Anda di halaman 1dari 12

Laporan Resmi

Praktikum Termodinamika & Kesetimbangan

Hukum Raoult

Disusun oleh :
Yovanni Aurellia (652017001)

FAKULTAS SAINS & MATEMATIKA


UNIVERISTAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2018
I. Judul : Hukum Raoult
Nama/NIM : Yovanni Aurellia / 652017001
Kelompok :2
Waktu : 5 Juli 2018 (12.00 - 16.00)
II. Tujuan
1. Menentukan hubungan titik didih dengan komposisi suatu larutan.
2. Menentukan penyimpangan yang terjadi antara larutan kloroform dan aseton.
3. Menentukan kloroform – aseton apakah termasuk larutan ideal atau non ideal.
4. Menguji percobaan apakah sesuai atau tidak dengan hukum Raoult.
III. Dasar teori
Suatu larutan dikatakan ideal, jika larutan tersebut mengikuti hukum Raoult
pada seluruh kisaran komposisi dari sistem tersebut. Hukum Raoult secara umum
didefinisikan sebagai fugasitas dari tiap komponen dalam larutan yang sama dengan
hasil kali fugasitasnya dalam keadaan murni pada temperatur dan tekanan yang sama
serta fraksi molnya dalam larutan tersebut, yakni fi = xi . fi (Dogra, 1990).
Dalam larutan ideal, semua mengikuti komponen (pelarut dan zat terlarut)
mengikuti hukum Raoult pada seluruh selang konsentrasi. Bunyi dari hukum Raoult
adalah: “ Tekanan uap larutan ideal dipengaruhi oleh tekanan uap pelarut dan fraksi
mol zat terlarut yang terkandung dalam larutan tersebut ” . Bila dua cairan bercampur
maka ruang di atasnya berisi uap kedua cairan tersebut. Tekanan uap jenuh masing-
masing komponen (Pi) di ruangan itu lebih kecil daripada tekanan uap jenuh cairan
murni (Poi), karena permukaan larutan diisi oleh dua jenis zat sehingga peluang tiap
komponen untuk menguap berkurang. Peluang itu setara dengan fraksi molnya
masing-masing (xi) (Syukri, 1999).
Misalkan suatu larutan yang terdiri dari komponen A dan B menguap, maka
tekanan uap A (PA) dinyatakan sebagai :
PA = PAo . XA
PA adalah tekanan uap di atas larutan
XA adalah fraksi mol komponen A
PAo adalah tekanan uap A murni (Atkins, 1994)
Larutan yang memenuhi hukum ini disebut sebagai larutan ideal. Pada
kondisi ini, maka tekanan uap total (P) akan berharga
P = PA + PB = XA. PAo + XB.PB°
Penyimpangan hukum Raoult terjadi karena perbedaan interaksi antara
partikel sejenis dengan yang tak sejenis. Misalnya campuran A dan B, jika daya tarik
A-B lebih besar dari A-A atau B-B, maka kecenderungan bercampur lebih besar,
akibatnya jumlah tekanan uap kedua zat lebih kecil daripada larutan ideal, hal ini
disebut penyimpangan negatif. Penyimpangan positif terjadi bila daya tarik A-B lebih
kecil daripada daya tarik A-A dan B-B, akibatnya tekanan uapnya menjadi lebih besar
dari larutan ideal. Sifat suatu larutan mendekati sifat pelarutnya jika jumlahnya lebih
besar. Akan tetapi, larutan yang terdiri dari dua macam cairan dapat berkomposisi
tanpa batas, karena saling melarutkan. Kedua cairan dapat sebagai pelarut atau
sebagai zat terlarut tergantung pada komposisinya (Syukri,1999).
Larutan non ideal dapat menunjukkan penyimpangan positif (dengan tekanan
uap lebih tinggi daripada yang diprediksikan oleh hukum Raoult) atau penyimpangan
negatif (dengan tekanan uap lebih rendah). Pada tingkat molekul penyimpangan
negatif muncul bila zat terlarut menarik molekul pelarut dengan sangat kuat, sehingga
mengurangi kecenderungannya untuk lari ke fase uap. Penyimpangan positif muncul
pada kasus kebalikkannya yaitu bila molekul pelarut dan zat terlarut tidak saling
tertarik satu sama lain (Oxtoby, 2001).

Dalam semua larutan encer yang tidak mempunyai interaksi kimia diantara
komponen-komponennya, hukum Raoult berlaku bagi pelarut, baik ideal maupun non
ideal. Tetapi hukum Raoult tidak berlaku bagi larutan non ideal encer. Perbedaan ini
bersumber pada kenyataan molekul-molekul pelarut yang sangat banyak. Hal ini
menyebabkan lingkungan molekul terlarut sangat berbeda dalam lingkungan pelarut
murni. Zat terlarut dalam larutan non ideal encer mengikuti hukum Henry, bukan
hukum Raoult (Petrucci, 1987).

IV. Metode
Alat Bahan
- Alat reflux - Labu reflux - Aseton
- Gelas reflux - Termometer biasa - Kloroform
- Termometer digital - Pembakar bunsen
- Statif dan klem - Kaki tiga
- Kawat kassa - Pipet volume 10 mL
- Pilius - Corong
Cara Kerja
1. Dirangkai alat reflux seperti pada gambar di bawah ini :

Hal yang pelu di perhatikan :


-Termometer tercelup di tengah-
tengah cairan, namun jangan
sampai menyentuh dinding gelas
reflux.
-Setiap kali memasukan kedua
cairan, sumber panas/api harus
dijauhkan dari alat mengingat
cairan yang mudah terbakar.

2. Setelah api dijauhkan dari


alat, dituang 10 ml kloroform ke dalam labu reflux dengan corong melalui lubang
pemasukan cairan. Dipanaskan sampai mendidih dan dicatat suhunya (saat
menetes pertama kali).
3. Dimatikan api dan dituang 2 ml aseton ke dalam labu reflux. Dipanaskan perlahan
lahan sampai mendidih (suhu waterbath dijaga 56°C), setelah aseton menetes
pertama kali, dicatat suhu didihnya.
4. Diulangi langkah tersebut setiap kali penambahan 2 ml aseton sampai jumlah
aseton mencapai 10 ml. Dicatat suhu didihnya setiap kali penambahan dan
sesudah campuran dipanaskan.
5. Dituang campuran ke dalam wadah kosong yang tertutup rapat dan aman.
6. Dikeringkan labu reflux dengan cara diangin-anginkan.
7. Setelah benar-benar kering, dituang 10 ml aseton ke dalam labu reflux, dipanaskan
perlahan-lahan (dijaga suhu waterbath 56°C) dan dicatat suhu didihnya (saat
pertama kali menetes).
8. Dimatikan api, dituang 2 ml kloroform ke dalam labu reflux. Dipanaskan perlahan
lahan sampai mendidih (suhu waterbath dijaga 56°C), setelah kloroform menetes
pertama kali, dicatat suhu didihnya.
9. Diulangi sampai jumlah kloroform yang ditambahkan mencapai 10 ml serta
dicatat suhu didihnya setiap kali penambahan dan sesudah campuran dipanaskan.
V. Hasil pengamatan
Tekanan laboratorium = 710 mmHg
a. Kloroform ditambah Aseton
Kloroform : Aseton Suhu didih (°C)
10 : 0 48,7
10 : 2 50,2
10 : 4 51
10 : 6 51,8
10 : 8 52,8
10 : 10 53,4

b. Aseton ditambah Kloroform


Aseton : Kloroform Suhu didih (°C)
10 : 0 53
10 : 2 53,4
10 : 4 53,9
10 : 6 54,1
10 : 8 54,8
10 : 10 55,1

VI. Jawab pertanyaan


1. Hitunglah fraksi mol kloroform dari setiap percobaan yang dilakukan!
Percobaan 1 :
CHCl3/kloroform ( pelarut), (CH3)2CO/aseton (zat terlarut) dengan perbandingan :
a. 10 ml CHCl3 : 0 ml (CH3)2CO m (CH3)2CO = 0,79 g/cm3 × 2 cm3
= 1,58 g
m CHCl3 =ρ×v
Mr CHCl3 = 119,4 g/mol
= 1,49 g/cm3 × 10 cm3
Mr (CH3)2CO = 58,1 g/mol
= 14,9 g
m (CH3)2CO = 0,79 g/cm3 × 0 cm3 X CHCl3 =
=0g
Mr CHCl3 = 119,4 g/mol
Mr (CH3)2CO = 58,1 g/mol =

X CHCl3 = = 0,8211
c. 10 ml CHCl3 : 4 ml (CH3)2CO
= m CHCl3 =ρ×v
= 1,49 g/cm3 × 10 cm3
=1
= 14,9 g
b. 10 ml CHCl3 : 2 ml (CH3)2CO m (CH3)2CO = 0,79 g/cm3 × 4 cm3
m CHCl3 = ρ × v = 3,16 g
= 1,49 g/cm3 × 10 cm3 Mr CHCl3 = 119,4 g/mol
= 14,9 g Mr (CH3)2CO = 58,1 g/mol
m (CH3)2CO = 0,79 g/cm3 × 8 cm3
X CHCl3 = = 6,32 g
Mr CHCl3 = 119,4 g/mol
= Mr (CH3)2CO = 58,1 g/mol

= 0,6964 X CHCl3 =
d. 10 ml CHCl3 : 6 ml (CH3)2CO
m CHCl3 = ρ × v =
= 1,49 g/cm3 × 10 cm3
= 14,9 g = 0,5343
m (CH3)2CO = 0,79 g/cm3 × 6 cm3 f. 10 ml CHCl3 : 10 ml (CH3)2CO
= 4,74 g m CHCl3 = ρ × v
Mr CHCl3 = 119,4 g/mol = 1,49 g/cm3 × 10 cm3
Mr (CH3)2CO = 58,1 g/mol = 14,9 g
m (CH3)2CO = 0,79 g/cm3 ×10 cm3
X CHCl3 = = 7,9g
Mr CHCl3 = 119,4 g/mol
= Mr (CH3)2CO = 58,1 g/mol

= 0,6047 X CHCl3 =
e. 10 ml CHCl3 : 8 ml (CH3)2CO
m CHCl3 = ρ × v =
= 1,49 g/cm3 × 10 cm3
= 14,9 g = 0,4785

Percobaan 2
CHCl3/kloroform (pelarut), (CH3)2CO/aseton (zat terlarut) dengan perbandingan :
a. 0 ml CHCl3 :10 ml (CH3)2CO Mr (CH3)2CO = 58,1 g/mol
m CHCl3 =ρ×v X CHCl3 =
= 1,49 g/cm3 × 0 cm3
=0g
m (CH3)2CO = 0,79 g/cm3 ×10 cm3 =
= 7,9 g
Mr CHCl3 = 119,4 g/mol
Mr (CH3)2CO = 58,1 g/mol

X CHCl3 = = 0,1553
c. 4 ml CHCl3 :10 ml (CH3)2CO
= m CHCl3 =ρ×v
= 1,49 g/cm3 × 4 cm3
=0 = 5,96 g
b. 2 ml CHCl3 :10 ml (CH3)2CO m (CH3)2CO = 0,79 g/cm3 ×10 cm3
m CHCl3 = ρ × v = 7,9 g
= 1,49 g/cm3 × 2 cm3 Mr CHCl3 = 119,4 g/mol
= 2,98 g Mr (CH3)2CO = 58,1 g/mol
m (CH3)2CO = 0,79 g/cm3 ×10 cm3
= 7,9 g X CHCl3 =
Mr CHCl3 = 119,4 g/mol
= 7,9 g
= Mr CHCl3 = 119,4 g/mol
Mr (CH3)2CO = 58,1 g/mol
= 0,2684
d. 6 ml CHCl3 :10 ml (CH3)2CO X CHCl3 =
m CHCl3 =ρ×v
= 1,49 g/cm3 × 6 cm3 =
= 8,94g
= 0,4232
m (CH3)2CO = 0,79 g/cm3 ×10 cm3
f. 10 ml CHCl3 : 10 ml (CH3)2CO
= 7,9 g
m CHCl3 = ρ × v
Mr CHCl3 = 119,4 g/mol
= 1,49 g/cm3 × 10 cm3
Mr (CH3)2CO = 58,1 g/mol
= 14,9 g
X CHCl3 = m (CH3)2CO = 0,79 g/cm3 ×10 cm3
= 7,9g
Mr CHCl3 = 119,4 g/mol
= Mr (CH3)2CO = 58,1 g/mol
= 0,3552 X CHCl3 =
e. 8 ml CHCl3 :10 ml (CH3)2CO
m CHCl3 = ρ × v
= 1,49 g/cm3 × 8 cm3 =
= 11,92g
= 0,4785
m (CH3)2CO = 0,79 g/cm3 ×10 cm3

2. Hitunglah fraksi mol aseton dari setiap peercobaan yang dilakukan!


Percobaan 1 :
 10 ml CHCl3 : 0 ml (CH3)2CO  10 ml CHCl3 : 6 ml (CH3)2CO
Xklorofom =1 Xklorofom = 0,6047
Xkloroform + Xaseton =1 Xkloroform + Xaseton =1
Xaseton = 1 – Xklorofom Xaseton = 1 – Xklorofom
=1–1 = 1 – 0,6047
=0 = 0,3953
 10 ml CHCl3 : 2 ml (CH3)2CO  10 ml CHCl3 : 8 ml (CH3)2CO
Xklorofom = 0,8211 Xklorofom = 0,5343
Xkloroform + Xaseton =1 Xkloroform + Xaseton =1
Xaseton = 1 – Xklorofom Xaseton = 1 – Xklorofom
= 1 – 0,8211 = 1 – 0,5343
= 0,1789 = 0,4657
 10 ml CHCl3 : 4 ml (CH3)2CO  10 ml CHCl3 : 10 ml (CH3)2CO
Xklorofom = 0,6964 Xklorofom = 0,4785
Xkloroform + Xaseton =1 Xkloroform + Xaseton =1
Xaseton = 1 – Xklorofom Xaseton = 1 – Xklorofom
= 1 – 0,6964 = 1 – 0,4785
= 0,3036 = 0,5215

Percobaan 2
 0 ml CHCl3 : 10 ml (CH3)2CO Xklorofom =0
Xkloroform + Xaseton =1 Xklorofom = 0,3552
Xaseton = 1 – Xklorofom Xkloroform + Xaseton =1
=1– 0 Xaseton = 1 – Xklorofom
=1 = 1 – 0,3552
 2 ml CHCl3 : 10 ml (CH3)2CO = 0,6448
Xklorofom = 0,1553  8 ml CHCl3 : 10 ml (CH3)2CO
Xkloroform + Xaseton =1 Xklorofom = 0,4232
Xaseton = 1 – Xklorofom Xkloroform + Xaseton =1
= 1 – 0,1553 Xaseton = 1 – Xklorofom
= 0,8447 = 1 – 0,4232
 4 ml CHCl3 : 10 ml (CH3)2CO = 0,5768
Xklorofom = 0,2684  10 ml CHCl3 : 10 ml (CH3)2CO
Xkloroform + Xaseton =1 Xklorofom = 0,4785
Xaseton = 1 – Xklorofom Xkloroform + Xaseton =1
= 1 – 0,2684 Xaseton = 1 – Xklorofom
= 0,7316 = 1 – 0,4785
 6 ml CHCl3 : 10 ml (CH3)2CO = 0,5215

3. Buatlah grafik dari titik didih sebagai fungsi fraksi mol kloroform dan
fraksi mol aseton (dalam satu grafik)!

4. Berdasarkan grafik, tariklah kesimpulan apakah kloroform dan aseton


merupakan campuran yang ideal atau tidak ! Beri alasan !
Berdasarkan grafik yang telah dibuat pada soal nomor 3, campuran antara
kloroform dengan aseton adalah campuran yang tidak ideal. Hal ini dapat terlihat
pada bentuk grafik yang tidak teratur (tidak linear). Seharusnya, fraksi mol aseton
(X Aseton) terhadap suhu didih berbentuk linear turun dan fraksi mol kloroform
(X Kloroform) terhadap suhu didih berbentuk linear naik.
5. Apakah ada penyimpangan yang dapat dilihat dari grafik yang telah
dibuat? Jika ada penyimpangan seperti apakah itu (termasuk
penyimpangan positif atau negatif)? Jelaskan!
Terjadi penyimpangan negatif pada grafik, karena bila dilihat dari bentuk grafik
tersebut, bentuknya hampir mirip dengan bentuk diagram fase azeotrop
(minimum). Penyimpangan negatif hukum Raoult terjadi apabila interaksi dalam
campuran zat lebih kuat daripada interaksi dalam masing – masing zat ( Aseton –
Kloroform > Aseton – Aseton atau Kloroform – Kloroform). Penyimpangan ini
menghasilkan entalpi campuran (ΔHmix) negatif yang bersifat eksotermik dan
mengakibatkan terjadinya pengurangan volume campuran (ΔVmix < 0).
6. Apakah ada perbedaan titik didih kloroform murni dan aseton murni yang
diperoleh dari hasil percobaan dengan titik didih yang diperoleh dari literatur?
Jika ada, faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan adanya perbedaan
tersebut? Jelaskan!
Percobaan Literatur
Titik Didih Aseton Murni 53°C 56,5°C
Titik Didih Kloroform Murni 48,7°C 61,2°C
Bila dilihat dari tabel di atas, titik didih aseton dan kloroform murni berdasarkan
percobaan berbeda dengan literatur yang didapatkan. Hal ini bisa disebabkan oleh:
a. Adanya perbedaan tekanan laboratorium (710 mmHg) dengan literatur (760
mmHg) sehingga larutan akan mendidih dibawah titik didih murni nya.
b. Terjadinya penyimpangan negatif hukum Raoult yang terjadi karena
kecenderungan bercampurnya kloroform dan aseton lebih besar sehingga
jumlah tekanan uap kedua zat lebih kecil (molekul pelarut susah melepaskan
diri karena terhalang zat terlarut) daripada larutan ideal.
c. Adanya gaya antarmolekul yang tinggi antara kloroform dengan aseton
sehingga kalor yang diterima saat pendidihan, digunakan untuk memutuskan
ikatan antar kedua molekul tersebut (agar dapat menguap) dan mengakibatkan
perbedaan suhu didih yang diperoleh.
d. Terjadinya kesalahan saat melihat tetesan pertama kali setelah pendidihan
dimulai, sehingga suhu yang dicatat dan dilihat pada termometer digital bukan
suhu yang sebenarnya.
VII. Pembahasan
Suatu campuran yang mengikuti hukum Raoult, berarti termasuk dalam
larutan ideal. Pada percobaan kali ini, akan diuji apakah campuran antara kloroform
dengan aseton merupakan larutan ideal atau non ideal. Kloroform dan aseton dipilih
untuk digunakan dalam percobaan ini karena keduanya merupakan suatu senyawa
organik yang bersifat non polar (kloroform) dan semi polar (aseton), mudah menguap
dan memiliki titik didih yang rendah. Dalam percobaan ini juga digunakan alat reflux
yang biasa digunakan untuk menguji penerapan hukum Raoult. Senyawa kloroform
dan aseton ini nantinya akan dicampurkan pada tiap perbandingan volume yang
berbeda dan diukur titik didihnya, sehingga pengaruh komposisi suatu larutan
terhadap titik didih dapat diketahui.
Pada percobaan pertama, kloroform akan bertindak sebagai pelarut dan aseton
sebagai zat terlarutnya. Kloroform yang telah diambil sebanyak 10 mL akan
dimasukkan ke labu reflux melalui lubang pemasukan cairan pada alat reflux dan
kemudian akan dipanaskan hingga mendidih. Ketika cairan menetes pertama kali,
suhu didih yang ditunjukkan termometer digital akan menjadi titik didih yang dicatat.
Setelah itu, aseton sebanyak 2 mL akan ditambahkan ke dalam labu reflux dan
dipanaskan hingga mendidih juga. Saat cairan menetes pertama kali, suhu didihnya
dicatat. Hal ini terus diulangi hingga penambahan aseton telah mencapai 10 mL.
Pada percobaan kedua, aseton yang akan bertindak sebagai pelarut dan
kloroform sebagai zat terlarut. Langkah yang dilakukan pun sama dengan percobaan
pertama, hanya saja yang ditambahkan adalah 10 mL aseton terlebih dahulu,
kemudian ditambahkan 2 mL kloroform hingga penambahan mencapai 10 mL.
Namun, yang perlu diperhatikan dalam kedua percobaan ini adalah menjaga suhu
waterbath tetap stabil pada suhu ±56°C. Hal ini bertujuan agar cairan pada labu reflux
tidak seluruhnya menguap, sebab titik didih murni aseton adalah ±56,5°C.
Dari kedua percobaan ini, didapatkan titik didih yang terus meningkat baik itu
dalam penambahan aseton maupun kloroform. Padahal menurut literatur, pada
percobaan pertama, ketika terjadi penambahan aseton hingga 10 mL, seharusnya
fraksi mol dari kloroform akan menurun. Fraksi mol kloroform yang menurun ini
membuat titik didih campuran akan berkurang/menurun. Berkurangnya titik didih
campuran ini dikarenakan titik didih aseton lebih rendah dari kloroform, sehingga saat
terjadi penambahan aseton, titik didih kloroform akan turun untuk mencapai
kesetimbangan (titik didih campuran). Namun, hasil yang didapatkan pada percobaan
ini tidak sesuai dengan literatur. Titik didih campuran pada saat penambahan aseton
ini terus meningkat. Hal ini bisa disebabkan karena kurang ketelitian dalam
mengamati tetesan pertama cairan sehingga mengakibatkan salah pembacaan pada
termometer digital. Hal lainnya, ialah kemungkinan suhu pada waterbath yang tidak
bisa selalu stabil akibat pemanasan yang tidak stabil menggunakan bunsen sehingga
mempengaruhi titik didih campuran.
Pada percobaan kedua, ketika pelarut aseton ditambahkan kloroform hingga
mencapai 10 mL, akan membuat fraksi mol dari aseton menurun. Jika fraksi mol
aseton menurun, maka akan terjadi kenaikan titik didih campuran. Hal ini disebabkan,
karena titik didih kloroform murni lebih tinggi daripada titik didih aseton murni,
sehingga membuat titik didih campuran meningkat untuk mencapai kesetimbangan.
Percobaan kedua ini sesuai dengan literatur, karena suhunya terus meningkat.
Namun, bila dilihat pada perbandingan 10:10 pada kedua percobaan,
seharusnya titik didih keduanya sama karena berada dalam kesetimbangan, tetapi
pada kedua percobaan ini suhu nya berbeda (53,4°C dan 55,1°C). Sebenarnya
perbedaan nya tidak terlalu jauh, namun tetap saja hal ini dianggap penyimpangan.
Faktor yang mempengaruhi nya adalah pemanasan yang tidak stabil dan kesalahan
dalam pembacaan suhu, sehingga titik didih pada kesetimbangan berbeda.
Titik didih murni aseton dan kloroform yang didapat pada percobaan ini juga
berbeda dengan literatur yang didapatkan :
Percobaan Literatur
Titik Didih Aseton Murni 53°C 56,5°C
Titik Didih Kloroform Murni 48,7°C 61,2°C
Hal ini disebabkan oleh perbedaan tekanan pada saat pengukuran. Pada
percobaan yang dilakukan, titik didih diukur pada tekanan 710 mmHg sedangkan
pada literatur diukur pada tekanan standar 760 mmHg. Perbedaan titik didih
kloroform murni pada percobaan dengan literatur terlalu jauh. Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh ketidaktelitian dalam mengamati tetesan pertama sehingga
mengakibatkan kesalahan dalam pembacaan suhu pada termometer digital.
Dari percobaan ini, dapat diketahui komposisi suatu zat terlarut dalam dalam
suatu larutan akan mempengaruhi titik didih dari larutan tersebut. Semakin besar
komposisi zat terlarut dalam suatu larutan akan mempengaruhi titik didih dari larutan.
Pada percobaan ini terjadi reaksi eksoterm yaitu pelepasan kalor oleh sistem. Pada
setiap penambahan aseton maupun kloroform terjadi kenaikan titik didih campuran.
Hal ini dapat disebabkan karena gaya tarik antara molekul-molekul kloroform dan
aseton yang semakin kuat ketika hampir mendekati titik kesetimbangan antara aseton
dan kloroform. Selain itu, dari perhitungan yang telah dilakukan, makin besar
komposisi yang diberikan pada suatu larutan maka fraksi molnya akan makin kecil.
Hal ini menunjukkan bahwa hubungan fraksi mol dan komposisi berbanding terbalik
sedangkan suhu meningkat dengan penambahan jumlah zat terlarut.
Dengan demikian, dapat disimpulkan campuran aseton dan kloroform adalah
campuran yang non ideal. Campuran aseton dan kloroform sama-sama bersifat saling
menyukai satu sama lain. Aseton dapat berikatan hidrogen satu sama lain namun
kloroform tidak dapat. Dengan demikian, tekanan uap campuran cenderung lebih
rendah dari keadaan idealnya karena keduanya lebih menyukai keadaan dalam
campuran dari pada kedua komponen berdiri sendiri.

VIII. Kesimpulan
1. Komposisi suatu larutan akan mempengaruhi titik didih zat didalamnya. Semakin
besar zat terlarut dalam larutan maka semakin besar pula titik didih larutan.
2. Penyimpangan yang terjadi antara larutan kloroform dan aseton adalah
penyimpangan negatif.
3. Campuran antara kloroform dan aseton termasuk larutan non ideal
4. Percobaan yang telah dilakukan tidak sesuai dengan hukum Raoult karena
termasuk larutan non ideal.

Daftar Pustaka

Atkins, P. W. 1997. Kimia Fisika 2. Jakarta: Erlangga.


Dogra, S. K. 1990. Kimia Fisika dan Soal – Soal. Jakarta: UI-Press.
Oxtoby, D.W. 2001. Prinsip – Prinsip Kimia Modern Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Petrucci, R.H. 1987. Kimia Dasar Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Syukri. 1999. Kimia Dasar. Bandung: ITB.

Lampiran
a. Tugas Awal
b. Laporan Sementara

Anda mungkin juga menyukai