Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN DAN

ANALISIS KUALITAS LINGKUNGAN

KEASAMAN DALAM AIR DENGAN TITRIMETRIK DAN


WARNA SECARA SPEKTROFOTOMETRI

NAMA : Sophia Az-Zahro Setiawan


NIM : 104221015
KELOMPOK : 2

LABORATORIUM PENGUKURAN DAN ANALISIS KUALITAS


LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS PERENCANAAN INFRASTRUKTUR
UNIVERSITAS PERTAMINA
2021/2022
BAB 1
A. Tujuan
1. Menentukan nilai keasaman dalam air menggunakan metode titrasi
asam basa dengan indikator fenolftalein dan metil jingga.
2. Menentukan warna sebenarnya pada air limbah secara
spektrofotometri pada panjang gelombang 450 nm – 465 nm dengan
kisaran serapan 0.005 dan 0.8.

B. Prinsip Dasar
Air adalah suatu zat cair yang tidak mempunyai rasa, bau dan warna,
serta terdiri dari hidrogen dan oksigen dengan rumus kimia H₂O karena
air memiliki sifat yang hampir bisa digunakan untuk apa saja maka air
merupakan zat yang paling penting bagi semua bentuk kehidupan
(tumbuhan, hewan, dan manusia) sampai saat ini selain matahari yang
merupakan sumber energi. Air dapat berupa air tawar dan air asin (air
laut) yang merupakan bagian terbesar di bumi ini. Di dalam lingkungan
alam proses, perubahan wujud, gerakan aliran air (di permukaan tanah, di
dalam tanah, dan di udara) dan jenis air mengikuti suatu siklus
keseimbangan dan dikenal dengan istilah siklus hidrologi (Kodotie &
Sjarief, 2010).

Air yang layak minum Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum, Pasal 1 menyatakan bahwa : “Air minum adalah air
yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum”.

a) Keasaman Dalam Air Dengan Metode Titrimetrik


Titrasi merupakan metode analisis kimia secara kuantitatif yang
biasa digunakan dalam laboratorium untuk menentukan konsentrasi
dari reaktan karena pengukuran volume memiliki peran penting dalam
titrasi. Metode ini juga dikenali sebagai analisis volumetrik. Analisis
titrimetrik merupakan satu dari bagian utama dari kimia analitik dan
perhitungannya berdasarkan hubungan stoikiometri dari reaksi-reaksi
kimia (Kurniawati & Hidayati, 2021).

Menurut Raymond Chang, reaksi kimia yang digunakan sebagai


dasar titrasi adalah reaksi yang melibatkan asam kuat dan basa kuat,
reaksi yang melibatkan asam lemah dengan basa kuat, dan reaksi yang
melibatkan asam kuat serta basa lemah. Prinsip titrasi asam basa
melibatkan asam maupun basa sebagai titer maupun titran. Titer
adalah larutan standar, yaitu larutan yang sudah diketahui
konsentrasinya dan ditempatkan dalam buret, sedangkan titran adalah
larutan yang akan ditentukan konstrasinya, biasanya ditempatkan
dalam labu Erlemeyer. Kadar atau konsentrasi asam ditentukan
dengan menggunakan larutan basa atau sebaliknya. Reaksi yang terjadi
pada titrasi asam basa adalah berdasarkan reaksi penetralan, sehingga
titrasi asam-basa sering disebut juga dengan titrasi netralisasi. Pada
prinsipnya, reaksi yang terjadi adalah reaksi netralisasi yaitu:
H⁺ + OHˉ H₂O
Reaksi netralisasi terjadi antara ion hidrogen dari larutan asam
dengan ion hidroksida dari larutan basa dan membentuk air yang
bersifat netral. Berdasarkan konsep lain reaksi netralisasi dapat
dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (pemberi) dengan
akseptor proton (penerima).
b) Warna Secara Spektrofotometri
Spektrofotometri merupakan salah satu metode yang digunakan
untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan
kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya.
Spektrofotometri dapat disebut juga dengan sinar tampak. Sinar
tampak merupakan sinar yang dapat dilihat langsung dengan mata
manusia. Pada umumnya, cahaya yang dapat dilihat dengan mata
manusia adalah cahaya yang memiliki panjang gelombong 400-800 nm
dan memiliki energi sebesar 299-149 kJ/mol. Cahaya yang dimaksud
dapat berupa cahaya visibel, UV, dan inframerah, sedangkan materi
dapat berupa atom dan molekul namun yang lebih berperan adalah
elektron valensi (Raharjo, 2019).

Warna merupakan spektrum tertentu yang terdapat di dalam


suatu cahaya sempurna atau berwarna putih. Identitas suatu warna
ditentukan oleh panjang gelombang dari cahaya tersebut. Warna
sebenarnya merupakan warna yang tidak mengalami perubahan
walaupun melewati proses penyaringan dan sentrifugasi. Setiap warna
pasti memiliki panjang gelombang masing-masing dan berbeda-beda
dengan warna lainnya. Hukum Lambert-Beer mengatakan bahwa
“jumlah radiasi cahaya tampah yang akan diserap atau absorbansi (A)
dan cahaya yang dihamburkan atau transmitansikan (T) oleh suatu
larutan merupakan suatu fungsi eksponen dari eksponen dari
konsentrasi zat dan tebal larutan”. Berdasarkan hukum Lambert-Beer
dapat diketahui bahwa absorbansi memiliki hubungan yang
berbanding lurus dengan konsentrasi laturan analit dan juga
berbanding terbalik dengan transmitansi (Mustikaningrum, 2015).

C. Reaksi
a) Keasaman Dalam Air Dengan Metode Titrimetrik

H₂C₂O₄ (aq) + 2NaOH (aq) → Na₂C₂O₄ (aq) + H₂O (l)


Persamaan Reaksi Natrium Hidroksida dengan Asam Oksalat
NaOH (aq) + H₂O (aq) → Na⁺ (aq) + OHˉ (aq) + H₂O (l)
Persamaan Reaksi Natrium Hidroksida dengan Hidrogen Dioksida

b) Warna Secara Spektrofotometri


Tidak ada reaksi yang terjadi pada percobaan ini.
BAB II
A. Alat dan Bahan
a) Percobaan Keasaman dengan Titrimetrik
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah pH meter yang
berkisar 0-14 dengan ketelitian 0.01 dan telah dikalibrasi, buret 25
mL, labu ukur 100 mL, gelas ukur 100 mL, pipet 1 mL, labu Erlenmeyer
50 dan 250 mL. Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah
larutan NaOH 0.02 N, Asam oksalat 0.05 N, larutan metil jingga 0.05%,
larutan fenolftalein 0.5%, dan air bebas mineral CO₂.
b) Percobaan Warna dengan Spektrofotometri
Pada percobaan ini menggunakan alat spektrofotometer, kuvet
dengan panjangn 2.5 cm, labu ukur 100 mL, pipet ukur 5 mL dan 10
mL, gelas piala, kertas saring dengan ukuran pori 0.45 𝜇m, dan
timbangan analitik dengan ketelitian 0.1 mg. Bahan yang digunakan
adalah air bebas mineral dan larutan induk Pt-Co 500 unit Pt-Co.

B. Cara Kerja
a) Percobaan Keasaman dengan Titrimetrik
a. Penetapan Kenormalan Larutan Baku NaOH
1. Larutan asam oksalat 0.05 N sebanyak 15 mL diukur secara
duplo dan dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 50 mL.
2. Kemudian, indikator fenolftalein ditambahkan sebanyak 3
tetes.
3. Larutan tersebut dititrasi dengan larutan NaOH 0.02 N sampai
larutan tidak berwarna menjadi merah muda seulas.
4. Volume pemakaian larutan NaOH dicatat (mL).
5. Pengujian diulangi jika terdapat jika terdapat perbedaan
pemakaian secara duplo lebih dari 0.10 mL.
6. Hasilnya dirata-ratakan jika kurang atau sama dengan 0.10 mL.
7. Kenormalan larutan baku NaOH dihitung.
b. Pengujian
1. Sebanyak ± 2ml sampel diukur ke dalam tabung reaksi.
2. 3 tetes indikator metil jingga ditambahkan.
3. Jika terjadi warna merah jingga, 100 ml sampel diukur ke
dalam Erlenmeyer 250 ml dan tambahkan 3 tetes indikator
metil jingga dan dititrasi dengan larutan NaOH 0.02 N hingga
menjadi warna kuning. Kemudian volume larutan NaOH yang
digunakan, dicatat.
4. Jika terjadi warna kuning, 100 ml sampel diukur dan
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 ml dan kemudian 3
tetes indikator fenolftalein ditambahkan.
5. Sampel dititrasi dengan larutan NaOH 0.02 N sampai berwarna
merah muda dan kemudian volume larutan NaOH yang
digunakan, dicatat.
6. Jika terjadi perbedaan pemakaian NaOH dalam titirasi secara
duplo lebih dari 0.10 ml, pengujian diulangi. Bila kurang dari
0.10 ml maka hasilnya dirata-ratakan untuk perhitungan kadar
keasaman.

b) Percobaan Warna Secara Spektrofotometri


a. Pembuatan Larutan Standar
1. Deret standar larutan dibuat dari larutan induk warna 500 unit
Pt-Co dengan satu blanko dan minimal 5 kadar yang berbeda
secara proporsional yang berada pada rentang pengukuran.
2. Jika larutan tidak dipakai, larutan baku dilindungi dari
penguapan dan kontaminasinya.
3. Larutan disimpan pada kondisi gelap bila tidak digunakan dan
penyimpanannya hanya untuk 1 bulan.
b. Persiapan Sampel
1. Sampel dianalisis sebelum 24 jam. Jika tidak, sampel disimpan
pada suhu 4⁰C ± 2⁰C selama 48 jam.
2. Kertas saring dengan ukuran pori 0.45 𝜇m dicuci dan
dibersihkan dengan air bebas mineral.
3. Sampel disaring, kemudian 25 ml fitrat pertama dibuang dan
kira-kira 50 ml fitrat selanjutnya ditampung.
4. Kemudian sampel diukur.
c. Pembuatan Kurva Kalibrasi
1. Alat uji spektrofotometri dihidupkan dan dioptimalkan sesuai
dengan petunjuk penggunaan alat untuk pengujian warna.
2. Panjang gelombang dipilih dengan serapan maksimum
diantara 450 nm dan 465 nm.
3. Kemudian, serapan masing-masing larutan standar diukur.
4. Kurva kalibrasi dibuat dari data yang diperoleh dan ditentukan
persaman garisnya.
5. Jika koefisien korelasi regresi linier (r)< 0.995, alat diperiksa
kembali dan percobaan diulangi hingga diperoleh nilai
koefisien r≥ 0.995.
d. Pengukuran Sampel
1. Serapan sampel diukur pada panjang gelombang dengan
serapan maksimum yang telah ditentukan.
2. Nilai unit warna dihitunh dari kurva kalibrasi.
BAB III
A. Data Pengamatan
a. Percobaan Keasaman Dalam Air dengan Titrimetrik

Tabel 3.1 Hasil Titrasi Kenormalan Baku Laturan NaOH


Volume
Volume
Asam Warna Warna
No. Larutan Keterangan
Oksalat awal Akhir
NaOH (ml)
(ml)
1. 10 ml 23.8 ml Tidak Pink
berwarna keunguan

Gambar 1.1
Perubahan
Warna Hasil
Titrasi Asam
Oksalat
2. 10 ml 23.9 Tidak Pink
berwarna seulas

Gambar 1.2
Perubahan
Warna Hasil
Titrasi Asam
Oksalat

Tabel 3.2 Hasil Perubahan Warna Air Sampel dengan Indikator Metil
Jingga
Volume Volume
Perubahan Warna Keterangan
Sampel Air NaOH
50 ml 1.7 ml Kuning
Gambar 1.3
Hasil Perubahan
Warna Air Sampel
dengan Indikator
Metil Jingga

b. Percobaan Warna dengan Spektrofotometri

Tabel 3.3 Hasil Pengujian Warna Larutan Induk


Volume
Volume Total Konsentrasi
No. Larutan Absorbansi
Labu Takar (Unit Pt-Co)
Standar (ml)
1. 10 ml 0.4 ml 20 Unit Pt-Co 0.008 Å
2. 10 ml 0.8 ml 40 Unit Pt-Co 0.011 Å
3. 10 ml 1.2 ml 60 Unit Pt-Co 0.022 Å
4. 10 ml 1.6 ml 80 Unit Pt-Co 0.024 Å
5. 10 ml 2 ml 100 Unit Pt-Co 0.028 Å
6. 10 ml 2.4 ml 120 Unit Pt-Co 0.033 Å

Tabel 3.4 Hasil Pengujian Warna Sampel Air Bersih


No. Kelompok Hasil Absorbansi
1. 2 0.011 Å

B. Perhitungan
a. Percobaan Keasaman dengan Titrimetrik
Rumus Perhitungan:
𝐴𝑥𝐵
- Normalitas Larutan Baku NaOH (1) = 𝐶

=
𝑉𝑜𝑙. 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑥 𝑁 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡
𝑉𝑜𝑙. 𝑁𝑎𝑂𝐻

10 𝑚𝑙 𝑥 0.05 𝑁
= 23.8 𝑚𝑙

= 0.021 N

𝐴𝑥𝐵
- Normalitas Larutan Baku NaOH (2) = 𝐶

𝑉𝑜𝑙. 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑥 𝑁 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡


= 𝑉𝑜𝑙. 𝑁𝑎𝑂𝐻

10 𝑚𝑙 𝑥 0.05 𝑁
= 23.9 𝑚𝑙
= 0.02092 N

𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑁𝑎𝑂𝐻 (1)+ 𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑁𝑎𝑜𝐻 (2)


- Rata-rata Pengujian (1,2) = 2

0.021 𝑁 + 0.02092 𝑁
= 2

0.04192
= 2

= 0.02096 N

𝑉𝑜𝑙. 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 1000 𝑥 1.008


- Keasaman Total sebagai H⁺ mg/L = 𝑉𝑜𝑙.𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

1.7 𝑚𝑙 𝑥 0.02096 𝑁 𝑥 1000 𝑥 1.008


= 50

= 0.72 mg/L

𝑉𝑜𝑙. 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 1000𝑥 50(𝐵𝐸 𝐶𝑎𝐶𝑂3)


- Uji Kadar keasaman = 𝑉𝑜𝑙.𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
1.7 𝑚𝑙 𝑥 0.02096 𝑁 𝑥 1000 𝑥 50
= 50 𝑚𝑙
1781.6
=
50

= 35.632 mg CaCO₃/L

b. Percobaan Warna dengan Spektrofotometri

Grafik Konsentrasi Larutan Standar


Terhadap Absorbansi
0,04
0,035
0,03
Absorbansi Å

0,025
0,02
0,015
0,01 y = 0,0003x + 0,0017
R² = 0,9708
0,005
0
0 20 40 60 80 100 120 140
Konsentrasi (Unit Pt-Co)

Gambar 1.4 Grafik Konsentrasi Larutan Standar Terhadap


Absorbansi
Rumus Perhitungan:
- Perhitungan Regresi
Berdasarkan grafik konsentrasi larutan standar terhadap
absorbansi yang terdapat pada gambar 1.4, dapat diketahui
bahwa:
y = Ax + B
y = 0.0003 x + 0.0017
R² = 0.9708

Maka dapat diketahui bahwa:


Slope = 0.0003
Intersept = 0.0017
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖−𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑝𝑡
- Konsentrasi Sampel = 𝑥 = 𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒

0,011 𝐴−0,0017
𝑥=
0,0003

𝑥 = 31 Unit Pt-Co

C. Pembahasan
Prinsip pengujian yang digunakan pada percobaan keasaman
dalam air dengan metode titrimetrik adalah keseimbangan keasaman
yang didapat menggunakan indikator fenolftalein (PP) dan metil jingga.
Dari hasil percobaan tersebut didapatkan nilai standarisasi normalisasi
NaOH pada pengujian pertama didapatkan hasil sebesar 0.021 N dan
pada pengujian kedua didapatkan sebesar 0.02092 N. Dari hasil pengujian
pertama dan pengujian kedua, kita dapat mencari rata-ratanya dan hasil
rata-rata yang diperoleh adalah 0.02096 N. Maka, dengan diketahui hasil
perhitungan di atas kita dapat mencari nilai kadar keasaman yang
terdapat pada sampel. Nilai kadar keasaman pada percobaan keasaman
dalam air dengan metode titrimetrik diperoleh sebesar 35.632 N.

Pada percobaan warna secara spektrofotometri dilakukan dengan


menggunakan alat spektrofotometer dengan panjang gelombang 450 nm-
465 nm. Pengujian warna secara spektrofotometri dilakukan berdasarkan
prinsip Hukum Lamert-Beer yang berbunyi, “jumlah radiasi cahaya
tampah yang akan diserap atau absorbansi (A) dan cahaya yang
dihamburkan atau transmitansikan (T) oleh suatu larutan merupakan
suatu fungsi eksponen dari eksponen dari konsentrasi zat dan tebal
larutan”. Berdasarkan hukum Lambert-Beer dapat diketahui bahwa
absorbansi memiliki hubungan yang berbanding lurus dengan konsentrasi
laturan analit dan juga berbanding terbalik dengan transmitansi.
Dalam percobaan warna secara spektrofotometri, diperoleh hasil
absorbansi sebesar 0.011 Å. Dengan begitu, dapat kita buat regresi linier
antara unit Pt-Co dengan hasil absorbansinya. Dari grafik tersebut,
diperoleh persamaan y = 0.0003 x + 0.0017 dan nilai R² sebesar 0.9708.
Nilai slope yang diperoleh pada percobaan ini yaitu 0.0003 dan intersept
sebesar 0.0017. Nilai perhitungan warna Pt-Co didapatkan melalui rumus
yang telah ditentukan. Adapun hasil perhitungan warna Pt-Co diperoleh
sebesar 31 Unit Pt-Co. Air yang dipakai pada percobaan kami tidak layak
untuk dipergunakan sebagai air layak minum, karena sudah melebih
batas yang telah ditentukan oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum. Adapun batasan yang telah diatur, yaitu sebesar 15
Unit Pt-Co. Jika melebihi ambang batas yang telah ditentukan maka dapat
menyebabkan hal negatif jika digunakan.
BAB IV
A. Kesimpulan
Pada percobaan keasaman dalam air menggunakan metode
titrimetric dan warna secara spektrofotometri dilakukan dengan cara
yang berbeda. Dengan begitu, perhitungan dan nilai yang dihasilkan juga
berbeda-beda. Pada percobaan keasaman dalam air dengan metode
titrimetric, kadar keasaman yang diperoleh sebesar 35.632 N sedangkan
pada percobaan warna secara spektrofotometri didapatkan nilai dari true
color sebesar 31 Unit Pt-Co. Pada percobaan warna secara
spektrofotometri, air yang dipakai sebagai sampel tidak memenuhi syarat
kualitas air minum sehingga air tersebut tidak layak dipergunakan sebagai
air minum.

B. Saran
Saran untuk percobaan ini adalah praktikan agar lebih berhati-hati
lagi dan memahami semua prosedur pengerjaan praktikum, cara
menggunakan alat percobaan, dan materi tentang percobaan. Karena
dengan itu, percobaan dapat memudahkan praktikan dalam menulis
laporan.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayati, R. and Kurniawati, D. 2021. “Pengembangan Soal berpikir kritis pada
materi asam Basa Dan titrasi asam basa,” Entalpi Pendidikan Kimia, 2(1),
pp. 66–76.
Kodoatie, Robert J., dan Roestam, Syarief. 2010. Tata Ruang Air. Yogyakarta:
Andi.
Mustikaningrum, M. 2015. Aplikasi Metode Spektrofotometri Visibel Genesys-
20 Untuk Mengukur Kadar Curcuminoid Pada Temulawak (Curcuma
Xanthorrhiza). Jakarta: Universitas Diponegoro.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No: 492/MENKES/PER/IV/2010 Persyaratan
Kualitas Air Minum. 19 April 2010. Jakarta.
Raharjo, R. 2019. Penetapan Bahan organik Tanah tandus secara
spektrofotometri & titrimetri. Jurnal Pengelolaan Laboratorium
Pendidikan, 1(1), 33.

Anda mungkin juga menyukai