Anda di halaman 1dari 17

LABORATORIUM PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2013/2014

PRAKTIKUM KIMIA PANGAN MODUL : PENENTUAN KADAR PROTEIN DAN SENYAWA BERNITROGEN PEMBIMBING : Dewi Widiabudiningsih, MT : 18 Oktober 2013 : 25 Oktober 2013

Tanggal Praktikum Tanggal Penyerahan laporan

Oleh : Kelompok : IV Nama : M. Syarif Hidayatullah Nadia Luthfi Nuran Neng Teti Komala Nevy Puspitasari Nur Fauziyyah Ambar Kelas : 3A NIM. 111431017 NIM. 111431018 NIM. 111431019 NIM. 111431020 NIM. 111431021

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2013

I.

Tujuan Praktikum
1. Mengetahui dan memahami prinsip penentuan kadar protein 2. Menentukan kadar protein dari suatu sampel makanan (biskuit) menggunakan metode Kjeldahl 3. Menentukan kadar protein dari bahan pangan (biskuit) menggunakan metode Lowry

II.

Teori Dasar
Protein merupakan suatu polipeptida yang memiliki struktur primer, sekunder, tersier dan kuartener. Penentuan konsentrasi protein merupakan proses yang rutin digunakan dalam kerja Biokimia. Ada beberapa metode yang biasa digunakan dalam rangka penentuan konsentrasi preotein, yaitu metode Biuret, Lowry, dan lain sebagainya. Masing-masing metode mempunyai kekurangan dan

kelebihan. Pemilihan metode yang terbaik dan tepat untuk suatu pengukuran bergantung pada beberapa faktor seperti misalnya, banyaknya material atau sampel yang tersedia, waktu yang tersedia untuk melakukan pengukuran, alat

spektrofotometri yang tersedia (VIS atau UV).

Struktur Protein Sumber : http://www.ideasmagazine.info/2012/12/asam-amino.html

Metode Kjeldahl Metode Kjeldahl merupakan metode yang sederhana untuk penetapan nitrogen total pada asam amino, protein dan senyawa yang mengandung nitrogen. Sampel didestruksi dengan asam sulfat dan dikatalisis dengan katalisator yang sesuai sehingga akan menghasilkan amonium sulfat. Setelah pembebasan dengan alkali kuat, amonia yang terbentuk disuling uap secara kuantitatif ke dalam larutan penyerap dan

ditetapkan secara titrasi. Metode ini telah banyak mengalami modifikasi. Metode ini cocok digunakan secara semimikro, sebab hanya memerlukan jumlah sampel dan pereaksi yang sedikit dan waktu analisa yang pendek. Cara Kjeldahl digunakan untuk menganalisis kadar protein kasar dalam bahan makanan secara tidak langsung, karena yang dianalisis dengan cara ini adalah kadar nitrogennya. Dengan mengalikan hasil analisis tersebut dengan angka konversi 6,25, diperoleh nilai protein dalam bahan makanan itu. Untuk beras, kedelai, dan gandum angka konversi berturut-turut sebagai berikut: 5,95, 5,71, dan 5,83. Angka 6,25 berasal dari angka konversi serum albumin yang biasanya mengandung 16% nitrogen. Prinsip cara analisis Kjeldahl adalah sebagai berikut: mula-mula bahan didestruksi dengan asam sulfat pekat menggunakan katalis selenium oksiklorida atau butiran Zn. Amonia yang terjadi ditampung dan dititrasi dengan bantuan indikator. Cara Kjeldahl pada umumnya dapat dibedakan atas dua cara, yaitu cara makro dan semimakro. Cara makro Kjeldahl digunakan untuk contoh yang sukar dihomogenisasi dan besar contoh 1-3 g, sedang semimikro Kjeldahl dirancang untuk contoh ukuran kecil yaitu kurang dari 300 mg dari bahan yang homogen. Cara analisis tersebut akan berhasil baik dengan asumsi nitrogen dalam bentuk ikatan N-N dan N-O dalam sampel tidak terdapat dalam jumlah yang besar. Kekurangan cara analisis ini ialah bahwa purina, pirimidina, vitamin-vitamin, asam amino besar, kreatina, dan kreatinina ikut teranalisis dan terukur sebagai nitrogen protein. Walaupun demikian, cara ini kini masih digunakan dan dianggap cukup teliti untuk pengukuran kadar protein dalam bahan makanan. Analisa protein cara Kjeldahl pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga tahapan yaitu proses destruksi, proses destilasi dan tahap titrasi.

1.

Tahap destruksi Pada tahapan ini sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga terjadi

destruksi menjadi unsur-unsurnya. Elemen karbon, hidrogen teroksidasi menjadi CO, CO2 dan H2O. Sedangkan nitrogennya (N) akan berubah menjadi (NH4)2SO4. Untuk mempercepat proses destruksi sering ditambahkan katalisator berupa campuran Na2SO4 dan HgO (20:1). Gunning menganjurkan menggunakan K2SO4 atau CuSO4. Dengan penambahan katalisator tersebut titk didih asam sulfat akan dipertinggi sehingga destruksi berjalan lebih cepat. Selain katalisator yang telah disebutkan tadi, kadang-kadang juga diberikan Selenium. Selenium dapat mempercepat proses

oksidasi karena zat tersebut selain menaikkan titik didih juga mudah mengadakan perubahan dari valensi tinggi ke valensi rendah atau sebaliknya.

2.

Tahap destilasi Pada tahap destilasi, ammonium sulfat dipecah menjadi ammonia (NH3)

dengan penambahan NaOH sampai alkalis dan dipanaskan. Agar supaya selama destilasi tidak terjadi superheating ataupun pemercikan cairan atau timbulnya gelembung gas yang besar maka dapat ditambahkan logam zink (Zn). Ammonia yang dibebaskan selanjutnya akan ditangkap oleh asam khlorida atau asam borat 4 % dalam jumlah yang berlebihan. Agar supaya kontak antara asam dan ammonia lebih baik maka diusahakan ujung tabung destilasi tercelup sedalam mungkin dalam asam. Untuk mengetahui asam dalam keadaan berlebihan maka diberi indikator misalnya BCG + MR atau PP.

3.

Tahap titrasi Apabila penampung destilasi digunakan asam borat maka banyaknya asam

borat yang bereaksi dengan ammonia dapat diketahui dengan titrasi menggunakan asam khlorida 0,1 N dengan indikator (BCG + MR). Akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan dari biru menjadi merah muda. %N = N.HCl 14,008 100 % Setelah diperoleh %N, selanjutnya dihitung kadar proteinnya dengan mengalikan suatu faktor. Besarnya faktor perkalian N menjadi protein ini tergantung pada persentase N yang menyusun protein dalam suatu bahan.

Metode Lowry
Metode Lowry merupakan pengembangan dari metode Biuret. Dalam metode ini terlibat 2 reaksi. Awalnya, kompleks Cu(II)-protein akan terbentuk sebagaimana metode biuret, yang dalam suasana alkalis Cu(II) akan tereduksi menjadi Cu(I). Ion Cu+ kemudian akan mereduksi reagen Folin-Ciocalteu, kompleks

phosphomolibdat-phosphotungstat

(phosphomolybdotungstate),

menghasilkan

heteropolymolybdenum blue akibat reaksi oksidasi gugus aromatik (rantai samping asam amino) terkatalis Cu, yang memberikan warna biru intensif yang dapat dideteksi secara kolorimetri. Kekuatan warna biru terutama bergantung pada kandungan residu

tryptophan dan tyrosine-nya. Keuntungan metode Lowry adalah lebih sensitif (100 kali) daripada metode Biuret sehingga memerlukan sampel protein yang lebih sedikit. Batas deteksinya berkisar pada konsentrasi 0.01 mg/mL. Namun metode Lowry lebih banyak interferensinya akibat kesensitifannya.

III.

Persamaan Reaksi
Saat dekstruksi : Sampel(C,H,O,N,S) + H2SO4(aq) + katalis Saat destilasi: (NH4)2SO4(aq) + 2NaOH(aq) NH3(g) + H3BO3(aq) Saat titrasi: H2BO3(aq) + HCl(aq) H3BO3(aq) + ClNH3(g) + Na2SO4(aq) + H2O(l) NH4+ + H2BO3(aq) (NH4)2SO4(aq) +CO2+SO2+H2O

IV.

Alat dan Bahan


Alat Tabung reaksi Batang pengaduk Botol semprot Pipet tetes Gelas kimia 100 mL Pipet ukur Gelas ukur 100 mL Labu kjeldahl Tabung penghisap kjeldahl Kaca arloji Spatula Alu dan mortar Gelas kimia 500 ml Buret 25 mL Erlenmeyer 250 mL Corong Bahan Jumlah 7 buah 1 buah 1 buah 2 buah 2 buah 2 buah 1 buah 4 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 2 buah 1 buah

Alat destilasi Kuvet Spektrofotometer laboo CuSO4 H2SO4 pekat H3BO3 Mix indicator HCl NaOH Na2SO4 Na.K tartrat Na2CO3 Protein standar

1 unit 2 buah 1 unit 3 gram 80 mL 200 mL 1 mL 250 mL 1000 mL 27 gram 1 gram 1 gram 0,5 gram

V.

Langkah Kerja

5.1. Metode Kjeldahl Sampel

Penimbangan sampel 1,5 gr

7,5 gr CuSO4:Na2SO4 1:9 20 mL H2SO4 pekat p.a

Labu kjeldahl

batu didih

Dekstruksi 1-1,5 jam hingga larutan jernih

Pendinginan

Penambahan aquadest 100 mL

Pendinginan

100 mL H3BO3 pada erlenmeyer 250 mL

NaOH

Destilasi

Penambahan 5 tetes mix indicator Destilat

Rafinat

Titrasi dengan HCl 0,02 N

5.2. Metode Lowry


Pemasukan 0(blanko);0,1;0,2;0,4;0,6;0,8 dan 1 mL kedalam tabung reaksi

5,5 mL campuran CuSO4 dan Na2CO3

Penambahan aquadest hingga 4 mL

Pengocokan dan pendiaman 1015 menit suhu kamar

Penambahan 0,5 mL pereaksi Folin Ciocalteu

Pengocokan dan pendiaman 30 menit sampai warna biru

Pengukuran absorbansi pada panjang gelombang 650nm

5.3. Penentuan Protein pada sampel biskuit metode Lowry Sampel biskuit

Penghancuran dan penambahan air

Penyaringan

Residu

Filtrat

Pemipetan 1 mL

5,5 mL campuran CuSO4 dan Na2CO3

Penambahan aquadest hingga 4 mL

Pengocokan dan pendiaman 1015 menit suhu kamar

Penambahan 0,5 mL pereaksi Folin Ciocalteu

Pengocokan dan pendiaman 30 menit sampai warna biru

Pengukuran absorbansi pada panjang gelombang 650nm

VI.

Data Pengamatan
Metode Penentuan protein metode kjeldahl Pengerjaan Pengamatan Dekstruksi Ketika sampel dan garam kjeldahl di tambahkan dengan H2SO4 larutan berwarna coklat muda keruh dengan padatan kristal garam kjeldahl berwarna biru putih. Ketika larutan didekstruksi, larutan berwarna hitam pekat dan terlihat ada uap putih pada tabung kjeldahl, kemudian setelah 1,5 jam larutan menjadi berwarna biru muda jernih dan tidak ada asap putih lagi. Destilasi Ketika destilasi, larutan yang akan didestilasi yang ada pada labu kjeldahl berwarna biru muda, sedangkan larutan penangkap asam borat yang ditambahkan mix indicator berwarna merah muda dan setelah destilasi berjalan, larutan menjadi berwarna hijau. Titrasi Larutan sebelum didestilasi berwarna hijau, setelah dititrasi larutan berwarna merah muda (TA) Larutan Ketika larutan ditambahkan air, larutan berwarna standar bening kemudian ketika ditambahkan pereaksi campuran CuSO4 dan Na2CO3 larutan tetap bening. Akan tetapi ketika larutan ditambahkan pereaksi folin, larutan menjadi berwarna hijau kuning. Setelah didiamkan 30 menit larutan menjadi berwarna biru. Larutan blanko yang di buat berwarna bening, kemudian larutan berwarna biru semakin pekat sesuai dengan bertambahnya konsentrasi. Sampel Larutan ketika ditambahkan pereaksi campuran CuSO4 dan Na2CO3 larutan tetap bening. Akan tetapi ketika larutan ditambahkan pereaksi folin, larutan menjadi berwarna hijau kuning. Setelah didiamkan 30 menit larutan menjadi berwarna biru.

Penentuan protein metode lowry

VII.

Percobaan dan Perhitungan

Data Percobaan dan Perhitungan 1. Metode Lowry - Pembuatan larutan standar Konsentrasi standar protein = 250 ppm V1 x C1 = V2 x C 2 0,1x 250 = 10 x C2 C2 = 2,5 ppm V1 x C1 = V2 x C 2 0,2x 250 = 10 x C2 C2 = 5 ppm V1 x C1 = V2 x C 2 0,4x 250 = 10 x C2 C2 = 10 ppm V1 x C1 = V2 x C 2 0,6x 250 = 10 x C2 C2 = 15 ppm V1 x C1 = V2 x C 2 0,8x 250 = 10 x C2 C2 = 20 ppm V1 x C1 1x 250 C2 = V2 x C 2 = 10 x C2 = 25 ppm

Panjang gelombang : 650 nm No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Konsentrasi standar(ppm) 2,5 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 Sampel 1 ml Transmitan (T) 93,8 86,6 75,4 65,3 59,2 52,4 57,9 Absorban (A) 0,028 0,063 0,123 0,185 0,228 0,281 0,239

0.35 0.3 0.25 Absorbansi 0.2 0.15 0.1 0.05 0 0 10 20 30 Konsentrasi (ppm) Series1 Linear (Series1) y = 0.0113x + 0.0044 R = 0.9964

Grafik1. Hubungan konsentrasi larutan standar protein terhadap absorbansi

Dari persamaan y = 0.0112x + 0.0071, maka didapatkan konsentrasi sampel sebesar :

Sampel 1 mL dengan serapan sampel 0.239, yaitu Y 0.239 x kadar protein = 0.0113x + 0.0044 = 0.0113 x + 0.0044 = 20.7610 ppm = 20.7610 ppm

karena dilakukan pengenceran, maka kadar protein pada sampel sebenarnya yaitu : kadar protein sebenarnya = kadar protein x volume labu/volume pipet = 20.7610 ppm x 100 ml/1 ml = 2076,1 ppm

% protein dalam sampel Berat sampel = 1,0009/100 mL = 10009 ppm % protein dalam sampel = = 20,74%

2. Metoda Kjedahl NHCl= 0,0200 N No Berat sampel (gr) 1. 1,0013 2. 0,5196 3. blanko %N =
( )

Volume titran 59,4 35,3 4,25

Protein = %N x faktor konversi %N1,0 Protein1,0 =


( )

= 1,54 % = 1,54% x 6,25 = 9,63 % =


( )

%N0,5 Protein0,5

= 1,67 % = 1,67% x 6,25 = 10,44 %

VIII.

Pembahasan
Pada praktikum penentuan protein metode kjeldahl, sampel didestruksi, destilasi dan titrasi. Ketika sampel didestruksi, sampel ditambahkan H2SO4 pekat dan garam kjeldahl. Fungsi dari destruksi adalah untuk mengubah nitrogen yang ada dalam sampel menjadi bentuk amonium yang terikat dengan H2SO4 dengan bantuan katalis garam kjeldahl, dengan reaksi: Sampel(C,H,O,N,S) + H2SO4(aq) + katalis (NH4)2SO4(aq) +CO2+SO2+H2O

Dimana ketika dekstruksi, larutan berubah warnanya menjadi hitam ini mengindikasikan bahwa masih berlangsungnya proses pengubahan nitrogen menjadi amonium sulfat dan pendekomposisian kandungan senyawa organik menjadi CO2; SO2; dan H2O , jika

larutan sudah berwarna bening maka hal tersebut mengindikasikan bahwa semua nitrogen yang ada dalam sampel sudah diubah menjadi amonium sulfat. Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam proses destruksi yaitu jumlah asam sulfat yang ditambahkan harus sesuai dengan jumlah sampel yang digunakan, suhu pemanasan dan lama waktu destruksi tetap dijaga dan penambahan garam kjedahl juga berperan untuk meningkatkan titik didih asam yang digunakan. Setelah dilakukan destruksi yang sempurna, larutan ditambahkan aquadest. Fungsi penambahan aquadest adalah untuk mengencerkan larutan hasil dekstruksi, pada proses penambahan aquadest ini larutan bersifat eksoterm. Hal ini dikarenakan didalam labu kjeldahl tersebut terdapat H2SO4 yang bersifat eksoterm bila dicampurkan dengan air. Nitrogen yang telah berubah menjadi amonium sulfat, kemudian didestilasi. Tujuan proses destilasi adalah untuk memisahkan nitrogen dari larutan hasil dekstruksi dalam bentuk amoniak, dimana dengan perlakuan pemanasan dan penambahan NaOH, amonium sulfat akan berubah menjadi amoniak yang dapat teruapkan. Amonia yang teruapkan ditangkap dengan asam borat. Asam borat dapat menangkap amoniak karena terjadinya reaksi sebagai berikut: NH3(g) + H3BO3(aq) NH4+ + H2BO3(aq)

Jumlah amoniak yang ditangkap dapat ditentukan dengan mentitrasi larutan dengan HCl, karena mmol amoniak sama dengan mmol H2BO3 yang dilepaskan dan mmol asam borat sama dengan mmol HCl. Dari hasil perhitungan, diperoleh total nitrogen untuk sampel biskuit potato dengan berat sampel 0,5 dan 1 gram yaitu sebesar 1,67% dan 1,54%. Untuk mendapatkan kadar protein pada sampel, total nitrogen dikalikan dengan faktor konversi. Faktor konversi yang digunakan (secara umum) yaitu sebesar 6,25 , sehingga kadar protein dalam sampel dengan berat 0,5 gram dan 1 gram secara berurutan yaitu 10,44% dan 9,63%. Seharusnya kadar protein berbanding lurus dengan berat sampel, semakin banyak sampel, kadar protein yang diperoleh semakin besar, sehingga persen protein pada sampel seharusnya sama. Pada penentuan kadar protein dengan metoda kjeldahl seharusnya pada sampel dilakukan pretreatment terlebih dahulu, seperti dilakukan proses solting out untuk memisahkan protein dengan zat lain yang mengandung nitrogen nonprotein yang terdapat pada sampel. Hal ini dikarenakan, metode kjeldahl mengukur kadar protein berdasarkan pada konversi nitrogen. Nitrogen nonprotein yang terdapat pada sampel, akan mempengaruhi pengukuran kadar protein menjadi lebih besar.

Pada praktikum metode lowry, digunakan spektrofotometer untuk menentukan kadar protein dalam sampel. Triptofan dan Tirosan yang ada dalam sampel pada susana basa, akan mereduksi ion Cu2+ menjadi Cu+, sehingga ion Cu+ akan bereaksi dengan reagen Folin-Ciocalteu, membentuk kompleks phosphomolibdat-phosphotungstat

(phosphomolybdotungstate), menghasilkan tungsten dan heteropolimolibdenum blue akibat reaksi oksidasi gugus aromatik (rantai samping asam amino) terkatalis Cu, yang memberikan warna biru sehingga dapat menyerap cahaya dan dapat diamati secara spektrofotometri. Intensitas warna yang dihasilkan tergantung dari konsentrasi tirosin dan triptofan dalam protein dari sampel. Semakin biru warna yang dihasilkan, maka semakin besar konsentrasi proteinnya. Hal ini dapat dilihat dari pembuatan larutan deret standar yang menghasilkan warna semakin biru seiring bertambahnya besarnya konsentrasi. Pereaksi untuk metode lowry merupakan gabungan dari pereaksi Biuret dan pereaksi Folin Ciocalteu (Fenol) dimana, larutan Na2CO3 berfungsi sebagai garam yg mengkoordinasikan reaksi dalam suasana basa bersama NaOH, larutan Na-K-tartat berfungsi mencegah terjadinya pengendapan kuprioksida dalam reagen lowry . CuSO4 berfungsi untuk mereduksi fosfotungstat-fosfomolibdat. Reagen lowry B berfungsi untuk memberikan suasana basa sehingga akan menghasilkan warna biru, dimana intensitas warna ini bergantung dari kadar protein yang akan ditentukan. Pada penentuan kadar protein dengan metoda ini, dilakukan pembuatan larutan deret standar protein dari larutan induk bovine serum albumin (BSA) dengan konsentrasi 250 mg/L. Pembuatan deret standar tersebut untuk membuat kurva kalibrasi dimana, dari kurva kalibrasi tersebut akan didapat persamaan linier yang digunakan untuk menentukan konsentrasi sampel yang akan dianalisa. Setelah larutan standar dan sampel ditambahkan pereaksi, standard dan sampel didiamkan selama 10 menit pada suhu kamar agar reaksi berjalan sempurna. Reaksi yang terjadi adalah reduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh asam amino aromatik dalam protein (Tirosin, Triptofan atau Fenilalanin). Reaksi yang terjadi sebagai berikut :

Kompleks protein dengan ion Cu2+ dalam reagen biuret Setelah 10 menit, menambahkan reagen Folin Ciocalteu atau Fenol kedalam masingmasing tabung reaksi larutan standar, sampel (yang telah diencerkan) dan blanko sebanyak 0,5 mL. Lalu dikocok untuk menghomogenkan. Setelah itu didiamkan lagi selama 30 menit. Tiga puluh menit ini merupakan waktu yang dibutuhkan agar seluruh reaktan atau protein bereaksi seluruhnya dengan reagen. Reaksi yang terjadi saat penambahan reagen Folin Ciocalteu ialah :

Pembentukan heteropolimolibdenum blue dari reduksi fosfomolibdat dan fosfotungstat oleh komplek Cu+ dan protein Setelah itu larutan standar, sample dan blanko kemudian diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-VIS. Sebelum mengukur, melakukan penentuan panjang gelombang maksimum untuk larutan standar protein (atau larutan BSA), menurut literatur pengukuran absorbansinya pada diantara 500-750 nm, karena pada tersebut pereaksi (folin-ciocalteau) bereaksi dengan tyrosine dan tryptophan dalam protein membentuk warna biru, dan ditentukan maksimum pada 650 nm karena panjang gelombang 650 nm merupakan panjang gelombang serapan maksimum untuk warna biru. Lalu setelah itu mengukur semua larutan standar protein yang telah dibuat dengan panjang gelombang 650 nm. Setelah pengukuran larutan standar lalu mengukur

konsentrasi sampel yang telah diencerkan. Setelah mendapatkan absorbansi dari deret standar protein maka selanjutnya hasil tersebut diolah pada grafik linier sehingga mendapatkan persamaanY = 0.0113x + 0.0044. Dari persamaan tersebut dapat diperoleh kadar protein pada sampel yaitu 2076,1 ppm dan % protein pada sampel yaitu 20,74%. Dari kedua metode yang dilakukan, pada metode kjeldahl diperoleh kadar protein berturut-turut yaitu 10,44% dan 9,63%. Sedangkan pada metode lowry didapat kadar protein sebesar 20,74%. Sedangkan dari sampel biskuit go! potato tertera pada kemasan kadar protein yang terkandung adalah sebesar 10%. Dari data tersebut % protein dengan metode Kjeldahl lebih mendekati % protein pada kemasan, perbedaan % protein pada metode lowry dapat disebabkan oleh adanya gugus fenolik yang terdapat pada sampel yang ikut terukur, seharusnya pada sampel dilakukan pretreatment dengan penambahan TCA sehingga protein mengendap.

Kesimpulan
Kadar protein pada sampel biskuit go! potato dengan metode kjeldahl yaitu sebesar 10,44% dan 9,63% dengan berat sampel 0,5 gram dan 1 gram. Sedangkan pada metode lowry didapat kadar protein sebesar 20,74%. % kadar protein ini yaitu pada % kadar air sebesar 3,36 %.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009. Pembuatan Tahu dan Analisis Protein, (online), (http://ekosistemgua.blogspot.com/2009/09/pembuatan-tahu-dan-pengujian-kadar.html diunduh 24 Oktober 2013 pkl. 22,17) Fitriadi, yoza. 2011. Uji Formalin dan Penentuan Kadar Protein, (online), (http://yozafitriadi.blogspot.com/2011/01/laporan-penelitian-praktikum-kimia.html diunduh 24 Oktober 2013 pkl. 18.10) Hartini, 2013. Analisis Kadar Protein, (online), (http://hartinisrikui.blogspot.com/2013/02/analisis-proksimat.html diunduh 24 Oktober 2013 pkl. 20.18) Iswatisri, 2011. Analisa Makanan dan Minuman, (online), (http://iswatisri89.wordpress.com/2011/03/07/kuliah-analisa-makanan-dan-minuman/ diunduh 24 Oktober 2013 pkl 18.34) Laksono, dkk. Daya Ikat air, kadar air dan kadar Protein Nugget Ayam, (online), (ejournals1.undip.ac.id inde .php aaj article ... 782 diunduh 24 Oktober 2013 pkl. 19.02) Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka

Anda mungkin juga menyukai