SEDIAAN SOLID
OLEH
KELOMPOK II
ANGGILIA LALUS DANIAL SIKI
DIONYSIUS R. SIMON ERLILY NGANA DOI
ERNIWATI PASITA LUSY ANDRIANI
MARIA R. DHIU MARIA S. BUPU
MARIANA I. TANAEM MARSELINUS S. DEDE
NATALIA K. K. SOBA NIKITA SA’U
B. Tujuan
Tujuan dilakukan praktikum ini (praktikum formulasi sediaan kapsul)
adalahagar mahasiswa (praktikan dapat membuat sediaan farmasi berbentuk
kapsul juga dapat mengerti cara-cara memproduksi dan cara-cara evaluasi
sediaan. Selain itu juga, agar mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan kapsu
granul atau mengetahui cara granulasi.
Merupakan kapsul yang tertutup dan berisi obat yang pembuatan dan
pengisian obatnya dilakukan dengan alat khusus. Cangkang kapsul lunak dibuat
dari gekatun ditambah gliserin atau alkohol polihidris seperti Sorbitol untuk
melunakan gelatin. Kapsul lunak diperlukan untuk wadah obat cair atau cairan
obat seperti minyak levertan. Kapsul lunak dapat pula diberi warna macam –
macam. Kapsul cangkang lunak tidak dipakai di apotik, tetapi diproduksi secara
besar – besaran didalam pabrik dan biasanya diisi dengan cairan. Kapsul lunak
yang bekerjanya long acting umumnya berisi granula dan disebut Spansule.
C. Macam-Macam Kapsul Berdasarkan Ukuran
Ukuran kapsul menunjukkan ukuran volume dari kapsul dan dikenal 8
macam ukuran yang dinyatakan dalam nomor kode. 000 ialah ukuran terbesar dan
5 ukuran terkecil.Ukuran kapsul : 000 00 0 1 2 3 4 5 .Untuk hewan : 10 11 12
Umumnya nomor 00 adalah ukuran terbesar yang dapat diberikan kepada
pasien. Adapula kapsul gelatin keras ukuran 0 dengan bentuk memanjang (dikenal
sebagai ukuran OE ) yang memberikan kapasitas isi lebih besar tanpa peningkatan
diameter. Berkaitan dengan hal tersebut, perlu bagi kita untuk mampu memilih
ukuran kapsul yang tepat atau memilih ukuran kapsul yang terkecil yang masih
dapat menampung bahan obat yang akan dimasukkan. Hal ini penting dalam
rangka mempersiapkan resep dokter di apotik
1. Dengan Tangan
Merupakan cara yang paling sederhana yakni dengan tangan, tanpa bantuan alat
lain. Cara ini sering dikerjakan di apotik untuk melayani resep dokter. Pada
pengisian dengan cara ini sebaiknya digunakan sarung tangan untuk mencegah
alergi yang mungkin timbul karena petugas tidak tahan terhadap obat tersebut.
Untuk memasukkan obat dapat dilakukan dengan cara serbuk dibagi sesuai
dengan jumlah kapsul yang diminta lalu tiap bagian serbuk dimasukkan kedalam
badan kapsul dan ditutup.
Alat yang dimaksud disini adalah alat yang menggunakan tangan
manusia. Dengan menggunakan alat ini akan didapatkan kapsul yang lebih
seragam dan pengerjaannya dapat lebih cepat sebab sekali cetak dapat dihasilkan
berpuluh-puluh kapsul. Alat ini terdiri dari dua bagian yaitu bagian yang tetap dan
bagian yang bergerak.
Caranya:
Untuk menutup kapsul yang berisi cairan perlu dilakukan cara khusus
seperti diatas. Cara paling sederhana ialah menambahkan bahan perekat agar
isinya tidak keluar atau bocor. Caranya oleskan sedikit campuran air-alkohol pada
tepi luar bagian badan kapsul, kemudian ditutup sambil diputar.
Didalam pabrik yang besar penutupan kapsul dilakukan secara otomatis .
Sebagai cairan penutup pada umumnya larutan gelatin yang diberi tambahan zat
warna, sehingga kapsul yang telah ditutup akan kelihatan semacam pita yang
berwarna. Warna ini dapat dipergunakan sebagai tanda pengenal dari suatu pabrik.
G. Cara Membersihkan Kapsul
Untuk cairan-cairan seperti minyak-minyak lemak dan cairan lain yang tidak
melarutkan gelatinnya (bahan pembuat cangkang kapsul) dapat langsung
dimasukkan dengan pipet yang telah ditara.Sesudah itu tutup kapsul harus ditutup
(di seal) supaya cairan yang ada didalamnya tidak bocor atau keluar.
Untuk cairan-cairan seperti minyak menguap, kreosot atau alkohol yang
akan bereaksi dengan gelatinnya hingga rusak/meleleh , harus diencerkan terlebih
dahulu dengan minyak lemak sampai kadarnya dibawah 40 %.Sebelum
dimasukkan kedalam kapsul. Kapsul diletakkan dalam posisi berdiri pada sebuah
kotak, kemudian cairan kita teteskan dengan pipet yang sudah ditara dengan tegak
lurus, setetah itu tutup.
Tujuan Granulasi
Tujuan suatu sediaan yang diolah menjadi granul antara lain :
a) Untuk meningkatkan bobot jenis bulk secara keseluruhan.
b) Untuk mendapatkan campuran yang mempunyai sifat alir yang baik
(free flowing).
c) Mengurangi debu dari serbuk halus yang digunakan.
d) Mencegah terjadinya segresi /pemisahan akibat perbedaan bobot jenis,
kemampuan dikempa.
e) Untuk meningkatkan dan mengontrol kecepatan disolusi (wettability).
Kekurangan metode granulasi basah :
1. Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi
2. Biaya cukup tinggi
3. Zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas tidak dapat
dikerjakan dengan cara ini. Untuk zat termolabil dilakukan dengan pelarut non air.
2. Granulasi kering
Granulasi kering, yaitu di cetak, kemudian di saring bongkahannya menjadi
granul, ditambahkan fase luar.
Metode ini digunakan dalam kondisi-kondisi sebagai berikut :
1. Kandungan zat aktif tinggi
2. Zat aktif susah mengalir
3. Zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab
DIONISIUS R. SIMON
BAB III
ISI
A. Preformulasi
1 Teofilin kapsul
Tiap kapsul mengandung
Gelatin 20%
Talkum 5%
Amylum manihot q.s
Laktosa q.s
2 Data preformulasi
a) Zat aktif : Teofilin (FI Edisi IV hal 783,FI Edisi III hal 597, Martin Dale
35 hal 1023
b. Zat Tambahan :
Laktosa
1. Organoleptis
2. Kualitatif
MARIA S. BUPU
1. Penimbangan
1 kapsul : 300 mg
Zat aktif : 130 mg (Theofilin)
Untuk 100 kapsul : 300 x 100 = 30.000 mg ~ 30 gram
3. Cara Kerja
B. Prosedur Kerja
Ruang Prosedur
Digerus sebagian laktosa untuk
alas mortir.
Dimasukkan amylum gerus ad
homogen, tambahkan sisa
laktosa gerus ad homogen.
Pencampuran Tetesi larutan gelatin secara l.a
sampai bisa dipilin.
Diayak dengan ayakan no.19,
kemudian dikeringkan dalam
oven pada suhu 50º C selama
25 menit.
Setelah kering diayak lagi
dengan ayakan no.18,
kemudian tambahkan fase luar
(talk).
Masukkan sediaan dalam
kapsul no.1 dengan
menggunakan alat bukan mesin.
Tuang sediaan di atas kapsul
dan ratakan menggunakan
Pengisian dan pengemasan sudip plastik dengan sesekali di
ketuk. Tutup cangkang kapsul
yang telah terisi.
Bersihkan kapsul dengan
menggunakan kain kasa atau
tissue.
Masukkan dalam wadah primer
(botol) beri etiket dan brosur
lalu dikemas dalam wadah
sekunder. Lalu uji keseragaman
bobot.
Penyimpanan Pada wadah tertutup rapat pada suhu
kamar terkendali
D. Evaluasi
Keseragaman Bobot
Uji keseragaman bobot dilakukan dengan penimbangan 20 kapsul sekaligus
(A) dan ditimbang lagi satu persatu isi tiap kapsul (B). Kemudian timbang
seluruh cangkang kosong dari 20 kapsul tersebut (C). Lalu dihitung bobot isi
kapsul (D) (D=A-C) dan bobot rata-rata tiap isi kapsul (E) (E=D/20).
Perbedaan bobot isi tiap kapsul (F) (F=B-E) terhadap bobot rata-rata tiap isi
kapsul, (F/E %) tidak boleh melebihi dari yang ditetapkan pada kolom A dan
untuk setiap 2 kapsul tidak lebih dari yang ditetapkan pada kolom B.
Kapsul Bobot isi Perbedaan bobot isi tiap Perbedaaan bobot isi
tiap kapsul(F=B-E) tiap kapsul F/E%
kapsul(B)
Kapsul 1 0,252 252mg-2529=0,9 mg 0,9/252x100=0,35%
Kapsul 2 0,276 276 mg-2529=23 mg 23/252x100=9,12%
Kapsul 3 0,242 242 mg-2529=10,9 mg 10,9/252x100=4,32%
Kapsul 4 0,271 271mg-2529=18,1 mg 18,1/252x100=7,18%
Kapsul 5 0,239 239 mg-2529=13,9 mg 13,9/252x100=5,51%
Kapsul 6 0,261 261mg-2529=8,1 mg 8,1/252x100=3,21%
Kapsul 7 0,245 245mg-2529=7,9mg 7,9/252x100=3,13%
Kapsul 8 0,268 268mg-2529=15,1mg 15,1/252x100=5,99%
Kapsul 9 0,258 258mg-2529=5,1mg 5,1/252x100=2,02%
Kapsul 10 0,266 266mg-2529=13,1 13,1/252x100=5,19%
Kapsul 11 0,256 256mg-2529=3,1 3,1/252x100=1,23%
Kapsul 12 0,244 244mg-2529=8,9 8,9/252x100=3,53%
Kapsul 13 0,251 251mg-2529=1,9 1,9/252x100=0,75%
Kapsul 14 0,243 243mg-2529=9,9 9,9/252x100=3,92%
Kapsul 15 0,251 251mg-2529=1,9 1,9/252x100=0,75%
Kapsul 16 0,241 241mg-2529=11,9 11,9/252x100=4,72%
Kapsul 17 0,255 255mg-2529=2,1 2,1/252x100=0,83%
Kapsul 18 0,246 246mg-2529=6,9 6,9/252x100=2,73%
Kapsul 19 0,242 242mg-2529=10,9 10,9/252x100=4,32%
Kapsul 20 0,243 243mg-2529=9,9 9,9/252x100=3,92%
A= bobot rata-rata keseluruhan = 6,513g
C= bobot 20 cangkang kosong =1,455g
D=A-C = 6,513-1,455 = 5,058
E= D/20 =5,058/20= 0,2529 .
1. Evaluasi Granul
a) Evaluasi BJ bobot jenis nyata
b) Evaluasi BJ nyata setelah pemampatan
Alat : gelas ukur 50 ml, corong kaca, batang pengaduk
Prosedur : dimasukan 10,0 g granul kedalam gelas ukur lalu
dimampatkan dengan cara diketuk dengan batang
pengaduk selama 100 kali lalu dibaca volume yang
terlihat setelah pemampatan
Hasil : 1,0 g granul dan volume yang terbaca adalah 20,00
ml volume setelah dimampatkan sebesar 16,00 ml
sehingga BJ nyata setelah pemampatan
10 g
=
16 ml
= 0,625 g/ml
c) Evaluasi kadar pemampatan
Hasil : V0 = 20 ml
V100 = 16 ml
%T = V0 - V100
V0
% T = 20 – 16
20
= 4/20 x 100%
= 20 %
Kesimpulan : granul memiliki aliran yang baik
d) Evaluasi aliran
1) Metode corong
Alat : corong kaca, statif penyangga corong, kertas
alas
Prosedur : ditimbang 10,0 g granul lalu dialirkan
melalui corong kaca lalu dilihat berapa detik
yang ddibutuhkan oleh granul untuk
mengalir
Hasil : 10,0 g granul mengair dalam waktu 1 detik
Kesimpulan : granul memiliki laju alir yang baik
2) Metode sudut istirahat
Hasil : h = 1,1 cm
r = 4 cm
Kesimpulan : granul memiliki laju alir yang baik
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kapsul merupakan bentuk sediaan padat, dimana satu macam obat atau
lebih dan/atau bahan inert lainnya yang dimasukkan ke dalam cangkang atau
wadah kecil yang umumnya dibuat dari gelatin lunak atau keras (Ansel, 2008)
sedangkan menurut Farmakope Indonesia Edisi IV disebutkan bahwa kapsul
adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang
dapat larut. Cangkang kapsul pada umumnya terbuat dari gelatin, bias juga dari
pati atau bahan lain yang sesuai.
Kapsul teridiri dari beberapa komponen yakni cangkang kapsul, zat aktif
dan zat tambahan. Cangkang kapsul yang digunakan pada praktikum ini adalah
cangkang kapsul keras, sedangkan zat aktif yang digunakan adalah Theofilinum
dan zat tambahan yang digunakan adalah amilum laktosa sebagai pengisi,amylum
manihot sebagai glidant atau pelincir, dapat juga berfungsi sebagai penghancur,
bahan tambahan lain yang digunakan adalah talcum dengan konsetrasi 5 % yang
berfungsi sebagai pelincir dan gelatin sebagai pengikat.
Zat aktif yang digunakan dalam formula ini adalah Theofilin yang
memiliki indikasi sebagai obat untuk meringankan dan mengatasai serangan asma
bronchial. Sebagai obat asma teofilin merupakan golongan xantin yang memiliki
nama lain 1,3 dimethylxantine yang memiliki efek bronkodilator yang mempunyai
efek antara lain merangsang susunan saraf pusat dan melemaskan otot polos,
terutama bronkus. obat ini dikontraindikasikan digunakan bagi penderita
hipersensitif terhadap theophyllin atau derivat xantin dan penderita tukak lambung
karena sifatnya yang mengiritasi lambung. Dosis lazim obat ini sehari 3 kali, 1
kapsul sedangkan anak-anak 6-12 tahun : sehari 2 kali 1 kapsul. Obat ini harus
diberi perhatian khusus bagi penderita hipoksemia, hipertensi, atau penderita yang
mempunyai riwayat tukak lambung karena dapat mengiritasi saluran
gastrointestinal. Efek samping yang dapat terjadi adalah gangguan
gastrointestinal, misalnya : mual, muntah, diare Susunan saraf pusat, misal : sakit
kepala, insomnia. Kardiovaskuler, misal : palpitasi, takikardia, aritmia
ventrikuler.
Theofilin dapat dibuat dalam bentuk kapsul karena sifatnya yang stabil dan
tidak merusak cangkang kapsul. Cangang kapsul yang digunakan adalah cangkang
kapsul no.2 namun karena ketidak tersediaan cangkang kapsul maka digunakan
cangkang kapsul 0 dengan kapasitas 325 – 900 mg.
Pada saat produksi,kapsul yang terisi penuh hanya berjumlah 80 kapsul. Hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah kesalahan praktikan atau
human error,bahan sebagiannya tertinggal pada tempat pencampuran dan jatuh
pada saat pengisian. Hasil evaluasi yang berupa evaluasi kesergaman bobot,
kapsul theofilin memenuhi, adapun evaluasi lain yang dilakukan yaitu
organoleptis sediaan. Hasil sediaan sesuai dengan pemerian theofilin yang tertera
pada literatur
MARIA I. TANAEM
BAB V
PENUTUP
Kapsul yang dibuat adalah kapsul Theofiline dengan dosis 130 mg, dengan
zat tambahan yang digunakan adalah laktosa sebagai pengisi, amylum sebagai
penghancur, talcum sebagai pelincir atau glidan dengan konsentrasi 5%, glidan
sebagai pengikat .Setelah dilakukan uji evaluasi sediaan diperoleh hasil bahwa
kapsul yang dibuat memenuhi syarat sebagai kapsul yakni memenuhi syarat
organoleptik dan syarat keseragaman bobot sesuai literature Farmakope Indonesia
Edisi III.
DAFTAR PUSTAKA
identifikasi
identifikasi
organoleptis
penimbangan
penyerahan
pencampuran
pembuatan gelatin
granulasi
pengeringan
evaluasi
evaluasi
pengisian