LAPORAN PRAKTIKUM
BIOKIMIA I
I. Nomor Percobaan : .V (Lima)
II. Nama Percobaan : Analisa Karbohidrat (glukosa) Metode Luff-
...Schoorl
III. Tujuan Percobaan :
3.1 Dari percobaan ini diharapkan mahasiswa mampu menganalisa
..kandungan glukosa dari suatu bahan menggunakan metode luff-
. schoorl.
.
1 Universitas Sriwijaya
2
linear sedangkan yang lain seperti amilum (pati) dan glikogen mempunyai rantai
yang bercabang. Polisakarida yang.paling banyak dijumpai pada dunia tanaman
yaitu pati dan selulosa. Nama.semua monosakarida dan disakarida berakhiran –
osa (Wibawa, 2017).
Salah satu karbohidrat sederhana glukosa yang berperan sebagai penghasil
energi utama. Fungsi.dari tubuh akan menjadi sangat baik apabila kadar glukosa
darah berada pada batas normal. Kadar pembuangan glukosa dianggap normal jika
kadar glukosa kembali normal.dalam waktu dua jam, setelah kenaikan pada satu
jam pertama. Apabila kadar glukosa dalam darah dua jam setelah makan
abnormal, maka dapat dilakukan tes toleransi glukosa oral untuk mendapatkan
keterangan tambahan tentang adanya gangguan metabolisme karbohidrat.
Glukosa merupakan bahan bakar karbohidrat utama yang ditemukan dalam
darah dan bagi banyak.organ tubuh, glukosa merupakan bahan bakar primer.
Glukosa diangkut dalam plasma menuju seluruh bagian tubuh dan langsung
digunakan sebagai sumber energi. Pada daerah-daerah lain, glukosa diambil dan
disimpan sebagai glikogen. Penanganan glukosa memiliki peran utama dalam
pemanfaatan, pengisian.ulang dan distribusi seluruh bahan bakar metabolik.
Perubahan kadar glukosa darah secara tajam akan secara serius menganggu
kinerja dan kesehatan. Pada kadar glukosa rendah, akan terjadi gejala-gejala
malfungsi tak terkait. Hal itu disebabkan oleh hampir sepenuhnya pada glukosa
sebagai bahan bakar tubuh (Triana dan Salim, 2017).
Konsentrasi karbohidrat.atau gula juga bisa ditentukan dalam bahan
makanan melalui titrasi, gravimetrik, spektrofotometri.atau kromatografi. Metode
ini juga mengidentifikasi gula yang ada di dalam sampel. Mengenai titrasi
titrimetri dan Luff-Schrool didasarkan.pada reaksi antara pengurangan gula dan
larutan alkali dari tembaga sulfat, dengan pengurangan tembaga dua oksida
menjadi tembaga oksida. Dalam metode Luff-Schoorl, ion.tembaga dua oksida
yang belum tereduksi ditentukan secara iodometrik. Selanjutnya, total.gula
kemudian.ditentukan dengan mengkonversi pengurangan gula.melalui asam atau
hidrolisis enzimatik.
Metode Luff-Schoorl persiapan.pengujian dengan pereaksi Luff-Schoorl,
air, potassium iodida, larutan asam, dan indikator.pati. Campuran tersebut dititrasi
2 Universitas Sriwijaya
3
3 Universitas Sriwijaya
4
pekerjaan yang tidak sederhana.karena rangkaian alatnya yang cukup sulit dan
lebih banyak memakan waktu bila dibandingkan dengan metode Lane Eynon yang
pengerjaan lebih sederhana walaupun.kedua metode ini masih memiliki kesamaan
prinsip kerja dengan proses titrimetri. Dalam.proses pengujian dengan metode
Luff-schoorl ini yang menjadi indikator proses analisa berhasil atau tidaknya yaitu
saat penambahan larutan sampel.dengan amilum. Bila terbentuk warna biru tua
maka prosesnya benar, namun bila tidak terbentuk warna biru tua berarti larutan
Kalium iodida yang telah ditambahkan telah menguap dan proses dikatakan salah.
Setelah melalui serangkaian tahap.dan pada saat penambahan kalium iodida 20%
mengalami perubahan warna.menjadi biru tua hampir hitam. Hal ini menandakan
proses analisa yang di lakukan benar dan sesuai dengan teori. Untuk mengetahui
kadar iodium yang bebas dilakukan titrasi dengan natrium tiosulfat karena
banyaknya volume natrium.tiosulfat yang digunakan sebanding dengan
banyaknya iodium bebas yang dianggap sebagai kadar gula. Titrasi ini dihentikan
hingga warna biru tua hilang dan larutan berubah.warna menjadi putih (Afriza dan
Ismanilda, 2019).
Metode Luff-Schoorl ini baik digunakan untuk menentukan kadar
karbohidrat yang berukuran sedang. Dalam penelitian M.Verhaart dinyatakan
bahwa metode Luff Schoorl merupakan metode terbaik untuk mengukur kadar
karbohidrat dengan tingkat kesalahan sebesar 10%. Pada.dasarnya prinsip metode
analisa yang digunakan adalah iodometri karena menganalisis iodium yang bebas
untuk dijadikan dasar.penetapan kadar. Dimana proses iodometri adalah proses
titrasi terhadap iodium (I2) bebas dalam larutan. Apabila terdapat zat oksidator
kuat (misal H2SO4) dalam larutannya yang bersifat netral atau sedikit asam
penambahan ion iodida.berlebih akan.membuat zat oksidator tersebut tereduksi
dan membebaskan iodium yang setara jumlahnya.dengan dengan banyaknya
oksidator iodium bebas ini selanjutnya akan dititrasi dengan larutan standar
Na2S2O3 sehinga I2 akan.membentuk kompleks iod-amilum yang tidak larut
4 Universitas Sriwijaya
5
5 Universitas Sriwijaya
6
6 Universitas Sriwijaya
7
7 Universitas Sriwijaya
8
8 Universitas Sriwijaya
9
9 Universitas Sriwijaya
10
10 Universitas Sriwijaya
11
11 Universitas Sriwijaya
12
8.4. Blanko
12 Universitas Sriwijaya
13
7,25 mL – 5,8 mL
= x 0,1 N
0,1 N
= 1,45 mL (lihat data pada tabel luff schoorl)
Maka 1,45 mL berada diantara 1 dan 2 berselisih 2,4
Konversi mg glukosa menurut luff schoorl
Angka tabel = 2,4 + (0,45 x 2,4)
= 2,4 + 1,08
= 3,48 mg
∆glukosa = 0,00348 g
g karbohidrat
% Karbohidrat = x Fp x 100 %
g sampel
13 Universitas Sriwijaya
14
0,00348 g
= x 50 x 100 %
2g
= 8,7 %
9.2.2. Sampel B (Susu Cair)
VBlanko - VSampel
VNa-thio = x NNa-thio
0,1 N
7,25 mL – 5,85 mL
= x 0,1 N
0,1 N
= 1,4 mL (lihat data pada tabel luff schoorl)
Maka 1,4 mL berada diantara 1 dan 2 berselisih 2,4
Konversi mg glukosa menurut luff schoorl
Angka tabel = 2,4 + (0,4 x 2,4)
= 2,4 + 0,96
= 3,36 mg
∆glukosa = 0,00336 g
g karbohidrat
% Karbohidrat = x Fp x 100 %
g sampel
0,00336 g
= x 50 x 100 %
2g
= 8,4 %
9.2.3. Sampel C (Madu)
VBlanko - VSampel
VNa-thio = x NNa-thio
0,1 N
7,25 mL – 2,5 mL
= x 0,1 N
0,1 N
= 4,75 mL (lihat data pada tabel luff schoorl)
Maka 4,75 mL berada diantara 4 dan 5 berselisih 2,5
Konversi mg glukosa menurut luff schoorl
Angka tabel = 9,7 + (0,75 x 2,5)
= 9,7 + 1,875
= 11,575 mg
∆glukosa = 0,011575 g
14 Universitas Sriwijaya
15
g karbohidrat
% Karbohidrat = x Fp x 100 %
g sampel
0,011575 g
= x 50 x 100 %
2g
= 28,9 %
15 Universitas Sriwijaya
16
X. Pembahasan
Karbohidrat dapat dikatakan sebagai polihidroksi aldehid ataupun keton
yang terbentuk dari unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen. Karbohidrat
berdasarkan jumlah gula yang dimilikinya terbagi menjadi monosakarida,
disakarida, oligosakarida dan polisakarida. Monosakarida dikatakan sebagai
golongan karbohidrat yang paling sederhana karena hanya mengandung satu
gugus gula. Contoh dari monosakarida misalnya glukosa, fruktosa dan galaktosa.
Disakarida dikatakan sebagai golongan karbohidrat yang mengandung dua gugus
gula. Contoh dari disakarida misalnya maltosa dan sukrosa. Oligosakarida
dikatakan sebagai golongan karbohidrat yang mengandung tiga sampai delapan
gugus gula. Contoh dari oligosakarida misalnya trimaltosa. Polisakarida dikatakan
sebagai golongan karbohidrat yang memiliki lebih dari sepuluh gugus gula.
Contoh dari polisakarida misalnya amilum. Karbohidrat dapat berperan sebagai
gula pereduksi. Gula pereduksi dikenal sebagai semua gula monosakarida dan
disakarida yang memiliki kemampuan untuk mereduksi senyawa kimia lain
karena adanya gugus aldehid atau keton pada gula tersebut. Sukrosa termasuk
golongan disakarida yang tidak termasuk ke dalam gula pereduksi.
Analisa karbohidrat berdasarkan metode Luff Schoorl menggunakan
beberapa bahan. Susu digunakan sebagai sampel yang mengandung laktosa dari
golongan disakarida. Madu digunakan sebagai sampel yang mengandung fruktosa
dari golongan monosakarida. Penggunaan asam sulfat sebagai katalis dimana
katalis berfungsi untuk mempercepat laju reaksi. Asam sulfat dikenal sebagai
oksidator kuat. Kalium iodida berfungsi sebagai.pereduksi. Proses reduksi oleh
16 Universitas Sriwijaya
17
jalannya proses reduksi yang ditandai dengan perubahan warna dari biru menjadi
coklat. Penambahan kalium iodida akan mereduksi tembaga (II) sisa yang belum
tereduksi oleh gula pada karbohidrat. Penambahan asam sulfat akan menghasilkan
gelembung sebagai tanda bahwa iodium telah dibebaskan. Penambahan indikator
dilakukan dipertengahan proses titrasi sebelum mencapai titik akhir bertujuan agar
iodida tidak terlebih dahulu membentuk kompleks dengan amilum. Disamping itu
juga agar iodida lebih mudah berikatan dengan natrium tiosulfat. Jika indikator
ditambahkan di awal maka akan terbentuk kompleks iod-amilum.
Titrasi iodometri dikenal sebagai titrasi reduksi-oksidasi secara tidak
langsung. Titrasi ini akan menganalisa iodida bebas untuk mendapatkan kadar
gula yang terkandung pada larutan tersebut. Kelebihan dari metode Luff Schoorl
ini sepuluh persen lebih aktif atau tingkat kesalahannya kecil dan mudah untuk
dilakukan. Akan tetapi, metode ini hanya dapat dilakukan untuk menentukan
kadar gula pada karbohidrat yang berukuran sedang saja. Prosesnya juga
membutuhkan waktu yang lama.
Berdasarkan data yang diperoleh, madu membutuhkan volume titran paling
sedikit untuk mencapai titik akhir titrasi dan susu bearbrand membutuhkan
volume titran paling banyak untuk mencapai titik akhir titrasi. Jumlah volume
titran berbanding terbalik dengan kandungan gula pada sampel. Semakin banyak
volume titran yang dibutuhkan maka semakin sedikit kandungan gula pada
sampel. Sehinnga dari hasil analisa percobaan ini sampel yang memiliki
kandungan gula dari yang paling sedikit hingga terbanyak secara berurutan susu
cair, susu bubuk dan madu.
17 Universitas Sriwijaya
18
XI. Kesimpulan
1. Penambahan antara reagen Luff Schoorl dengan karbohidrat akan
mereduksi tembaga yang terdapat pada reagen Luff Schoorl.
2. Kalium iodida akan mereduksi sisa tembaga dari reagen Luff Schoorl
yang belum direduksi oleh gula pada karbohidrat.
3. Gelembung yang dihasilkan saat penambahan asam sulfat menandakan
iodium telah dibebaskan.
4. Volume titran berbanding terbalik dengan kandungan gula pada
karbohidrat.
5. Madu memiliki kandungan gula paling besar dan susu cair memiliki
kandungan gula paling sedikit.
18 Universitas Sriwijaya
19
DAFTAR PUSTAKA
Afriza, R dan Ismanilda. 2019. Analisis Perbedaan Kadar Gula Pereduksi Dengan
Metode Lane Eynon dan Luff Schoorl Pada Buah Naga Merah (Hylocereus
Polyrhizus). Jurnal Teknologi dan Manajemen Pengelolahan Laboratorium
(Temapela). 2(2): 91.
Asquieri, E, R., Silva, A., G., D., M, E., Mendes, D., D., C., S and Batista, R., D.
2019. Comparison Of Titulometric and Spektrophotometric Approaches
Towards the Determination of Total Soluble and Insoluble Carboghydrates
In Foodstuff. Carpathian Journal of Food Science and Technology. 11(3):
69-79.
Diyah, N, W dkk. 2016. Evaluasi Kandungan Glukosa dan Indeks Glikemik
Beberapa Sumber Karbohidrat Dalam Upaya Pengaliran Pangan Ber-Indeks
Glikemik Rendah. Jurnal Farmasi dan Ilmu Kefarmasian Indonesia. 3(2):
68.
19 Universitas Sriwijaya