Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

SANITASI INDUSTRI

UJI KONTAMINASI UDARA RUANG PENGOLAHAN PANGAN

DOSEN PENGAMPU : 1. Ir. INDRIYANI, M.P.

2. IKA GUSRIANI, S.TP., M.P.

NAMA ASISTEN DOSEN : 1. NINADA (J1A116009)

2. NOPITA SARI (J1A116003)

OLEH :

NAMA : LITSA HELPA SAKINAH

NIM : J1A117063

KELAS/ SHIFT : R-002/ 2

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2019
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji Kontaminasi Udara Ruang Pengolahan Pangan
Dikantin Afif.
Jumlah Mikroba
Pengamatan Tempat KET
Kapang Khamir Bakteri
Bakteri berwarna putih (6),
Tempat
14 1 6 kapang berwarna putih (4)
masak
dan hijau (10) dan khamir (1).
Hari ke-2
Bakteri berwarna putih (34),
Tempat
21 4 34 kapang berwarna putih (3)
minum
dan hijau (18) dan khamir (4).
Bakteri berwarna putih (6),
Tempat
18 4 6 kapang berwarna putih (7)
masak
dan hijau (11) dan khamir (4).
Hari ke-4 Bakteri berwarna putih (19),
Tempat kapang berwarna putih (5),
29 5 19
minum hijau (20), kuning (2) dan
hitam (2) dan khamir (5).
Bakteri berwarna putih (2),
kapang berwarna putih (7),
Tempat
21 - 2 hijau (7), hitam (1) dan
masak
kuning (1) dan tidak terdapat
Hari ke-6 khamir.
Bakteri berwarna putih (11),
Tempat kapang berwarna putih (12),
47 9 11
minum hijau (18), hitam (15) dan
kuning (2) dan khamir (9).
4.2 Pembahasan
Mikroorganisme berdasarkan pengaruh hidupnya terhadap kehidupan
manusia terbagi menjadi dua yaitu mikroorganisme pathogen dan mikroorganisme
non-pathogen. Mikroorganisme pathogen adalah mikroorganisme yang
keberadaannya akan bersifat merugikan bagi kehidupan manusia. Kerugian yang
dapat disebabkan akibat mikroorganisme pathogen ini salah satunya adalah sebab
timbulnya penyakit seperti tipes, diare dan sebagainya. Sedangkan mikroorganisme
non-pathogen adalah mikroorganisme yang keberadaannya tidak merugikan bahkan
dapat bersifat menguntungkan bagi manusia.
Mikroorganisme banyak terdapat diudara, air, tanah maupun beberapa tempat
lainnya yang mengandung nutrisi baginya untuk tumbuh. Selain dari segi nutrisi,
pertumbuhan dari mikroorganisme juga turut dipengaruhi oleh faktor lingkungan
berupa suhu, kelembaban dan cahaya.
Prosedur pengujian sanitasi udara adalah dengan cara penyiapan dua buah
cawan petri yang diberi label 10 menit dan 20 menit menggunakan media PDA..
PDA untuk menumbuhkan kapang dan khamir. Setelah pengisian media tersebut
kemudian cawan petri ditutup kembali dan media dibiarkan membeku. Apabila
media tersebut telah membeku, tutup cawan petri dibuka dan dibiarkan pada ruangan
tertentu selama 10 menit untuk cawan petri ke-1 dan 20 menit untuk cawan petri ke-
2. Hal ini dilakukan untuk membiarkan mikroorganisme yang ada pada udara dapat
menempel pada media agar dan tumbuh. Setelah itu, dilakukan inkubasi selama 2
hari dengan suhu 30ºC. Apabila masa inkubasi selesai dilakukan perhitungan jumlah
koloni mikroorganisme pada masing-masing cawan petri dan dilakukan perhitungan
densitas.
Dari percobaan Uji Kontaminasi Udara Ruang Pengolahan Pangan yang telah
dilakukan, diperoleh hasil pertumbuhan Koloni Kapang-Khamir pada media Potato
Dekstrose Agar (PDA). Hal ini membuktikan bahwa di dalam lingkungan/udara
masih terdapat mikroorganisme yang merupakan kontaminan pada pengolahan
pangan. Lingkungan/udara menjadi sumber terjadinya kontaminasi namun mikroba
ini tidak tetap jumlahnya dan dapat dengan cepat berpindah karena sifatnya yang
ringan.
Seperti yang dijelaskan Pelczar, Mikroorganisme asal udara dapat terbawa
partikel debu, dalam tetes-tetes cairan berukuran besar dan tersuspensikan hanya
sebentar, dan dalam inti tetesan yang terbentuk bila titik-titik cairan berukuran kecil
menguap. Organisme yang memasuki udara dapat terangkut sejauh beberapa meter
bahkan kilometer Sebagian segera mati dalam beberapa detik, sedangkan yang lain
dapat hidup selama berminggu-minggu, berbulan-bulan atau lebihlama lagi. Nasib
akhir mikroorganisme asal udara diatur oleh seperangkat rumit keadaan di
sekelilingnya, termasuk keadaan atmosfer, kelembaban, cahaya matahari dan suhu,
ukuran partikel yang membawa mikroorganisme, ciri-ciri mikroorganisme terutama
kerentanan terhadap keadaan fisik di atmosfer. Pada praktikum ini dilakukan sanitasi
udara di kantin A didepan kampus UNJA Pondok Meja. Metode yang digunakan
yaitu dengan meletakkan cawan media PDA dengan posisi terbuka pada ruangan
selama 10 menit dan 20 menit. Setelah itu, cawan-cawan tersebut diinkubasi pada
suhu ruang selama 48 jam .
Jumlah mikroba yang terdapat di udara tergantung pada aktivitas lingkungan
misalnya udara di atas padang pasir atau gunung kering, dimana aktivitas kehidupan
relatif sedikit maka jumlah mikroba juga sedikit. Contohlain udara di sekitar rumah,
pemotongan hewan, kandang hewan ternak, tempat pembuangan sampah maka
jumlah mikroba relatif banyak (Pelczar, 1988). Banyak penyakit yang disebabkan
oleh bakteri pathogen yang ditularkan melalui udara, misalnya bakteri penyebab
tubercolosis (TBC) dan virus flu yang dapat ditularkan melalui udara pernapasan.
Udara tidak mempunyai flora alami, karena organisme tidak dapat hidup dan tumbuh
terapung begitu saja di udara. Flora mikroorganisme udara terdiri atas organisme
yang terdapat sementara mengapung di udara atau terbawa serta pada partikel debu.
Setiap kegiatan manusia agaknya akan menimbulkan bakteri di udara. Jadi,
walaupun udara tidak mendukung kehidupan mikroorganisme, kehadirannya hampir
selalu dapat ditunjukkan dalam cuplikan udara (Volk dan Wheeler, 1984)
Mikroorganisme disemburkan ke udara dari saluran pernapasan sehingga
organisme-organisme tersebut mendapat perhatian utama sebagai jasad
penyebab penyakit melalui udara. Tingkat pencemaran udara di dalam ruangan oleh
mikroba dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti laju ventilasi, padat orang dan sifat
serta saraf kegiatan orang-orang yang menempati ruangan tersebut. Mikroorganisme
terhembuskan dalam bentuk percikan dari hidung dan mulut selama bersin, batuk
dan bahkan bercakap-cakap titik-titik air terhembuskan dari saluran pernapasan
mempunyai ukuran yang beragam dari mikrometer sampai milimeter. Titik-titik air
yang ukurannya jatuh dalam kisaran mikrometer yang rendah akan tinggal dalam
udara sampai beberapa lama, tetapi yang berukuran besar segera jatuh ke lantai atau
permukaan benda lain. Debu dari permukaan ini sebentar-sebentar akan berada
dalam udara selama berlangsungnya kegiatan dalam ruangan tersebut. Flora mikroba
di lingkungan mana saja pada umumnya terdapat dalam populasi campuran. Boleh
dikatakan amat jarang mikroba dijumpai sebagai satu spesies tunggal di alam. Untuk
mencirikan dan mengidentifikasi suatu spesies mikroorganisme tertentu, pertama-
tama spesies tersebut harus dapat dipisahkan dari organisme lain yang umum
dijumpai dalam habitatnya, lalu ditumbuhkan dalam biakan murni (Bonang, 1982).
Flora mikroba yang terdapat di lingkungan alamiah merupakan penyebab banyak
sekali proses biokimia, yang pada akhirnya memungkinkan kesinambungan
