Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN KIMIA ANALITIK 1A

PENENTUAN INDIKATOR TITRASI

Oleh:
Ribka Dewi Kristiana / 652015003
Novena Risnalani R.C / 652015029
Desta Tiara N/ 652015010
Fista Elisabet / 652013009

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA (UKSW)


SALATIGA
Oktober 2016
Nama / NIM :Ribka Dewi Kristiana / 652015003
Novena Risnalani R.C / 652015029
Desta Tiara N/ 652015010
Fista Elisabet / 652013009
Kelompok
: Selasa (12-16)
Tanggal praktikum : 11 Oktober 2016
JUDUL
: PENENTUAN INDIKATOR TITRASI
TUJUAN
1. Menentukan indikator untuk titrasi asam-basa yang tepat.

Dasar Teori
Indikator adalah senyawa yang peka terhadap perubahan pH. Indikator dapat
digambarkan sebagai suatu senyawa pasangan konjugasi berbeda warna.
Hln H+ + lnTetapan setimbang ionisasi diatas akan menentukan trayek pH dimana terjadi
perubahan warna yaitu kurang lebih antara pKln-1 hingga pKln+1. Indikator digunakan untuk
menentukan titik akhir titrasi. Pemilihan indikator tergantung kekuatan asam atau basa yang
akan ditentukan. Penggunaan suatu indikator yang tepat dan benar dapat menentukan
hasilnya. Indikator akan berubah secara beraturan sehingga diperoleh jarak perubahan warna
antar pH rendah sampai pH tinggi.
Dalam percobaan akan dipelajari cara pemilihan yang tepat untuk penetapan secara
asidimetri dan alkalimetri dengan menggunakan larutan asam dan basa. Alkalimetri adalah
analisis volumetri yang berdasarkan pada banyaknya mL larutan asam yang diperlukan dan
diketahui konsentrasinya (sebagai penitar) untuk menetralkan suatu larutan basa sehingga
dapat diketahui konsentrasinya. Sebaliknya jika penitarnya adalah larutan basa maka disebut
asidimetri.
Alat dan Bahan

Buret
Statif
Klem
PH meter
Erlenmeyer
Beaker glass
Pipet tetes
Pipet volume
Pilius
Magnet stir
HCl 0,1 M
Na2CO3 0,01 M
Indikator PP
Indikator MO
Indikator BTB

Metode
A. Titrasi dengan beberapa indikator
1. Diisi buret dengan larutan HCl 0,1 M
2. Diisi erlenmeyer dengan larutan Na2CO3 0,01 M sebanyak 20 ml dan ditambahkan 2
tetes indikator PP, kemudian dicampur dengan baik.
3. Dihitung PH awal sebelum dititrasi
4. Dititrasi dengan HCl 0,1 M hingga tepat tidak berwarna, kemudian di hitung PH
akhrir dan volume larutan yang digunakan.
5. Diulangi percobaan dengan mengganti indikator PP dengan BTB, catat volume yang
digunakan dan PH larutan (awal dan akhir).

6. Diulangi percobaan dengan mengganti indikator BTB dengan MO, catat volume yang
digunakan dan PH larutan (awal dan akhir).
7. Diulangi percobaan tersebut namun dengan multi indikator yaitu pertama dengan PP
dititrasi hingga tepat tidak berwarna , kemudian dicatat volume pentiter dan PH
larutan, kemudian ditambahkan 2 tetes BTB dititrasi hingga tepat kekuningan, catat
volume pentiter dan PH larutan, kemudian ditambahkan 2 tetes MO dititrasi hingga
warna merah, catat volume pentiter dan PH larutan.
B. Kurva titrasi dengan dalam penggunaan indikator
Hasil
A. Titrasi dengan beberapa indikator
HCl yang digunakan 0,1 M

Indikator PP

PH awal = 10,9
PH akhir = 8,2
Volume pentiter = 48,8 ml

Indikator BTB

PH awal = 10,9
PH akhir = 6
Volume pentiter = 97,2 ml

Indikator MO

PH awal = 10,9
PH akhir = 3,4
Volume pentiter = 106 ml

Multi indikator

PH dengan indikator PP = 8,1


Volume pentiter = 23,1 ml
PH dengan indikator BTB = 6,3
Volume pentiter = 29,5 ml
PH dengan indikator MO = 3,1
Volume pentiter = 6,1 ml
B. Kurva titrasi dengan dalam penggunaan indikator
Volume HCl
(ml)
0
0,5

PH
10,9
10,7

Volume HCl
(ml)
27
27,5

PH
7,5
7,4

1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
5
5,5
6
6,5
7
7,5
8
8,5
9
9,5
10
10,5
11
11,5
12
12,5
13
13,5
14
14,5
15
15,5
16
16,5
17
17,5
18
18,5
19
19,5
20
20,5
21
21,5
22
22,5
23
23,5
24
24,5

10,7
10,6
10,6
10,5
10,5
10,5
10,4
10,4
10,4
10,3
10,3
10,2
10,2
10,2
10,1
10,1
10,1
10
10
10
10
9,9
9,9
9,9
9,8
9,8
9,8
9,7
9,7
9,7
9,6
9,6
9,6
9,5
9,5
9,4
9,4
9,3
9,3
9,2
9,2
9,2
9,2
9
8,9
8,8
8,7
8,6

28
28,5
29
29,5
30
30,5
31
31,5
32
32,5
33
33,5
34
34,5
35
35,5
36
36,5
37
37,5
38
38,5
39
39,5
40
40,5
41
41,5
42
42,5
43
43,5
44
44,5
45
45,5
46
46,5
47
47,5
48
48,5
49
49,5
50
50,5
51
51,5

7,3
7,3
7,2
7,1
7,1
7
7
6,9
6,9
6,8
6,8
6,8
6,7
6,7
6,6
6,6
6,5
6,5
6,5
6,4
6,4
6,4
6,3
6,3
6,2
6,2
6,2
6,2
6,1
6,1
6,1
6
6
6
5,9
5,9
5,9
5,8
5,8
5,7
5,7
5,6
5,6
5,5
5,5
5,5
5,4
5,3

25
25,5
26
26,5

8,5
8,4
7,8
7,6

52
52,5
53
53,5

5,2
5,1
3,9
5,5

Kurva Fungsi pH terhadap volume HCl


12
f(x) = - 0.12x + 11.12
R = 0.97

10
8
Axis Title

ph

Linear (ph)

4
2
0
0

10

20

30

40

50

60

Axis Title

Pembahasan
Titrasi merupakan cara penentuan konsentrasi suatu larutan dengan volume tertentu
dengan menggunakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya dan mengukur volumenya
secara pasti. Bila titrasi menyangkut titrasi asam basa maka disebut dengan titrasi adisialkalimetri. Larutan yang telah diketahui konsentrasinya disebut dengan titran. Jika asam
ditetesi basa maka pH larutan naik sebaliknya jika larutan basa ditetesi asam maka pH larutan
akan turun. Pada proses titrasi asam basa ini penentuannya menggunakan indikator juga.
Sedangkan indikator adalah senyawa yang peka terhadap perubahan pH. Didalam proses
titrasi terdapat 2 istilah penting untuk penentuan yaitu titik ekuivalen dan titik akhir titrasi.
Titik ekuivalen adalah keadaan dimana jumah mol asam tepat habis bereaksi denga jumlah
mol basa. Sedangkan titik akhir titrasi adalah titik dalam titrasi yang ditandai dengan
perubahan warna indikator.
Titik akhir titrasi ditentukan dengan memilih indikator yang warnanya berubah sekitar
titik ekivalen. Misalnya pada titrasi larutan garam Na2CO3 dengan larutan HCl, titik ekivalen
pertama terjadi pada [H3O+] = K 1K2 nilai pH sekitar 8,35. Jadi indikator yang dapat
digunakan adalah fenolftalein (8,1 10) yang berubah dari merah menjadi tidak berwarna.
Pada titik ekivalen kedua, [H3O+] = Ka1 nilai pH = 3,17; dan indikator yang sesuai adalah
jingga metil. Dengan indikator ini perubahan warna yang diamati kurang tajam. Untuk
memperbaiki pengamatan pada titik ekivalen ini, larutan dapat dididihkan terlebih dahulu,
sehingga gas CO2 keluar dan sifat larutan ditentukan oleh garam NaCl yang tertinggal.
Kelebihan asam dititrasi dengan larutan baku basa, dengan demikian dapat digunakan
indikator metil jingga.
Indikator digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi. Pemilihan indikator
tergantung kekuatan asam dan basa yang ditentukan. Penggunaan suatu indikator yang tepat
dan benar dapat menentukan hasilnya. Indikator akan berubah secara beraturan sehingga

diperoleh jarak perubahan warna antara pH rendah sampai pH tinggi. Berikut range pH
masing-masing indikator yanga digunakan dalam praktikum ini:
Indikator
Fenolftalin (PP)
Bromotymol blue (BT)
Metil orange (MO)

Trayek pH
8,3-10,0
6,0-7,6
3,1-4,4

Perubahan warna
bening-merah muda
kuning-biru
merah-kuning

Pada praktikum kali ini adalah titrasi Na 2CO3 degan HCl. Hasil praktikum
menunjukkan bahwa pada titrasi asam kuat (HCl) dan Na2CO3 didapat hasil bila indikator
yang mendekati titik ekuivalennya yaitu 7 adalah indikator fenolftalein dengan nilai pH=8,2.
Rentang yang ada sedikit jauh, hal ini disebabkan oleh faktor kesalahan pada saat melakukan
titrasi seperti kelebihan larutan titran sehingga menimbulkan kesalahan data dan pengamatan
mata saat tepat perubahan warna menjadi bening ntidak tepat persis pada pH 7. Hal lain yang
mungkin terjadi karena konsentrasi larutan standar yang dipakai kurang tepat. Jika
dibandingkan dengan pH secara teori bahwa indikator PP bersifat basa dan pada hasil
percobaan didapatkan hasil 8,2 (sedikit bersifat basa) dan hasil ini sedikit kurang tepat,
padahal trayek sesungguhnya antara 8,3-10,0. Warna perubahan dari indikator PP ini awal
mulanya sebelum dititrasi berwarna pink, namun setelah dititrasi berwarna bening, hal ini
sesuai dengan teori yang sudah ada.
Pada percobaan kedua yaitu titrasi asam kuat (HCl) dan Na 2CO3 dengan menggunakan
indikator BTB. Hasil pH yang didapat yaitu 6. Hasil yang didapat ini sudah sesuai dengan
teori yang ada. Warna perubahan larutan dari indikator BTB ini awal mulanya sebelum
dititrasi berwarna biru, namun setelah dititrasi berwarna kuning, hal ini sesuai dengan teori
yang sudah ada.
Pada percobaan ketiga yaitu titrasi asam kuat (HCl) dan Na2CO3 dengan menggunakan
indikator MO. Hasil PH yang didapat yaitu 3,4. Hasil yang didapat ini sudah sesuai dengan
teori yang ada untuk indikator MO dengan rentang PH yaitu 3,1-4,4. Warna perubahan
larutan dari indikator MO ini awal mulanya sebelum dititrasi berwarna kuning, namun setelah
dititrasi berwarna merah, hal ini sesuai dengan teori yang sudah ada.
Pada percobaan selanjutnya yaitu titrasi asam kuat (HCl) dan Na 2CO3 dengan
menggunakan multi indikator.Yang Pertama dengan menggunakan indikator PP didapatkan
hasil pengukuran pHnya yaitu 8,1. Hasil yang didapat ini masih belum sesuai dengan teori
umtuk indikator PP yaitu dengan rentang PH 8,3-10,0. hal ini disebabkan oleh faktor
kesalahan pada saat melakukan titrasi seperti kelebihan larutan titran sehingga menimbulkan
kesalahan data. Hal lain yang mungkin terjadi karena konsentrasi arutan standar yang dipakai
kurang tepat. Warna larutan dari pink berubah menjadi tepat hingga tidak berwarna. Setelah
itu larutan ditambahkan 2 tetes indikator BTB. Didapatkan hasil pengukuran pHnya yaitu
sebesar 6,3. Hasil yang didapatkan ini sudah sesuai dengan teori indikator BTB dengan
rentang pH yaitu 6,0-7,6. Warna larutan awalnya biru setelah dititrasi berubah menjadi
kuning. Hal ini sudah sesuai dengan teori yang ada. Selanjutnya larutan ditambahkan 2 tetes
indikator MO, hasil pengukuran pH yang didapatkan yaitu sebesar 3,1. Hasil yang diperoleh
ini sudah sesuai dengan teori indikator MO dengan rentang pH yaitu 3,1-4,4. Warna larutan
semula dari kuning berubah menjadi merah. Hal ini sudah sesuai dengan teori yang ada.

Indikator yang tepat adalah indikator yang mendekati titik ekuivalennya. Untuk titrasi
asam kuat dan basa kuat indikator yang dapat dipakai adalah BTB atau bisa juga
menggunakan indikator PP. untuk titrasi asam lemah dan basa kuat dapat dipakai indikator
PP. Sedangkan untuk titrasi basa lemah dan asam kuat menggunakan indikator MO. Hal ini
sudah sesuai dengan teori yang ada.
Kesimpulan
1. Untuk titrasi asam kuat dan basa kuat dapat digunakan indiaktor bromotymol blue
(BTB) dan fenolftaein (PP).
2. Untuk titrasi asam lemah dan basa kuat dapat dipakai indikator PP.
3. sedangkan untuk titrasi basa lemah dan asam kuat menggunakan indikator metil
orange (MO).
Daftar Pustaka
Underwood, 2001, Analisi Kimia Kuantitatif, Jakarta, Erlangga.
Vogel, 1990, Analisis Anorganik Kualitatif, Jakarta, Kalman Media Pustaka.
Huda, Thorikul, 2011, Panduan Praktikum Kimia Analisis 1, Yogyakarta, Universitas Islam
Indonesia.
Dwi, Krisna. 2014. Titrasi Asam Basa (Netralisasi). https://bisakimia.com/2014/09/05/titrasiasam-basa-netralisasi/ diakses pada tanggal 16 Oktober 2016 pukul 16.43 WIB

Anda mungkin juga menyukai