Anda di halaman 1dari 24

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI ANALISIS


JURUSAN FARMASI

PERCOBAAN IV
“UJI KOEFISIEN FENOL SUATU DESINFEKTAN”

DISUSUN OLEH:
PEMINATAN BAHAN ALAM

ASISTEN: FARDHANY EKAPUTRA, S.Farm

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2023
BAB I
PENDAHULUAN

II.1 Latar Belakang


Meskipun panas sinar ultraviolet sangat efektif untuk proses sanitasi, hingga
kini industri makanan masih sangat tergantung pada disinfektan kimiawi.
Disinfektan tersebut akan membasmi sebagian besar mikroba, meskipun tidak
100 persen. Yang penting adalah karyawan wajib mempertimbangkan bahwa
spora mikroba bisa bertahan terhadap disinfektan. Jadi permukaan yang
sudah diberi disinfektan adalah tidak steril. Dalam peraturan (GMP),
disyaratkan penggunaan alat kimia yang cukup dalam dosis yang dianggap
aman. Sangat penting untuk mengikuti petunjuk penggunaannya dari pabrik.
Efektifitas dari disinfektan tergantung pada jenis dan konsentrasinya, lama
kontak, suhu dan pH. Sangat tidak berguna untuk melakukan disinfeksi suatu
alat yang kotor. Karena disinfektan menjadi tidak efektif. Diinfeksi yang
lazim adalah klorin, jod dan amonium quarterner. Disinfektan tersebut
dilarutkan dalam air (Swacita dan Suardana., 2023).

Disinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya


infeksi atau pencemaran oleh jasad renik atau obat untuk membasmi kuman
penyakit. Pengertian lain dari disinfektan adalah senyawa kimia yang bersifat
toksik dan memiliki kemampuan membunuh mikroorganisme yang terpapar
secara langsung oleh disinfektan. Disinfektan tidak memiliki daya penetrasi
sehingga tidak mampu membunuh spora bakteri, virus, kuman atau
mikroorganisme lainnya yang berbahaya (Handayani., 2019).

Aplikasi dalam bidang farmasi adalah seorang farmasis dapat


mengaplikasikan metode pengujian fenol sehingga mengetahui kekuatan
antimikroba pada disinfektan yang telah diformulasi untuk pengembangan
sediaan farmasi. Hal ini yang melatar belakangi percoobaan ini .
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Memahami cara melakukan uji koefisien fenol pada suatu desinfektan
super pell.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Mengetahui cara melakukan uji koefisien fenol pada suatu desinfektan
super pell.

I.3 Manfaat Percobaan


Mengetahui dan memahami cara melakukan uji koefisien fenol pada suatu
desinfektan super pell.

I.4 Prinsip Percobaan


Prinsip percobaan kali ini yaitu dilakukan uji koefisien fenol padasuatu
desifektan dengan menggunakan sampel superpell dengan perbandingan 1:60,
1:80, dan 1:100.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori


Koefisien fenol merupakan hasil bagi dari faktor pengenceran tertinggi
desinfektan dengan faktor pengenceran tertinggi fenol baku yang masing-masing
dapat membunuh bakteri uji dalam masa kontak 10 menit tetapi tidak dalam
masa kontak 5 menit. Salah satu jenis antimikroba yang sering digunakan adalah
desinfektan. Salah satu desinfektan yang ideal adalah memiliki aktivitas
antimikroba dengan spectrum luas pada konsentrasi rendah, harus dapat larut
dalam air atau pelarut lain sampai konsentrasi yang diperlukan untuk dapat
digunakan secara efektif. Desinfektan juga harus stabil, tidak beracun pada
manusia, aktif pada suhu kamar, tidak menimbulkan karat dan warna, mampu
menghilangkan bau, memiliki kemampuan sebagai deterjen dan pembersih dan
tersedia dalam jumlah yang memadai dengan harga yang terjangkau. Angka
koefisien fenol yang kurang dari 1 menunjukkan bahwa Senyawa yang bersifat
antimikroba tersebut kurang efektif dibandingkan fenol (Shufyani et al., 2019).

Untuk menguji efektivitas senyawa kimia dalam menghambat pertumbuhan


mikrooganisme maka dilakukan uji efektifitas. Salah satunya adalah uji
koefisien fenol. Pengujian dilakukan dengan membuat seri pengenceran fenol
dan disinfektan yang akan diuji. Mikroorganisme yang digunakan untuk
pengujian adalah Salmonella typhi dan Staphylococcus aureus yang
ditambahkan pada setiap seri pengenceran. Inkubasi dilakukan pada suhu 20 atau
37°C dalam water bath. Setiap interval waktu 5 menit dilakukan sampling untuk
ditumbuhkan dalam medium selama 2 hari. Konsentrasi paling tinggi yang tidak
nampak pertumbuhan setelah 10 menit namun nampak setelah 5 menit dianggap
sebagai konsentrasi yang efektif. Koefisien fenol dihitung dengan
membandingkan antara senyawa kimia yang diuji dengan senyawa fenol
(Hidayat et al., 2018).

Desinfektan adalah zat atau larutan kimia yang berfungsi untuk menghilangkan
atau membunuh mikroorganisme pada intrumen. Desinfektan biasanya bersifat
korosif dan tidak aman untuk digunakan pada kulit manusia. Desinfektan yang
sering digunakan ialah natrium hipoklorit 5,25% contohnya bahan pemutih
pakaian dalam produk rumah tangga. pengenceran yang direkomendasikan ialah
1: 100 untuk dekontaminasi permukaan dari tumpahan darah atau cairan tubuh
yang tidak terlalu bany. Ketika terdapat kontaminan dalam jumlah yang banyak
maka digunakan pengenceran 1: 10 agar efektif untuk mendekontaminasi,
dibutuhkan waktu + 10 menit bagi desinfektan untuk mendekontaminasi suatu
permukaan alat (Permata et al., 2021).

Evaluasi desinfektan dimana desinfektan yang digunakan harus dievaluasi secara


berkala untuk mengetahui pengenceran yang dilakukan pada desinfektan
tersebut efektif membunuh bakteri. Metode yang digunakan antara lain Metode
Koch dimana spora Bacillus anthracis dikeringkan kemudian diberikan
desinfektan disuse dan dipindahkan kemedium padat, Metode Walker Rideal
dimana metode ini tergantung pada perhitungan koefisien fenol, Uji Chick
Martin dimana uji ini hampir sama dengan metode Walker Rideal yaitu
menentukan koefisien fenol pada desinfektan (Nasri et al., 2023).

Fenol adalah senyawa organic yang memiliki beragam aplikasi diberbagai


industry, termasuk kesehatan. Dalam bidang kesehatan, larutan fenol telah
digunakan dalam berbagai konteks mulai dari antiseptic untuk perawatan luka
hingga obat dalam pengobatan spesifik. Fenol (C6H5OH) merupakan senyawa
kimia yang memiliki sifat antiseptic dan desinfektan yang kuat. (Murtafi’ah et
al., 2023).
II.2 Uraian Bahan
1. NaCL Fisiologis 0,9% (FI Edisi IV, 1995; 1184)
Nama resmi : NATRIUM KLORIDA
Nama lain : Cairan infus
RM/BM : NaCl/58.44

Rumus
:
struktur (Pubchem, 2023)
Kristal tidak berbau warna atau serbuk
Pemberian : Kristal putih, tiap 1 g setara dengan
17,1 mmol Nacl.
1 bagian larut dalam 3 bagian air, 10
Kelarutan :
bagian gliserol.
Khasiat : Zat tambahan
Menjaga kesembangan ion sel
Kegunaan :
mikroba.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Persyaratan
: -
kadar
2. Alkohol (FI Edisi III, 1979; 65)
Nama resmi : ACTHANOLUM

Nama lain : Etanol, alkohol

RM/BM : C2H6O/46,07

Rumus struktur :

(Pubchem, 2023)

Cairan tidak berwarna, jernih, mudah


menguap dan mudah terbakar dan
Pemberian :
memberikan nyala biru yang tidak
berasap.

Sangat mudah larut dalam air, dalam


Kelarutan :
kloroform P dan eter P.

Khasiat : Zat tambahan

Kegunaan : Desinfektan

Dalam wadah tertutup rapat, terlindung


Penyimpanan : dari cahaya di tempat sejuk, jauh dari
nyala api.

Mengandung tidak kurang dari 94,7%


Persyaratan
: atau 92,0% dan tidak lebih dari 9 5,2%
kadar
atau 92,7% C2H6O.
II.3 Uraian Sampel
1. Superpell (Rollando, 2019)
Nama produk : SUPERPELL
Natrium Lauril Eter Sulfat 1,5%
Komposisi :
Secondary Alcohol Ethoxylate 1%
Unit : 1 Pe
Scient : Yellow lemon glinger
Volume (ml) : 770
Berat (kg) : 0,7
Tanggal terdaftar 20 November 2012
Diproduksi oleh : PT. Unilever Indonesia TBK.
Terakhir diperbaharui : 11 Mei 2023
II.4 Uraian Media
Nutrient Broth (Setiaji, J., et al., 2015).
NB (Nutrient Broth) merupakan medium yang memiliki kegunaan sebagai
medium untuk menumbuhkan bakteri sama seperti medium NA.
Komposisi (g/L) :
Pepton 5.0
Sodium chlorida 5.0
Lab-lemco’ powder 1.0
Yeast extract 2.0
II.5 Uraian Bakteri
1. Staphylococcus aureus (Rollando, 2019)
Kingdom : Monera
Division : Firmicutes
Class : Firmibacteria
Order : Eubacteriales
Family : Micrococcaceae
Genus : Staphylococcus
Species : Staphylococcus aureus
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Alat dan bahan
III.1.1 Alat
1. Tabung reaksi 8. Korek Api
2. Bunsen 9. Neraca analitik
3. Erlenmeyer 10. Kawat ose
4. Oven 11. Stopwatch
5. Lemari pendingin 12. Tabung durham
6. Kamera 13. Incubator
7. Autoklaf

III.1.2 Bahan
1. Nacl fisiologis
2. Alcohol
3. Superpel
4. Ketas Hvs
5. Masker
6. Handscoon
7. Tisu
8. Label

III.1.3 Uraian Media


1. Nutrient Broth (NB)

III.I.4 Uraian Bakteri


1. Staphylococcus aureus

III.I.5 Sampel
1. Super pell
III. 2 Cara Kerja
III.2.1 Sterilisasi Alat
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Erlenmeyer dan tabung reaksi dibungkus bagian mulut alat
dengan kapasndan alfol.
3. Dibungkus Erlenmeyer dengan kertas.
4. Disterilkan dengan oven selama 1 jam dengan suhu 121 ºC.

III.2.2 Pembuatan Media NB


1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Ditimbang medium NB 3,2 gr dan dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer.
3. Diambil aquadest sebanyak 400 ml kemudian dimasukkan ke
dalam Erlenmeyer.
4. Dikocok hingga homogen, setelah itu ditutup mulut Erlenmeyer
dengan kapas dan aluminium foil.
5. Dimasukkan ke dalam autoklaf dengan suhu 121ºC.

III.2.3 Pembuatan Suspensi Bakteri


1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Ditambahkan 5 ml NaCl kedalam tabung reaksi.
3. Diose 1 kali bakteri dan dimasukkan kedalam tabung reaksi.
4. Dihomogenkan dengan menggunakan vortex.

III.2.4 Penyiapan Sampel Bakteri Uji


1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Dimasukkan 5 ml NB kedalam 15 tabung reaksi.
3. Dimasukkan aquadest dan desinfektan dengan konsentrasi 1 : 60,
1 : 80 dan 1 : 100 kedalam masing-masing tabung reaksi
sebanyak 5 tabung reaksi.
4. Dicelupkan ose pada suspense bakteri lalu dicelupkan kedalam
tabung reaksi untuk konsentrasi 1 : 60 ditunggu selama 5 menit, 1
: 80 ditunggu selama 1 menit dan 1 : 100 ditunggu selama 15
menit.
5. Divorteks dan diinkubasi selama 1 x 24 jam.
III.3 Skema Kerja
III.3.1 Sterilisasi Alat
Alat dan Bahan
Disiapkan
Erlenmeyer dan Tabung Reaksi
- Dibungkus bagian
mulut alat
menggunakan kapas
dan alfol.
- Dibungkus dengan
kertas.
- Disterilkan 1 jam suhu
121º C.
Oven

III.3.2 Pembuatan Media NB


Alat dan Bahan
- Ditimbang 3,2 g NB
- Aquadest 400 ml
Erlenmeyer
- Disterilkan pada suhu
121ºC
Autoklaf
III.3.3 Pembuatan Suspensi Bakteri
Alat dan Bahan
- Ditambahkan 5 ml
NaCl
Tabung Reaksi
- Diambil 1 ose bakteri
- Dihomogenkan
Vortex

III.3.4 Pengujian Sampel Bakteri Uji

Alat dan Bahan

- 5 ml NB

15 Tabung Reaksi

- Aquadest + Desinfektan

1 : 60 1 : 80 1 : 100

5 Tabrex 5 Tabrex 5 Tabrex

Ose suspense Ose suspense Ose suspense


bakteri bakteri bakteri

Tabrex Tabrex Tabrex


5 menit
10 menit 15 menit

Vortex

Inkubasi

- 24 jam

Amati
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Pengamatan


IV.1.1 Tabel Pengamatan
Waktu
Konsentrasi Gambar
5 menit 10 menit 15 menit

1 : 60 (-) (-) (-)

1 : 80 (-) (-) (-)

1 : 100 (+) (+) (+)

Ket: (+) = Jika ada pertumbuhan.


(-) = Jika tidak ada pertumbuhan.
IV.2 Analisis Data
1. Jumlah Sampel Yang Digunakan
1. Desinfektan : NaCl Fisiologis
a. Konsentrasi 1: 60 dalam 5 ml
1
Desinfektan = × 5 ml = 0, 08 ml
61
60
Aquadest = × 5 ml = 4,91 ml
61

b. Konsentrasi 1:80 dalam 5 ml


1
Desinfektan = 81
× 5 ml = 0, 06 ml
80
Aquadest = × 5 ml = 4,93 ml
81

c. Konsentrasi 1:100 dalam 5 ml


1
Desinfektan = × 5 ml = 0, 04 ml
101
100
Aquadest = × 5 ml = 4,95 ml
101

2. Perhitungan Koefisien Fenol


Waktu
Konsentrasi 5 menit 10 menit 15 menit

1 : 60 (+) (-) (-)


1 : 80 (-) (-) (-)
1 : 100 (-) (-) (-)
Ket: (+) = Jika ada pertumbuhan.
(-) = Jika tidak ada pertumbuhan.

Perhitungan Koefisien Fenol


Pengenceran tertinggi desinfektan membunuh bakteri
Koefisien Fenol = Pengenceran tertinggi fenol membunuh bakteri
0.01
Koefisien Fenol = 0,025 = 0,4
IV.3 Pembahasan
Uji koefisien fenol adalah uji yang dilakukan untuk membandingkan
aktivitas suatu produk desinfektan dengan daya bunuh fenolbaku dalam
kondisi uji yang sama (Shufyani et al., 2019).

Tujuan dari percobaan ini adalah mengetahui cara melakukan uji koefisien
fenol pada suatu desinfektan super pell.

Prinsip percobaan kali ini yaitu dilakukan uji koefisien fenol padasuatu
desifektan dengan menggunakan sampel superpell dengan perbandingan
1:60, 1:80, dan 1:100.

Alat yang digunakan pada percobaan adalah tabung reaksi, Bunsen,


Erlenmeyer, oven, lemari pendingin, autoklaf, korek api, neraca analitik,
kawat ose, incubator, stopwatch dan kamera hp. Bahan yang digunakan
adalah Nacl fisiologi, alcohol, kertas HVS, masker, handscoon, kapas, tissue
dan label. Sampel yang digunakan adalah super pell. Media yang digunakan
adalag media NB (Nutrient Broth). Bakteri yang digunakan adalah
Staphylococcus aureus.

Cara kerja pada sterilisassi alat yaitu disiapkan alat dan bahan. Kemudian
Erlenmeyer dan tabung reaksi ditutup bagian mulut alat dengan
menggunakan kapas dan aluminium foil. Setelah itu, dibungkus lagi dengan
kertas dan diterilkan dengan menggunakan autoklaf selama 1 jam dengan
suhu 121ºC.

Cara kerja pada pembuatan media NB yaitu disiapkan alat dan bahan.
Ditimbang NB sebanyak 3,2 g dan dimasukkan kedalam Erlenmeyer.
Kemudian dimasukkan aquadest sebanyak 400 ml kedalam Erlenmeyer.
Setelah itu dimasukkan kedalam autoklaf dengan suhu 121ºC.
Cara kerja pembuatan suspense bakteri yaitu disiapkan alat dan bahan.
Ditambahkan 5 ml NaCl kedalam tabung reaksi. Kemudian diambil 1 ose
bakteri dan dimasukkan kedalam tabung reaksi. Setelah itu, dihomogenkan
dengan menggunakan vortex.

Cara kerja penyiapan sampel bakteri uji yaitu disiapkan alat dan bahan.
Dumasukkan 5 ml NB kedalam 15 tabung reaksi. Kemudian ditambahkan
aquadest dan desinfektan pada konsentrasi 1:60, 1:80, dan 1:100 kedalam
masing masing tabung reaksi sebanyak 5 tabung reaksi. Dicelupkan ose
kedalam suspense bakteri lalu dicelupkan lagi kedalam tabung reaksi
konsentrasi 1 : 60 ditunggu selama 5 menit, 1 : 80 ditunggu selama 10 menit,
1 : 100 ditunggu selama 15 menit. Setelah itu, divortex dan diinkubasi
selama 1 x 24 jam.

Alasan dilakukan sterilisasi alat yaitu untuk mendapatkan kondisi bebas


mikroorganisme atau membunuh semua bentuk kehidupan terutama
mikroorganisme (Hafsan, 201).

