B. Prinsip Dasar
Di alam semesta ini banyak ditemukan logam-logam, baik logam yang
terdapat di daratan maupun logam yang terlarut di dalam air sehingga
dapat mencemari air tersebut. Mayoritas sumber dari pencemaran
tersebut berasal dari industri pertambangan, peleburan logam, dan lahan
pertanian yang menggunakan pestisida, dan pupuk anti hama lainnya
yang mengandung logam. Saat ini banyak sekali perairan kita yang telah
mengandung logam-logam berat.
a) Besi
Besi adalah elemen kimiawi yang dapat kita temui hampir disetiap
tempat yang ada di bumi khususnya pada semua lapisan geologi dan
semua badan air. Umumnya, besi yang ada di dalam air dapat bersifat
terlarut seperti Fe2+ (Ferro) atau Fe3+ (Ferri), tersuspensi sebagai butir
butir koloidal atau lebih besar seperti Fe2O3, FeO, dan Fe(OH)3,
tergabung dengan zat organis atau zat padat yang anorganis seperti
tanah liat. Pada air permukaan jarang ditemui kadar Fe>1 mg, tetapi di
dalam air tanah Fe dapat jauh lebih tinggi. Konsentrasi Fe yang tinggi
ini dapat dirasakan dan dapat menodai kain dan perkakas kapur
(Cristian, 1986).
b) Mangan (Mn)
Mangan merupakan unsur logam yang termasuk ke dalam
golongan VII, dengan berat atom 59,93, titik lebur 1247⁰C, dan titik
didihnya adalah 2032⁰C (BPPT, 2004). Mangan adalah metal berwarna
kelabu-kemerahan yang dapat ditemui di alam dalam bentuk senyawa
dengan berbagai macam valensi. Air yang mengandung mangan
berlebih dapat menimbulan rasa, warna (coklat/ungu/hitam), dan
kekeruhan (Fauziah, 2010). Kandungan mangan yang diizinkan dalam
air yang digunakan untuk keperluan domestic yaitu di bawah 0,05
mg/l. Air yang berasal dari tambang asam dapat mengandung mangan
terlarut dengan konsentrasi ± 1 mg/l. Pada ph yang agak tinggi dan
kondisi aerob terbentuk mangan yang tidak larut seperti MnO2, Mn3O4
atau MnCO3 meskipun oksidasi dari Mn2+ itu berjalan relatif lambat
(Achmad, 2004).
Mn + 2H2O → Mn(OH)2 + H2
ph berperan besar dalam proses biologi atau kimia (biokimia) termasuk
dasar penyisihan besi dan mangan. Pada kedua unsur tersebut, ph ikut
menentukan keberhasilan pengolahan. Terbukti jika mengolah mangan
tidak semudah mengolah besi. Ketika ph-nya rendah, aerasi tidak
dapat menaikkan potensial mangan sehingga tidak terjadi perubahan
Mn2+ menjadi Mn4+. Keuntungannya, konsentrasi besi dan mangan di
air permukaan relatif rendah, sekitar 1 mg/l, di air tanah lebih tinggi,
kadar besinya dapat mencapai 10 mg/l dan mangan dapat melebihi 2
mg/l (Fardiaz, 1992).
C. Reaksi
a) Besi
Percobaan pengujian parameter besi menghasilkan reaksi di mana
besi (III) direduksi terlebih dahulu agar terbentuk besi (II). Besi (II)
yang ada di dalam air direduksi dengan hidroksilamin 1,10-
phenantroline membentuk senyawa kompleks yang berwarna merah
jingga. Adapun persamaan reaksinya, sebagai berikut:
Fe2+(aq) + 3C12H8N2(aq) → [Fe(C12H8N2)3]2+(aq)
b) Mangan
Percobaan pengujian parameter mangan menghasilkan reaksi
yang terjadi antara AgNO3 dengan Cl- sehingga terbentuk endapan
putih AgCl dan terjadi reaksi reduksi mangan oleh persulfate di mana
senyawa yang terbentuk adalah MnO4-. Adapun reaksinya, sebagai
berikut:
B. Cara Kerja
a) Percobaan Besi
1. 50 ml contoh air dikocok terlebih dahulu.
2. Kemudian, dimasukkan ke dalam lebu Erlenmeyer 125 ml.
3. 2 ml HCl, 1 ml larutan hidroksilamin, dan beberapa batu didih
ditambahkan dan didihkan hingga volume mencapai 20 ml.
4. Setelah didinginkan, cairan tersebut dipindahkan ke dalam labu
ukur secara kuantitatif.
5. 10 ml larutan buffer ammonium asetat dan 4 ml larutan
phenantroline ditambahkan.
6. Kemudian, encerkan dengan air bebas mineral hingga tanda batas.
7. Cairan tersebut dikocok dan dibiarkan selama 25 menit. Kemudian
diukur intensitas warna merah yang terjadi dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 560 nm.
8. Pada pembuatan kurva kalibrasi, larutan standar besi dengan
konsentrasi 0,01-0,10 mg/L dibuat. Kemudian lakukan prosedur
yang sama seperti pengerjaan sampel air.
1
0,8
0,6 y = 0,1997x - 0,0191
0,4 R² = 0,9978
0,2
0
-0,2 0 1 2 3 4 5 6 7
KONSENTRASI
0,5
0,4
0,3
0,2 y = 0,0455x - 0,0036
0,1 R² = 0,9942
0
-0,1 0 2 4 6 8 10 12 14
KONSENTRASI
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖−𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑝𝑡
Konsentrasi (mg/L) = 𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒
0,487 Å−(−0,0191)
Konsentrasi (mg/L) = 0,1997
Konsentrasi (mg/L) = 2,534 mg/L
b. Percobaan Mangan
Dari grafik kurva kalibrasi di atas dapat diketahui bahwa:
Y = Ax + B
Y = 0,0455x – 0,0036
R2 = 0,9942
Dengan demikian,
Absorbansi = 0,100 Å
Slope = 0,0455
Intersept = 0,0036
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖−𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑝𝑡
Konsentrasi (mg/L) = 𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒
0,100 Å−(−0,0036)
Konsentrasi (mg/L) = 0,0455
Konsentrasi (mg/L) = 2,28 mg/L
C. Pembahasan
Pada praktikum pengukuran konsentrasi besi menggunakan
spektrofotometer dengan panjang gelombang 510 nm, menetapkan
prinsip pengujian yang berdasar kepada metode spektrofotometri
phenantroline. Prinsip ini berbunyi jika besi yang ada di dalam air akan
direduksi dengan hidroksil amin 1,10-phenantroline yang nantinya akan
terbentuk senyawa kompleks berwarna merah. Hasil konsentrasi besi
yang didapatkan dari menghitung nilai absrobansi-intersept dan
kemudian dibagi dengan nilai slopenya adalah 2,534 mg/L. Pada
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.492/MENKES/PER/IV/2010 menyebutkan bahwa ambang batas yang
diperbolehkan adalah 0,3 mg/L.Yang mana pada percobaan ini air yang
digunakan terbilang tidak aman karena telah melebihi ambang batas yang
telah ditentukan. Jika konsentrasi besi dari air yang dikonsumsi ataupun
air yang digunakan untuk sehari-hari melebihi kapasitas yang telah
ditentukan, akan berdampak buruk bagi kesehatan dan juga lingkungan
disekitarnya. Mulai dari bau yang kurang sedap, melunturkan warna pada
pakaian, dan meninggalkan noda pada pakaian sedangkan pada
organisme, jika terkonsumsi secara berlebihan akan mengakibatkan
fungsi-fungsi syaraf yang tidak berjalan normal kemudian dapat
mengalami kemunduran mental dan bahkan kematian (Warlina, 2004).
B. Saran
Saran untuk percobaan ini adalah praktikan agar lebih berhati-hati
lagi dan memahami semua prosedur pengerjaan praktikum, cara
menggunakan alat percobaan, dan materi tentang percobaan. Karena
dengan itu, percobaan dapat memudahkan praktikan dalam menulis
laporan.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, R. 2004. Kimia Lingkungan. Edisi 1. Yogyakarta. Andi Offset. Hal. 15-
16.
Christian, Gary. 1986. Analitika Chemistry. New York: Willey.
Fardiaz, Srikandi. 1992. Populasi Air Dan Udara. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010 Persyaratan
Kualitas Air Minum. 19 April 2010. Jakarta.
Wardhana, 2000. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi. Yogyakarta.