Anda di halaman 1dari 13

2018_KM221_Laporan_Kimia_Koordinasi

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KOORDINASI


PEMBUATAN GARAM KOMPLEKS DAN GARAM RANGKAP

Disusun Oleh:
1. Yovanni Aurellia (652017001)

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
2018
2018_KM221_Laporan_Kimia_Koordinasi

HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KOORDINASI

Judul : Pembuatan Garam Kompleks dan Garam Rangkap


Nama : Yovanni Aurellia
NIM : 652017001
Partner :
1. Muhamad Ichsan Ariyanto/652017015
2. Maryani/652017017
Pertemuan Ke- : 1 (31 Oktober 2018 dan 1 November 2018)

Salatiga, 12 November 2018

Menyetujui,

Laboran Asisten

Yohanes Slamet Widodo Muhammad Syaiful Ampri


2018_KM221_Laporan_Kimia_Koordinasi

Pembuatan Garam Kompleks dan Garam Rangkap

Yovanni Aurellia 1,*


1
Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga,
Jawa Tengah 50711

*652017001@student.uksw.edu

ABSTRAK

Praktikum ini bertujuan untuk membuat dan menentukan sifat-sifat garam


kompleks dan garam rangkap. Selain itu, akan ditentukan juga persen yield yang
dihasilkan masing-masing garam. Garam rangkap kupriammonium sulfat,
CuSO4•(NH4)2SO4•6H2O dibuat dengan cara mereaksikan CuSO4•5H2O dengan (NH4)2SO4.
Garam kupriammonium sulfat ini berwarna biru muda dan dalam air akan terionisasi
menjadi ion-ion penyusunnya serta tidak berwarna dan tidak berbau saat dipanaskan.
Massa kristal garam rangkap yang dihasilkan sebanyak 9,02 gram dan persen yield nya
112,89 %. Garam kompleks tetraammincopper(II) sulfat monohidrat, Cu(NH3)4SO4•H2O
dibuat dengan mereaksikan CuSO4•5H2O dan NH3. Garam kompleks ini berwarna biru tua
dan akan terionisasi menjadi ion-ion kompleks dalam air. Bila garam kompleks
dipanaskan,warna menjadi hijau kebiruan dan berbau menyengat. Massa kristal garam
kompleks yang didapatkan sebanyak 4,91 g dan persen yield nya 77,20 %.
Kata Kunci: Garam rangkap, garam kompleks, kupriammonium sulfat,
tetraammincopper(II) sulfat monohidrat.

PENDAHULUAN
Suatu garam yang terbentuk lewat kristalisasi dari larutan campuran sejumlah ekivalen
dua atau lebih garam tertentu disebut garam rangkap. Contoh dari garam rangkap adalah garam
alumina, KAI(SO4)2•12H2O, Fe(NH3)2(SO4)•6H2O (feroammonium sulfat), CuSO4•(NH3)2SO4•6H2O
(kupri ammonium sulfat). Garam-garam itu memiliki struktur tersendiri dan tidak harus sama
dengan struktur garam komponennya (Harjadi, 1993). Garam rangkap dalam larutan akan
terionisasi menjadi ion-ion komponennya (Day, 1999).
Garam kompleks ialah suatu satuan baru yang terbentuk dari satuan-satuan yang dapat
berdiri sendiri, tetapi membentuk ikatan baru dalam kompleks itu. Dalam hal ini, garam kompleks
yang terbentuk masing-masing berisi sebuah komponen, tetapi ada pula yang terdiri dari lebih
banyak komponen. Garam kompleks ini dikenal juga sebagai senyawa koordinasi. Contoh dari
garam kompleks adalah heksamminkobalt(III) kloroda (Co(NH3)6Cl3), kalium heksasianoferat(III)
(K3Fe(CN)6), dan tetraammincopper(II) sulfat monohidrat, Cu(NH 3)4SO4•H2O (Harjadi, 1993).
Pembentukan senyawa kompleks koordinasi ialah perpindahan satu atau lebih pasangan
elektron dari ligan ke ion logam, maka ligan bertindak sebagai pemberi elektron dan ion logam
sebagai penerima elektron. Akibat dari perpindahan kerapatan elektron ini, pasangan elektron jadi
milik bersama antara ion logam dan ligan, sehingga terbentuk ikatan pemberi-penerima elektron.
2018_KM221_Laporan_Kimia_Koordinasi

Keadaan-keadaan antara mungkin saja terjadi. Namun, jika pasangan elektron itu terikat kuat,
maka ikatan kovalen sejati dapat terbentuk. Proses pembentukan ikatan antara pemberi-penerima
elektron tersebut dapat dituliskan dengan persamaan :
M + :L ↔ M:L
Dimana M = ion logam, dan L = ligan yang memiliki pasangan elektron (Rivai, 1995).
Garam kompleks dapat membantu dalam dasar penetapan titrimetri, mencakup
pembentukan kompleks atau ion kompleks yang larut namun sedikit sekali terdisosiasi. Satu
contoh adalah reaksi ion perak dengan ion sianida untuk membentuk ion kompleks Ag(CN) 2– yang
sangat stabil (Day, 1999). Bila suatu garam kompleks dilarutkan, akan terjadi pengionan atau
disosiasi, sehingga akhirnya terbentuk kesetimbangan antara kompleks yang tersisa (tidak
berdisosiasi) (Harjadi, 1993).
Beberapa garam dapat mengkristal dari larutannya dengan mengikat sejumlah molekul air
sebagai hidrat. Hidrat merupakan zat yang rumus molekulnya mengandung sejumlah molekul air.
Pada hidrat CuSO4•5H2O empat molekul H2O akan berhubungan dengan tembaga ion kompleks
[Cu(H2O)4]2+ dan yang kelima dengan SO42- melalui ikatan hidrogen. Kemungkinan lain untuk
membentuk hidrat ialah molekul air dapat bergabung dengan posisi tertentu pada Kristal pada
tetapi tidak berhubungan dengan kation dan anion tertentu (Petrucci, 1985).
Percobaan kali ini bertujuan untuk membuat garam rangkap kupriammonium sulfat,
CuSO4•(NH3)2SO4•6H2O dan garam kompleks tetraammincopper(II) sulfat monohidrat, Cu(NH-
) SO4•H2O lalu menentukan massa kristal dan % yield yang dihasilkan dari garam yang telah
3 4

dibuat. Percobaan ini juga dilakukan untuk menentukan sifat-sifat dan membandingkan antara
sifat garam tunggal, sifat garam rangkap, dan sifat garam kompleks.

EKSPERIMEN
Pembuatan Garam Kompleks dan Garam Rangkap

Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah 6 buah tabung reaksi, 2 buah gelas
beaker 100 mL, 2 buah cawan petri, 2 buah kertas saring, 2 buah batang pengaduk, 1 set
pembakar bunsen, 2 buah corong, 1 buah pipet tetes, 2 buah spatula, 1 set neraca analitik, 3 buah
pipet ukur 10 mL, 1 buah labu takar, 1 set oven dan desikator.
Bahan-bahan yang digunakan adalah CuSO 4•5H2O, (NH4)2SO4, akuades, NH3 6 M dan 15 M,
etanol, dan kristal kupri sulfat anhidrit.

Prosedur Kerja
2018_KM221_Laporan_Kimia_Koordinasi

A. Pembuatan Garam Rangkap Kupri ammonium sulfat, CuSO4•(NH4)2SO4•6H2O


1. Dilarutkan 0,02 mol CuSO4•5H2O (4,99 gram) dan 0,02 mol ammonium sulfat, (NH 4)2SO4
(2,64 gram) dengan 10 mL aquades dalam beaker glass 100 mL. Dipanaskan secara pelan-
pelan sampai semua garam larut sempurna.
2. Dibiarkan larutan tersebut menjadi dingin pada temperatur kamar sampai terbentuk
kristal dan dibiarkan selama 1 malam agar diperoleh kristal yang banyak.
3. Disaring kristal dengan kertas saring. Kristal yang diperoleh berbentuk monoklin.
4. Dikeringkan kristal dengan dimasukkan ke dalam oven selama ± 10 menit kemudian
dimasukkan ke dalam desikator selama ± 5 menit.
5. Ditimbang kristal yang dihasilkan dan dicatat jumlah mol reaktan dan mol Kristal hasil.
Dihitung persen hasilnya.

B. Pembuatan Garam Kompleks Tetraammincopper(II) sulfat monohidrat,


Cu(NH3)4SO4•H2O
1. Ditempatkan 8 mL larutan ammonia 15 M dan diencerkan dengan 5 mL aquades dalam
beaker glass 100 mL.
2. Ditimbang 0,02 mol CuSO 4•5H2O (4,99 gram) yang berbentuk bubuk. Ditambahkan
kristal itu ke dalam larutan ammonia dan diaduk sampai semua kristal larut.
3. Ditambahkan 8 mL etanol secara pelan-pelan melalui dinding beaker glass sehingga
larutan tertutupi oleh alkohol. Jangan diaduk atau digoyang. Ditutup dengan cawan petri
dan dibiarkan selama 1 malam.
4. Setelah didiamkan satu malam, diaduk pelan-pelan agar kristal mengendap secara
sempurna. Dipisahkan kristal yang terbentuk dengan kertas saring yang diketahui
massanya dan dicuci dengan 5 mL campuran larutan ammonia 15 M dengan 5 mL etanol.
5. Dicuci sekali lagi kristal dalam corong dengan 5 mL etanol.
6. Ditimbang kristal kering yang dihasilkan dan ditentukan mol ammonia yang diperlukan.

C. Perbandingan Beberapa Sifat Garam Tunggal, Garam Rangkap, dan Garam Kompleks
1. Ditempatkan sedikit kristal kupri sulfat anhidrit ke dalam tabung reaksi kecil kering.
Dicatat perubahan warna yang terjadi apabila sedikit aquades ditambahkan. Kemudian
tabung tersebut dikocok dan diamati perubahannya.
2. Ditambahkan larutan ammonia 6 M tetes demi tetes sampai 5 mL ke dalam tabung
reaksi yang berbeda dan terdapat sedikit kristal kupri sulfat anhidrit di dalamnya. Diamati
perubahan yang terjadi. Kemudian tabung tersebut dikocok dan diamati perubahannya.
Dicatat hasil pengamatannya.
2018_KM221_Laporan_Kimia_Koordinasi

3. Dilarutkan sedikit garam rangkap hasil percobaan bagian a dalam 5 mL aquades pada
tabung reaksi. Kemudian tabung tersebut dikocok dan diamati perubahannya. Dilakukan
pula terhadap garam kompleks hasil percobaan bagian b pada tabung reaksi yang
berbeda. Dibandingkan warna larutan dan ditentukan jenis ion apa yang menyebabkan
adanya perbedaan warna.
4. Diencerkan setiap larutan dengan 10 mL aquades. Kemudian tabung tersebut dikocok
dan diamati perubahan warnanya.
5. Dimasukkan sejumlah garam kering hasil percobaan bagian a dan b ke dalam tabung
reaksi yang berbeda. Dipanaskan pelan-pelan masing-masing tabung dan dicatat
perubahan warnanya. Diamati gas apa yang dibebaskan oleh setiap sampel.

JAWAB PERTANYAAN
1. Dalam langkah bagian c.1, tentukan ion-ion Cu apa saja yang terbentuk dan tuliskan
strukturnya!
Jawab : Ion yang terbentuk pada percobaan ini adalah
CuSO4 + 4NH3  (Cu(NH3)4)2+ + SO42-
CuSO4 + 4H2O  (Cu(OH)4)2+ + SO42-
2. Jenis ion apa saja yang ada apabila garam rangkap kupri ammonium sulfat dilarutkan
dalam air ?
Jawab : Ion yang terbentuk pada garam rangkap + air adalah Cu 2+ , SO42- , dan NH4+
3. Jenis ion apa saja yang ada apabila garam kompleks tetraammincopper(II) sulfat
dilarutkan ke dalam sedikit air? Bagaimanakah perubahan yang terjadi bila dilarutkan
dalam air berlebih?
Jawab : Garam kompleks + air
Cu(NH3)4(SO4)2•5H2O → Cu(NH3 )42+ + SO42- + 5H2O
Garam kompleks + air berlebih
Cu(NH3)4(SO4)2•5H2O + 4H2O → (Cu(H2O )4)2+ + 4 NH3
4. Jelaskan perubahan-perubahan yang terjadi apabila garam-garam itu dipanaskan!
Jawab : Garam rangkap saat dipanaskan tidak berubah warna,mengeluarkan gas berwarna
putih dan tidak berbau karena yang dilepas adalah uap H 2O. Perubahan warna yang tidak
terjadi pada larutan garam rangkap disebabkan pemanasan memberi kenaikan level energi
pada splitting dari orbital d pada logam Cu, sehingga jarak dari orbital eg ke t2g menjadi
lebik jauh sehingga eksitasi elektron agak sulit dan tidak terjadi perubahan warna yang
berarti.
2018_KM221_Laporan_Kimia_Koordinasi

Garam kompleks saat dipanaskan akan berubah warna dari biru tua menjadi biru
kehijauan karena Cu(II) yang teroksidasi menjadi Cu(III), mengeluarkan gas berwarna
putih dan berbau menyengat karena melepas gas ammonia.
5. Berdasarkan hasil percobaan di atas, sebutkan jenis-jenis komponen penyusun Kristal
garam berikut ini :
a. Kupri sulfat (anhidrit)
Jawab : CuSO4 (Cu2+ dan SO42-)
b. Kupri sulfat pentahidrat
Jawab : CuSO4·5H2O (Cu2+ , SO42-, dan 5 H2O)
c. Kupri ammonium sulfat heksahidrat
Jawab : CuSO4•(NH4)2SO4•6H2O (Cu2+ , SO42-, NH4+ , dan 6 H2O)
d. Tetrammintembaga(II) sulfat monohidrat
Jawab : Cu(NH3)4SO4•H2O (Cu2+ , SO42-, NH3 , dan H2O)

HASIL DAN DISKUSI


A. Pembuatan Garam Rangkap Kupri ammonium sulfat, CuSO4•(NH4)2SO4•6H2O
Percobaan yang pertama adalah pembuatan garam rangkap kupri ammonium sulfat
heksahidrat. Sebanyak 4,99 gram kristal CuSO 4•5H2O dan 2,64 gram kristal (NH4)2SO4 ditimbang
lalu dilarutkan dalam gelas beaker yang berisi 10 ml akuades sehingga menghasilkan larutan yang
berwarna biru muda. Larutan kemudian dipanaskan agar kristal dapat larut dan mempercepat
proses reaksi (semakin banyak molekul yang bertumbukan). Larutan kemudian dibiarkan menjadi
dingin pada suhu kamar selama 1 malam sampai terbentuk kristal. Setelah 1 malam, kristal
disaring dengan kertas saring (diketahui massanya) untuk memisahkan kristal dari larutannya.
Kristal yang diperoleh dikeringkan dengan oven ±10 menit dan didesikator ±5 menit agar air yang
masih ada pada kristal menguap sehingga diperoleh kristal yang benar-benar kering. Setelah itu,
kristal ditimbang dan didapatkan massa kristal 9,02 gram dengan %yield sebesar 112,89%
berdasarkan pada perhitungan dibawah ini :
Massa kertas saring + cawan petri = 39,81 gram
Massa kertas saring + cawan petri + kristal = 48,83 gram
Massa kristal = 9,02 gram

CuSO4•5H2O + (NH4)2SO4 + H2O CuSO4•(NH4)2SO4•6H2O

M: 0,02 mol 0,02 mol -


R : 0,02 mol 0,02 mol 0,02 mol
2018_KM221_Laporan_Kimia_Koordinasi

S : - - 0,02 mol

Persen yield yang dihasilkan melebihi 100% atau dengan kata lain melebihi massa teoritis
nya. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh :
1. Masih banyaknya zat lain selain kristal yang ikut mengendap.
2. Pada saat setelah pemanasan, seharusnya larutan dibiarkan dingin pada suhu ruang
terlebih dahulu sebelum ditutup, namun pada saat larutan masih panas, larutan
sudah dututup terlebih dahulu sehingga mempengaruhi pembentukan kristal.
3. Pada saat proses pengeringan, kristal tidak benar-benar kering secara merata, karena
bagian dalam kristal masih sedikit basah, sehingga kandungan air ikut tertimbang.
Kristal kupri ammonium sulfat heksahidrat dibentuk berdasarkan reaksi :
CuSO4•5 H2O + (NH4)2•SO4 + H2O  CuSO4 (NH4)2 SO4•6 H2O (1)
Dari hasil reaksi di atas terlihat bahwa terbentuk garam kupri ammonium sulfat
heksahidrat, CuSO4•(NH4)2SO4•6H2O merupakan garam rangkap, karena garam rangkap dibentuk
apabila dua garam mengkristal bersama-sama dengan perbandingan molekul tertentu/ekuivalen.
Garam-garam itu memiliki struktur sendiri dan tidak harus sama dengan struktur garam
komponennya.
B. Pembuatan Garam Kompleks Tetraammincopper(II) sulfat monohidrat,
Cu(NH3)4SO4•H2O
Percobaan yang kedua adalah pembuatan garam rangkap Tetraammincopper(II) sulfat
monohidrat. Sebanyak 4,99 gram kristal CuSO4•5H2O ditimbang lalu dilarutkan dalam gelas beaker
yang berisi campuran 8 mL ammonia 15 M dengan 5 ml akuades yang sudah dilarutkan terlebih
dahulu. Pada pembuatan garam ini, larutan ammonia berfungsi sebagai penyedia ligan, dengan
kristal CuSO4•5H2O yang berfungsi sebagai penyedia atom pusat. Pengenceran dengan akuades
berfungsi agar H2O ini sebagai pengkompleks Cu2+ yang kemudian ligan H2O ini diganti oleh NH3
karena NH3 sebagai ligan kuat yang dapat mendesak ligan netral H 2O sehingga warnanya berubah
2018_KM221_Laporan_Kimia_Koordinasi

dari biru menjadi biru tua. Warna biru yang terjadi disebabkan oleh terbentuknya ion kompleks
tetraamin tembaga(II) [Cu(NH3)4]2+ (Cotton dan Wilkinson,1989).
Kemudian ditambahkan etanol secara perlahan melalui dinding gelas agar alkohol tidak
bercampur dengan larutan melainkan dapat menutupi larutan. Karena jika tercampur, etanol
dapat bereaksi dengan atom pusat Cu2+ membentuk Cu(OH)2. Reaksinya:
Cu2+ + 2OH-  Cu(OH)2 (2)
Adapun fungsi etanol untuk mencegah terjadinya penguapan pada ammonia, karena
apabila ammonia menguap, maka ligan akan habis sebab ammonia merupakan penyedia ligan.
Larutan kemudian dibiarkan menjadi dingin pada suhu kamar selama 1 malam sampai terbentuk
kristal. Reaksinya:

CuSO4•5H2O + 4 NH3 Cu(NH3)4SO4•5H2O (3)

Setelah 1 malam, kristal disaring dengan kertas saring (diketahui massanya) untuk
memisahkan kristal dari larutannya. Setelah itu kristal dicuci dengan ammonia 15 M untuk
menarik sisa ammonia yang tidak bereaksi dan dengan etanol untuk mengikat air serta zat
pengotor dengan perbandingan sama (1:1) (digunakan 5 mL etanol dan 5 mL ammonia 15 M).
Pencucian dilakukan lagi menggunakan etanol 5 ml untuk mencegah terjadinya ionisasi, karena
jika ditambahkan dengan akuades garam akan terionisasi menjadi ion-ion penyusunnya.
Kristal yang diperoleh dikeringkan dengan oven ±10 menit dan didesikator ±5 menit agar
air yang masih ada pada kristal menguap sehingga diperoleh kristal yang benar-benar kering.
Setelah itu, kristal ditimbang dan didapatkan massa kristal 4,91 gram dengan %yield sebesar
77,20% berdasarkan pada perhitungan dibawah ini :
Massa kertas saring + cawan petri = 43,64 gram
Massa kertas saring + cawan petri + kristal = 48,55 gram
Massa kristal = 4,91 gram

n NH3 mula-mula =

CuSO4•5H2O + 4 NH3 Cu(NH3)4SO4•5H2O

M: 0,02 mol 0,12 mol -


2018_KM221_Laporan_Kimia_Koordinasi

R: 0,02 mol 0,08 mol 0,02 mol


S: - 0,04 mol 0,02 mol

Persen yield yang dihasilkan kurang dari 100% atau dengan kata lain kurang dari massa
teoritis nya namun hasil yang didapat sudah cukup baik. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh
masih adanya kristal yang belum ikut mengendap.
C. Perbandingan Beberapa Sifat Garam Tunggal, Garam Rangkap, dan Garam Kompleks
Pada percobaan terakhir ini, dibandingkan sifat antara garam tunggal, garam rangkap, dan
garam kompleks. Pertama, secara kualitatif dimasukkan garam tunggal kupri sulfat anhidrit ke
dalam tabung reaksi dan ditambahkan akuades secukupnya. Pada saat penambahan, garam tidak
larut, namun saat tabung dikocok, garam menjadi larut dan warna larutan menjadi biru muda.
Garam tunggal Cu(II) ini memiliki warna biru dalam bentuk hidrat, padat maupun dalam larutan
air, warna ini khas untuk ion tetra akuokuprat(II) (Vogel, 1990). Reaksi yang terjadi pada garam
tunggal adalah sebagai berikut :
CuSO4 + 4H2O  (Cu(OH)4)2+ + SO42- (4) (Vogel, 1990)
Kemudian dimasukkan lagi garam kupri sulfat anhidrit ke dalam tabung reaksi berbeda
secara kualitatif dan ditambahkan sedikit ammonia. Sebelum dikocok, garam tidak larut dan
membentuk 2 endapan yaitu endapan biru muda dan endapan biru tua dengan warna larutan
sedikit biru. Setelah ditambah akuades dan dikocok, masih terdapat 2 endapan yaitu endapan biru
muda dan biru tua serta larutan menjadi berwarna biru tua. Kupri sulfat anhidrit merupakan
penyedia atom pusat dan H2O merupakan penyedia ligan. Ketika direaksikan lagi dengan NH3 yang
merupakan penyedia ligan dihasilkan larutan biru tua. Terjadinya perubahan warna larutan karena
terjadi pergantian ligan H2O menjadi NH3. Reaksinya :
CuSO4 + 4NH3  (Cu(NH3)4)2+ + SO42- (5)
Hasil percobaan garam tunggal ini dapat dilihat lebih lengkap dan jelas pada Tabel 1.
Tabel 1. Tabel Sifat Garam Tunggal pada Beberapa Perlakuan
Perlakuan Hasil
Garam kupri sulfat anhidrit + akuades Tidak larut, ada endapan biru
Garam kupri sulfat anhidrit + akuades + Larut, berwarna biru muda
dikocok
2018_KM221_Laporan_Kimia_Koordinasi

Garam kupri sulfat anhidrit + ammonia Tidak larut, ada endapan berwarna biru tua dan
biru muda, warna larutan sedikit biru
Garam kupri sulfat anhidrit + akuades + Tidak larut, ada endapan berwarna biru tua dan
ammonia + dikocok biru muda, warna larutan semakin gelap

Berikutnya, diuji dan dibandingkan sifat dari garam rangkap dan garam kompleks dengan
melarutkannya dalam akuades yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 2. Saat garam rangkap
dilarutkan dalam 5 mL akuades, garam tidak larut dan kristal biru muda masih mengendap, lalu
ketika tabung dikocok, kristal larut dan membentuk larutan berwarna biru muda. Lalu, larutan
diencerkan dengan akuades hingga 10 mL dan menghasilkan larutan biru muda yang semakin
encer. Hal ini karena garam rangkap terurai menjadi ion-ion penyusunnya sehingga menghasilkan
warna biru muda encer. Adapun reaksinya:
CuSO4(NH4)2 SO4•6 H2O + H2O  Cu2+ + 2 SO42- + 2 NH4+ + 7H2O (6)
Dilakukan hal yang sama terhadap garam kompleks yaitu dilarutkan dalam 5 mL akuades.
Saat dilarutkan, garam kompleks tidak larut dan masih ada endapan biru tua. Saat dikocok, garam
larut sebagian dan dihasilkan larutan berwarna biru tua. Ketika diencerkan dengan akuades hingga
10 mL, terdapat 2 lapisan yang terbentuk (warna biru tua pada bagian bawah dan putih/biru muda
pada bagian atas). Setelah dikocok, warna larutan menjadi lebih muda dan tersisa sangat sedikit
endapan. Hal ini karena garam kompleks terurai menjadi ion-ion kompleksnya dalam air. Adapun
reaksinya:
Cu(NH3)4SO4•H2O + H2O  [Cu(NH3)4]2+ + SO42- + 2 H2O (7)
Perbedaan warna dalam 1 garam terjadi karena kepekatan atau konsentrasi garam
berbeda saat dilarutkan dalam 5 mL akuades dan 10 mL akuades. Warna semakin pekat apabila
konsentrasi semakin besar pula.
Tabel 2. Tabel Perbandingan Sifat Garam Rangkap dengan Garam Kompleks pada Penambahan
Akuades dan Pengenceran
Perlakuan Garam Percobaan A Garam Percobaan B
Ditambah 5 mL akuades Tidak larut, ada endapan biru Tidak larut, ada endapan
muda biru tua
Ditambah 5 mL akuades + Larut, berwarna biru muda Larut, ada sedikit endapan
dikocok biru tua
Ditambah 10 mL akuades Larut, warna semakin Masih ada endapan,
muda/pudar terbentuk 2 lapisan yaitu
lapisan bawah berwarna biru
tua dan lapisan atas
berwarna putih
Ditambah 10 mL akuades + Tetap berwarna biru muda Larut, berwarna lebih muda,
dikocok masih ada sedikit endapan

Perlakuan yang terakhir adalah memanaskan garam rangkap dan garam kompleks kering
selama beberapa menit, hasilnya seperti pada Tabel 3. Seharusnya saat kristal garam rangkap
2018_KM221_Laporan_Kimia_Koordinasi

dipanaskan tidak menimbulkan bau karena melepaskan uap H2O seperti pada reaksi (8), namun
berdasarkan pengamatan kami, kristal sedikit meleleh serta menimbulkan sedikit bau
merangsang. Kristal garam kompleks saat dipanaskan tidak meleleh dan berwarna tetap biru tua
serta menghasilkan bau gas merangsang (dalam hal ini ammonia (NH3)) seperti pada reaksi (9).
Seharusnya timbul warna hijau kebiruan pada larutan garam kompleks karena terbentuknya
endapan. Endapan berasal dari Cu(II) yang teroksidasi menjadi Cu(III) karena adanya pemanasan.
Kesalahan / tidak sesuainya hasil dengan literatur kemungkinan disebabkan oleh kurangnya
pemanasan dan jumlah garam yang dimasukkan terlalu sedikit sehingga sulit diamati. Adapun
reaksinya:

CuSO4(NH4)2SO4•6 H2O CuSO4 + (NH4)2SO4 + 6 H2O ↑ (8)

Cu(NH3)4SO4•H2O CuSO4 + H2O + ↑ NH3 (9)

Tabel 3. Tabel Perbandingan Sifat Garam Rangkap dengan Garam Kompleks pada Proses
Pemanasan
Perlakuan Garam Percobaan A Garam Percobaan B
Dipanaskan Warna awal biru muda menjadi Warna awal biru tua menjadi
berwarna sedikit lebih tua, tetap berwarna biru tua,
kristal meleleh dan kristal tidak meleleh,
mengeluarkan gas berbau mengeluarkan bau gas
merangsang merangsang

KESIMPULAN
Jadi, berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan persen yield yang dihasilkan
pada percobaan pembuatan garam rangkap dan garam kompleks berturut-turut sebesar 112,89%
dan 77,20%. Pada garam tunggal, jenis ion yang larut dalam air menyebabkan perubahan warna.
Garam rangkap akan kembali menjadi ion-ion penyusunnya saat dilarutkan dalam air sedangkan
garam kompleks akan membentuk ion kompleks saat dilarutkan dalam air. Garam rangkap
menimbulkan bau merangsang dan meleleh saat dipanaskan, sedangkan garam kompleks berbau
menyengat dan tidak meleleh saat dipanaskan.

DAFTAR PUSTAKA
Cotton, F.A dan Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI Press.
Day & Underwood. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Harjadi. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT. Gramedia.
Rivai, H. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia, Edisi Pertama. Jakarta: UI.
Vogel. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro Jilid 1. Jakarta: PT.
Kalman Media Pustaka.
2018_KM221_Laporan_Kimia_Koordinasi

Anda mungkin juga menyukai