Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

PERCOBAAN II
KELARUTAN

DISUSUN OLEH :

HARI/ TANGGAL : RABU, 08 MARET 2023


NAMA : RAMADHANI SAYYIDINA PUTRI
NIM : 61608100822133
KELOMPOK : 6 ( ENAM )
KELAS : FARMASI B
DOSEN : GHALIB SYUKRILLAH SYAHPUTRA., M.Farm
ASISTEN DOSEN : 1. NURUL ANISYA
2. WAHYUDI

LABORATORIUM FARMASI FISIKA


PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
INSTITUT KESEHATAN MITRA BUNDA
BATAM
2023
KELARUTAN

I. TUJUAN
1. Untuk menerapkan fakto-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat
2. Mengetahui bagaimana cara mentritasi
3. Dapat mengetahui pengaruh pelarut terhadap kelarutan

II. PENDAHULUAN

Kelarutan dapat diartikan sebagai konsentrasi bahan terlarut dalam


suatu larutan jenuh pada suhu larutan tertentu. Larutan sebagai campuran
homogen bahan yang berlainan. Untuk dibedakan antara larutan dari gas,
cairan dan bahan padat dalam cairan. Disamping itu, terdapat larutan dalam
keadaan padat (misalnya gelas, pembentukan kristal campuran)
(Voight,1994).

Perubahan kelarutan dengan tak mempunyai arti penting yang praktis


dalam analisis anorganik kualitatif, karena semua pekerjaan dilakukan dalam
bejana terbuka pada tekanan atmosfer, perubahan yang sedikit dari tekanan
atmosfer tidak mempunyai pengaruh bagi kelarutan (Svehla,1979). Terlebih
lagi pembuatan larutan dengan suhu. Kelarutan menurut farmakope Indonesia

, diartikan dengan kelarutan pada suhu 20°C (FII 3) atau 25°C (FI IV)

dinyatakan dalam satu bagian bobot zat padat atau 1 bagian volume zat cair
dalam bagian volume tertentu pelarut, kecuali dinyatakan lain (Martin, 2008).

Kelarutan dalam suatu bahan pelarut tertentu menunjukkan


konsentrasi maksimum larutan yang dapat dibuat dari bahan dan pelarut
tersebut. Bila suatu pelarut pada suhu tertentu melarutkan semua zat pelarut
sampai batas daya melarutnya, larutan ini disebut larutan jenuh. Perlu
diperhatikan berbagai kemungkinan kelarutan diantara dua macam bahan
kimia yang menentukan jumlah masing masing yang diperlukan untuk
membuat larutan jenuh, disebutkan dua contoh sediaan resmi larutan jenuh
dalam air yaitu; larutan topical kalsium hidroksida, USP, dan larutan oral
Kalium Iodida (Ansel, 1989).
Larutan yang menggunakan air sebagai pelarut dinamakan larutan
dalam air atau aqueos. Larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah
banyak dinamakan larutan pekat. Jika jumlah terlalu sedikit, larutan
dinamakan larutan encer. Larutan adalah campuran yang homogen dari dua
atau lebih zat. Zat yang jumlahnya sedikit disebut zat terlarut (solute)
sedangkan yang jumlahnya lebih banyak disebut pelarut (Chang, 2003).

Molaritas menyatakan banyaknya mol zat terlarut dalm tiap liter


larutan. Normalitas menyatakan jumlah ekivalen zat terlarut dalam tiap liter
larutan. Molalitas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam tiap 1.000 gram
pelarut murni, sedangkan fraksi mol menyatakan perbandingan mol salah satu
komponen dengan jumlah mol semua komponen (Syukri, 1999).

Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air, selain
air yang berfungsi sebagai pelarut adalah alcohol amoniak, kloroform,
benzene, minyak, asam asetat akan tetapi kalua menggunakan air biasanya
tidak disebutkan (Gunawan, 2004). Faktor- fakotr yang mempengaruhi
kelarutan yaitu temperature, sifat pelarutnya, efek ion sejenis, efek ion
berlainan, pH, hidrolisis, pengaruh kompleks dll ( Khopkar, 2003).

Dalam istilah fisika kimia, larutan dipersiapkan dari campuran yang


mana saja dari tiga keadaan zat yaitu; zat padat, cair dan gas. Dalam istilah
farmasi, larutan yang didefinisikan sebagai sediaan cair yang mengandung
satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air
karena bahannya, cara peracikan dan penggunaanya dalam golongan produk
lainnya. Sesungguhnya banyak produk farmasi melarut prinsip kimai fisika
merupakan campuran homogen dari zat terlarut yang dilarutkan dalam
pelarut, menurut prinsip farmasi digolongkan dalam jenis produk lain (Ansel,
1989).

Aksi pelarut dari cairan nonpolar, seperti hidrokarbon, berbeda


dengan zat polar. Pelarut non polar tidak dapat mengurangi gaya Tarik
menarik antara ion-ion elektrolit yang kuat dan lemah, karena tetapan
dielektrik pelarut juga tidak dapat memecahkan ikatan kovalen dan elektrolit
yang berionisasi lemah karena pelarut aprotic (Martin, 2008).
III. ALAT DAN BAHAN
ALAT :
1. Statif dan klem
2. Buret
3. Erlenmeyer
4. Gelas ukur
5. Beaker glass
6. Hot plate
7. Pipet tetes

BAHAN YANG DIGUNAKAN :


1. Indicator pp
2. Asam oksalat
3. NaOH
4. Aquadest
IV. CARA KERJA

Dilarutkan kristal asam oksalat dalam aquadest 50


ml pada suhu 60°C

Dimasukkan asam oksalat ke dalam beaker


glass kecil

Dimasukkan beaker glass kecil kedalam beaker


glass besar yang berisikan garam dan es
batu

Diletakkan thermometer ke dalam gelas beaker


kecil
Diaduk larutan hingga suhu beaker glass kecil
turun 45°C. Diambil sebanyak 10 ml,
lalu diencerkan sampai 100 ml

Diambil larutan yang sudah diencerkan dan


tambah indicator pp sebanyak 3 tetes.
Larutan di titrasi dengan NaOH 0,5N

Dibutuhkan volume NaOH dan catat

Dilakukan hal yang sama untuk penurunan suhu


35, 25, 15°C

Dibuat grafik antara harga In/T


Diperoleh volume NaOH digunakan untuk
menghitung kelarutan asam oksalat

Dihitung panas larutannya menggunakan


persamaan Van’t Hoff

Didapatkan ∆𝐻, kemudian dihitung harga rata-


rata
V. HASIL PENGAMATAN
• Suhu 45°C
V1. M1 = V2 . M2
100 . M1 = 8,4 .0,5
100. M1 = 4,2
M1 = 4,2 : 100
= 0,042

• Suhu 35°C
V1. M1 = V2. M2
100. X = 6,2 . 0,5
100. X = 3,1
X = 3,1 : 100
= 0,31 N

• Suhu 25°C
V1. M1 = V2. M2
100. X = 8,5 . 0,5
X = 4,25 : 100
= 0,425 N

• Vrata-rata
(V1 + V2 + V3) : 3
(8,4 + 6,2 + 8,5) : 3
23,1 : 3
= 7,7
• Perhitungan berat NaOH dan asam oksalat
NaOH 0,5 Mr = 40
𝑔𝑟 1000
M = 𝑚𝑟 x 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑚𝑙)
𝑔𝑟 1000
0,5 = 40 x 1000 𝑚𝑙
gr = 0,5 x 40 = 20 gr

• Asam oksalat 0,5 Mr = 90


𝑔𝑟 1000
M = 𝑚𝑟 x 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑚𝑙)
𝑔𝑟 1000
0,5 = 𝑚𝑟 x 500
gr = 22,5 gram
• Suhu 45°C : 35°C

T1 = 318°k

T2 = 308°k
S1 = 0,042
S2 = 0,031
𝑠2 ∆ℎ 𝑇2−𝑇1
Ln = 𝑠1 = {
𝑟 𝑇2 𝑥 𝑇1
}
0,031 ∆ℎ 308−318
Ln = = { }
0,042 8,314 308 𝑥 318
∆ℎ
Ln = 0,738 = 8,314 x 0,0001
6,135
Ln = 0,0001 = 61,350 g/mol

• Suhu 35oC : 25oC


T2 = 308°C
T3 = 298
S2 = 0,031
S3 = 0,425

𝑠3 ∆ℎ 𝑇3−𝑇2
Ln = = { }
𝑠2 𝑅 𝑇3 𝑥 𝑇2
0,425 ∆ℎ 298−308
Ln = 0,031 = 8,314 {298 𝑥 308}
∆ℎ
Ln = 13,709 = 8,314 x 0,0001
113,976
Ln = 0,0001
= 1.139,766 g/mol
VI. PEMBAHASAN
Kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut di
dalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan dinyatakan
dalam satuan militer pelarut yang dapat melarutkan suatu gram zat. Misalnya 1
gram asam salisilat akan larut dalam 550 ml air. Kelarutan dapat juga dinyatakan
dalam satuan molalitas, molaritas maupun dalam bentuk persen.

Pada praktikum kali ini adalah kelarutan pada asam oksalat dan titrasi
terhadap NaOH. Asam oksalat pada judul kelarutan ini dilarutkan 50 ml pada suhu
60°C, setelah diencerkan asam oksalat dimasukkan kedalam beaker glass kecil
yang akan diletakkan pada beaker glass besar yang sudah berisi es batu dan garam.
Setelah itu masukkan thermometer kedalam beaker glass untuk memeriksa suhu
dan aduk larutan hingga suhu turun 45°C. Setelah suhu turun diambil larutan dan
diencerkan sebanyak 100 ml dan ditambahkan indicator pp sebanyak 3 tetes dan
larutan NaOH dititrasi.

Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi larutan yaitu; jenis pelarut


yang digunakan, pH pada larutan, ion sejenis, suhu dsb. Suhu terhadap larutan
sangat berpengaruh karena Ketika naiknya suhu pada suatu larutan akan adanya
jarak antar molekul satu dengan yang lainnya dan membuat zat padat menjadi
renggang. Jenis pelarut juga merupakan factor yang mempengaruhi sebuah
kelarutan karena suatu senyawa akan larut apabila memiliki tingkat kepolaran yang
sama dengan pelarutnya. Semakin serupa tingkat kepolaran antara zat terlarut dan
pelarut, semakin tinggi pula zat terlarut di dalam pelarutnya. Kelarutan juga
dipenagruhi oleh pH karena kelarutan dari garam-garam yang berasal dari asam
lemah bergantung pada larutannya.

Pada percobaan ini larutan akan berubah menjadi warna ungu karena
ditetesi oleh indicator pp dan larutan dititrasi NaOH. Indikator Fenolftalein atau
indicator pp digunakan sebagai indicator pembanding dalam proses titrasi basa
kuat-asam kuat. Kelarutan suatu senyawa dinyatakan dalam gr/lt. Besarnya
kelarutan suatu senyawa adalah jumlah maksimal senyawa bersangkutan yang
larut dalam sejumlah pelarut tertentu pada suatu suhu tertentu dan merupakan
larutan jenuh yang ada dalam kesetimbangan dengan bentuk padatnya.
VII. KESIMPULAN
1. Kelarutan dapat diartikan sebagai konsentrasi bahan terlarut dalam suatu
larutan jenuh pada suhu larutan tertentu
2. Faktor – factor yang mempengaruhi kelarutan ialah; suhu, pH, jenis
pelarut yang digunakan, ion sejenis dan komponen
3. Larutan jenuh adalah suatu larutan zat terlarut yang berada dalam
kesetimbangan fase zat padat (zat terlarut)
4. Indicator pp digunakan sebagai uji perbandingan proses titrasi terhadap
basa kuat-asam kuat
5. Indicator pp adalah penyebab berubahnya warna ungu pada larutan

VIII. SARAN
1. Berhati hatilah pada bahan kimia asam oksalat dan NaOH
2. Hati hati dalam penggunaan alat alat labortaorium yang berbahan dasar
kaca
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim, Asmanizar, Iis Aisyah, Edisi keempat, 255-271, 607-608, 700, Jakarta,
UI Press

Chang, R.. (2003). Kimia Dasar Jilid 1. Erlangga, Jakarta

Gunawan, D dan Mulyani S. 2004. Ilmu Obat Alam.Penebar Swadaya : Jakarta

Khopkar, S.M., 2003, Konsep Dasar Kimia Analitik, Universitas Indonesia Press,
Jakarta.

Martin, A., Swarbrick, J. & Cammarata, A., 2008, Farmasi Fisik, Edisi Ketiga,
Penerbit UI Press, Jakarta.

S, Syukri.1999. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB

Svehla. (1979. Buku Ajar Vogel: Analisis Anorganik Kuantitatif Makro dan
Semimikro. Jakarta : PT Kalman Media Pusaka.

Voight, R., 1994, Buku Pengantar Teknologi Farmasi, 572-574, diterjemahkan oleh
Soedani, N., Edisi V, Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada Press.
LAMPIRAN

larutan yang sudah jadi NaOH dalam buret

Proses titrasi Pendinginan dgn garam dan es

Pemanasan asam oksalat alat alat yang digunakan

Anda mungkin juga menyukai