Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

REAKSI OKSIDASI SIKLOHEKSANOL

OLEH:

INGRIT LUMBAN BATU 1813031006

KELAS: VIA

JURUSAN KIMIA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

2021
I. Tujuan
1. Membuat sikloheksana dari sikloheksanol melalui reaksi oksidasi
2. Mengidentifikasi hasil reaksi berdasarkan sifat fisika (titik didih dan indeks bias)
3. Menghitung rendemen hasil reaksi oksidasi sikloheksanol

II. Dasar Teori


Senyawa-senyawa organik dapat mengalami beberapa jenis reaksi, dimana salah satunya
adalah reaksi oksidasi. Reaksi oksidasi pada kimia organik dikaitkan dengan senyawa organik
yang mengikat oksigen sehingga senyawa tersebut dapat dikatakan mengalami reaksi oksidasi.
Salah satu jenis senyawa organik yang dapat mengalami reaksi oksidasi adalah alkohol.
Terdapat 3 jenis alkohol berdasarkan tempat terikatnya gugus hidroksi, yakni alkohol primer,
sekunder, dan tersier. Alkohol primer adalah alkohol dimana gugus OH- terikat pada C primer,
alkohol sekunder adalah alkohol dimana gugus OH- terikat pada C sekunder, dan alkohol
tersier adalah alkohol dimana gugus OH- terikat pada C tersier. Reaksi oksidasi dapat
digunakan untuk membedakan antara alkohol primer, sekunder, dan tersier. Suatu alkohol
primer dapat dioksidasi menjadi aldehid atau asam karboksilat. Alkohol sekunder dapat
dioksidasi menjadi keton. Sedangkan alkohol tersier menolak terjadinya reaksi oksidasi.
Salah satu jenis alkohol sekunder adalah sikloheksanol. Sikloheksanol merupakan zat
organik yang berupa cairan dimana memiliki titik didih 161oC, gugus OH- atau gugus hidroksi
terikat pada C sekunder. Alkohol ini dapat teroksidasi menjadi senyawa keton yakni
sikloheksanon dengan bantuan oksidator (zat yang mengoksidasi sikloheksanol menjadi
sikloheksanon).

OH O

Sikloheksanol Sikloheksanon 90%

Gambar 2.1. Oksidasi Sikloheksanol


Sikloheksanon yang diperoleh dari hasil oksidasi sikloheksanol secara teoritis adalah sebanyak
90%. Sikloheksanon merupakan cairan yang memiliki titik didih 152oC dengan indeks bias
1,450.
Alkohol sekunder dapat dioksidasi oleh asam kromat, H2CrO4 atau oleh KMnO4. Asam
kromat tidak stabil, oleh karena itu dibuat bila diperlukan. Natrium dikromat atau kalium
dikromat dalam asam merupakan oksidator yang kuat. Oksidasi alkohol jauh lebih baik dalam
suasana asam. Alkohol sekunder dapat dioksidasi menjadi keton. Krom mengalami reduksi
dari +6 menjadi +4 yang tidak stabil kemudian menjadi +3. Asam kromat dibuat dengan cara
mereaksikan larutan K2Cr2O7 dan H2SO4 pekat atau Kromium trioksida dengan H2SO4, sesuai
dengan persamaan di bawah ini.
O
+ -
K2Cr 2O7 + H2 O + 2H 2SO4 2 HO Cr OH + K + 2H 2SO4
O
asam kromat

O
CrO 3 + H2O + 2H 2SO4 2 HO Cr OH
O
asam kromat

Gambar 2.2 Pembentukan Asam Kromat


Asam kromat yang terbentuk kemudian direaksikan dengan sikloheksanol yang telah
dicampur dengan air. Asam kromat secara perlahan-lahan akan mengoksidasi sikloheksanol
menjadi sikloheksanon. Dalam reaksi oksidasi sikloheksanol, asam kromat dan air mempunyai
peran penting dalam menghasilkan produk berupa sikloheksanon. Oksidasi dengan
menggunakan asam kromat kemungkinan akan disertakan pembentukan dari kromat ester,
kemudian eliminasi kromat ester akan memberikan gugus keton dimana alkohol akan
mempertahankan oksigennya dan kehilangan hidrogen sehingga terbentuk ikatan rangkap
dengan oksigen. Mekanisme reaksi oksidasi sikloheksanol menjadi sikloheksanon dapat
dijelaskan sesuai gambar di bawah ini.
O O
OH + HO Cr OH O Cr OH + H2O
O O
kromat ester
O O
+
O Cr OH O + Cr OH + H3O
H O O
Sikloheksanon
Cr(IV)

H2O

Gambar 2.3 dan 2.4 Mekanisme Reaksi Oksidasi Sikloheksanol


Setelah terbentuknya kromat ester, adanya pasangan elektron bebas pada molekul air
kemudian menyerang hidrogen pada kromat ester dan terlepas sebagai proton sehingga atom
C menjadi ion karbanion. Kelebihan pasangan elektron akan mempertahankan keberadaan
gugus oksigen. Dengan mempertahankan gugus oksigen maka atom karbon akan berikatan
rangkap dua dengan oksigen. Pasangan elektron yang digunakan untuk berikatan antara krom
dan oksigen akan dibawa oleh krom yang menyebabkan terdapatnya pasangan elektron bebas.
Pasangan elektron bebas kemudian ditarik oleh gugus oksigen yang terikat pada krom sehingga
krom berikatan tunggal dengan gugus oksigen dan gugus oksigen menjadi bermuatan negatif.
Produk sampingan yang dihasilkan adalah ion krom dengan bilangan oksidasi +4, dimana
produk ini tidak stabil sehingga akan berubah menjadi Cr yang memiliki biloks 3+.

III. Alat dan Bahan


Tabel 3.1. Daftar Alat
No Nama Alat Spesifikasi Jumlah

1 Gelas ukur 25 mL 1 buah

2 Gelas ukur 50 mL 1 buah

3 Pipet tetes - 2 buah

4 Labu Erlenmeyer 100 mL 1 buah

5 Labu erlenmeyer 250 mL 1 buah

6 Termometer - 1 buah

7 Gelas kimia 100 mL 2 buah

8 Gelas kimia 1000 mL 1 buah

9 Gelas kimia 50 mL 2 buah


10 Pemanas elektrik - 1 buah

11 Magnetik stirrer - 1 buah

12 Kaca arloji - 2 buah

13 Neraca analitik - 1 buah

14 Labu dasar bulat - 1 buah

15 Corong pisah - 1 buah

16 Corong - 1 buah

17 Statif dan klem - 1 set

18 Batang pengaduk - 1 buah

19 Spatula - 1 buah

20 Pendingin/kondensor - 1 buah

21 Mantle heat - 1 buah

22 Pipet volumetric 25 mL 1 buah

23 Kertas saring - Secukupnya

Tabel 3.2. Daftar Bahan

No Nama Bahan Konsentrasi Jumlah

1 K2Cr2O4 - 8,8283 gram

2 Asam sulfat 12 M 7,0 mL

3 Sikloheksanol - 6,9 mL

4 Asam oksalat - 0,2 gram

5 Natrium bikarbonat - Secukupnya

6 Zat anhydrous (CuSO4) - Sucukupnya

7 Eter - 75 mL
8 Aquades - Secukupnya

9 Es - Secukupnya

IV. Prosedur Kerja dan Hasil Pengamatan


No Prosedur Kerja Hasil Pengamatan

1 Larutkan 0,03 mol K2Cr2O7 atau Na2Cr2O7 - K2Cr2O7 ditimbang sebanyak 8,8283 gram
dalam 40 mL air pada labu Erlenmeyer 100 dan silarutkan dalam 40 mL air
mL dan dengan hati-hati dan tambahkan 7 mL - Warna larutan berwarna oranye
asam sulfat pekat. - Saat penambahan H2SO4 pekat warna
larutan menjadi oranye kemerahan dan labu
menjadi panas

2 Dinginkan larutan yang berwarna oranye- - Larutan didinginkan sampai pada suhu 29
o
merah ini pada temperatur kamar. C
- Larutan tetap berwarna oranye kemerahan

3 Sebanyak 0,065 mol sikloheksanol dicampur - Sebanyak 6,9 mL sikloheksanol dicampur


dengan 25 mL air pada labu Erlenmeyer 250 dengan 25 mL air
mL. - Sikloheksanol berwarna bening
- Setelah dicampur dengan air, sikloheksanol
tidak melarut sempurna sehingga terbentuk
larutan berwarna putih dan terdapat seperti
gumpalan-gumpalan mirip minyak dalam
air.

4 Tambahkan larutan dikromat ke dalam - Saat penambahan dikromat, suhu campuran


campuran sikloheksanol dan dikocok atau menjadi meningkat.
diaduk. - Penambahan larutan dikromat
menyebabkan warna campuran
sikloheksanol menjadi hijau kehitaman.
5 Jaga temperatur pada 55 oC dengan jalan Untuk menjaga suhu 55 o
C, campuran
mendinginkannya dalam air es. dimasukkan ke dalam penangas es.

6 Bila temperatur sudah tidak meningkat lagi, - Labu dipindahkan dari penangas es
pindahkan labu dari air es dan tambahkan 0,2 - Ditimbang asam oksalat sebanyak 0,2 gram.
gram asam oksalat untuk mereduksi kelebihan - Penambahan asam oksalat tidak merubah
dikromat. warna campuran sehingga tetap berwarna
hijau kehitaman.

7 Pindahkan campuran ini ke dalam labu dasar - Pada saat penambahan air, warna campuran
bulat 150 mL dan tambahkan 35 mL air tetap berwarna hijau kehitaman
kemudian ekstrak dengan eter 3 x 25 mL - Pada saat penambahan eter terbentuk 2
lapisan yaitu lapisan atas berwarna kuning
bening (lapisan eter) dan lapisan bawah
berwarna hijau kehitaman (lapisan air).
- Setelah diekstrak 3 kali, diperoleh ekstrak
eter sebanyak 61 mL

8 Lapisan eternya digabung, dicuci dengan air - Lapisan eter yang dicuci dengan air dan
dan Na-bikarbonat, pisahkan dan lapisan NaHCO3 menyebabkan terbentuknya 2
eternya dikeringkan dengan zat anhidrat. lapisan yaitu lapisan atas berwarna kuning
bening (lapisan eter) dan lapisan bawah
berwarna hijau bening (lapisan air).
- Setelah pencucian diperoleh ekstrak eter
sebanyak 56 mL
- Lapisan eter yang dikeringkan dengan zat
anhydrous masih mengandung sedikit air,
hal ini terlihat dari warna CuSO4 yang
berubah menjadi biru dikarenakan
menyerap air.
9 Saring, dan masukkan ke dalam labu 50 mL, - Campuran lapisan eter dan zat anhidrous
kemudian siapkan alat distilasi sederhana. disaring sehingga didapat filtrat yang
berwarna kekuningan.
- Filtrat dimasukkan ke dalam labu dasar
bulat untuk di distilasi.

10 Pisahkan eter yang mendidih pada temperatur - Eter pertama menetes pada suhu 34 oC dan
34 oC, lanjutkan distilasi dan kumpulkan setelah ditimbang hasil yang diperoleh
senyawa sikloheksanon berupa cairan tidak sebanyak 35 mL
berwarna yang mendidih antara 152 oC – 155 - Sikloheksanon pertama kali menetes pada
o
C, timbang hasilnya. suhu 152 oC dan berhenti menetes pada
suhu 154 oC, dan setelah ditimbang hasil
yang diperoleh sebanyak 4,2 mL

11 Indeks bias dari sikloheksanon yang diperoleh Indeks bias yang di dapat sebesar 1,461
diuji dengan refraktometer

V. Analisis Data
Perhitungan rendemen

Volume sikloheksanol ( = 0,9624 g/mL) yang digunakan adalah 6,9 mL

• Massa sikloheksanol = Volume sikloheksanol × 

= 6,9 mL × 0,9624 g/mL

= 6,6406 gram
massa sikloheksanol
• mol sikloheksanol =
Mr

6,6406
=
100,16 g/mol
= 0,0663
Reaksi oksidasi sikloheksanol menjadi sikloheksanon adalah sebagai berikut.
C6H11OH + CrO42- + 2H+ → C6H11O + HCrO3 + H2O
Menurut reaksi diatasa secara teoritis mol sikloheksanon yang dihasilkan = mol sikloheksanol
yang digunakan yaitu 0,0663 mol
• Massa sikloheksanon secara teoritis = mol sikloheksanon × Mr
= 0,0647 mol × 99 g/mol
= 6,4053 gram

Volume sikloheksanon ( =0,95 g/mL) yang dihasilkan adalah 4,2 mL

• Massa sikloheksanon = Volume sikloheksanon × 


= 4,2 mL × 0,95 g/mol
= 3,99 gram
massa sikloheksanol yang diperoleh
• Rendemen hasil praktikum = × 100%
massa sikloheksanon secara teoritis
3,9900 gram
= × 100%
6,4053 gram

= 62,29%

VI. Pembahasan
Dalam praktikum ini, dilakukan percobaan reaksi oksidasi sikloheksanol menjadi
sikloheksanon dengan bantuan oksidator. Secara teori, alkohol sekunder dapat dioksidasi oleh
asam kromat, H2CrO4 atau oleh KMnO4. Natrium dikromat atau kalium dikromat dalam asam
merupakan oksidator yang kuat. Oksidasi alkohol jauh lebih baik dalam suasana asam. Salah
satu jenis alkohol sekunder adalah sikloheksanol. Sikloheksanol merupakan zat organik
dengan gugus hidroksi terikat pada C sekunder. Alkohol ini dapat teroksidasi menjadi senyawa
keton yakni sikloheksanon dengan bantuan oksidator (zat yang mengoksidasi sikloheksanol
menjadi sikloheksanon).
Pada saat H2SO4 pekat ditambahkan ke dalam larutan K2Cr2O7 warna larutan berubah
menjadi oranye kemerahan. Tujuan ditambahkannya H2SO4 pekat ini adalah untuk mengubah
kalium dikromat menjadi asam kromat, dimana asam kromat digunakan untuk mengoksidasi
sikloheksanol menjadi sikloheksanon. Adapun reaksi pembentukan asam kromat adalah
sebagai berikut.
O
+ -
K2Cr 2O7 + H2 O + 2H 2SO4 2 HO Cr OH + K + 2H 2SO4
O
asam kromat

Gambar 6.1 Pembentukan Asam Kromat


Asam kromat yang telah dibentuk kemudian direaksikan dengan 6,9 mL sikloheksanol
dalam air. Sikloheksanol dalam air tidak membentuk campuran yang homogen 100% sehingga
terbentuk gumpalan-gumpalan kecil seperti lapisan minyak yang mengapung dipermukaan air.
Hal ini dikarenakan sikloheksanol bersifat sedikit polar dan air bersifat sangat polar. Pada saat
proses pencampuran larutan tersebut ke dalam sikloheksanol, terjadi perubahan warna pada
campuran dari warna oranye kemerahan menjadi hijau kehitaman. Warna hijau kehitaman
yang terbentuk menandakan adanya ion krom (Cr3+) yang berwarna hijau yang dihasilkan dari
tereduksinya kromat. Adapun mekanisme pembentukan sikloheksanon adalah sebagai berikut.
O O
OH + HO Cr OH O Cr OH + H2O
O O
kromat ester

O O
+
O Cr OH O + Cr OH + H3O
H O O
Sikloheksanon
Cr(IV)

H2O

Gambar 6.2 dan 6.3 Mekanisme Reaksi Oksidasi Sikloheksanol


Asam kromat yang terbentuk bereaksi dengan sikloheksanol membentuk senyawa yang
disebut dengan kromat ester. Di dalam kromat ester, atom C yang mengikat oksigen juga
mengikat gugus hidrogen. Gugus hidrogen ini mudah lepas menjadi proton akibat serangan
dari molekul air sehingga menyebabkan terbentuknya ion karbanion. Kelebihan elektron pada
atom C menyebabkan atom C mempertahankan atom oksigen untuk membentuk ikatan
rangkap dua. Oksigen yang semulanya juga berikat dengan Cr, kemudian pasangan elektron
tersebut dibawa oleh Cr sehingga terdapat pasangan elektron bebas pada Cr. Pasangan elektron
bebas ini kemudian ditarik oleh gugus oksigen yang terikat pada Cr sehingga gugus oksigen
menjadi bermuatan negatif. Pada mekanisme ini, Cr baru tereduksi dari bilangan oksidasi +6
menjadi +4. Dikarenakan Cr(IV) tidak stabil, maka Cr(IV) akan berubah menjadi produk yang
lebih stabil yaitu Cr(III) yang ditandai dengan berubahnya warna campuran menjadi hijau.
Warna hijau yang terbentuk mengindikasikan bahwa dalam campuran terdapat Cr(III) yang
kemungkinan dalam bentuk ion Cr3+.

Cr2O72- + 3C2O42- + 14H+ → 2Cr3+ + 6CO2 + 7H2O

Setelah terbentuk campuran yang berwarna hijau kehitaman, kemudian campuran


ditambahkan asam oksalat. Penambahan asam oksalat bertujuan untuk mereduksi kelebihan
dikromat. Keberadaan dikromat kemungkinan disebabkan karena kekurangan pereaksi yaitu
asam sulfat dalam mengubahnya menjadi asam kromat. Adapun reaksi yang terjadi ketika
proses reduksi dikromat oleh oksalat adalah sebagai berikut.

Cr2O72- + 3C2O42- + 14H+ → 2Cr3+ + 6CO2 + 7H2O

Setelah itu, campuran dicuci dengan menggunakan air. Ketika dicuci, terbentuk dua
lapisan, dimana lapisan atas merupakan lapisan sikloheksanon yang belum murni dan lapisan
bawah adalah air. Hal ini disebabkan karena massa jenis sikloheksanon (0,95 gr/cm3) lebih
kecil daripada massa jenis air (1,0 gr/cm3) sehingga sikloheksanon berada pada lapisan atas.
Setelah dicuci dengan air, lapisan sikloheksanon ditampung dan diekstraksi dengan
menggunakan eter, dimana dalam praktikum ini digunakan dietil eter sebanyak 3 kali masing-
masing 25 mL. Ekstraksi kontinyu yang dilakukan bertujuan untuk memperoleh ekstrak
sikloheksanon yang lebih banyak, sedangkan, tujuan penggunaan eter sebagai bahan
pengekstrak sikloheksanon adalah karena eter merupakan pelarut organik yang dapat
melarutkan bahan organik seperti sikloheksanon. Ketika ditambahkan dengan eter, terbentuk
dua lapisan dimana lapisan atas adalah lapisan campuran antara sikloheksanon yang terlarut
dalam dietil eter dan lapisan bawah adalah air.
Untuk menghilangkan pengotor yang terdapat dalam lapisan atas (sikloheksanon terlarut
dalam eter) maka digunakan Na-bikarbonat. Ketika ditambahkan Na-bikarbonat kembali
terbentuk dua lapisan, dimana lapisan atas tetap merupakan campuran sikloheksanon dan eter
dan lapisan bawah merupakan lapisan Na-bikarbonat. Campuran dengan dua lapisan ini
kemudian dipisahkan dengan menggunakan corong pisah.
Pada campuran sikloheksanon yang terlarut dalam eter, ditambahkan zat anhidrous CuSO4
yang bertujuan untuk mengikat air yang kemungkinan masih terdapat dalam campuran
tersebut. Penggunaan CuSO4 sebagai penyerap air dikarenakan CuSO4 yang berwarna putih
bila menyerap air akan berubah warna menjadi biru. Setelah air dalam larutan habis, CuSO4
tidak mengalami perubahan warna menjadi biru lagi (tetap putih).
Untuk memisahkan eter dari sikloheksanon, dilakukan proses destilasi. Destilasi adalah
teknik pemisahan campuran yang didasarkan atas perbedaan titik didih antara dua buah zat
yang bercampur tersebut. Secara teori, titik didih eter adalah berkisar antara 34-35 oC,
sedangkan, titik didih sikloheksanon adalah berkisar antara 152-155 oC. Oleh karena itu, eter
dapat dipisahkan pada suhu tersebut. Berdasarkan percobaan, destilasi pertama kali menetes
pada suhu 34 oC. Sesuai dengan teori, destilat tersebut adalah eter dimana diperoleh sebanyak
35 mL. Destilat ini selanjutnya ditampung pada labu Erlenmeyer dan ditutup rapat agar tidak
terjadi penguapan pada eter, karena gas eter cukup berbahaya. Ketika destilat eter telah habis
menetes, suhu naik perlahan-lahan. Saat sudah tercapai suhu 153 oC, terdapat tetesan destilat
pada penampung. Dapat diketahui bahwa destilat tersebut adalah sikloheksanon hasil reaksi.
Hal ini didasarkan atas data teoritis bahwa sikoheksanon memiliki titik didih antara 152 oC –
155oC, sehingga dapat diketahui bahwa tetesan destilat yang menetes pada suhu 153 oC
tersebut adalah sikloheksanon. Volume destilat sikloheksanon yang diperoleh sebanyak 2,4
mL.
Langkah terakhir yang dilakukan adalah pengukuran indeks bias untuk menjamin
kemurnian sikloheksanon yang diperoleh. Setelah pengukuran indeks bias terhadap
sikloheksanon dilakukan, didapat harga indeks bias sikloheksanon sebesar 1,461. Terdapat
perbedaan antara indeks bias hasil pengamatan dengan indeks bias sikloheksanon secara
teoritis. Secara teoritis indeks bias sikloheksanon sebesar 1,450. Perbedaan ini disebabkan
karena suhu kamar saat praktikum lebih dari 25 oC. Suhu mempengaruhi indeks bias dari suatu
zat. Semakin tinggi suhu maka indeks biasnya semakin besar pula. Hal ini disebabkan pada
suhu yang besar jarak antara molekul semakin meregang. Tekanan juga mempengaruhi indeks
bias semakin rendah tekanan maka indeks bias semakin meningkat.

Pertanyaan:

1. Perubahan apa yang anda amati bila reaksi oksidasi telah berlangsung?
Jawaban:
Perubahan yang teramati bila reaksi oksidasi telah berlangsung adalah berubahnya warna
larutan dari merah oranye dengan biloks +6 menjadi hijau pekat dengan biloks +3

2. Bagaimana anda menguji bahwa semua senyawa sikloheksanol sudah bereaksi?


Jawaban:
Cara menguji bahwa semua senyawa sikloheksanol sudah bereaksi dapat dilakukan dengan
mereaksikannya dengan larutan dikromat dan jika larutan sudah berwarna hijau pekat,
artinya sikloheksanol sudah bereaksi.

3. Berapa gram sikloheksanon yang terbentuk secara teoritis? Berapa volumenya?


Jawaban:
Massa sikloheksanon yang terbentuk secara teoritis adalah 6,4053 gram, dan volumenya
adalah 4,2 mL

4. Berapa indeks bias sikloheksanon menurut literatur?


Jawaban:
Secara teoritis indeks bias sikloheksanon sebesar 1,450

5. Dengan pereaksi apakah anda uji sikloheksanon tersebut?


Jawaban:
Untuk menguji sikloheksanon dapat dilakukan dengan reaksi identifikasi terhadap gugus
keton yang terdapat dalam senyawa tersebut. Reaksi identifikasi yang dilakukan yaitu tes
DNP (2,4-dinitrofenilhidrazin). Ketika larutan yang mengandung senyawa sikloheksanon
ditetesi dengan larutan DNP dalam alkohol panas dan telah diberi asam sulfat, maka
dihasilkan endapan berwarna kuning, merah, atau oranye yakni senyawa aseton 2,4-
dinitrofenilhidrazin.

VII. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan yang diuraikan di atas maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Sikloheksanol dapat mengalami reaksi oksidasi menghasilkan sikloheksanon dengan
menggunakan oksidator K2Cr2O7 pada suasana asam.
2. Titik didih sikloheksanon yang diperoleh sebesar 153 oC dengan indeks bias 1,461 dan
volume sebesar 2,4 mL
3. Rendemen yang diperoleh sebesar 62,29%

VIII. Daftar Pustaka


Frieda Nurlita dan I Wayan Suja. 2004. Buku Ajar Praktikum Kimia Organik. Singaraja:IKIP
Negeri Singaraja
I Wayan Suja dan Frieda Nurlita. 2000. Buku Ajar Kimia Organik 1. Singaraja: STKIP
Singaraja
I Wayan Suja dan I Wayan Muderawan. 2003. Kimia Organik Lanjut. Singaraja: IKIPN
Singaraja

Referensi video pada link berikut:


https://youtu.be/PKsWgJdvLec
https://youtu.be/oW-MZtF2q68
https://youtu.be/OOZewg5zqaM
https://youtu.be/2_6o2edrb0Y
https://youtu.be/nG8YDx4btTs

Anda mungkin juga menyukai