jika kita menambahkan zat terlarut didalamnya. Sebagai contoh air murni membeku pada suhu 0 C akan tetapi
jika kita melarutkan contoh sirup atau gula didalamnya maka titik bekunya akan menjadi dibawah 0 C. Sebagai
contoh larutan garam 10% NaCl akan memiliki titik beku -6 C dan 20% NaCl akan memiliki titik beku -16 C.
?Tf = m. Kf. i
Tf = Tpelarut murni – Tf
dimana:
Di bidang themodinamika konstanta titik beku pelarut, Kf lebih dikenal dengan istilah “Konstanta Krioskopik“.
Krioskopik berasal dari bahasa Yunani yang artinya “mengukur titik beku”.
Faktor Van’t Hoff (i) adalah parameter untuk mengukur seberapa besar zat terlarut berpengaruh terhadap sifat
koligatif (penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmotik). Faktor Van’t
Hoff dihitung dari besarnya konsentrasi sesunguhnya zat terlarut yang ada di dalam larutan dibanding dengan
konsentrasi zat terlarut hasil perhitungan dari massanya. Untuk zat non elektrolit maka vaktor Van’t Hoffnya
adalah 1 dan nonelektrolit adalah sama dengan jumlah ion yang terbentuk didalam larutan. Faktor Van’t Hoff
secara teori dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
i = 1 + (n-1)?)
dengan ? adalah derajat ionisasi zat terlarut dan n jumlah ion yang terbentuk ketika suatu zat berada didalam
larutan. Untuk non elektrolit maka alfa = o dan n adalah 1 dan untuk elektrolit dicontohkan sebagai berikut:
Jika dilihat persamaan ?Tf = m.Kf.i maka kita bisa menentukan besarnya Faktor Van’t Hoff dari suatu zat terlarut
dalam suatu pelarut dengan menggambar grafik antara ?Tf dengan m maka kita akan mendapatkan slope
(gradien garis) yang setara dengan ixKf. Bila harga Kf pelarut diketahui maka kita pun dapat mencari nilai i-nya.
A. Tujuan Percobaan
B. Landasan Teori
Dalam penentuan Tf dan Tb, suhu harus mengalami perubahan (suhu tidak konstan)
oleh karena itu dipakai satuan konsentrasi molal yang tidak bergantung pada suhu. Satuan
konsentrasi molar tidak cocok dipakai karena perubuhan suhu akan mempengaruhi keadaan
volume. Harga ∆Kf dan ∆Kb merupakan tetapan yang hanya bergantung pada jenis pelarut,
setiap pelarut memiliki harga ∆Kf dan ∆Kb msing-masing diperoleh dari hasil suatu
eksperimen yaitu dengan cara mengukur Tf dan Tb dari larutan tersebut tetap; molal dalam
Hukum Raoult menyatakan bahwa tekanan uap suatu komponen yang menguap dalam
larutan sama dengan tekanan uap yang menguap murni yang dikalikan dengan fraksi mol
komponen yang menguap dalam larutan , pada suhu yang sama. Larutan yang mengikuti
hokum roult disebut larutan ideal. Syarat larutan ideal adalah molekul zat terlarut dan
molekul pelarut tersusun sembarang, pada pencampuran tidak terjadi efek kalor dan jumlah
volume sebelum pencampuran sama dengan volume campurannya (selisih volumenya nol).
Larutan yang tidak memenuhi hukum Roult disebut larutan nol ideal (Anonim, 2001:03).
konstannya suatu suhu jika suhu termometernya tetap konstan. Suhu pada saat zat padat dan
zat cair yang terjadi dan bahan yang sama berbeda bersama kesetimbangan fase hanya pada
saat suatu suhu tertentu. Kesetimbangan berarti bentuk padat atau padat menjadi cair. Begitu
pula suatu cairan akan berasa dengan kesetimbangan fase dengan uapnya hnya pada suatu
Pada setiap suhu, suatu larutan memilki tekanan yang lebih rendah dari pada pelarut
murninya. Akibatnya pada diagram hubungan antara tekanan dan suhu terlihat jelas jika
bahan titik didih larutan selalu tinggi serta titik beku larutan selalu rendah jika dibandingkan
dengan titik beku pelrut murninya. Air murni pada tekanan 1 atm memiliki titik beku 0 oC.
Jika dalam air kita larutkan zat, maka titik beku larutannya akan lebih rendah dan titik
didihnya akan lebih tinggi dari 100oC. Besarnya penurunan titik beku (∆Tf) dan kenaikan titk
didih (∆Tb) hanya ditentukan oleh jumlah partikel zat tersebut . Makin banyak partikel zat
1. Alat
Thermometer
Gelas Ukur 25 ml
Neraca Analitik
Stopwatch
Batang Pengaduk
Botol Semprot
2. Bahan
Naftalena
Garam Dapur
Es
Zat X
Aquadest
D. Prosedur Kerja
1. Penentuan Titik Beku Asam Asetat Glasial
Asam Asetat Glasial
(25 ml)
Tf o
- dimasukkan ke dalam tabung B
- dicelupkan thermometer
- dicatat suhu thermometer setiap waktu yang ditentukan
- ditambahkan Naftalena 0,1 g
- dicatat suhu thermometer setiap waktu yang ditentukan
ΔTf = kf x m
3. Penentuan Bm zat X
Asam Asetat Glasial (25 ml) + naftalena 0,1 g
- ditambahkan Zat x 0,1 g
- dicatat suhu temometer setiap waktu yang ditentukan
- ditentukan titik beku larutan
- ditentukan penurunan titik beku larutan
- ditentukan BM zat X
∆Tf = kf x m
E. Hasil Pengamatan
Konstruksi alat yang digunakan dalam praktikum :
00
00
00
00
000
000
000
00
00
00
000000000
A
D
E
B
Waktu(menit 2 5 7 10 15 20 30
)
Suhu (oC) 12 12 12 12 12 12 12
Waktu(menit) 2 5 7 10 15 20 30
Suhu (oC) 12 11 11 11 11 11 11
= 1 oC
2. Penentuan Bm zat X
Waktu(menit) 2 5 7 10 15 20 30
Suhu (oC) 11 10 9 7 6 6 6
= 5 oC
Kurva
3) Penentuan BM zat X
0
2
4
6
8
10
12
0
10
20
30
40
waktu (menit)
Titik beku
Perhitungan
2. Penentuan BM zat X
F. Pembahasan
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang hanya bergantung pada konsentrasi zat
terlarut dan tidak bergantung pada sifat partikel zat terlarut tersebut. Sifat ini meliputi :
Titik beku suatu larutan lebih rendah dari pelarut murni. Penurunan titik beku
Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat larutan
itu sendiri. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan
larutan dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan sifat koligatif larutan
elektrolit.
Pada praktikum kali ini yang berjudul ‘Penurunan Titik Beku Larutan’, kita dapat
menentukan penurunan titik beku molal pelarut dan dapat menentukan BM zat non volatile.
Dimana praktikum kali ini didasarkan pada sifat larutan yang disebut dengan koligatif
larutan.
Ketika suatu zat dicampurkan kedalam suatu pelarut, maka otomatis beberapa sifat
fisis dari larutan tersebut akan mengalami perubahan baik itu perubahan titik didih, titik beku,
Tekanan uap adalah tekanan yang ditimbulkan oleh uap yang dihasilkan oleh zat
padat atau zat cair pada suhu tertentu. Bila air sebagai pelarut murni diuapkan pada suhu dan
tekanan tertentu maka uap air menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan uap pelarut. Pada
suhu yang rendah (dibawah titik didihnya) molekul-molekul pelarut akan menguap karena
pada permukaan zat cair hanya terdapat molekul pelarut saja. Apabila terdapat zat terlarut
pada permukaan zat cair maka molekul zat pelarut berkurang pada permukaan zat cair
Suatu proses penguapan pada umumnya untuk suatu zat cair itu didahuluidengan
proses pendidihan. Jika tekanan uap menurun, maka gaya dorong ke atas molekul akan
berkurang sehingga proses pendidihan akan berlangsung lebih lama. Sehingga suhu ketika
larutan mendidih lebih tinggi daripada titik didih pelarut. Sedangkan pada titik beku larutan,
penurunan tekanan uap akan menyebabkan titik beku larutan lebih rendah daripada titik beku
pelarut murni.
Pada percobaan kali ini kita lebih fokus pada penurunan titik beku suatu larutan sesuai
dengan judul percobaan kali ini. Pada percobaan kali ini kita melakukan beberapa tahap yaitu
pertama yang kita dilakukan adalah penentuan titik didih pelarut murni. Dimana yang
digunakan sebagai pelarut murni adalah asam asetat glacial (CH 3COOH). Dimana tabung
gelas E diisi dengan es batu dan garam dapur. Sedangkan gelas D diisi dengan air dan tabung
gelas B diisi dengan pelarut murni. Untuk menentukan titik beku molal asam asetat, terlebih
dahulu kita harus mengetahui titik bekunya jika dimasukkan zat terlarut. Zat terlarut yang
Ketika suatu larutan membeku, maka suhu akan cenderung konstan. Seperti yang
terjadi pada percobaan mengenai penentuan titik beku asam asetat glacial. Dari data hasil
pengamatan suhu yang dihasilkan pada menit yang ditentukan mengalami konstan mulai dari
menit ke 2, ke 5, ke 7, ke 10, ke 15, ke 20 hingga ke30 suhu yang dihasilkan yaitu 12°C. Hal
tersebut bisa terjadi karena es yang di masukkan terlalu banyak sehingga larutan tersebut
cepat membeku. Sebab semakin dingin suatu larutan maka semakin rendah titik beku yang
dihasilkan. Begitu pula suhu pada penentuan tetapan titik beku asam asetat glacial yang
dihasilkan juga konstan yaitu 11°C. lain halnya dengan data pengamatan mengenai penentuan
BM zat X. Semakin lama waktu yang ditetapkan maka semakin rendah titik beku larutan
tersebut. Apabila air merupakan zat pelarut murni, kemudian didinginkan pada suhu 0°C dan
tekanan 1 atm, ternyata air tersebut membeku. Apabila ditambahkan zat terlarut ke dalam air
maka pada suhu 0°C dan tekanan 1 atm, larutan tersebut belum membeku. Agar larutan
tersebut dapat membeku maka tekanan uap jenuh larutan harus mencapai 1 atm dan suhu
larutan harus diturunkan. Turunnya titik beku larutan dari titik beku pelarutnya disebut
G. Kesimpulan
1) Semakin banyak waktu yang diberikan maka semakin rendah titik beku yang
dihasilkan.
2) Dari perhitungan yang telah dilakukan kf Naftalena yang diperoleh adalah 38,08 °C
H. Saran
Saran yang dapat kami sampaikan yaitu sebaiknya bahan yang akan digunakan harus
lengkap. Selain itu sebelum praktikum dilakukan alat dan bahan harus dicek terlebih dahulu
agar praktikum dapat berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditemtukan.