FISIKA TEKNIK
Kelas : 1EGA
I. TUJUAN
· Dapat menghitung berat molekul suatu zat yang tidak mudah menguap dengan metode
titik beku.
· Gelas Kimia
· Pengaduk,spatula
· Termometer
· Piknometer
· Kaca Arloji
· Pipet Ukur
· Bola Karet
· Spatula
· Botol Aquadest
· Erlenmeyer
· Alumunium Foil
· Batu es
III. DASAR TEORI
Bila suatu zat yang sukar menguap, dialutkan dalam zat pelarut,maka akan terjadi suatu
penurunan tekanan uap. Akhirnya, pada suhu tertentu tekanan uap zat pelarut dalam larutan
akan selalu lebih rendah dari keadaan murninya. Besarnya tekanan uap ini akan tergantung
dari banyaknya zat yang dilarutkan. Perubahan tekanan mengakibatkan adanya gangguan
kesetimbangan dinamis dari larutan.
Semakin besar penambahan mol zat terlarut, maka semakin banyak penurunan
tekanan uap. Untuk larutan yang sangat encer ,maka tekanan ua zat terlarut dapat diabaikan.
P = X ₁ + P₀
X ₁ = P/ P₀
Dimana : P = tekanan Uap Larutan, P₀ = Tekanan uap murni dan X ₁ = mol fraksi zat
pelarut/mol fraksi zat padatan murni = 1, maka persamaan di atas dapat disederhanakan
terlarut.
Ln P/P₀ = Ln X ₁
X ₁ + X₂ = 1 X ₁ = 1- X₂
Ln P/ P₀ = Ln (1-X₂)
Δ Hf ΔTb
Ln P/P₀ =
RTo 2
Δ Hf
X₂ = ΔTb
RTo 2
RTo 2
ΔTb =
ΔHf
X₂
¿
ΔTb = R ¿ 2G 2/ M 2 H 1 G1/G 2
Rto 2 M 11000 G 2
ΔTb =
1000 Hf M 2G 1
Kb.1000 . G2
ΔTb =
M 2. G1
1000. Kb .G 2
ΔTb = Tb .G 1
Dimana :
Titik beku suatu pelarut dalam larutannya juga bergantung pada konsentrasi zat
terlarut dan sifat pelarut tersebut. Pada tekanan 1 atm, air membeku pada suhu 0°C karena
pada suhu itu tekanan uap air sama dengan tekanan uap es. Keberadaan zat terlarut dalam
suatu larutan menyebabkan terjadinya penurunan tekanan uap jenuh pelarutnya dalam larutan
tersebut dan hal ini menyebabkan titik beku larutan berkurang. Besarnya pengurangan titik
beku suatu pelarut dalam larutannya tersebut kemudian dikenal dengan sebagai penurunan
titik beku (êTf). Jika zat telarutnya merupakan zat non elektrolit, maka penurunan titik
bekunya sebanding dengan molalitas larutan (m). Titik beku (Tf) pelarut murni lebih tinggi
daripada titik beku larutan.
Ini diakibatkan karena sebagian partikel air dan sebagian partikel – partikel terlarut
membentuk ikatan baru. Sehingga ketika membeku, yang memiliki titik beku paling tinggi
yaitu air akan membeku terlebih dahulu kemudian diikuti oleh molekullarutan. Penambahan
zat terlarut dalam pelarut akan mengakibatkan peningkatan konsentrasi yang mengakibatkan
semakin rendah titik bekunya. Semakin besar molaritas larutan, makin tinggi kenaikan titik
didih larutan dan makin tinggi pula penurunan titik beku larutan. Jumlah partikel yang lebih
banyak, akan membuat larutan elektrolit lebih sukar membeku, sehingga membutuhkan suhu
yang lebih rendah, dan waktu yang lama. Hal inilah yang membuat titik beku larutan
elektrolit lebih rendah.
Hukum Raoult menyatakan bahwa tekanan uap suatu komponen yang menguap dalam
larutan sama dengan tekanan uap yang menguap murni yang dikalikan dengan fraksi mol
komponen yang menguap dalam larutan , pada suhu yang sama. Larutan yang mengikuti
hokum roult disebut larutan ideal. Syarat larutan ideal adalah molekul zat terlarut dan
molekul pelarut tersusun sembarang, pada pencampuran tidak terjadi efek kalor dan jumlah
volume sebelum pencampuran sama dengan volume campurannya (selisih volumenya nol).
Larutan yang tidak memenuhi hukum Roult disebut larutan nol ideal (Anonim, 2001:03).
Pada setiap suhu, suatu larutan memilki tekanan yang lebih rendah dari pada pelarut
murninya. Akibatnya pada diagram hubungan antara tekanan dan suhu terlihat jelas jika
bahan titik didih larutan selalu tinggi serta titik beku larutan selalu rendah jika dibandingkan
dengan titik beku pelrut murninya. Air murni pada tekanan 1 atm memiliki titik beku 0oC.
Jika dalam air kita larutkan zat, maka titik beku larutannya akan lebih rendah dan titik
didihnya akan lebih tinggi dari 100oC. Besarnya penurunan titik beku (∆Tf) dan kenaikan titk
didih (∆Tb) hanya ditentukan oleh jumlah partikel zat tersebut . Makin banyak partikel zat
terlarut maka makin besar pula Tf dan Tb (Anshory.1999:03).
Untuk menjaga keselamatan dalam melaukukan percobaan ini. Menggunakan jas lab,
sarung tangan karet,masker dan kaca mata.
V. LANGKAH KERJA
· Menentukan berat jenis Asam Asetat Glasial dengan menggunakan piknometer atau
aerometer.
dengan es batu, mencatat suhunya untuk setiap 30 detik , sehinnga suhu konstan .
Kemudian melihat sudah membeku atau belum.
· Mencairkan pelarut kembali, kemudian menambahkan zat yang telah diketahui Berat
· Mengulangi percobaan 2 dan 3 dengan mengambil zat terlarut yang akan dicari Berat
Molekulnya ( zat X ) .
WAKTU 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tf
Diketahui :
Naftelana (C 10 H 8) = 2 gr
Mr = 128 gr/mol
NaCl = 2 gr
Mr = 58,5 gr/mol (Teoritis)
Volume Asam Asetat Glasial = 50 ml, ρ=1,05 gr /ml
gr
ρ= → gr CH 3 COOH Pekat= ρ× v
v
¿ 1,05 gr/ml ×50 ml = 52,5 gr
Ditanya ......
VIII. PERTANYAAN
Jawab :
1. jika suatu zat mengalami perubahan wujud dari zat cair ke padat dan zat pelarut
mengalami proses pengaturan molekul dalam pembentukan susunan kristal padat
sehingga membutuhkan suhu yang lebih rendah untuk mencapai susunan titik beku
(kristal padat) dari fasa cairnya
2. Penurunan titik beku molal merupakan proses penurunannya titik beku untuk
menghambat proses pencairan pada es. Misalkan garam dapur ditaburkan dibatu es
(semakin besar molalitas nya maka titik beku semakin rendah dan sebaliknya)
3. Tekanan uap ini semakin tinggi tekanan maka temperatur semakin cepat larutan untuk
bereaksi. Pada percobaan ini,dimisalkan asam asetat dengan naftalena sebagai zat
terlarut. Dan diberi tekanan uap yaitu batu es dengan penurunan molalnya,akan
menyebabkan turunnya tekanan uap yang begitu cepat.
Dari Hasil Percobaan pertama ,yaitu larutan Asam Asetat Glasial, tabung reaksi yang
berisi 50 ml Asam Asetat didinginkan dan membeku pada suhu 10 ℃. Pada percobaan kedua,
larutan Asam Asetat yang baru ditambah Naftelan 2 gr didinginkan dan membeku pada suhu
9 ℃. Kemudian larutan Asam Asetat pada percobaan pertama yang telah mencair digunakan
pada percobaan ketiga ditambah dengan NaCl 2 gr didinginkan dan membeku pada suhu 8 ℃
.
Dari Hasil Data Pengamatan, kita dapat mencari Kb CH 3 COOH Praktek dari
percobaan kedua antara Asam Asetat + Naftalena dengan data ∆ T f 1 ℃ , 52,5 gr CH 3 COOH
dan menggunakan persamaan
1000. Kb .G 2
ΔTb = Tb .G 1 maka didapatkan Kb Praktek sebesar 3,36℃ gr/mol dengan persen
kesalahan sebesar 6,8 %
Dari Hasil Data Pengamatan, kita dapat mencari BM NaCl Praktek dari percobaan
ketiga antara Asam Asetat+ NaCl dengan data ∆ T f 2 ℃ ,52,5 gr CH 3 COOH dan
menggunakan persamaan yang sama dengan percobaan kedua, maka didapatkan BM NaCl
gr
Praktek sebesar 64 dengan persen kesalahan sebesar 8,59%.
mol
X. KESIMPULAN
- Buku praktikum Kmia Fisika. “ Penuntun Praktikum Kimia Fisika”. 2018. Poiteknik
Negeri Sriwijaya
- M. Utoro Yahya dan A.H. Bambang Setiaji .Kimia Fisika FIPA UGM. Yogyakarta,
1979.
- https://Salamadian.com/alat-alat-laboratorium-kimia-biologi/.
XII. GAMBAR ALAT
Pengaduk
Gelas Kimia