Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA AMAMI

PENENTUAN ZAT ORGANIK DALAM AIR

DISUSUN OLEH:

WICHA TANTRI SIAHAAN


(P07634020079)

POLITEKNIK KESEHATAN NEGERI MEDAN


TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh Kalium
permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang
terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4 sudah dikenal
lebih dari seratus tahun, kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang
dapat dioksidasi seperti Fe+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya.
Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan
permanganometri seperti:
1. Ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (II) yang dapat diendapkan sebagai oksalat.
Setelah endapan disaring dan dicuci dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga
terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah akhirnya dititrasi dan
hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan.
2. Ion-ion Bad an Pb dapat pula diendapkan sebagai garam khromat. Setelah disaring,
dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO4 berlebih.
Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh khromat tersebut dan sisanya dapat ditentukan
banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO4.

Zat organik dapat dioksidasi dengan KMnO4 dalam suasana asam dengan pemanasan.
Sisa KMnO4 direduksi dengan asam oksalat berlebih. Kelebihan asam oksalat dititrasi
kembali dengan KMnO4. Metode permanganometri didasarkan pada reaksi oksidasi ion
permanganat. Oksidasi ini dapat berlangsung dalam suasana asam, netral dan alkalis.

Titrasi redoks (reduksi-oksidasi) merupakan jenis titrasi yang paling banyak jenisnya
antara lain permanganometri, dikromatometri, cerimetri, iodimetri, iodatometri,
bromometri, bromatometri, dan nitrimetri. Titrasi adalah salah satu cara menentukan
kadar senyawa yang terkandung dalam suatu sampel. Permanganometri merupakan
metode titrasi yang didasarkan atas reaksi oksidasi-reduksi. Untuk keperluan titrasi ini
maka digunakan senyawa permanganat. Kalium permanganat merupakan oksidator kuat
yang paling baik untuk menentukan kadar HCOOH yang terdapat dalam sampel dalam
suasana asam menggunakan larutan asam sulfat (H2SO4). Dalam reaksi ini, ion MnO4-
bertindak sebagai oksidator. Ion MnO4- akan berubah menjadi ion Mn2+ dalam suasana
asam. Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk menentukan kadar oksalat atau besi dalam
suatu sample. Pada pengolahan kulit asam formiat digunakan untuk pengikatan zat warna/
fikasasi pada proses pengecatan dasar.

Nilai kalium permanganat (KMnO4) didefinisikan sebagai jumlah mg KMnO4 yang


diperlukan untuk mengoksidasi zat organik yang terdapat di dalam satu liter contoh air
dengan didihkan selama 10 menit. Dengan proses oksidasi tersebut di atas mungkin hanya
sebagian atau seluruh zat organik tersebut. Proses oksidasi untuk penetapan nilai kalium
permanganat dapat dilakukan dalam kondisi asam atau kondisi basa, akan tetapi oksidasi
dalam kondisi asam adalah lebih kuat, dengan demikian ion-ion klorida yang terdapat
pada contoh air akan ikut teroksidasi. Oleh karena itu oksidasi kalium permanganat dalam
kondisi basa dianjurkan untuk pemeriksaan contoh air yang mengandung kadar klorida
lebih dari 300 mg/L.

1.2 Tujuan
1) Mengetahui cara standarisasi larutan kalium permanganate
2) Dapat melakukan analisis kadar zat organi (nilai permanganat) pada sampel air
menggunakan metode titrasi permanganometri.

1.3 Prinsip
Zat organik dalam sampel air dioksidasi dengan Kalium Permanganat (KMnO4), sisa
KMnO4 direduksi oleh asam oksalat berlebih, kelebihan asam oksalat dititrasi kembali
dengan KMnO4.
BAB II

METODE PEMERIKSAAN

2.1 Alat dan Bahan


 Alat
1. Bunsen
2. Erlenmeyer
3. Gelas Ukur
4. Pipet Ukur
5. Pipet Tetes
6. Kaki Tiga
7. Kawat Kasa
8. Buret dan Klem Statif
 Bahan
1. Sampel Air
2. KMnO4
3. H2SO4
4. Asam Oksalat (C2H2O4)
2.2 Prosedur Kerja
 Standarisasi larutan KMnO4 0,01 N
1. Dipipet 100 mL aquades secara duplo dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250
mL, dipanaskan hingga suhu 700C
2. Ditambahkan 5 mL H2SO4 8 N yang bebas zat organic
3. Ditambahkan 10 mL larutan baku asam oksalat 0,01 N menggunakan pipet
volume
4. Dititrasi dengan larutan KMnO4 0,01 N sampai warna merah muda dan catat
volume pemakaian
5. Dilakukan titrasi sebanyak 2 kali
 Penentuan Nilai Zat Organik dalam Air
1. Pasang buret pada klem dan statif
2. Masukkan KMnO4 kedalam buret sampai skala 0. KMnO4 disebut autoindikator
karena bisa berfungsi sebagai larutan baku primer dan sebagai indikator
3. Masukkan samapel sebanyak 50 ml kedalam Erlenmeyer
4. Tambahkan H2SO4 kedalam Erlenmeyer untuk memberikan suasana Asam pada
sampel
5. Panaskan selama 5-10 menit berfungsi untuk mempercepat reaksi
6. Tambahkam KMnO4 sebanyak 10 ml
7. Kemudian panaskan sel,a 10 menit
8. Tambahkan Asam Oksalat sebanyak 10 ml kemudian panaskan selama 1-2 menit
9. Titrasi sampel tersebut dengan KMnO4 sampai terjadi perubahan warna
10.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pemeriksaan

a. Standarisasi larutan KMnO2 0,01 N

Titrasi V.Aquade V. KMnO4 Perubahan warna


s
Merah muda
1 100 mL 14,2 menjadi
mL pink keunguan
Merah muda
2 100 mL 14,3 menjadi
mL pink keunguan
Merah muda
Rata- 100 mL 14,25 menjadi
rata mL pink keunguan

b. Penentuan nilai zat organik

Titrasi V. Sampel V. KMnO4 Perubahan warna


1 100 6,2 Bening menjadi
mL mL pink
2 100 6,3 Bening menjadi
mL mL pink
Rata- 100 6,25 Bening menjadi
rata mL mL pink

Reaksi

a) Reaksi oksidasi KMnO4 dalam kondisi asam :


2KMnO4 + 3H2SO4 → 2MnO4 + K2SO4 + 5O
b) Reaksi titrasi :
2MnO4- + 16 H+ + 5C2O42- → 2Mn2+ + 8 H2O + 10 CO2

3.2 Pembahasan
 Standarisasi larutan KMnO2 0,01 N
Dik : V1 = 14,2 mL
V2 = 14,3 mL
Vrata-rata = 14,25 mL
Dit : N KMnO4 ?
Penye :
N MnO4 = V as.oks x N as.oks
V titrasi
= 10 ml x 0,01 N
14,25 ml
= 0,1
14,25 ml
= 0,007 N
 Penentuan nilai zat organic

Dik : V1 = 6,2 ml
V2 = 6,3 ml
Vrata-rata = 6,25
Peny :
KMnO4 mg/L = (10 + V titran) N KMnO4 – (10 x N as.oks) x 31,6 x1000
V Sampel
= (10 + 6,25) 0,007 – (10 x 0,01) x 31,6 x 1000
100
= (16,25 x 0,007 – 0,1) x 31,6 x 1000
100
= 0,0135 x 31,6 x 1000
100
= 4, 345 mg/L

Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya
dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai
contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi
redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri
untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya.
Permanganometri merupakan metode titrasi dengan menggunakan kalium
permanganat, yang merupakan oksidator kucit sebagai titran. Titran ini didasarkan
atas reduksi dan oksidasi atau redoks. Kalium permanganat telah digunakan sebagai
pengoksida secara meluas lebih dari 100 tahun. Reagensia ini mudah diperoleh,
murah dan tidak memerlukan indikator kecuali bila digunakan larutan yang sangat
encer. Permanganat beraksi secara beraneka, karena mangan dapat memiliki keadaan
oksidasi +2, +3, +4, +6, dan +7.

Dalam percobaan ini, proses yang kami laukan ialah melakukan proses
standarisasi yang mana sampel aquades dipipet 100 ml kedalam erlenmeyer yang
kemudian dipanaskan dengan suhu 700C dimana proses pemanasan diharapkan agar
reaksi berlangsung lebih cepat. Kemudian ditambahkan 5 ml larutan H2SO4 dimana
fungsi diberikan larutan ini sebagai pengasam,dimana alasannya yaitu digunakan
larutan H2SO4 encer. Karena ion MnO4- akan tereduksi menjadi Mn2+dalam suasana
asam oleh reaksi dengan atom H. Selain itu, asam sulfat cukup baik karena tidak
bereaksi dengan permanganat. Dalam titasi permanganometri, tidak dibutuhkan
indikator karena perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda
menunjukan titik akhir suatu titrasi warna yang diperoleh pun harus sudah dalam
keadaan tetap, artinya saat melakukan pengadukan, warna merah muda yang muncul
tidak hilang, hal ini menunjukan titik kestabilan, dan kemudian ditambahkan dengan
10 ml larutan baku asam oksalat 0,01 N dan dilakukannya proses titrasi menggunakan
larutan KMnO4 0,01 N yang kemudian percobaan tersebut dilakukan kembali (duplo).

Titik akhir titrasi ditandai dengan terjadinya perubahan warna dari bening
menjadi ungu pada larutan yang permanen dan tidak hilang selama beberapa menit.
Perubahan warna ini terjadi karena Mn2+ ( larutan bening) dan MnO4- (KMnO4)
tereduksi oleh Na2C2O4 menjadi Mn2+ (ungu). Titik ekuivalen terjadi karena mol
titran volum KMnO4.

Dari hasil standarisasi larutan KMnO4 pada praktikum kali ini yang didapatkan
adalah volume titrasi I sebesar 14,2 mL dan volume titrasi II sebesar 14,3 mL serta
volume rata-rata dari titrasi tersebut adalah 14,25 mL. Sehingga didapatkan
konsentrasi KMnO4 sebesar 0,007 N.

Setelah dilakukan standardisasi, proses selanjutnya ialah penentuan nilai


permanganat yaitu dengan memipet 100 mL sampel dan dimasukan ke dalam
erlenmeyer 250 mL lalu ditambah beberapa tetes KMnO4 0,01 N juga ditambah
kedalam erlenmeyer hingga terjadi perubahan warna menjadi merah muda. Setelah
itu, asam sulfat 8 N dicampur juga kedalam larutan, lalu dihomogenkan. Larutan
dipanaskan diatas pemanas listrik pada suhu 105oC. pemanasian ini berfungsi untuk
mempercepat proses reaksi. Lalu dipipet 10 mL larutan baku KMnO4 0,01 N
selanjutnya larutan dipanaskan hingga mendidih. Setelah mendidih, tambah 10 mL
larutan baku asam oksalat 0,01 N ke dalam larutan, penambahan KMnO4 0,01 N ini
berfungsi untuk mengoksidasi zat organik yang terdapat dalam air sedangkan fungsi
dari penambahan asam oksalat adalah untuk mereduksi sisa KMnO4 0,01 N yang
sebelumnya telah digunakan untuk mereduksi zat organik. Kemudian dititrasi dengan
KMnO4 0,01 N hingga warna merah muda. KMnO4 0,01 N ini menitrasi kelebihan
asam oksalat. Sebelum dilakukan titrasi, titrat tidak perlu ditambahkan dengan
indikator (auto indikator).

Dari hasil perhitungan kemudian didapatkan kadar zat organik pada sampel air
bersih sebesar 4,345 mg/L. Oleh karena zat organik KMnO4 merupakan bahan kimia
organik yang dalam air minum sehingga kadarnya hanya diperbolehkan sebanyak 10
mg/L (peraturan mentri kesehatan RI no : 416/MENKES/PER/IX/1990). Karena
kadar zat organik yang diperoleh dari praktikum ini lebih rendah dari yang telah
ditetapkan maka sampel air tersebut masih layak untuk digunakan.

Adapun sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri yang lain antara


lain larutan pentiter KMnO4 pada buret apabila percobaan dilakukan dalam waktu
yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2.
penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti H2C2O4, penambahan
KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti H2C2O4. Pemberian KMnO4 yang
terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah
dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk peroksida
yang kemudian terurai menjadi air. Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah
KMnO4 yang diperlukan untuk titrasi yang pada akhirnya akan timbul kesalahan
titrasi permanganometri yang dilaksanakan.
BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil praktikum yang kami dapatkan bahwa pada proses standarisasi
larutan KMnO4 0,01, diperoleh hasil sebesar 0,007 N. Sedangkan dalam penentuan kadar
permanganate diperoleh hasil yaitu 4,345 mg/L. Karena kadar zat organik yang diperoleh dari
praktikum (sampel air keran) ini lebih rendah dari 10 mg/L yang telah ditetapkan maka
sampel air tersebut masih layak untuk digunakan.

Anda mungkin juga menyukai