∂ ln 𝛾𝑧
dapat diabaikan sehingga:
∂ ln 𝑚𝑧
Bahan
Larutan NaOH 0,2 N dan 0,5 N Larutan asam oksalat jenuh
Indikator fenolftalein Air
Larutan asam oksalat jenuh pada suhu 60°C dimasukkan ke dalam tabung reaksi
berukuran sedang (tabung A).Setelah itu tabung A yang berisi larutan jenuh
dimasukkan pada tabung selubung B, dan tabung B dimasukkan dalam gelas kimia
berisi air pada suhu kamar. Tabung A kemudian dilengkapi batang pengaduk lingkar
dan termometer. Larutan pada tabung A terus diaduk hingga suhu yang dicapai adalah
50ᵒC kemudian dipipet sebanyak 10 mL dan diencerkan hingga 100 mL menggunakan
aqua dm. Pengambilan serupa dilakukan juga pada suhu 40ᵒC, 30ᵒC, dan 20ᵒC dan
diperlukan es batu untuk menurunkan suhu. Keempat larutan tersebut kemudian
dititrasi. Titrasi terhadap cuplikan 10 mL asam oksalat pada suhu 50ᵒC dan 40ᵒC, serta
cuplikan 25 mL asam oksalat pada suhu 30ᵒC 20ᵒC tersebut menggunakan penitrasi
NaOH 0,2555 M dan penambahan indikator fenolftalein (PP) di awal titrasi. Titrasi
dilakukan hingga terbentuk warna ungu muda pada larutan. Untuk setiap cuplikan di
berbagai suhu dilakukan titrasi duplo. Untuk massa jenis setiap larutan asam oksalat di
berbagai suhu, digunakan pengukuran dengan piknometer. Piknometer kosong
ditimbang massanya, lalu piknometer diisi dengan aqua dm hingga penuh, ditutup, lalu
ditimbang massanya dengan. Dengan cara yang serupa massa piknometer dengan asam
oksalat hasil pengenceran di berbagai suhu ditimbang massanya.
V. Data Pengamatan
Truang = 25 oC
ρ air pada suhu ruang = 0,997044 g/ml
[NaOH] = 0,2555 M
Massa piknometer kosong = 19,3569 g
Massa piknometer + aqua dm = 45,5264 g
mpiknometer + larutan
T(oC) VNaOH 1 (ml) VNaOH 2 (ml) VRata-rata NaOH(ml)
(gram)
50 45,8910 24 24,1 24,05
40 45,7885 18,2 18,3 18,25
30 45,7014 32,4 32,4 32,4
20 45,6966 22,4 22,3 22,35
45,5264 g − 19,3569 g
vpikno = 0,997044 g/ml
vpikno = 23,2382 ml
6.2 Penentua Massa Jenis Larutan Asam Oksalat
Contoh perhitungan massa jenis larutan asam oksalat pada suhu 50°C.
45,8910 g − 19,3569 g
ρasam oksalat = 23,2382 ml
= 30,7239 mmol
𝑛H2C2O4
[H2C2O4] = 10 𝑚𝑙
30,7239 mmol
= 10 𝑚𝑙
= 3,0724 M
Dengan cara yang sama diperoleh nilai sebagai berikut.
T(oC) 𝑉𝐻2𝐶2𝑂4 (𝑚𝑙) 𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻 (𝑚𝑙) n H2C2O4 (mmol) [H2C2O4] (M)
50 10 24,05 30,7239 3,0724
40 10 18,25 23,3144 2,3314
30 25 32,4 41,3910 1,6556
20 25 22,35 28,5521 1,1421
Tabel 6.2 Data Konsentrasi Asam Oksalat Jenuh pada Berbagai Suhu
6.7 Penentuan Massa Asam Oksalat dalam 10 ml Larutan Asam Oksalat Jenuh (mAO")
Contoh perhitungan massa asam oksalat dalam 10 mL larutan asam oksalat jenuh
pada suhu 50°C.
10 ml
mAO“ = [H2C2O4] x 1000 𝑚𝑙/𝐿 𝑥 MrH2C2O4
10 ml
= 3,0724 M x 1000 𝑚𝑙/𝐿 x 90,03 g/mol
= 2,7661 g
Dengan cara yang sama, diperoleh nilai sebagai berikut.
T(oC) [H2C2O4] (M) mAO“ (g)
50 3,0724 2,7661
40 2,3314 2,0990
30 1,6556 1,4905
20 1,1421 1,0282
Tabel 6.5 Massa Asam Oksalat dalam 10 ml Larutan Asam Oksalat Jenuh
6.8 Penentuan Massa Pelarut dalam 10 ml Larutan Asam Oksalat Jenuh (mA’)
Contoh perhitungan massa pelarut dalam 10 ml larutan asam oksalat jenuh pada 50°C.
mA′ = mAO′ − mAO"
= 24,4460 g - 2,7661 g
= 21,6799 g
Dengan cara yang sama, diperoleh nilai sebagai berikut.
T(oC) mAO‘ (g) mAO “ (g) mA’ (g)
50 24,4460 2,7661 21,6799
40 24,0060 2,0990 21,9070
30 23,6360 1,4905 22,1455
= 1,4172 molal
Dengan cara yang sama, diperoleh nilai sebagai berikut.
T(oC) mA’ (g) [H2C2O4] (M) S (molal)
50 21,6799 3,0724 1,4172
40 21,9070 2,3314 1,0642
30 22,1455 1,6556 0,7476
20 22,5878 1,1421 0,5056
6.10 Penentuan Kalor Pelarutan Diferensial Asam Oksalat (∆Hds) dengan Metode
Rentang Dua Suhu
= 32881,1980 J/mol
= 32,8812 kJ/mol
Dengan perhitungan yang sama untuk rentang dua suhu lainnya, didapatkan nilai
sebagai berikut.
T1 (K) T2 (K) ∆Hds (kJ/mol)
293 303 28,8743
303 313 27,8475
313 323 24,0823
Rata – rata 26,9347
6.11 Penentuan Kalor Pelarutan Diferensial Asam Oksalat (∆Hds) dengan Metode
Grafik Logaritma s terhadap 1/T
Selanjutnya akan ditentukan persamaan regresi y = mx + c, dimana y adalah log
s dan x adalah 1/T.
T(oC) 1/T (K-1) S (molal) Log s
323 0,0031 1,4172 0,1514
313 0,0032 1,0642 0,0270
303 0,0033 0,7476 -0,1263
293 0,0034 0,5056 -0,2962
Berdasarkan data diatas, didapatkan grafik log s terhadap 1/T sebagai berikut
0,1
0
log s
-0,1
-0,2
-0,3
-0,4
0,00305 0,0031 0,00315 0,0032 0,00325 0,0033 0,00335 0,0034 0,00345
1/T
y = -1496,1x + 4,8
∆Hds = −(2,303𝑥𝑅𝑥𝑎)
Chemica, Jurnal Ilmiah Kimia dan pendidikan Kimia, Fakultas MIPA UNM,
Deng, Y., Husson, P., Delort, A., Hoggan, P., Sancelme, M., Gomes, M.F.C.
b. Data pengamatan
c. Jawaban pertanyaan
Soal:
1. Pencuplikan untuk menentukan kelarutan di sini dilakukan dari suhu tinggi ke
suhu rendah. Bagaimana pendapat anda jika pencuplikan itu dilakukan dengan
arah berlawanan yaitu dari suhu rendah ke suhu tinggi?
2. Dalam integrasi persamaan Van’t Hoff diandaikan bahwa ∆H tidak bergantung
pada suhu. Bagaimana bentuk persamaannya bila kalor pelarutan merupakan fungsi
kuadrat dari suhu ? ∆H = A + BT + CT2 dengan A, B dan C tetapan.
Jawaban:
1. Proses pemanasan dari suhu rendah ke tinggi lebih cepat dibandingkan
proses pendinginan dari suhu tinggi ke rendah. Namun, Jika pencuplikan dilakukan dari
suhu rendah ke tinggi, proses pencuplikan harus dilakukan dengan sangat cepat karena
waktu yang dibutuhkan larutan untuk meningkatkan suhu relatif cepat. Hal ini dapat
mempengaruhi data percobaan, karena suhu larutan yang tidak sesuai dengan keadaan
suhu yang diinginkan.
2.
LAPORAN PRAKTIKUM KI2241
PRAKTIKUM ENERGETIKA KIMIA
PERCOBAAN B-2
KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU