Anda di halaman 1dari 19

1

LAPORAN PRAKTIKUM
BIOKIMIA I
I. Nomor Percobaan : .V (Lima)
II. Nama Percobaan : Analisa Karbohidrat (glukosa) Metode Luff-
...Schoorl
III. Tujuan Percobaan :
3.1 Dari percobaan ini diharapkan mahasiswa mampu menganalisa
..kandungan glukosa dari suatu bahan menggunakan metode luff-

. schoorl.
.

IV. Dasar Teori


Karbohidrat adalah polihidroksi aldehida dan polihidroksi keton atau zat-zat
yang bila dihidrolisis akan menghasilkan derivat senyawa-senyawa tersebut. Suatu
karbohidrat tergolong aldehida (CHO) jika oksigen karbonil berikatan dengan
suatu atom karbon terminal dan suatu keton (C=O) jika oksigen karbonil berikatan
dengan suatu karbonil internal. Pada umumnya karbohidrat merupakan zat padat
berwarna putih yang sukar larut dalam pelarut organik, tetapi larut dalam air
(kecuali beberapa sakarida). Sebagian besar karbohidrat dengan berat molekul
yang rendah, manis rasanya. Karena itu, juga digunakan istilah gula untuk zat-zat
yang tergolong karbohidrat.
Terdapat tiga golongan utama karbohidrat yaitu monosakarida,
oligosakarida dan polisakarida. Kata sakarida diturunkan dari bahasa yunani yang
berarti gula. Monosakarida atau gula sederhana, terdiri dari hanya satu unit
polisakarida aldehid atau keton. D-glukosa adalah monosakarida yang paling
banyak dijumpai dialam..Oligosakarida (bahasa yunani oligos yang artinya
sedikit) terdiri dari rantai pendek unit monosakarida yang digunakan bersama-
sama oleh ikatan kovalen diantaranya yang paling dikenal adalah disakarida yang
mempunyai dua unit monosakarida.
Teristimewa adalah sukrosa (gula tebu) yang terdiri dari gula D-glukosa dan
D-fruktosa yang digabungkan oleh ikatan kovalen. Kebanyakan oligosakarida
yang mempunyai tiga atau lebih unit monosakarida tidak terdapat secara bebas,
tetapi digabungkan sebagai rantai sampai polipeptida pada prokoglikan.
Polisakarida.terdiri dari rantai panjang yang mempunyai ratusan atau ribuan unit
monosakarida. Beberapa polisakarida seperti selulosa, mempunyai sebuah rantai

1 Universitas Sriwijaya
2

linear sedangkan yang lain seperti amilum (pati) dan glikogen mempunyai rantai
yang bercabang. Polisakarida yang.paling banyak dijumpai pada dunia tanaman
yaitu pati dan selulosa. Nama.semua monosakarida dan disakarida berakhiran –
osa (Wibawa, 2017).
Salah satu karbohidrat sederhana glukosa yang berperan sebagai penghasil
energi utama. Fungsi.dari tubuh akan menjadi sangat baik apabila kadar glukosa
darah berada pada batas normal. Kadar pembuangan glukosa dianggap normal jika
kadar glukosa kembali normal.dalam waktu dua jam, setelah kenaikan pada satu
jam pertama. Apabila kadar glukosa dalam darah dua jam setelah makan
abnormal, maka dapat dilakukan tes toleransi glukosa oral untuk mendapatkan
keterangan tambahan tentang adanya gangguan metabolisme karbohidrat.
Glukosa merupakan bahan bakar karbohidrat utama yang ditemukan dalam
darah dan bagi banyak.organ tubuh, glukosa merupakan bahan bakar primer.
Glukosa diangkut dalam plasma menuju seluruh bagian tubuh dan langsung
digunakan sebagai sumber energi. Pada daerah-daerah lain, glukosa diambil dan
disimpan sebagai glikogen. Penanganan glukosa memiliki peran utama dalam
pemanfaatan, pengisian.ulang dan distribusi seluruh bahan bakar metabolik.
Perubahan kadar glukosa darah secara tajam akan secara serius menganggu
kinerja dan kesehatan. Pada kadar glukosa rendah, akan terjadi gejala-gejala
malfungsi tak terkait. Hal itu disebabkan oleh hampir sepenuhnya pada glukosa
sebagai bahan bakar tubuh (Triana dan Salim, 2017).
Konsentrasi karbohidrat.atau gula juga bisa ditentukan dalam bahan
makanan melalui titrasi, gravimetrik, spektrofotometri.atau kromatografi. Metode
ini juga mengidentifikasi gula yang ada di dalam sampel. Mengenai titrasi
titrimetri dan Luff-Schrool didasarkan.pada reaksi antara pengurangan gula dan
larutan alkali dari tembaga sulfat, dengan pengurangan tembaga dua oksida
menjadi tembaga oksida. Dalam metode Luff-Schoorl, ion.tembaga dua oksida
yang belum tereduksi ditentukan secara iodometrik. Selanjutnya, total.gula
kemudian.ditentukan dengan mengkonversi pengurangan gula.melalui asam atau
hidrolisis enzimatik.
Metode Luff-Schoorl persiapan.pengujian dengan pereaksi Luff-Schoorl,
air, potassium iodida, larutan asam, dan indikator.pati. Campuran tersebut dititrasi

2 Universitas Sriwijaya
3

dengan natrium tiosulfat hingga berwarna putih. Kemudian ditambahkan dengan


reagen luff-schoorl . Larutan kemudian.dipanaskan dengan pengaduk magnetik
dan dididihkan selama 10 menit. Setelah itu larutan didinginkan dan ditambahkan
dengan kalium iodide dan asam sulfat lalu.ditambahkan dengan indikator pati dan
dititrasi dengan natrium tiosulfat menjadi.warna putih. Perhitungan perbedaan
volume kosong dan volume setelah titrasi dengan sampel diikuti oleh penyisipan
dari jumlah gula pereduksi dalam mg. Hidrolisis asam dihitung oleh perbedaan
antara gula pereduksi sebelum dan sesudah pasca hidrolisis menggunakan faktor
frekuensi 0,95. Konten gula total adalah jumlah gula pereduksi dan sukrosa.
Untuk sebagian besar metode Luff-Schoorl hasil perhitungan harus melibatkan
interpolasi karenanya nilai yang berkaitan dengan volume yang dititrasi dan
jumlah gula yang direduksi (Asquieri et al., 2019).
Untuk menentukan kadar glukosa di dalam pangan, uji yang dapat digunakan
berupa metode luff-schoorl. Pada metode ini, glukosa yang ditetapkan
berdasarkan dari sifat reduksinya terhadap ion tembaga (II) dalam sebuah pereaksi
luff-schoorl sehingga dapat dinyatakan sebagai sebuah gula pereduksi. Pada
penentuan IG, sampel pangan uji diberikan dalam jumlah yang setara dalam
jumlah yang setara dengan kandungan glukosa dalam setiap sampel pangan yang
diuji (Diyah dkk, 2016).
Perbandingan analisis.gula reduksi menggunakan dua metode yaitu metode
Luff-Schoorl yang menggunakan titrimetri dan metode yang menggunakan
anthrone oleh cahaya yang tampak spektrofotometri. Berdasarkan efesiensinya
metode Anthrone lebih.sederhana dan modern dibandingkan dengan metode Luff-

Schoorl. Diantara banyak metode kalorimetri.yang ada dibumi untuk menganalisis

gula pereduksi yang paling banyak.digunakan adalah metode menggunakan


anthrone. Analisis total karbohidrat terutama gula pereduksi yang cukup
sederhana dan sensitif. Tetapi metode.analisis untuk gula pereduksi menggunakan
luff schoorl yang berprinsip pada titrimetri banyak memakan waktu, sulit
dikerjakan bagi analis yang tidak terlatih dan reaksi reduksinya tidak stoikiometri
(Taufik and Guntarti, 2016).
Terdapat kelemahan pada metode Luff-Schoorl karena dapat menimbulkan
hasil yang kurang konsisten. Selain itu metode Luff Schoorl juga membutuhkan

3 Universitas Sriwijaya
4

pekerjaan yang tidak sederhana.karena rangkaian alatnya yang cukup sulit dan
lebih banyak memakan waktu bila dibandingkan dengan metode Lane Eynon yang
pengerjaan lebih sederhana walaupun.kedua metode ini masih memiliki kesamaan
prinsip kerja dengan proses titrimetri. Dalam.proses pengujian dengan metode
Luff-schoorl ini yang menjadi indikator proses analisa berhasil atau tidaknya yaitu
saat penambahan larutan sampel.dengan amilum. Bila terbentuk warna biru tua
maka prosesnya benar, namun bila tidak terbentuk warna biru tua berarti larutan
Kalium iodida yang telah ditambahkan telah menguap dan proses dikatakan salah.
Setelah melalui serangkaian tahap.dan pada saat penambahan kalium iodida 20%
mengalami perubahan warna.menjadi biru tua hampir hitam. Hal ini menandakan
proses analisa yang di lakukan benar dan sesuai dengan teori. Untuk mengetahui
kadar iodium yang bebas dilakukan titrasi dengan natrium tiosulfat karena
banyaknya volume natrium.tiosulfat yang digunakan sebanding dengan
banyaknya iodium bebas yang dianggap sebagai kadar gula. Titrasi ini dihentikan
hingga warna biru tua hilang dan larutan berubah.warna menjadi putih (Afriza dan
Ismanilda, 2019).
Metode Luff-Schoorl ini baik digunakan untuk menentukan kadar
karbohidrat yang berukuran sedang. Dalam penelitian M.Verhaart dinyatakan
bahwa metode Luff Schoorl merupakan metode terbaik untuk mengukur kadar
karbohidrat dengan tingkat kesalahan sebesar 10%. Pada.dasarnya prinsip metode
analisa yang digunakan adalah iodometri karena menganalisis iodium yang bebas
untuk dijadikan dasar.penetapan kadar. Dimana proses iodometri adalah proses
titrasi terhadap iodium (I2) bebas dalam larutan. Apabila terdapat zat oksidator
kuat (misal H2SO4) dalam larutannya yang bersifat netral atau sedikit asam
penambahan ion iodida.berlebih akan.membuat zat oksidator tersebut tereduksi
dan membebaskan iodium yang setara jumlahnya.dengan dengan banyaknya
oksidator iodium bebas ini selanjutnya akan dititrasi dengan larutan standar
Na2S2O3 sehinga I2 akan.membentuk kompleks iod-amilum yang tidak larut

dalam air. Oleh karena itu, jika.dalam.suatu titrasi membutuhkan.indikator


amilum,maka penambahan amilum sebelum titik ekivalen. Titrasi dihentikan bila
telah terjadi perubahan warna pada larutan dari.warna biru tua menjadi warna
putih (Pradnyana dkk, 2014).

4 Universitas Sriwijaya
5

5 Universitas Sriwijaya
6

6 Universitas Sriwijaya
7

7 Universitas Sriwijaya
8

VII. TUGAS PENDAHULUAN


1. Buatlah reaksi yang terjadi pada penentuan kadar glukosa dengan metode
....Luff-Schoorl?
..Jawab: R – CHO + 2CuO → Cu2O + RCOOH
..CuO + H2SO4 → CuSO4 + H2O
2CuSO4 + 4KI → Cu2I2 + 2K2SO4 + I2
I2 + 2Na2S2O3 → Na2S4O6 + 2NaI

2. Jelaskan metode lain untuk menentukan kadar glukosa?


.Jawab: a. Uji Molisch
Uji ini didasari pada reaksi reduksi karbohidrat oleh asam
sulfat membentuk cincin fusfurat yang berwarna merah ungu.
.b. Uji Benedict
Pada uji ini pereaksi akan bereaksi dengan gugus aldehida
kecuali aldehida aromatik dan alpha hidroksi keton. Reagen
benedict mengandung ion Cu2+ yang akan direduksi oleh gula
menjadi ion Cu+ melalui proses pemanasan sehingga
menghasilkan endapan coklat.
. c. Uji Burfoed
Prinsipnya berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ dan akan
terbentuk endapan merah bata.
.d. Uji Yodium
Pati dan yodium membentuk komponen berwarna biru, hasil
pemecahan pati jika diuji dengan iodium akan memberikan
warna biru cokelat kuning sampai tak berwarna.

8 Universitas Sriwijaya
9

VIII. Data Hasil Pengamatan


8.1. Sampel A (Susu Bubuk)

No. Larutan Pengamatan Gambar


1 Sampel + reagen Larutan berwarna
luff schoorl biru
sebelum
dipanaskan

2 Sampel + reagen Larutan berwarna


luff schoorl kecoklatan
setelah
dipanaskan

3 Larutan setelah Larutan berwarna


dipanaskan + KI coklat dan
20 % + H2SO4 menghasilkan
26,5% gelembung

4 Sampel setelah Larutan berwarna


titrasi putih

9 Universitas Sriwijaya
10

8.2. Sampel B (Susu Cair)

No. Larutan Pengamatan Gambar


1 Sampel + reagen Larutan berwarna
luff schoorl biru
sebelum
dipanaskan

2 Sampel + reagen Larutan berwarna


luff schoorl biru prusia
setelah
dipanaskan

3 Larutan setelah Larutan berwarna


dipanaskan + KI coklat dan
20 % + H2SO4 menghasilkan
26,5% gelembung

4 Sampel setelah Larutan berwarna


titrasi putih

10 Universitas Sriwijaya
11

8.3. Sampel C (Madu)

No. Larutan Pengamatan Gambar


1 Sampel + reagen Larutan berwarna
luff schoorl biru
sebelum
dipanaskan

2 Sampel + reagen Larutan berwarna


luff schoorl coklat
setelah
dipanaskan

3 Larutan setelah Larutan berwarna


dipanaskan + KI coklat dan
20 % + H2SO4 menghasilkan
26,5% gelembung

4 Sampel setelah Larutan berwarna


titrasi putih

11 Universitas Sriwijaya
12

8.4. Blanko

No. Larutan Pengamatan Gambar


1 Sampel + reagen Larutan berwarna
luff schoorl biru
sebelum
dipanaskan

2 Sampel + reagen Larutan berwarna


luff schoorl biru
setelah
dipanaskan

3 Larutan setelah Larutan berwarna


dipanaskan + KI coklat
20 % + H2SO4
26,5%

4 Sampel setelah Larutan berwarna


titrasi putih keruh

8.5. Titrasi dengan Natrium Thiosulfat

No. Sampel Volume Titran (mL)


1 Susu bubuk 5,8
2 Susu cair 5,85
3 Madu 2,5
4 Blanko 7,25

12 Universitas Sriwijaya
13

IX. Reaksi dan Perhitungan


9.1. Reaksi
R – CHO + 2CuO → Cu2O + RCOOH
CuO + H2SO4 → CuSO4 + H2O
2CuSO4 + 4KI → Cu2I2 + 2K2SO4 + I2
I2 + 2Na2S2O3 → Na2S4O6 + 2NaI
9.2. Perhitungan
Tabel Luff schoorl

Glukosa, Fruktosa, Gula Invert mg


mL 0,1 M Natrium
C6H12O6
Thiosulfat

1 2,4 2,4
2 4,8 2,4
3 7,2 2,5
4 9,7 2,5
5 12,2 2,5

9.2.1. Sampel A (Susu Bubuk)


VBlanko - VSampel
 VNa-thio = x NNa-thio
0,1 N

7,25 mL – 5,8 mL
= x 0,1 N
0,1 N
= 1,45 mL (lihat data pada tabel luff schoorl)
Maka 1,45 mL berada diantara 1 dan 2 berselisih 2,4
 Konversi mg glukosa menurut luff schoorl
Angka tabel = 2,4 + (0,45 x 2,4)
= 2,4 + 1,08
= 3,48 mg
∆glukosa = 0,00348 g
g karbohidrat
 % Karbohidrat = x Fp x 100 %
g sampel

13 Universitas Sriwijaya
14

0,00348 g
= x 50 x 100 %
2g
= 8,7 %
9.2.2. Sampel B (Susu Cair)
VBlanko - VSampel
 VNa-thio = x NNa-thio
0,1 N

7,25 mL – 5,85 mL
= x 0,1 N
0,1 N
= 1,4 mL (lihat data pada tabel luff schoorl)
Maka 1,4 mL berada diantara 1 dan 2 berselisih 2,4
 Konversi mg glukosa menurut luff schoorl
Angka tabel = 2,4 + (0,4 x 2,4)
= 2,4 + 0,96
= 3,36 mg
∆glukosa = 0,00336 g
g karbohidrat
 % Karbohidrat = x Fp x 100 %
g sampel
0,00336 g
= x 50 x 100 %
2g
= 8,4 %
9.2.3. Sampel C (Madu)
VBlanko - VSampel
 VNa-thio = x NNa-thio
0,1 N

7,25 mL – 2,5 mL
= x 0,1 N
0,1 N
= 4,75 mL (lihat data pada tabel luff schoorl)
Maka 4,75 mL berada diantara 4 dan 5 berselisih 2,5
 Konversi mg glukosa menurut luff schoorl
Angka tabel = 9,7 + (0,75 x 2,5)
= 9,7 + 1,875
= 11,575 mg
∆glukosa = 0,011575 g

14 Universitas Sriwijaya
15

g karbohidrat
 % Karbohidrat = x Fp x 100 %
g sampel
0,011575 g
= x 50 x 100 %
2g
= 28,9 %

15 Universitas Sriwijaya
16

X. Pembahasan
Karbohidrat dapat dikatakan sebagai polihidroksi aldehid ataupun keton
yang terbentuk dari unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen. Karbohidrat
berdasarkan jumlah gula yang dimilikinya terbagi menjadi monosakarida,
disakarida, oligosakarida dan polisakarida. Monosakarida dikatakan sebagai
golongan karbohidrat yang paling sederhana karena hanya mengandung satu
gugus gula. Contoh dari monosakarida misalnya glukosa, fruktosa dan galaktosa.
Disakarida dikatakan sebagai golongan karbohidrat yang mengandung dua gugus
gula. Contoh dari disakarida misalnya maltosa dan sukrosa. Oligosakarida
dikatakan sebagai golongan karbohidrat yang mengandung tiga sampai delapan
gugus gula. Contoh dari oligosakarida misalnya trimaltosa. Polisakarida dikatakan
sebagai golongan karbohidrat yang memiliki lebih dari sepuluh gugus gula.
Contoh dari polisakarida misalnya amilum. Karbohidrat dapat berperan sebagai
gula pereduksi. Gula pereduksi dikenal sebagai semua gula monosakarida dan
disakarida yang memiliki kemampuan untuk mereduksi senyawa kimia lain
karena adanya gugus aldehid atau keton pada gula tersebut. Sukrosa termasuk
golongan disakarida yang tidak termasuk ke dalam gula pereduksi.
Analisa karbohidrat berdasarkan metode Luff Schoorl menggunakan
beberapa bahan. Susu digunakan sebagai sampel yang mengandung laktosa dari
golongan disakarida. Madu digunakan sebagai sampel yang mengandung fruktosa
dari golongan monosakarida. Penggunaan asam sulfat sebagai katalis dimana
katalis berfungsi untuk mempercepat laju reaksi. Asam sulfat dikenal sebagai
oksidator kuat. Kalium iodida berfungsi sebagai.pereduksi. Proses reduksi oleh

kalium iodida akan membebaskan.iodida. Analisa karbohidrat ini menggunakan


reagen Luff Schoorl. Natrium tiosulfat digunakan sebagai titran dan amilum
sebagai indikator pada saat proses titrasi. Air berperan sebagai pelarut pada
percobaan ini. Di samping itu air juga.digunakan sebagai larutan blanko.
Metode Luff Schoorl prinsipnya mereduksi ion tembaga dua menjadi
tembaga satu. Awal dari metode ini ketika.reagen Luff Schoorl berwarna biru dan
mengandung tembaga (II) oksida ditambahkan karbohidrat akan tereduksi menjadi
tembaga (I) oksida. Reagen Luff Schoorl berwarna biru karena adanya unsur
tembaga pada reagen tersebut. Proses pemanasan dilakukan untuk.mempercepat

16 Universitas Sriwijaya
17

jalannya proses reduksi yang ditandai dengan perubahan warna dari biru menjadi
coklat. Penambahan kalium iodida akan mereduksi tembaga (II) sisa yang belum
tereduksi oleh gula pada karbohidrat. Penambahan asam sulfat akan menghasilkan
gelembung sebagai tanda bahwa iodium telah dibebaskan. Penambahan indikator
dilakukan dipertengahan proses titrasi sebelum mencapai titik akhir bertujuan agar
iodida tidak terlebih dahulu membentuk kompleks dengan amilum. Disamping itu
juga agar iodida lebih mudah berikatan dengan natrium tiosulfat. Jika indikator
ditambahkan di awal maka akan terbentuk kompleks iod-amilum.
Titrasi iodometri dikenal sebagai titrasi reduksi-oksidasi secara tidak
langsung. Titrasi ini akan menganalisa iodida bebas untuk mendapatkan kadar
gula yang terkandung pada larutan tersebut. Kelebihan dari metode Luff Schoorl
ini sepuluh persen lebih aktif atau tingkat kesalahannya kecil dan mudah untuk
dilakukan. Akan tetapi, metode ini hanya dapat dilakukan untuk menentukan
kadar gula pada karbohidrat yang berukuran sedang saja. Prosesnya juga
membutuhkan waktu yang lama.
Berdasarkan data yang diperoleh, madu membutuhkan volume titran paling
sedikit untuk mencapai titik akhir titrasi dan susu bearbrand membutuhkan
volume titran paling banyak untuk mencapai titik akhir titrasi. Jumlah volume
titran berbanding terbalik dengan kandungan gula pada sampel. Semakin banyak
volume titran yang dibutuhkan maka semakin sedikit kandungan gula pada
sampel. Sehinnga dari hasil analisa percobaan ini sampel yang memiliki
kandungan gula dari yang paling sedikit hingga terbanyak secara berurutan susu
cair, susu bubuk dan madu.

17 Universitas Sriwijaya
18

XI. Kesimpulan
1. Penambahan antara reagen Luff Schoorl dengan karbohidrat akan
mereduksi tembaga yang terdapat pada reagen Luff Schoorl.
2. Kalium iodida akan mereduksi sisa tembaga dari reagen Luff Schoorl
yang belum direduksi oleh gula pada karbohidrat.
3. Gelembung yang dihasilkan saat penambahan asam sulfat menandakan
iodium telah dibebaskan.
4. Volume titran berbanding terbalik dengan kandungan gula pada
karbohidrat.
5. Madu memiliki kandungan gula paling besar dan susu cair memiliki
kandungan gula paling sedikit.

18 Universitas Sriwijaya
19

DAFTAR PUSTAKA

Afriza, R dan Ismanilda. 2019. Analisis Perbedaan Kadar Gula Pereduksi Dengan
Metode Lane Eynon dan Luff Schoorl Pada Buah Naga Merah (Hylocereus
Polyrhizus). Jurnal Teknologi dan Manajemen Pengelolahan Laboratorium
(Temapela). 2(2): 91.
Asquieri, E, R., Silva, A., G., D., M, E., Mendes, D., D., C., S and Batista, R., D.
2019. Comparison Of Titulometric and Spektrophotometric Approaches
Towards the Determination of Total Soluble and Insoluble Carboghydrates
In Foodstuff. Carpathian Journal of Food Science and Technology. 11(3):
69-79.
Diyah, N, W dkk. 2016. Evaluasi Kandungan Glukosa dan Indeks Glikemik
Beberapa Sumber Karbohidrat Dalam Upaya Pengaliran Pangan Ber-Indeks
Glikemik Rendah. Jurnal Farmasi dan Ilmu Kefarmasian Indonesia. 3(2):
68.

Pradnyana, K, D., Parwata, M, O, A dan Sudarma, N. 2014. Penentuan Kadar


Sukrosa Pada Kelapa dan Nira Aren Dengan Menggunakan Metode Luff
Schoorl. Jurnal Chemistry Laboratory. 1(1): 37-38.
Taufik, I, I dan Guntari, A. 2016. Comparison Of Reduction Sugar Analisys
Method in Cilembu Sweet Potato Using Luff Schoorl and Anthone Method.
Indonesian Journal of Medice and Health. 7(5); 220.
Triana, L dan Mauliduiyah, S. 2017. Perbedaan Kadar Glikosa Darah 2 Jam Post
Prandial. Jurnal Laboratorium Khatulistiwa. 1(1); 52-57.
Wibawa, A., A., P., P. 2017. Karbohidrat. Bali: Universitas Udayana.

19 Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai