna (solution), Betadine
juga tersedia dalam berbagai produk seperti obat kumur, shampoo, vaginal douche,
salep dan sabun cair. Betadine kini berkembang menjadi obat bebas terbatas tanpa
resep dokter.
Povidone iodine adalah suatu bahan organik dari bahan aktif polivinilpirolidon
yang merupakan kompleks iodine yang larut dalam air. Bekerja sebagai bakterisida
yang juga membunuh spora, jamur, virus dan sporozoa. Povidone iodine diabsorbsi
secara sistemik sebagai iodine, jumlahnya tergantung konsentrasi, rute pemberian dan
karakter kulit. Sifat Povidon Iodine Larut dalam air dan larutan etanol (95%) P,
praktis tidak larut dalam kloroform, dalam eter P, dalam karbontetraklorida P, dalam
aseton P dan dalam heksana P. Larutan povidon iodum mempunyai pH antara 1,5 dan
6,5 (Depkes, 1979).
Kegunaan dari Povidon Iodine Povidone iodine merupakan agen antimikroba
yang efektif dalam desinfeksi dan pembersihan kulit baik pra- maupun pascaoperasi,
dalam penatalaksanaan luka traumatik yang kotor pada pasien rawat jalan dan untuk
mengurangi sepsis luka pada luka bakar (Morison, 2003). Manfaat povidon iodine
berdasarkan kadarnya, yaitu:
1. Povidon iodine 10% untuk mengobati bermacam-macam luka.
2. Povidon iodine 7,5% sebagai sabun cair antiseptik untuk mandi, gatal-gatal
di kulit, membersihkan kulit dan tangan sebelum melakukan operasai,
membersihkan kulit yang akan dioperasi.
3. Povidon iodine 1% mempunyai indikasi untuk peradangan dan infeksi
mulut, tenggorokan, gigi,

II. ALAT DAN BAHAN


III. CARA KERJA
Pembuatan iodium tingtura

Buat Larutan kalium iodida

Tambahnkan Iodium sedikit demi


sedikit lalu aduk sampe larut

Tambahkan etanol sebanyak 5 ml


lalu aduk sampai homogen

Masukan dalam gelas ukur 10 ml lalu


tambahkan aquades samapai tanda
batas
1. Uji oraganoleptis
1.1 uji Bau

Siapkan sampel yang akan diuji

Bau sampel dengan cara mengkipas


kipaskan bagian atas wadah dengan
tangan

Cek apakah sampel mempunyai bau


yang menyengat / tidak mempunyai
bau

1.2 Uji Bentuk

Siapkan sampel yang akan diuji

Amati bentuk sediaan

1.3 Uji warna

Siapkan sampel yang akan diuji

Siapkan sampel yang akan diuji


2. Uji pH

Siapkan sampel yang akan diuji dan


siapkan kertas pH

Celupkan kertas ph ke dalam sampel


sampai semua bagian terkena

Cocokan warna pada kertas dengan


warna di wadah, amati berapa pH
nya
3. Uji volume tuang

Siapkan sampel yang akan diuji dan


gelas ukur

Tuang sampel ke gelas ukur sampai


habis

Liat volume pada gelas ukur, dan


samakan dengan etiket/ label
sampel
4. Uji viskositas

Siapkan sampel yang akan diuji

Pasanglah Viskotester pada klemnya


dengan arah horizontal / tegak lurus
dengan arah klem.

Rotor kemudian dipasang pada


viskotester dengan menguncinya
berlawanan arah jarum jam.

Masukkan sampel ke dalam


mangkuk, kemudian alat dihidupkan.

Catat berapa kekentalan sampel


setelah jarum pada viskositas stabil.
IV. HASIL

Uji Hasil
1. Organoleptis
a. Bau a. Tidak berbau
b. Warna b. Berwarna coklat
c. Bentuk c. Berbentuk cair/larutan
2. pH pH = 6
3. volume tuang Volume = 9,9 ml
4. viskositas Viskositas = 1,5 mPas

V. Pembahasan
Tingtur yodium, yodium tingtur, atau larutan yodium lemah adalah antiseptik.
Biasanya 2–7% unsur yodium, bersama dengan kalium iodida atau natrium iodida,
dilarutkan dalam campuran etanol dan air. Pada praktikum kali ini dilakukan beberapa
uji fisik sediaan Iodium tingtura meliputi Uji Organoleptis ( Bau Warna dan bentuk ),
Uji pH, uji volume tuang dan uji viskositas
Uji organoleptis merupakan uji yang bertujuan untuk mengetahui warna bau
dan bentuk sediaan , uji organoleptis terdiri dari 3 uji dimana uji pertama yaitu uji bau
, uji bau dilakukan dengan cara mengipas ngipaskan bau dari atas wadah sediaan ke
hidung untuk mendeteksi adanya bau yang menyengat atau tidak , uji bau dilakukan
dengan mengipas ngipaskan bau dari atas wadah untuk menghindari jika zat tersebut
beracun, Pada praktikum kali ini didapatkan sediaan tidak berbau dikarenakan
campuran iodium dan kalium iodide keduanya tidak berbau menyengat.,ke dua yaitu
uji bentuk uji bentuk sediaan dilakukan dengan mengamati bentuk sediaan apakah itu
padat cair atau gas pada praktikum kali ini didapatkan sediaan berbentuk cair karna
iodium tingtur merupakan antiseptic yang digunakan sebagai topical, uji yang ke tiga
yaitu uji warna dilakukan dengan melihat warna sediaan pada praktikum ini
didapatkan warna sediaan coklat karna adanya reaksi antara kalium iodida dengan
iodium.
Uji pH bertujuan untuk mengetahui pH sediaan termasuk dalam pH asam pH
basa maupun netral, pada uji ini didapatkan pH yaitu 6 dan termasuk pH Asam , Uji
pH sediaan dilakukan untuk melihat keamanan sediaan jika digunakan pada kulit
yaitu dengan menyamakan pH sediaan dengan pH kulit. pH kulit manusia berkisar
antara 4,5 - 6,5 (Noor, et al.,2009). Nilai pH sediaan masih memasuki range pH kulit
sehingga sediaan aman digunakan pada kulit .
Uji volume tuang bertujuan untuk memastikan volume sediaan apakah sesuai
dengan etiket atau tidak, dilakukan dengan menuang sediaan pada gelas ukur 10 ml
dan dibandingkan dengan volume yang tertera pada etiket yaitu 10 ml, didapatkan
hasil yaitu 9,9 ,masuk dalam kriteria karna kriteria standar yaitu tidak boleh kurang
dari 95% dari yang tertera pada etiket.

Anda mungkin juga menyukai