JURUSAN FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
KELOMPOK : III
HARI PRAKTIKUM :
PEMBIMBING : SESILIA RANTE PAKADANG
JURUSAN FARMASI
POLITEHNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam bidang ilmu mikrobiologi, untuk dapat menelaah bekteri
khususnya dalam skala laboratorium, maka terlebih dahulu kita harus dapat
menumbuhkan mereka dalam suatu biakan yang mana di dalamnya hanya
terdapat bakteri yang kita butuhkan tersebut tanpa adanya konstaminasi dari
mikroba lain.
Suatu mikroba memerlukan keadaaan sekitar yang sesuai maka akan
mempengaruhi sifat-sifat morfologi dan fisiologi dari jasad tersebut karena
aktifitas suatu jasad renik yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia
sebagai penyebab terjadinya infeksi dan menimbulkan berbagai masalah
penyakit maka penting artinya untuk melihat keefektifan dari suatau
desinfektan yang beredar di masyarakat.
Dewasa ini dimasyarakat beredar berbagai macam produk sediaan yang
bertujuan untuk membunuh kuman atau mikroorganisme. Produk tersebut ada
yang digunakan pada lingkungan yang sering disebut desinfektan dan ada
juga yang digunakan untuk makhluk hidup yang sering disebut antiseptik.
Untuk mengetahui daya hambat dari suatu antiseptik atau desinfektan
terhadap pertumbuhan mikroba yaitu dengan uji MIC (Minimum Inhibitory
Concentration) selain itu juga dapat dilakukan uji koefisien fenol. Uji
koefisien fenol adalah uji daya hambat suatu antiseptik atau desinfektan yang
dibandingkan dengan daya hambat dari fenol.
Percobaan ini dilakukan dengan tujuan untuk menilai sejau mana
tingkat kemampuan sediaan desinfektan dan antiseptik dalm membunuh
kuman sehingga masyarakat dapat benar-benar memilih produk sediaan yang
tepat.
B. Maksud Percobaan
Untuk mengetahui daya bunuh dari baku fenol dan daya bunuh dari
desinfektan(wipol) pada organisme tertentu.
C. Tujuan Percobaan
Untuk menentukan nilai koefesien fenol dari sampel antiseptika.
D. Prinsip Percobaan
Penentuan daya bunuh fenol dengan membandingkan daya bunuh dari
larutan fenol dengan daya bunuh dari sediaan uji (desinfektan) terhadap
bakteri uji pada kondisi yang sama pada kontak 5, 10, 15 menit.
BAB II
TUJUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Mikroorganisme terdapat dimana-mana disekitar kita. Mereka
menghuni tanah, air dan atmosfer planet kita. Adanya mikroorganisme di
planet lain diluar bumi kita telah diselidiki, namun sejauh ini kuar angkasa-
dalam (deep-spece probes) belum menampakkan adanya mikroorganisme
diluar bumi. Studi temtang mikroorganisme dilingkungan alamnya disebut
juga ekologi mikroba. Ekologi merupakan bagian biologi yang berkenaan
dengan studi mengenai hubungan organisme atau kelompok organisme
dengan lingkungannya. Penghuni suatu lingkungan tertentu dipandang
sebagai bagian suatu system ekologi atau ekosistem. Ekosistem yang paling
besar ialah planet bumi atau disebut juga biosfer (Hadjoetomo, 1988).
Kisaran suhu untuk aktivitas enzim menentukan sifat pertumbuhan
mikroorganisme. Suhu tertinggi di mana mikroorganisme masih dapat
tumbuh disebut suhu maksimum, sedangkan minimum adalah suhu terendah
di mana mikroorganise masih dapat tumbuh. Kisaran suhu tidak saja
mempengaruhi aktivitas enzim, namun mempengaruhi sifat fisik membran
sel. Permeabilitas membran sel tergantung pada kandungan dan jenis lipid.
Peningkatan 50-100 di atas suhu optimum dapat menyebabkan proses lisis dan
kematian sel mikroorganisme (Bibiana,1994).
Baik secara langsung maupun tak langsung, bahan buangan dari
manusia dan hewan, jasad mereka, serta jaringan tumbuhan-tumbuhan,
dibuang atau dikubur dalam tanah. Setelah beberapa lma, bahan-bahan
tersebut berubah menjadi komponen organik dan beberapa kumpulan
anorganik tanah. Perubahan-perubahan ini dilakukan oleh mikroorganisme
yaitu perubahan bahan organik menjadi substansi yang menyediakan nutrient
bagi dunia tumbuhan. Tanpa aktifitas mikroba maka segala kehidupan di
bumi ini lambat laun akan terhambat (Hadjoetomo, 1988).
Mikroorganisme dapat dipilahkan berdasarkan suhu optimum
tumbuhan. Mikroorganisme yang mempunyai suhu optimum diantara 00-200C
disebut psikofil. Mikroorganisme yang tumbuh cepat pada kisaran suhu 20 0-
500C disebut misofil, sedangkan mikroorganisme yang tumbuh pada kisaran
suhu 500-1000C theamofil. Beberapa mikroorganisme dapat bertahan pada
suhu tinggi meskipun pada suhu tersebut tidak dapat tumbuh, kelompok ini
disebut thermodurik (Bibiana, 1994).
Pada saat telah banyak ditawarkan berbagai macam diartikan sebagai
pembasmi mikroorganisme terutama ditujukan kepada benda mati. Pada
penandaannya yang memenuhi persyaratan telah dicantumkan cara
penggunaan produk yang sesuai sebagai bahan desinfektan. Namun demikian
banyak pula bahan-bahan desinfektan yang memuat cara-cara penggunaannya
pada komposisinya (Djide, 2003).
Antiseptik ialah obat yang dapat meniadakan atau mencegah keadaan
sepsis. Antiseptik ialah zat yang digunakan untuk membunuh atau mencegah
pertumbuhan mikroorganisme, biasanya digunakan pada jaringan hidup.
Desinfektan ialah zat yang digunakan untuk mencegah infeksi dengan
mematikan mikroba misalnya, sterilisasi alat kedokteran. Sterilisasi ditujukan
untuk membunuh semua mikroorganisme (Ganiswara, 1995).
Desinfektan dan antiseptik berbedadari anti jasad renik yang aktif
secara sistemik, karena zat-zat ini tidak memiliki toksisitas selektif. Daya
kerja anti jasad renik desinfektan ditentukan oleh kensentrasi, waktu dan suhu
dan penilaian efeknya mungkin rumit (Ernest, 1991).
B. Uraian Bahan
1. Aquadest (F.I. Ed. III hal 96)
a. Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
b. Nama Lain : Aquadest dan air suling
c. Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa.
d. Wadah : Dalam wadah tertutup baik
2. Phenolum (F.I.Ed. III hal 484)
a. Nama Resmi : PHENOLUM
b. Nama Lain : Fenol
c. Pemerian : Hablur, bentuk jarum dan massa hablur tidak
berwarna atau jambu, bau khas dan kausatik.
d. Kelarutan : Larut dalam 12 bagian air, mudah larut dalam
etanol, dalam kloroform P dan dalam minyak
lemak
e. Wadah : Dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari
cahaya
f. Khasiat : Antiseptikum Eksternum
4. Bakteri E.Coli
Kingdom : Procaryotae
Divisi : Protophyta
Kelas : Schzommycetes
Ordo : Eurobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Spesies : Escherichia coli
5. Wipol
Komposisi : Pine oil 0.5 %, BAC 0.75 %
BAB III
METODE KERJA
B. Prosedur Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibuat pengenceran larutan baku fenol dengan perbandingan 1:70,
1:80, 1:90, dan 1:100
Fenol 1 : 20 (5%) Aquadest (ml) Pengenceran
2 ml 5 2 1
𝑥 = 1 ∶ 70
7 20
2 ml 6 2 1
𝑥 = 1 ∶ 80
8 20
2 ml 7 2 1
𝑥 = 1 ∶ 90
9 20
1 ml 9 1 : 10 (I)
2 ml (I) 3 1 : 25 (I)
1 ml (I) 4 1 : 50 (I)
A. Data Pengamatan
1. Tabel Pengamatan
Pengenceran Pertumbuhan bakteri setelah kontak
Fenol 5 menit 10 menit 15 menit
1 : 70 + + -
1 : 80 - + +
1 : 90 + - +
1 : 100 + + -
Desinfektan 5 menit 10 menit 15 menit
1 : 10 - - -
1 : 25 + - -
1 : 50 + - -
1 : 100 - + -
Catatan : (+) Tumbuh bakteri.
(-) Tidak di tumbuhi bakteri.
2. Perhitungan
1 ∶ 90
𝐅/𝐃 = 1 ∶ 50
1 1
= ∶
90 50
1 50
= 𝑥
90 1
50
=
90
= 0,56
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa :
1. Koefisien fenol Wipol adalah 0,56 yang berarti fenol lebih efektif
dalam membunuh bakteri daripada sampel uji (wipol) karena
koefisien fenolnya kurang dari 1.
2. Pengenceran maksimum dari sampel adalah 11,2 ml.
B. Saran
1. Praktikan agar lebih memperhatikan atribut yang digunakan dalam
proses pengerjaan dan menerapkannya dengan benar.
2. Praktikan untuk lebih memperhatikan kebersihan dan lebih teliti agar
hasil dari pengamatan yang dilakukan itu benar-benar steril.
DAFTAR PUSTAKA
Dirten POM, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Depkes RI, Jakarta, Hal 43.
Dirten POM, 1997, Farmakope Indonesia Edisi III, Depkes RI, Jakarta, Hal 96.
1. Sampel
WIPOL
2. Sebelum Inkubasi
Pengenceran Desinfektan
1 : 10, 1 : 25, 1 : 50, 1 : 100
3. Setelah Inkubasi
a. Fenol
1 : 70 1 : 80
( 5 Menit, 10 Menit , 15 Menit) ( 5 Menit, 10 Menit , 15 Menit)
1 : 90 1 : 100
( 5 Menit, 10 Menit , 15 Menit) ( 5 Menit, 10 Menit , 15 Menit)
b. Desinfektan
1 : 10 1 : 25
( 5 Menit, 10 Menit , 15 Menit) ( 5 Menit, 10 Menit , 15 Menit)
1 : 50 1 : 100
( 5 Menit, 10 Menit , 15 Menit) ( 5 Menit, 10 Menit , 15 Menit)
4. Komposisi Media
Media Pw (pepton water), berfungsi sebagai media control.
Koposisi : Pepton 10 gram
Natrium klorida 5 gram
pH 7,5 pada suhu 250C
Cara pembuatan :
1. Ditimbang PW sesuai dengan perhitungan
2. Dilarutkan dengan aquadest sebanyak berapa yang ditimbang
3. Diaduk dengan menggunakan batang pengaduk hingga benar-benar
larut
4. Ditetesi dengan methylene blue hingga terbentuk warna yang jelas
5. Dimasukkan kedalam tabung reaksi atau gelas kimia
6. Tabung reaksi atau gelas kimia disumbat dengan menggunakan kapas,
kemudian dibungkus dengan menggunakan aluminum foil
7. Dimasukkan ke dalam autoklaf untuk disterilkan
5. Skema Kerja
Fenol Desinfektan
1 : 70 1 : 80 1 : 90 1 : 100 1 : 10 1 : 25 1 : 50 1 : 100
pengenceran 1 : 10.
Dalam waktu yang bersamaan, semua tabung reaksi yang berisi fenol dan sampel
ditambahkam 0,2 ml suspensi bakteri Staphylococcus epidermidis dan didiamkan.
Setelah didiamkan selama 5 menit, inokulasi satu ose dari semua pengenceran ke
dalam tabung reaksi yang berisi media pw 5 ml.