Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

KIMIA TEMBAGA

OLEH :

MADE NITYA PRAYASCITTA OKA 1913081001


MADE IRMA MELIANA DEWI 1913081002
GEDE WAHYU ARIAWAN 1913081004

PROGRAM STUDI KIMIA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2021
I. JUDUL
Kimia tembaga

II. TUJUAN
1. Membuat dan mengidentifikasi garam rangkap K2[Cu(C2O4)2] dari
bahan awal senyawa tembaga (II) sulfat pentahidrat;
2. Membuat dan mengidentifikasi logam tembaga, tembaga (I) klorida,
tembaga (II) klorida, tembaga (II) oksida dari produk (2) dan (3) di atas
dan selanjutnya menjadi tembaga (II) sulfat pentahidrat kembali dalam
suatu percobaan bersiklus tertutup yang selain hemat juga ramah
lingkungan.

III. Dasar Teori


3.1 Sifat – sifat Tembaga
Di alam tembaga (Cu) umumnya diperoleh dari bijihnya seperti pirit
tembaga (CuFeS2) dan copper glance (Cu2S). Tembaga memiliki
konfigurasi elektron [Ar] 3d10 4s1. Sifat kimia tembaga sangat berkaitan
dengan energi ionisasi yang besar, yaitu energi ionisasi pertama 745 kJ/mol
dan energi ionisasi kedua 1956 kJ/mol; kalor atomisasi yang besar dan
energi hidrasi yang relatif rendah i.e – 2240 kJ/mol untuk Cu2+ dan – 481
kJ/mol untuk Cu+ ; harga potensial elektroda yang positif dan umumnya
mempunyai kereaktifan yang rendah.
Tembaga memiliki elektron s tunggal di luar kulit 3d yang terisi. Ini
agak kurang umum dengan golongan alkali kecuali stoikimetri formal dalam
tingkat oksidasi +1. Kulit d yang terisi jauh kurang efektif daripada kulit gas
mulia dalam melindungi elektron s dari muatan inti, sehingga potensial
pengionan pertama Cu lebih tinggi daripada golongan alkali. Karena
elektron-elektron pada kulit d juga dilibatkan dalam ikatan logam, maka
panas penyubliman dan titik leleh tembaga jauh lebih tinggi daripada alkali.
Tembaga larut dalam asam nitat dan dalam asam sulfat dengan
kehadiran oksigen. Tembaga larut dalam asam nitrat menghasilkan tembaga
(II) dimana asam nitat sebagai oksidator. Tembaga juga larut dalam KCN
atau dalam larutan amionia dalam kehadiran oksigen, yang diindikasikan
oleh potensialnya.
−0,12 𝑉 −0,01𝑉
Cu + 2 NH3 → [Cu(NH3)2]+ → [Cu(NH3)2]+
Senyawa-senyawa tembaga pada umumnya bersifat racun bagi
kebanyakan makhluk hidup sehingga banyak diantaranya digunakan
sebagai insektisida, fungisida dan algisida. Contohnya adalah senyawa
tembaga (II) sulfat, CuSO4. Tembaga (II) sulfat secara komersial dibuat
dengan mengoksidasi logam tembaga dengan H2SO4.
2 Cu + 2 H2SO4 → 2 CuSO4 + 2 H2O
atau mengoksidasi tembaga (II) sulfida di udara, berdasarkan reaksi berikut.
2 CuS + 2 O2 → CuSO4
3.2 Senyawa Kompleks Tembaga
Suatu ion (molekul) kompleks terdiri dari satu atom (ion pusat) dan
sejumlah ligan yang terikat erat dengan atom (ion) pusat tersebut. Atom
pusat ini ditandai oleh bilangan koordinasi, suatu angka bulat, yang
menunjukkan jumlah ligan (monodentat) yang dapat membentuk kompleks
yang stabil dengan satu atom pusat. Bilangan koordinasi menyatakan
jumlah ruangan yang tersedia sekitar atom atau ion pusat, yang masing-
masingnya dapat ditempati satu ligan (monodentat). Ion-ion tembaga seperti
Cu2+ dan Cu+ memiliki bilangan koordinasi 4. Suatu kompleks dengan satu
atom pusat dengan bilangan koordinasi 4 biasanya menunjukkan suatu
susunan simetris yang berbentuk tetrahedron, meskipun susunan yang datar
(hampir datar), dimana ion pusat berada di pusat suatu bujur sangkar dan
keempat ion menempati keempat sudut bujur sangkar itu.
Ion-ion dan molekul-molekul anorganik sederhana seperti NH3, CN-
, Cl- , H2O membentuk ligan monodentat, yaitu satu ion atau molekul
menempati salah satu ruang yang tersedia sekitar ion pusat dalam bulatan
koordinasi. Ligan yang mengandung dua atau lebih atom yang masing-
masing secara serempak membentuk ikatan dua donor elektron kepada ion
logam yang sama disebut ligan polidentat. Ligan ini juga disebut ligan
khelat. Salah satu kompleks yang dihasilkan dalam percobaan ini adalah ion
tetraaminakuprat (II).
Dalam rumus bangun ion tetraamina kuprat (II) anak panah
menunjukkan bahwa sepasang elektron disumbangkan oleh setiap ion
nitrogen kepada ion tembaga. Muatan suatu ion kompleks merupakan
jumlah muatan ion-ion yang membentuk kompleks itu, misalnya:
Cu2+ + 4 CN- → [ Cu (CN)4 ]2+
Jika molekul-molekul netral yang terlibat sebagai ligan dalam membentuk
kompleks, muatan pada ion kompleks tetap sama seperti muatan pada atom
pusatnya, misalnya:
Cu2+ + 4 NH3 → [ Cu(NH3)4 ]2+
Pembentukan kompleks dapat diamati dari perubahan warna dalam larutan.
Cu2+ + 4 NH3 → [ Cu(NH3)4 ]2+
biru biru tua gelap
Dalam larutan air, hampir semua garam tembaga (II) berwarna biru,
yang karakteristik dari warna ion kompleks koordinasi 6, [Cu(H2O)6]2+.
Kekecualian yang terkenal yaitu tembaga (II) klorida yang berwarna
kehijauan oleh karena ion kompleks [CuCl4]2- yang mempunyai bangun
geometri dasar tetrahedral tau bujursangkar bergantung pada kation
pasangannya. Dalam larutan encer ia menjadi berwarna biru oleh karena
pendesakan ligan Cl- oleh ligan H2O. oleh karena itu, juka warna hijau ingin
dipertahankan, ke dalam arutan pekat CuCl2 dalam air ditambahkan ion
senama Cl- dengan penambahan padatan NaCl atau HCl pekat atau gas.
[CuCl4]2- (aq) + 6 H2O (l) [Cu(H2O)6]2+ (aq) + 4 Cl-(aq)
hijau biru
Jika larutan amoniak ditambahkan ke dalam larutan ion Cu2+, larutan
biru berubah menjadi biru tua karena terjadi pendesakan ligan air oleh ligan
amoniak menurut reaksi berikut.
[Cu(H2O)6]2+ (aq) + 5 NH3 → [Cu(NH3)(4-5)(H2O)(2-1)]2+ + 5 H2O(l)
biru biru tua
Penambahan ion hidroksida ke dalam larutan tembaga (II) sulfat
(0,1-0,5 M) secara bertetes dengan kcepatan ~ 1 mL/ menit mengakibatkan
terjadinya endapan gelatin biru muda garam tembaga (II) hidroksi sulfat,
[CuSO4.nCu(OH)]2, bukan Cu(OH)2 menurut persamaan reaksi:
[Cu(H2O)6]2+ (aq) + SO42- (aq) + OH-(aq) → [CuSO4.nCu(OH)]2(s) + H2O(l)
Biru muda
Ion tembaga (I) jika direaksikan dengan ion klorida segera
membentuk ion kompleks tak berwarna diklorokuprat (I), [CuCl2]- . Tahap
reaksi ini diduga berlangsung sangat cepat sehingga memicu terjadinya
tahap reaksi pertama seperti berikut ini:
Cu(s) + H3O+ (aq) Cu+ (aq) + H2(g) + 2H2O
Cu+ (aq) + 2Cl- (aq) [CuCl2] - (aq)
Jika larutan ini dituangkan ke dalam air suling bebas udara, diperoleh
endapan putih tembaga (I) klorida menurut persamaan reaksi:
[CuCl2] - (aq) → CuCl(s) + Cl- (aq)
Dalam kimia organik, diklorokuprat (I), [CuCl2]- digunakan untuk
mengubah benzene diazonium klorida menjadi klorobenzena menurut
reaksi Sandmeyer:
[C6H5N2] +Cl- (aq) → C6H5Cl(l) + N2(g)
Terdapat lima reaksi kimia tembaga yang melibatkan tembaga (II) sulfat
(tembaga vitriol), yaitu:

Jika percobaan-percobaan tersebut dirancang dalam rantai tertutup,


maka tembaga vitriol akan jauh lebih sedikit diperlukan dan limbah juga
dapat diminimalkan. Lingkaran rantai tertutup kimia tembaga digambarkan
sebagai berikut.
Gambar Siklus Kimia Tembaga
IV. Alat dan Bahan
Tabel Alat
No Nama Alat Ukuran Jumlah Keterangan
1 Kaca arloji - 3 buah Meletakkan zat padatan
2 Spatula - 1 buah Mengambil zat padat
3 Neraca analitik - 1 buah Menimbang zat
4 Gelas ukur 10 mL 1 buah Mengukur volume suatu
cairan
5 Batang pengaduk - 1 buah Mengaduk suatu
campuran
6 Gelas kimia 50 mL, 1 buah Tempat suatu larutan atau
100 mL, cairan
1000 mL
7 Heater - 1 buah Tempat memanaskan
suatu zat, campuran, dll
8 Pipet volumetri 25 mL 1 buah Mengambil suatu cairan
9 Corong - 1 buah Alas kertas saring dalam
proses penyaringan
10 Cawan penguap - 1 buah Tempat untuk
menguapkan suatu cairan
11 Pipet tetes - 2 buah Untuk mengambil cairan
dan meneteskan caiaran
ke dalam suatu wadah
12 Desikator - 1 buah Untuk tempat
mengeringkan suatu
campuran agar pelarutnya
menjadi berkurang
13 Pipa pengalir gas - 1 buah Untuk mengalirkan gas
hasil reaksi

Tabel Bahan
No Nama Bahan Konsentrasi Jumlah Keterangan
1 CuSO4. 5 H2O - 5g Berupa padatan
berwarna biru
digunakan sebagai
bahan dasar awal
pembuatan
[Cu(NH3)4]SO4
2 Aquades - secukupnya Berupa cairan
transparan digunakan
sebagai pelarut
3 Amoniak pekat 25% 20 mL Larutan amoniak
beruap, karena wujud
NH3 berupa gas
bersifat iritatif
4 Etanol 70% 45 mL Berwujud cairan
digunakan sebagai
media non polar
5 Asam sulfat pekat Secukupnya Cairan bersifat
oksidator dan korosif
terhadap logam
6 K2C2O4.H2O - 16 g Wujud padatan,
berbentuk kristal,
berbau tajam,
digunakan dalam
preparasi senyawa
kompleks tembaga
oksalat
7 Air es - Secukupnya Digunakan sebagai
penangas dalam
mempercepat
terbentuknya kristal
8 Silika gel - Secukupnya Digunakan sebagai
bahan pengering
dalam desikator
9 HCl Setengah 100 mL Wujud cairan beruap,
pekat berbau menyengat,
digunakan dalam
preparasi tembaga
10 Serbuk besi - Secukupnya Serbuk berwarna
kecoklatan digunakan
dalam preparasi
logam tembaga
11 NaOH 30% Secukupnya Berwujud cairan
bening, bersifat basa
dan korosif
12 Na2CO3 - Secukupnya Wujud padatan
berfungsi
menghasilkan gas
CO2
13 H2O2 30% Secukupnya Berwujud cairan
sangat berbahaya
karena bersifat
oksidator dan
digunakan dalam
proses daur ulang
tembaga vitriol
V. PROSEDUR KERJA
Preparasi CuCl
No. Prosedur Kerja Bahaya Reaktan Pengamatan Teoritis Hasil Pengamatan Eksperiment
dan produk
1. Larutan CuCl2 diperoleh dari 2HCl + Na2CO3 → 2 NaCl + CO2(g) + H2O Pemanasan bertujuan
2- 2+ -
melarutkan padatan CuCl2 [CuCl4] + 6 H2O [Cu(H2O)6] (aq) + 4 Cl menghilangkan oksigen terlarut
pada air kemudian dipanaskan [CuCl4]2- + Cu → 2 [CuCl2]- dalam larutan
- -
dalam sebuah gelas beaker [CuCl2] → CuCl + Cl
untuk menghilangkan gas
oksigen yang terlarut.
menghilangkan gas oksigen
yang terlarut.
2. Diteteskan larutan asam HCl : berbau Penambahan HCl dilakukan untuk
klorida pekat secara perlahan- menyengat, mencapai pH = 2
lahan ke dalam larutan CuCl2 bersifat iritatif
tersebut sampai pH mencapai
1-3.
3. Ditambahkan soda (natrium Terbentuk gelembung- gelembung
karbonat) ke dalam larutan gas yang dapat bertahan dengan
tersebut seujung spatula untuk waktu singkat.
menghasilkan suatu CO2
pelindung atmosfer.
4. Semua serbuk tembaga yang Terjadi perubahan warna campuran
dihasilkan pada sebelumnya menjadi hijau tua.
ditambahkan ke dalam larutan
tersebut, kemudian diaduk
pelan-pelan sambil panaskan
selama 30-35 menit (atur
nyala api atau suhu agar
menghasilkan panas kira-kira
suam-suam
kuku).
5. Ditambahkan(bila diperlukan) Terbentuknya gelembung gas saat
sedikit soda dan asam klorida penambahan natrium karbonat dan
untuk mempertahankan pH 1- penambahan HCl berfungsi untuk
3 dan untuk mempertahankan mempertahankan pH
CO2 pelindung atmosfer.
Gelas beaker ditutup dengan
kaca
arloji.
6. Selama pemanasan, uapkan Terbentuk larutan berwarna hijau
75ml air dari larutan, tua
kemudian dinginkan sisa
larutan pada suhu 0oC dan
ditambahkan 3ml larutan
asam sulfat (untuk
menstabilkan CuCl dari
oksidasi oleh oksigen dalam
udara).
7. Larutan tersebut disaring Penyaringan dalam air es, dimana
dalam air es (akan terpisah filtrat dimasukkan ke dalam air es
CuCl yang tak terlarut dari menyebabkan terbentuk endapan
larutan[CuCl2]-) dan dekantasi putih dan larutan berwarna hijau.
endapan putih yang terbentuk
dengan segera, kemudian cuci
endapan tersebut dengan
sedikit etanol. Padatan yang
didapat dikeringkan di dalam
desikator.
8. Jika sisa larutan sudah tidak Dihasilkan filtrat yang tidak
berwarna, buang ke bak cuci. berwarna.
Jika masih berwarna biru,
berarti masih mengandung ion
Cu2+ dan perlu ditangani lebih
lanjut.
Nb. Simpan larutan berwarna
biru itu untuk pengolahan
lebih lanjut pada percobaan
selanjutnya.

Daur Ulang untuk Menghasilkan Tembaga Vitriol


No. Prosedur Kerja Bahaya Reaktan dan Pengamatan Teoritis Hasil Pengamatan Eksperiment
produk
1. Seluruh CuCl hasil preparasi 2 CuCl 2 HCl + 1/2O2 → CuCl2 + H2O + Cl- Endapan CuCl hasil preparasi
diletakkan ditempat terbuka berubah warna menjadi hijau
2CuCl + H2O2 + 2HCl→ 2CuCl2 + 2H2O Setelah diletakkan ditempat
sampai berwarna hijau, terbuka Penambahan HCl encer
CuCl2 + NaOH + Na2CO3 → CuO + CO2 + membentuk suspense berwarna
kemudian disuspensikan NaCl + H2O kehijauan
dengan 20 ml asam klorida
encer. CuO + H2SO4 → CuSO4 + H2O
2. Ditambahkan beberapa tetes H2O2 dapat Penambahan hidrogen
hidrogen peroksida 30% ke Mengoksidasi zat - zat peroksida menyebabkan
dalam campuran. Kemudian sangat berbahaya suspensi tetap berwarna
diteteskan larutan natrium kehijauan penambahan NaOH
menyebabkan terbentuk
hidroksida 30% sampai pH
gelembung gas dan endapan
larutan berkisar 4-5. berwarna hitam
3. Panaskan larutan tersebut Penambahan serbuk natrium
dengan api yang kecil, karbonat menyebabkan pH = 11
kemudian ditambahkan dan larutan menjadi berwarna
sedikit serbuk Na2CO3 coklat gelap dengan bantuan
pemanasan, endapan coklat
sampai tercapai pH larutan
kehitaman semakin banyak
11-12. dengan pemanasan setelah proses penyaringan maka
akan terbentuk endapan diperoleh residu atau endapan
hitam CuO. Endapan yang berwarna coklat kehitaman dan
terbentuk disaring dan dicuci filtrat tak berwarna
dengan aquades. Filtrat yang
tak berwarna dapat dibuang
ke tempat pembuangan
untuk larutan sisa yang
mengandung halogen.
4. Endapan hitam CuO Asam sulfat merupakan Penambahan H2SO4 50% ke
dimasukkan dalam gelas oksidator kuat, bersifat dalam endapan hitam
beaker, kemudian diteteskan berbahaya menyebabkan terbentuknya
larutan asam sulfat 50% larutan berwarna biru muda
sampai endapan CuO masih
tinggal sedikit dan
didekantasi dengan segera.

5. Larutan didingingkan pada Proses pendinginan larutan di


suhu kamar sehingga terjadi dalam kulkas menyebabkan
proses kristalisasi. Untuk terjadi kristalisasi yakni
menyempurnakan kristalisasi, membentuk kristal berwarna biru
letakkan larutan dalam lemari muda
pendingin (kulkas) selama
semalam.
6. Kristal yang terbentuk dan Diperoleh endapan kristal dan
sisa larutan didekantasi. filtrat yang berwarma biru muda
Kristal dicuci dengan sedikit
air es dan disaring. Kemudian
kristal dikeringkan dalam
desikator.
7. Kristal tembaga vitriol yang Diperoleh kristal tembaga vitriol
terbentuk ditimbang dan sebanyak 3,6145 gram
dibandingkan dengan
tembaga vitriol yang telah
digunakan dalam siklus
percobaan ini.
8. Jika sisa larutan masih Sisa filtrat yang diperoleh sangat
mengandung ion-ion sedikit dan disimpan untuk
tembaga, sisa larutan tersebut didaur ulang.
disimpan untuk percobaan
daur ulang yang akan datang.
VI. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Preparasi CuCl
Larutan CuCl2 yang dibuat dari padatan CuCl2 dilakukan pemanasan agar gas oksigen
yang terlarut didalamnya dapat menghilang, sehingga tidak mengganggu proses selanjutnya.
Larutan tersebut kemudian diukur pH-nya dengan menggunakan indikator universal dan
diperoleh pH-nya sebesar 2.
Penambahan Na2CO3 dilakukan pada larutan CuCl2 untuk mencegah masuknya oksigen
dari udara ke dalam sistem yang mengoksidasi tembaga I menjadi tembaga II. Pada saat
penambahan natrium karbonat ini, terbentuk gelembung – gelembung gas yang merupakan CO2
pelindung atmosfir yang dihasilkan dari penguraian Na2CO3 sebagai berikut:
+ 2-
Na2CO3 → 2 Na (aq) + CO3 (aq)

Ion CO32- akan bereaksi dengan Cu+ untuk menghasilkan Cu2CO3 yang kemudian
bereaksi dengan H+ dari penambahan HCl untuk membentuk H2O dan CO2. reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut:
2Cu+ + CO32- → Cu2CO3(s)
Cu2CO3 + 2H+ → 2Cu+ + H2O + CO2(g)
Selanjutnya ke dalam larutan tersebut ditambahkan semua serbuk Cu yang dihasilkan
pada percobaan sebelumnya dan dipanaskan selama beberapa menit, yang menyebabkan
larutan menjadi berwarna coklat. Pemanasan dilakukan agar semua serbuk dapat terlarut
dengan baik atau sempurna (tidak ada endapan serbuk Cu yang belum terlarut). Pemanasan ini
dijaga, agar tetap suam - suam kuku agar Cu+ yang telah terbentuk tidak teroksidasi lagi
menjadi Cu2+. Reaksi yang terjadi adalah:
2+ +
Cu (aq) + Cu(s) 2 Cu (aq)

Pada larutan ini ditambahkan soda kue untuk membentuk CO2 pelindung atmosfir.
Larutan kemudian dipanaskan dan ditutup dengan kaca arloji, agar tidak ada oksigen yang
masuk ke dalam larutan, yang dapat mengoksidasi Cu+ menjadi Cu2+ kembali. Selama
pemanasan diuapkan 75 mL air dari larutan. Penguapan bertujuan untuk menjaga larutan CuCl2
dari pendesakan ligan Cl- oleh ligan air menurut persamaan berikut:
[CuCl4]2- + 6 H2O [Cu(H2O)6]2+(aq) + 4 Cl-
Setelah penguapan dihentikan, larutan yang berwarna hijau tersebut dimasukkan ke dalam
penangas es kemudian ditambahkan asam sulfat pekat dengan tujuan untuk menstabilkan CuCl
yang terbentuk dari oksidasi oleh oksigen dari udara. Pada saat penambahan asam sulfat pekat
ini, terbentuk larutan kuning muda sedikit kehijauan, kemudian didinginkan terbentuk endapan
berwarna putih dan larutan yang berwarna kuning muda kehijauan yang kemungkinan
mengandung CuCl2,. Selanjutnya, endapan yang diperoleh dipisahkan dengan cara dekantasi
dan dipisahkan dengan filtratnya.
Filtrat hasil dekantasi dipanaskan kembali agar airnya teruapkan sehingga larutan akan
lebih jenuh. Endapan putih ini merupakan CuCl, yang selanjutnya dicuci dengan sedikit etanol
dan didekantasi. Setelah didekantasi dan dicuci dengan sedikit etanol didapat endapan putih
CuCl yang tidak larut dalam [CuCl2]- menurut reksi berikut:
[CuCl2]- → CuCl + Cl-
Daur Ulang Tembaga Vitriol
Hasil preparasi dari percobaan sebelumnya akan didaur ulang untuk memperoleh
tembaga vitriol, dimana padatan CuCl yang diperoleh pada percobaan sebelumnya diletakkan
di tempat yang terbuka. Setelah beberapa saat padatan tersebut berubah warna menjadi hijau.
Hal ini disebabkan karena di tempat terbuka terdapat oksigen yang mampu mengoksidasi Cu +
menjadi Cu2+ kembali, sehingga terbentuk senyawa CuCl2. Kemudian disuspensikan dengan
20 mL HCl encer, terbentuk suspensi yang berwarna hijau. Selanjutnya ditambahkan sisa reaksi
dari percobaan sebelumnya yang berwarna kuning muda kehijauan sehingga terbentuk
campuran berwarna lebih hijau tua.
Larutan ini kemudian ditambahkan H2O2 30 % sebanyak 4 tetes. Tujuan dari penambahan
H2O2 30 % adalah untuk menyempurnakan reaksi CuCl menjadi CuCl2, artinya agar semua Cu+
dapat teroksidasi menjadi Cu2+. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
CuCl + H2O2 → CuCl2 + H2O
Setelah penambahan hidrogen peroksida ini. Larutan masih tetap berwarna hijau dengan
pH yang terukur adalah 0. Kemudian larutan ini ditambahkan larutan NaOH 30 % dan peroleh
pH = 5. Pada saat penambahan NaOH ke dalam larutan timbul endapan hitam dipermukaan
larutan dan lama-kelaman menghilang. Tujuan dari penambahan NaOH ini adalah untuk
menetralkan asam yang berlebihan dalam larutan tersebut.
Larutan tersebut kemudian dipanaskan dengan api kecil, yang selanjutnya ditambahkan
serbuk natrium karbonat (berupa serbuk yang berwarna putih) sambil tetap dipanaskan. Dengan
penambahan natrium karbonat ini, larutan berubah warna menjadi coklat dan terbentuk
gelembung-gelembung gas pada permukaan larutan. Gelembung gas ini merupakan gas CO2
yang dihasilkan dari reaksi sebagai berikut:
CuCl2(aq) + Na2CO3(s) → CuO(s) + NaCl(aq) + CO2

Penambahan Na2CO3 dilakukan sampai pH berkisar 11-12. Oleh karena itu,


penambahan Na2CO3 tetap dilakukan sambil larutan tetap dipanaskan dengan api kecil. Setelah
beberapa kali penambahan Na2CO3, pH larutan diukur kembali dengan menggunakan indikator
universal dan diperoleh pH = 11 serta terbentuk larutan berwarna coklat. Kemudian larutan
tetap dipanaskan agar terbentuk endapan hitam CuO. Pada saat pemanasan ini, larutan yang
mula-mula berwarna coklat, lama kelamaan berubah menjadi hitam dan terbentuk endapan
hitam yang merupakan endapan CuO.
Endapan hitam tersebut kemudian dipisahkan dengan cara disaring. Filtrat yang tak
berwarna, dapat dibuang ke bak cucian karena telah terbebas dari kontaminan. Selanjutnya
endapan yang masih tertinggal dikertas saring di cuci dengan aquades untuk menghilangkan
pengotornya. Selanjutnya, endapan hitam tersebut dipindahkan ke gelas kimia dan
ditambahkan asam sulfat 50%. Tujuan penambahan asam sulfat ini adalah untuk membentuk
tembaga sulfat dengan reaksi:
CuO(s) + H2SO4(aq) → CuSO4(aq) + H2O(i)
Setelah ditambahkan asam sulfat, terbentuk larutan berwarna biru. Kemudian larutan
ini didinginkan dalam lemari pendingin selama satu minggu untuk memperoleh kristal CuSO4
(tembaga vitriol). Setelah melewati proses pendinginan selama satu minggu diperoleh kristal
tembaga vitriol, yang selanjutnya didekantasi. Berdasarkan percobaan bersiklus ini, diperoleh
kembali tembaga vitriol sebanyak 3,6145 g. Oleh karena itu, dapat diperhitungkan % daur ulang
tembaga vitriol yakni sebagai berikut.
massa tembaga vitriol yang diperoleh
Persentase tembaga vitriol yang kembali = × 100%
massa tembaga vitriol awal
3,6145
Persentase tembaga vitriol yang kembali = 5,0027 × 100% = 72,25%
VII. SIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dan uraian pembahasan yang telah
dijabarkan, dapat diberikan beberapa simpulan sebagai berikut:
1. CuCl dapat diperoleh dengan mereaksikan CuCl2 dengan HCl menghasilkan CuCl
sesuai dengan reaksi:
CuCl2 + Cl- → CuCl + Cl2
Kemudian ditambahkan natrium karbonat menghasilkan gas CO2 sesuai dengan
reaksi berikut:
2 Cu2+ + CO32- → Cu2CO3
Cu2CO3 + 2 H+ → 2 Cu2+ + H2O + CO2
2+ +
2 Cu (aq) + Cu(s) → 2 Cu (aq)

2. Daur ulang tembaga vitriol dilakukan dengan mereaksikan CuCl2 dengan Na2CO3
menghasilkan CuO yang selanjutnya direaksikan dengan H2SO4 menghasilkan
CuSO4.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, H. 1990. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik. Bandung: In stitut Teknologi


Bandung.
Cotton and Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : Universitas Indonesia
Gould, Edwin S. 1995. Inorganic Reaction and structure. New York : Holt, Rinehart and
Winston, Inc.
Greenwood, NN and A. Earshou. 1997. Chemistry of the Elements 2nd Edition. Greet Bretonian
: Elseuies Utd.
Sudria, IB dan Manimpan Siregar. 2002. Kimia Anorganik II. Singaraja : IKIP Negeri Singaraja
Svehla. 1990. Buku teks Analisis Anorganik Makro dan Semimakro. Jakarta : PT Kalman
Media Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai