Anda di halaman 1dari 11

Penurunan titik beku larutan mendiskripsikan bahwa titik beku suatu pelarut murni akan mengalami penurunan

jika kita menambahkan zat terlarut didalamnya. Sebagai contoh air murni membeku pada suhu 0 C akan tetapi
jika kita melarutkan contoh sirup atau gula didalamnya maka titik bekunya akan menjadi dibawah 0 C. Sebagai
contoh larutan garam 10% NaCl akan memiliki titik beku -6 C dan 20% NaCl akan memiliki titik beku -16 C.

Mengapa Kita Belajar Mengenai Fenomena Penurunan Titik Beku Larutan?


Fenomena penurunan titik beku larutan sangat menarik perhatian para ilmuwan karena hal ini bersinggungan
langsung dengan kehidupan manusia contohnya, penggunaan etilen glikol sebagai agen “antibeku” yang dipakai
di radiator mobil sehingga air ini tidak beku saat dipakai dimusim dingin. beberapa ikan didaerah artik mampu
melepaskan sejumlah senyawa untuk menghindari darahnya beku, atau dengan menggunakan teknik penurunan
titik beku kita dapat menentukan massa molar atau menentukan derajat disosiasi suatu zat.

Bagaimana Mengukur Penurunan Titik Beku Larutan?


Penurunan titik beku larutan adalah salah satu sifat koligatif larutan. Untuk mengukur besarnya titik beku larutan
kita membutuhkan dua hal berikut:

1. Konsentrasi molal suatu larutan dalam molalitas.

2. Konstanta penurunan titik beku pelarut atau Kf.

Rumus mencari perubahan titik beku larutan adalah sebagai berikut:

?Tf = m. Kf. i

dan titik beku larutan dicari,

Tf = Tpelarut murni – Tf

dimana:

?Tf = penurunan titik beku larutan


Tf = titik beku larutan
m = molalitas larutan
Kf = konstanta titik beku pelarut
i = Faktor Van’t Hoff

Di bidang themodinamika konstanta titik beku pelarut, Kf lebih dikenal dengan istilah “Konstanta Krioskopik“.
Krioskopik berasal dari bahasa Yunani yang artinya “mengukur titik beku”.

Faktor Van’t Hoff (i) adalah parameter untuk mengukur seberapa besar zat terlarut berpengaruh terhadap sifat
koligatif (penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmotik). Faktor Van’t
Hoff dihitung dari besarnya konsentrasi sesunguhnya zat terlarut yang ada di dalam larutan dibanding dengan
konsentrasi zat terlarut hasil perhitungan dari massanya. Untuk zat non elektrolit maka vaktor Van’t Hoffnya
adalah 1 dan nonelektrolit adalah sama dengan jumlah ion yang terbentuk didalam larutan. Faktor Van’t Hoff
secara teori dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

i = 1 + (n-1)?)

dengan ? adalah derajat ionisasi zat terlarut dan n jumlah ion yang terbentuk ketika suatu zat berada didalam
larutan. Untuk non elektrolit maka alfa = o dan n adalah 1 dan untuk elektrolit dicontohkan sebagai berikut:

C6H12O6 -> C6H12O6 n = 1


NaCl -> Na+ + Cl- n = 2
CaCl2 -> Ca2+ + 2Cl- n = 3
Na3PO4 -> 3Na+ + PO4- n = 4
Cu3(PO4)2 -> 3Cu2+ + 2PO43- n = 5
Data nilai Kf beberapa pelarut adalah sebagai berikut:

Jika dilihat persamaan ?Tf = m.Kf.i maka kita bisa menentukan besarnya Faktor Van’t Hoff dari suatu zat terlarut
dalam suatu pelarut dengan menggambar grafik antara ?Tf dengan m maka kita akan mendapatkan slope
(gradien garis) yang setara dengan ixKf. Bila harga Kf pelarut diketahui maka kita pun dapat mencari nilai i-nya.

PENURUNAN TITIK BEKU LARUTAN

A.     Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan kali ini yaitu :

1.       Menentukan penurunan titik beku molal pelarut

2.       Menentukan BM zat non volatile

B.     Landasan Teori

Dalam penentuan Tf dan Tb, suhu harus mengalami perubahan (suhu tidak konstan)

oleh karena itu dipakai satuan konsentrasi molal yang tidak bergantung pada suhu. Satuan

konsentrasi molar tidak cocok dipakai karena perubuhan suhu akan mempengaruhi keadaan

volume. Harga ∆Kf dan ∆Kb merupakan tetapan yang hanya bergantung pada jenis pelarut,

setiap pelarut memiliki harga ∆Kf dan ∆Kb msing-masing diperoleh dari hasil suatu

eksperimen yaitu dengan cara mengukur Tf dan Tb dari larutan tersebut tetap; molal dalam

pelarut yang bersangkutan diatas (Achmad, 2001:43).

Hukum Raoult menyatakan bahwa tekanan uap suatu komponen yang menguap dalam

larutan sama dengan tekanan uap yang menguap murni yang dikalikan dengan fraksi mol

komponen yang menguap dalam larutan , pada suhu yang sama. Larutan yang mengikuti
hokum roult disebut larutan ideal. Syarat larutan ideal adalah molekul zat terlarut dan

molekul pelarut tersusun sembarang, pada pencampuran tidak terjadi efek kalor dan jumlah

volume sebelum pencampuran sama dengan volume campurannya (selisih volumenya nol).

Larutan yang tidak memenuhi hukum Roult disebut larutan nol ideal (Anonim, 2001:03).

Tiap thermometer (gas volume konstan) dapat dipakai untuk menunjukkan

konstannya suatu suhu jika suhu termometernya tetap konstan. Suhu pada saat zat padat dan

zat cair yang terjadi dan bahan yang sama berbeda bersama kesetimbangan fase hanya pada

saat suatu suhu tertentu. Kesetimbangan berarti bentuk padat atau padat menjadi cair. Begitu

pula suatu cairan akan berasa dengan kesetimbangan fase dengan uapnya hnya pada suatu

suhu tertentu bila tekanan dibuat konstan (Sears, 1962:354).

Pada setiap suhu, suatu larutan memilki tekanan yang lebih rendah dari pada pelarut

murninya. Akibatnya pada diagram hubungan antara tekanan dan suhu terlihat jelas jika

bahan titik didih larutan selalu tinggi serta titik beku larutan selalu rendah jika dibandingkan

dengan titik beku pelrut murninya. Air murni pada tekanan 1 atm memiliki titik beku 0 oC.

Jika dalam air kita larutkan zat, maka titik beku larutannya akan lebih rendah dan titik

didihnya akan lebih tinggi dari 100oC. Besarnya penurunan titik beku (∆Tf) dan kenaikan titk

didih (∆Tb) hanya ditentukan oleh jumlah partikel zat tersebut . Makin banyak partikel zat

terlarut maka makin besar pula Tf dan Tb (Anshory.1999:03).


 

C.     Alat dan Bahan

1.      Alat

Thermometer

Gelas Ukur 25 ml

Neraca Analitik

Stopwatch

Beaker Gelas 500 mL


Tabung Reaksi

 Batang Pengaduk

 Botol Semprot

2.      Bahan

 Naftalena

 Asam Cuka Glasial

 Garam Dapur

 Es

 Zat X

 Aquadest

D.    Prosedur Kerja
1. Penentuan Titik Beku Asam Asetat Glasial
Asam Asetat Glasial
(25 ml)
Tf o

 
-         dimasukkan ke dalam tabung B
-         dicelupkan thermometer
-         dicatat suhu thermometer setiap waktu yang ditentukan

2. Penentuan Tetapan Titik Beku Asam Asetat Glasial


Asam Asetat Glasial
(25 ml)
 

 
-         ditambahkan Naftalena 0,1 g
-         dicatat suhu thermometer setiap waktu yang ditentukan
ΔTf =  kf x m

3. Penentuan Bm zat X

 
Asam Asetat Glasial (25 ml) + naftalena 0,1 g
 
-         ditambahkan Zat x 0,1 g
-         dicatat suhu temometer setiap waktu yang ditentukan
-         ditentukan titik beku larutan
-         ditentukan penurunan titik beku larutan
-         ditentukan BM zat X
∆Tf  = kf x m
 

                                                          
 

 
E.     Hasil Pengamatan
 
Konstruksi alat yang digunakan dalam praktikum :
00
00
00
00
000
000
000
00
00
00
000000000
A
D
E
B

 Penentuan Titik Beku Asam Asetat Glasial

Volume Asam Cuka                 =  25      mL

Berat jenis Asam Cuka             =  1,19   g/mL

Berat asam cuka                       =  29,75 g

Waktu(menit 2 5 7 10 15 20 30
)

Suhu (oC) 12 12 12 12 12 12 12

Titik beku asam cuka Tf o = 12oC

1.       Penentuan Tetapan Titik Beku Asam Asetat Glasial

 Berat Naftalen    = 0,1 g

Waktu(menit) 2 5 7 10 15 20 30

Suhu (oC) 12 11 11 11 11 11 11

 Titik beku larutan naftalena (W1)                                    = 11 oC

 Penurunan titik beku larutan naftalen (∆Tf)                       = 12 oC – 11 oC

                                                                                                = 1 oC

2.             Penentuan Bm zat X

 Volum asam cuka                       = 25 mL

 Berat asam cuka (w)                   = 29,75 g/mL

 Berat Zat X (W1)                       = 0,1 g

Waktu(menit) 2 5 7 10 15 20 30

Suhu (oC) 11 10 9 7 6 6 6

 Titik beku larutan zat X                           = 6 oC

 Penurunan titik beku pada larutan zat X   = 11oC – 6 oC

      = 5 oC

 
Kurva

1)      Penentuan titik beku asam asetat glacial


0
2
4
6
8
10
12
14
0
10
20
30
40
waktu (menit)
Titik beku

2)      Penntuan tetapan titik beku asam asetat glacial


10.8
11
11.2
11.4
11.6
11.8
12
12.2
0
10
20
30
40
waktu (menit)
Titik beku

3)      Penentuan BM zat X
0
2
4
6
8
10
12
0
10
20
30
40
waktu (menit)
Titik beku

Perhitungan

1.      Menentukan nilai kf Naftalena

2.      Penentuan BM zat X

F.      Pembahasan

Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang hanya bergantung pada konsentrasi zat

terlarut dan tidak bergantung pada sifat partikel zat terlarut tersebut. Sifat ini meliputi :

1.      Penurunan tekanan uap

2.      Kenaikan titik didih

3.      Penurunan titik beku


4.      Tekanan osmotic

Titik beku suatu larutan lebih rendah dari pelarut murni. Penurunan titik beku

berbanding lurus dengan jumlah mol zat terlarut.

Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat larutan

itu sendiri. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan

larutan dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan sifat koligatif larutan

elektrolit.

Pada praktikum kali ini yang berjudul ‘Penurunan Titik Beku Larutan’, kita dapat

menentukan penurunan titik beku molal pelarut dan dapat menentukan BM zat non volatile.

Dimana praktikum kali ini didasarkan pada sifat larutan yang disebut dengan koligatif

larutan.
Ketika suatu zat dicampurkan kedalam suatu pelarut, maka otomatis beberapa sifat

fisis dari larutan tersebut akan mengalami perubahan baik itu perubahan titik didih, titik beku,

tekanan uap maupun tekanan osmotic suatu larutan.

Tekanan uap adalah tekanan yang ditimbulkan oleh uap yang dihasilkan oleh zat

padat atau zat cair pada suhu tertentu. Bila air sebagai pelarut murni diuapkan pada suhu dan

tekanan tertentu maka uap air menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan uap pelarut. Pada

suhu yang rendah (dibawah titik didihnya) molekul-molekul pelarut akan menguap karena

pada permukaan zat cair hanya terdapat molekul pelarut saja. Apabila terdapat zat terlarut

pada permukaan zat cair maka molekul zat pelarut berkurang pada permukaan zat cair

sehingga jumlah molekul yang menguap berkurang.

Suatu proses penguapan pada umumnya untuk suatu zat cair itu didahuluidengan

proses pendidihan. Jika tekanan uap menurun, maka gaya dorong ke atas molekul akan

berkurang sehingga proses pendidihan akan berlangsung lebih lama. Sehingga suhu ketika

larutan mendidih lebih tinggi daripada titik didih pelarut. Sedangkan pada titik beku larutan,

penurunan tekanan uap akan menyebabkan titik beku larutan lebih rendah daripada titik beku

pelarut murni.

Pada percobaan kali ini kita lebih fokus pada penurunan titik beku suatu larutan sesuai

dengan judul percobaan kali ini. Pada percobaan kali ini kita melakukan beberapa tahap yaitu
pertama yang kita dilakukan adalah penentuan titik didih pelarut murni. Dimana yang

digunakan sebagai pelarut murni adalah asam asetat glacial (CH 3COOH). Dimana tabung

gelas E diisi dengan es batu dan garam dapur. Sedangkan gelas D diisi dengan air dan tabung

gelas B diisi dengan pelarut murni. Untuk menentukan titik beku molal asam asetat, terlebih

dahulu kita harus mengetahui titik bekunya jika dimasukkan zat terlarut. Zat terlarut yang

dicampurkan pada zat pelarut yaitu Naftalena (C10H8) sebanyak 0,1 g.

Ketika suatu larutan membeku, maka suhu akan cenderung konstan. Seperti yang

terjadi pada percobaan mengenai penentuan titik beku asam asetat glacial. Dari data hasil

pengamatan suhu yang dihasilkan pada menit yang ditentukan mengalami konstan mulai dari

menit ke 2, ke 5, ke 7, ke 10, ke 15, ke 20 hingga ke30 suhu yang dihasilkan yaitu 12°C. Hal

tersebut bisa terjadi karena es yang di masukkan terlalu banyak sehingga larutan tersebut
cepat membeku. Sebab semakin dingin suatu larutan maka semakin rendah titik beku yang

dihasilkan. Begitu pula suhu  pada penentuan tetapan titik beku asam asetat glacial yang

dihasilkan juga konstan yaitu 11°C. lain halnya dengan data pengamatan mengenai penentuan

BM zat X. Semakin lama waktu yang ditetapkan maka semakin rendah titik beku larutan

tersebut. Apabila air merupakan zat pelarut murni, kemudian didinginkan pada suhu 0°C dan

tekanan 1 atm, ternyata air tersebut membeku. Apabila ditambahkan zat terlarut ke dalam air

maka pada suhu 0°C dan tekanan 1 atm, larutan tersebut belum membeku. Agar larutan

tersebut dapat membeku  maka tekanan uap jenuh larutan harus mencapai 1 atm dan suhu

larutan harus diturunkan. Turunnya titik beku larutan dari titik beku pelarutnya disebut

penurunan titik beku larutan.

G.    Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil pengamatan di atas yaitu :

1)      Semakin banyak waktu yang diberikan maka semakin rendah titik beku yang

dihasilkan.

2)      Dari perhitungan yang telah dilakukan kf Naftalena yang diperoleh adalah 38,08 °C

Kg/mol dan BM zat X yang diperoleh adalah 32,027 gram/mol.


 

H.    Saran
Saran yang dapat kami sampaikan yaitu sebaiknya bahan yang akan digunakan harus

lengkap. Selain itu sebelum praktikum dilakukan alat dan bahan harus dicek terlebih dahulu

agar praktikum dapat berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditemtukan.
 

Anda mungkin juga menyukai