Anda di halaman 1dari 10

LAPORA LAPORAN PRAKTIKUM

SANITASI DAN KEAMANAN PANGAN

DESINFERKTAN DAN ANTISEPTIK

Disusun Oleh:

Kelompok 2

Aprilisa Siwi Lestari 2013340003

Firda Sabhrina 2013340054

Anne Meilinda 2013340074

JurusanTeknologiPangan

FakultasTeknologIndustriPertanian

UniversitasSahid Jakarta

2015
Judul : Uji Desinfektan dan Antiseptik
Tanggal Praktikum : 25 November 2015

1. Tujuan Percobaan
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui pengertian dari desinfektan
dan antiseptik dan mengenal berbagai jenis desinfektan dan antiseptik. Serta, mengetahui
efektivitas suatu desinfektan dan anti septik dalam mematikan atau pun menghambat
pertumbuhan mikroorganisme dengan menggunakan metode cakram kertas saring.

2. Teori Dasar
Antiseptik merupakan suatu senyawa yang dapat mencegah pertumbuhan atau
kerja dari mikroorganisme (bakteri, jamur, dan lain-lain), baik dengan cara
menghancurkannya atau menghambat pertumbuhan dan aktifitasnya. Sedangkan
desinfektan adalah suatu bahan kimia yang dapat membunuh berbagai macam
pertumbuhan mikroba tetapi tidak dalam bentuk spora yang tahan dari mikroba penyebab
penyakit. Desinfektan umumnya membunuh seluruh mikroorganisme dan utamanya
dapat membunuh mikroorganisme patogen pada benda mati maupun benda hidup.
Desinfektan menurut kemampuannya dalam membunuh beberapa kelompok
mikroorganisme dibedakan menjadi desinfektan tingkat tinggi yang dapat membunuh
jenis-jenis virus tertentu untuk mendesinfeksi permukaan dapapat dipakai salah satudari
tiga golongan desifektan seperti iodophor, turunan fenol, atau sodium hipoklorit (Fardiz,
1992 dalam Fauziyah 2014).
Kelompok utama desinfektan yaitu: golongan aldehid (efektif terhadap bakteri
vegetatif, fungi dan virus sedangkan spora mati setelah 10 jam), alkohol , halogen , fenol
dan fenol terhalogenasi, garam ammonium kuartener, pengoksidasi, dan biguanida
(efektif terhadap gram positif ataupun negatif). Desinfektan dapat dikatakan ideal jika
memiliki 10 kriteria, yaitu:
a. Bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroo rganisme pada suhu
kamar
b. Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur dan
kelembaban
c. Tidak toksik pada hewan dan manusia
d. Tidak bersifat korosif
e. Tidak berwarna dan meninggalkan noda
f. Tidak berbau/ baunya disenangi
g. Bersifat biodegradable/ mudah diurai
h. Larutan stabil
i. Mudah digunakan dan ekonomis
j. Aktivitas berspektrum luas
Desinfektan yang tidak berbahaya dalam permukaan tubuh dapat digunakan dan bahan
tersebut dinamakan antiseptik. Tetapi tidak semua bahan desinfektan adalah bahan
antiseptik karena ada batasan dalam penggunaan antiseptik. Bahan kimia tertentu yang
terdapat pada desinfektan atau antiseptik merupakan zat aktif dalam proses desinfeksi
dan sangat menentukan efektifitas fungsi serta target mikroorganisme yang akan
dimatikan (Nurbani, 2010). Salah satu golongan desinfektan yang digunakan adalah
fenol. Fenol merupakan larutan jernih, tidak mengiritasi kulit dan dapat digunakan untuk
membersihkan alat yang terkontaminasi oleh karena itu tidak dapat dirusak oleh zat
organik. Zat ini bersifat virusidal dan sporosidal yang lemah. Namun karena sebagian
besar bakteri dapat dibunuh oleh zat ini, golongan ini banyak digunakan sebagai
pembersih di rumah sakit dan laboratorium.
Fenol adalah salah satu contoh desinfektan yang efektif dalam membunuh kuman
pada konsentrasi rendah. Daya bunuhnya disebabkan karena fenol mempresipitasikan
protein secara aktif dan selain itu juga merusak membran sel dengan menurunkan
tegangan permukaannya (Odeyoni, 2013). Oleh karena itu, fenol dijadikan sebagai
standar pembanding untuk menentukan aktivitas suatu desinfektan dengan persetujuan
para ahli dan peneliti. Kandungan pine oil 2,5% pada produk wipol, merupakan bahan
aktif dari desinfektan yang termasuk golongan phenolic. Pine oil akan bekerja dengan
cara mempresipitasikan protein secara aktif dan selain itu juga merusak membran sel
dengan menurunkan tegangan permukaannya (Odeyoni, 2013).
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan
kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan
jalan membunuh mikroorganisme patogen (Nurbahri, 2010). Beberapa variabel yang
mempengaruhi keefektifan dari desinfeksi adalah sebagai berikut:
 Konsentrasi (Kadar)
Konsentrasi yang digunakan akan bergantung kepada bahan yang akan
didesinfeksi dan pada organisme yang akan dihancurkan.
 Waktu
Waktu yang diperlukan mungkin dipengaruhi oleh banyak variable.
 Suhu
Peningkatan suhu mempercepat laju reaksi kimia.
 Keadaan Medium Sekeliling
pH medium dan adanya benda asing akan sangat mempengaruhi proses desinfeksi
Dalam uji desinfektan dan antieptik kali ini menggunakan metode difusi cakram yaitu
metode dengan menggunakan kertas berbentuk lingkaran yang mengandung desinfektan
dan akan berdifusi pada media yang akan diujikan sehingga desinfektan dapat tersebar
merata dan dapat dilihat keefektifan pembunuhannya.

3. Alat dan Bahan


Alat Bahan
1) Cawan petri sedang (steril) 1) Media NA
2) Oven 2) Cakram Kertas Saring
3) Inkubator 3) Wipol
4) Bunsen 4) Alkohol
5) Pinset 5) Kultur Staphylococcus
6) Ose
7) Kapas
8) Tissu

4. Cara Kerja
1) Inokuasikan satu ose kultur cair Staphylococcus aureus atau Pseudomonas
aeruginosa ke dalam cawan petri steril,
2) Tuangkan atau tambahkan nutrient agar steril sebanyak 15-20 ml kedalam cawan
petri dan agar dibiarkan memadat,
3) Rendam dua cakram kertas saring kedalam larutan desinfektan (lisol, wipol,
alkohol 96 %) atau antiseptik (antis),
4) Letakkan satu cakram kertas saring (diameter ½ inc) pada bagian tengah cawan
yang mengandung organisme,
5) Inkubasi (jangan dibalik) pada suhu 370 C selama 48 jam,
6) Amati zone penghambatan pertumbuhan yang terbentuk di sekeliling cakram kertas
saring. Ukur diameter dimana tidak terjadi pertumbuhan. Diameter zone
penghambat diukur dari tepi kertas hingga tepi pertumbuhan dan dilakukan dari
bawah medium, bukan dari permukaan medium.

5. Data Pengamatan
 Data pengamatan kefektifan desinfektan terhadap media yang mengandung
bakteri Staphylococcus aureus

Kelompok Jenis Desinfektan Ukuran Diameter Jenis Komposisi


atau Antiseptik Cakram Kertas Bahan
Saring (Luas Zona
Hambat dalam cm)
1 Lisol I = 0,6-0,5 = 0,1 Kresol 50 % dan
II = 0,6-0,5 = 0,1 Minyak Nabati
50 %
2 Wipol I = 0.8-0,5 = 0,3 Pine Oil 2,5 %
II = 1,1-0,5 = 0,6
3 Antis I = 0,7-0,5 = 0,2 Etanol 62 % dan
II = 0,7-0,5 = 0,2 Moisturizer
4 Alkohol 96 % I = Tidak ada area Alkohol 96 %
bening
II = Tidak ada area
bening

7. Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan pada uji desinfektan dan antiseptik
terhadap media yang mengandung S.aureus menggunakan wipol, didapatkan luas zona
hambat sebesar 0,3 dan 0,6 cm. Daya hambat ini dapat dikatakan cukup besar karena jika
dibandingkan dengan data pada kelompok lain. Daya hambat desinfektan kelompok lain
lebih kecil dari pada dengan menggunakan wipol. Tetapi saat pengamatan pada zona
hambat, zonanya tidak bening tetapi terdapat serabut-serabut seperti jamur. Hal ini dapat
disebabkan karena kandungan pada wipol yaitu pine oil 2,5% yang termasuk golongan
fenolik lebih efektif terhadap bakteri, virus, dan spora dengan daya hambat yang lemah.
Sehingga jamur bisa saja tahan terhadap desinfektan golongan fenol serta dapat
disebabkan wipol yang digunakan keadaan fisiknya sudah rusak, seperti menggumpal
dan berwarna coklat karena sudah lama sehingga dapat menurunkan keefektifan
desinfektan dalam membunuh jamur. Mekanisme kerja dari fenol terhadap bakteri yaitu
fenol berinteraksi dengan sel bakteri melalui proses adsorpsi yang melibatkan ikatan
hidrogen. Pada kadar yang rendah akan terbentuk kompleks protein fenol dengan ikatan
yang lemah dan segera mengalami penguraian dengan diikuti penetrasi fenol ke dalam
sel dan menyebabkan presipitasi serta denaturasi protein. pada kadar yang tinggi fenol
menyebabkan koagulasi protein sel dan membran sitoplasma mengalami lisis.
Konsentrasi zat aktif fenol adalah 2,5%, hal ini merupakan konsentrasi yang efektif
untuk mendenaturasi protein dan merusak membran sel bakteri serta aktif pada pH asam.
Keefektifan fenol dapat terganggu oleh zat organik dan ditiadakan oleh sabun,
karena dengan alkali fenol akan membentuk fenolat yang inaktif. Menurut Ganiswarna
(1995) dalam Reskisari (2013), bahwa mekanisme kerja fenol sebagai desinfektan yaitu
dalam kadar 0,01%-1% fenol bersifat bakterisid, yang mengadakan koagulasi protein.
ikata protein dengan fenol mudah lepas, sehingga fenol dapat perpenetrasi ke dalam kulit
utuh. Larutan fenol 13% bersifat fungisid, berguna untuk strerilisasi eskreta dan alat
kedokteran. Akteri yang digunakan adalah S.aureus karena bakteri ini merupakan bakteri
golongan patogen yang berbahaya serta bakteri ini merupakan standar yang digunakan
pada pengujian antiseptik dan desinfektan.
Jika dibandingkan dengan jenis desinfektan dan antiseptik lainnya, maka yang
efektif setelah wipol adalah antis, kemudian lisol dan terakhir alkohol. Berikut ini adalah
cara kerja dari masing-masing jenis golongan desinfektan dan antiseptik:
 Pengendapan protein dalam protoplasma (pada zat-zat golongan halogen, fenol,
alkohol, dan garam logam).
 Oksidasi protein (pada golongan zat oksidansia).
 Mengganggu sistem dan proses enzim (pada golongan zat-zat halogen, alkohol,
dan garam-garam logam).
 Modifikasi dinding sel dan atau membran sitoplasma (pada desinfektansia dengan
aktivitas permukaan).
8. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum uji desinfektan dan antiseptik pada media yang
mengandung S.aureus menggunakan wipol didapatkan hasil bahwa zona hambat yang
didapatkan 3 cm dan 6 cm. Hasil ini lebih besar jika dibandingkan dengan zona hambat
pada antis, lisol dan alkohol 96% dan dapat disimpulkan bahwa desinfektan yang
terdapat pada wipol yaitu pine oil 2,5% (golongan fenol) lebih efektif membunuh
mikroorganisme yang terdapat pada uji tesebut daripada tiga desinfektan dan antiseptik
lain.
GLOSARIUM

1. Desinfektan: bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau
pencemaran oleh jasad renik atau obat untuk membasmi kuman penyakit.
2. Antiseptik: senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan yang hidup seperti pada permukaan kulit
dan membran mukosa.
3. Desinfeksi: membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia atau
secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalan
membunuh mikroorganisme pathogen.
4. Biodegradable: semua limbah yang dapat hancur atau terurai oleh organisme hidup
lainnya dan berasal dari tumbuhan atau hewan.
5. Ethoxylated Alcohol: senyawa dimana etilen oksida ditambahkan dengan alkohol.
6. Benzalkonium Chloride: kelas dari surfaktan kationik dan merupakan garam
organik, yang disebut senyawa surfaktan.
DAFTAR PUSTAKA

Nurbahri. 2010. Uji potensi desinfektan.https://wimvynurbahri.blogspot.co.id


Odeyoni. 2013. Uji Koefisien fenol. https://oyodeni.blogspot.co.id
Reskisari. 2013. Uji mutu desinfektansia.pdf

[Online]
http://www.wikipedia.com
http://www.solopos.com/2010/lifestyle/kesehatan/beda-antiseptik-dan-disinfektan-68072
http://www.scribd.com/doc/28307507/Makalah-Antiseptik-Dan-Desinfektan
http://dicckha.blogspot.co.id/2012/05/desinfektan-dan-antiseptik.html
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai