Anda di halaman 1dari 50

I.

JUDUL PERCOBAAN
Identifikasi Anion Secara Basah
II. TUJUAN PERCOBAAN
Mengidentifikasi reaksi yang dialami beberapa anion serta mengenal bentuk dan
warna hasil reaksinya.
III. DASAR TEORI
Analisa anion adalah analisa yang bertujuan untuk menganalisis adanya ion dalam
sampel. Sedangkan analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui jenis unsur atau ion yang
terdapat dalam suatu sampel. Jadi, analisis anion secara kualitatif merupakan analisis yang
dilakukan untuk mengetahui adanya anion serta jenis anion apa saja yang terdapat dalam
suatu sampel. Analisis kualitatif dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu analisis cara
kering dan analisis cara basah. Dalam analisis kualitatif kebanyakan analisis dilakuakan
dengan cara basah, dimana analisis cara basah merupakan analisis komponen – komponen
sampel dalam wujud larutan.
Suatu reaksi diketahui berlangsung apabila terbentuk endapan, terbentuk gas, atau
terjadi perubahan warna larutan. Dalam teknik analisis kualitatif, pembentukan endapan
meliputi proses pengendapan, penyaringan endapan, penguapan pelarut, dan pengeringan
endapan. Suatu reaksi berlangsung dan terbentuknya endapan dipengaruhi oleh beberapa
hal, seperti konstanta kelarutan anion atau senyawa yang berhubungan dengan anion dan
kondisi dari larutan yang akan diuji (pH). Endapan dengan harga konstanta kelarutan yang
besar akan lebih mudah larut dibandingkan dengan yang mempunyai konstanta kelarutan
kecil, seperti halnya endapan AgSCN (peraktiosianat) yang tidak larut dalam HNO3 encer
dan endapan Ag2C2O4 akan larut dalam HNO3 encer.

AgSCN(s) + HNO3(aq) → tidak ada reaksi

(COOAg)2  + 2H+ → Ag+ + (COO)22- + 2H+


(buku penuntun praktikum kimia analitik, 10)
Kelarutan juga dipengaruhi oleh pembentukan ion kompleks, dimana pembentukan
ion kompleks akan meningkatkan kelarutan yang dapat diukur dengan konstanta
pembentukan Kf atau kecenderungan ion logam untuk membentuk ion komplek. (Raymond
Chang,Kimia Dasar jilid 2. 153)
Identifikasi anion berdasarkan reaksi dalam larutan dibagi dua yaitu anion yang
diidentifikasi dengan reaksi pengendapan dan dengan reaksi redoks. Reaksi pengendapan
merupakan reaksi yang salah satu produknya berbentuk endapan. Endapan terjadi karena zat
1
yang terjadi tidak atau sukar larut didalam air atau pelarutnya. Dalam reaksi ini tidak semua
zat mengendap. Contoh reaksi pengendapan sebagai berikut.

AgNO3(aq) + NaCl(aq) → AgCl(s) + NaNO3(aq)

Endapan yang terbentuk adalah endapan putih dari AgCl. Reaksi redoks merupakan reaksi
yang dikenal juga dengan reaksi transfer-elektron. Dalam reaksi redoks ada yang bersifat
sebagai reduktor dan oksidator. Contoh reaksi redoks sebagai berikut.

Fe(SCN)3(s) + 3C2O42-(aq) → [Fe(C2O4)3]3-(aq) + 3 SCN-(aq)


(Raymond Chang,Kimia Dasar. 92)

Hasil reaksi yang dialami oleh anion dapat berupa endapan garam. Asam-asam
lemah, gas, dan dapat pula berupa ion kompleks. Misalnya, apabila sampel yang digunakan
mengandung ion CN-:

a. Pereaksi yang digunakan mengandung ion Ag+ dalam jumlah ekivalen, maka reaksinya
adalah
Ag+ + CN- → AgCN
b. Pereaksi yang digunakan mengandung ion Fe3+ dalam jumlah yang tidak ekivalen
untuk membentuk endapan Fe(CN)3. Reaksinya adalah
Fe3+ + 2CN- → Fe(CN)2+
atau
Fe3+ + 4CN- → Fe(CN)4-
Berturut-turut untuk jumlah Fe3+ yang ditambahkan lebih besar dan lebih kecil dari yang
diperlukan.
c. Pereaksi yang digunakan mengandung ion H3O+ dalam jumlah ekivalen untuk
membentuk senyawa asamnya. Reaksinya adalah
H+ + CN- → HCN(aq) → HCN (g)
Macam reaksi yang mungkin dialami oleh anion atau senyawanya adalah reaksi redoks dan
bukan redoks.
a. Reaksi redoks, misalnya antara MnO4- dengan Fe2+ dalam suasana asam
MnO4- + 5Fe2+ + 8H3O+ → Mn2+ + 5Fe3+ + 12H2O
b. Reaksi non redoks, misalnya reaksi antara ion CH3COO- dengan ion Ca2+ 2CH3COO- +
Ca2+ → Ca(CH3COO)2
2
IV. ALAT DAN BAHAN
Tabel 1. Alat Praktikum
No Nama Alat Jumlah
1. Plat tetes 1 buah
2. Tabung reaksi 9 buah
3. Rak tabung reaksi 1 buah
4. Pipet tetes 2 buah
5. Gelas kimia 100 mL 3 buah
6. Penjepit tabung reaksi 1 buah
7. Pemanas 1 buah
8. Kertas saring secukupnya
9. Spatula 1 buah
10. Kaca arloji 1 buah
11. Batang pengaduk 1 buah
12. Labu Ukur 1 buah
13. Pipa pengalir gas 1 buah
14. Kertas lakmus secukupnya

Tabel 2. Bahan Praktikum


No Bahan Jumlah No Bahan Jumlah
1 KCl 0,1 M Secukupnya 16 HgCl2 Secukupnya
2 AgNO3 Secukupnya 17 NaNO2 Secukupnya
3 HNO3 pekat Secukupnya 18 KMnO4 Secukupnya
4 NH3 Secukupnya 19 Na2S Secukupnya

5 Hg2(NO3)2 Secukupnya 20 HCl pekat Secukupnya


6 H2SO4 pekat Secukupnya 21 CH3COONa Secukupnya
7 KBr Secukupnya 22 Na2CO3 Secukupnya
8 KCN Secukupnya 23 BaCl2 Secukupnya
9 KI Secukupnya 24 H2CO3 Secukupnya
10 K4Fe(CN)6 Secukupnya 25 H2SO4 encer Secukupnya
3
11 Pb(NO3)2 Secukupnya 26 Na2S2O3 Secukupnya
12 K3Fe(CN)6 Secukupnya 27 Na2SO4 Secukupnya
13 CuSO4 Secukupnya 28 KNO3 Secukupnya
14 KSCN Secukupnya 29 Na2C2O4 Secukupnya
15 FeCl3 Secukupnya 30 HNO3 encer Secukupnya
31 PbCl2 Secukupnya

V. PROSEDUR KERJA
1. Identifikasi ion Klorida (larutan uji NaCl 0,1 M)
a. Larutan AgNO3 ditambahkan ke dalam larutan uji pada masing-masing tabung
reaksi sehingga terbentuk endapan.
b. Endapan disaring kemudian dibagi menjadi dua bagian.
c. Endapan pertama diidentifikasi dengan HNO3. Larutan HNO3 ditambahkan ke
dalam endapan kemudian perubahan yang terjadi diamati dan hasilnya dicatat.
d. Endapan kedua diidentifikasi dengan NH3. Larutan NH3 ditambahkan ke dalam
endapan kemudian perubahan yang terjadi diamati dan hasilnya dicatat.
e. Larutan Hg2(NO3)2 ditambahkan ke dalam larutan uji kemudian perubahan yang
terjadi diamati dan hasilnya dicatat.
2. Identifikasi ion bromida (larutan uji NaBr 0,1 M)
a. Larutan uji berupa NaBr 0,1 M dimasukkan secukupnya ke dalam masing-
masing tabung reaksi.
b. Larutan H2SO4 pekat ditambahkan ke dalam larutan uji pada tabung reaksi
pertama sehingga larutan menjadi berwarna coklat.
c. Larutan yang berwarna coklat tersebut dipanaskan kemudian perubahan yang
terjadi diamati dan hasilnya dicatat.
d. Larutan AgNO3 ditambahkan ke dalam larutan uji pada tabung reaksi kedua
sehingga terbentuk endapan.
e. Endapan tersebut disaring kemudian dibagi menjadi dua bagian.
f. Endapan pertama diidentifikasi dengan NH3. Larutan NH3 ditambahkan ke
dalam endapan kemudian perubahan yang terjadi diamati dan hasilnya dicatat.
g. Endapan kedua diidentifikasi dengan KCN berlebih. Larutan KCN ditambahkan
ke dalam endapan kemudian perubahan yang terjadi diamati dan hasilnya
dicatat.
4
3. Identifikasi ion iodida (larutan uji KI 0,1 M)
a. Larutan uji berupa KI 0,1 M dimasukkan secukupnya masing-masing ke dalam
tabung reaksi.
b. Larutan H2SO4 pekat ditambahkan ke dalam larutan uji pada tabung rekasi
pertama kemudian perubahan yang terjadi diamati dan hasilnya dicatat.
c. Larutan AgNO3 ditambahkan ke dalam larutan uji pada tabung reaksi kedua
sehingga terbentuk endapan.
d. Endapan disaring kemudian dibagi menjadi dua bagian.
e. Endapan pertama diidentifikasi dengan NH3. Larutan NH3 ditambahkan ke
dalam endapan kemudian perubahan yang terjadi diamati dan hasilnya dicatat.
f. Endapan kedua diidentifikasi dengan KCN berlebih. Larutan KCN ditambahkan
ke dalam endapan kemudian perubahan yang terjadi diamati dan hasilnya
dicatat.
4. Identifikasi ion ferrosianida (larutan uji K4Fe(CN)6 0,2 M)
a. Larutan uji berupa K4Fe(CN)6 0,2 M dimasukkan secukupnya ke dalam masing-
masing tabung reaksi.
b. Larutan H2SO4 pekat dtambahkan ke dalam larutan uji pada tabung reaksi
pertama kemudian perubahan yang terjadi diamati dan hasilnya dicatat.
c. Larutan PbSO4 pekat ditambahkan ke dalam larutan uji pada tabung reaksi kedua
sehingga terbentuk endapan.
d. Endapan yang terbentuk disaring kemudian ditambahkan HNO3 encer lalu amati
perubahan yang terjadi..
5. Identifikasi ion ferrisianida (larutan uji K3Fe(CN)6 0,2 M)
a. Larutan uji berupa K3Fe(CN)6 0,2 M dimasukkan secukupnya ke dalam masing-
masing tabung reaksi.
b. Larutan AgNO3 ditambahkan ke dalam larutan uji pada tabung reaksi pertama
sehingga terbentuk endapan.
c. Endapan disaring kemudian dibagi menjadi dua bagian.
d. Endapan pertama diidentifikasi dengan NH3. Larutan NH3 ditambahkan ke
dalam endapan kemudian perubahan yang terjadi diamati dan hasilnya dicatat.
e. Endapan kedua diidentifikasi dengan HNO3. Larutan HNO3 ditambahkan ke
dalam endapan kemudian perubahan yang terjadi diamati dan hasilnya dicatat.

5
f. Larutan CuSO4 ditambahkan ke dalam larutan uji pada tabung reaksi kedua
kemudian perubahan yang terjadi diamati dan hasilnya dicatat.
6. Identifikasi ion tiosianat (larutan uji KCN 0,1 M)
a. Larutan uji berupa KSCN 0,1 M dimasukkan secukupnya ke dalam masing-
masing tabung reaksi.
b. Larutan AgNO3 ditambahkan ke dalam larutan uji pada tabung reaksi pertama
sehingga terbentuk endapan.
c. Endapan disaring kemudian dibagi menjadi dua bagian.
d. Endapan pertama diidentifikasi dengan NH3. Larutan NH3 ditambahkan ke
dalam endapan kemudian perubahan yang terjadi diamati dan hasilnya dicatat.
e. Endapan kedua diidentifikasi dengan HNO3. Larutan HNO3 ditambahkan ke
dalam endapan kemudian perubahan yang terjadi diamati dan hasilnya dicatat.
f. Larutan garam ferri (FeCl3) ditambahkan ke dalam larutan uji pada tabung reaksi
kedua sehingga terbentuk endapan.
g. Larutan Na2C2O4 ditambahkan ke dalam endapan kemudian perubahan yang
terjadi diamati dan hasilnya dicatat.
7. Identifikasi ion nitrit (larutan uji KNO2 0,1 M)
a. Larutan uji berupa KNO2 0,1 M dimasukkan secukupnya ke dalam masing-
masing tabung reaksi.
b. Larutan AgNO3 ditambahkan ke dalam larutan uji pada tabung reaksi pertama
kemudian perubahan yang terjadi diamati dan hasilnya dicatat.
c. Larutan KMnO4 dalam suasana asam ditambahkan ke dalam larutan uji pada
tabung reaksi kedua kemudian perubahan yang terjadi diamati dan hasilnya
dicatat.
d. Larutan FeSO4 25% dalam suasana asam ditambahkan ke dalam larutan uji pada
tabung reaksi ketiga secara perlahan-lahan kemudian perubahan yang terjadi
diamati dan hasilnya dicatat.
e. Larutan FeSO4 25% dalam suasana asam ditambahkan ke dalam larutan uji pada
tabung reaksi keempat secara cepat dan diamati perubahan yang terjadi.
8. Identifikasi ion asetat (larutan uji CH3COONa 2 M)
a. Larutan uji berupa CH3COONa 2 M dimasukkan secukupnya ke dalam masing-
masing tabung reaksi.

6
b. Larutan ferri klorida (FeCl3) ditambahkan ke dalam larutan uji pada tabung
reaksi pertama sehingga terbentuk larutan berwarna merah-coklat.
c. Larutan yang terbentuk dipanaskan dan perubahan yang terjadi diamati.
d. Larutan AgNO3 ditambahkan ke dalam larutan uji pada tabung reaksi kedua
sehingga terbentuk endapan.
e. Endapan disaring kemudian dibagi menjadi dua bagian.
f. Endapan pertama diidentifikasi dengan HNO3 encer. Larutan HNO3 encer
ditambahkan ke dalam endapan kemudian perubahan yang terjadi diamati dan
hasilnya dicatat.
g. Endapan kedua diidentifikasi dengan HNO3 encer panas. Larutan HNO3 encer
panas ditambahkan ke dalam endapan kemudian perubahan yang terjadi diamati
dan hasilnya dicatat.
9. Identifikasi ion karbonat (larutan uji Na2CO3 0,5 M)
a. Larutan uji berupa Na2CO3 0,5 M dimasukkan secukupnya ke dalam masing-
masing tabung reaksi.
b. Larutan H2SO4 encer ditambahkan ke dalam larutan uji pada tabung reaksi
pertama sehingga timbul gas.
c. Gas yang dihasilkan ditangkap dengan batang gelas yang telah dibasahi dengan
Ba(OH)2 kemudian perubahan yang terjadi diamati.
d. Larutan BaCl2 ditambahkan ke dalam larutan uji pada tabung reaksi kedua
sehingga terbentuk endapan.
e. Endapan yang terbentuk disaring kemudian diidentifikasi dengan larutan
H2CO3. Larutan H2CO3 ditambahkan ke dalam endapan kemudian perubahan
yang terjadi diamati dan hasilnya dicatat.
10. Identifikasi ion oksalat (larutan uji Na2C2O4 0,1)
a. Larutan uji berupa Na2C2O4 0,1 M dimasukkan secukupnya ke dalam masing-
masing tabung reaksi.
b. Larutan AgNO3 ditambahkan ke dalam larutan uji pada tabung reaksi pertama
sehingga menghasilkan endapan.
c. Endapan yang terbentuk disaring kemudian dibagi menjadi dua bagian.
d. Endapan pertama diidentifikasi dengan NH3 berlebih. Larutan NH3 ditambahkan
ke dalam endapan kemudian perubahan yang terjadi diamati dan hasilnya
dicatat.
7
e. Endapan kedua diidentifikasi dengan larutan HNO3 encer. Larutan HNO3 encer
ditambahkan ke dalam endapan kemudian perubahan yang terjadi diamati dan
hasilnya dicatat.
f. Larutan BaCl2 ditambahkan ke dalam larutan uji tabung reaksi kedua sehingga
menghasilkan endapan.
g. Endapan yang terbentuk disaring kemudian dibagi menjadi 4 bagian.
h. Endapan pertama diidentifikasi dengan HCl encer. Larutan HCl encer
ditambahkan ke dalam endapan kemudian perubahan yang terjadi diamati dan
hasilnya dicatat.
i. Endapan kedua diidentifikasi dengan HNO3 encer. Larutan HNO3 encer
ditambahkan ke dalam endapan kemudian perubahan yang terjadi diamati dan
hasilnya dicatat.
j. Endapan ketiga diidentifikasi dengan CH3COOH encer. Larutan CH3COOH
encer ditambahkan ke dalam endapan kemudian perubahan yang terjadi diamati
dan hasilnya dicatat.
k. Endapan keempat diidentifikasi dengan (NH4)2C2O4. Larutan (NH4)2C2O4
ditambahkan ke dalam endapan kemudian perubahan yang terjadi diamati dan
hasilnya dicatat.
l. Larutan KMnO4 ditambahkan ke dalam larutan uji tabung reaksi ketiga
kemudian perubahan yang terjadi diamati.
11. Identifikasi ion fosfat (larutan uji Na3PO4 0,1 M)
a. Larutan uji berupa Na3PO4 0,1 M dimasukkan secukupnya ke dalam masing-
masing tabung reaksi.
b. Larutan BaCl2 ditambahkan ke dalam larutan uji pada tabung reaksi pertama
kemudian perubahan yang terjadi diamati.
c. Larutan FeCl3 ditambahkan ke dalam larutan uji pada tabung reaksi kedua
kemudian perubahan yang terjadi diamati.
12. Identifikasi ion tiosulfat (larutan uji Na2S2O4 0,25 M)
a. Larutan uji berupa Na2S2O3 0,25 M dimasukkan secukupnya ke dalam masing-
masing tabung reaksi.
b. Larutan H2SO4 encer ditambahkan ke dalam larutan uji pada tabung reaksi
pertama kemudian perubahan yang terjadi diamati.

8
c. Larutan AgNO3 ditambahkan ke dalam larutan uji pada tabung reaksi kedua
kemudian perubahan yang terjadi diamati.
13. Identifikasi ion sulfat (larutan uji Na2SO4 0,1 M)
a. Larutan uji berupa Na2SO4 0,1 M dimasukkan secukupnya ke dalam masing-
masing tabung reaksi.
b. Larutan BaCl2 ditambahkan ke dalam larutan uji pada tabung reaksi pertama
sehingga terbentuk endapan.
c. Endapan yang terbentuk disaring kemudian dibagi menjadi tiga bagian.
d. Endapan pertama diidentifikasi dengan HCl pekat. Larutan HCl pekat
ditambahkan ke dalam endapan kemudian perubahan yang terjadi diamati dan
hasilnya dicatat.
e. Endapan kedua diidentifikasi dengan HNO3 encer. Larutan HNO3 encer
ditambahkan ke dalam endapan kemudian perubahan yang terjadi diamati dan
hasilnya dicatat.
f. Endapan ketiga diidentifikasi dengan HCl encer. Larutan HCl encer
ditambahkan ke dalam endapan kemudian perubahan yang terjadi diamati dan
hasilnya dicatat.
g. Larutan Pb(NO3)2 ditambahkan ke dalam larutan uji pada tabung reaksi kedua
sehingga terbentuk endapan.
h. Endapan yang terbentuk disaring kemudian dibagi menjadi 2 bagian.
i. Endapan pertama diidentifikasi dengan H2SO4 pekat panas. Larutan H2SO4
pekat panas ditambahkan ke dalam endapan kemudian perubahan yang terjadi
diamati dan hasilnya dicatat.
j. Endapan kedua diidentifikasi dengan CH3COONH4. Larutan CH3COONH4
ditambahkan ke dalam endapan kemudian perubahan yang terjadi diamati dan
hasilnya dicatat.
14. Identifikasi ion nitrat (larutan uji KNO3 0,1 M)
a. Larutan uji berupa KNO3 0,1 M dimasukkan secukupnya ke dalam masing-
masing tabung reaksi.
b. Larutan H2SO4 pekat ditambahkan ke dalam larutan uji pada tabung reaksi
pertama kemudian perubahan yang terjadi diamati dan hasilnya dicatat.
c. Larutan H2SO4 encer ditambahkan ke dalam larutan uji pada tabung reaksi kedua
kemudian perubahan yang terjadi diamati dan hasilnya dicatat.
9
VI. HASIL PENGAMATAN
Tabel 3.1. Hasil Pengamatan Sampel (Uji Anion)
No. Identifikasi Larutan Uji Perlakuan Hasil Pengamatan Keterangan
1. Ion Klorida NaCl a. Larutan uji ditambahkan larutan – Mula-mula larutan berwarna
0,1 M AgNO3 putih, perlahan-lahan terbentuk
endapan putih (endapan AgCl).

Endapan AgCl berwarna


putih

– Endapan AgCl ditambahkan


larutan HNO3. – Endapan tidak larut (tidak terjadi
perubahan apa-apa)

Endapan tidak larut

10
– Endapan AgCl ditambahkan – Endapan AgCl larut dalam NH3
larutan NH3.

Endapan larut
2. Ion Bromida NaBr 0,1 M a. Larutan uji ditambahkan larutan – Larutan menjadi warna
H2SO4 pekat kecoklatan

Larutan berwarna coklat


– Terbentuk uap yang berwarna
– Larutan yang terbentuk kuning kecoklatan
dipanaskan

Terbentuk uap

11
b. Larutan uji ditambahkan AgNO3 – Terbentuk endapan putih
kekuningan

Endapan AgBr

– Endapan ditambahkan KCN Endapan larut – Endapan AgBr larut


berlebih

– Endapan ditambahkan NH3 Endapan larut – Endapan AgBr larut

12
3. Ion Iodida KI 0,1 M a. Larutan uji ditambahkan larutan – Larutan berwarna kuning
H2SO4 pekat kecoklatan, timbul panas dan
gas.

Larutan yang terbentuk

b. Larutan uji ditambahkan larutan – Terbentuk endapan berwarna


AgNO3 kuning kecoklatan

Endapan AgI
– Endapan ditambahkan KCN
berlebih – Endapan AgI sedikit larut dalam
KCN

– Endapan ditambahkan NH3 – Endapan AgI sedikit larut dalam


NH3

13
4. Ion K4Fe(CN)6 0,2 a. Larutan uji ditambahkan larutan – Timbul panas dan terbentuk
Ferrosianida M H2SO4 pekat endapan putih dengan larutan
yang berwarna kehijauan.

Endapan putih

b. Larutan uji ditambahkan – Terbentuk endapan putih dari


Pb(NO3)2 timbal heksasianoferrat (II) pada
bagian dasar tabung dan larutan
berwarna kuning pada bagian
atasnya.

Endapan Putih
– Endapan putih dari timbal
– Endapan yang terbentuk heksasianoferrat (II) tidak larut
ditambahkan HNO3 encer dalam HNO3 encer

14
5. Ion K3Fe(CN)6 0,2 a. Larutan uji ditambahkan larutan – Terbentuk endapan coklat
Ferrisianida M AgNO3 kemerahan dari Ag3Fe(CN)6

Endapan coklat kemerahan

– Endapan tidak larut dalam HNO3


– Endapan ditambahkan HNO3

Endapan tidak larut

– Endapan larut dalam NH3


– Endapan ditambahkan NH3

Endapan larut

15
b. Larutan uji ditambahkan larutan – Terbentuk endapan berwarna
CuSO4 hijau

Endapan hijau

6. Ion Tiosianat KSCN 0,1 M a. Larutan uji ditambahkan AgNO3 – Terbentuk endapan AgSCN
berwarna putih

Endapan AgSCN

– Endapan ditambah NH3 – Endapan AgSCN larut dalam


NH3
– Endapan AgSCN tidak larut
– Endapan ditambah HNO3 dalam HNO3

16
b. Larutan uji ditambahkan larutan
FeCl3 – Terbentuk endapan berwarna
merah darah

Endapan merah Fe(SCN)3

7. Ion Asetat CH3COONa 2 a. Larutan uji ditambahkan larutan – Terbentuk larutan merah coklat
M FeCl3 dari ion kompleks
[Fe3(OH)2(CH3COO)6]+

Larutan merah kecoklatan

– Larutan yang dihasilkan – Terbentuk endapan merah


dipanaskan kecoklatan dari
3Fe(OH)2CH3COO

Terbentuk endapan

17
b. Larutan uji ditambahkan larutan – Laruatn menjadi keruh, setelah
AgNO3 didiamkan, terbentuk endapan
kristalin putih

Endapan CH3COOAg

– Endapan ditambahkan larutan Endapan tidak larut – Endapan tidak larut dalam HNO3
HNO3 encer encer

– Endapan ditambahkan larutan Endapan larut – Endapan larut dalam HNO3


HNO3 encer panas encer panas

8. Ion Karbonat Na2CO3 0,25 M a. Larutan uji ditambahkan H2SO4 – Terbentuk gelembung-
encer gelembung gas dan larutan yang
bening tak berwarna

– Gas ditangkap dengan batang – Terbentuk endapan putih pada


gelas yang dibasahi Ba(OH)2 batang gelas

b. Larutan uji ditambahkan BaCl2 – Terbentuk endapan berwarna


putih

18
- Endapan ditambahkan H2CO3 Endapan putih BaCO3 – Endapan BaCO3 larut dalam
H2CO3 dan larutan yang
terbentuk menjadi bening

9. Ion Oksalat Na2C2O4 0,1 M a. Larutan uji ditambahkan AgNO3 – Terbentuk endapan berwarna
putih dari perak oksalat
(Ag2C2O4) pada dasar tabung,
dan larutan keruh pada bagian
atasnya.

Endapan putih Ag2C2O4


– Endapan ditambahkan larutan – Endapan larut dalam NH3
NH3 berlebih menjadi larutan yang bening

– Endapan ditambahkan HNO3 – Endapan larut dalam HNO3


encer menjadi larutan yang bening

b. Larutan uji ditambahkan BaCl2


– Terbentuk endapan yang
berwarna putih dari BaC2O4 dan
warna larutan menjadi keruh.

Endapan putih BaC2O4


19
c. Larutan uji ditambahkan KMnO4 – Warna ungu pada larutan
menjadi pudar

Larutan berwarna merah


muda
10. Ion Tiosulfat Na2S2O3 0,25 M a. Larutan uji ditambahkan larutan – Timbul gas yang berbau khas
H2SO4 encer dan endapan berwarna kuning
muda dari sulfur.

Endapan kuning Na2SO4


b. Larutan uji ditambahkan larutan – Terbentuk endapan berwarna
AgNO3 putih dari Ag2S2O3. Setelah
beberapa saat, endapan
selanjutnya berubah warna
menjadi coklat. Pada akhirnya
endapan menjadi berwarna hitam
dari Ag2S

20
11 Ion sulfida Na2S 2 M a. Larutan uji ditambahkan larutan Terbentuk endapan hitam – Terbentuk endapan berwarna
AgNO3 hitam yang merupakan Ag2S
b. Larutan uji ditambahkan H2SO4 Terbentuk gas – Terbentuk gas H2S yang tidak
encer berwarna dan berbau khas. Gas
ini memberikan noda hitam pada
kertas saring yang dibasahi
timbal asetat.

Tabel 2. Hasil Pengamatan Sampel Unknown

No. Identifikasi Pengujian pada Keadaan Awal Hasil Pengamatan Keterangan


Sampel
1. Ion klorida (Cl-) • Sampel 4 + • Sampel 4 dan larutan AgNO3 • Larutan keruh • Terbentuk endapan berwarna
AgNO3 bening dan endapan kuning pada bagian dasar
• Sampel 4 + HNO3 • Sampel 4 dan larutan HNO3 kuning tabung dan pada bagian atasnya
• Sampel 4 + NH3 bening berupa larutan keruh.
• Sampel 4 dan larutan NH3 bening • Endapan kuning yang
terbentuk tidak melarut setelah
ditambahkan HNO3
• Endapan yang terbentuk larut
setelah ditambahkan NH3
diperoleh larutan bening

21
• Endapan tidak
larut dalam
larutan HNO3

• Endapan larut
dalam larutan
NH3

2. Ion bromida • Sampel 4 + • Sampel 4 dan larutan H2SO4 • Larutan kuning • Penambahan H2SO4
-
(Br ) H2SO4 pekat bening kecokelatan dan menimbulkan larutan kuning
• Sampel 4 + • Sampel 4 dan larutan AgNO3 adanya uap kecokelatan dan adanya uap
AgNO3 bening cokelat

22
• Penambahan larutan AgNO3
menghasilkan larutan
berwarna kuning muda.

• Larutan menjadi
kuning muda

3. Ion iodida (I-) • Sampel 4 + • Sampel 4 dan larutan H2SO4 • Larutan cokelat • Larutan yang terbentuk
H2SO4 pekat bening tua dan adanya berwarna cokelat tua dan
• Sampel 4 + • Sampel 4 dan larutan AgNO3 uap adanya uap cokelat pada
AgNO3 bening dinding tabung.
• Sampel 4 + NH3 • Sampel 4 dan larutan NH3 bening • Penambahan larutan AgNO3
diperoleh larutan bewarna
keruh dan ada endapan kuning
muda pada dasar tabung.
• Endapan yang terbentuk tidak
• Terdapat
larut setelah ditambahkan NH3
endapan kuning
diperoleh larutan bening dan
muda

23
pada dasar tabung adanya
endapan putih

• Endapan putih
dan tidak larut

4. Ion ferrosianida • Sampel 4 + • Sampel 4 dan larutan H2SO4 • Larutan cokelat • Penambahan larutan H2SO4
([Fe(CN)6]4-) H2SO4 pekat bening tua dan ada asap diperoleh larutan berwarna
• Sampel 4 + • Sampel 4 dan larutan violet cokelat tua dan adanya asap
Pb(CH3COO)2 Pb(CH3COO)2 bening violet
• Penambahan larutan
Pb(CH3COO)2 menimbulkan
larutan menjadi kuning dan

24
adanya endapan kuning pada
dasar tabung

• Larutan kuning
dan endapan
kuning

5. Ion ferrisianida • Sampel 4 + • Sampel 4 dan larutan AgNO3 • Larutan kuning • Penambahan larutan AgNO3
([Fe(CN)6]3-) AgNO3 bening muda menghasilkan larutan kuning
• Sampel 4 + • Larutan sampel 4 bening dan muda
CuSO4 larutan CuSO4 biru • Penambahan larutan CuSO4
menghasilkan larutan yang
berwarna hijau muda

25
• Larutan
berwarna hijau

6. Ion tiosianat • Sampel 4 + • Sampel 4 dan larutan AgNO3 • Larutan kuning • Penambahan larutan AgNO3
(SCN-) AgNO3 bening muda menghasilkan larutan kuning
• Sampel 4 + FeCl3 • Larutan sampel 4 bening dan muda
larutan FeCl3 kekuningan • Penambahan larutan FeCl3
menghasilkan larutan berwarna
cokelat kekuningan

26
• Larutan cokelat
kekuningan

7. Ion sulfida (S2-) • Sampel 4 + • Sampel 4 dan larutan AgNO3 • Larutan kuning • Penambahan larutan AgNO3
AgNO3 bening keruh dan menghasilkan larutan kuning
• Sampel 4 + HCl • Sampel 4 dan larutan HCl encer endapan kuning keruh dan adanya endapan
encer bening • Larutan bening kuning
• Penambahan larutan HCl encer
menghasilkan larutan berwarna
bening kekuningan
8. Ion asetat • Sampel 4 + FeCl3 • Larutan sampel 4 bening dan • Larutan kuning • Penambahan larutan FeCl3
(CH3COO-) • Sampel 4 + larutan FeCl3 kekuningan keruh dan asap menghasilkan larutan panas
AgNO3 + HNO3 • Sampel 4 dan larutan AgNO3 violet berwarna kuning keruh dan
panas bening adanya asap violet
• Penambahan larutan AgNO3
dan HNO3 panas menghasilkan

27
larutan kuning dan adanya
endapan kuning

• Larutan kuning
keruh dan
endapan kuning

9. Ion karbonat • Sampel 4 + • Sampel 4 dan larutan H2SO4 • Larutan bening • Penambahan larutan H2SO4
(CO32-) H2SO4 bening menghasilkan larutan bening
• Sampel 4 + BaCl2 • Sampel 4 dan larutan BaCl2 • Penambahan larutan BaCl2
bening menghasilkan larutan bening

• Larutan bening

28
10. Ion tiosulfat • Sampel 4 + • Sampel 4 dan larutan H2SO4 • Larutan bening • Penambahan larutan H2SO4
(S2O32-) H2SO4 bening kekuningan menghasilkan larutan bening
• Sampel 4 + • Sampel 4 dan larutan AgNO3 • Larutan kuning kekuningan
AgNO3 bening keruh • Penambahan larutan AgNO3
menghasilkan larutan kuning
keruh
11. Ion oksalat • Sampel 4 + • Sampel 4 dan larutan AgNO3 • Larutan putih • Penambahan larutan AgNO3
(C2O42-) AgNO3 bening dan endapan menghasilkan larutan putih dan
• Sampel 4 + BaCl2 • Sampel 4 dan larutan BaCl2 bening kuning endapan kuning
• Sampel 4 + • Sampel 4 bening dan larutan • Penambahan larutan BaCl2
KMnO4 KMnO4 ungu pekat menghasilkan larutan bening
• Penambahan larutan KMnO4
menghasilkan larutan cokelat
dan adanya endapan cokelat
kemerahan
• Larutan bening

29
• Larutan cokelat
dan endapan
cokelat
kemerahan

30
VII. PEMBAHASAN
Pembahasan :
a) Identifikasi ion klorida (Cl-) menggunakan larutan uji NaCl 0,1 M
Pada identifikasi ion klorida, larutan uji yang digunakan adalah larutan NaCl 0,1 M
dengan dua larutan pereaksi yaitu AgNO3 dan Hg2(NO3)2. Adapun penjabaran dari
pengujian tersebut sebagai berikut.
1. Identifikasi ion Cl- dan larutan sampel NaCl menggunakan AgNO3. Larutan
NaCl sebanyak ±1 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian
ditambahkan beberapa tetes larutan AgNO3. Berdasarkan hasil pengamatan,
larutan mula-mula terlihat bening menjadi keruh kemudian setelah beberapa
saat terbentuk endapan putih AgCl. Endapan putih ini terbentuk menurut
persamaan reaksi sebagai berikut :
Cl-(aq) + Ag+(aq)→ AgCl(s)
Endapan putih pada tabung reaksi menandakan adanya ion Cl- dalam larutan
uji. Untuk mengidentifikasi lebih lanjut, endapan tersebut disaring lalu dibagi
dua, yang mana akan diuji kelarutannya menggunakan HNO3 dan NH3.
Berdasarkan pengamatan, endapan yang ditetesi HNO3 tidak larut,
sedangkan endapan larut ketika ditetesi NH3. Reaksi yang terjadi adalah :
AgCl(s) + HNO3 tidak ada reaksi
AgCl(s) + 2 NH3(aq) [Ag(NH3)2]+(aq) + Cl-(aq)
b) Identifikasi ion bromide (Br-) menggunakan larutan uji NaBr 0,1 M
Pada identifikasi ion bromida, larutan uji yang digunakan adalah larutan NaBr 0,1
M dengan dua larutan pereaksi yaitu AgNO3 dan H2SO4. Adapun penjabaran dari
pengujian tersebut sebagai berikut.
1. Identifikasi ion Br- dan larutan sampel NaBr menggunakan H2SO4. Larutan
NaBr sebanyak ±1 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian
ditambahkan beberapa tetes larutan H2SO4. Berdasarkan hasil pengamatan,
tampak adanya perubahan warna larutan menjadi coklat dan tabung reaksi
menjadi panas. Kemudian ketika dipanaskan tidak terbentuk uap kuning
kecoklatan. Adanya warna coklat yang terjadi pada larutan diakibatkan
terbentuknya gas HBr dan Br dari reaksi kedua larutan tersebut. Selain itu
tingkat kepekatan dari H2SO4 yang digunakan mungkin sudah berkurang
akibat lamanya penyimpanan atau terkontaminasi sebelumnya. Secara
31
teoritis, seharusnya ketika larutan NaBr direaksikan dengan asam sulfat pekat
akan terbentuk larutan berwarna coklat yang jika dipanaskan akan keluar uap
berwarna kuning coklat. Reaksi yang terjadi sebagai berikut.
NaBr(aq) + H2SO4(aq) → HBr(g)↑ + HSO4-(aq) + K+(aq)
2NaBr(aq) + 2H2SO4(aq) → Br2(g) + SO2(g) + SO42-(aq) + 2K+(aq) + 2H2O(l)
2. Identifikasi ion Br- dan larutan sampel NaBr menggunakan AgNO3. Larutan
NaBr sebanyak ±1 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian
ditambahkan beberapa tetes larutan AgNO3. Berdasarkan hasil pengamatan,
larutan mula-mula terlihat bening menjadi keruh kemudian setelah beberapa
saat terbentuk endapan putih AgBr. Persamaan reaksinya sebagai berikut :
Br -(aq) + Ag+(aq) → AgBr(s)
Endapan kuning pada tabung reaksi menandakan adanya ion Br- dalam
larutan uji. Untuk mengidentifikasi lebih lanjut, endapan tersebut disaring
lalu dibagi dua, yang mana akan diuji kelarutannya menggunakan KCN dan
NH3. Berdasarkan pengamatan, endapan larut ketika ditetesi KCN dan NH3.
Persamaan reaksi sebagai berikut :
AgBr(s) + 2CN-(aq) → [Ag(CN)2]-(aq) + Br –(aq)
AgBr(s) + 2NH3(aq) → [Ag(NH3)2]+(aq) + Br –(aq)

c) Identifikasi ion iodide (I-) menggunakan larutan uji KI 0,1 M


Pada identifikasi ion iodida, larutan uji yang digunakan adalah larutan KI 0,1 M
dengan dua larutan pereaksi yaitu AgNO3 dan H2SO4 pekat. Adapun penjabaran dari
pengujian tersebut sebagai berikut.
1. Identifikasi ion I- dan larutan sampel KI menggunakan H2SO4 pekat. Larutan
KI sebanyak ±1 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian
ditambahkan beberapa tetes larutan H2SO4 pekat. Berdasarkan hasil
pengamatan, tabung reaksi menjadi panas, larutan berubah dari bening
menjadi kuning, terbentuk uap kuning dan endapan kuning pada reaksi
tersebut. Endapan kuning yang terbentuk merupakan endapan dari S.
Sedangkan adanya uap berwarna kuning ini disebabkan karena adanya I2 dan
mungkin bersama gas HI, H2S. Adapun reaksi yang terjadi antara KI dengan
H2SO4 pekat sebagai berikut.

32
2I-(aq) + 2H2SO4(aq) → I2 + SO42-(aq) + 2H2O(l)

I-(aq) + H2SO4(aq) → HI(g) + HSO4-(aq)

6I-(aq) + 4H2SO4(aq) → 3I2(g) + S(s) + 2H2O(l) + 3SO42-(aq)

8I-(aq) + 5H2SO4(aq) → 4I2(g) + 4SO42-(aq) + 4H2O(l) + H2S(g)

2. Identifikasi ion I- dan larutan sampel KI menggunakan AgNO3. Larutan KI


sebanyak ±1 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan
beberapa tetes larutan AgNO3. Berdasarkan hasil pengamatan, larutan mula-
mula terlihat bening menjadi keruh kemudian setelah beberapa saat terbentuk
endapan putih AgBr. Persamaan reaksinya sebagai berikut :
I(aq)- + Ag+(aq) →AgI(s)
Adanya endapan kuning dari AgI ini membuktikan bahwa terdapat ion I-
dalam larutan uji. Kemudian endapan yang telah diperoleh dibagi menjadi
dua dalam tabung reaksi yang berbeda. Masing-masing diidentifikasi lebih
lanjut dengan menggunakan KCN berlebih untuk endapan tabung pertama
dan NH3 untuk endapan pada tabung kedua. Berdasarkan identifikasi
terhadap masing-masing endapan tersebut dapat diamati bahwa endapan AgI
larut dalam NH3 dan KCN berlebih. Adapun reaksi yang terjadi sebagai
berikut.
AgI(s) + 2CN-(aq) → Ag(CN)2-(aq) + I-(aq)
AgI(s) + 2NH3(aq) → Ag(NH3)2+ (aq) + I-(aq)
d) Identifikasi ion ferrosianida (([Fe(CN)6]4-) menggunakan larutan uji
K4[Fe(CN)6] 0,2 M
Pada identifikasi ion ferrosianida, larutan uji yang digunakan adalah larutan
K4[Fe(CN)6] 0,2 M dengan dua larutan pereaksi yaitu Pb(NO3)2 dan H2SO4 pekat.
Adapun penjabaran dari pengujian tersebut sebagai berikut.
1. Identifikasi ion ferrosianida digunakan larutan uji K4[Fe(CN)6]. Larutan
K4[Fe(CN)6] yang awalnya berwarna kuning dimasukkan ke dalam tabung
reaksi sebanyak ±1 mL kemudian ditambahkan beberapa tetes larutan H2SO4
pekat. Berdasarkan hasil pengamatan, terbentuk gelembung gas. Namun
tidak dilakukan identifikasi terhadap gas tersebut. Secara teoritis, gas yang
dihasilkan tersebut merupakan gas CO dan SO2 hasil oksidasi ferro menjadi
ferri oleh asam sesuai dengan reaksi berikut.
33
[Fe(CN)6]4-(aq) + 6H2SO4(aq) + 6H2O(aq) → Fe2+(aq) + 6NH4+(aq) + 6CO(g)+
6SO2-(g)
2Fe2+(aq) + 2H2SO4(aq) → 2Fe3+(aq) + SO2(g) + SO42-(aq) + 2H2O(l)
2. Identifikasi ion ferrosianida dari larutan K4[Fe(CN)6] juga dapat
menggunakan larutan garam timbal pekat Pb(NO3)2. Larutan K4[Fe(CN)6]
yang awalnya berwarna kuning dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak
±1 mL kemudian ditambahkan beberapa tetes larutan garam timbal pekat
Pb(NO3)2 ke dalamnya. Berdasarkan hasil pengamatan, dasar tabung menjadi
panas, warna larutan menjadi kuning, dan terlihat adanya endapan putih yang
merupakan endapan dari Pb2[Fe(CN)6]. Adapun reaksinya sebagai berikut.
Pb2+(aq) + [Fe(CN)6]4-(aq) → Pb2[Fe(CN)6](s)
Terbentuknya endapan putih dari Pb2[Fe(CN)6] ini membuktikan bahwa
terdapat ion [Fe(CN)6]4- dalam larutan uji. Endapan yang terbentuk
ditambahkan asam nitrat encer.
Pb2[Fe(CN)6](s) + NH3
Berdasarkan pengamatan endapan tidak melarut karena tidak terjadi reaksi
e) Identifikasi ion ferrisianida ([Fe(CN)6]3-) menggunakan larutan uji K3Fe(CN)6
0,2 M
Pada identifikasi ion ferrisianida, larutan uji yang digunakan adalah larutan
K3[Fe(CN)6] 0,2 M dengan dua larutan pereaksi yaitu AgNO3 dan CuSO4. Adapun
penjabaran dari pengujian tersebut sebagai berikut.
1. Identifikasi ion Fe(CN)63- dari larutan uji K3Fe(CN)6 yang digunakan
AgNO3. Larutan K3[Fe(CN)6] dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak
±1 mL kemudian ditambahkan beberapa tetes larutan AgNO3 yang tidak
berwarna ke dalamnya. Setelah direaksikan dengan AgNO3, terbentuk
endapan berwarna merah oranye dari Ag3Fe(CN)6 sesuai dengan reaksi
sebagai berikut.
Fe(CN)63-(aq) + 3Ag+(aq) → Ag3[Fe(CN)6](s)
Endapan merah oranye dari Ag3[Fe(CN)6] ini membuktikan bahwa terdapat
ion [Fe(CN)6]3- dalam larutan uji. Endapan yang terbentuk kemudian dibagi
menjadi dua dalam tabung reaksi yang berbeda. Masing-masing
diidentifikasi lebih lanjut dengan menggunakan HNO3 untuk endapan tabung
pertama dan NH3 untuk endapan pada tabung kedua. Berdasarkan identifikasi
34
terhadap masing-masing endapan tersebut dapat diamati bahwa endapan
Ag3Fe(CN)6 larut dalam NH3, dimana terbentuk dua lapisan warna dimana
yang diatas berwarna kuning sedangkan yang dibawah berwarna kuning
kecoklatan. Sedangkan ketika ditambahkan HNO3, endapan tidak larut.
2. Identifikasi ion Fe(CN)63- menggunakan larutan uji K3Fe(CN)6
menggunakan CuSO4 dilakukan dengan memasukkan larutan K3[Fe(CN)6]
yang awalnya jingga kecoklatan ke dalam tabung reaksi sebanyak 1 mL
kemudian ditambahkan beberapa tetes larutan CuSO4 yang berwarna biru ke
dalamnya. Berdasarkan hasil pengamatan terlihat adanya endapan berwarna
hijau yang merupakan endapan Cu3[Fe(CN)6]2 (kupri ferrisianida). Adapun
reaksinya sebagai berikut.
2 Fe(CN)63-(aq) + 3 Cu2+(aq) → Cu3[Fe(CN)6]2(s)
f) Identifikasi ion tiosianat (SCN-) menggunakan larutan uji KSCN 0,1 M
Pada identifikasi ion tiosianat, larutan uji yang digunakan adalah larutan KSCN 0,2
M dengan dua larutan pereaksi yaitu AgNO3 dan FeCl3. Adapun penjabaran dari
pengujian tersebut sebagai berikut.
1. Identifikasi ion tiosianat dari larutan uji KSCN digunakan AgNO3. Larutan
KSCN dimasukkan secukupnya ke dalam tabung reaksi sebanyak ±1 mL
kemudian ditambahkan beberapa tetes larutan AgNO3 yang tidak berwarna
ke dalamnya. Berdasarkan hasil pengamatan terlihat adanya endapan
berwarna putih yang merupakan endapan AgSCN (perak tiosianat) ketika
larutan uji ditambahkan larutan AgNO3. Adapun reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut.
SCN-(aq) + Ag+(aq) → AgSCN(s)
endapan putih AgSCN ini membuktikan adanya ion SCN- dalam larutan uji.
Endapan yang terbentuk kemudian dibagi menjadi dua dalam tabung reaksi
yang berbeda. Masing-masing diidentifikasi lebih lanjut dengan
menggunakan HNO3 untuk endapan tabung pertama dan NH3 untuk endapan
pada tabung kedua. Berdasarkan identifikasi terhadap masing-masing
endapan tersebut dapat diamati bahwa endapan AgSCN larut dalam NH 3.
Sedangkan ketika ditambahkan HNO3, endapan tidak larut. Reaksi yang
terjadi sebagai berikut.

35
AgSCN (s) + 2 NH3(aq) → [Ag(NH)2]+(aq) + SCN-(aq)
AgSCN(s) + HNO3(aq) → tidak ada reaksi
Dalam kedua reaksi tersebut, endapan AgSCN membentuk ion kompleks
Ag(NH3)2+ ketika ditambahkan beberapa tetes NH3. Terbentuknya ion
kompleks inilah yang menyebabkan endapat AgSCN menjadi larut.
Sedangkan ketika ditambahkan HNO3 tidak terjadi reaksi sehingga endapan
tidak larut.
2. Identifikasi ion SCN- dari KSCN juga dapat dilakukan dengan menggunakan
FeCl3. Larutan KSCN dimasukkan secukupnya ke dalam tabung reaksi
kemudian ditambahkan beberapa tetes larutan garam ferri K3[Fe(CN)6] yang
ke dalamnya. Berdasarkan hasil pengamatan terlihat adanya endapan
berwarna merah darah yang merupakan endapan Fe(SCN)3. Adapun reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut.
SCN-(aq) + Fe3+ (aq)  Fe(SCN)3(s)
Selanjutnya endapan Fe(SCN)3 tersebut ditambahkan (NH4)2C2O4. Dengan
adanya penambahan (NH4)2C2O4 tersebut menyebabkan endapan yang telah
terbentuk larut dengan warna kuning keemasan. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut.
Fe(SCN)3(s) + 3C2O42-(aq) → [Fe(C2O4)3]3-(aq) + 3 SCN-(aq)
g) Identifikasi ion asetat (CH3COO-) menggunakan larutan uji CH3COONa 2 M
Dalam mengidentifikasi ion asetat (CH3COO-) ini digunakan larutan uji CH3COONa
serta dua larutan pereaksi yaitu larutan FeCl3 dan AgNO3. Adapun pengujian tersebut
dapat dijabarkan sebagai berikut.
1. Identifikasi ini dilakukan dengan menambahkan beberapa tetes larutan FeCl3
yang berwarna kuning ke dalam larutan uji CH3COONa yang tidak berwarna
sehingga larutan tersebut berubah menjadi berwarna cokelat. Dimana larutan
cokelat ini merupakan hasil dari ion kompleks [Fe3(OH)2(CH3COO)6]+ yang
terbentuk. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.
6CH3COO- + 3Fe3+ + 2H2O(l)→ [Fe3(OH)2(CH3COO)6]+ + 2H+
Larutan tersebut kemudian dipanaskan, maka akan menghasilkan endapan
merah coklat yang bersal dari besi (III) asetat. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut.

36
[Fe3(OH)2(CH3COO)6]+ + 2H2O → 3Fe(OH)2CH3COO + 3CH3COOH +
H+
2. Identifikasi ini dilakukan dengan menambahkan beberapa tetes larutan
AgNO3 yang tidak berwarna ke dalam larutan uji CH3COONa yang tidak
berwarna pula. Setelah penambahan, larutan tersebut lama-kelamaan akan
membentuk endapan kristalin putih dari CH3COOAg (perak asetat).
Reaksinya adalah sebagai berikut.
CH3COO- + Ag+  CH3COOAg
Identifikasi lebih lanjut dilakukan dengan cara membagi endapan kristalin
yang terbentuk menjadi dua dan diletakkan pada tabung reaksi yang berbeda.
Kemudian ke dalam tabung reaksi pertama ditambahkan HNO3 encer dan
pada tabung reaksi dua ditambahkan dengan HNO3 encer panas. Pada tabung
reaksi pertama, endapan yang telah terbentuk akan melarut kembali.
Sedangkanpada tabung reaksi kedua, endapan yang terbentuk tidak larut
kembali. Reaksi yang terjadi ketika endapan ditambahkan HNO3 encer
adalah sebagai berikut.
CH3COOAg + HNO3 → AgNO3 + CH3COOH
Reaksi yang terjadi ketika endapan ditambahkan HNO3 encer panas adalah
sebagai berikut.
2AgNO3 → 2Ag + 2NO2 + O2
Terbentuknya residu Ag pada reaksi diatas menyebabkan endapan seolah-
olah tidak larut.
h) Identifikasi ion karbonat (CO32-) menggunakan larutan uji Na2CO3 0,5 M
Dalam praktikum identifikasi ion karbonat (CO32-) kali ini digunakan larutan uji
NaCO3 serta dua larutan pereaksi yaitu H2SO4 encer dan BaCl2. Adapun pengujian
tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.
1. Identifikasi ini dilakukan dengan menambahkan beberapa tetes larutan asam
sulfat encer ke dalam larutan uji NaCO3 yang tidak berwarna. Setelah
penambahan tersebut larutan tetap tidak berwarna. Secara teori, melalui
penambahan pereaksi tersebut akan dihasilkan gas CO2. Dimana gas tersebut
tidak berwarna sehingga susah untuk diamati. Sehingga gas yang timbul
dapat diidentifikasi dengan cara menangkap gas yang terbentuk dengan
batang gelas yang telah dibasahi Ba(OH)2. Seharusnya kabut akan terbentuk
37
ketika batang kaca tersebut ditempelkan pada mulut tabung reaksi. Namun
berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, tidak dihasilkan kabut ketika
batang kaca tersebut ditempelkan pada mulut tabung reaksi. Hal ini mungkin
saja diakibatkan karena konsentrasi Ba(OH)2 yang kurang pekat.
2. Identifikasi ini dilakukan dengan cara menambahan beberapa tetes larutan
barium klorida BaCl2 yang berwarna bening ke dalam larutan uji Na2CO3
yang berwarna bening pula. Pertama-tama larutan yang awalnya bening
menjadi keruh dan lama kelamaan akan membentuk endapan putih BaCO3
barium karbonat. Reaksi yang terjadi adalah sebagai betikut.
Ba2+ + CO32- → BaCO3
Identifikasi lebih lanjut dilakukan dengan menambahkan larutan asam
karbonat tetes demi tetes untuk endapan pada tabung. Dimana endapan
BaCO3 ini melarut kembali. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.
BaCO3 + CO3 + H2O → Ba2+ + 2HCO3-
i) Identifikasi ion oksalat (C2O42-) menggunakan larutan uji Na2C2O4 0,1 M
Dalam praktikum identifikasi ion oksalat (C2O42-) kali ini digunakan larutan uji
Na2C2O4 serta tiga larutan pereaksi yaitu AgNO3, BaCl2, dan KMnO4. Adapun
pengujian tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.
a. Identifikasi ion oksalat (C2O42-) dengan menggunakan larutan AgNO3.
1. Identifikasi ini dilakukan dengan menambahkan larutan AgNO3 yang tidak
berwarna tetes demi tetes ke dalam larutan uji Na2C2O4 yang tidak berwarna
pula. Penambahan larutan AgNO3 menyebabkan larutan menjadi keruh dan
lama kelamaan terbentuk endapan (COOAg)2 yang berwarna putih. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut.
(COO)22- + 2Ag+ → (COOAg)2
Identifikasi lebih lanjut dilakukan dengan membagi endapan (COOAg)2
menjadi dua dalam tabung reaksi yang berbeda. Masing-masing
diidentifikasi dengan menggunakan HNO3 untuk endapan tabung pertama
dan NH3 untuk endapan pada tabung kedua. Endapan (COOAg)2 akan
bereaksi dengan HNO3 dan NH3 membentuk ion kompleks sehingga endapan
melarut kembali. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.
(COOAg)2  + 4NH3 → 2[Ag(NH3)2]+ + (COO)22-
(COOAg)2  + 2H+ → Ag+ + (COO)22- + 2H+
38
2. Identifikasi ini dilakukan dengan menambahkan beberapa tetes larutan
barium klorida BaCl2 yang tidak berwarna ke dalam larutan uji
Na2C2O4(tidak berwarna). Setelah penambahan tersebut larutan yang
awalnya bening berubah menjadi keruh dan lama kelamaan mulai
membentuk endapan yang berwarna putih dari barium oksalat. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut.
(COO)22- + Ba2+ → (COO)2Ba
Endapan ini melarut kembali ketika ditambahkan dengan larutan asam nitrat
encer. Adapun reaksinya adalah sebagai berikut.
(COOAg)2  + 2H+ → Ag+ + (COO)22- + 2H+
3. Identifikasi ini dilakukan dengan menambahkan beberapa tetes larutan
kalium permanganat (KMnO4) yang berwarna ungu ke dalam larutan uji
Na2C2O4 yang tidak berwarna. Dimana setelah penambahan tersebut warna
permanganat yang semula berwarna ungu menjadi hilang karena KMnO 4
merupakan oksidator kuat. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.
5(COO)22- + 2MnO4- + 16H+ → 10 CO2  + 2Mn2+ + 8H2O
j) Identifikasi ion tiosulfat (S2O42-) menggunakan larutan uji Na2S2O4 0,25 M
Dalam mengidentifikasi ion tiosulfat (S2O32-) ini digunakan larutan uji Na2C2O3
serta dua larutan pereaksi yaitu asam sulfat encer dan larutan AgNO3. Pengujian
tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.
1. Identifikasi ini dilakukan dengan menambahkan beberapa tetes larutan asam
sulfat H2SO4 encer ke dalam larutan uji natrium tiosulfat S2O32- yang tidak
berwarna. Berdasarkan hasil pengamatan, ketika menambahkan larutan
asam sulfat encer ke dalam larutan uji natrium tiosulfat maka akan warna
larutan berubah menjadi kuning keruh dan lama-kelamaan akan membentuk
endapan kuning. Dimana endapan tersebut merupakan endapan dasi Sulfur.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.
S2O32- + 2H+ → S + SO2 + H2O
Selain itu juga terbentuk gas SO2 yang berbau rangsang namun bau yang
dihasilkan tidak terlalu tajam.
2. Identifikasi ini dilakuakan dengan cara menambahkan larutan perak nitrat ke
dalam larutan uji Na2C2O3, Melalui hasil pengamatan yang telah dilakuakan,
setelah pencamputan larutan tersebut mulai terbentuk endapan putih dari
39
Ag2S2O3, setelah beberapa saat endapan putih tersebut selanjutnya berubah
warna menjadi coklat, dan lama-kelamaan akhirnya berubah menjadi hitam.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.
S2O32- + 2Ag+ → Ag2S2O3
Larutan dan endapan berubah warna menjadi coklat karena terbentuk
kompleks ditiosulfatoargentat (I) yang larut. Reaksinya adalah sebagai
berikut.
S2O32- + 2Ag+ → [Ag(S2O3)2]3-
Endapan ini bersifat tidak stabil, sehingga berubah warna menjadi gelap
(terbentuk perak sulfida) setelah didiamkan beberapa saat. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut.
Ag2S2O3 + H2O → Ag2S + 2H+ + SO42-
k) Identifikasi ion sulfide (S2-) menggunakan larutan uji Na2S 2 M)
Dalam mengidentifikasi ion asetat (S2-) ini digunakan larutan uji Na2 Sserta dua
larutan pereaksi yaitu larutan H2SO4 encer dan AgNO3. Adapun pengujian tersebut
dapat dijabarkan sebagai berikut.
1. Identifikasi ini dilakukan dengan memasukkan larutan Na2S ke dalam tabung
reaksi lalu ditambahkan AgNO3, terdapat endapan hitam.yang manandakan
terdapat Ag2S. reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Na2S(aq) + AgNO3 → NaNO3(aq) + Ag2S(s)
2. Identifikasi ini dilakukan dengan memasukkan larutan Na2S ke dalam tabung
reaksi lalu ditambahkan H2SO4, terdapat gas H2S yang ditandakan dengan
bau khas seperti telur busuk, dan membuat warna hitam pada kertas saring
yang dibasahi dengan Pb(CH3COO)2.

Sampel Unknown 4
Larutan sampel 4 merupakan larutan tak berwarna. Ketika larutan unknown 4 ditetesi
dengan AgNO3, Berdasarkan hasil pengamatan, terbentuk endapan kuning. Hal ini
menunjukan dua kemungkinan, yaitu antara larutan KI dan NaBr. Pertama-tama dilakukan
uji untuk kemungkinan larutan sampel adalah KI. Uji yang dilakukan adalah mereaksikan
larutan sampel dengan AgNO3 sehingga terbentuk larutan yang berwarna kuning kecoklatan
dan menimbulkan gas H2S. Terbentuknya gas H2S dapat diuji kertas saring yang telah
dibasahi dengan larutan timbal asetat, namun karena timbal asetat tidak ada yang digunakan
40
adalah larutan timbal nitrat. Berdasarkan hasil pengamatan, tidak terjadi perubahan pada
kertas saring. Secara teoritis jika gas yang ditimbulkan adalah gas H2S, maka akan timbul
bercak hitam pada kertas saring. Langkah selanjutnya, uji dilakukan untuk kemungkinan
larutan adalah NaBr. Uji yang dilakukan adalah dengan melakukan pemanasan terhadap
larutan yang sebelumnya ditambahkan asam sulfat pekat. Berdasarkan hasil pengamatan,
terbentuk gas yang berwarna kuning kecoklatan. Setelah dilakukan pengulangan sebanyak
dua kali, hasil yang diperoleh positif ketika diuji dengan asam sulfat pekat, terdapat
perubahan warna yang dapat diamati, lalu membandingkan warna yang dihasilkan dari
larutan sampel dengan larutan uji yang sudah diketahui, maka dapat ditarik sebuah
kesimpulan bahwa larutan sampel 4 adalah NaBr berdasarkan terbentuknya endapan warna
kuning dan perubahan warna larutan menjadi kuning kecoklatan seperti yang ditunjukan
pada larutan uji yang sebelumnya sudah diketahui.

VIII. SIMPULAN
Dari hasil percobaan dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Ion klorida dapat diuji dengan AgNO3 membentuk endapan putih AgCl yang larut
dalam ammonia dan tidak larut dalam asam nitrat.

Cl-(aq) + Ag+(aq)→ AgCl(s)


AgCl(s) + HNO3 tidak ada reaksi
AgCl(s) + 2 NH3(aq) [Ag(NH3)2]+(aq) + Cl-(aq)

2. Ion bromida dapat diuji dengan asam sulfat pekat yang membentuk larutan HBr
bewarna coklat dan gas brom berwarna kuning kecoklatan.

NaBr(aq) + H2SO4(aq) → HBr(g) + HSO4-(aq) + K+(aq)


2NaBr(aq) + 2H2SO4(aq) → Br2(g) + SO2(g) + SO42-(aq) + 2K+(aq) + 2H2O(l)
Ion bromida juga dapat diuji dengan AgNO3 yang membentuk endapan kuning
AgBr yang larut dalam NH3 dan KCN berlebih.
Br -(aq) + Ag+(aq) → AgBr(s)
AgBr(s) + 2CN-(aq) → [Ag(CN)2]-(aq) + Br –(aq)
AgBr(s) + 2NH3(aq) → [Ag(NH3)2]+(aq) + Br –(aq)
3. Ion iodida dapat diuji dengan larutan H2SO4 pekat sehingga menghasilkan gas HI,
I2 dan endapan belerang yang berwarna kuning.
41
2I-(aq) + 2H2SO4(aq) → I2 + SO42-(aq) + 2H2O(l)
I-(aq) + H2SO4(aq) → HI(g) + HSO4-(aq)
6I-(aq) + 4H2SO4(aq) → 3I2(g) + S(s) ↓ + 2H2O(l) + 3SO42-(aq)
8I-(aq) + 5H2SO4(aq) → 4I2(g) + 4SO42-(aq) + 4H2O(l) + H2S(g)
Ion Iodida juga dapat diuji dengan larutan AgNO3 sehingga membentuk endapan
kuning AgI yang mudah larut dalam NH3 dan KCN berlebih.
I(aq)- + Ag+(aq) →AgI(s)
AgI(s) ↓ + 2CN-(aq) → Ag(CN)2-(aq) + I-(aq)
AgI(s) ↓ + 2NH3(aq) → Ag(NH3)2+ (aq) + I-(aq)
4. Ion ferrosianida dapat diuji dengan asam sulfat pekat sehingga menghasilkan
larutan yang berwarna hijau bening, timbul gas SO2 dan CO, dan menghasilkan
panas.

[Fe(CN)6]4-(aq) + 6H2SO4(aq) + 6H2O(aq) → Fe2+(aq) + 6NH4+(aq) + 6CO(g)↑+ 6SO2-(g)


2Fe2+(aq) + 2H2SO4(aq) → 2Fe3+(aq) + SO2(g) ↑ + SO42-(aq) + 2H2O(l)
Ion ferrosianida juga dapat diuji dengan menggunakan larutan garam timbal
sehingga terbentuk endapan putih Pb2[Fe(CN)6], yang tidak larut dalam HNO3
encer.
Pb2+(aq) + [Fe(CN)6]4-(aq) → Pb2[Fe(CN)6](s)
Pb2[Fe(CN)6](s) + NH3 tidak bereaksi
5. Ion ferrisianida dapat diuji dengan menggunakan larutan AgNO3 sehingga
terbentuk endapan berwarna coklat kemerahan dari perak heksasianoferat (III) yang
larut dalam amonia tetapi tidak larut dalam HNO3.

Fe(CN)63-(aq) + 3Ag+(aq) → Ag3[Fe(CN)6](s)


Ion ferrisianida juga dapat diuji dengan menggunakan larutan CuSO4, sehingga
terbentuk endapan berwarna hijau dari kupri ferrisianida.
2 Fe(CN)63-(aq) + 3 Cu2+(aq) → Cu3[Fe(CN)6]2(s)
6. Ion tiosianat dapat diuji dengan larutan KSCN sehingga menghasilkan endapan
putih dari AgSCN yang larut dalam amonia tapi tidak larut dalam HNO3 encer.

SCN-(aq) + Ag+(aq) → AgSCN(s)


AgSCN (s) + 2 NH3(aq) → [Ag(NH)2]+(aq) + SCN-(aq)
AgSCN(s) + HNO3(aq) → tidak bereaksi

42
Ion tiosianat juga dapat diuji dengan menambahkan garam ferri (FeCl3) sehingga
menghasilkan endapan merah darah dari Fe(SCN)3 dan setelah ditambahkan Hg2+
dan C2O42- maka endapan menjadi larut dan warna larutan menjadi lebih pudar.
SCN-(aq) + Fe3+ (aq)  Fe(SCN)3(s)
Fe(SCN)3(s) + 3C2O42-(aq) → [Fe(C2O4)3]3-(aq) + 3 SCN-(aq)
7. Ion asetat dapat diuji dengan FeCl3 yang ditandai dengan adanya larutan yang
berwarna merah-coklat dari {Fe(OH)2(CH3COO)6}.

6CH3COO- + 3Fe3+ + 2H2O(l)→ [Fe3(OH)2(CH3COO)6]+ + 2H+


Apabila larutan {Fe(OH)2(CH3COO)6} dipanaskan maka terbentuk endapan merah
kecoklatan dari besi (III) asetat,
[Fe3(OH)2(CH3COO)6]+ + 2H2O → 3Fe(OH)2CH3COO + 3CH3COOH + H+
serta dengan penambahan AgNO3 akan membentuk endapan kristalin putih dari
CH3COOAg.
CH3COO- + Ag+  CH3COOAg
8. Ion karbonat dapat diuji dengan H2SO4 encer yang ditandai keluarnya gas yang
dapat mengeruhkan Ba(OH)2, dan dengan penambahan BaCl2 sehingga terbentuk
endapan putih dari barium karbonat.

Ba2+ + CO32- → BaCO3


BaCO3 + CO3 + H2O → Ba2+ + 2HCO3-
9. Ion oksalat dapat diuji dengan AgNO3 sehingga terbentuk endapan putih dari
AgC2O4 yang larut dalam HNO3 dan NH3,

(COO)22- + 2Ag+ → (COOAg)2


(COOAg)2 + 4NH3 → 2[Ag(NH3)2]+ + (COO)22-
(COOAg)2 + 2H+ → Ag+ + (COO)22- + 2H+
dan dengan penambahan BaCl2 terbentuk endapan putih dari BaC2O4 yang larut
dalam HNO3 encer dan HCl encer serta tidak larut dalam asam asetat encer dan
ammonium oksalat.
(COO)22- + Ba2+ → (COO)2Ba
Selain itu dengan penambahan KMnO4 maka warna permangnanat yang
sebelumnya berwarna ungu akan memudar.
5(COO)22- + 2MnO4- + 16H+ → 10 CO2 + 2Mn2+ + 8H2O

43
10. Ion tiosulfat diuji dengan asam sulfat encer yang akan menimbulkan gas dan
endapan sulfur

S2O32- + 2H+ → S + SO2 + H2O


dan dengan menambahkan AgNO3 sehingga terbentuk endapan putih dari Ag2S2O3
yang akan menjadi coklat kemudian akhirnya menjadi endapan yang berwarna
hitam.
S2O32- + 2Ag+ → Ag2S2O3
S2O32- + 2Ag+ → [Ag(S2O3)2]3-
Ag2S2O3 + H2O → Ag2S + 2H+ + SO42-
11. Ion sulfide diuji dengan perak nitrat yang akan menimbulkan endapan kuning muda
pada larutan

Na2S + AgNO3 → NaNO3 + Ag2S


Selanjutnya endapannya direaksikan dengan HNO3 dan menghasilkan gas yang
membuat warna kertas saring yang telah dibasahi timbale asetat menjadi hitam.
Ag2S + HNO3 → AgNO3 + H2

44
IX. JAWABAN PERTANYAAN
1. Dalam beberapa reaksi diatas (misalnya 4.14 b) endapan yang terbentuk dapat
larut kembali, jelaskan fenomena ini, mengapa demikian ?
Jawaban:
Pada prosedur 4.14.b, endapan putih dari timbal sulfat dapat larut kembali dalam asam
sulfat pekat panas dan dalam amonium asetat. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
a Endapan timbal asetat dapat larut dalam asam sulfat pekat panas karena terbentuknya
timbal hidrogen sulfat dengan reaksi.
PbSO4 ↓ + H2SO4 → Pb2+ + 2HSO4-
b Endapan timbal sulfat larut dalam larutan amonium asetat yang agak pekat karena
terbentuknya ion-ion tetraasetatoplumbat (II) dan ditartratoplumbat (II) dengan
reaksi.
PbSO4 ↓ + 4CH3COO- → [Pb(CH3COO)4]2- + SO42-
Ion tetraasetatoplumbat (II)
PbSO4 ↓ + 2C2H4O62- → [Pb(C4H4O6)2]2- + SO42-
Ion ditartratoplumbat (II)
2. Tuliskan beberapa reaksi yang terjadi dalam prosedur di atas !
Jawaban :
Secara teoritis reaksi-reaksi yang terjadi pada prosedur identifikasi anion diatas adalah
sebagai berikut.
a. Identifikasi ion klorida (Cl-)
Penambahan ion klorida ke dalam anion dari larutan AgNO3
Cl-(aq) + Ag+(aq)→ AgCl(s) ↓
Identifikasi endapan AgCl dengan larutan HNO3 dan NH3
AgCl(s) ↓ + 2NH3(aq) → [Ag(NH)2]+(aq) + Cl-(aq)
[Ag(NH)2]+(aq) + Cl-(aq) + H+(aq) → AgCl(s) ↓ + NH4+(aq)
AgCl(s) ↓ + HNO3 → tidak ada reaksi
Penambahan ion klorida ke dalam anion dari larutan Hg2(NO3)2
2Cl-(aq) + Hg2+(aq)→ Hg2Cl2(s) ↓
b. Identifikasi ion Bromida (Br-)
Penambahan larutan kalium bromida dengan menambahkan larutan H2SO4
KBr(aq) + H2SO4(aq) → HBr(g) ↑ + HSO4-(aq) + K+(aq)
45
2KBr(aq) + 2H2SO4(aq) → Br2(g) ↑ + SO2(g) ↑ + SO42-(aq) + 2Na(aq) + 2H2O(l)
Penambahan ion bromida dengan anion dari larutan AgNO3
Br -(aq) + Ag+(aq) →AgBr(s)↓
Identifikasi endapan AgBr dengan larutan KCN dan NH3
AgBr(s)↓ + 2CN-(aq) →[Ag(CN)2]-(aq) + Br –(aq)
AgBr(s)↓ + 2NH3(aq) →[Ag(NH3)2]+(aq) + Br –(aq)
c. Identifikasi ion iodida (I-)
Penambahan larutan KI dengan menambahkan larutan H2SO4
2I-(aq) + 2H2SO4(aq) → I2 ↑ + SO42-(aq) + 2H2O(l)
I-(aq) + H2SO4(aq) → HI(g)↑ + HSO4-(aq)
6I-(aq) + 4H2SO4(aq) → 3I2(g)↑ + S(s) ↓ + 2H2O(l) + 3SO42-(aq)
8I-(aq) + 5H2SO4(aq) → 4I2(g)↑ + 4SO42-(aq) + 4H2O(l) + H2S(g)↑
Penambahan ion iodida dengan anion dari larutan AgNO3
I(aq)- + Ag+(aq) →AgI(s)
Identifikasi endapan AgI dengan larutan KCN dan NH3
AgI(s) ↓ + 2CN-(aq) →Ag(CN)2-(aq) + I-(aq)
AgI(s) ↓ + 2NH3(aq) → Ag(NH3)2+ (aq) + I-(aq)
d. Identifikasi Ion Ferrosianida ([Fe(CN)6]4-)
Penambahan larutan asam sulfat ke dalam anion dari larutan K4[Fe(CN)6]
K4[Fe(CN)6]4(aq) + 6H2SO4(aq) + 6H2O(l) → Fe2+(aq) + 6NH4+(aq) + 6CO(g) ↑ + 2H2O(l)
Penambaan larutan garam timbal pekat ke dalam anion dari larutan K4[Fe(CN)6]
Pb2+(aq) + [Fe(CN)6]4-(aq) → Pb2[Fe(CN)6](s) ↓
e. Identifikasi Ion Ferrisianida ([Fe(CN)6]3-)
Penambahan larutan AgNO3 ke dalam anion dari larutan K3[Fe(CN)6]
Fe(CN)63-(aq) + 3Ag+(aq) → Ag3[Fe(CN)6] (g) ↓
penambahan larutan CuSO4 yang berwarna biru ke dalam larutan K3Fe(CN)6
Fe(CN)63-(aq) + 3Cu2+(aq) → Cu3[Fe(CN)6]2(s) ↓
f. Identifikasi Ion Tiosianat (SCN-)
Penambahan larutan AgNO3 ke dalam anion dari larutan KSCN
SCN-(aq) + Ag+(aq) → AgSCN(s) ↓
Identifikais endapan AgSCN dengan larutan NH3 dan HNO3 encer
AgSCN (s) + 2 NH3(aq) → [Ag(NH)2]+(aq) + SCN-(aq)

46
AgSCN(s) + HNO3(aq) → tidak ada reaksi
Penambahan FeCl3 ke dalam anion dari larutan KSCN
SCN-(aq) + Fe3+ (aq)  Fe(SCN)3(s) ↓
Identifikais endapan Fe(SCN)3 dengan anion dari larutan Na2C2O4
Fe(SCN)3(s) + 3 C2O42-(aq) → [Fe(C2O4)3]3-(aq) + 3 SCN-(aq)
g. Identifikasi Ion Nitrit (NO2-)
Penambahan AgNO3 ke dalam anion dari larutan NaNO2
NO2-(aq) + Ag+(aq) → AgNO2(s) ↓
Identifikais endapan AgNO2 dengan anion dari larutan KMnO4 dalam suasana asam
dan larutan FeSO4 25% yang berwarna kuning dan H2SO4 encer
5NO2-(aq) + 2MnO4-(aq) + 6H+(aq) → 5NO3-(aq) + 2Mn2+(aq) + 3H2O(l)
2 NO2-(aq) + H2SO4(aq) → 2 HNO2(g) ↑ + SO42-(aq)
HNO2 merupakan senyawa hipotetik
3HNO2(g) ↑ → H2O(l) + NO2(g) ↑ + NO(g) ↑
Gas NO yang terbentuk bereaksi dengan besi (II) sulfat menghasilkan
Fe2+(aq) + SO42-(aq) + NO(g) → [Fe.NO]SO4
h. Identifikasi Ion Sulfida (S2-)
penambahan larutan AgNO3 ke dalam ke dalam anion dari larutan Na2S
S2-(aq) + Ag+(aq) → Ag2S(s)↓
Identifikasi endapan Ag2S dengan penambahan HNO3 encer panas dan HNO3
encer dingin
Ag2S(s)↓ + HNO3(aq )(panas) → AgNO3(aq) + H2S(g)
Ag2S(s)↓ + HNO3(aq )(dingin) → tidak ada reaksi
i. Identifikasi Ion Asetat (CH3COO-)
penambahan larutan FeCl3 ke dalam anion dari larutan CH3COONa
6CH3COO-(aq) + 3Fe3+(aq) + 2H2O(l)→ [Fe3(OH)2(CH3COO)6]+(aq) + 2H+(aq)
Identifikasi larutan dengan pemanasan
[Fe3(OH)2(CH3COO)6]+(aq) + 2H2O(l) → 3Fe(OH)2CH3COO(s) ↓ + 3CH3COOH(aq) + H+(aq)

Penambahan larutan AgNO3 ke dalam anion dari larutan CH3COONa


CH3COO-(aq) + Ag+(aq)  CH3COOAg(s) ↓
Identifikasi endapan CH3COOAg dengan penambahan HNO3 encer
CH3COOAg(s) ↓ + HNO3(aq) → AgNO3(aq) + CH3COOH(aq)
47
j. Identifikasi Ion Karbonat (CO3-)
Penambahan asam sulfat encer ke dalam larutan uji NaCO3
Na2CO3(aq) + H2SO4(aq) → NaSO4(aq) + H2CO3(aq)
Larutan H2CO3 yang terbentuk ini dapat mengalami reaksi lebih lanjut
H2CO3(aq) → H2O(l) + CO2(g) ↑
Identifiksai gas CO2 dengan Ca(OH)2
CO2(g) + Ca(OH)2(aq) → CaCO3(s)(putih) ↓ + H2O(l)
Penambahan larutan barium klorida ke dalam anion dari larutan uji Na2CO3
Ba2+(aq) + CO32-(aq) → BaCO3(s) ↓
Identifikasi endapan BaCO3 dengan asam mineral encer dan asam karbonat
BaCO3(s) + 2H+(aq) → Ba2+(aq) + CO2(g) ↑ + H2O(l)
BaCO3(s) + CO2(g) ↑ + H2O (l) → Ba2+(aq) + 2HCO3-(aq)
k. Identifikasi Ion Oksalat (C2O42-)
Penambahan larutan AgNO3 ke dalam anion dari larutan uji Na2C2O4
C2O42-(aq) + 2Ag+(aq) → Ag2C2O4(s) ↓
Identifikasi endapan Ag2C2O4 dengan larutan amonia dan asam nitrat encer
Ag2C2O4(s) + 4NH3(aq) → 2[Ag(NH3)2]+(aq) + C2O42-(aq)
Ag2C2O4(s) + 2H+(aq) → 2Ag+(aq) + C2O42-(aq) + 2H+(aq)
Penambahan larutan barium klorida ke dalam anion dari larutan uji Na2C2O4
C2O42-(aq) + Ba2+(aq) → Ba2C2O4(s) ↓
Identifikasi endapan Ba2C2O4 denan larutan asam nitrat encer dan asam klorida
encer
Mereaksikan larutan kalium permanganat (KMnO4) dengan larutan natrium oksalat
C2O42-(aq) + 2MnO4-(aq) + 16H+ (aq) → 10 CO2(aq) ↑ + 2Mn2+(aq) + 8H2O(l)
l. Identifikasi Ion Pospat (PO43-)
Penambahan larutan BaCl2 ke dalam anion dari larutan uji K2HPO4
K2HPO4(aq) → 2K+(aq) + HPO42-(aq)
HPO2-(aq)  H+(aq) + PO43-(aq)
PO43-(aq) + Ba2+(aq) → Ba3(PO4)2(s)↓
Penambahan larutan FeCl3 ke dalam anion dari larutan uji K2HPO4
HPO42-(aq) + Fe3+(aq) → FePO4(s) ↓ + H+(aq)
m. Identifiasi Ion Tiosulfat (S2O32-)
Penambahan larutan asam sulfat encer ke dalam anion dari larutan uji Na2S2O3
S2O32-(aq) + 2H+ (aq) → S(s)↓ + SO2(g) ↑ + H2O(l)
Penambahan larutan perak nitrat ke dalam anion dari larutan uji Na2S2O3
S2O32-(aq) + 2Ag+(aq) → Ag2S2O3(s) ↓
S2O32-(aq) + 2Ag+(aq) → [Ag(S2O3)2]3-(aq) ↓
Ag2S2O3(s) ↓ + H2O(l) → Ag2S(s) ↓ + 2H+(aq) + SO42-(aq)
48
n. Identifikasi Ion Sulfat (SO42-)
Penambahan larutan barium klorida ke dalam anion dari larutan uji Na2SO4
SO42-(aq) + Ba2+(aq) → BaSO4(s) ↓
Penambahan larutan Pb(NO3)2 ke dalam anion dari larutan uji Na2SO4
SO42-(aq) + Pb2+(aq) → PbSO4(s) ↓
o. Identifikasi Ion Nitrat (NO3-)
Penambahan larutan asam sulfat pekat ke dalam anion dari larutan uji KNO3
4NO3(aq)- + 2H2SO4(aq) → 4NO2(g) ↑ + O2(g) ↑ + 2SO42-(aq) + H2O(l)
Mereaksi Al kedalam anion dari larutan uji KNO3
3NO3-(aq) + 8Al(s) + 5OH-(aq) + 18H2O(l) → 3NH3(g) ↑ + 8[Al(OH)4]-(aq)

3. Jika pada prosedur kerja di atas dihasilkan gas tak berwarna, apa langkah yang
ditempuh untuk lebih meyakinkan identifikasi yang dilakukan ?
Jawaban :
Jika dalam prosedur dihasilkan gas yang tidak berwarna maka langkah yang dapat
dilakukan untuk mengidentifikasinya adalah dengan menangkap gas yang dihasilkan
dengan indikator-indikator yang sesuai. Beberapa contoh indikator yang dapat digunakan
unutk identifikasi gas yang tidak berwarna adalah:
a. Batang kaca yang dibasahi dengan amonia untuk menguji gas tidak berwarna (HCl)
dari klorida
b. Dialirkan ke dalam air kapur untuk menguji gas tidak berwarna (CO dan CO2) yang
dihasilkan dari oksalat, karbonat atau bikarbonat.
c Ditangkap dengan kertas saring yang telah ditetesi larutan K2Cr2O7 untuk menguji
gas tidak berwarna (SO2) dari sulfit.

49
DAFTAR PUSTAKA
Sastrawidana, I Dewa Ketut. 2001. Buku Penuntun Belajar Kimia Analitik Kualitatif.
Singaraja : Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Pendidikan MIPA IKIP Negeri
Singaraja
Selamat, I Nyoman., dan I Gusti Lanang Wiratma. 2004. Penuntun Praktikum Kimia
Analitik. Singaraja : Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Pendidikan MIPA IKIP
Negeri Singaraja.
Svehla, E. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Edisi
Kelima. Jakarta : PT Kalman Media Pustaka

50

Anda mungkin juga menyukai