kehidupan. Setiap spesies mikroorganisme akan tumbuh dengan baik dalam
lingkungannya hanya selama kondisinya menguntungkan bagi pertumbuhannya dan
mempertahankan dirinya. Begitu terjadi perubahan fisik atau kimia, seperti misalnya
habisnya nutrien atau terjdi perubahan radikal dalam hal suhu atau pH yang
membuat kondisi bagi pertumbuhan spesies lain lebih menguntungkan, maka
organisme yang telah beradaptasi dengan baik di dalam keadaan lingkungan
terdahulu terpaksa menyerahkan tempatnya kepada organisme yang dapat
beradaptasi dengan baik di dalam kondisi yang baru.
Kontaminasi oleh mikroorganisme dapat terjadi setiap saat dan
menyentuh permukaan setiap tangan atau alat. Dengan demikian sanitasi lingkungan
sangat perlu diperhatikan terutama yang bekerja dalam bidang mikrobiologi
atau pengolahan produk makanan atau industri (Volk dan Wheeler, 1984). Sanitasi
yang dilakukan terhadap wadah dan alat meliputi pencucian untuk menghilangkan
kotoran dan sisa-sisa bahan, diikuti dengan perlakuan sanitasi menggunakan
germisidal. Dalam pencucian menggunakan air biasanya digunakan detergen untuk
membantu proses pembersihan. Penggunaan detergen mempunyai beberapa
keuntungan karena detergen dapat melunakkan lemak, mengemulsi lemak,
melarutkan mineral dan komponen larut lainnya sebanyak mungkin. Detergen yang
digunakan untuk mencuci alat/wadah dan alat pengolahan tidak boleh bersifat
korosif dan mudah dicuci dari permukaan. Proses sanitasi alat dan wadah
ditunjukkan untuk membunuh sebagian besar atau semua mikroorganisme yang
terdapat pada permukaan. Sanitizer yang digunakan misalnya air panas, halogen
(khlorin atau Iodine), turunan halogen dan komponen ammonium quarternair (Gobel,
2008).
Metode hitung cawan di dasarkan pada anggapan bahwa setiap sel yang dapat
hidup akan berkembang menjadi satu koloni. Jadi jumlah koloni yang muncul pada
cawan merupakan suatu indeks bagi jumlah organisme yang dapat hidup yang
terkandung dalam sampel (Hidayat, 2006). Metode yang dapat digunakan untuk
menghitung jumlah mikroba dalam bahan pangan terdiri dari metode hitung cawan
(Most probable Number) dan metode hitungan mikroskopik langsung. Dari metode-
metode tersebut metode hitungan cawan paling banyak digunakan. Metode lainnya
yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam suatu larutan
adalah metode turbidimetri. Tetapi metode ini sukar diterapkan pada bahan pangan,
misalnya sari buah, biasanya mengandung komponen-komponen yang menyebabkan
kekeruhan sehingga kekeruhan larutan tidak sebanding dengan jumlah mikroba yang
terdapat di dalamnya (Dwijoseputro, 1987).
DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro. 1989. Dasar – Dasar Mikrobiologi. Djambatan.UNIBRAW.Malang

Fardiaz, S. dan Jenie B. S. L., 1989. Uji Sanitasi Dalam Industri Pangan. PAU
Pangan dan Gizi IPB. Bogor.

Gobel, Risco, B dkk. 2008. Mikrobiologi Umum dalam Praktik, Universitas


Hasanudin, Makasar.

Hidayat, N. 2006. Mikrobiologi Industri. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Irianto, K. 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikrobiologi Jilid I . CV Yrama


Widya. Bandung.

Jenie, B. S.L., 1989. Sanitasi Dalam Industri Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB.
Bogor.

Joklik, W. K., H. P. Willent, and D.B. Amos. 1984. Zinsser Microbiology. 18th Ed .
Appeleton Century Crafts. New York. 233-243.

Pelczar, MJ dan Chan, ECS. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi Jilid I . Penerbit UI


Press. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai