Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN DAN

ANALISIS KUALITAS LINGKUNGAN

BESI DAN MANGAN

NAMA : Sophia Az-Zahro Setiawan


NIM : 104221015
KELOMPOK : 2

LABORATORIUM PENGUKURAN DAN ANALISIS KUALITAS


LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS PERENCANAAN INFRASTRUKTUR
UNIVERSITAS PERTAMINA
2021/2022
BAB I
A. Tujuan
1. Menentukan konsentrasi besi minimum 10 𝜇𝑔/𝐿 dengan
menggunakan alat spektrofotometer dengan panjang gelombang 510
nm.
2. Mengukur mangan (Mn) dengan konsentrasi minimum 210 𝜇𝑔/𝐿
menggunakan kuvet dengan pathway 1 cm.

B. Prinsip Dasar
Di alam semesta ini banyak ditemukan logam-logam, baik logam yang
terdapat di daratan maupun logam yang terlarut di dalam air sehingga
dapat mencemari air tersebut. Mayoritas sumber dari pencemaran
tersebut berasal dari industri pertambangan, peleburan logam, dan lahan
pertanian yang menggunakan pestisida, dan pupuk anti hama lainnya
yang mengandung logam. Saat ini banyak sekali perairan kita yang telah
mengandung logam-logam berat.

Besi dan mangan ialah beberapa unsur yang termasuk ke dalam


golongan VII B dan VII B. Besi dan mangan ini memiliki kegunaan dalam
kehidupan sehari-hari. Bila kandungan besi dan logam telah melebihi
ambang batas yang telah dianjurkan, dapat mengakibatkan dampak
buruk bagi kehidupan manusia dan jika kandungan besi dan mangan yang
berlebihan tersebut terdapat di dalam air maka air tersebut akan
berakibat fatal jika kita konsumsi (Wardhana, 2000).

a) Besi
Besi adalah elemen kimiawi yang dapat kita temui hampir disetiap
tempat yang ada di bumi khususnya pada semua lapisan geologi dan
semua badan air. Umumnya, besi yang ada di dalam air dapat bersifat
terlarut seperti Fe2+ (Ferro) atau Fe3+ (Ferri), tersuspensi sebagai butir
butir koloidal atau lebih besar seperti Fe2O3, FeO, dan Fe(OH)3,
tergabung dengan zat organis atau zat padat yang anorganis seperti
tanah liat. Pada air permukaan jarang ditemui kadar Fe>1 mg, tetapi di
dalam air tanah Fe dapat jauh lebih tinggi. Konsentrasi Fe yang tinggi
ini dapat dirasakan dan dapat menodai kain dan perkakas kapur
(Cristian, 1986).

Didihan dalam asam dan hidrosilamin serta penggabungannya 1,0


phenantroline akan mengubah semua zat besi menjadi Fe2+ yang
terlarut. Tiga molekul phenantroline bergabung dengan satu molekul
Fe2+ akan membentuk sebuah ion kompleks berwarna oranye
kemerahan. Sistem warna tersebut mengikuti hukum Beer Lambert
yaitu sinar cahaya dengan panjang gelombang tertentu yaitu 510 nm
akan diserap (diabsorbansi) larutan secara proporsional dengan jarak
perjalanannya di dalam larutan dengan kadar kompleks yang berwarna
oranye kemerahan ini. Absorbansi tersebut dapat diukur melalui alat
spektrofotometri.
Warna kompleks tersebut tidak dipengaruhi oleh ph larutan,
bilangan ph antara 3 dan 9 suatu nilai absorbansi bersifat atau
konsentrasi besi dapat diketahui dengan membandingkannya dengan 5
larutan standar referensi yang mengandung kadar besi yang telah
diketahui dan yang meliputi skala absorbansi spektrofotometer
(Achmad, 2004).

b) Mangan (Mn)
Mangan merupakan unsur logam yang termasuk ke dalam
golongan VII, dengan berat atom 59,93, titik lebur 1247⁰C, dan titik
didihnya adalah 2032⁰C (BPPT, 2004). Mangan adalah metal berwarna
kelabu-kemerahan yang dapat ditemui di alam dalam bentuk senyawa
dengan berbagai macam valensi. Air yang mengandung mangan
berlebih dapat menimbulan rasa, warna (coklat/ungu/hitam), dan
kekeruhan (Fauziah, 2010). Kandungan mangan yang diizinkan dalam
air yang digunakan untuk keperluan domestic yaitu di bawah 0,05
mg/l. Air yang berasal dari tambang asam dapat mengandung mangan
terlarut dengan konsentrasi ± 1 mg/l. Pada ph yang agak tinggi dan
kondisi aerob terbentuk mangan yang tidak larut seperti MnO2, Mn3O4
atau MnCO3 meskipun oksidasi dari Mn2+ itu berjalan relatif lambat
(Achmad, 2004).

Mangan bereaksi dengan air hangat membentuk mangan(II)


hidroksida dan hidrogen:

Mn + 2H2O → Mn(OH)2 + H2
ph berperan besar dalam proses biologi atau kimia (biokimia) termasuk
dasar penyisihan besi dan mangan. Pada kedua unsur tersebut, ph ikut
menentukan keberhasilan pengolahan. Terbukti jika mengolah mangan
tidak semudah mengolah besi. Ketika ph-nya rendah, aerasi tidak
dapat menaikkan potensial mangan sehingga tidak terjadi perubahan
Mn2+ menjadi Mn4+. Keuntungannya, konsentrasi besi dan mangan di
air permukaan relatif rendah, sekitar 1 mg/l, di air tanah lebih tinggi,
kadar besinya dapat mencapai 10 mg/l dan mangan dapat melebihi 2
mg/l (Fardiaz, 1992).
C. Reaksi
a) Besi
Percobaan pengujian parameter besi menghasilkan reaksi di mana
besi (III) direduksi terlebih dahulu agar terbentuk besi (II). Besi (II)
yang ada di dalam air direduksi dengan hidroksilamin 1,10-
phenantroline membentuk senyawa kompleks yang berwarna merah
jingga. Adapun persamaan reaksinya, sebagai berikut:
Fe2+(aq) + 3C12H8N2(aq) → [Fe(C12H8N2)3]2+(aq)
b) Mangan
Percobaan pengujian parameter mangan menghasilkan reaksi
yang terjadi antara AgNO3 dengan Cl- sehingga terbentuk endapan
putih AgCl dan terjadi reaksi reduksi mangan oleh persulfate di mana
senyawa yang terbentuk adalah MnO4-. Adapun reaksinya, sebagai
berikut:

2Mn2+(aq) + 5S2O82-(s) + 8H2O (l) → 2MnO4-(aq) + 10SO4-(aq) + 16H+ (aq)


BAB II
A. Alat dan Bahan
a) Percobaan Besi
Pada percobaan ini menggunakan alat spektrofotometer, kuvet,
gelas ukur 50 ml, pipet tetes, labu ukur 100 ml dan 1 liter, pipet ukur
1, 2, 5 ml, dan labu Erlenmeyer 125 ml. Bahan yang digunakan adalah
HCl pekat, larutan hidroksilamin 10 %, larutan buffer ammonium
asetat, larutan natrium phenantroline, dan larutan standar besi 200
mg/L (1 ml = 0,2 mg).
b) Percobaan Mangan
Alat yang digunakan pada percobaan mangan adalah labu
Erlenmeyer 125 ml, tabung Nessler, pipet ukur 1 ml, labu ukur 1 l dan
100 ml, pipet tetes, gelas ukur 50 ml, kuvet, dan spektrofotometer
sedangkan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah asam
nitrat pekat (HNO3), AgNO3 1/35,45 N, larutan standar Mn (1 ml = 0,11
mg), dan kristal (NH4)2S2O8.

B. Cara Kerja
a) Percobaan Besi
1. 50 ml contoh air dikocok terlebih dahulu.
2. Kemudian, dimasukkan ke dalam lebu Erlenmeyer 125 ml.
3. 2 ml HCl, 1 ml larutan hidroksilamin, dan beberapa batu didih
ditambahkan dan didihkan hingga volume mencapai 20 ml.
4. Setelah didinginkan, cairan tersebut dipindahkan ke dalam labu
ukur secara kuantitatif.
5. 10 ml larutan buffer ammonium asetat dan 4 ml larutan
phenantroline ditambahkan.
6. Kemudian, encerkan dengan air bebas mineral hingga tanda batas.
7. Cairan tersebut dikocok dan dibiarkan selama 25 menit. Kemudian
diukur intensitas warna merah yang terjadi dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 560 nm.
8. Pada pembuatan kurva kalibrasi, larutan standar besi dengan
konsentrasi 0,01-0,10 mg/L dibuat. Kemudian lakukan prosedur
yang sama seperti pengerjaan sampel air.

b) Percobaan Warna Secara Spektrofotometri


1. 50 ml air dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer. 2-3 tetes HNO3
pekat, ditambahkan. Larutan AgNO3 sebanyak 1/35,45 N
ditambahkan sesuai dengan keperluan pada penetapan klorida.
2. Panaskan hingga mendidih. Jika keruh harus disaring. Tambahkan
kristal (NH4)2S2O8 dan panaskan kembali. Jika cairan tersebut
berwarna merah muda atau merah keunguan maka contoh air
tersebut mengandung Mn.
3. Untuk pengukuran dengan spektrofotometer, cairan contoh
berwarna merah keunguan tersebut dimasukkan ke dalam labu
ukur 50 ml, kemudian ditambahkan air bebas mineral sampai
tanda batas. Baca intensitas warna merah dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 525 nm.
4. Untuk kalibrasi, sederetan larutan standar Mn(KMnO4) dari 1-15
mg/L dibuat. Kemudian, ukur intensitas masing-masing larutan
standar Mn tersebut. Kurva kalibrasi antara konsentrasi dengan
absrobansi dibuat dan slope kemiringannya ditentukan.
BAB III
A. Data Pengamatan
a. Percobaan Besi

Tabel 1.1 Data Kurva Kalibrasi Larutan Standar Besi


Konsentrasi (mg/l) Volume (ml) Hasil Absorbansi (Å)
0 mg/l 0 ml 0Å
1 mg/l 0,25 ml 0,172 Å
2 mg/l 0,5 ml 0,375 Å
3 mg/l 0,75 ml 0,564 Å
4 mg/l 1,0 ml 0,804 Å
5 mg/l 1,25 ml 1,000 Å
6 mg/l 1,5 ml 1,163 Å

Tabel 1.2 Hasil Absorbansi Sampel Pengujian Besi


No. Kelompok Hasil Absorbansi
1. 2 0,487 Å

Pengujian parameter besi menghasilkan absorbansi sebesar 0,487


Å. Dengan begitu, kita dapat membuat kurva kalibrasi antara
konsentrasi dengan hasil absorbansi pada parameter besi. Adapun
kurva kalibrasi tersebut dapat dilihat di bawah ini:

KURVA KALIBRASI LARUTAN STANDAR


BESI
1,4
1,2
HASIL ABSORBANSI

1
0,8
0,6 y = 0,1997x - 0,0191
0,4 R² = 0,9978
0,2
0
-0,2 0 1 2 3 4 5 6 7
KONSENTRASI

Gambar 1.1 Grafik Kurva Kalibrasi Larutan Standar Besi


b. Percobaan Mangan
Tabel 1.3 Data Kurva Kalibrasi Larutan Standar Mangan
Konsentrasi (mg/l) Volume (ml) Hasil Absorbansi (Å)
0 mg/l 0 ml 0Å
2,2 mg/l 0,5 ml 0,099 Å
4,4 mg/l 1 ml 0,191 Å
6,6 mg/l 1,5 ml 0,288 Å
8,8 mg/l 2 ml 0,387 Å
11 mg/l 2,5 ml 0,531 Å
13,2 mg/l 3 ml 0,581 Å

Tabel 1.4 Hasil Absorbansi Sampel Pengujian Mangan


No. Kelompok Hasil Absorbansi
1. 2 0,100 Å

Pengujian parameter besi menghasilkan absorbansi sebesar 0,100


Å. Dengan begitu, kita dapat membuat kurva kalibrasi antara
konsentrasi dengan hasil absorbansi pada parameter besi. Adapun
kurva kalibrasi tersebut dapat dilihat di bawah ini:

KURVA KALIBRASI LARUTAN STANDAR


MANGAN
0,7
0,6
HASIL ABSORBANSI

0,5
0,4
0,3
0,2 y = 0,0455x - 0,0036
0,1 R² = 0,9942
0
-0,1 0 2 4 6 8 10 12 14
KONSENTRASI

Gambar 1.2 Grafik Kurva Kalibrasi Larutan Standar Mangan


B. Perhitungan
a. Percobaan Besi
Dari grafik kurva kalibrasi di atas dapat diketahui bahwa:
Y = Ax + B
Y = 0,1997x – 0,0191
R2 = 0,9978
Dengan demikian,
Absorbansi = 0,487 Å
Slope = 0,1997
Intersept = 0,0191

𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖−𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑝𝑡
Konsentrasi (mg/L) = 𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒
0,487 Å−(−0,0191)
Konsentrasi (mg/L) = 0,1997
Konsentrasi (mg/L) = 2,534 mg/L

b. Percobaan Mangan
Dari grafik kurva kalibrasi di atas dapat diketahui bahwa:
Y = Ax + B
Y = 0,0455x – 0,0036
R2 = 0,9942

Dengan demikian,
Absorbansi = 0,100 Å
Slope = 0,0455
Intersept = 0,0036

𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖−𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑝𝑡
Konsentrasi (mg/L) = 𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒
0,100 Å−(−0,0036)
Konsentrasi (mg/L) = 0,0455
Konsentrasi (mg/L) = 2,28 mg/L

C. Pembahasan
Pada praktikum pengukuran konsentrasi besi menggunakan
spektrofotometer dengan panjang gelombang 510 nm, menetapkan
prinsip pengujian yang berdasar kepada metode spektrofotometri
phenantroline. Prinsip ini berbunyi jika besi yang ada di dalam air akan
direduksi dengan hidroksil amin 1,10-phenantroline yang nantinya akan
terbentuk senyawa kompleks berwarna merah. Hasil konsentrasi besi
yang didapatkan dari menghitung nilai absrobansi-intersept dan
kemudian dibagi dengan nilai slopenya adalah 2,534 mg/L. Pada
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.492/MENKES/PER/IV/2010 menyebutkan bahwa ambang batas yang
diperbolehkan adalah 0,3 mg/L.Yang mana pada percobaan ini air yang
digunakan terbilang tidak aman karena telah melebihi ambang batas yang
telah ditentukan. Jika konsentrasi besi dari air yang dikonsumsi ataupun
air yang digunakan untuk sehari-hari melebihi kapasitas yang telah
ditentukan, akan berdampak buruk bagi kesehatan dan juga lingkungan
disekitarnya. Mulai dari bau yang kurang sedap, melunturkan warna pada
pakaian, dan meninggalkan noda pada pakaian sedangkan pada
organisme, jika terkonsumsi secara berlebihan akan mengakibatkan
fungsi-fungsi syaraf yang tidak berjalan normal kemudian dapat
mengalami kemunduran mental dan bahkan kematian (Warlina, 2004).

Pada percobaan pengukuran konsentrasi mangan (Mn) yang


dilakukan dengan reaksi yang terjadi antara AgNO3 dengan Cl- sehingga
terbentuk endapan putih AgCl dan terjadi reaksi reduksi mangan oleh
persulfate di mana senyawa yang terbentuk adalah MnO4-. Pada
pengujian ini menggunakan prinsip persulfate spektrofotometer dengan
panjang gelombang 525 nm yang mana terjadi oksidasi mangan di dalam
air oleh persulfate dalam suasana asam dan panas yang menyebabkan
MnO4- berwarna merah kecoklatan. Kandungan mangan yang
diperbolehkan untuk baku mutu air minum sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.492/MENKES/PER/IV/2010
yaitu 0,4 mg/L. Pada percobaan ini didapatkan konsetrasi mangan
sebesar 2,28 mg/L yang mana konsentrasi mangan ini telah melebihi
ambang batas yang telah ditetapkan. Dengan adanya pembanding
tersebut, dapat kita lihat bahwa air yang digunakan pada percobaan ini
tidak layak untuk dijadikan air yang dapat dikonsumsi karena telah
melebihi standar yang sudah ditetapkan. Adapun dampak dari besarnya
konsentrasi mangan(Mn) terhadap manusia adalah dapat membuat
insomnia, kemudian lemah pada kaki dan otot muka sehingga dapat
menimbulkan ekspresi muka yang kaku dan tampak muka seperti topeng
(Slamet, 2007).
BAB IV
A. Kesimpulan
Pada percobaan besi dan mangan telah sesuai dengan prosedur
pengujian. Pada pengujian besi dengan konsentrasi minimum 10 𝜇𝑔/𝐿
menggunakan alat spektrofotometer pada panjang gelombang 510 nm
diperoleh hasil konsentrasi sebesar 2,534 mg/L. Hasil tersebut tidak
sesuai dengan standar batu mutu yang telah ditetapkan, sehingga air
tersebut tidak aman untuk dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Pada
pengujian konsentrasi mangan (Mn) diperoleh hasil konsentrasi sebesar
2,28 mg/L yang mana hasil tersebut juga sudah melebihi standar baku
mutu yang ada sehingga tidak aman untuk dipakai dalam kehidupan
sehari-hari.

B. Saran
Saran untuk percobaan ini adalah praktikan agar lebih berhati-hati
lagi dan memahami semua prosedur pengerjaan praktikum, cara
menggunakan alat percobaan, dan materi tentang percobaan. Karena
dengan itu, percobaan dapat memudahkan praktikan dalam menulis
laporan.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, R. 2004. Kimia Lingkungan. Edisi 1. Yogyakarta. Andi Offset. Hal. 15-
16.
Christian, Gary. 1986. Analitika Chemistry. New York: Willey.
Fardiaz, Srikandi. 1992. Populasi Air Dan Udara. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010 Persyaratan
Kualitas Air Minum. 19 April 2010. Jakarta.
Wardhana, 2000. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai