Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN

PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1

PERUBAHAN SIFAT FISIKA DAN KIMIA


UNSUR DAN SENYAWA

Nama : Delicia (11210950000001)


Kelas : A1
Kelompok : 1 (Satu)
 Delicia
 Talitha Vania Zahra
 Dea Yasmien NA
Tanggal : 13 September 2021
Dosen : Nurul Amilia M.Si

Program Studi Biologi


Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2021
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Prinsip Percobaan


Sifat fisika dapat diukur atau diamati tanpa disertai perubahan komposisi
senyawa. Sedangkan sifat kimia merupakan sifat yang dapat diukur atau
diamati bila zat mengalami perubahan komposisi, dimana harus
berlangsung reaksi kimia. Perbedaan mendasar antara perubahan fisika dan
perubahan kimia dapat ditinjau dari beberapa aspek yaitu: aspek apa yang
berubah, aspek penyebab perubahan, dan aspek dapat kembali tau tidak.
1.2 Tujuan Percobaan
1. Mengamati beberapa logam dan non logam.
2. Menentukan titik didih metanol.
3. Menentukan apakah suatu senyawa padat larut atau tak larut dalam air.
4. Menentukan apakah suatu cairan bercampur dengan air atau tidak.
5. Menentukan apakah suatu zat mengalami perubahan fisika atau kimia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Materi adalah setiap objek atau bahan yang membutuhkan ruang, yang
jumlahnya diukur oleh suatu sifat yang disebut massa (Petrucci,1987).

Secara umum materi dapat juga didefinisikan sebagai sesuatu yang memiliki
massa dan menempati volume (Mongillo, 2007).

Materi tersusun atas molekul-molekul, dan molekul pun tersusun atas atom-
atom. Materi umumnya dapat dijumpai dalam empat fase berbeda, yaitu padat,
cairan, gas, dan plasma (wujud zat). Namun, terdapat pula fase materi yang lain,
seperti kondensat Bose-Einstein (Davies, 1992).

Perubahan fisika adalah perubahan yang mempengaruhi bentuk zat kimia,


namun tidak mempengaruhi komposisi kimianya. Perubahan fisika dapat
digunakan untuk memisahkan campuran menjadi senyawa komponen mereka,
tetapi tidak dapat digunakan untuk campuran yang telah bereaksi menjadi senyawa
kimia yang berbeda dari senyawa asalnya (Zumdahl, 2000).
Perubahan fisika terjadi ketika benda atau zat mengalami perubahan yang
tidak berubah komposisi kimianya. Ini berbeda dengan konsep perubahan kimia di
mana komposisi dari perubahan zat atau satu atau lebih zat menggabungkan atau
memecah untuk membentuk zat baru. Secara umum hasil perubahan fisika dapat
dikembalikan ke bentuk semula dengan menggunakan sarana fisik. Misalnya,
garam terlarut dalam air dapat dipulihkan dengan membiarkan air menguap dengan
perantaraan panas (Zumdahl, 2000).

Perubahan fisika melibatkan perubahan sifat fisika. Contoh : sifat fisika


meliputi peleburan, transisi ke gas, perubahan kekuatan, perubahan daya tahan,
perubahan bentuk kristal, perubahan tekstur, bentuk, ukuran, warna, volume dan
kepadatan (Zumdahl, 2000).

Perubahan fisika adalah terbatas kepada perbedaan dalam hal fisik dengan
tanpa perubahan komposisi zat. Perubahan dari beberapa indikator-indikator ini
(namun tidak terbatas) menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan fisika; tekstur,
warna, temperatur, bentuk, titik didih, dan titik beku (Petrucci, 2007).

Sifat fisika meliputi berbagai aspek fisik dari senyawa. Beberapa sifat fisika
(namun tidak terbatas) antara lain; Luster, Malleability, Kerapatan, Kekentalan,
Kelarutan, Massa, dan Volume. Beberapa perubahan dalam sifat-sifat fisika ini
dapat menjurus kepada perubahan fisika (Petrucci, 2007).

Contoh perubahan fisika adalah proses penempaan baja untuk membentuk


pisau. Sebuah baja mentah berulang kali dipanaskan dan dipalu yang mengubah
kekerasan baja, fleksibilitas dan kemampuannya untuk mempertahankan tepi tajam
(Zumdahl, 2000).

Banyak perubahan fisika juga melibatkan penataan ulang atom paling terasa
dalam pembentukan kristal. Banyak perubahan kimia yang irreversibel, dan banyak
perubahan fisika bersifat reversibel, tetapi reversibilitas bukanlah kriteria tertentu
untuk klasifikasi. Meskipun perubahan kimia dapat diakui oleh indikasi seperti bau,
perubahan warna, atau produksi gas, setiap satu dari indikator ini dapat hasil dari
perubahan fisika (Zumdahl, 2000).

Perubahan kimia terjadi ketika suatu zat bereaksi dengan zat lain untuk
membentuk suatu zat baru, yang disebut sintesis atau sebaliknya, terurai menjadi
dua atau lebih zat yang berbeda. Proses ini disebut reaksi kimia dan, secara umum,
tidak reversibel kecuali dengan reaksi kimia yang terjadi terus berlanjut. Beberapa
reaksi kimia menghasilkan panas dan disebut reaksi eksotermik, selainnya
memerlukan panas untuk memungkinkan reaksi terjadi, yang disebut reaksi
endotermik. Memahami perubahan kimia adalah bagian utama dari ilmu kimia
(Chang, 2006).

Ketika terjadi reaksi kimia, atom-atom disusun kembali dan reaksi disertai
dengan perubahan energi sebagai produk baru yang dihasilkan. Contoh perubahan
kimia adalah reaksi antara natrium dan air untuk menghasilkan natrium hidroksida
dan hidrogen. Begitu banyak energi dilepaskan bahwa gas hidrogen dirilis secara
spontan membakar di udara. Ini adalah contoh dari perubahan kimia karena produk
akhir secara kimiawi berbeda dari zat-zat sebelum reaksi (Chang, 2006).

Letak perbedaan antara reaksi fisika dan reaksi kimia adalah pada komposisi
zatnya sesudah dan sebelum reaksi. Dalam reaksi kimia, terdapat banyak perubahan
komposisi dari senyawa yang terlibat. Sedangkan dalam perubahan fisika, terdapat
banyak perbedaan dalam hal bentuk, bau, tekstur, dan sebagainya, dari zat yang
dimaksud, tanpa ada perubahan komposisi zat yang terlibat (Davies, 1992).

Hasil dari percobaan ini adalah zat mempunyai sifat yang berbeda-
beda. Perubahan yang terjadi pada suatu zat juga berbeda-beda. Perubahan bisa
menghasilkan zat baru (perubahan kimia), namun bisa pula tidak menghasilkan zat
baru (Perubahan Fisika) (Ryandi, 2013).

BAB III METODE PERCOBAAN

3.1 Alat
Gelas piala 600 ml, Gelas piala 250 ml, Gelas piala 100 ml, Termometer
100C, Cawan penguap, Tabung reaksi, Rak tabung reaksi, Kawat kasa,
Pembakar spiritus, Kaki tiga, Pemanas listrik, Penjepit tabung reaksi, Statif
buret, Gelas ukur 10 ml, Pipet tetes, Spatula, Kaca arloji.

3.2 Bahan

Botol-botol kecil berisi aluminium, magnesium, belerang, karbon, seng,


Metil alkohol (metanol), CH3OH, Cairan tugas (etanol), Naftalen, Sukrosa
(CH12H22O11), Kawat temabaga (Cu), Kalium dikromat (K2Cr2O7), Natrium
karbonat (Na2CO3) 0,1M, Natrium sulfat (Na2SO4) 0,1M, Asam klorida
encer (HCL) 1M, Natrium nitrat (NanO3) 0,1M, Timbal (II) nitrat
(Pb(No3)2) 0,1M, Kalium iodida (KI) 0,1M, Batu didih.
3.3 Prosedur Percobaan

1. Mempelajari Sifat-sifat fisika


a. Pengamatan Sifat Fisika

Aluminium

Seng Magnesium

Amati

Karbon Belerang

b. Titik Didih

Panaskan 2 gelas piala yang telah diisi akuades 300 ml di


atas hotplate

Masukkan metanol dan aseton sampai 1Τ4 tabung reaksi


terisi

Panaskan tabung reaksi pertama dan kedua

Masukkan termometer ke dalam 2 tabung reaksi sampai 1


cm di atas permukaan larutan

Biarkan metanol dan aseton mendidih

Catat suhu
c. Kelarutan

Masukkan 5 ml (1Τ4 tabung) akuades ke dalam 2 tabung reaksi

Masukkan sedikit sukrosa dalam tabung reaksi pertama

Dan masukkan beberapa tetes iodin ke dalam tabung reaksi kedua

Kocok sebentar

Amati

d. Pencampuran

Ukur 5 ml akuades menggunakan gelas ukur

Masukkan masing-masing 5 ml akuades ke dalam dua tabung reaksi

Ukur 2 ml metanol dan 2 ml heksana menggunakan gelas ukur

Masukkan 2 ml metanol ke dalam tabung reaksi pertama

Masukkan 2 ml heksana ke dalam tabung reaksi kedua

Kocok sebentar

Amati
2. Mempelajari Sifat-sifat Kimia
a. Pemanasan Unsur
1. Cu + O2

Perhatikan sepotong kawat tembaga

Panaskan sampai merah

Dinginkan

Amati

2. I2 + O2

Masukkan 4 butir iodin ke dalam gelas piala

Tutup dengan cawan arloji yang telah berisi


es batu

Panaskan menggunakan hotpalte

Amati

b. Pemanasan Senyawa
1. Mentega + O2

Masukkan margarin ke dalam gelas piala

Panaskan menggunakan hotplate

Amati
2. H2O + O2

Masukkan es batu ke dalam gelas piala

Panaskan menggunakan hotplate

Amati

c. Reaksi Larutan

Masukkan 2 ml larutan natrium karbonat ke tabung reaksi pertama

Masukkan 2 ml natrium sulfat ke tabung reaksi kedua

Tambahkan beberapa tetes asam klorida ke dalam masing-masing


tabung

Amati

Masukkan 2 ml larutan timbal nitrat ke tabung reaksi ketiga

Masukkan 2 ml natrium nitrat ke tabung reaksi keempat

Tambahkan beberapa tetes KI ke dalam masing-masing tabung


BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Mempelajari Sifat-sifat Fisika dan Kimia


a. Pengamatan sifat-sifat fisik unsur
a) Aluminium
 Sifat-sifat Alumunium
Di dalam sektor industri, aluminium sangat banyak
digunakan karena aluminium mempunyai sifat-sifat sebagai
berikut (Yuliono,Y., 2006)
 Kerapatan
Berat jenis dari suatu aluminium adalah 2,7 gr/cm3. Tahan
terhadap korosi. Salah satu ciri logam non ferro adalah jika
suatu logam non ferro mempunyai kerapatan yang tinggi
maka daya tahan terhadap korosi yang dimiliki logam
tersebut juga semakin baik. Hal tersebut juga berlaku bagi
aluminium. Karena aluminium mempunyai lapisan tipis
oksida dan transparan dan jenuh terhadap oksigen diseluruh
permukaan. Lapisan tersebut dapat mengendalikan laju
korosi bahan serta melindungi lapisan dibawahnya.
 Sifat mekanis
Aluminium mempunyai sifat mekanis yang sebanding
dengan paduan bukan
besi (non ferrous alloys) dan juga beberapa jenis baja.
Adapun sifat mekanis tersebut adalah kekerasan dan
kekuatan tarik.
 Tidak beracun
Aluminium merupakan bahan yang tidak beracun. Maka
dari itu aluminium sering digunakan sebagai pembungkus
atau kaleng makanan dan minuman.
 Paduan aluminium
Penggunaan aluminium pada umumnya terbatas pada
aplikasi yang tidak terlalu mengutamakan faktor kekuatan
seperti : penghantar panas dan listrik, perlengkapan bidang
kimia, dan lain sebagainya. Salah satu usaha untuk
meningkatkan kekuatan aluminium murni adalah dengan
pengerasan regang atau perlakuan panas. Cara ini tidak
memuaskan bila tujuan utama yang ingin dicapai adalah
untuk menaikkan kekuatan bahan. Pada perkembangan
selanjutnya, peningkatan kekuatan aluminium dapat dicapai
dengan menambahkan unsur paduan ke dalam aluminium.
Unsur paduan itu antara lain Tembaga (Cu), Mangan (Mn),
Silikon (Si), Magnesium (Mg), Seng (Zn), dan lain-lain.
Sifat-sifat lain seperti mampu cor dan mampu mesin
menjadi semakin baik.
b) Magnesium
Magnesium berwarna perak keputihan, ringan dan adalah
unsur kimia bersimbol Mg serta memiliki atom 12 dan berbentuk
logam bumi alkalin nomor ke delapan unsur terbanyak dalam kulit
bumi dan nomor kesembilan terbanyak di seluruh angkasa
(universe) (Housecroft &sharpe, 2008; Russel (2005).
Magnesium juga merupakan unsur yang paling umum
terdapat di bumi sesudah besi, oksigen, dan silikon. Namun
demikian logam ini tidak ditemukan dalam bumi sebagai logam
bebas karena logam ini sangat reaktif. Magnesium adalah unsur
ketujuh yang terbanyak dari segi berat dalam tubuh manusia. Ion-
ionnya sangat penting untuk semua sel hidup karena berperan dalam
memanipulasi senyawa-senyawa polifosfat seperti ATP, DNA, dan
RNA. Oleh sebab itu, maka banyak enzim membutuhkan ion-ion
magnesium untuk dapat berfungsi.
Dalam vegetasi, Mg adalah unsur logam yang terdapat pada pusat
klorofil, sehingga merupakan bahan tambahan dalam sintesa pupuk
(Sembel, Dt, 2015).
Magnesium (Mg) berwarna agak putih dan mengkilap
seperti perak. Secara umum kerapatannya rendah. Kereaktifan
Kalsium hampir sama dengan logam-logam golongan IA dalam hal
sifat-sifat kimia, yaitu kemampuan bereaksi dengan air dan asam
membentuk senyawa ionik. Hal ini disebabkan oleh karena
potensial ionisasinya yang relatif kecil (Suyanta, 2013).
Sifat-sifat Kimia Magnesium (Mg) :
1. Energi Ionisasi
Magnesium (Mg) energi ionisasinya ke 3 yang sangat tinggi
sehingga M+3 tidak pernah terbentuk.Akan tetapi senyawa yang
dibentuk oleh Mg sebagian besar divalent dan ionic.
2. Elektronegatifitas
Harga elektronegatifitas unsur Magnesium (Mg) adalah rendah.
Jika Magnesium (Mg) bereaksi dengan unsur-unsur masing-
masing halogen dan oksigen maka perbedaan
elektronegatifitasnya adalah besar dan senyawanya adalah
ionik. (Lee, J.D, 1991).
c) Seng
 Sifat Fisika Seng
Seng merupakan logam yang berwarna putih kebiruan,
berkilau, dan bersifat diamagnetik. Walau demikian, kebanyakan
seng mutu komersial tidak berkilau. Seng sedikit kurang padat
daripada besi dan berstruktur kristal heksagonal.(Lehto 1968)
Logam ini keras dan rapuh pada kebanyakan suhu, namun
menjadi dapat ditempa antara 100 sampai dengan 150 °C. Di atas
210 °C, logam ini kembali menjadi rapuh dan dapat dihancurkan
menjadi bubuk dengan memukul-mukulnya. Seng juga mampu
menghantarkan listrik. Dibandingkan dengan logam-logam
lainnya, seng memiliki titik lebur (420 °C) dan tidik didih (900
°C) yang relatif rendah. Dan sebenarnya pun, titik lebur seng
merupakan yang terendah di antara semua logam-logam transisi
selain raksa dan kadmium. Terdapat banyak sekali aloi yang
mengandung seng. Salah satu contohnya adalah kuningan (aloi
seng dan tembaga). Logam-logam lainnya yang juga diketahui
dapat membentuk aloi dengan seng adalah aluminium, antimon,
bismut, emas, besi, timbal, raksa, perak, timah, magnesium,
kobalt, nikel, telurium, dan natrium. Walaupun seng maupun
zirkonium tidak bersifat feromagnetik, aloi ZrZn2
memperlihatkan feromagnetisme di bawah suhu 35 K.
 Sifat kimia
Seng yang dibakar akan menghasilkan lidah api berwarna
hijau kebiruan dan mengeluarkan asap seng oksida. Seng
bereaksi dengan asam, basa, dan non-logam lainnya. Seng yang
sangat murni hanya akan bereaksi secara lambat dengan asam
pada suhu kamar. Asam kuat seperti asam klorida maupun asam
sulfat dapat menghilangkan lapisan pelindung seng karbonat dan
reaksi seng dengan air yang ada akan melepaskan gas hidrogen.
Sifat kimiawi seng mirip dengan logam-logam transisi
periode pertama seperti nikel dan tembaga. Ia bersifat
diamagnetik dan hampir tak berwarna. Jari-jari ion seng dan
magnesium juga hampir identik. Oleh karenanya, garam kedua
senyawa ini akan memiliki struktur kristal yang sama. Pada
kasus di mana jari-jari ion merupakan faktor penentu, sifat-sifat
kimiawi keduanya akan sangat mirip. Seng cenderung
membentuk ikatan kovalen berderajat tinggi. Ia juga akan
membentuk senyawa kompleks dengan pendonor N- dan S-.
Senyawa kompleks seng kebanyakan berkoordinasi 4 ataupun 6
walaupun koordinasi 5 juga diketahui ada.
d) Karbon
Karbon memiliki berbagai bentuk alotrop yang berbeda-
beda, meliputi intan yang merupakan bahan terkeras di dunia
sampai dengan grafit yang merupakan salah satu bahan terlunak.
Karbon juga memiliki afinitas untuk berikatan dengan atom kecil
lainnya, sehingga dapat membentuk berbagai senyawa dengan atom
tersebut. Oleh karenanya, karbon dapat berikatan dengan atom lain
(termasuk dengan karbon sendiri) membentuk hampir 10 juta jenis
senyawa yang berbeda. Karbon juga memiliki titik lebur dan titik
sublimasi yang tertinggi di antara semua unsur kimia. Pada tekanan
atmosfer, karbon tidak memiliki titik lebur karena titik tripelnya ada
pada 10,8 ± 0,2 MPa dan 4600 ± 300 K, sehingga ia akan
menyublim sekitar 3900 K.
Karbon dapat menyublim dalam busur karbon yang memiliki
temperatur sekitar 5800 K, sehingga tak peduli dalam bentuk
alotrop apapun, karbon akan tetap berbentuk padat pada suhu yang
lebih tinggi daripada titik lebur logam tungsten ataupun renium.
Walaupun karbon secara termodinamika mudah teroksidasi, karbon
lebih sulit teroksidasi daripada senyawa lainnya (seperti besi dan
tembaga).
Karbon merupakan unsur dasar segala kehidupan di Bumi.
Walaupun terdapat berbagai jenis senyawa yang terbentuk dari
karbon, kebanyakan karbon jarang bereaksi di bawah kondisi yang
normal. Di bawah temperatur dan tekanan standar, karbon tahan
terhadap segala oksidator terkecuali oksidator yang terkuat. Karbon
tidak bereaksi dengan asam sulfat, asam klorida, klorin, maupun
basa lainnya. Pada temperatur yang tinggi, karbon dapat bereaksi
dengan oksigen, menghasilkan oksida karbon oksida dalam suatu
reaksi yang mereduksi oksida logam menjadi logam.
e) Belerang
Belerang atau sulfur adalah unsur kimia dalam tabel periodik
yang mempunyai lambang S dan nomor atom 16. Wujudnya adalah
non-metal yang tak terasa. Belerang, dalam wujud aslinya, adalah
sebuah zat padat kristalin kuning. Di dunia, belerang dapat
ditemukan sebagai unsur murni atau sebagai mineral- mineral
sulfida dan sulfat. Beliau adalah unsur penting untuk kehidupan dan
ditemukan dalam dua asam amino. Penggunaan komersilnya
terutama dalam fertilizer namun juga dalam bubuk mesiu, korek
api, insektisida dan fungisida.
b. Titik Didih
a) Metanol
Metanol juga diketahui untuk metil alkohol, wood alcohol
atau spiritus, adalah senyawa kimia dengan rumus kimia CH3OH.
Dia merupakan bentuk alkohol paling sederhana. Pada "keadaan
atmosfer" dia berwujud cairan yang ringan, mudah menguap, tidak
berwarna, mudah terbakar, dan beracun dengan bau yang khas
(berbau lebih ringan daripada etanol). metanol digunakan untuk
bahan pendingin anti beku, pelarut, bahan bakar dan untuk bahan
additif untuk etanol industri.
Metanol diproduksi secara alami oleh metabolisme
anaerobik oleh bakteri. Hasil bagian tersebut adalah uap metanol
(dalam banyak kecil) di udara. Setelah beberapa hari, uap metanol
tersebut akan teroksidasi oleh oksigen dengan bantuan sinar
matahari menjadi karbon dioksida dan cairan.
Reaksi kimia metanol yang terbakar di udara dan
membentuk karbon dioksida dan cairan adalah untuk berikut:
2 CH3OH + 3O2 → 2 CO2 + 4 H2O
Api dari metanol pada umumnya tidak berwarna. Oleh karenanya,
kita harus berhati-hati bila berada tidak jauh metanol yang terbakar
untuk mencegah cedera belakang suatu peristiwa api yang tak
terlihat.
Karena sifatnya yang beracun, metanol sering digunakan
untuk bahan additif untuk pembuatan alkohol untuk penggunaan
industri; Penambahan "racun" ini akan menghindarkan industri dari
pajak yang dapat dikenakan karena etanol merupakan bahan utama
untuk minuman keras (minuman beralkohol). Metanol kadang juga
dikata untuk wood alcohol karena dia dahulu merupakan produk
samping dari distilasi kayu. Saat ini metanol dihasilkan melului
bagian multi tahap. Secara singkat, gas dunia dan uap cairan dibakar
dalam tungku untuk membentuk gas hidrogen dan karbon
monoksida; belakang, gas hidrogen dan karbon monoksida ini
bereaksi dalam tekanan tinggi dengan bantuan katalis untuk
memproduksi metanol. Tahap pembentukannya adalah endotermik
dan tahap sintesisnya adalah eksotermik.
b) Cairan sampel (aseton)
Keton sederhana seperti aseton memiliki wujud cair dengan
titik didih 56,55 o C. Senyawa keton mengandung 3 - 12 atom C
berupa cairan berbau sedang dan pada suhu tinggi akan berupa jadi
padatan dengan titik didih yang lebih tinggi. Besarnya titik didih ini
dikarenakan adanya gaya dispersi dan gaya dipol dipol Van Der
Walls antara molekul - molekul yang berdekatan. Kelarutan Dalam
Air Keton kecil dapat larut secara bebas dalam air tapi kelarutannya
berkurang dengan bertambahnya rantai molekulnya.
Hal ini menyatakan bahwa, keton tidak dapat berikatan
dengan atom H dari sesama tapi bisa berikatan dengan H 2 O. Salah
satu atom H yang bermuatan positif dalam molekul air dapat tertarik
ke salah satu pasangan elektron bebas dari atom O 2 dari keton
membentuk ikatan H . Dan kondisi ini juga dipengaruhi oleh adanya
gaya dispersi dan gaya dipol - dipol yang membantu meningkatkan
kelarutan aseton.
Kepolaran Aseton bersifat semipolar, hal ini dilihat dari
struktur kimianya. Dimana terdapat ikatan C=O dengan selisih
keelektronegatifan sebesar satu yang menyatakan bahwa senyawa
tersebut bersifat polar. Tetapi adanya gugus C-H dengan selisih
keelektronegatifan sebesar 0,4 yang menyatakan bahwa senyawa
aseton ini juga bersifat non polar. Oleh karena itu, senyawa aseton
dapat digunakan sebagai pelarut polar dan pelarut non polar.
c. Kelarutan
a) Air dan Sukrosa
Apabila air dan sukrosa di larutkan secara bersamaan maka akan
terlarut karena air dan sukrosa termasuk senyawa polar dan akan
membentuk larutan homogen.
b) Air dan Iod
Apabila air dan iod di larutkan secara bersamaan maka tidak akan
terlarut karena adanya perbedaan kepolaran yaitu iod termasuk
senyawa non polar sedangkan air senyawa polar dan akan
membentuk larutan heterogen.
d. Pencampuran
a) Air dan Metanol
Air dan metanol akan terlarut apabila dicampurkan karena air dan
metanol termasuk senyawa polar dan akan membentuk larutan
homogen.
b) Air dan Heksana
Air dan heksana tidak akan terlarut apabila dicampurkan karena air
dan heksana berbeda kepolaran yaitu air senyawa polar sedangkan
heksana senyawa non polar dan akan membentuk larutan heterogen.
2. Mempelajari Perubahan Fisika dan Kimia
e. Pemanasan Unsur
a) Cu(s) + O2
Pada saat pembakaran cu tidak terjadi perubahan bentuk secara
menyeluruh hanya saja cu tersebut berubah menghitam karena cu
merupakan Distribusi logam-logam esensial (Fe, Co, Ni, Cu dan
Zn) dalam polar dan non polar sedangkan O2 termasuk senyawa
non polar oleh karena itu tidak terjadi perubahan bentuk
menyeluruh.
b) I2(S) + O2
Pada saat I2 di taruh es maka akan terlarut karena setiap air maka
akan mengandung O2 dimana termasuk senyawa non polar dan iod
juga termasuk senyawa non polar.
f. Pemanasan Senyawa
a) Mentega + O2
Mentega mengalami perubahan wujud karena terkena kalor/panas
dari gelas piala. Mentega yang merupakan zat padat berubah
menjadi cair (meleleh). Termasuk perubahan fisika .
b) H2O + O2
Es batu mengalami perubahan wujud karena terkena kalor/panas
dari gelas piala. Es batu yang merupakan zat padat menjadi cair
(meleleh). Termasuk perubahan fisika.
g. Reaksi Larutan
a) Na2CO3(aq) + HCl(aq)
Semua garam karbonat (kecuali garam kalium, natrium dan
amonium), tidak larut dalam air. Jika dimasukkan ke dalam larutan
HCl encer, akan menghasilkan buih karena keluarnya gas CO 2. Gas
yang terbentuk jika dialirkan ke dalam air barit [Ba(OH) 2] atau air
kapur [Ca(OH)2] akan menyebabkan kekeruhan.

Persamaan reaksi:

Na2CO3 + 2HCl = 2NaCl + H2O + CO2

b) Na2SO4(aq) + HCl(aq)
Senyawa Na2SO4 jika dimasukkan ke dalam larutan HCl
encer, tidak akan menghasilkan buih karena tidak keluarnya gas
CO2.
Persamaan reaksi:

Na2SO4 + 2HCl = 2NaCl + H2SO4


c) Pb(NO3)2(aq) + Kl(aq)
Senyawa Pb bila dipirolisa akan meninggalkan sisa berwarna
kuning. Dengan penambahan larutan Kl terbentuk endapan kuning
PbI2, endapan larut dalam air mendidih, menghasilkan larutan yang
tidak berwarna. Setelah dingin endapan memisah lagi sebagai
keping-keping berwarna kuning keemasan. Endapan juga larut
dalam larutan Kl yang berlebihan membentuk larutan kompleks.

Persamaan reaksi:

Pb(No3)2 + Kl = 2KNO3 + PbI2


d) NaNO3(aq) + Kl(aq)
Senyawa NaNP3 jika ditambahkan ke dalam larutan HCl
tidak mengahasilkan endapan berwarna kuning keemasan karena
endapan akan larut.

Persamaan reaksi:

NaNO3 + KI = NaI + KNO3

BAB V KESIMPULAN

Perubahan fisika dapat digunakan untuk memisahkan campuran menjadi


senyawa komponen mereka, tetapi tidak dapat digunakan untuk campuran yang
telah bereaksi menjadi senyawa kimia yang berbeda dari senyawa asalnya.

Ini berbeda dengan konsep perubahan kimia di mana komposisi dari


perubahan zat atau satu atau lebih zat menggabungkan atau memecah untuk
membentuk zat baru.

Meskipun perubahan kimia dapat diakui oleh indikasi seperti bau,


perubahan warna, atau produksi gas, setiap satu dari indikator ini dapat hasil dari
perubahan fisika.
sedangkan dalam perubahan fisika, terdapat banyak perbedaan dalam hal
bentuk, bau, tekstur, dan sebagainya, dari zat yang dimaksud, tanpa ada perubahan
komposisi zat yang terlibat.

BAB VI DAFTAR PUSTAKA

Davies, Paul. 1992. The new physics. London: Cambridge University Press

Mongillo, John. 2007. Nanotechnology 101. Boston: Greenwood Publishing Group

Petrucci, R. H. 1987. General Chemistry, Principles and Modern Applications. NJ:


Pearson/Prentice Hall. Upper Saddle River

Zumdahl, S. S. and Zumdahl. 2000. Chemistry, 5th ed. New York: Houghton
Mifflin

Petrucci, Ralph H. 2007. Kimia Dasar. Prinsip dan Terapan Modern. Terjemahan
dari General Chemistry. Principles and Modern Applications, oleh S. Achmadi.
Jakrta: Erlangga

Chang, Raymond. 2006. General Chemistry: the Essential Concepts. Boston: MA


McGraw-Hill Higher Education

Harefa, N dan Laurencius Sihotang. 2019. Penuntun Praktikum Kimia Dasar.


Jakarta: Universitas Kristen Indonesia

Yuliono,Y.,2006. Pengaruh Aging Terhadap Sifat Fisis Dan Mekanis Paduan Al-
Si-Cu, skripsi. Yogyakarta: TM USD

Sembel, Dt. 2015. Toksikologi Lingkungan. Manado: CV Andi Offset

Suyanta. 2013. Buku Ajar Kimia Unsur. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Lee, J.D. 1991. Concise Inorganic Chemistry.Fourth Edition. London: Chapman &
Hall

Magnetic susceptibility of the elements and inorganic compounds, in Handbook of


Chemistry and Physics. CRC press. 2000
Yade, dkk. 2019. Penuntun Praktikum Kimia Analitik 1, Medan: Universitas
Sumatera Utara

Oxtoby Gillis Nachtrieb.2003. Prinsip-Prinsip Kimia Modern edisi Ke-4 jilid 2.


Jakarta.: PT. Erlangga

Pudjaatmaka, A. Hadyana & L. Setiono. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik


Kualitatif Makro dan SemiMikro. Jakarta : PT. Kalman Media Pusaka

Santoso, J., Anwariyah, S., Rumiantin, R. O., Putri, A. P., Ukhty, N., & Yoshie-
Stark, Y. 2012. Phenol content, antioxidant activity and fibers profile of four
tropical seagrasses from Indonesia. Journal of Coastal Development, 15(2), 189-
196

BAB VII LAMPIRAN

Alumunium

Magnesium

Seng
Karbon

Belerang

Metanol

Cairan sampel (aseton)

Air dan sukrosa

Air dan Iod


Air dan Metanol

Air dan Heksana

Cu(s) + O2

I2(s) + O2

Mentega + O2

H2O(s) + O2

Na2CO3(aq) + HCl(aq)
Na2SO4(aq) + HCl(aq)

Pb(NO3)2(aq) + KI(aq)

NaNO3(aq) + KI(aq)

Anda mungkin juga menyukai