Alasan fenol dijadikan pembanding karena frnol sering digunakan untuk


membunuh mikroorganisme (Shufyani et al., 2019).

Alasan digunakan Nutrient broth (NB) yaitu sebagai media pembiakan


bakteri (Mulyadi et al., 2019).

Hasil yang didapatkan pada percobaan ini, yaitu pada sari pengenceran 1:60 ,
1:80 dan 1:100 tidak ditemukan adanya keruhan dan hasil dari koefisien
fenol yang didapat adalah 0,4. Hal ini tidak sesuai dengan literatur menurut
Christian, et al (2020) yang menyatakan bahwa kemampuan suatu
desinfektan dalam membutuh mikroorganisme ditunjukkan pada adanya
kekeruhan pada media broth yang diinkubasi 1x24 jam dan nilai koefisien
fenol dikatakan kurang baik apabila nilainya <1 sedangkan suatu desinfektan
dikatakan baik apabila nilainya ≥ 2.

Aplikasi dalam bidang farmasi adalah seorang farmasis dapat


mengaplikasikan metode pengujian fenol sehingga mengetahui kekuatan
antimikroba pada disinfektan yang telah diformulasi untuk pengembangan
sediaan farmasi.
BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Uji koefisien fenol merupakan pengujian mikrobiologi untuk mengetahui
perbandingan keampuhan suatu bahan antimikroba dibandingkan dengan
fenol sebagai standar dalam membunuh bakteri.
2. Hasil nilai koefisien fenol yang didapatkan adalah 0,44.

V.2 Saran
Sebaiknya praktikan bisa lebih terampil lagi dalam penggunaan alat-alat di
laboratorium mikrobiologi dan lebih memahami prosedur kerja, agar hasil yang
didapatkan bisa bisa sesuai dengan SOP.
DAFTAR PUSTAKA

Christian, K., et al (2020). Uji Koefisien Fenol Benzalkonium Klorida Dan Pine Oil
Terhadap Staphylococcus Epidermidis. Journal of Pharmaceutical Science
and Medical Research. 3(1).

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1979). Farmakope Indonesia Edisi III.


Jakarta: KEMENKES.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV.


Jakarta: KEMENKES.

Handayani, R. (2019). Buku Ajar Ilmu Keshatan Masyarakat. Bandung: IRDH Book
Publisher.

Hidayat, N., Irene, M., Neti, Y. (2018). Mikroorganisme dan Pemanfaatannya.


Malang: UB Press.

Murtafi’ah, N., Revita, P. H., Andi, N. A. (2023). Bakteriologi 1. Padang: Get Press
Indonesia.

Mulyadi, M., Wuryanti., Sarjono, P., R. (2019). Konsentrasi Hambat Minimum


(KHM) Kadar Sampel Alang-Alang (Imperata cylindrica) dalam Etanol
Melalui Metode Difusi Cakram. Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi. 20(3). 130-
135.

Nasri., Hariyadi, D. S., Istianatus, S. (2023). Teknologi Sediaan Steril. Padang: Get
Press Indonesia.

Permata, S. M., Nisa, K. K., Amalia, S. (2021). Petunjuk Praktikum Hematologi


Dasar. Aceh: Yayasan Penerbit Muhammad Zaini.

Pubchem. (2023). Diakses pada tanggal 6 desember 2023. Pada pukul 08.00 wita.
Rollando. (2019). Senyawa Antibakteri Dari Fungi Endofit. Malang: Cv. Seribu
Bintang.
Shufyani, F., Pratiwi, A., dan Siringoringo, W., P. (2018). Koefisien Fenol Produk
Desinfektan yang Beredar Di Salah Satu Supermarket Kota Lubuk Pakam.
Jurnal Penelitian Farmasi Herbal. 1(1).

Setiaji, J., Johan, T. I., & Widantari, M. (2015). Pengaruh gliserol pada media Tryptic
Soy Broth (TSB) terhadap viabilitas bakteri Aeromonas hydrophila.
Dinamika Pertanian, 30(1), 83-91.

Shufyani, F., Pratiwi, A., & Siringoringo, W. P. (2018). Koefisien Fenol Produk
Desinfektan Yang Beredar Di Salah Satu Supermarket Kota Lubuk Pakam.
Jurnal Penelitian Farmasi Herbal, 1(1), 11-16.

Swacita, I. B. N & Suardana, I. W. (2023). Kesehatan Masyarakat Veteriner dan One


Health. Jakarta: Prenada Media.

Anda mungkin juga menyukai