Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN RESMI KIMIA ANALITIK II

EKSTRAKSI PIGMEN

Oleh :
Kartika Adhi N.

(652006002)

Iie Ervan W.

(652006004)

Febriyani R. Rustam (652006013)

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2008

Laporan Resmi Praktikum Kimia Analitik II


Nama / NIM

: Kartika Adhi N
Iie Ervan W.

/ 652006002
/ 652006004

Febriyani R. Rustam / 652006013


Kelompok

: V ( Senin 07.00 11.00 )

Tanggal Praktikum

: 15 September 2008

JUDUL

: EKSTRAKSI PIGMEN

DASAR TEORI
Pembagian solut antara dua cairan tak saling campur memberikan banyak
kemungkinan yang menarik bagi pemisahan-pemisahan secara analitik. Pemindahan
suatu bahan dalam suatu campuran ke pelarut organik disebut ekstraksi. Ekstraksi
merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengambil produk dari bahan
alami seperti jaringan tumbuhan, hewan, mikroorganisme, dan sebagainya. Suatu
senyawa- senyawa organik yang terkandung dalam jaringan tumbuhan dapat diperoleh
dengan cara mengekstraksi jaringan tersebut dengan menggunakan pelarut yang cocok.
Syarat pelarut yang digunakan yaitu, tidak berbahaya (aman), kesesuaian sifat dengan
senyawa yang diekstraksi dan harganya tidak mahal. Ekstraksi pada percobaan kali ini
dilakukan untuk mengenal jenis-jenis komponen pigmen penyusun daun. Percobaan
dilakukan di laboratorium pada kondisi tidak ada cahaya (di tempat yang gelap) untuk
menghindari hilangnya pigmen terlalu banyak.
Pigmen merupakan zat warna alami yang terdapat pada organisme yang
melakukan proses fotosintesis. Secara umum, pigmen fotosintesis dapat dikelompokkan
ke dalam tiga kelompok besar : pigmen berwarna hijau (klorofil), pigmen berwarna
kuning sampai merah (karotenoid), dan pigmen berwarna merah sampai ungu
(antosianin).
Klorofil
Klorofil merupakan salah satu dari tiga kelompok besar pigmen fotosintesis. Pada
hampir semua tumbuhan hijau, terdapat pigmen hijau ini ( klorofil ). Klorofil merupakan
salah satu bagian dari jaringan tumbuhan yang memiliki peranan penting dalam proses

fotosintesis, yaitu suatu dasar awal kehidupan dimana energi cahaya dirubah kedalam
bentuk energi kimia. Klorofil dalam sel tumbuhan, terdapat dalam kloroplas dan dengan
jumlah yang banyak sehingga mudah diekstraksi ke dalam pelarut lipid seperti aseton dan
eter.
Berdasarkan rantai samping alifatik yang terikat pada inti porfirin, klorofil dapat
dibedakan menjadi 5 macam yaitu klorofil a sampai e. Kelima klorofil tersebut
mempunyai struktur dasar yang sama tetapi sifatnya berbeda-beda. Klorofil c sampai e
hanya ditemukan pada alga dan beberapa jenis bakteri tertentu. Pada tumbuhan tingkat
tinggi, klorofil a merupakan pigmen utama dan klorofil b merupakan pigmen tambahan
yang keduanya dapat ditemukan pada kloroplas. Rasio antara klorofil a dan b adalah 3 :1
dimana perbandingan ini tergantung pada kondisi pertumbuhan dan lingkungan.
Klorofil merupakan turunan dari porfirin dimana keempat atom N dari pirol terikat
secara kompleks dengan logam magnesium yang terikat di tengah dan satu rantai
samping hidrokarbon panjang (fitil) tergabung melalui gugus asam karboksilat. Cincin ke
lima ditemukan dekat dengan cincin ke tiga. Pada cincin ke empat ditemukan subtituen
asam propionik yang teresterifikasi dengan diterpen alkohol pitol (C 20H39OH) yang
merupakan bagian dari molekul yang bersifat hidrofobik, dimana bagian lainnya bersifat
hidrofilik.
Klorofil bewarna hijau sebab pigmen ini mengabsorpsi cahaya di daerah merah dan
biru pada spektra cahaya tampak. Semua tumbuhan hijau mengandung klorofil a dan
klorofil b. Struktur klorofil b berbeda dengan struktur klorofil a karena klorofil a
mempunyai gugus metil pada atom C-3, sedangkan klorofil b mempunyai gugus
aldehida.
Struktur klorofil hampir sama dengan struktur hemoglobin.

Karotenoid
Karotenoid adalah lipid yang dapat larut dalam lipid-lipid lainnya dan
dikelompokkan dalam senyawa lipopilik berupa poliena isoprenoid yang terbentuk dari
ikatan kepala ekor delapan isoprena kecuali pada bagian tengah dimana ikatannya
antara ekor-ekor. Karotenoid juga merupakan pigmen yang berwarna kuning sampai
merah. Ada 2 jenis karotenoid yaitu hidrokarbon dari karotenoid yang disebut dengan
karoten (C40H56) dan turunan teroksigenasinya disebut dengan xantophil. Pada umumnya,
xanthophil berupa monohidroksikarotena (misalnya lutein, rubixantin), dihiroksikarotena
(zeaxantin), atua dihiroksiepoksikarotena (violaxantin). Adanya ikatan rangkap
terkonjugasi dalam strukturnya menyebabkan dapat terserapnya cahaya dalam daerah
sinar tampak, sehingga memungkinkan analisis pigmen ini secara spektroskopi.

Antosianin
Antosianin merupakan salah satu pigmen alami yang berwarna merah sampai ungu
dan dapat digunakan sebagai antioksidan alami. Antosianin merupakan pigmen ini yang
dapat digunakan sebagai pewarna yang biasanya terdapat pada tumbuhan seperti pada
kelompok tumbuhan Angiospermae, Gymnospermae, Paku pakuan dan Lumut. Selain
itu Antosianin juga terdapat pada bunga, dan juga pada sayuran dan buah-buahan
meskipun jumlahnya tidak begitu besar.
Kegunaan dan manfaat Antosianin :
1. Sebagai pewarna alami pada industri makanan.
2. Sebagai anti inflamatory.
3. Sebagai Antioxidant kuat.
Antosianin juga nerupakan suatu molekul yang memiliki kerangka karbon dengan inti
yang terdiri dari unit C6C3C6. Antosianin merupakan golongan flavonoid yang terdapat
sebagai glikosida dari antosianidin dimana senyawa gula heksosa berikatan dengan gugus
-OH dari cincin pyrrilium.
CH3
OH
R5

R2
R3

R4

Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan pigmen :


-

cahaya

- oksigen

- enzim

suhu yang tinggi

- asam

- air

basa

- pelarut

TUJUAN
1. Mengetahui kadar air dari jenis tumbuhan tertentu.
2. Mengekstraksi pigmen dari bagian tumbuhan.
3. Mengetahui jenis pelarut yang baik untuk jenis pigmen tertentu.

4. Mengetahui kadar pigmen dari suatu jenis tumbuhan tertentu.


BAHAN, ALAT, DAN METODE
Bahan
1.

Daun Singkong

6.

NaCl(s)

2.

Aseton

7.

Gas N2

3.

Metanol

8.

Akuades

4.

Eter

5.

Sodium sulfat

Pelarut untuk klorofil :


-

Pelarut A = aseton : metanol 1:3 ( v/v)

Pelarut B = eter

Pelarut C = saturasi garamdapur ( NaCl jenuh )

Pelarut D = aseton : heksan 1 : 3

Alat
1. Cawan petri

6. Kolf

11. Corong

2. Oven

7. Aluminium foil

12. Pipet ukur

3. Desikator

8. Magnetic strirrer

13. Botol sampel

4. Neraca analitik (4 digit)

9. Beaker glass

14. Rotary evaporator

5. Kertas saring

10. Corong pisah

Metode
1. Penentuan kadar air

Sampel daun singkong dipotong kecil - kecil.

Potongan daun dimasukkan ke dalam 3 buah cawan petri, masing - masing 1


gram. ( cawan petri kosong ditimbang terlebih dahulu ).

Cawan petri yang sudah diisi dengan potongan daun singkong dioven selama1
jam, kemudian dimasukkan ke dalam desikator selama 15 menit.

Massanya ditimbang menggunakan neraca 4 digit dan dicatat hasilnya.

Cawan dioven lagi selama setengah jam, kemudian dimasukkan ke dalam


desikator selama 15 menit.

Cawan ditimbang dan dicatat hasilnya.

Dioven lagi selama setengah jam dan ditimbang sampai massanya konstan.

Dihitung kadar air dalam persen.

2. Ekstraksi Pigmen

Jenis bahan yang akan diekstrak dan jenis pelarutnya ditentukan. Jenis bahan
yang diekstrak adalah klorofil dari daun singkong. Pelarut yang digunakan
adalah Pelarut A, B, dan C.

Alat, bahan, dan pelarut disiapkan.

2 gram daun singkong yang akan diekstrak ditimbang.

Dipotong kecil - kecil dengan pisau dan dihaluskan dengan mortar.

Diekstrak dengan pelarut A ( sampel : pelarut = 1:10 ) selama kurang lebih 3045 menit menggunakan magnetic stirrer sampai seluruh pigmen dari daun
terangkat. Ekstraksi ini dilakukan dalam gelap.

Ekstrak disaring dengan kertas saring.

Dituang ke dalam corong pisah, kemudian ditambah pelarut B ( eter) dengan


perbandingan pelarut : sampel = 1:1

Dikocok perlahan sambil diamati proses pemisahan pada corong pisah dan
digambarkan skematis pemisahannya.

Ditambahkan pelarut C (NaCl jenuh) secara bertahap sampai terjadi


pemisahan.

Lapisan atas ( pelarut B + pigmen ) dikeluarkan, kemudian ditambahkan


sodium sulfat sampai tidak menggumpal.

Disaring dengan kertas saring dan dimasukkan ke dalam kolf.

Dikeringkan dengan rotary evaporator.

Pigmen yang diperoleh dipindahkan ke dalam botol sampel yang telah


ditimbang dengan bantuan sedikit pelarut.

Dikeringkan dengan gas N2 dan ditimbang berat pigmen.

HASIL PENGAMATAN
A. Penentuan Kadar Air
Massa cawan awal + sampel

1 = 39,7845 gram.
2 = 45,4590 gram.
3 = 37,9797 gram.

Massa cawan setelah


dioven
Pengovenan I ( 1 jam )
Pengovenan II ( jam
Pengovenan III ( jam )
Massa awal massa akhir
Kadar air cawan I =

1 ( gram )
39,1556
39,1500
39,1495
0,6350

2 ( gram )
44,8604
44,8534
44,8531
0,6059

3 ( gram )
37,3923
37,3874
37,3868
0,5929

39,7845 39,1495
x 100% 63,5%
1

Kadar air cawan II =

45,4590 44,8531
x 100% 60,59%
1

Kadar air cawan III =

37,9797 37,868
x 100% 59,29%
1

% Kadar air rata - rata =

63,5 60,59 59,29


61,13%
3

B. Ekstraksi Pigmen ( sampel daun singkong )


Massa botol

= 19,2189 gram.

Massa botol + pigmen

= 19,8064 gram.

Massa pigmen

= 0,5875 gram.

% rendemen =

massa pigmen
0,5875 gram
x 100%
x100% 29,375%
massa awal
2 gram

Gambar hasil pemisahan pigmen daun singkong


JAWAB PERTANYAAN
1. Jelaskan peranan dari sodium klorida dan sodium sulfat!
Jawab:
Sodium klorida dalam percobaan ini berperan sebagai penambah kepolaran
pada fase air dan menambah berat jenis dari fase air sehingga fase air akan
bergeser ke lapisan bawah sedangkan fase organik akan berada pada lapisan
atas sehingga terjadi pemisahan yang baik antara fase air dan fase organiknya.
Sodium sulfat digunakan untuk mengikat air pada ekstrak supaya ekstrak yang
diperoleh adalah ekstrak murni ( bebas air ) dan juga untuk membantu proses
pengeringan dalam rotary evaporator.
2. Sebutkan dan jelaskan alasan klorofil dapat terdegradasi!
Jawab: Klorofil dapat terdegradasi karena klorofil merupakan senyawa yang sangat
labil dan sangat peka terhadap faktor suhu, pH, cahaya dan senyawa kimia
lainnya. Jika klorofil terkena cahaya ( foton ) maka elektron akan tereksitasi
tetapi elektron tersebut tidak dapat kembali ke posisi semula sehingga
terdegradasi menjadi senyawa-senyawa lain seperti klorokilid, feofitin dan
feoforbin.

3. Sebutkan manfaat dari klorofil, karoteniod, antosianin!


Jawab:
a. Klorofil
- Sebagai pigmen fotosintesis yang dapat mengubah energi cahaya kedalam
bentuk energi kimia yang dapat digunakan sebagai sumber makanan tumbuhan.
- Sebagai pewarna alami pada makanan dan minuman.
- Anti inflamatori, antioxidant dan pemyembuh luka.
- Komponen diet yang sehat.
- Dapat digunakan sebagai penguat dan penenang otak alami karena di dalam
klorofil terkandung asam nukleat dan asam amino.
- Membentuk sel-sel darah merah manusia dimana klorofil mempunyai sifat yang
mirip dengan hemoglobin.
- Membersihkan jaringan yang tidak berguna dalam tubuh manusia.
b. Karotenoid
- Sebagai pigmen pembantu dalam fotosintesis berupa zat warna merah dan
dalam bunga berupa zat warna kuning.
- Sebagai sistem kekebalan tubuh dengan cara melindungi reseptor sel-sel fagosit.
- Sebagai pelindung kulit dari radiasi sinar UV.
- Sebagai sumber vitamin A.
c. Antosianin
- Sebagai antioksidan dan dapat mengurangi resiko penyakit kanker
- Sebagai pigmen fotosintesis
- Sebagai pewarna alami pada industri makanan.
- Sebagai anti inflamatory.
- Sebagai Antioxidant kuat.
- Sebagai senyawa yang bertanggung jawab terhadap warna merah ungu dan
dapat digunakan sebagai pembentuk warna pada buah dan bunga.
- Sebagai senyawa penarik serangga untuk membantu penyerbukan bunga.
4. Apa yang anda ketahui mengenai antosianin?

Jawab: Antosianin merupakan pigmen bewarna merah sampai ungu yang penting dan
tersebar luas dalam tumbuhan. Pigmen ini bewarna merah sampai ungu yang
terkandung dalam daun, bunga dan buah pada tumbuhan tingkat tinggi serta
larut dalam air. Secara kimia, semua antosianin merupakan turunan suatu
struktur aromatik tunggal yaitu sianidin dan semuanya terbentuk dari pigmen
sianidin ini dengan penambahan atau pengurangan gugus hidroksil atau
dengan metilasi atau glikolasi. Antosianin dapat ditemukan pada kelompok
tumbuhan ; Angiospermae, Gymnospermae, Paku pakuan dan Lumut.
Antosianin tidak hanya terdapat pada bunga, tetapi juga terdapat pada sayuran
dan buah buahan walaupun jumlahnya tidak terlalu dominan. Kandungan
pigmen antosianin pada bunga adalah sekitar 30 % dari bobot keringnya.
Pemisahan Antosianin dapat dilakukan dengan KLT ( Kromatografi Lapis
Tipis ) dengan larutan pengembangnya adalah campuran HCL : Asam Formiat
: Akuades dengan perbandingan 24,9 : 23,7 : 51,4. Keseimbangan asam basa
dari pigmen antosianin dapat diselidiki dengan metode Spektrometri dan
potensiometri.
5. Jelaskan prinsip mengenai penggunaan perbandingan pelarut yang cocok untuk
ekstraksi!
Jawab: Penggunaan pelarut harus disesuaikan dengan sifat kepolaran dari zat yang
akan diekstrak. Untuk ekstraksi klorofil digunakan pelarut aseton dan metanol
dengan perbandingan pelarut metanol lebih besar dari pada aseton misalnya
metanol : aseton = 3 :1 karena klorofil bersifat polar akan lebih banyak
terekstrak pada pelarut metanol yang bersifat polar. Selain itu pelarut organik
polar dapat mengikat air dan tidak mempunyai ikatan rangkap sehingga dapat
mengikat klorofil yang bersifat hidrofil dan mempunyai struktur poliena
siklik.
6. Mengapa perbandingan pelarut untuk ekstraksi klorofil berbeda dengan
karotenoid?

Jawab: Perbandingan pelarut untuk ekstraksi klorofil berbeda dengan karotenoid


karena klorofil bersifat lebih polar dan pelarut yang cocok adalah pelarut polar
(like dissolved like), seperti metanol sehingga perbandingan pelarut metanol
yang digunakan akan lebih banyak dari pada aseton (aseton : methanol = 1 :
3). Sedangkan karotenoid bersifat kurang polar (non polar) jika dibandingkan
dengan klorofil, sehingga digunakan pelarut semi polar cenderung polar
seperti aseton. Oleh karena itu perbandingan pelarut aseton lebih banyak dari
pada metanol (aseton : methanol = 7 : 3).
PEMBAHASAN

Penghitungan Kadar Air


Pada percobaan ini dilakukan perhitungan kadar air yang terdapat dalam sampel
daun yaitu daun singkong. Percobaan ini dilakukan triplo. 1 gram sampel daun
singkong diiris tipis-tipis dengan tujuan memperkecil luas permukaan daun agar air
yang terkandung didalamnya tidak cepat menguap. Sampel tersebut kemudian dioven
dan massanya ditimbang. Pengovenan dan penimbangan dilakukan beberapa kali
untuk mendapatkan massa hasil yang konstan. Proses ini membutuhkan waktu yang
sangat lama, praktikan menghabiskan waktu 2 x 24 jam pada pengovenan untuk
mendapatkan massa hasil yang konstan. Hal ini disebabkan karena sampel yang kami
gunakan, dalam hal ini daun singkong memiliki kandungan air yang cukup besar.
Selain itu, ada kendala lain dimana praktikan harus memastikan semua peralatan yang
digunakan dalam keadaan bersih dan kering. Misalnya cawan petri yang digunakan
harus bersih dari debu, karena adanya debu tersebut dapat mempengaruhi massa hasil.
Cawan petri harus tetap kering, oleh sebab itu tangan praktikan harus benar-benar
kering juga karena adanya air tersebut juga dapat mempengaruhi massa hasil yang
diperoleh.
Dari hasil pengamatan kami, massa sampel makin kecil karena pengovenan yang
dilakukan berkali-kali, meskipun kadangkala massanya bertambah ( penyimpangan )
yang terjadi oleh beberapa hal seperti yang telah disebutkan pada paragraf
sebelumnya. Penurunan massa sampel yang terjadi disebabkan karena menguapnya
kandungan air yang terdapat pada sampel saat dilakukan pengovenan.

Dengan menghitung selisih antara massa awal sampel dengan massa akhir
sampel, dapat diketahui kadar air yang terkandung dalam sampel yaitu sebesar 61,13
%. Umumnya, daun singkong memiliki kandungan air sebesar 80%. Hasil yang kami
peroleh sedikit lebih kecil daripada literatur, hal ini disebabkan oleh sampel daun
singkong yang kami gunakan sudah agak kering / layu karena daun tersebut sudah
diambil sehari sebelum praktikum dilakukan dan belum semua air yang terkandung
pada sampel menguap.

Ekstraksi Pigmen
Pada percobaan ini, pigmen yang diekstrak dari daun singkong adalah klorofilnya.
Pelarut yang digunakan dalam ekstraksi pigmen ini adalah aseton : metanol dengan
perbandingan 1 :3. Pelarut metanol yang digunakan lebih banyak karena sampel yang
digunakan memiliki kandungan klorofil yang lebih besar dari pada karotenoidnya.
Pelarut metanol bersifat polar sehingga banyak digunakan untuk melarutkan klorofil
yang bersifat polar juga sedangkan aseton yang bersifat semi polar yang digunakan
lebih sedikit karena kandungan karotenoid (non polar) yang terdapat dalam sampel
sedikit.
Percobaan ini menggunakan 2 gram sampel daun singkong dipotong kecil-kecil
dan dihaluskan dengan mortar agar sampel mudah terekstrak dan semua warna lepas
dari jaringan kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang telah dibungkus
dengan alumunium foil dan ditambahkan pelarut A. Erlenmeyer dibungkus dengan
alumunium foil bertujuan supaya tidak terkena cahaya, jika terkena cahaya maka
klorofil yang diperoleh akan mengalami degradasi dan akan terurai menjadi
turunannya. Ini disebabkan karena klorofil merupakan senyawa yang labil dan mudah
terdegradasi oleh faktor cahaya, suhu, pH dan senyawa kimia lainnya.
Pada saat partisi, saat hasil ekstrak ditambahkan pelarut B (eter) ternyata larutan
tidak memisah. Namun, ketika ditambahkan akuades yang bersifat sangat polar,
pemisahan pada larutan terlihat jelas sehingga dapat memisahkan antara klorofil dan
eter yang nonpolar dengan metanol dan aseton yang polar. Kemudian, ditambahkan
pelarut C (NaCl jenuh) yang berfungsi untuk mengubah kepolaran dimana lapisan
klorofil ada yang terikat oleh eter dan ada yang terikat oleh air. Dengan penambahan

garam dapur ini, klorofil dapat terikat penuh oleh eter. Penambahan sodium sulfat
selanjutnya berfungsi untuk mengikat molekul air yang ada dalam larutan sehingga
pigmen bebas dari air. Jika pigmen masih mengandung air maka akan berpengaruh
terhadap berat pigmen ( memperbesar berat pigmen yang sesungguhnya ) dan akan
mempengaruhi % rendemennya.
Pada proses pemisahan terdapat 2 lapisan yaitu lapisan atas berwarna hijau atau
disebut fase organik ( klorofil + eter ) dan lapisan bawah berwarna putih keruh atau
disebut fase air ( NaCl + metanol, aseton dan akuades ).
Massa pigmen yang terambil dalam 2 gram sampel (daun singkong) adalah
sebesar 0,5875 gram sehingga diperoleh % rendemen sebesar 29,375 %.
Pada percobaan masih terdapat beberapa ketidaktelitian dalam melakukan percobaan
yaitu :
Pada saat menghaluskan sampel tidak dilakukan dalam tempat yang gelap
sehingga ada kemungkinan pigmen dari daun singkong sudah sedikit terdegradasi
sehingga massa sampel yang kami peroleh berkurang namun hanya sedikit.
Pada saat ekstraksi, pigmen yang bercampur dalam pelarut ikut menguap karena
pelarut yang digunakan mudah menguap sehingga dapat mengurangi massa hasil.
Ada sebagian pigmen klorofil yang masih menempel pada kertas saring yang
tidak dibilas dengan pelarut A (aseton : metanol) sehingga dapat mengurangi
massa pigmen yang terekstrak.
Belum semua klorofil yang terdapat pada sampel terekstrak, karena warna sampel
pada saat akhir ekstraksi masih ada yang berwarna hijau muda. Bukan warna
putih yang menandakan habisnya kandungan klorofil dari sampel.
KESIMPULAN
1. Kadar air yang terdapat dalam 1 g daun singkong adalah sebesar 61,13%.
2. Hasil ekstraksi pigmen diperoleh % rendemen pigmen sebesar 29,375 %.
3. Klorofil bersifat polar sehingga untuk mengekstraksi digunakan perbandingan pelarut
polar yang lebih besar seperti metanol : aseton = 3 :1

4. Pada proses pemisahan terdapat 2 lapisan yaitu lapisan atas berwarna hijau atau
disebut fase organik ( klorofil + eter ) dan lapisan bawah berwarna putih keruh atau
disebut fase air ( NaCl + metanol, aseton dan akuades ).
5. Kestabilan pigmen terutama pigmen klorofil sangat dipengaruhi oleh faktor cahaya
karena jika terkena cahaya, elektron pada pigmen akan langsung tereksitasi yang
menyebabkan pigmen terdegradasi menjadi senyawa yang lain.
6. Selain klorofil, pigmen penting yang terdapat dalam tumbuhan adalah karotenoid dan
antosianin.
DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A, Underwood, A.L. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam.
Diterjemahkan oleh Sopyan, Iis. Editor: Wibi,Hilarius dan Simarmata L. Erlangga :
Jakarta
Fessenden, Ralph J. 1983. Kimia Organik Edisi Kedua. Erlangga, Jakarta.
Hans-Walter Heldt. 1997. Plant Biochemistry Molecular Biology. Oxford
University Press
Harbone, J. B. 1996. Metode Fitokimia. ITB, Bandung.
Harjadi W, 1989, Ilmu Kimia Analitik Dasar, Jakarta: Gramedia
Page, David S. 1985. Prinsip-Prinsip Biokimia. Jakarta: Erlangga
LAMPIRAN

Laporan Sementara

Tugas Awal

Anda mungkin juga menyukai