Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PPENDAHULUAN
I.1 LatarBelakang
LatarBelakang Indonesia kaya akan sumber bahan obat alam dan tradiional
yang secara turun temurun telah digunakan sebagai ramuan obat tradisional.
Pengobatan tradisional dengant anaman obat diharapkan dapat dimanfaatkan dalam
pembangunan kesehatan masyarakat. Sekarang ini tampak ada kecenderungan
hidup sehat pada masyarakat untuk menggunakan produk yang berasal dari alam
(back to nature) (Wijayakusuma 1999).
Pengembangan obat tradisional diusahakan agar dapat sejalan dengan
pengobatan modern. Menteri Kesehatan Republik Indonesia mendukun
gpengembangan obat tradisional yaitu fito farmaka, yang berarti diperlukan adanya
pengendalian mutu simplisia yang akan digunakan untuk bahan baku obat atau
sediaan galenik(BPM, 2005; Tjitrosoepomo, 1994).
Bau mulut disebabkan oleh penumpukan bakteri pada gigi, gusi dan lidah
sehingga dapat memperngaruhi kesehatan mulut. Salah satu cara untuk mengurangi
pertumbuhan mikroorganisme yaitu dengan antiseptik. Anti septic alami dapat
ditemukan pada daun sirih. Kandungan fenol yang terdapat pada minyak atsiri
merupakan antiseptic alami yang dapat menanggulangi masalah bau mulut.
(Wiryowidago, 2007).
MenurutNugroho (2003), Daun sirih dikenal sebagai bahan untuk menginang
yang berguna untuk menguatkan gigi, menyembuhkan sariawan, menghilangkan
bau mulut, dan menghentikan pendarahan gusi. Penggunaan sirih sebagai obat
mempunyai dasar kuat karena adanya kandungan munyak atsiri yang merupakan
komponen fenol alami yang dapat berfungsi sebagai antiseptik yang kuat. Salah
satu kandungan fenol daun sirih adalah katekin yang juga terdapat pada teh
hijau.Senyawa ini bersifat bakterisi alda nmenghambat proses glikosasi oleh bakteri
keriogenik penghasil glukan yang dapat mengurangi pembentukan plak gigi.
Obat kumur merupakan suatul arutan air yang digunakan sebagai pembersih
untuk meningkatkan kesehatan rongga mulut, estetika, dan kesegarannafas (Power
danSakaguchi, 2006). Mouthwash dapat digunakan juga sebagaia gen anti-
inflamasi dan analgesik topikal (Farah et al., 2009)..
I.2 TujuanPercobaan
1. Untuk mengetahui dan memahami ramemformulasikan sediaan larutan dan
gargle dari zat aktifestrak daun sirih
2. Untuk mengetahui dan memahami cara evaluasi larutan dan gargle dengan
zat aktif ekstrak daun sirih
3. Untuk mengetahui dan memahami manfaatdaun sirih sebagai anti mikroba
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar teori

a. Daun Sirih / Piper betle L.

Sejak zaman dahulu, tanaman sirih telah dipakai untuk bermacam-macam


cara pemanfaatan. Hampir semua bagian tanaman sirih dapat dimanfaatkan, seperti
akar, batang, tangkai, daun, dan buahnya. (Chakraborty, 2011). Rebusannya dapat
digunakan sebagai obat untuk impetigo, luka dan luka bakar eksim, limfangitis,
furunkulosis, dan dapat pula untuk mengatasi sakit perut. Daunnya dapat digunakan
sebagai obat pada kasus urtikaria, faringitis, dan pembengkakan. Akar dan buahnya
dapat mengobati malaria dan asma (Dwivedi, 2014).
Sirih merupakan tanaman menjalar dan merambat pada batang pokok di
sekelilingnya dengan daunnya yang memiliki bentuk pipih seperti gambar hati,
tangkainya agak panjang, tepi daun rata, ujung daun meruncing, pangkal daun
berlekuk, tulang daun menyirip, dan daging daun yang tipis. Permukaan daunnya
berwarna hijau dan licin, sedangkan batang pohonnya berwarna hijau tembelek.

Tanaman sirih atau Piper betle Linn berasal dari ordo Piperales, famili
Piperaceae, dan genus Piper. Tanaman inimerupakan tanaman yang banyak
tersebar di daerah tropis dansubtropis di berbagai belahan dunia, (Chakraborty,
2011), seperti Sri Lanka, India, Indonesia, Malaysia, Kepulauan Filipina dan Afrika
Timur (Arambewela,et al, 2004). MenurutGuha (2006), meskipun diduga berasal
dari Malaysia, tanaman ini paling banyak ditemukan di India. Di India, kecuali di
daerah bagian barat laut yang kering, dapat ditemukan 40 dari 100 varietas sirih
yang ada di dunia.
Tanaman sirih memiliki daun yang berwarna hijau dan berbentuk seperti
hati dengan akar yang merambat(Guha, 2006). Lamina pada daun sirih bertekstur
lembut, termasuk pada bagian permukaan. Ketebalannya sekitar 160-170μm
dengan serat trikoma berbentuk silinder menjari. Panjang serat trikomanya kurang
lebih 30μm dengan tebal sekitar 5μm. Stomata daun sirih memiliki tipe cyclocytic.
Daunnya memiliki rasa dan bau yang berbeda pada masing-masing daerah di mana
ia tumbuh (Mubeen,et al., 2014).

Daun sirih mengandung berbagai elemen seperti Si, Cl, Zn, Mg, Ca, dan K,
yang menyebabkan daun sirih dapat digunakan untuk menetralkan
ketidakseimbangan metabolisme asam basa dalam tubuh manusia
(Periyanayagam,et al., 2014). Daun sirih juga kaya akan metabolit seperti minyak
volatil (safrol, eugenol, eugenol metil ester, isoeugenol), komponen fenol (chavicol,
hydroxyl chavicol), asam lemak hidroksil (stearat, palmitat, miristat), dan asam
lemak (stearat dan palmitat) yang memiliki efek antibakterial dan dapat digunakan
pada infeksi mikroba (Bangash,et al., 2012). Efek antimikroba kuat pada daun sirih
juga disebabkan oleh adanya kandungan ester, flavonoid, alkaloid, dan asam
benzoat (Foo,et al., 2015).
Ekstrak daun sirih Piper betle Linn juga mengandung senyawa tannin.
Tannin merupakan astringen, polifenol pada tanaman yang terasa pahit dan dapat
mengikat dan mengendapkan protein (Subroto, 2006). Tannin dapat mengganggu
permeabilitas sel dengan cara mengerutkan dinding selnya. Hal ini dapat
menyebabkan sel bakteri mengalami gangguan pertumbuhan atau bahkan mati
(Ajizah, 2004).
Alkaloid merupakan senyawa basa yang mengandung satu atau lebih atom
N (Sesty, 2007). Alkaloid mampu merusak komponen penyusun peptidoglikan
bakteri. Hal ini akan mengakibatkan degradasi pertumbuhan membran sel bakteri
sehingga menyebabkan kematian sel (Robinson, 1991).
Daun Piper betle Linn juga mengandung minyak atsiri. Minyak atsiri (fenol)
diketahui terdiri dari gugus hidroksil (-OH) dan karbonil. Minyak atsiri ini akan
berinteraksi dengan sel bakteri dengan cara adsorbsi yang melibatkan ikatan
hidrogen. Pada kadar rendah, terbentuk kompleks protein fenol denga ikatan lemah
dan segera mengalami penguraian. Hal ini akan diikuti masuknya fenol ke dalam
sel dan menyebabkan denaturasi dan presipitasi protein. Pada kadar tinggi, fenol
dapat menyebabkan koagulasi protein sehingga sel membran mengalami lisis
(Parwata, 2008). Selain itu, daun sirih Piper betle Linndiketahui juga memiliki
senyawa lain turunan fenol yaitu kavikol. Kavikol memiliki sifat antiseptik lima
kali lebih efektif dibandingkan fenol biasa (Atni, 2010).
Molekul bioaktif pada tanaman sirih lain yang jugaberperan penting dalam efek
antibakterial adalah sterol. Molekul sterol mampu berinteraksi dengan dinding sel
dan membran sel bakteri yang menyebabkan perubahan struktur primer dinding sel.
Hal ini menyebabkan degradasi komponen bakteri. Sterol juga mempu merusak
barier permeabilitas pada struktur membran mikroba (Chakraborty, et al., 2011).
Ekstrak Piper betle Linn memiliki zona hambat yang cukup luas dengan
konsentrasi hambat minimal pada Staphylococcus aureu.

Streptococcus pyogenes, Candida albicans dan Trichophyton mentagrophyte


(Caburian & Osi, 2010). Ekstrak Piper betle Linn juga bekerja efektif pada bakteri
Streptococcus mutans dengan menghancurkan nukleoid dan membran sel plasma
sehingga sitoplasma tereksitasi, meskipun selnya masih utuh (Nalina & Rahim,
2007). Pada kaitannya dengan bakteri Klebsiella pneumonia, penelitian Wiladatika
(2013) telah membuktikan bahwa ekstrak daun sirih telah mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Klebsiella pneumoniae secara in vitro.
b. Bakteri Klebsiella pneumoniae
Bakteri Klebsiella pneumoniae merupakan salah satu anggota famili
Enterobacteriaceae. Bakteri ini termasuk bakteri gram negatif yang sangat sering
ditemukan di berbagai belahan dunia. Bakteri ini mampu berkembang biak baik
dalam kondisi aerob maupun anaerob, memiliki toleransi terhadap garam empedu,
memfermentasi glukosa dan memproduksi enzim katalase (Irving et al., 2006).
Bakteri Klebsiella pneumoniae merupakan patogen oportunistik yang sering
menyebabkan infeksi nosokomial, sebagian besar terjadi pada pasien
imunokompromais. Infeksi paru akibat Klebsiella pneumoniae sering dikategorikan
berdasar kondisi klinis yang progresif yang berkomplikasi dengan keterlibatan
multilobular dan abses paru yang membutuhkan pengobatan antibiotik yang efektif
(Cortes, et al., 2002). Bakteri ini juga merupakan bakteri yang sangat invasif dan
dapat mempengaruhi orang yang sehat, menyebabkan abses hati piogenik,
endoftalmitis, meningitis, dan pneumonia yang parah (Russo, et al., 2012).
Bakteri Klebsiella pneumoniae memiliki berbagai sistem pertahanan yang
poten. Bakteri Klebsiella pneumoniae memiliki berbagai macam struktur
permukaan, seperti lipopolisakarida, kapsul polisakarida, AcrAB, OmpA, dan
OmpK36 untuk menghindari pertahanan sistem imun, sehingga mampu
menghindari sistem komplemen, seperti fagositosis oleh sel epitel, neutrofil,
makrofag dan sel dendrit. Hal ini memungkinkan bakteri ini mengganggu produksi
sitokin proinflamasi IL-8 dan peptide antimikroba hBD2 dan hBD3 serta
menghambat maturasi sel dendritik (Wu,et al., 2008). Selain itu, bakteri ini
menghasilkan biofilm yang melindunginya dari respon imun inang dan antibiotik
(Jagnow, et al., 2003). Bakteri Klebsiella pneumoniae sering menunjukkan fenotip
resistensi terhadap multi-drugyang sering menyebabkan munculnya resistensi
terhadap β-lactamases dan carbapenem spektrum luas sehingga sulit memilih
antibiotik yang sesuai sebagai pengobatan (Munoz-Price, et al., 2013).

Tanaman sirih atau Piper betle Linn berasal dari ordo Piperales, famili
Piperaceae, dan genus Piper. Tanaman inimerupakan tanaman yang banyak
tersebar di daerah tropis dansubtropis di berbagai belahan dunia, (Chakraborty,
2011), seperti Sri Lanka, India, Indonesia, Malaysia, Kepulauan Filipina dan Afrika
Timur (Arambewela,et al, 2004). MenurutGuha (2006), meskipun diduga berasal
dari Malaysia, tanaman ini paling banyak ditemukan di India. Di India, kecuali di
daerah bagian barat laut yang kering, dapat ditemukan 40 dari 100 varietas sirih
yang ada di dunia.
Tanaman sirih memiliki daun yang berwarna hijau dan berbentuk seperti
hati dengan akar yang merambat(Guha, 2006). Lamina pada daun sirih bertekstur
lembut, termasuk pada bagian permukaan. Ketebalannya sekitar 160-170μm
dengan serat trikoma berbentuk silinder menjari. Panjang serat trikomanya kurang
lebih 30μm dengan tebal sekitar 5μm. Stomata daun sirih memiliki tipe cyclocytic.
Daunnya memiliki rasa dan bau yang berbeda pada masing-masing daerah di mana
ia tumbuh (Mubeen,et al., 2014).

Daun sirih mengandung berbagai elemen seperti Si, Cl, Zn, Mg, Ca, dan K,
yang menyebabkan daun sirih dapat digunakan untuk menetralkan
ketidakseimbangan metabolisme asam basa dalam tubuh manusia
(Periyanayagam,et al., 2014).

2.1.1. Klasifikasi

Klasifikasi ilmiah atau taksonomi dari daun sirih adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae

Division : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Piperales

Family : Piperaceae

Genus : Piper Species : P. Betle

2.2 Studi preformulasi

a. Kelarutan : larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air

(Guanther, 1987)

b. Pka : 9,8 (Brithain, 2002)


c. PH : 6,0 (Pubecem, 2009)

d. Ukuran partikel :-

e. Inkompatibilitas : Zat pengoksidasi kuat, asam kuat, dan alkali kuat (MSDS,
2009)

f. Stabilitas : Stabil pada suhu kamar normal (MSDS, 2008)

g. koofisien partisi : 2, 46 (Tetko, 2004)

h. Dosis :-

i. Efek farmakologi : kandungan kavikol ini dapat mendenaturasi potensi sel


bakteri, sehingga aktivitas biologis bakteri menjadi rusak, dan protein tidak dapat
melakukan fungsinya (Dhika, 2007; Samarana, 2006; Guha, 2006).

2.3 Analisis permasalahan

a. Dilihat dari tujuan pemberian dari senyawa kavikol yang memiliki mekanisme
kerja yang sama dengan fenol namun dengan efek anti bakteri 5 kali lebih kuat
sehingga jumlah anti bakteri pada kavikol yang berkurang dan pembentukan plak
gigi juga berkurang.

b. Ditinjau dari kelarutannnya senyawa kavikol memiliki tingkat kelarutan larut


dalam pelarut organik, eter, alkohol dan tidak larut dalam air.

c. Ditinjau dari sampel yang digunakan , daun sirih dapat menyembuhkan sakit gigi,
sariawan, diabetes rongga mulut, luka bekas caabut gigi, penghilang bau mulut,
batuk, sesak, karena daun sirih mengandung 4,2 % minyak atsiri sebagai anti
bakteri.

d. Ditinjau dari penggunaaan zat aktifnya yang menggunakan bahan alami


dibandingkan bahan sintetiknya, karena bahan sintetik yang biasa digunakan yaitu
klorheksidin, harganya mahal dan memiliki efek samping untuk pemakaian jangka
lama.
e. Ditinjau dari bentuk sediaannya obat kumur mempunyai keefektifan yang lain
seperti, mampu menjangkau tempat yang sulit dibersihkan dengan sikat gigi dan
dapat merusak pembentukan plak.

BAB III
PENDEKATAN FORMULA
3.1 Humektan
1. Sorbitol (Handayani, 2017 ; Rowe, 2009)
Alasan penambahan : 1) Sorbitol berfungsi menjaga agar bahan-bahan
mouthwash tidak menguap
2) Dapat memberikan rasa manis pada sediaan
3) Dapat berfungsi sebagai anstrigen (zat penciut)
dapat menyebabkan pembuluh darah local
berkontraksi dengan demikian dapat mengurangi
bengkak pada gigi.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam aor, sukar larut dalam etanol
95%, dalam methanol dan dalam asam asetat.
Inkompatibilitas : Ion logam trivalent dalam asam kuat dan dalam
suasana alkali
Konsentrasi : 0,5-15%
Ph : 4,5-7
2. Gliserin (Dirjen POM, 1995 ; Handayani, 2017 ; Jackson, 1995 ; Rowe, 2009)
Alasan penambahan : 1) Menjaga agar zat aktif tidak menguap
2) Memperbaiki stabilitas bahan dalam jangka lama
3) Bahan pengatur kekentalan, pelarut dan agen
pemanis obat kumur dan pasta gigi.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan etanol, tidak larut
dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak menguap
Inkompatibilitas : Gliserin dapat meledak jika dicampurkan dengan
oksidator kuat seperti potassium hidroklorida,
potassium klorat dan potassium permanganat
Konsentrasi : 5-20%
Ph : 7

3. Propilenglikol (Rowe, 2009 ; Martin et al, 1992)


Alasan penambahan : 1) Digunakan sebagai bahan pelembab yang akan
mempertahankan kandungan air dalam sediaan
sehingga sifat fisik stabil
2) Menjaga stabilitas sediaan dengan mengurangi
penguapan air dari sediaan dan mengabsorbsi
lembab dari lingkungan
3) Menjaga agar sediaan tidak kehilangan kadar air
secara drastis
Kelarutan : Larut dalam air, aseton, gliserin dan glikol
Inkompatibilitas : Zat pengoksidasi kuat seperti kalium permanganat
Konsentrasi : 5-15%
Ph : 3-6
3.2 Pengawet
1. Natrium Benzoat (Rowe, 2009)
Alasan penambahan : 1) Memiliki kelarutan yang tinggi dibandingkan asam
benzoat
2) Memberikan kesan segar
3) Efektif sebagai pengawet pada zat aktif flavonoid
Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol,
dan lebih mudah larut dalam etanol 96%
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan senyawa garam besi, garam
kalsium, dan garam dari logam berat
Konsentrasi : 0,15%
Ph : 2-5
2. Metil Paraben (Rowe, 2009)
Alasan penambahan : 1) Banyak digunakan sebagai antimikroba
2) Bersifat non mutagenic, non teratogenik dan non
karsinogenik
3) Meningkatkan aktivitas antimikroba dengan
perpanjangan rantai gugus/alkil
Kelarutan : Larut dalam 600 bagian air, dalam 20 bagian etanol
95% dan dalam 3 bagian aseton, mudah larut dalam air
dan dalam alkali hidroksi larut dalam 60 bagian
gliserin panas, dan dalam 40 bagian minyak lemak
nabati panas jika diinginkan larutan tetap jernih.
Inkompatibilitas : Tidak inkompatibel dengan zat lain, seperti magnesium
trisilikat, talk, tragakan, minyak esensial, sorbitol
Konsentrasi : 0,02-0,3%
Ph : 4-8
3. Propil Paraben
Alasan penambahan : 1) Banyak digunakan sebagai pengawet antimikroba
dalam produk kosmetik, makanan dan farmasi
2) Dapat menghambat peningkatan kadar air
3) Bersifat hidrofilik dalam suatu formula
Kelarutan : Sangat larut dalam aseton air, mudah larut dalam etanol
95% dalam propilenglikol.
Inkompatibilitas : Propil paraben berubah warna dengan adanya
hidrolisis oleh alkali
3.3 Perasa
1. Menthol (Rowe, 2009)
Alasan penambahan : 1) Berfungsi sebagai agen perasa memiliki sensasi
dingin dan menyegarkan
2) Sebagai perasa dan penyamar bau
3) Rasa dingin pada menthol dapat menyamarkan rasa
pahir pada obat
Kelarutan : Mentol tidak larut dalam etanol 96%, minyak lemak
dan minyak atsiri tapi sukar larut dalam air
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan kromium hidroksida, fenol,
kalium permanganat
Konsentrasi : 0,1-2,-%
2. Sodium sakarin
Alasan penambahan : 1) Sering digunakan dalam formulasi farmasi tablet
dan obat kumur dan suspensi
2) Lebih larut dalam air daripada sakarin
3) Dapat digunakan untuk menutupi karakteristik rasa
tidak enak
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, larut dalam alkohol
Inkompatibilitas : Tidak mengalami pencoklatan maliard
Konsentrasi : 0,02-0,05%
Ph : 6,6
3. Xylitol
Alasan penambahan : 1) Tergolong pemanis polyol yang bersifat non
karsinogenik
2) Padabidang kedokteran gigi agen ini memberikan
efek metabolit pada mulut
3) Menghambat pertumbuhan plak dan bakteri
Kelarutan : Sangat larut dalam etanol 96% dan air
Inkompatibilitas : Jauhkan dari bahan pengoksidasi dan bahan yang
sangat basa atau asam untuk mencegah eksotermik
Konsentrasi : 0,5-10%
Ph : 5-7
3.4 Pewarna
1. strawberry (Rowe, 2009)
Alasan penambahan : untuk menutupi rasa dari zat aktif
Kelarutan : larut dalam etanol 95%, dalam 80 bagian gliserin, 53
bagian propanolol, 28 bagian propilenglikol, dan 83
bagian air
Inkompatibilitas : Terhadap logam stainless steel
Ph : 4

2. Metilen Blue
Alasan penambahan : 1) Dapat larut dalam air
2) Cocok dengan identiras mentol
3) Harga eknomis
Kelarutan : Larut dalam air
Stabilitas : Stabil dalam penyimpanan sesuai
3. F.D dan C No. 1 (Rowe, 2009)
Alasan penambahan : Zat warna untuk menambah daya tarik penampilan
Kelarutan : Tidak larut dalam minyak dan eter, larut dalam air,
gliserol, glikol dan alcohol 95%
Inkompatibilitas : Inkom terhadap cahaya
Konsentrasi : 0,01-0,5%
Ph : 4-7

BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Hasil Pengamatan
Gambar 6.1 Piperment Mouthwash

6.2 Pembahasan
Mouthwash merupakan suatu larutan air yang digunakan sebagai pembersih
untuk meningkatkan kesehatan rongga mulut, estetika, dan kesegaran nafas (Power
dan Sakaguchi, 2006).Mouthwash dapat digunakan juga sebagai agen anti-
inflamasi dan analgesik topikal (Farah et al., 2009).
Mouthwash sama halnya seperti pasta gigi mempunyai fungsi yang dapat
dikategorikan sebagai kosmetik, terapeutik, ataukeduanya (Harris and Christen,
1987). Mouthwash dapat digunakan untuk membunuh bakteri, sebagai penyegar,
menghilangkan bau tak sedap, dan memberikan efek terapetik dengan meringankan
infeksi atau mencegah karies (Combe, 1992).Keefektifan Mouthwash yang lain
adalah kemampuannya menjang kau tempat yang paling sulit dibersihkan dengan
sikat gigi dan dapat merusak pembentukan plak, tetapi penggunaanya tidak bisa
sebagai subtitusi sikat gigi (Claffey, 2003).
Evaluasi pertama yang dilakukan yaitu Uji Organoleptis.UjiOrganoleptis
adalah cara untuk mengukur, menilai dan menguji mutu nilai suatu komoditas
dengan menggunakan kepekaan alat indra mansunia. Juga disebut pengukuran
suubjektif digunakan sebagai subjektif (Combe, 1992).Pengujian organleptis ini
dilakukan dengan cara mengamati sediaan mouthwash berupa warna, rasa dan
aroma. Dan dari hasil pengujian yang didapatkan sediaan yang dihasilkan memiliki
warna merah, dengan rasa manis dan mentol dan aroma khas daun sirih.
Evaluasi kedua yang dilakukan yaitu pengujian pH.Evaluasi ini dilakukan
dengan menggunakan kertas pH.Menurut Dirjen POM (1995), Prinsip pengujian
pH yaitu pengukuran pH cairan uji dengan menggunakan kertas pH atau pH meter
telah dikalibrasi, pada pengujian yang dilakukan mulai dari hari pertama sampai
dengan hari keempat pengukuran pH tidak menunjukan adanya perubahan pH dan
tetap bertahan pada pH 6. Sehingga sediaan ini memenuh isyarat sediaan
mouthwash yaitu pH 6-7,5 (Pontefract, 2001).
Evaluasi berikutnya yaitu evaluasi viskositas dengan menggunakan alat
viscometer brokfield dengan kecepatan 100 rpm sampai 10 detik dengan
menggunakan spindle nomor 3.Pada pengujian ini viskositas yang didapatkan pada
haripertama 8,8 cp, hari kedua 9cp, hari ketiga 10 cp, dan harikeempat 11 cp. Hasil
yang didapatkan tidak sesuai dengan persyaratan yang dikemukakan oleh Lukas
(2012), dimana semakin dekat viskositas sediaan dengan viskoitas air maka
semakin mudah dan nyaman produk tersebut digunakan untuk berkumur. Nilai
viskositas air murni kurangdari 1 cp.
Evaluasi beriktnya yaitu evaluasi volume terpindahkan yang dilakukan
dengan menggunakan Gelas ukur.MenurutDirjen POM (1995), cara kerjanya yaitu
gelas ukur dengan volume 100 mL disiapkan dalam keadaan kering dan bersih
setelah itu sediaan mouthwash dimasukan kedalam gelas ukur secara perlahan.
Larutan ini didiamkan terlebih dahulu salama 30 menit, sampai terbebas dari
gelembung udara keudian volume larutan diukur dan dilakukan secara akura
tprosedur yang sama terhadap setiap sediaan. Syaraat dari evaluasi ini yaitu jika
telah bebas dari gelembung udara, ukur volume dari tiap campuran, volume rata-
rata dari 10 wadah tidak kurangdari 100% dan tidak satupun dari volme
terpindahkan yang kurang dari volume 95%, hasil yang didapat pada hari pertama
yaitu 100%, hari kedua 99%, hari ketiga 98% dan hari keempat megalami
penurunan sampai 94% yang menunjukan bahwa evaluasi pada hari keempat tidak
sesuai dengan persyaratan karena adanya kemungkinan kesalahan yang telah
dilakukan sehingga mempengaruhi hasil yang didapatkan.
Evaluasi yang dilakukan setelah volume terpindahkan yaitu Bobot
jenis.Evaluasi ini menggunakan alat piknometer dengan membandingkan berat zat
dan volume sediaan. Hal ini berdasarkan Dirjem POM(1995),yang menyatakan
densitas ditentukan dengan membandingkan bobot zat ujit erhadap volume pada
suhu yang sama dari evaliasi yang dilakukan didapatkan hasil 4 hari berturut turut
yaitu 1,012, 1,014,1,022 dan 1,025 g/mL.
Setelah dilakukan evaluasi bobot jenis dilanjutkan dengan melakukan
evaluasi homogenitas sediaan dengan menggunakan kaca arloji.Yaitu dengan cara
meneteskan sediaan diatas lempeng dan diamati menggunakan indra manusia yaitu
mata bahwa apakah sediaan yang dihasilkan suda hmemenuhi syarat homogenitas
yaitu tidak adanya terlihat partikel dalam tetesan pada lempeng kaca tersebut .
Dari hasil evaluasi yang telah dilakukan terhadap sediaan mouthwash yang
dihasilkan terdapat beberapa hal yang tidak sesuai dengan persyaratan, misalnya
pada pengujian viskositas dan pengujian bobot jenis serta volume terpindahkan
yang disebabkan oleh beberapa kemungkinan kesalahan yang dilakukan dalam
praktikum yaitu mulai dari fomulasinya, proses pembutan yang kurang teliti, proses
penimbangan, serta proses pencampuran dan proses pengujian yang tidak
memenuhi standar sehingga meyebabkan ketidak sesuaian hasil yang didapatkan
BAB VII
PENUTUP
VII.1 Kesimpulan
1. Padaformulasi ini digunakan daun sirih yang dapat menyembuhkan sakit gigi,
sariawan, abses rongga mulut, luka bekas cabut gigi,penghilang baumulut,
batuk dan serak, karenadaun sirih mengandung 4,2% minyak atsiri sebagai
anti bakteri.
2. Dilakukan evaluasi sediaan obatk umur yang meliputi uji organoleptis,
homogenitas, viskositas, volume terpindahkan, uji ph.
3. Daun sirih mengandung senyawa kavikol, yang memiliki mekanisme kerja
yang samadenganfenol namun dengan efek antibakteri5x lebih kuat sehingga
jumlah bakteri pada pelikal yang berkurang dan pembentukan plak gigi
jugaberkurang.
VII.2 Saran
VII.2.1 Untuk Asisten
Sebaiknya asisten lebih memberikan pengetahuan atau penjelasan tentang
ekstraksi dingin kepada praktikan saat pelaksanaan praktikum.
VII.2.2 Untuk Laboratorium
Sebaiknya alat-alat di dalam laboratorium lebih diperbanyak lagi untuk
mempermudah dan mengoptimalkan kelancaran praktikum.
VII.2.3 Untuk Jurusan
Sebaiknya jurusanl ebih mengupayakan kelengkapan alat dalam
laboratorium.

Anda mungkin juga menyukai