Anda di halaman 1dari 5

PRAKTIKUM ANALISIS KADAR SERAT KASAR

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


UNIVERSITAS PADJADJARAN

Fressylia Raisha Faressi (240210140095)

Departemen Teknologi Industri Pangan Universitas Padjadjaran, Jatinangor


Jalan Raya Bandung-Sumedang Km. 21, Jatinangor, Sumedang 40600 Telp. (022) 7798844, 779570
Fax. (022) 7795780 Email: Fressyliaraisha@gmail.com

ABSTRAK

Serat kasar adalah bagian dari pangan yang tidak dapat terhidrolisis oleh bahan-bahan kimia
yang digunakan untuk menentukan kadar serat kasar yaitu asam sulfat (H 2SO4) dan natrium
hidroksida (NaOH). Analisis kadar serat kasar sangat penting untuk dilakukan karena serat telah
diketahui mempunyai banyak manfaat bagi tubuh seperti mencegah sembelit, mencegah kanker,
mencegah sakit pada usus besar, dan membantu menurunkan kadar kolesterol. Tujuan dari praktikum
kali ini yaitu untuk mengetahui cara analisis kadar serat kasar pada bahan pangan dengan metode SNI
01-2891-1992 dan mengetahui kadar serat kasar dalam sampel. Hasil analisis kadar serat kasar daun
pepaya yaitu berkisar antara 2,3655%-3,7649%, buah pepaya yaitu berkisar antara 1,7960%-2,0602%,
kangkung yaitu berkisar antara 3,7425%-2,2541%, bayam yaitu 1,7021%-2,4764%, dan wortel yaitu
1,5295%-1,9556%. Urutan rata- rata kadar serat kasar dari sampel dari yang terbesar hingga terkecil
yaitu wortel, pepaya, bayam, kangkung, dan daun pepaya.
Kata kunci: Serat kasar, metode SNI 01-2891-1992

PENDAHULUAN 1996). Oleh karena itu, analisa kadar serat


kasar dalam bahan pangan sangat penting
Serat kasar merupakan residu dari untuk dilakukan.
bahan makanan atau pertanian setelah Istilah serat makanan (dietary fiber)
diperlakukan dengan asam atau alkali harus dibedakan dengan istilah serat kasar
mendidih dan terdiri dari selulosa dengan (crude fiber) yang biasa digunakan dalam
sedikit lignin dan pentosan (Winarno, 2004). analisis proksimat bahan pangan. Serat kasar
Serat dalam hal ini adalah suatu senyawa yang adalah bagian dari pangan yang tidak dapat
tidak dapat dicerna dalam organ pencernaan terhidrolisis oleh bahan-bahan kimia yang
tubuh manusia. Kandungan serat dalam digunakan untuk menentukan kadar serat kasar
makanan juga dapat digunakan untuk yaitu asam sulfat (H2SO4) dan natrium
mengevaluasi suatu proses pengolahan hidroksida (NaOH), sedangkan serat makanan
misalnya proses penggilingan dan pemisahan adalah bagian dari bahan pangan yang tidak
antara kulit dan kotiledon. Selain itu, serat dapat dihidrolisis oleh enzim-enzim
dapat dipakai untuk menentukan kemurnian pencernaan (Piliang dan Djojosoebagio, 1996).
bahan dan efisiensi suatu proses makanan Kira-kira hanya sekitar seperlima sampai
tersebut (Apriyantono, 2002). setengah dari seluruh serat kasar yang benar-
Serat telah diketahui mempunyai benar berfungsi sebagai dietary fiber
banyak manfaat bagi tubuh seperti mencegah (Winarno, 2004).
sembelit, mencegah kanker, mencegah sakit Metode yang digunakan untuk analisis
pada usus besar, membantu menurunkan kadar kadar serat kasar dalam praktikum ini yaitu
kolesterol, membantu mengontrol gula dalam metode SNI 01-2891-1992 (BSN, 1992).
darah, serat membantu mempercepat sisa Prinsip dari metode SNI 01-2891-1992 yaitu
makanan melalui saluran pencernaan untuk sampel dihidrolisis dengan asam kuat dan basa
diekskresikan keluar,dan mencegah wasir. kuat encer sehingga karbohidrat, protein dan
Namun, serat belum termasuk ke dalam zat-zat lain terhidrolisis dan larut, kemudian
komponen zat gizi (Piliang dan Djojosoebagio, disaring dan dicuci dengan air panas yang
mengandung asam dan alkohol, selanjutnya kasar dihitung dengan menggunakan
dikeringkan dan ditimbang sampai bobot persamaan sebagai berikut.
konstan (Sudarmadji, et al., 1996). Kadar Serat Kasar (%) =
Tujuan dari praktikum kali ini yaitu ( Wks+ sampel )−( Wks)
untuk mengetahui cara analisis kadar serat x 100
Wsampel
kasar pada bahan pangan dengan metode SNI Dengan:
01-2891-1992 dan mengetahui kadar serat Wks = berat kertas saring konstan
kasar dalam sampel.
HASIL DAN PEMBAHASAN
METODOLOGI
Analisis kadar serat kasar pada buah,
Alat dan Bahan sayur dan bahan pangan olahan sangat penting
Sampel yang digunakan untuk analisis untuk dilakukan karena fungsi serat yang
kadar serat pangan yaitu bayam, daun pepaya, sangat penting bagi tubuh. Selain itu, serat
kangkung, pepaya, dan wortel. Reagen kimia kasar sangat penting dalam penilaian kualitas
yang digunakan yaitu akuades, alkohol 95%,
bahan makanan karena angka ini merupakan
larutan H2SO4 0,255 N, larutan K2SO4 6%, dan
indeks dan menentukan nilai gizi makanan
larutan NaOH 0,313 N. Reagen kimia yang
digunakan pada praktikum ini sudah tersebut (Apriyantono, 2002). Analisis serat
memenuhi standar laboratorium. kasar yang dilakukan kali ini yaitu dengan
Instrumen yang digunakan yaitu alat metode SNI 01-2891-1992. Fungsi
refluks, botol semprot, cawan alumunium, penambahan asam sulfat dan NaOH yaitu
corong, desikator, erlenmeyer asah 250 mL, untuk mnghidrolisis dan mengeluarkan zat-zat
grinder, kertas lakmus, kertas saring, neraca lain selain serat kasar karena berdasarkan
analitik, oven, pipet ukur 10 mL, dan pipet pernyataan oleh Piliang dan Djojosoebagio
ukur 25 mL. (1996), serat kasar tidak bisa dihidrolisis
dengan menggunakan asam dan basa dalam
Penentuan Kadar Serat Kasar larutan mendidih.
Sebanyak 1,25 gram sampel yaitu Sampel setelah dihidrolisis dengan
pada bagian yang bisa dimakan ditimbang dan asam harus dinetralkan terlebih dahulu dengan
dihaluskan dengan grinder lalu dimasukkan ke akuades sebelum dihidrolisis dengan
menggunakan basa. Hal ini dilakukan dengan
erlenmeyer asah 250 mL. Kemudian sebanyak
tujuan agar tidak mengganggu reaksi sampel
100 mL larutan H2SO4 0,255 N ditambahkan
dengan basa. Penetralan ini dilakukan dengan
lalu direfluks selama 30 menit dihitung dari menggunakan akuades, karena jika penetralan
mendidih. Larutan yang sudah selesai dilakukan langsung dengan NaOH
direfluks, disaring dalam keadaan panas lalu dikhawatirkan akan mempengaruhi reaksi
dicuci dengan akuades panas hingga netral hidrolisis yang dilakukan dengan basa. Selain
(dengan pengujian kertas lakmus). Residu itu, juga dikhawatirkan akan terbentuk
yang tersaring dan sudah dicuci kemudian endapan garam yang akan mempengaruhi hasil
dipindahkan ke erlenmeyer asah lain dan pengamatan.
ditambahkan larutan NaOH 0,313 N lalu Penyaringan harus dilakukan dalam
direfluks selama 30 menit. Saring larutan yang keadaan panas untuk membuang zat-zat lain
sudah direfluks dengan kertas saring yang selain serat kasar yang tidak terhidrolisis oleh
beratnya sudah diketahui dan konstan. Cuci asam sulfat. Selain itu, dalam keadaan dingin
kertas saring dengan 7,5 mL larutan K 2SO4 larutan akan mengental dan menjadi lebih sulit
6%, 25 mL akuades, dan 7,5 mL alkohol 95%. untuk disaring. Penambahan K2SO4 dan
Kemudian, keringkan kertas saring dalam akuades panas bertujuan untuk menghilangkan
oven dengan suhu 105oC selama 1-2 jam. kelebihan NaOH dalam residu (Sudarmadji, et
al., 1996). Fungsi penambahan alkohol adalah
Dinginkan dalam desikator selama 15 menit
untuk menghilangkan basa.
dan timbang hingga konstan. Semua langkah
Kadar serat kasar diketahui
diatas di lakukan secara duplo. Kadar serat berdasarkan perbandingan berat sampel dan
kertas saring sebelum pengeringan dan
sesudah pengeringan (gravimetri), sehingga bobot konstannya (Piliang dan Djojosoebagio,
kertas saring yang digunakan sudah diketahui 1996).

Tabel 1. Hasil Pengamatan Kadar Serat Kasar


Kel Sampel W kertas saring Wks+sampel W sampel Serat Kasar
(g) (g) (g) (%)
11 Daun 0,6722 0iii,7018 1,2513 2,3655
16 Pepaya 0,6626 0,7097 1,2510 3,7649
12 0,6983 0,7265 1,2510 2,2541
Kangkung
17 0,6644 0,7112 1,2505 3,7425
13 0,6650 0,6908 1,2523 2,0602
Pepaya
18 0,6726 0,6951 1,2528 1,7960
14 0,6842 0,7055 1,2514 1,7021
Bayam
19 0,6787 0,7097 1,2518 2,4764
15 0,6780 0,6972 1,2553 1,5295
Wortel
20 0,6884 0,7130 1,2579 1,9556

Berdasarkan hasil pengamatan pada Hal ini jika dibandingkan dengan hasil
Tabel 1, urutan rata- rata kadar serat kasar dari pengamatan dari sampel pepaya (Tabel 1),
sampel dari yang terbesar hingga terkecil yaitu maka hasil analisis kadar serat kasar pada
wortel, pepaya, bayam, kangkung, dan daun sampel pepaya (Tabel 1) lebih besar daripada
pepaya. Namun, hasil duplo yang dilakukan literatur. Hal ini diduga terjadi akibat proses
memiliki data yang cukup jauh nilainya. Hal hidrolisis komponen selain serat kasar dengan
ini diduga terjadi akibat hidrolisis yang menggunakan asam dan basa masih belum
dilakukan dengan asam atau basa masih belum maksimal, sehingga komponen selain serat
maksimal, sehingga masih ada komponen lain kasar ikut teranalisis dan mempengaruhi hasil
yang ikut teranalisis dalam penentuan kadar pengamatan.
serat kasar dan mempengaruhi hasil Hasil analisis kadar serat kasar pada
pengamatan. sampel kangkung (Tabel 1) yaitu berkisar
Hasil analisis kadar serat kasar daun antara 3,7425%-2,2541%. Berdasarkan
pepaya (Tabel 1) yaitu berkisar antara penelitian yang dilakukan oleh Farida et al.
2,3655%-3,7649%. Berdasarkan hasil (2004), kadar serat kasar pada kangkung air
penelitian yang dilakukan oleh Nwofia, et al. segar sebesar 1,80%. Berdasarkan hal ini,
(2012), kadar serat kasar yang terkandung maka kadar serat kasar hasil analisis (Tabel 1)
dalam daun pepaya berkisar antara 11,41%- lebih besar daripada literatur. Adanya
13,15%. Hasil analisis kadar serat kasar pada perbedaan yang diperoleh antara hasil analisis
sampel daun pepaya (Tabel 1) jauh lebih kecil dengan literatur karena adanya perbedaan
jika dibandingkan dengan literatur. Hal ini varietas yang digunakan, lokasi penanaman,
diduga akibat penyaringan larutan sampel genetik, sinar matahari, curah hujan, topografi,
yang tidak dalam keadaan panas sehingga tanah, musim, pemupukan, dan derajat
tidak semua serat kasar terpisah dengan kemasakan dari kangkung (Harris, 1985).
larutan H2SO4 yang digunakan. Tingginya Serat kasar yang tinggi pada kangkung berasal
kadar serat kasar pada daun pepaya dari dinding sel kangkung yang terdiri dari
menjadikan daun pepaya berpotensi untuk beberapa jenis karbohidrat yaitu selulosa,
digunakan pada formulasi pakan ternak karena hemiselulosa, dan pektin (Winarno, 2004).
serat akan memudahkan pergerakan usus dan Hasil analisis kadar serat kasar pada
penyerapan nutrisi (Brody, 1994). sampel bayam (Tabel 1) yaitu 1,7021%-
Hasil analisis kadar serat kasar pada 2,4764%. Kadar serat kasar yang ada dalam
buah pepaya yaitu berkisar antara 1,7960%- bayam petik yaitu sebesar 8,61% basis kering
2,0602%. Berdasarkan hasil penelitian yang (Akubugwo, et al., 2007). Hasil analisis kadar
dilakukan oleh Nwofia, et al. (2012), yaitu serat kasar pada sampel wortel (Tabel 1) yaitu
kadar serat kasar pada daging buah pepaya 1,5295%-1,9556%. Berdasarkan penelitian
lebih kecil jika dibandingkan dengan daun yang dilakukan oleh Hanif, et al. (2006), kadar
pepaya, yaitu berkisar antara 0,77%-0,93%. serat kasar dari wortel yaitu 0,6 %. Hal ini
berarti bahwa kadar serat kasar sampel wortel Biotechnology Vol. 6 (24): 2833-
dan bayam yang didapatkan (Tabel 1) tidak 2839.
sesuai jika dibandingkan dengan literatur. Hal
ini diduga terjadi karena perbedaan jenis Apriyantono, A. 2002. Pengaruh pengolahan
komoditas sampel yang digunakan dan metode terhadap nilai gizi dan keamanan
analisis kadar serat kasar yang berbeda. pangan. Disampaikan pada Seminar
Berdasarkan hasil analisis serat kasar Online Kharisma ke-2.
secara keseluruhan (Tabel 1), semua hasil
analisis berbeda cukup jauh dengan kadar serat Badan Standardisasi Nasional. 1992. Cara Uji
kasar sampel dari literatur. Hal ini Makanan dan Minuman. SNI 01-2891-
menunjukkan bahwa metode yang digunakan 1992. Badan Standardisasi Nasional,
untuk menentukan kadar serat kasar yang Jakarta.
dilakukan pada praktikum kali ini masih Brody, T. 1994. Nutritional Biochemistry,
belum optimal dalam menentukan kadar serat Second Edition. Academic Press San
dari sampel. Hal ini diduga terjadi akibat Diego, California.
proses hidrolisis komponen lain selain serat
kasar yang kurang sempurna sehingga deMan, J. M. 1997. Kimia Makanan. Institut
komponen lain tersebut ikut teranalisis sebagai Teknologi Bandung, Bandung.
serat kasar. Selain itu, pemanasan yang kurang
sempurna pada oven juga bisa menjadi faktor Farida W. S., Nurjaeni, R. Mutia, dan D.
penyebab perbedaan yang cukup jauh. Faktor Diapari . 2004. Kemampuan cerna
lain yang mempengaruhi kadar serat kasar kuskus beruang (Ailurops ursinus)
pada bahan yaitu suhu dan lama perendaman. terhadap pakan alternatif di
Hal ini sesuai dengan pernyataan oleh Jamarun penangkaran. J. Biosmart Vol 6
dan Herawati (2001), bahwa semakin tinggi (1):65-70.
suhu maka persentase serat kasar semakin
meningkat. Hanif, R., Z. Iqbal, M. Iqbal, S. Hanid, dan M
Contoh serat kasar yaitu selulosa dan Rasheed. 2006. Use Of Vegetables As
lignin dalam makanan. Selulosa merupakan Nutritional Food: Role In Human
jenis karbohidrat yang strukturnya merupakan Health. Journal of Agricultural and
polimer homolog beta glukosa yang biasanya Biological Science Vol. 1 (1):18-22.
disertai polisakarida lain dan lignin, yang
Harris, R. S. 1985. Pengaruh Budidaya
memiliki rantai yang sangat panjang (deMan.
Pertanian Terhadap Bahan Pangan
1997).
Nabati. Institut Teknologi Bandung,
Bandung.
KESIMPULAN
Jamarun, N., Dan R. Herawati. 2001.
Hasil analisis kadar serat kasar daun Pengaruh Suhu Dan Lama
pepaya (Tabel 1) yaitu berkisar antara Perendaman Terhadap Kandungan
2,3655%-3,7649%, buah pepaya yaitu berkisar Bahan Kering, Protein Kasar, Serat
antara 1,7960%-2,0602%, kangkung yaitu Kasar, Dan HCN Biji Karet. Fakultas
berkisar antara 3,7425%-2,2541%, bayam Peternakan, Universitas Andalas,
yaitu 1,7021%-2,4764%, dan wortel yaitu Padang.
1,5295%-1,9556%. Urutan rata- rata kadar
serat kasar dari sampel dari yang terbesar Nwofia, G. E., P. Ojimelukwe, dan C. Eji.
hingga terkecil yaitu wortel, pepaya, bayam, 2012. Chemical Composition of
kangkung, dan daun pepaya. Leaves, Fruit Pulp, and Seeds in Some
Carica papaya (L) Morphotypes. Int. J.
DAFTAR PUSTAKA Med. Arom. Plants Vol 2(1): 200-206.

Akubugwo, I. E., N. A. Obasi, G. C. Piliang, W. G dan S. Djojosoebagio. 1996.


Chineyere, Dan A. E. Ugbogu. 2007. Fisiologi Nutrisi: Edisi Kedua. UI-
Nutritional And Chemical Value Of Press. Jakarta.
Amaranthus Hybridus L. Leaves From
Afikpo, Nigeria. African Journal Of
Sudarmadji, S., Haryono, dan B., Suhardi.
1996. Prosedur Analisis Bahan
Makanan dan Pertanian. Penerbit
Liberty, Yogyakarta.

Winarno, F. G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi.


Penerbit Gramedia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai