Anda di halaman 1dari 25

PERCOBAAN 5

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ANALITIK DASAR

ANALISIS KATION GOLONGAN III

OLEH:
KELOMPOK 6

NAMA PRAKTIKAN:
MUHAMMAD IBRAHIM / 210332626404
NADHIRAH AN’UMILLAH / 210332626430
NATASYA ANGGI SAHARANI Y / 210332626410
SALSABIIL UMMI NAZHIIROH / 210332626415

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN IILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
TAHUN 2022
1. Judul Percobaan : Analisis Kation Golongan III
2. Tujuan :
a. Dapat memisahkan kation-kation Mn, Al, Fe, Cr, Ni, Co, Zn sebagai kation golongan
III.
b. Memisahkan katoin-kation Mn, Fe, dan Cr sebagai kation golongan IIIA.
c. Dapat memisahkan kation Ni, Co, dan Zn sebagai kation golongan IIIB.
d. Dapat mengidentifikasi kation-kation golongan IIIA dan golongan IIIB dengan
pereaksi spesifik.
3. Dasar Teori :
Analisis kation secara kualitatif secara sistematis sejatinya telah berkembang
dalam kurun waktu yang cukup lama. Penggolongan kation sendiri telah dilakukan oleh
seorang ilmuwan bernama Karl Remegius Fresenius pada tahun 1897. Penggolongan
yang dilakukan oleh Karl Remegius dikenal dengan metoda H2S. Seiring dengan
berkembangnya waktu, beberapa modifikasi telah dilakukan untuk memudahkan
pemisahan dan pengidentifikasian katin-kation dalam suatu sampel, seperti penggunaan
H2S yang diganti dengan Na2S.
Penggolongan dan pemisahan kation sendiri didasari pada kemampuan suatu
kation untuk membentuk suatu endapan (yang memenuhi nilai Ksp). Beberapa tahapan
didalam proses penggolongan dan pemisaham kation adalah Uji Pendahuluan, pemisahan
golongan, pemisahan kation dalam satu golongan, dan uji identifikasi.
Kation golongan III tidak bereaksi dengan asam klorida encer ataupun dengan
hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun, kation ini membentuk
endapan dengan ammonium sulfida dalam suasana netral atau amoniak. Kation-kation
golongan ini adalah cobalt(II), Nikel(II), Besi(II), Besi(III), Alumunium Zink, dan
Mangan(II) (Vogel,1985:203-204).

4. Alat dan Bahan :


a. Alat :
 Tabung reaksi (10 buah)  Pembakar spiritus
 Gelas ukur 10 mL  Kertas saring
 Rak tabung reaksi  Pipet tetes
 Corong
b. Bahan :
 Kristal ammonium tiosianat  Ammonia (NH4OH) 6M
(NH4SCN)  Asam asetat (CH3COOH)
 Natrium Metaborat  Asam klorida (HCl)
(NaBO3)  Amonium Klorida (NH4Cl)
 Larutan DMG 1%  Zirkonium nitrat
 Natrium asetat (ZrO(NO3)2)
(CH3COONa)  Kristal Natrium florida
 Asam format (HCHO) (NaF)
 Peroksida (H2O2) 3%  Kalium Klorat (KClO3)

5. Langkah Kerja dan Hasil Pengamatan


a. Langkah Kerja
 Identifikasi Kation
1. Aluminium, Al3+
a. Larutan Al(NO3)3
- Diambil 1 mL dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi
- Ditambahkan larutan ammonium hidroksida
Hasil

b. Larutan Al(NO3)3
- Diambil 1 mL dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi
- Ditambahkan larutan natrium fosfat
Hasil

c. Larutan Al(NO3)3
- Diambil 1 mL dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi
- Ditambahkan larutan NaOH
Hasil
2. Kromium, Cr3+
a. Larutan Cr(NO3)3
- Diambil 1 mL dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi
- Ditambahkan larutan ammonium hidroksida
Hasil

b. Larutan Cr(NO3)3
- Diambil 1 mL dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi
- Ditambahkan larutan natrium asetat
Hasil

c. Larutan Cr(NO3)3
- Diambil 1 mL dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi
- Ditambahkan larutan NaOH
Hasil

d. Larutan Cr(NO3)3
- Diambil 1 mL dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi
- Ditambahkan larutan natrium fosfat
Hasil

3. Besi, Fe3+
a. Larutan Fe(NO3)3
- Diambil 1 mL dan di masukkan ke dalam tabung reaksi
- Ditambahkan larutan NaOH
Hasil

b. Larutan Fe(NO3)3
- Diambil 1 mL dan di masukkan ke dalam tabung reaksi
- Ditambahkan larutan natrium asetat
Hasil
c. Larutan Fe(NO3)3
- Diambil 1 mL dan di masukkan ke dalam tabung reaksi
- Ditambahkan larutan CoCl2 dan HCl pekat
Hasil

d. Larutan Fe(NO3)3
- Diambil 1 mL dan di masukkan ke dalam tabung reaksi
- Ditambahkan larutan kalium ferosianida
Hasil

e. Larutan Fe(NO3)3
- Diambil 1 mL dan di masukkan ke dalam tabung reaksi
- Ditambahkan larutan kalium tiosianat
Hasil

4. Mangan, Mn2+
a. Larutan Mn(NO3)2
- Diambil 1 mL dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi
- Ditambahkan larutan NaOH
Hasil

b. Larutan Mn(NO3)2
- Ambil 1 mL dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi
- Ditambahkan larutan ammonium hidroksida
Hasil

c. Larutan Mn(NO3)2
- Ambil 1 mL dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi
- Ditambahkan larutan natrium karbonat
Hasil
d. Larutan Mn(NO3)2
- Ambil 1 mL dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi
- Ditambahkan larutan ammonium sulfida
Hasil

e. Larutan Mn(NO3)2
- Ambil 1 mL dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi
- Ditambahkan larutan natrium fosfat
Hasil

5. Nikel, Ni2+
a. Larutan Ni(NO3)2
- Diambil 1 mL dan dimasukkan dalam tabung reaksi
- Ditambahkan larutan NaOH
Hasil

b. Larutan Ni(NO3)2
- Diambil 1 mL dan dimasukkan dalam tabung reaksi
- Ditambahkan larutan ammonium sulfida
Hasil

c. Larutan Ni(NO3)2
- Diambil 1 mL dan dimasukkan dalam tabung reaksi
- Ditambahkan larutan Dimetilgilioksin dan sedikit NH4OH
Hasil

6. Kobalt, Co2+
a. Larutan Co(NO3)2
- Diambil 1 mL larutan dan dimasukkan dalam tabung reaksi
- Ditambahkan larutan NaOH
Hasil
b. Larutan Co(NO3)2
- Diambil 1 mL larutan dan dimasukkan dalam tabung reaksi
- Ditambahkan larutan ammonium hidroksida
Hasil

c. Larutan Co(NO3)2
- Diambil 1 mL larutan dan dimasukkan dalam tabung reaksi
- Ditambahkan larutan ammonium sulfida
Hasil

d. Larutan Co(NO3)2
- Diambil 1 mL larutan dan dimasukkan dalam tabung reaksi
- Ditambahkan larutan dimetilglioksim
Hasil

7. Seng, Zn2+
a. Larutan Zn(NO3)2
- Diambil 1 mL larutan dan dimasukkan dalam tabung reaksi
- Ditambahkan larutan NaOH
Hasil

b. Larutan Zn(NO3)2
- Diambil 1 mL larutan dan dimasukkan dalam tabung reaksi
- Ditambahkan larutan natrium fosfat
Hasil

c. Larutan Zn(NO3)2
- Diambil 1 mL larutan dan dimasukkan dalam tabung reaksi
- Ditambahkan larutan kalium ferrosianida
Hasil
 Pemisahan Kation
a. Kation Golongan IIIA
Sampel kation golongan III
- Diambil sampel larutan dan dimasukkan dalam gelas beaker
- Ditambahkan lagi 4-5 tetes HCOOH dan panaskan
- Ditambah NH4OH 6M sambil diaduk sampai terbentuk endapan
- Diuapkan sampai larutannya tinggal 5 mL
- Ditambah lagi dengan NH4OH 6M sampai endapan sempurna
- Disaring dan dicuci endapan dengan air sampai 2 kali pencucian
- Dijadikan endapan tersebut suspensi dengan hati-hati hingga mendidih
dan dibiarkan beberapa saat
- Dicuci dan disaring endapan setelah dingin, filtrat hasil penyaringan
dipakai untuk percobaan selanjutnya.
- Dilarutkan endapan dalam 1 mL HCl 6M dan setelah larut dibagi
menjadi 2 bagian.
Bagian I : tambahkan 1 tetes K4[Fe(CN)6] sehingga timbul
endapan biru tua dari KFe[Fe(CN)6] .
Bagian II : tambahkan 1 tetes KCNS 0,1M sehingga timbul larutan
berwarna merah darah dari [Fe(CN)6]2+. Keduanya menunjukkan
adanya ion Fe3+ dalam sampel.
Hasil

b. Kation Golongan IIIB


1. Filtrat Golongan IIIA
- Ditambahkan seujung sendok kecil (0,5 g) kristal NH4Cl
- Dibuat alkalis dengan memberikan NH4OH 6M berlebih
- Larutan yang diperoleh kemudian dibagi menjadi 2 bagian
Hasil
2. Larutan I
- Dijenuhkan dengan gas H2S selama 2-3 menit / ditambahkan Na2S
- Dipanaskan dalam penangas air sampai timbul koagulasi dan
mengendap
- Dipisahkan dan dicuci endapannya dengan 1-2 mL air dingin
- Filtrat hasil pemisahan dipakai untuk analisis kation golongan IV
dan golongan V
- Larutan II
- Ditambah 10-15 tetes larutan thioasetamida 1M
- Dipanaskan dalam penangas air selama 10 menit
- Dipisahkan dan cuci endapannya 2 kali dengan 1-2 mL air dingin
- Filtrat hasil pemisahan dapat dipakai untuk analisis kation golongan
IV dan golongan V
Hasil

3. Endapan dari larutan I dan II


- Ditambahkan kepada endapan tersebut 0,5 mL HCl 12M
- Dididihkan selama 2-3 menit. Bila ada zat sisa (residu S) segera
dihilangkan/dibuang
- Ditambahkan NaOH 6M sampai dikocok hingga alkalis
- Ditambah lagi dengan 2-3 tetes H2O2 3%
- Dikocok dengan kuat sambil dipanaskan sampai mendidih selama 1
menit
- Dicuci suspensi dalam tabung reaksi tersebut dan pisahkan
- Dicuci lagi 2 kali dengan memakai air hangat/ panas
- Filtrat hasil pemisahan dipakai untuk analisis kation selanjutnya
Hasil
4. Endapan dari pemisahan no.3
- cDilarutkan endapan ini dengan menggunakan 0,5 mL HCl 12M.
- Larutan tersebut segera dipanaskan untuk menghilangkan dan
membebaskan klorida yang ada
- Didinginkan dan encerkan sampai 2 mL, lalu larutan dibagi jadi 2
bagian
Hasil

5. Larutan I dari no.4


- Ditambah Kristal NaF sedikit dan kocok hingga menjadi pekat
- Diambahkan 0,5mL campuran amilalkohol eter atau benzilalkohol
dan 1-2 g kristal NaCNS, kocok lagi
- Terjadinya warna biru hijau pada lapisan alcohol eter/
benzilalkohol menunjukkan adanya ion Co2+ dalam sampel.
Hasil

6. Larutan II dari no. 4


- Ditambahkan tetes demi tetes NH4OH 6M sambil dikocok.
- Ditambah lagi dengan segera Kristal CH3COONa pada larutan
jenuh tersebut
- Ditambah beberapa tetes larutan DMG 1%
- Timbulnya warna merah cerah dari endapan yang terjadi
menunjukkan adanya ion Ni2+ dalam sampel
- Bila endapan tidak terbentuk, larutan yang ada segera asamkan
dulu dengan CH3COOH 6M
- Ditambahkan tetes demi tetes NH4OH 6M sambil dikocok
- Pengendapan dari Ni-DMG memerlukan suasana pH larutan yang
optimal dari reaksi yang ada
Hasil

b. Hasil Pengamatan
a) Identifikasi kation
No Perlakuan Sebelum Sesudah Persamaan Reaksi
1. Alumunium, Al3+
a. Al(NO3) Larutan Larutan
+ NH4OH Al(NO3)2 tidak berwarna
berwarna; putih dan Al(NO3)3(aq) + 3NH4OH(aq) →
Larutan terbentuk Al(OH)3(s) + 3NH4NO3(aq)
NH4OH tidak endapan
berwarna. putih.
b. Al(NO3)3 + Larutan Larutan
Na3PO4 Al(NO3)2 tidak berwarna Al(NO3)3(aq) + Na3PO4(aq) →
berwarna; putih keruh 3NaNO3(aq) +AlPO4(s)
Larutan Na3PO4 dan terbentuk
tidak endapan
berwarna. putih.
2 Kromium, Cr3+
a. Cr(NO3)2 Larutan Larutan
+ NH4OH Cr(NO3)2 tidak keruh abu- Cr(NO3)3(aq) + 3NH4OH(aq)
berwarna; abu dan
→ Cr(OH)3(s) + 3NH4NO3(aq)
Larutan terbentuk
NH4OH tidak endapan hijau
berwarna. kebiruan.
b. Cr(NO3)2 Larutan Larutan Cr(NO3)3(aq) +
+ Cr(NO3)2 tidak berwarna
3CH3COONa(aq) →
CH3COONa berwarna; hijau dan
Larutan tidak Cr(CH3COO)3(aq) +
CH3COONa terbentuk
3NaNO3(aq)
tidak endapan.
berwarna.
c. Cr(NO3)2 Larutan Larutan
+ NaOH Cr(NO3)2 tidak berwarna Cr(NO3)3(aq) + 3NaOH(aq) →
berwarna; hijau dan
Cr(OH)3(s) + 3NaNO3(aq)
Larutan NaOH terbentuk
tidak endapan abu-
berwarna. abu.
d. Cr(NO3)2 Larutan Larutan
Cr(NO3)3(aq) + Na3PO4(aq) →
+ Na3PO4 Cr(NO3)2 tidak berwarna
berwarna; hijau keruh 3NaNO3(aq) +CrPO4(s)
Larutan dan terbentuk
Na3PO4tidak endapan
berwarna. ungu.
3 Besi(III), Fe3+
a. Fe(NO3)3 Larutan Larutan
+ NaOH Fe(NO3)3 berwarna
berwarna kuning dan Fe(NO3)3 (aq) + 3NaOH(aq) →
kuning jernih; sedikit
Fe(OH)3(s) + 3NaNO3(aq)
Larutan NaOH terbentuk
tidak endapan
berwarna. cokelat.
b. Fe(NO3)3 Larutan Larutan
Fe(NO3)3(aq) +
+ Fe(NO3)3 berwarna
CH3COONa berwarna cokelat CH3COONa(aq) →
kuning jernih; jernih.
Fe(CH3COO)3(aq) +
Larutan
CH3COONa NaNO3(aq)
tidak
berwarna.
c. Fe(NO3)3 Larutan Larutan
+ COCl2 + Fe(NO3)3 berwarna
2Fe(No3)3(aq) + 3CoCl2(aq)
HCl berwarna kuning jernih
→ 2FeCl3(aq) + 3Co(No3)2(aq)
kuning jernih; dan terdapat
Larutan COCl2 gas.
tidak
berwarna;
Larutan HCl
pekat tidak
berwarna.
d. Fe(NO3)3 Larutan Larutan
+ Fe(NO3)3 berwarna biru 4Fe(NO3)3 (aq) + 3K4[Fe(CN)6]
K4[Fe(CN)6 berwarna tua dan
] kuning jernih; terbentuk (aq) → Fe4[Fe(CN)6]3 (s) +
Larutan endapan 12KNO3(aq)
K4[Fe(CN)6] berwarna biru
tidak
berwarna.
e. Fe(NO3)3 Tidak Tidak Fe(NO3)3 (aq) + 3KSCN(aq) →
+ KSCN dilakukan dilakukan Fe(SCN)3(aq) + 3KNO3 (aq)
4. Mangan, Mn2+
a. Larutan Larutan
Mn(NO3)2 + Mn(NO3)2 terbentuk 2
NaOH tidak spesi:
berwarna; Atas: Mn(NO3)2(aq) + 2NaOH(aq) →
Larutan NaOH berwarna Mn(OH)2(s) + 2NaNO3(aq)
tidak cokelat.
berwarna. Bawah : tidak
berwarna.
b. Larutan Larutan
Mn(NO3)2 + Mn(NO3)2 berwarna
Na2CO3 tidak putih dan Na2CO3(aq) + Mn(NO3)2(aq)
berwarna; terbentuk
→ 2 NaNO3(aq)+ MnCO3(s)
Larutan endapan
Na2CO3 tidak putih
berwarna.
c. Larutan Larutan
Mn(NO3)2 + Mn(NO3)2 berwarna
(NH4)2S tidak putih
berwarna; kecokelatan Mn(NO3)2(aq) + (NH4)2S(aq)
Larutan dan terbentuk → MnS(s) + 2NH4(NO3)(aq)
(NH4)2S endapan
berwarna putih (ada
kuning. biru)
d. Larutan Larutan
Mn(NO3)2 + Mn(NO3)2 berwarna
Na3PO4 tidak putih dan
3Mn(NO3)2(aq) + 2Na3PO4(aq)
berwarna; terbentuk
→ Mn3(PO4)2(s) + 6NaNO3(aq)
Larutan endapan
Na3PO4 tidak putih.
berwarna.
5. Nikel, Ni2+
a. Ni(NO3)2 Larutan Larutan tidak
Ni(NO3)2(aq) + 2NaOH(aq) →
+ NaOH Ni(NO3)2 berwarna,
Ni(OH)2(s) + 2NaNO3(aq)
berwarna dan terbentuk
hijau; endapan
Larutan NaOH hijau.
tidak
berwarna.
b. Ni(NO3)2 Larutan Larutan
+ (NH4)2S Ni(NO3)2 berwarna
berwarna hijau dan
Ni(NO3)2(aq) + (NH4)2S(aq) →
hijau; terbentuk
NiS(s) + 2NH4NO3(aq)
Larutan endapan
(NH4)2S tidak hitam.
berwarna.
c. Ni(NO3)2 Larutan Larutan
+ C4H8O2N2 Ni(NO3)2 berwarna
+ NH4OH berwarna merah muda
hijau; dan terbentuk Ni(NO3)2(aq) + DMG (aq) →
Larutan DMG endapan
Ni(DMG)2(s) + 2HNO3(aq)
1% tidak merah muda.
berwarna;
Larutan
NH4OH tidak
berwarna,
6. Kobalt, Co2+
a. Co(NO3)2 Larutan Larutan
+ NaOH Co(NO3)2 berwarna biru
berwarna dan terbentuk
Co(NO3)2 (aq) + NaOH (aq) →
merah muda; endapan biru
Co(OH)2 (s) + Na(NO3)2 (aq)
Larutan NaOH keunguan.
tidak
berwarna.
b. Co(NO3)2 Larutan Larutan
+ (NH4)S2 Co(NO3)2 berwarna
Co(NO3)2(aq) + (NH4)2S(aq)
berwarna ungu
merah muda; kehitaman → CoS(s) + 2NH4NO3(aq)
Larutan (NH- dan terbentuk
4)S2 tidak endapan
berwarna. hitam
c. Co(NO3)2 Larutan Larutan
+ DMG 1% Co(NO3)2 berwarna Co(NO3)2(aq) + 2DMG(aq) →
berwarna cokelat dan
merah muda; tidak Co(DMG)2(s) + 2HNO3(aq)
Larutan DMG terbentuk
1% tidak endapan.
berwarna.
7. Seng, Zn2+
a. Zn(NO3)2 Larutan Larutan tidak
+ NaOH Zn(NO3)2 berwarna dan Zn(NO3)2(aq) + 2NaOH(aq) →
tidak terbentuk
Zn(OH)2(s) + 2Na(NO3)(aq)
berwarna; endapan
Larutan NaOH putih.
tidak
berwarna.
b. Zn(NO3)2 Larutan Larutan
+ Na3PO4 Zn(NO3)2 berwarna
tidak putih dan Zn(NO3)2(aq) + 2Na3PO4(aq)
berwarna; terbentuk
→ Zn(PO4)2(s) + 6Na(NO3)(aq)
Larutan endapan
Na3PO4 tidak putih.
berwarna.
c. Zn(NO3)2 Larutan Larutan
+ Zn(NO3)2 berwarna
K4Fe(CN)6 tidak putih pekat Zn(NO3)2(aq) + K4Fe(CN)6(aq)
berwarna; dan terbentuk → K2Zn3[Fe(CN)6]2(s) +
Larutan endapan 2KNO3(aq)
K4Fe(CN)6 putih.
tidak
berwarna.

b) Pengujian kation dalam sampel


No Perlakuan Sebelum Sesudah Persamaan Reaksi
A. Pemisahan kation golongan IIIA
1. Diambil Larutan
sampel 10 berwarna hijau
mL. kekuningan
2. Ditambahkan Larutan tidak Larutan
larutan berwarna berwarna
HCOOH. hijau.
3. Ditambahkan Larutan tidak Terbentuk
larutan berwarna endapan
NH4OH. berwarna
cokelat.
4. Dipanaskan Larutan
lalu disaring mengental
berwarna
cokelat.
5. Residu Residu Larutan
disuspensi berwarna berwarna
dengan H2O. kuning cokelat.
kecokelatan.
6. Dipanasakan Didapatkan
lalu disaring. filtrat
berwarna
kuning jernih
dan residu
berwarna
kuning
kecokelatan.
7. Endapan Larutan tidak Endapan Fe(OH)3(aq) + 3HCl(aq) →
dilarutkan berwarna larut dan FeCl3(aq) + 3H2O(l)
dengan larutan
larutan HCl berwarna
lalu dibagi cokelat
menjadi dua. jernih.
8. Bagian 1 Larutan Larutan FeCl3(aq) + 3KCNS(aq) →
ditambahkan berwarna berwarna [Fe(CN)6]2+(aq) + 3S(g) +
larutan kuning biru 3KCl (aq)
K4[Fe(CN)6]. kehijauan
dan terbentuk
endapan
berwarna
biru tua yang
membuktikan
adanya
kation Fe3+.
9. Bagian Larutan tidak Larutan FeCl3(aq) + K4[Fe(CN)6](aq)
ditambahkan berwarna berwarna → KFe(Fe[CN]6 )(s) +
larutan merah darah 3KCl(aq)
KSCN. yang
membuktikan
adanya
kation Fe3+
B. Pemisahan kation golongan IIIB
1. Diambil Larutan
filtrat berwarna biru
pemisahan
kation
golongan
IIIA.
2. Ditambahkan Serbuk putih Kristal larut
kristal dalam
NH4Cl. larutan.
3. Ditambahkan Larutan tidak Larutan
larutan berwarna. berwarna
NH4OH 6M semakin biru.
berlebih.
4. Ditambahkan Larutan tidak Sedikit
larutan Na2S. berwarna. terbentuk
endapan
berwarna
hitam.
5. Dipanaskan Didapatkan
lalu disaring. filtrat
berwarna
biru dan
endapan
berwarna
hitam.
6. Ditambahkan Larutan tidak Endapan
larutan HCl berwarna. luruh
6M. berwarna
hitam dan
larutan tidak
berwarna.
7. Ditambahkan Larutan tidak Larutan tidak
larutan berwarna. berwarna dan
NH4OH dan tetap bersifat
NaOH 6M. asam.
8. Ditambahkan Larutan tidak Larutan tidak
larutan H2O2 berwarna. berwarna.
3%.
9. Ditambahkan Serbuk putih. Serbuk larut
kristal dalam
CH3COONa. larutan.
10. Ditambahkan Larutan tidak Larutan Ni2+(aq) + 2DMG(aq) →
larutan DMG berwarna. berwarna Ni(DMG)2(aq) + 2H+(aq)
1%. merah cerah
yang
menandakan
adanya
kation Ni2+.

6. Pembahasan
Identifikasi Aluminium (Al3+)
Pada analisis kation Al3+ diuji larutan aluminium nitrat (Al(NO3)3) dengan
beberapa larutan diantaranya ammonia hidroksida (NH4OH), dan natrium fosfat
(Na3PO4). Pereaksian dengan larutan-larutan ini akan membuat kation Al3+ mengendap
bersamaan dengan pada saat pereaksian dengan anion dari larutan yang akan dicampur.
Pada pereaksian aluminium nitrat dengan larutan ammonia hidroksida, kedua larutan
yang awalnya tidak berwarna berubah menjadi larutan berwarna putih keruh dan
terbentuk endapan berwarna putih. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
akan terbentuk endapan putih yang yang merupakan aluminium hidroksida koloidal dan
endapan ini sedikit larut dalam air. Adapun persamaan reaksinya sebagai berikut:
Al(NO3)3(aq) + 3NH4OH(aq) → Al(OH)3(s) + 3NH4NO3(aq)
Selanjutnya pereaksian aluminium nitrat dengan larutan natrium fosfat. Pada
pereaksian aluminium nitrat dengan larutan natrium fosfat, kedua larutan yang awalnya
tidak berwarna berubah menjadi larutan berwarna putih keruh dan terbentuk endapan
berwarna putih. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa akan terbentuk
endapan putih dari aluminium fosfat. Adapun persamaan reaksinya sebagai berikut:
Al(NO3)3(aq) + Na3PO4(aq) → 3NaNO3(aq) +AlPO4(s)
Dan yang terakhir adalah pereaksian aluminium nitrat dengan larutan natrium
hidroksida. Pada pereaksian aluminium nitrat dengan larutan natrium hidroksida, kedua
larutan yang awalnya tidak berwarna menghasilkan endapan putih pada lapisan atas
larutan dan perlahan menghilang. Endapan tersebut berasal dari padatan Al(OH)3.
Persamaan reaksinya sebagai berikut :

Al(NO3)3(aq) + 3NaOH(aq) → Al(OH)3(s) + 3NaNO3(aq)

Identifikasi Kromium (Cr3+)


Pada analisis kation Cr3+ diuji larutan kromium nitrat (Cr(NO3)3) dengan
beberapa larutan diantaranya ammonia hidroksida (NH4OH), natrium fosfat (Na3PO4),
natrium asetat (CH3COONa), dan natrium hidroksida (NaOH). Pereaksian dengan
larutan-larutan ini akan membuat kation Cr3+ mengendap bersamaan dengan pada saat
pereaksian dengan anion dari larutan yang akan dicampur. Pada pereaksian kromium
nitrat dengan larutan ammonia hidroksida, kedua larutan yang masing masing kromium
nitrat berwarna biru kehijuan dan ammonium hidroksida yang tak berwarna berubah
menjadi larutan berwarna abu abu keruh dan terbentuk endapan berwarna hijau keabu-
abuan. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa akan terbentuk endapan hijau
keabu-abuan yang yang merupakan kromium(III) hidroksida dan endapan ini sedikit larut
dalam ammonia berlebih. Adapun persamaan reaksinya sebagai berikut:

Cr(NO3)3(aq) + 3NH4OH(aq) → Cr(OH)3(s) + 3NH4NO3(aq)

Selanjutnya pereaksian kromium nitrat dengan larutan natrium asetat. Pada


pereaksian kromium nitrat dengan larutan natrium asetat, kedua larutan yang awalnya
masing masing kromium nitrat berwarna biru kehijuan dan natrium asetat yang tidak
berwarna berubah menjadi larutan berwarna hijau dan tidak terbentuk endapan. Hal ini
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa tidak akan terbentuk endapan walaupun
dipanaskan. Adapun persamaan reaksinya sebagai berikut:
Cr(NO3)3(aq) + 3CH3COONa(aq) → Cr(CH3COO)3(aq) + 3NaNO3(aq)

Selanjutnya pereaksian kromium nitrat dengan larutan natrium hidroksida. Pada


pereaksian kromium nitrat dengan larutan natrium hidroksida, kedua larutan yang
awalnya masing masing kromium nitrat berwarna biru kehijuan dan natrium hidroksida
yang tidak berwarna berubah menjadi larutan berwarna hijau dan terbentuk endapan abu-
abu. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa akan terbentuk endapan abu-
abu dari Cr(OH)3. Endapan tersebut larut dalam alkali berlebihan. Adapun persamaan
reaksinya sebagai berikut:
Cr(NO3)3(aq) + 3NaOH(aq) → Cr(OH)3(s) + 3NaNO3(aq)

Selanjutnya pereaksian kromium nitrat dengan larutan natrium fosfat. Pada


pereaksian kromium nitrat dengan larutan natrium fosfat, kedua larutan yang masing-
masing kromium nitrat berwarna biru kehijauan dan natrium fosfat yang tidak berwarna
berubah menjadi larutan berwarna hijau keruh dan terbentuk endapan berwarna ungu.
Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa akan terbentuk endapan ungu dari
kromium fosfat. Endapan tersebut larut dalam asam mineral. Adapun persamaan
reaksinya sebagai berikut:
Cr(NO3)3(aq) + Na3PO4(aq) → 3NaNO3(aq) +CrPO4(s)

Identifikasi Besi(III) (Fe3+)


Analisis berikutnya yang dilakukan adalah analisis sampel yang mengandung
kation Fe3+ cara yang dilakukan adalah mereaksikannya dengan natrium hidroksida,
natrium asetat, kobalt klorida+HCl pekat, kalium ferosianida, dan juga kalium tiosianat.
Yang pertama, larutan garam Fe(NO3)3 yang mengandung ion Fe3+ direaksikan dengan
larutan natrium hidroksida (NaOH). Larutan Fe(NO3)3 berwarna kuning jernih sedangkan
larutan NaOH tidak berwarna, ketika direaksikan diperoleh hasil yakni larutan berwarna
kuning jernih dan terdapat endapan coklat. Hal tersebut sesuai dengan teorinya bahwa
ketika larutan yang mengandung ion besi(III) direaksikan dengan natrium hidroksida
maka akan terbentuk endapan coklat kemerahan dari besi(III) hidroksida. Adapun
persamaan reaksinya sebagai berikut
Fe(NO3)3 (aq)+ 3NaOH(aq) → Fe(OH)3(s) + 3NaNO3(aq)
Fe3+ (aq) + 3OH-(aq) → Fe(OH)3(s)
Kedua, larutan garam Fe(NO3)3 yang mengandung ion Fe3+ dan berwarna kuning
jernih direaksikan dengan larutan natrium asetat (CH3COONa) yang tidak berwarna,
ketika direaksikan diperoleh hasil yakni larutan berwarna coklat jernih. Larutan berwarna
coklat ini terbentuk karena adanya pembentukan ion kompleks [Fe3(OH)2(CH3COO)6]+.
Adapun persamaan reaksinya sebagai berikut :
3Fe3+(aq) + 6CH3COO- (aq) + 2H2O(l) →[Fe3(OH)2(CH3COO)6]+ (aq) + 2H+(aq)
Ketiga, larutan garam Fe(NO3)3 yang mengandung ion Fe3+ dan berwarna kuning
jernih direaksikan dengan larutan CoCl2 yang tidak berwarna. Hasil yang teramati adalah
larutan berwarna kuning jernih dan terdapat gelembung gas. Berdasarkan pada teorinya,
seharusnya terjadi larutan biru atau berwarna hijau jika larutannya mengandung sedikit
ion ferri. Kemungkinan ini dikarenakan kasalahan praktikan ketika menambahkan
larutan pereaksi. Adapun persamaan reaksinya sebagai berikut :
2Fe(No3)3(aq) + 3CoCl2(aq) → 2FeCl3(aq) + 3Co(No3)2(aq)
Keempat, larutan garam Fe(NO3)3 yang mengandung ion Fe3+ dan berwarna
kuning jernih direaksikan dengan larutan kalium ferosianida (K4[Fe(CN)6]) yang
berwarna kuning. Hasil yang teramati adalah larutan berwarna biru gelap dan terdapat
endapan berwarna biru pada dasar tabung reaksi. Sesuai dengan teori yang telah ada
bahwa ketika larutan yang mengandung ion besi(III) direaksikan dengan larutan kalium
ferosianida akan terbentuk endapan biru tua. Endapan ini ada karena terbentuknya
senyawa besi(III) heksasianoferat yang memiliki warna biru prusia. Adapun persamaan
reaksinya :
4Fe(NO3)3 (aq)+ 3K4[Fe(CN)6] (aq) → Fe4[Fe(CN)6]3 (s) + 12KNO3(aq)
4Fe3+(aq) + 3[Fe(CN)6]4- (aq)→ Fe4[Fe(CN)6]3 (s)

Terakhir, larutan garam Fe(NO3)3 yang mengandung ion Fe3+ dan berwarna
kuning jernih direaksikan dengan larutan kalium tiosianat (KSCN) yang tidak berwarna.
Hasil yang diperoleh adalah larutan berwarna merah tua atau merah darah. Warna ini
diperoleh karena adanya pembentukan suatu kompleks besi(III) tiosianat yang
menghasilkan warna tersebut. Adapun persamaan reaksinya :
Fe(NO3)3 (aq) + 3KSCN(aq) → Fe(SCN)3(aq) + 3KNO3 (aq)
Fe3+(aq) + 3SCN- → Fe(SCN)3(aq)
Identifikasi Mangan(Mn2+)
Dalam mengidentifikasi benar ada tidaknya ion mangan dalam suatu larutan
dapat dilakukan dengan mereaksikan larutan dengan pereaksi/reagen pengendap
contohnya seperti direaksikan dengan natrium hidroksida, natrium karbonat, ammonium
sulfida, natrium fosfat dan lainnya. Pertama, ketika garam Mn(NO3)2 yang tidak
berwarna direaksikan dengan larutan NaOH yang juga tidak berwarna maka akan
diperoleh hasil larutan nampak terpisah menjadi 2 spesi. Bagian atas spesi berwarna
coklat dan bagian bawahnya tidak berwarna. Jika sesuai dengan teorinya, seharusnya
terbentuk endapan yang berwarna putih dari Mn(OH)2 ketika kedua larutan tersebut
direaksikan. Namun hasilnya adalah terbentuk larutan berwarna coklat pada bagian atas.
Hal ini kemungkinan disebabkan karena endapan yang harusnya terbentuk, dengan cepat
teroksidasi bila terkena udara menjadi berwarna coklat. Hal ini mengakibatkan praktikan
tidak bisa mengamati endapan putih yang seharusnya terbentuk. Adapun persamaan
reaksinya :
Mn(NO3)2(aq) + 2NaOH(aq) → Mn(OH)2(s) +2NaNO3(aq)
Mn2+(aq) + 2OH-(aq) → Mn(OH)2(s)
Mn(OH)2(s) + O2(g) + H2O(l) → MnO(OH)2(aq) + H2O
Kedua, ketika garam Mn(NO3)2 yang tidak berwarna direaksikan
dengan larutan ammonium hidroksida (NH4OH) yang tidak berwarna maka akan
terbentuk endapan berwarna putih dan merupakan endapan dari Mn(OH)2. Adapun
persamaan reaksinya :
Mn(NO3)2(aq) + 2NH4OH(aq) → Mn(OH)2(s) + 2NH4NO3(aq)
Namun, hasil yang teramati adalah larutan berwarna putih keruh kecoklatan dan tanpa
endapan. Endapan tidak tebentuk kemungkinan dikarenakan dalam reaksi tersebut juga
terbentuk garam ammonium (NH4NO3), dimana endapan akan larut dalam garam-garam
ammonium. Warna kecoklatan yang dihasilkan ini karena larutan terkena udara dan
bereaksi menghasilkan mangan dioksida.
Ketiga, ketika garam Mn(NO3)2 yang tidak berwarna direaksikan dengan larutan
natrium karbonat (Na2CO3) yang tidak berwarna. Hasil yang diperoleh adalah terbentuk
endapan putih serta larutannya juga berwarna putih. Sesuai dengan teori, endapan ini
merupakan endapan dari MnCO3. Adapun persamaan reaksinya sebagai berikut :
Na2CO3(aq) + Mn(NO3)2(aq) → 2 NaNO3(aq)+ MnCO3(s)
Selanjutnya, larutan garam Mn(NO3)2 yang tidak berwarna direaksikan dengan
larutan ammonium sulfida yang berwarna kuning jernih. Hasil yang teramati adalah
larutan berwarna putih kecoklatan dan ada endapan berwarna putih kecoklatan. Endapan
ini kemungkinan adalah endapan dari mangan(II) sulfida. Namun, dalam teorinya
endapan yang terbentuk seharusnya berwarna merah jambu. Hal ini kemungkinan besar
disebabkan karena adanya pengaruh oksidasi sehingga endapan akan bereaksi dengan
oksigen membentuk endapan berwarna coklat menjadi mangan dioksida.
Mn(NO3)2(aq) + (NH4)2S(aq) → MnS(s) + 2NH4(NO3)(aq)
Terakhir, larutan garam Mn(NO3)2 yang tidak berwarna direaksikan dengan
larutan natrium fosfat (Na3PO4). Hasil yang teramati adalah terbentuknya endapan
berwarna putih. Endapan ini merupakan endapan dari Mn3(PO4)2. Endapan ini akan
berubah warna menjadi merah jambu ketika terdapat ion ammonium dalam reaksinya.
3Mn(NO3)2(aq) + 2Na3PO4(aq) → Mn3(PO4)2(s) + 6NaNO3(aq)
Identifikasi Nikel (Ni2+)
Uji identifikasi selanjutnya adalah uji identifikasi kation Ni2+. Uji identifikasi kation
ini dapat dilakukakan dengan mereaksikannya dengan pereaksi atau reagen pengendap dari
kation ini seperti natrium hidroksida, ammonium sulfida, dan lainnya. Larutan garam nikel
nitrat (Ni(NO3)2) yang berwarna hijau ketika direaksikan dengan larutan NaOH yang tidak
berwarna akan menghasilkan endapan warna hijau dan larutannya menjadi tidak berwarna.
Endapan yang terbentuk ini sesuai dengan teorinya merupakan endapan nikel(II) hidroksida.
Adapun persamaan reaksinya :
Ni(NO3)2(aq) + 2NaOH(aq) → Ni(OH)2(s) + 2NaNO3(aq)
Ni2+(aq) + 2OH- (aq) → Ni(OH)2(s)
Selanjutnya, larutan garam nikel nitrat (Ni(NO3)2) yang berwarna hijau ketika
direaksikan dengan larutan ammonium sulfida yang berwarna kuning jernih maka hasil yang
diperoleh adalah larutan berwarna hijau dan terbentuk endapan berwarna hitam. Endapan
berwarna hitam ini merupakan endapan dari nikel sulfida (NiS). Adapun persamaan reaksinya
sebagai berikut :
Ni(NO3)2(aq) + (NH4)2S(aq) → NiS(s) + 2NH4NO3(aq)
Berikutnya, larutan garam nikel nitrat (Ni(NO3)2) yang berwarna hijau direaksikan
dengan regensia dimetilglioksima(C4H8O2N2) tidak berwarna dan kemudian ditambah lagi
dengan ammonium hidroksida. Hasil yang diperoleh ketika kedua larutan direaksikan adalah
larutan berwarna merah muda dan terbentuk endapan berwarna merah muda. Berdasarkan
dengan teorinya, endapan merah yang dihasilkan ini merupakan endapan nikel
dimetilglioksima. Adapun persamaan reaksi sebagai berikut :
Ni(NO3)2(aq) + 2C4H8O2N2(aq) → Ni(C4H7O2N2)2(s) + 2HNO3(aq)

Identifikasi Kobalt (Co2+)


Selanjutnya uji identifikasi kation Co2+. Uji ini dilakukan dengan mereaksikan larutan
garam kobalt (Co(NO3)2) dengan pereaksi pengendapnya seperti larutan natrium hidroksida,
ammonium sulfida, dan reagensia dimetilglioksim. Pertama, larutan garam kobalt (Co(NO3)2)
yang berwarna merah muda direaksikan dengan larutan NaOH yang tidak berwarna. Hasil
yang diperoleh adalah larutan hasil pencampuran berwarna biru dan terbentuk endapan
berwarna biru keunguan di dasar tabung reaksi. Berdasarkan teorinya, apabila larutan garam
kobalt (Co(NO3)2) direaksikan dengan larutan NaOH maka akan terbentuk suatu endapan
garam basa berwarna biru. Endapan biru tersebut merupakan endapan Co(OH)NO3. Adapun
persamaan reaksinya sebagai berikut :
Co2+(aq) + OH-(aq) + NO3-(aq) →Co(OH)NO3(s)
Jika dilakukan pemanasan maka endapan akan berubah warna menjadi merah jambu sehingga
endapan garam basa tadi akan berubah menjadi endapan kobalt(II) hidroksida. Adapun
persamaan reaksinya sebagai berikut :
Co(OH)NO3(s) + OH-(aq)→Co(OH)2(s) + NO3-(aq)
Selanjutnya, larutan garam kobalt (Co(NO3)2) yang berwarna merah muda direaksikan
dengan larutan amonium sulfida yang berwarna kuning. Hasil yang diamati adalah larutan
berubah menjadi warna ungu kehitaman serta terbentuk endapan berwarna hitam di dasar
tabung reaksi. Endapan warna hitam ini terbentuk karena adanya senyawa kobalt(II) sulfida
(CoS) yang membentuk endapan. Adapun persamaan reaksinya sebagai berikut :
Co(NO3)2(aq) + (NH4)2S(aq) → CoS(s) + 2NH4NO3(aq)
Co2+(aq) + S2-(aq) → CoS(s)
Terakhir, larutan garam kobalt (Co(NO3)2) yang berwarna merah muda direaksikan
dengan reagensia dimetilglioksim yang tidak berwarna. Hasil yang teramati adalah larutan
menjadi berwarna coklat dan tidak ada endapan. Namun, jika sesuai dengan teorinya
seharusnya terbentuk endapan berwarna merah kecoklatan. Kemungkinan endapan akan
terbentuk jika larutan direaksikan dalam suasana amoniakal. Adapun persamaan reaksinya
sebagai berikut :
Co(NO3)2(aq) + 2C4H8O2N2(aq) → Co(C4H7O2N2)2(s) + 2HNO3(aq)

Identifikasi Zink (Zn2+)

Dalam menguji identifikasi ada tidaknya kation Zn pada suatu larutan dilakukan
dengan mereaksikan larutan zink nitrat menggunakan tiga larutan diantaranya; larutan
natrium hidroksida, larutan natrium fosfat dan larutan kalium ferrosianida. Pengujian pertama
dilakukan menggunakan larutan Zn(NO3)2 direaksiakan dengan larutan NaOH. Kedua larutan
yang awalnya tidak berwarna menghasilkan larutan yang tidak berwarna dan terbentuknya
endapan berwarna putih. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa ketika ion zink
direaksikan dengan larutan natrium hidroksida akan menghasilkan endapan seperti gelatin
yang berwarna putih. Endapan yang didapat merupakan zink hidroksida [Zn(OH)2], hasil
reaksi antara kation Zn2+ dengan anion OH-. Adapun persamaan reaksinya sebagai berikut:

Zn(NO3)2(aq) + 2NaOH(aq) → Zn(OH)2(s) + 2Na(NO3)(aq)

Zn2+(aq) + 2OH-(aq) → Zn(OH)2(s)


Pengujian kedua dilakukan dengan cara mereaksikan larutan Zn(NO3)2 dengan larutan
Larutan Na3PO4. Kedua larutan yang awalnya sama-sama tidak berwarna ketika dicampurkan
membuat larutan berubah warna menjadi putih dan membentuk endapan berwarna putih. Hal
ini sesuai dnegan teori yang menyatakan bahwa ketika ion zink direaksikan dengan larutan
dinatrium hydrogen fosfat akan menghasilkan endapan berwarna putih. Endapan yang
terbentuk merupakan zink fosfat [Zn(PO4)2], hasil reaksi antara kation Zn2+ dengan anion
PO42-. Adapun persamaan reaksinya sebagai berikut:

Zn(NO3)2(aq) + 2Na3PO4(aq) → Zn(PO4)2(s) + 6Na(NO3)(aq)

Zn2+(aq) + 2PO42-(aq) → Zn(PO4)2(s)

Pengujian terakhir dilakukan dengan mereaksikan larutan Zn(NO3)2 dengan larutan Larutan
K4Fe(CN)6. Kedua larutan yang awalnya sama-sama tidak berwarna ketika dicampurkan
membuat larutan berubah warna menjadi putih pekat dan membentuk endapan berwarna
putih. Hal ini sesuai dnegan teori yang menyatakan bahwa ketika ion zink direaksikan dengan
larutan kalium heksasianoferat(II) akan menghasilkan endapan berwarna putih dengan
komposisi yang berbeda-beda. Namun jika reagensia ditambahkan dengan sedikit berlebih
komposisi endapannya adalah K2Zn3[Fe(CN)6]2. Endapan yang terbentuk merupakan zink
fosfat [Zn(PO4)2], hasil reaksi antara kation Zn2+ dengan kation K+ dan anion [Fe(CN)6]4-.
Adapun persamaan reaksinya sebagai berikut:

Zn(NO3)2(aq) + K4Fe(CN)6(aq) → K2Zn3[Fe(CN)6]2(s) + 2KNO3(aq)

Zn2+(aq) + 2K+(aq) + 2[Fe(CN)6]4- (aq) → K2Zn3[Fe(CN)6]2(s)

Pemisahan Kation Golongan III

Pemisahan kation golongan III dilakukan dengan mereaksikan 10 mL sampel hasil


filtrat pemisahan golongan II yang berwarna hijau dengan 5 tetes larutan HCOOH dan larutan
NH4OH 6M hingga terbentuk endapan dan bersifat basa. Endapan yang terbentuk berwarna
cokelat yang merupakan Fe(OH)3 dengan larutan tetap berwarna hijau. Larutan kemudian
dipanaskan hingga setengah volume. Didapatkan pemanasan larutan menghasilkan larutan
dan endapan berwarna cokelat yang mengental, sehingga pada saat akan disaring
ditambahkan air pada larutan agar mudah untuk memisahkan filtrat dengan endapan. Endapan
yang terbentuk merupakan Fe(OH)3 yang berwarna cokelat, sementara untuk larutan
berwarna biru. Filtrat akan digunakan untuk pemisahan kation golongan IIIB yang terdiri dari
Mn, Fe, Al dan Cr, sementara endapan digunakan untuk pemisahan kation golongan IIIA
yang terdiri dari kation Ni, Co dan Zn Endapan dicuci dengan air kemudian dipanaskan
kembali hingga mendidih kemudian disaring kembali. Endapan Fe(OH)3 yang berwarna
cokelat digunakan untuk identifikasi kation Fe3+.

Identifikasi kation Fe3+ dilakukan dengan cara membagi dua endapan yang telah
dilarutkan dengan larutan HCl tidak berwarna untuk direaksikan dengan larutan kalium
sianida dan larutan kalium heksasianoferat (II). Pelarutan ini mengasilkan larutan berwarna
cokelat jernih. Adapun persamaan reaksinya sebagai berikut:

Fe(OH)3(aq) + 3HCl(aq) → FeCl3(aq) + 3H2O(l)

Pada peraksian larutan FeCl3 berwarna cokelat jernih dengan larutan KCNS tidak berwarna
menghasilkan larutan berwarna merah darah yang merupakan [Fe(CN)6]2+. Hal ini sesuai
dengan teori yang menyatakan pereaksian kation Fe3+ dengan larutan kalium sianida
mengasilkan larutan [Fe(CN)6]2+ yang berwarna merah darah. Endapan [Fe(CN)6]2+
merupakan hasil reaksi antara kation Fe3+ dengan anion CN-. Adapun persamaan reaksinya
sebagai berikut:

FeCl3(aq) + 3KCNS(aq) → [Fe(CN)6]2+(aq) + 3S(g) + 3KCl (aq)

Fe3+(aq) + 3CN-(aq) → Fe(CN)3(aq)

Fe(CN)3(aq) + 3CN-(aq) → [Fe(CN)6]2+(aq)

Selanjutnya adalah pereaksian larutan FeCl3 berwarna cokelat jernih dengan larutan
K4[Fe(CN)6] berwarna kuning menghasilkan larutan berwarna biru kehijauan dan terbentuk
endapan berwarna biru tua yang merupakan KFe(Fe[CN]6 ). Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa pereaksian kation Fe3+ dengan larutan kalium heksanoferat(III) akan
diperoleh endapan berwarna biru tua. Endapan KFe(Fe[CN]6 ) merupakan hasil reaksi antara
kation Fe3+, kation K+ dan anion [Fe(CN)6]4-. Adapun persamaan reaksinya sebagai berikut:

FeCl3(aq) + K4[Fe(CN)6](aq) → KFe(Fe[CN]6 )(s) + 3KCl(aq)

Fe3+(aq) + K+(aq) + [Fe(CN)6]4-(aq) → KFe(Fe[CN]6 )(s)

Dari pereaksian dengan larutan kalium sianida dan larutan kalium heksanoferat(III)
mengidentifikasi adanya kation Fe3+ pada hasil pemisahan kation golongan IIIA.

Filtrat sisa pengendapan kation goongan IIIA yang berwarna biru ditambahkan sedikit
kristal putih NH4Cl dan larutan NH4OH tidak berwarna hingga katalis menghasilkan larutan
yang lebih biru dari larutan sebelumnya dan kristal NH4Cl larut. Larutan ditambahkan NaS
hingga terbentuk endapan berwarna hitam kemudian dipanasakan. Setelah pemanasan tidak
terdapat perubahan pada larutan. Larutan tetap berwarna biru dengan terdapat endapan
berwarna hitam. Kemudian endapan disaring menggunakan kertas saring menghasilkan filtrat
berwarna biru dan endapan berwarna hitam. Endapan dilarutkan dengan larutan HCl 6M
tidak berwarna membuat endapan hitam luruh dan larutan tidak berwarna kemudian
dipanaskan kembali 2 menit. Pada proses pemanasan tidak terjadi perubahan terhadap
larutan. Ditambahkan larutan NaOH tidak berwarna dan 3 tetes larutan tidak berwarna H2O2
3%. Penambahan NaOH dilakukan hingga larutan bersifat basa, namun pada larutan yang
dibuat tidak menghasilkan larutan basa meskipun ditambahkan dengan larutan NH4OH tidak
berwarna sekalipun. Dilanjutkan percobaan dengan mengambil 1 mL larutan ke tabung reaksi
lalu ditambahkan dengan kristal CH3COONa dan beberapa tetes larutan DMG 1%
menghasilkan larutan berwarna merah cerah. Meskipun percobaan yang dilakukan tidak
sesuai dengan prosedur, namun hasil yang didapatkan sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa hasil reaksi antara kation Ni2+ dengan larutan dimetilglioksima akan didapatkan
larutan berwarna merah cerah yang merupakan larutan Ni-dimetilgilioksin. Dengan ini
perubahan warna larutan mengidentifikasi adanya kation Ni2+. Adapun persamaan reaksinya
sebagai berikut:

CH3—C═N—OH
Ni2+(aq) +2 | (aq) → (aq) + 2H+ (aq)
CH3—C═N—OH

7. Kesimpulan
Pemisahan sampel golongan 3 dilakukan dengan ditambahkan HCOOH dan
NH4OH sehingga membentuk endapan Fe(OH)3. Ketika disaring, diperoleh filtrat yang
merupakan golongan IIIB yang terdiri dari Mn, Fe, Al, dan Cr dan endapan yang
merupakan golongan IIIA yang terdiri dari Ni, Co, dan Zn. Untuk mengidentifikasi
adanya Fe3+ pada endapan Fe(OH)3 dilakukan pelarutan endapan dengan HCl dan larutan
dibagi 2, dimana pada larutan pertama ditambahkan K4[Fe(CN)6] (timbul endapan warna
biru tua) dan pada larutan kedua ditambahkan KSCN (larutan menjadi warna merah
darah). Kemudian untuk filtrat hasil penyaringan ditambahkan larutan NH4Cl dan
NH4OH lalu ditambah larutan Na2S hingga terbentuk endapan hitam yang kemudian
endapan disaring sehingga diperoleh juga filtrat berwarna biru. Pada endapan dilarutkan
dengan HCl kemudian ditambah H2O2 dan NaOH. Untuk mengidentifikasi adanya unsur
Ni maka larutan diambil sedikit kemudian ditambahkan kristal CH3COONa dan DMG
yang didapat larutan berwarna merah yang merupakan Ni-dimetilgilioksin.

Anda mungkin juga menyukai