Anda di halaman 1dari 14

PERCOBAAN B-2

KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU


I. Tujuan Percobaan
1. Menentukan kelarutan asam oksalat dalam pelarut air pada suhu (20, 30, 40, 50 oC)
2. Menentukan kalor pelarutan diferensial asam oksalat menggunakan metode rentang
dua suhu dan grafik log molalitas terhadap 1/T.
II. Teori Dasar
Kesetimbangan antara zat terlarut dan zat tidak terlarut dalam larutan jenuh, yaitu:

A(p) : molekul zat terlarut


A(l) : molekul zat tidak larut
Tetapan kesetimbangan proses pelarutan tersebut:

𝑎𝑧 : keaktifan zat terlarut


𝑎𝑧′ : keaktifan zat tidak larut, mengambil harga 1 untuk zat padat dalam keadaan
standard
𝛾 : koefisien kelarutan zat yang larut
𝑚𝑧 : kemolaran zat yang larut karena larutan jenuh disebut kelarutan (Deng, 2011)
Persamaan Van't Hoff menyatakan plot dari kemiringan konstanta kesetimbangan
(khususnya ln K) sebagai fungsi dari suhu. Ini dapat dinyatakan dalam salah satu
dari dua cara:

Persamaan di atas (a) menunjukkan bahwa d ln K / dT < 0 (oleh karena itu dK /


dT < 0)
untuk reaksi eksotermik dalam kondisi standar (∆𝑟𝐻⊖ < 0). Kemiringan negative
menunjukkan ln K menurun saat suhu naik. Oleh karena itu, dalam kasus reaksi
eksotermik, kesetimbangan bergeser menjauhi produk. Kebalikannya terjadi pada
kasus reaksi endotermik (Atkins, 2006).
Untuk mencari nilai konstanta kesetimbangan pada suhu 𝑇2 dari segi nilai 𝐾1
pada suhu lain 𝑇1, diintegrasikan persamaan (b) antara dua suhu ini:

Van’t Hoff mengungkapkan:

∆𝐻° : perubahan entalpi proses


𝑅 : tetapan gas ideal
Selanjutnya:

∆𝐻𝑑𝑠 : kalor pelarutan diferensial pada konsentrasi jenuh


Persamaan ini diuraikan menjadi:

∂ ln 𝛾𝑧
dapat diabaikan sehingga:
∂ ln 𝑚𝑧

ntegrasi persamaan di atas antara suhu 𝑇1 dan 𝑇2 adalah:

III. Alat dan Bahan


Alat

Gelas kimia 1000 mL 1 buah


Gelas kimia 150 mL 1 buah
Tabung reaksi besar (selubung) 1 buah
Tabung reaksi sedang 1 buah
Batang pengaduk lingkar 1 buah
Termometer 100℃ 1 buah
Pipet volume 5 mL 1 buah
Pipet volume 10 mL 4 buah
Pipet volume 15 mL 1 buah
Pipet volume 25 mL 1 buah
Labu takar 100 mL 4 buah
Erlenmeyer 250 mL 2 buah
Buret 50 mL dan klem buret 1 buah
Gelas ukur 10 mL 1 buah
Corong 1 buah
Filer 1 buah
Pipet tetes 1 buah
Piknometer 2 buah atau lebih

Bahan
Larutan NaOH 0,2 N dan 0,5 N Larutan asam oksalat jenuh
Indikator fenolftalein Air

IV. Cara Kerja

Larutan asam oksalat jenuh pada suhu 60°C dimasukkan ke dalam tabung reaksi
berukuran sedang (tabung A).Setelah itu tabung A yang berisi larutan jenuh
dimasukkan pada tabung selubung B, dan tabung B dimasukkan dalam gelas kimia
berisi air pada suhu kamar. Tabung A kemudian dilengkapi batang pengaduk lingkar
dan termometer. Larutan pada tabung A terus diaduk hingga suhu yang dicapai adalah
50ᵒC kemudian dipipet sebanyak 10 mL dan diencerkan hingga 100 mL menggunakan
aqua dm. Pengambilan serupa dilakukan juga pada suhu 40ᵒC, 30ᵒC, dan 20ᵒC dan
diperlukan es batu untuk menurunkan suhu. Keempat larutan tersebut kemudian
dititrasi. Titrasi terhadap cuplikan 10 mL asam oksalat pada suhu 50ᵒC dan 40ᵒC, serta
cuplikan 25 mL asam oksalat pada suhu 30ᵒC 20ᵒC tersebut menggunakan penitrasi
NaOH 0,2555 M dan penambahan indikator fenolftalein (PP) di awal titrasi. Titrasi
dilakukan hingga terbentuk warna ungu muda pada larutan. Untuk setiap cuplikan di
berbagai suhu dilakukan titrasi duplo. Untuk massa jenis setiap larutan asam oksalat di
berbagai suhu, digunakan pengukuran dengan piknometer. Piknometer kosong
ditimbang massanya, lalu piknometer diisi dengan aqua dm hingga penuh, ditutup, lalu
ditimbang massanya dengan. Dengan cara yang serupa massa piknometer dengan asam
oksalat hasil pengenceran di berbagai suhu ditimbang massanya.

V. Data Pengamatan
Truang = 25 oC
ρ air pada suhu ruang = 0,997044 g/ml
[NaOH] = 0,2555 M
Massa piknometer kosong = 19,3569 g
Massa piknometer + aqua dm = 45,5264 g
mpiknometer + larutan
T(oC) VNaOH 1 (ml) VNaOH 2 (ml) VRata-rata NaOH(ml)
(gram)
50 45,8910 24 24,1 24,05
40 45,7885 18,2 18,3 18,25
30 45,7014 32,4 32,4 32,4
20 45,6966 22,4 22,3 22,35

VI. Pengolahan Data


6.1 Penentuan Volume Piknometer

45,5264 g − 19,3569 g
vpikno = 0,997044 g/ml

vpikno = 23,2382 ml
6.2 Penentua Massa Jenis Larutan Asam Oksalat

Contoh perhitungan massa jenis larutan asam oksalat pada suhu 50°C.
45,8910 g − 19,3569 g
ρasam oksalat = 23,2382 ml

ρasam oksalat = 1,1418 g/ml


Dengan cara yang sama, diperoleh nilai sebagai berikut.
T(oC) 50 40 30 20
ρasam oksalat (g/ml) 1,1418 1,1374 1,1337 1,1335
Tabel 6.1 Massa Jenis Asam Oksalat Pada Berbagai Suhu
6.3 Penentuan Konsentrasi Asam Okasalat Jenuh ([H2C2O4])

Contoh perhitungan konsentrasi H2C2O4 jenuh pada suhu 50°C


1 100 𝑚𝑙
n H2C2O4 = 2 𝑥 [𝑛𝑁𝑎𝑂𝐻 ] 𝑥 𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 10 𝑚𝑙
1 100 𝑚𝑙
= 2 𝑥 0,2555𝑥 24,05 𝑚𝑙 𝑥 10 𝑚𝑙

= 30,7239 mmol
𝑛H2C2O4
[H2C2O4] = 10 𝑚𝑙
30,7239 mmol
= 10 𝑚𝑙

= 3,0724 M
Dengan cara yang sama diperoleh nilai sebagai berikut.
T(oC) 𝑉𝐻2𝐶2𝑂4 (𝑚𝑙) 𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻 (𝑚𝑙) n H2C2O4 (mmol) [H2C2O4] (M)
50 10 24,05 30,7239 3,0724
40 10 18,25 23,3144 2,3314
30 25 32,4 41,3910 1,6556
20 25 22,35 28,5521 1,1421
Tabel 6.2 Data Konsentrasi Asam Oksalat Jenuh pada Berbagai Suhu

6.4 Penentuan Massa 100 ml Larutan Asam Oksalat (mAO)


mAO = 100 ml x ρH2C2O4
Contoh perhitungan massa 100 ml larutan asam oksalat pada suhu 50 oC.
mAO = 100 ml x ρH2C2O4
mAO = 100 ml x 1,1418 g/ml
= 114,18 g
Dengan cara yang sama, diperoleh nilai sebagai berikut.
T(oC) 50 40 30 20
ρasam oksalat (g/ml) 1,1418 1,1374 1,1337 1,1335
mAO (gram) 114,18 113,74 113,37 113,35

Tabel 6.3 Massa 100 ml Larutan Asam Oksalat


6.5 Penentuan Massa 90 ml Air (mA)
mA = 90 ml x ρair (25 oC)
mA = 90 ml x ρair (25 oC)
= 90 ml x 0,997044 g/ml
= 89,73396 g

6.6 Penentuan Massa 10 ml Larutan Asam Oksalat Jenuh (mAO’)

Contoh perhitungan massa 10 ml larutan asam oksalat jenuh pada suhu 50 oC


mAO’ = mAO − mA
= 114,18 g - 89,73396 g
= 24,4460 g
Dengan cara yang sama, diperoleh nilai sebagai berikut.
T(oC) mAO (g) mA (g) mAO’ (g)

50 114,18 89,73396 24,4460


40 113,74 89,73396 24,0060
30 113,37 89,73396 23,6360
20 113,35 89,73396 23,6160

Tabel 6.4 Massa 10 ml Lautan Asam Oksalat Jenuh

6.7 Penentuan Massa Asam Oksalat dalam 10 ml Larutan Asam Oksalat Jenuh (mAO")

Contoh perhitungan massa asam oksalat dalam 10 mL larutan asam oksalat jenuh
pada suhu 50°C.
10 ml
mAO“ = [H2C2O4] x 1000 𝑚𝑙/𝐿 𝑥 MrH2C2O4
10 ml
= 3,0724 M x 1000 𝑚𝑙/𝐿 x 90,03 g/mol

= 2,7661 g
Dengan cara yang sama, diperoleh nilai sebagai berikut.
T(oC) [H2C2O4] (M) mAO“ (g)
50 3,0724 2,7661
40 2,3314 2,0990
30 1,6556 1,4905
20 1,1421 1,0282

Tabel 6.5 Massa Asam Oksalat dalam 10 ml Larutan Asam Oksalat Jenuh

6.8 Penentuan Massa Pelarut dalam 10 ml Larutan Asam Oksalat Jenuh (mA’)

Contoh perhitungan massa pelarut dalam 10 ml larutan asam oksalat jenuh pada 50°C.
mA′ = mAO′ − mAO"
= 24,4460 g - 2,7661 g
= 21,6799 g
Dengan cara yang sama, diperoleh nilai sebagai berikut.
T(oC) mAO‘ (g) mAO “ (g) mA’ (g)
50 24,4460 2,7661 21,6799
40 24,0060 2,0990 21,9070
30 23,6360 1,4905 22,1455

20 23,6160 1,0282 22,5878

Tabel 6.6 Massa Pelarut dalam 10 ml Larutan Asam Oksalat Jenuh

6.9 Penentuan Kelarutan Asam Oksalat (s)


Kelarutan asam oksalat dapat ditentukan dengan cara berikut :
10 ml 1000 g/kg
s = [H2C2O4] x 1000 𝑚𝑙/𝐿 𝑥 mA '

Contoh perhitungan asam oksalat pada suhu 50 oC.


10 ml 1000 g/kg
s = [H2C2O4] x 1000 𝑚𝑙/𝐿 𝑥 mA '
10 ml 1000 g/kg
s = 3,0724 x 1000 𝑚𝑙/𝐿 𝑥 21,6799 g

= 1,4172 molal
Dengan cara yang sama, diperoleh nilai sebagai berikut.
T(oC) mA’ (g) [H2C2O4] (M) S (molal)
50 21,6799 3,0724 1,4172
40 21,9070 2,3314 1,0642
30 22,1455 1,6556 0,7476
20 22,5878 1,1421 0,5056

Tabel 6.7 Kelarutan Asam Oksalat

6.10 Penentuan Kalor Pelarutan Diferensial Asam Oksalat (∆Hds) dengan Metode
Rentang Dua Suhu

Contoh untuk rentang suhu 20 oC sampai 30 oC.

0,7476 ∆Hds 303 K - 293 K


log = x
0,5056 2,303 x 8,324 J/mol.K 303 K . 293 K
0,7476 303 K . 293 K
∆Hds = log x 2,303 x 8,324 J/mol. K x
0,5056 10 K

= 32881,1980 J/mol
= 32,8812 kJ/mol
Dengan perhitungan yang sama untuk rentang dua suhu lainnya, didapatkan nilai
sebagai berikut.
T1 (K) T2 (K) ∆Hds (kJ/mol)
293 303 28,8743
303 313 27,8475
313 323 24,0823
Rata – rata 26,9347

Tabel 6.8 Kalor Pelarutan Diferensial Asam Oksalat

6.11 Penentuan Kalor Pelarutan Diferensial Asam Oksalat (∆Hds) dengan Metode
Grafik Logaritma s terhadap 1/T
Selanjutnya akan ditentukan persamaan regresi y = mx + c, dimana y adalah log
s dan x adalah 1/T.
T(oC) 1/T (K-1) S (molal) Log s
323 0,0031 1,4172 0,1514
313 0,0032 1,0642 0,0270
303 0,0033 0,7476 -0,1263
293 0,0034 0,5056 -0,2962

Tabel 6.9 Kalor Pelarutan Diferensial Asam Oksalat

Berdasarkan data diatas, didapatkan grafik log s terhadap 1/T sebagai berikut

Grafik log s terhadap 1/T


0,2

0,1

0
log s

-0,1

-0,2

-0,3

-0,4
0,00305 0,0031 0,00315 0,0032 0,00325 0,0033 0,00335 0,0034 0,00345
1/T

Gambar 6.1 Grafik Log s terhadap 1/T

Dari grafik di atas, didapatkan persamaan regresi linear sebagai berikut,

y = -1496,1x + 4,8

Dimana -1496,1 adalah a, sehingga


∆Hds
a=- , maka
2,303 x R

∆Hds = −(2,303𝑥𝑅𝑥𝑎)

= −(2,303 𝑥 8,314 J/mol. K 𝑥 (−1496,1))

= 28646,0391 J/mol = 28,646 kJ/mol


VII. Pembahasan
VIII. Kesimpulan
1. Kelarutan asam oksalat pada suhu 20ᵒC diperoleh sebesar 0,5056 molal; suhu 30ᵒC
sebesar 0,7476 molal; suhu 40ᵒC sebesar 1,0642 molal; dan suhu 50ᵒC sebesar
1,4172 molal.
2. Kalor pelarutan diferensial asam oksalat dengan metode rentang dua suhu diperoleh
sebesar 26,9347kJ/mol. Sedangkan dengan metode log molalitas terhadap 1/T
diperoleh kalor pelarutan diferensial asam oksalat sebesar 28,646 kJ/mol.
IX. Daftar Pustaka
Atkins, P. and Paula, J. D. Atkins’ Physical Chemistry 8th Ed., Oxford

University Press, 2006.

Chemica, Jurnal Ilmiah Kimia dan pendidikan Kimia, Fakultas MIPA UNM,

Volume 1 Nomor 2 Juni 2004

Deng, Y., Husson, P., Delort, A., Hoggan, P., Sancelme, M., Gomes, M.F.C.

Influence of an Oxygen Functionalization on the Physicochemical

Properties of Ionic Liquids: Density, Viscosity, and Carbon

Dioxide Solubility as a Function of Temperature. J. Chem. Eng.

Data. 2011, 56(11), 4194-4202.


X. Lampiran
a. Data literatur

b. Data pengamatan
c. Jawaban pertanyaan
Soal:
1. Pencuplikan untuk menentukan kelarutan di sini dilakukan dari suhu tinggi ke
suhu rendah. Bagaimana pendapat anda jika pencuplikan itu dilakukan dengan
arah berlawanan yaitu dari suhu rendah ke suhu tinggi?
2. Dalam integrasi persamaan Van’t Hoff diandaikan bahwa ∆H tidak bergantung
pada suhu. Bagaimana bentuk persamaannya bila kalor pelarutan merupakan fungsi
kuadrat dari suhu ? ∆H = A + BT + CT2 dengan A, B dan C tetapan.

Jawaban:
1. Proses pemanasan dari suhu rendah ke tinggi lebih cepat dibandingkan
proses pendinginan dari suhu tinggi ke rendah. Namun, Jika pencuplikan dilakukan dari
suhu rendah ke tinggi, proses pencuplikan harus dilakukan dengan sangat cepat karena
waktu yang dibutuhkan larutan untuk meningkatkan suhu relatif cepat. Hal ini dapat
mempengaruhi data percobaan, karena suhu larutan yang tidak sesuai dengan keadaan
suhu yang diinginkan.
2.
LAPORAN PRAKTIKUM KI2241
PRAKTIKUM ENERGETIKA KIMIA
PERCOBAAN B-2
KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

Nama : Ayu Zakia


NIM : 10521082
Kelompok :H
Tanggal Praktikum : Kamis, 16 Februari 2023
Tanggal Pengumpulan: Kamis, 23 Februari 2023
Nama Asisten : Natalia (20522008)

LABORATORIUM KIMIA FISIK


PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2023

Anda mungkin juga menyukai