Anda di halaman 1dari 7

BAB I

LANDASAN TEORI DAN TUJUAN

1.1 Landasan Teori

Volumetri (titrasi) merupakan cara penentuan kadar suatu zat dalam larutannya yang
didasarkan pada pengukuran volumenya. Berdasarkan pada jenis reaksinya, volumetri dibedakan
atas :
1. Asidimetri dan Alkalimetri : volumetri ini berdasarkan atas reaksi asam-basa.
2. Oksidimetri : volumetri ini berdasarkan atas reaksi oksidasi-reduksi.
3. Argentometri : volumetri ini berdasarkan atas reaksi kresipilasi (pengendapan dari ion
Ag).
Istilah argentometri diturunkan dari bahasa latin argentum yang berarti perak.
Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat suatu larutan yang
dilakukan dengan titrasi berdasarkan endapan ion Ag+ pada argentometri zat pemeriksaan yang
telah diberikan indikator. Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga
seluruh ion Ag+ dapat tetap diendapkan. Kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat
ditentukan (Underwood, 1992 : 48).
Salah satu zat yang digunakan pada argentometri adalah K2CrO4. Metode ini sering
disebut metode Mohr. Metode Mohr dapat digunakan untuk menetapkan kadar Cl (klorida) dan
Br (brome) dalam suasana netral dengan larutan standar AgNO3 dengan indikator K2CrO4 titrasi
ini harus dilakukan dalam suasana netral atau dengan sedikit katalis pH 6,5-9,5. Dalam suasana
asam perak kromat akan larut karena akan terbentuk dikromat, dan dalam suasana basa akan
terbentuk endapan perak hidroksida (Khopkar, 1990 : 37).
Proses argentometri termasuk dalam titrasi yang menghasilkan endapan dan ion
kompleks. Proses argentometri menggunakan AgNO3 sebagai larutan standar. Proses ini
biasanya digunakan untuk menentukan garam-garam halogen dan sianida. Karena kedua jenis
garam ini dapat membentuk endapan atau senyawa kompleks dengan ion Ag. Sesuai dengan
persamaan reaksi sebagai berikut :
NaCl + Ag+ → AgCl↓ + Na
KCl + Ag+ → AgCl↓ + K

1
KCN + Ag+ → K[Ag(CN)2]
Karena AgNO3 mempunyai kemurnian yang tinggi maka garam tersebut dapat digunakan
sebagai larutan primer. Dalam titrasi argentometri terhadap ion CN- tercapai untuk garam
kompleks K[Ag(CN)2] karena proper tersebut dikemukakan pertama kali oleh Lieberg (Harizul,
1995 : 28).
Jika ion Cl ditambahkan dengan AgNO3 akan terbentuk endapan perak klorida. AgCl
yang seperti didih dan putih ia tidak larut dalam air dan asam nitrat encer. Tetapi larut dalam
amonia encer dan dalam larutan-larutan kalium sianida dan dalam tiosulfat (Vogel, 1985 : 345).
Pembentukan suatu endapan lain dapat digunakan untuk menyatakan lengkapnya suatu
titrasi pengendapan. Dalam hal ini terjadi pula pada titrasi Mohr, dan klorida dengan ion perak
dimana digunakan ion kromat yang kemerahan diambil sebagai titik akhir (TE). Berdasarkan
pada indikator yang digunakan, argentometri dapat dibedakan atas : (Purwono, 2009).
1. Metode Mohr (Pembentukan endapan berwarna) dapat digunakan untuk menetapkan
kadar klorida dan bromide dalam suasana netral dengan larutan AgNO3 dan penambahan
K2CrO4 sebagai indikator.
2. Metode Volhard (Penentuan zat warna yang mudah larut) digunakan dalam penentuan
ion Cl-, Br-, dan I- dengan penambahan larutan standar AgNO3.
3. Metode Fajans (Indikator absorbsi) sama seperti cara Mohr, hanya terdapat perbedaan
jenis indikator yang digunakan adalah indikator absorbsi seperti Cosine atau Fluones.
1.2 Tujuan
 Penetapan konsentrassi larutan AgNO3 dengan larutan NaCl 0,1 N
 Penetapan kadar Cl dalam garam dapur (Metode Mohr)

2
BAB II

ALAT, BAHAN DAN CARA KERJA

2.1 Alat
o Batang pengaduk
o Neraca analitik
o Buret 50 ml
o Stattif
o Corong
o Erlenmeyer 250 ml
o Kaca arloji
o Labu ukur 100 ml
o Labu ukur 250 ml
o Pipet tetes
2.2 Bahan
o Larutan AgNO3 0,1 N
o Larutan NaCl 0,1 N
o Larutan K2CrO4 5 %
o Indikator flouserin
o Sampel garam dapur
o Aquadest
2.3 Cara Kerja
1. Standarisasi AgNO3
Memasukkan AgNO3 0.1 N ke dalam buret hingga titik 0
Memasukkan 10 ml NaCl 0.1 N ke dalam Erlenmeyer
Menambahkan 2ml K2CrO4 ke dalam Erlenmeyer
Melakukan percobaan tersebut sebanyak dua kali
2. Pembuatan larutan garam 1 %
Menimbang garam sebanyak 1 gr
Memasukkan garam yang telah ditimbang ke dalam beker glass kemudian larutkan
Memasukkan garam yang telah dilarutkan tadi ke dalam labu ukur 100 ml
Memasukkan larutan terebut ke dalam dua Erlenmeyer masing - masing 10 ml
Menambahkan K2CrO4 ke dalam dua Erlenmeyer tersebut masing - masing 2 ml
3. Penetapan kadar Cl dalam garam dapur
Memasukkan AgNO3 ke dalam buret hingga titik 0
Memasukkan 10 ml larutan garam ke dalam Erlenmeyer
Menambahkan larutan K2CrO4 sebanyak 2 ml ke dalam erlenmeyer
Melakukan percobaan tersebut sebanyak dua kali

3
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil dan Pembahasan


a. Standarisasi Larutan AgNO3 dengan menggunakan larutan NaCl 0,1 N
Percobaan V1 N1 V2 N2
1 9,7 ml 0,1 10 ml 0,1

b. Penetapan kadar Cl dalam garam dapur (Metode Mohr)


Percobaan V1 N1 V2 N2
2 11,8 ml 0,08 10 ml 0,1

a. Perhitungan Normalitas AgNO3 Percobaan 1


V1 . N1 = V2 . N2
9,7 ml . N1 = 10 ml . 0,1 N
N1 = 10 ml . 0,1 N
9,7 ml
N1 = 0, 1 N

b. Perhitungan Normalitas AgNO3 Percobaan 2


V1 . N1 = V2 . N2
11,8 ml . N1 = 10 ml . 0,1 N
N1 = 10 ml . 0,1 N
11,8 ml
N1 = 0,08 N

 Hasil dari Normalisasi AgNO3 terstandarisasi


= 0,1 N + 0,08 N = 0,18 = 0,09 N
2 2

4
 Volume AgNO3
= 9,7 ml + 11,8 ml = 21,5 ml = 10,75 ml
2 2

 Penetapan larutan garam 1 %


Penetapan kadar Cl dalam garam dapur .
Normlitas garam ?
V1 . N1 = N2 . N2
10,75 ml . 0,09 N = 10 ml . N
N = 10,75 ml . 0,09 N
10 ml
N = 0,097 N

 Kadar Cl ?
% = V1 . N1 . Fp . Bst Cl x 100%
mg sampel
% = 10,75 . 0,097 . 10 . 35,5 x 100 %
1000 mg
% = 37 %

5
BAB IV

KESIMPULAN

4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan, analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa :
Argentometri merupakan titrasi pengendapan dengan menggunakan larutan standar
AgNO3 atau pengendapan kadar ion halida atau kadar Ag itu sendiri dari reaksi terbentuknya
endapan dengan titran AgNO3.
Metode titrasi yang digunakan dalam percobaan ini yaitu metode Mohr karena
menggunakan K2CrO4 dengan AgNO3 sebagai titrannya.
Larutan hasil titrasi terdapat endapat merah bata yang merupakan Ag2CrO4 dan
endapan putih merupakan garam NaCl.
Titik akhir titrasi ditentukan dengan berubahnya warna larutan dari kuning menjadi
merah bata.
Pada percobaan ini pengendapan dipengaruhi oleh kelarutan.
Kelarutan dipengarungi oleh beberapa faktor yaitu: temperatur, sifat pelarut, efek ion
lain, dan pengaruh PH.
Normalitas AgNO3 yang distandarisasi = 10,75 N.
Massa NaCl yang diperoleh 10 mg dengan % NaCl = 37%
Indikator K2CrO4 dipilih karena suasana sistem cenderung netral sebab K2CrO4 hanya bisa
digunakan dalam suasana netral.

6
7

Anda mungkin juga menyukai