Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA 2

SINTESIS TAWAS ALUM DARI KALENG BEKAS DAN


KARAKTERISASINYA

Dosen Pengampu:
Dr. Sri Wahyuni, M. Si.
Samuel Budi Wardhana Kusuma, S.Si., M.Sc., Ph.D.

Disusun Oleh:
Indah Putri Firnanda
4311420048
(Kelompok 2)

PRODI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2021
I. TUJUAN
Mempelajari proses pembuatan garam rangkap tawas alum.

II. DASAR TEORI


Tawas adalah garam sulfat rangkap terhidrat dengan formula M+M3+(SO4)2.12H2O.
M+ merupakan kation univalent, umumnya Na+, Fe+, Cr+, Ti3+ atau Co3+. Tawas yang biasa
dikenal dalam kehidupan sehari-hari adalah ammonium sulfat dedokahidrat. Beberapa
contoh tawas dan kegunaannya dapat dilihat pada Tabel berikut.

Titik Leleh
No Tawas Formula Kegunaan
(oC)

Natrium aluminium Serbuk


1 sulfat dedokahidrat NaAl(SO4)2.12H2O - pengembang
(tawas natrium) roti

Pemurnian air,
Kalium aluminium sulfat
pengolahan
2 dedokahidrat (tawas KAl(SO4)2.12H2O 92,5oC
limbah, bahan
kalium)
pemadam api

Ammonium aluminium
3 sulfat dedokahidrat NH4Al(SO4)2.12H2O 40oC Acar Ketimun
(tawas ammonium)

Penyamak
Kalium kromium(III)
kulit dan bahan
4 sulfat dedokahidrat KCr(SO4)2.12H2O 94oC
pembuatan
(tawas kromium)
kain tahan api

Ammonium besi(III) Mordan pada


o
5 sulfat dedokahidrat NH4Fe(SO4)2.12H2O 40 C pewarnaan
(tawas besi(III)) tekstil

Tawas umumnya merupakan suatu garam rangkap, yaitu suatu garam yang
terbentuk dari kristalisasi larutan campuran sejumlah ekivalen dua atau lebih garam
tertentu, misalnya FeSO4(NH4)SO4.6H2O dan K2SO4Al2(SO4)3.24H2O. garam rangkap
terbentuk apabila dua garam mengkristal Bersama-sama dengan perbandingan molekul
tertentu. Garam-garam itu memiliki struktur tersendiri dan tidak harus sama dengan
struktur garam komponennya.
Garam rangkap dalam larutan akan terionisasi menjadi ion-ion komponennya,
misal FeSO4(NH4)SO4.6H2O akan terionisasi menjadi Fe2+, SO42-, dan NH4+. Namun bila
suatu garam kompleks dilarutkan, maka akan terion menjadi ion penyusun dan ion
komplekasnya, missal K3[Fe(CN)6] akan terionisasi menjadi K+ dan [Fe(CN)6]3-.
Tawas alum merupakan suatu senyawa alumunium sulfat yang mempunyai rumus
kimia Al2(SO4).12H2O. pembuatan tawas dapat dilakukan dengan melarutkan material
yang mengandung Al2O3 ke dalam asam sulfat. Tawa yang dihasilan bening dan berbentuk
kristal octahedral atau kubus. Tawas dapat larut dalam air namun tidak larut dalam alkohol
san dalam udara bebas bersifat stabil. Senyawa ini bersifat sedikit asam namun dapat
mengalami sedikit perubahan dalam suasana basa karena sifat aluminium yang amfoter
(Ikhsan, 2013).
Tawas alum dapat dibuat salah satunya kaleng bekas karena Sebagian besar kaleng
bekas mengandung aluminium di dalamnya. Aluminium digunakan untuk membentuk
senyawa aluminium sulfat. Namun unsur aluminium ini harus ditambahkan senyawa KOH
terlebih dahulu. Aluminium sulfat mempunyai beragam manfaat dalam bidang kimia,
seperti untuk penjernihan air, pengolahan air limbah, dan pembuatan kertas. Aluminium
sulfat jarang ditemukan dalam bentuk garam anhydrous biasanya aluminium sulfat
membentuk garam gyrous dengan kandungan air (H2O) yang berbeda (Desviani, 2012).
Ion Al(OH-)4 bersifat amfoter yang jika direaksikan dengan asam sulfat akan mengendap
menjadi aluminium hidroksida, namun dapat larut dalam pemanasan.

III. ALAT DAN BAHAN


Alat :
1. Amplas
2. Erlenmeyer 100 mL
3. Corong gelas
4. Gelas ukur 50 mL
5. Gelas arloji
6. Pengaduk gelas
7. Kertas saring
8. Botol semprot
9. Pipet tetes
10. Bunsen dan kaki tiga
11. korek
12. Neraca analitik
13. Pemanas listrik
14. Konduktometer
15. Desikator
16. Timbangan digital
17. Spektrofotometer UV-Vis
18. Aquades
Bahan :
1. Potongan kaleng bekas 1x1 cm
2. KOH 3M
3. H2SO4 6M
4. Etanol
5. Larutan NaCl
6. Larutan CuSO4
7. Larutan MgCl2
8. Larutan FeCl3

III. CARA KERJA


Siapkan 2 buah Erlenmeyer 100 ml

Potongan-potongan kaleng bekas yang sudah diamplas, ditimbang


sebanyak 0,5 gram dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 100 mL.

Tambahkan kalium hidroksida (KOH) dengan konsentrasi 3M


sebanyak 15 mL ke dalam Erlenmeyer dan panaskan dengan api
kecil. Pemanasan dihentikan sampai gelembung gas hilang.

Saring dan dinginkan. Filtrat kemudian ditambahkan 15 mL H2SO4


6M sambil diaduk. Setelah itu, saring Kembali dan filtrat
didinginkan dalam penangas es.

Kristal yang terbentuk dipisahkan dengan penyaringan dan dicuci


dengan 25 mL etanol 50%.
Endapan yang terbentuk dikeringkan kemudian ditimbang.

IV. KARAKTERISASI
1. Menggunakan spektrofotometer UV-Vis
Buat larutan 10 mM tawas yang diperoleh dalam 25 mL akuades.

Ukur absorbansi pada daerah Panjang gelombang 300-800 nm.

2. Menggunakan Konduktometer
Buat larutan CuSO4, MgCl2, FeCl3, dan tawas Al hasil sintesis,
masing-masing dengan konsentrasi 10 mM.

Ukur konduktivitasnya.

V. DATA PENGAMATAN
1. Warna kaleng bekas sebelum diamplas : hijau
2. Warna kaleng bekas setelah diamplas : abu-abu
3. Warna larutan KOH : bening
4. Pengamatan saat potongan kaleng bekas dilarutkan dalam larutan KOH kemudian
dipanaskan : terdapat endapan hitam dan larutan bening
Reaksi : 2Al + 2KOH + 6H2O → 2K[Al(OH)4] + 3H2
5. Penyaringan
Warna dan bentuk filtrat : bening, cair
Warna dan bentuk endpaan : hitam, seperti bubur
6. Warna dan bentuk setelah ditambah dengan H2SO4 : putih, terdapat kristal putih.
Reaksi :
2K[Al(OH)4] + H2SO4 → 2Al(OH)3 + K2SO4 + 2H2O
2Al(OH)3 + 3H2SO4 → Al2(SO4)3 + 6H2O Al2(SO4)3 + K2SO4 + 24H2O →
2KAl(SO4)2.12H2O
7. Warna dan bentuk setelah dicuci dengan etanol : putih, terdapat kristal putih
Reaksi : KAl(SO4)2.12H2O + C2H5OH ↛
8. Warna dan bentuk Endapan akhir : putih, padatan putih
9. Berat endapan : 4,3574 gr
10. Rendemen : 49,42 %
11. Konduktivitas :
CuSO4 : 8,40 mS/cm
MgCl2 : 8,92 mS/cm
FeCl3 : 9,07 mS/cm
Tawas : 9,35 mS/cm

VI. PERHITUNGAN
1. Perhitungan Rendemen :
Reaksi-reaksi yang terlibat dalam praktikum :
2Al + 2KOH + 6H2O → 2K[Al(OH)4] + 3H2
2K[Al(OH)4] + H2SO4 → 2Al(OH)3 + K2SO4 + 2H2O
2Al(OH)3 + 3H2SO4 → Al2(SO4)3 + 6H2O
Al2(SO4)3 + K2SO4 + 24H2O → 2KAl(SO4)2.12H2O
Reaksi total : 2Al + 2KOH + 4H2SO4 + 22H2O → 2KAl(SO4)2.12H2O + 3H2

Mol Mula mula :


𝑔𝑟
• 𝑚𝑜𝑙 𝐴𝑙 = 𝑚𝑟
0,5008
𝑚𝑜𝑙 𝐴𝑙 = 26,98
𝑚𝑜𝑙 𝐴𝑙 = 0,0186

𝑚𝑙
• 𝑚𝑜𝑙 𝐾𝑂𝐻 = 𝑀 . 𝑙
15
𝑚𝑜𝑙 𝐾𝑂𝐻 = 3 .
1000
𝑚𝑜𝑙 𝐾𝑂𝐻 = 0,045

𝑚𝑙
• 𝑚𝑜𝑙 𝐻2 𝑆𝑂4 = 𝑀 .
𝑙
15
𝑚𝑜𝑙 𝐻2 𝑆𝑂4 = 6 . 1000
𝑚𝑜𝑙 𝐻2 𝑆𝑂4 = 0,09

2Al + 2KOH + 4H2SO4 + 22H2O → 2KAl(SO4)2.12H2O + 3H2


m: 0,0186 mol 0,045 mol 0,09 mol
r: 0,0186 mol 0,0186 mol 0,0372 mol 0,0186 mol
s: - 0,0264 mol 0,0528 mol 0,0186 mol

Jadi KAl(SO4)2.12H2O yang dihasilkan yaitu 0,0186 mol.


Menghitung berat teori KAl(SO4)2.12H2O :
𝑔𝑟
𝑚𝑜𝑙 𝐾𝐴𝑙(𝑆𝑂4)2 . 12𝐻2 𝑂 = 𝑚𝑟
𝑔𝑟
0,0186 = 474
𝑔𝑟 = 8,8164

Jadi, secara teori KAl(SO4)2.12H2O yang dihasilkan yaitu 8,8164 gram.

Maka berat Rendemen :


𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘
𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = . 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖
4,3574
𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = . 100%
8,8164
𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = 49,42%

2. Perhitungan massa K[Al(SO4)2].12H2O untuk Karakterisasi


• Spektrofotometer UV-Vis
𝑔𝑟 1000
𝑀 = 𝑚𝑟 . 𝑉
𝑔𝑟 1000
0,01 = .
474 10
4,74
𝑔𝑟 = 100
𝑔𝑟 = 0,0474 𝑔𝑟𝑎𝑚

Jadi, massa K[Al(SO4)2].12H2O yang dibutuhkan untuk membuat larutan 0,01


M sebanyak 10 ml yaitu 0,0474 gram

• Konduktometer
𝑔𝑟 1000
𝑀 = 𝑚𝑟 . 𝑉
𝑔𝑟 1000
0,025 = .
474 50

11,85 = 𝑔𝑟 . 20
11,85
𝑔𝑟 =
20

𝑔𝑟 = 0,5925 𝑔𝑟𝑎𝑚

Jadi, massa K[Al(SO4)2].12H2O yang dibutuhkan untuk membuat larutan 0,025


M sebanyak 50 ml yaitu 0,5925 gram

VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan sintesis tawas alum yang memanfaatkan kaleng
bekas minuman sebagai bahan dasar pembuatan tawas. Hal ini karena kaleng minuman
tersebut mengandung aluminium. Kadar aluminium dalam kaleng sekitar 15.80%. kaleng
minuman yang digunakan ditimbang sebanyak 0,5008 gram dan kaleng diamplas
(dibersihkan) agar zat warna atau pengotor tidak ada dan hanya padatan Aluminium saja
sehingga tawas yang diperoleh bersih. Selanjutnya dipotong kecil-kecil untuk
memudahkan proses reaksi, karena luas permukaan dari suatu zat sangat berpengaruh
pada kecepatan reaksi saat penambahan pelarut. Semakin kecil permukaannya semakin
cepat reaksi yang berlangsung.

Selanjutnya, Kaleng bekas direaksikan dengan KOH sebanyak 15 ml. Reaksi ini
akan menghasilkan asam dan gelembung-gelembung gas di permukaan larutan. Reaksi
dihentikan apabila gelembung gas H2 yang dihasilkan menghilang. Gelembung gas yang
hilang ini menandakan bahwa semua aluminium sudah bereaksi. Untuk mempercepat
reaksi yang berlangsung dilakukan pemanasan. Reaksi dengan KOH ini dilakukan di
almari asam karena sifat KOH yang merupakan basa kuat, korosif, dan mudah terbakar.
Berikut ini merupakan reaksinya Aluminium dengan larutan KOH:

2Al + 2KOH + 6H2O → 2K[Al(OH)4] + 3H2

Pada praktikum ini larutan yang dihasilkan mempunyai warna yang bening dan
terdapat endapan hitam. Setelah larutan dibiarkan hingga dingin, larutan disaring untuk
menghilangkan pengotor yang tersisa dan filtrat yang dihasilkan dapat digunakan lebih
lanjut untuk pembentukan tawas alum.

Sintesis tawas terbentuk dengan adanya penambahan asam sulfat pekat.


Penambahan asam sulfat pekat akan membentuk endapan Al(OH)3. Namun dengan
penambahan asam sulfat yang berlebih akan melarutkan kembali endapan Al(OH) 3 yang
terbentuk dan akan menghasilkan ion Al3+. Penambahaan asam sulfat bertujuan untuk
membentuk kation K+ dan Al3+ yang merupakan unsur penting pembentukan tawas.
Penambahan larutan H2SO4 berlebih dilakukan agar seluruh senyawa K[Al(OH)4] dapat
bereaksi sempurna membentuk K+ san Al3+. Selanjutnya setelah penambahan H2SO4
maka di dalam larutan terdapat ion K+, Al3+, dan SO42-. Ion-ion tersebut apabila
didinginkan maka akan menghasilkan padatan KAl(SO 4)2.12H2O. pada proses ini
pendinginan diperlukan sebab tawas alum akan mudah larut kembali pada temperature
ruangan. Berikut persamaan reaksinya :

2K[Al(OH)4] + H2SO4 → 2Al(OH)3 + K2SO4 + 2H2O


2Al(OH)3 + 3H2SO4 → Al2(SO4)3 + 6H2O
Al2(SO4)3 + K2SO4 + 24H2O → 2KAl(SO4)2.12H2O

Saat penambahan asam sulfat dilakukan pengadukan agar tidak menggumpal


setelahnya disaring untuk memisahkan filtrat dan residu. Residu atau endapan
KAl(SO4)2.12H2O yang dihasilkan kemudian dicuci dengan etanol. Pencucian ini
bertujuan untuk menghilangkan pengotor-pengotor, menyerap kelebihan air, dan
mempercepat pengeringan sampel tawas sebab alkohol relative bersifat volatil, karena
etanol mampu menyerap kelebihan air yang ada pada tawas. Etanol digunakan karena
tawas tidak mudah untuk larut dalam etanol. Kristal yang sudah dicuci ini kemudian
dikeringkan selama 7 malam di dalam desikator dan ditimbang bobot sampel tawas yang
diperoleh. Sampel yang sudah kering kemudian ditimbang kembali dan didapatkan berat
padatan yaitu sebesar 4,3574 gram. Dan Rendemen yang diperoleh untuk praktikum
tawas ini yaitu sebesar 49,42%.

Sampel tawas yang didapatkan tersebut kemudian di uji karakterisasi melalui


spektrofotometer UV-Vis dan Konduktometer. Pada metode spektrofotometer UV-Vis
digunakan larutan tawas alum dengan konsentrasi 0,01 M sebanyak 10 ml. Larutan ini
dibuat dengan melarutkan tawas alum sebanyak 0,0475 gram dengan 10 ml aquades.
Sedangkan untuk konduktometer digunakan larutan alum dengan konsentrasi 0,025 M
sebanyak 50 ml. larutan ini dibuat dengan melarutkan tawas alum sebanyak 0,5929 gram
dengan 50 ml aquades.

Pada karakterisasi dengan spektrofotometer UV-Vis untuk tawas bertujuan untuk


mengukur Panjang gelombang maksimum dari tawas alum dengan pengukuran
absorbansi antara Panjang gelombang ultraviolet yaitu 200 – 400 nm. Berikut merupakan
grafik hasil pengukuran absorbansi tawas alum dari beberapa kelompok :

Grafik Absorbansi Kelompok 1


Grafik Absorbansi Kelompok 2

Grafik Absorbansi Kelompok 3

Dari ketiga grafik diatas dapat dilihat bahwa ketiganya bukan grafik yang baik,
disebabkan 3 sampel yang digunakan, untuk tiap kelompok, menunjukkan absorbansi
yang sangat berbeda di tiap Panjang gelombang yang sama, selain itu terdapat sampel
yang tidak terbaca absorbansinya di Panjang gelombang tertentu. Hal ini dapat
disebabkan kesalahan dalam pengenceran dan atau sampel yang digunakan mempunyai
konsentrasi yang terlalu pekat. Jika dilihat dari grafik kelompok 1, 2, dan 3 secara
berturut-turut tidak dapat ditentukann Panjang gelombang maksimumnya karena tiap
sampel dari larutan yang sama memiliki absorbansi maksimum yang berbeda. Sehingga
dapat dikatakan bahwa data yang diperoleh ini tidak valid.

Menurut penelitian terhadap K[Al(SO4)2].12H2O yang dilakukan oleh Dr. Abdul


Amir Khalaf Arat, tawas alum tersebut mempunyai absorbansi maksimum di Panjang
gelombang berkisar 230-240 nm. Sehingga Panjang gelombang yang diharapkan dari
karakterisasi tawas alum secara spektrofotometer UV-Vis ini yaitu berkisar 230-240 nm.
Dari ketiga data tersebut kelompok 3 lah yang mendekati dengan angka ini.

Karakterisasi selanjutnya yaitu secara konduktometer. Konduktometer memiliki


prinsip yaitu menghitung nilai konduktivitas dari ion total suatu larutan. Dengan mengacu
pada nilai hasil konduktometer dari larutan standar yang sudah pasti jumlah ionnya. Pada
kali ini digunakan tiga larutan standar yaitu CuSO4, MgCl2, dan FeCl3, yang masing-
masing memiliki jumlah ion yang berbeda. Jumlah ion dari 3 larutan standar tersebut
secara berturut-turut yaitu 2, 3, dan 4. Jika larutan sampel di uji secara konduktometer
dan didapatkan hasilnya mendekati salah satu hasil dari larutan standar, maka jumlah ion
sampel tersebut sama dengan jumlah ion larutan standar. Berikut ini merupakan ionisasi
dari tiga larutan standar yang digunakan.

CuSO4 → Cu2+ + SO42- … Jumlah ion = 2


MgCl2 → Mg2+ + 2Cl- … Jumlah Ion = 3
FeCl3 → Fe3+ + 3Cl- … Jumlah Ion = 4

Dari karakterisasi konduktometer didapatkan hasil untuk CuSO4, MgCl2, dan FeCl3
sebesar 8,40, 8,92, dan 9,07 mS/cm. Sedangkan untuk tawas alum sebesar 9,35 mS/cm.
Dari data tersebut diketahui bahwa nilai tawas alum mendekati nilai FeCl 3 sehingga
diketahui bahwa jumlah ion yang ada pada tawas alum yaitu 4 ion. Hal ini sudah sesuai
dengan jumlah ion dari tawas alum K[Al(SO4)2].12H2O yaitu 4. Sehingga data yang
diperoleh merupakan data yang valid. Berikut merupakan ionisasi dari tawas alum :

K[Al(SO4)2].12H2O → K+ + Al3+ + 2SO42- + 12H2O


VIII. KESIMPULAN
Pada praktikum ini dapat disimpulkan bahwa dari 0,5008 gram kaleng bekas yang
disintesis didapatkan hasil tawas alum K[Al(SO4)2].12H2O sebesar 4,3574 gram dengan
rendemen sebesar 49,42%. Selanjutnya tawas alum yang didapatkan ini diuji secara
spektrofotometer UV-Vis dan Konduktometer. Secara Spektrofotometer UV-Vis data
dari 3 kelompok dapat dikatakan tidak valid, namun hanya kelompok 3 saja yang
mendekati Panjang gelombang maksimum. Panjang gelombang maksimum yang
diharapkan yaitu berkisar 230-240 nm yang termasuk Panjang gelombang ultraviolet.
Selanjutnya, dari hasil pengukuran konduktometer dapat disimpulkan bahwa pada tawas
alum terdapat 4 ion dan ini sudah sesuai dengan hasil ionisasi dari K[Al(SO4)2].12H2O.
DAFTAR PUSTAKA
Arat, Dr. Abdul Amir Khalaf. 2014. Effect of Increasing The Concentration of
KAl(SO4)2.12H2O On Some Optical Properties Of The Solutions Prepared.
Iraq : University of Babylon.
Desviani, Amanda P. 2012. Evaluasi Pemberian Dosis Koagulan Aluminium Sulfat
Cair Dan Bubuk Pada Sistem Dosing Koagulan Di Instalasi Pengolahan Air
Minum PT. Krakatau Tirta Industri. Skripsi, Institut Pertanian Bogor.
Fitri, Nurul. 2017. Sintesis Kristal Tawa [KAl(SO4)2.12H2] dari Limbah Kaleng
Bekas Minuman. Skripsi. Universitas Islam Negri Alauddin Makassar.
Ikhsan, Juslin. 2014. Pengaruh Mordan Sintesis Dari Limbah Kaleng Terhadap
Daya Ikat dan Laju Lepas Zat Warna Methyl Violet oleh Serat Kain. Jurnal
Penelitian saintek, UNY. Vol 19, No 1 . Yogyakarta.
Tim Dosen Kimia. 2021. Petunjuk Praktikum Kimia 2. Semarang : Universitas
Negeri Semarang.
LAMPIRAN
Sintesis Tawas Alum
No Gambar Keterangan

Pemanasan kaleng bekas


1.
dengan KOH

2. Larutan didinginkan
3. Penyaringan larutan

Pencucian endapan dari


4.
filtrat dengan etanol 50%.
Tawas alum
5. K[Al(SO4)2].12H2O setelah
pengeringan selama 7 malam.

Karakterisasi Tawas Alum


No Gambar Keterangan

Penimbangan Tawas Alum


1.
Untuk Karakterisasi

Tawas alum yang


2. dibutuhkan untuk
karakterisasi
Larutan tawas alum 0,01 M
3. untuk uji Spektrofotometer
UV-Vis

Larutan tawas alum 0,025


4.
M untuk uji Konduktometer

Pengujian Spektrofotometer
5.
UV-Vis
6. Pengujian Konduktometer

Anda mungkin juga menyukai