Anda di halaman 1dari 20

JURNAL PRAKTIKUM

TEKNNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID

GEL EKSTRAK MENTIMUN

OLEH

KELOMPOK 2 :

ANGGOTA : AGIANTI GOMA 754840119001

CINDY CLAUDITA YAHYA 754840119004

FIDYA A. HUNAWA 754840119009

IVANDA PRILSCILLIA P. DJAMALU 754840119012

MELIDYA LUMBATO 754840119013

ULFA WATI ABDULLAH 754840119032

FRENLI SAPUTRA AKASE 754840118011

PRODI DIII FARMASI


JURUSAN FARMASI
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
TAHUN AKADEMIK 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan ke hadirat Allah Subhanallah Wa Ta’ala atas


segala rahmat dan karunia yang diberikan, sehingga laporan praktikum Teknologi
Sediaan Liquid & Semi Solid tentang “GEL EKSTRAK MENTIMUN”
terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa kita dengung sanjukan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, keluarga,
sahabat, serta semua umatnya hingga kini dan semoga kita termasuk dari
golongan yang kelak mendapatkan syafa’atnya.

Dalam penyusunan laporan ini, kami mengucapkan terima kasih sebesar-


besarnya kepada dosen pembimbing yang telah membantu kami. Kami selaku
penyusun berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Gorontalo, Juni 2020

Penyusun

Kelompok 2
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................... 1
1.3. Tujuan Praktikum.................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... .2
2.1 Definisi Gel............................................................................................. 2
2.2 Cara Pembuatan Gel................................................................................ 2
2.3 Keuntungan dan Kerugian Gel................................................................ 2
2.4 Komponen Gel........................................................................................ 2
BAB III METODE KERJA.............................................................................. 9
3.1 Alat.......................................................................................................... 9
3.2 Bahan....................................................................................................... 9
3.3 Prosedur kerja.......................................................................................... 9
3.4 Formula................................................................................................... 9
3.5 Alasan...................................................................................................... 9
3.6 Perhitungan.............................................................................................. 10
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................. 11
BAB V PENUTUP............................................................................................. 13
5.1 Kesimpulan.............................................................................................. 13
5.2 Saran........................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Gel merupakan sediaan semi padat yang terdiri dari suspensi yang dibuat
dari partikel anorganik kecil atau molekul organic besar, terpenetrasi oleh
suatu cairan. Jika massa gel terdiri dari jaringan partikel kecil yang terpisah,
digolongkan sebagai sistem dua fase ( gel alumunium hidroksida ). Dalam
system 2 fase, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relative besar disebut
Magma (Anief, 2004).
Gel kadang disebut jelly merupakan sistem semipadat (massa lembek)
terdiri atas suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau
molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Jika massa gel
terdiri atas jaringan partikel kecil yang terpisah, gel digolongkan sebagai
sistem dua fase (misalnya gel alumunium hidroksida). Dalam sistem dua
fase jika ukuran partikel dari fase terdispersi relative besar, massa gel
kadang dinyatakan sebagai magma (misalnya magma bentonit), dimana
massanya bersifat tiksotropik, artinya massa akan mengental jika didiamkan
dan akan mencair kembali jika dikocok. Jika massanya banyak mengandung
air, gel itu disebut jelly (Syamsuni, 2007).
Gel dapat diberikan untuk penggunaan topical atau dimasukkan kedalam
lubang tubuh. Penyimpanannya didalam wadah yang tertutup dengan baik,
dalam botol mulut lebar yang terlindung dari sinar matahari dan cahaya, dan
ditempat sejuk. Pada kemasan sediaan, pada etiket harus tertera label Kocok
Dahulu (Syamsuni, 2007).
Gel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat
mengabsorbsi larutan sehingga terjadi pertambahan volume. Pelarut akan
berpenetrasi diantara matriks gel dan terjadi interaksi antara pelarut dengan
gel. Pengembangan gel kurang sempurna bila terjadi diikatan silang antar
dipolimer (Anief, 2004).
1.2. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan gel?
2. Jelalskan cara pembuatan sediaan gel!
3. Sebutkan keuntungan dan kerugian sediaan gel!
4. Sebutkan komponen sedian gel!
1.3. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui formulasi ekstrak mentimun dalam sediaan gel
2. Untuk mengetahui cara pembuatan sediaan gel dengan menggunakan zat
aktif ekstrak mentimun
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Gel
Gel kadang-kadang disebut jeli, merupakan sistem semipadat terdiri dari
suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul
organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan (Depkes RI, 1995)
Gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat dari
zarah kecil senyawa anorganik atau makromolekul senyawa  organik,
masing-masing terbungkus dan saling terserap oleh cairan (Depkes RI,
1978).
Gel didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang terdiri dari
suatu dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang terkecil atau
molekul organik yang besar dan saling diresapi cairan (Ansel, 1989).
Gel merupakan sistem semipadat yang pergerakan medium pendispersinya
terbatas oleh sebuah jalinan jaringan tiga dimensi dari partikel-partikel atau
makromolekul yang terlarut pada fase pendispersi (Allen, 2002).
2.2. Cara pembuatan Gel
Dalam pembuatan gel, semua bahan harus dilarutkan dahulu pada pelarut
atau zat pembawanya sebelum penambahan gelling agent (Allen, 2002). Jika
pada 8 formulasi terdapat pelarut organik yang polar (seperti etanol,
propilen glikol), selulosa didispersikan pada fase organik kemudian
ditambahkan fase air (Gibson, 2001). Agar serbuk tersebar dan untuk
mencegah penggumpalan, maka temperatur pelarut awal harus dapat
digunakan untuk membatasi penggumpalan dan disolusi yang tidak baik,
yaitu digunakan air panas dan diaduk dengan shear secara cepat sehingga
partikel-partikel terdispersi sebelum lapisan permukaannya mengembang
dan melekat (lengket). Kemudian ditambahkan air dingin supaya
pengembangan gel sempurna (Martin, 1993).
2.3. Keuntungan dan Kerugian Gel

a.Keuntungan Sediaan Gel


1. Keuntungan sediaan gel (Voigt, 1994) :
 Kemampuan penyebarannya baik pada kulit
 Efek dingin, yang dijelaskan melalui penguapan lambat dari kulit
 Tidak ada penghambatan fungsi rambut secara fisiologis
 Kemudahan pencuciannya dengan air yang baik
2. Keuntungan sediaan gel (Lachman, 1994) :
Untuk hidrogel : efek pendinginan pada kulit saat digunakan,
penampilan sediaan yang jernih dan elegan, pada pemakaian di kulit
setelah kering meninggalkan film tembus pandang, elastis, mudah
dicuci dengan air, pelepasan obatnya baik, kemampuan
penyebarannya pada kulit baik.
3. Keuntungan sediaan gel (Lieberman et al, 1998) :
Sediaan gel memiliki efek pendinginan pada kulit saat digunakan,
penampilan sediaan yang jernih dan elegan, pada pemakaian di kulit
setelah kering meninggalkan film tembus pandang, elastis, mudah
dicuci dengan air, pelepasan obatnya baik, kemampuan
penyebarannya pada kulit baik, tidak lengket, tidak mengotori
pakaian, mudah dioleskan, mudah dicuci, tidak meninggalkan lapisan
berminyak pada kulit, viskositas gel tidak mengalami perubahan yang
berarti selama penyimpanan

b. Kerugian Sediaan Gel


1. Kerugian sediaan gel (Lachman, 1994) :
Untuk hidrogel : harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam
air sehingga diperlukan penggunaan peningkat kelarutan seperti
surfaktan agar gel tetap jernih pada berbagai perubahan temperatur,
tetapi gel tersebut sangat mudah dicuci atau hilang ketika berkeringat,
kandungan surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan iritasi dan
harga lebih mahal.

2.4. Komponen Gel


a. Komponen gel (Lieberman dkk, 1996) :
1. Pembentuk gel
2. Humektan
3. Bahan pengawet
BAB III
METODE KERJA
3.1. Alat
1. Batang pengaduk
2. Cawan poerselen
3. Gelas beaker
4. Gelas ukur
5. Mortir
6. Pipet tetes
7. Pot gel
8. Stemper
9. Sudip
10. Timbangan analitik
3.2. Bahan
1. Alkohol 70%
2. Aquadest
3. Ekstrak mentimun
4. Kertas perkamen
5. Label
6. Na CMC
7. Nipagin
8. Propilen glikol
3.3. Prosedur kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%
3. Ditimbang bahan sesuai hasil perhitungan bahan
4. Dilarutkan nipagindengan air panas pada suhu 128oC
5. Dikembangkan Na CMC dengan air panas pada suhu 300oC dan digerus
hingga terbentuk massa gel
6. Ditambahkan propilen glikol dan ekstrak mentimun sambil digerus
hingga homogen
7. Ditambahkan nipagin yang telah dilarutkan dengan air panas dan
digerus hingga homogen
8. Ditambahkan air dan digerus hingga mengental
9. Dimasukkan kedalam pot gel dan diberi label
3.4. Formula

Bahan Konsentrasi Kegunaan


Ekstrak mentimun 10% Zat aktif
Na CMC 1% Gelling agent
Propilen glikol 15% Humektan dan penetran enchaer
Nipagin 0,1% Pengawet
Aquadest Ad 100 ml/10 gr Pembawa

3.5. Alasan
1. Penambahan zat aktif (Ekstrak Mentimun)
 Buah mentimun (cucumis sativus) merupakan suatu jenis buah dari
keluarga labu-labuan yang mempunyai kandungan air tinggi dan
menyegarkan, serta mempunyai sifat mendinginkan, dan
menenangkan kulit yang teriritasi. Kandungan saponinpada buah
mentimun dapat memacu pembentukan kolagen yang berperan
dalam penyembuhan luka bakar dan mencegah infeksi sekunder
(Balqis et al, 2016).
 Mentimun adalah buah yang rendah kalori, kaya akan air, dan
merupakan sumber vit C dengan kandungan yang cukup tinggi juga
mengandung flavonoid. Vitamin C dan flovanoid mempunyai efek
antioksidan dengan memutus rantai radikal bebas yang sangat
reaktif yang cenderung membentuk radikal baru (Asimaya, 2000;
Niki, 1999; Sedibyo, 1998; Usda (1999). Dari pernyataan tersebut
dapat disimpulkan bahwa mentimun tidak cepat teroksidasi karena
mentimun mempunyai vit C dan flovanoid yang mempunyai efek
antioksidan.
 Mentimun mempunyai kandungan senyawa flavonoid, saponin, dan
polifenol (Johan, 2015).
 Senyawa saponin dalam ekstrak mentimun mampu menyembuhkan
lukabakar dengan memicu pembentukan kolagen yaitustruktur
protein yang berperan dalam proses penyembuhan luka (Wardani,
2009).
 Senyawa flovanoin memiliki aktivitas antibakteri, hal ini dapat
digunakan untuk mencegah terjadinya infeksibakteri pada luka.
Dalampenelitian Roswanti dkk tahun 2014 menyatakanbahwa
kandungan senyawa flovanoid bersifat sebagai anti inflamasi
sehingga dapat mengurangi peradangan serta membantu
mengurangi rasa sakit apabila terjadi pendarahan atau
pembengkakan(Ruswanti dkk, 2014).
 Polifenol berfungsi sebagai antimikroba dan anti virus (Rohiasan,
1995).
 Kandungan buah mentimun berupa asam laktat, asam glikolat, dan
asam salisilat diduga sebagai komponen yang dapat memicu
percepatan dalam cascade penyembuhan luka bakar, flavonoid
quercetin pada buah mentimun juga dapat mempercepat
penyembuhan luka bakar (Nugroho et al, 2016).
 Dalam meningkatkan penggunaan ekstrak buah mentimun terkait
dengan penyembuhanluka bakar, ekstrak mentimun perlu
diformulasikan dalam sediaan topikal. Sediaan topikal yang dipilih
adalah gel karena dapat memberikan sensasi dingin dikulit
(Anggraeni et al, 2012) dan sediaan gel mampu menjaga
kelembapan luka sehingga sesuai dengan moist wound healing
(Nugroho et al, 2016).
 Mekanisme dalam proses penyembuhan luka dengan adanya
saponin yang memicu adanya pembentukan kolagen.kolagen
berfungsiuntuk membentuk jaringan granulasi bersama fibroblas.
Fibroblas mensisntesis dari permukaan selnya kemudian
menghubungkan tepi luka sehingga luka dapat menutup (Johan,
2005).
 Pentautan tepi luka sangat erat hubungannya dengan pembentukan
fibroblas. Fibroblas dapat dibentuk oleh berbagai jenis sel antara
lain fibrosit, sel endota, sel makrofag dan limfosit (Reksoprodja,
1995).
 Dalam proses penyembuhan luka bakar dibutuhkan beberapa proses
untuk menggantikan jringan yang telah rusak, warna kemerahan dan
cidera pada luka merupakna hasil dari suatu peradangan luka karena
meningkatnya aliran darah arteri kejaringan yang rusak yang
bertujuan menarik protein plasma dan dan sel-sel peagosit
kepermukaan luka untuk menghindari infeksi sekunder yang masuk
serta memicu sel radang terutama sel makrofag mengeluarkan zat
yang dapat memicu timbulnya angiobias dan fibroblas. Fibroblas
sangat besar pada proses perbaikan yaitu bertanggung jawab pada
persiapan menghasilkan produk struktur protein yang digunakan
selama rekonstroksi jaringan. Fibroblas berfungsi menghubungkan
sel-sel jaringan yang berpindah kedaerah luka mulai 24 jam pada
setelah terjadinya luka bakar. Dalam penyembuhan lukaada proses
yang mendukung penyembuhan lukaseperti regenerasi sel politersi
dan pembentukan serabut kolagen (Setyoadi, 2010).
 Selain itu, saponin bfungsi sebagai antibakteri dan jika diberikan
pada kulit yang luka dapat menghambat pendarahan (Sayokti,
2008).
 Saponin berfungsi sebagai antibakteri dan jika diberikan pada kulit
yang luka dapat menghambat pendarahan. Flovanoid bersifat anti
inflamasi dan anti histamin sedangkan polifenol berfungsi sebagai
antimikroba dan antivirus (Robiuson, 1995).
 Konsentrasi yang kami gunakan untuk ekstrak mentimun yaitu 10%.
Kami memilih menggunakan 10% karena terbukti pada penelitian
yang dilakukan oleh Nugroho et al pada tahun 2016 menunjukkan
bahwa gel dengan kandungan10% ekstrak buah mentimun dapat
membantu penyembuhan luka bakar (Nugroho et al, 2016).
2. Penambahan zat tambahan
a. Na CMC (Gelling agent)
 Na CMC merupakan serbukatau granul, putih sampai krem,
higroskopik. Na CMC mudah terdispersi dalam air membentuk
larutan koloid. Ketentuan Na CMC tidak kurang dari 80% dan
tidak lebih dari 120% dari yang tertera dalam etiket atau kadar
larutan tidak kurang dari 75% dan tidak lebih dari 140%
dariyang tertera pada etiket untuk kadar larutan 1% (Depkes
RI, 1995)
 Na CMC secara luat digunakan untuk formulasi sediaan
farmasi oral dan topikal, terutama karena tingkatviskositas
yang dimilikinya sebagaibahan tambahan sediaan peroral dan
topikal (Rowe et al, 2003).
 Pada penelitian Supomo et al tahun 2014 membuktikan bahwa
Na CMC digunakan sebagai gelling agent memiliki stabilitas
yang baik pada suasana asam maupun basa dengan kisaran PH
2-10 (Supomo et al, 2014).
 Selain itu, waktu yang dibutuhkan Na CMC untuk
mengembang menjadi struktur gel yang baik lebih singkat.
Oleh karena itu, Na CMC cocok digunakan sebagai gelling
agent dalam sediaan gel (Hercules, 2014).
 Alasan kami menggunakan Na CMC 1% yaitu karena semakin
tunggi konsentrani Na CMC dalam formula yang diikuti oleh
berkurangnya konsentrasi propilen glikol akan
menaikkanviskositas gelyang dihasilkan. Hasil ini sesuai
dengan teori jika dimana konsentrasi Na CMC semakin tinggi
maka semakin banyak pelarut yang diabsorbsi sehingga
semakin banyak jaringan yang berikatan membentuk matriks
gel yang berdampak pada peningkatan viskositas dan
penurunan kemampuan gel untuk menyebar (Ansel, 1989).

b. Propilen glikol ( Humektan dan Penetran enchaer)


 Propilen glikol merupakan salah satu humektan yang paling
banyak digunakan pada sediaan kosmetik. Penggunaan
propilen glikol diharapkan dapat meningkatkan stabilitas
sediaan yang dihasilkan (Andini et al, 2017).
 Propilen glikol berfungsi sebagai humektan yang akan
menjaga kestabilan sediaan dengan cara mengabsorbsi
lembab dari lingkungan dan mengurangi penguapan air dari
sediaan.selain menjaga kestabilan sediaan, secara tidak
langsung humektan juga dapat mempertahankan kelembaban
kulit sehinggakulit tidak kering (Ardana. M. dkk., 2015).
 Propilen glikol sebagai humektan merupakan komponen
dalam kosmetik yang bersifat higroskopik yang akan
mempertahankan kandungan air dalam sediaan sehingga
sifat fisik dan stabilitas sediaan selamapenyimpanan dapat
dipertahankan. Propilen glikol biasanya digunakan dengan
Na CMC untuk meningkatkan fleksibilitas dan perpanjangan
rantai polimer sehingga gel yang terbentuk tetap stabil
(Hercules, 2014).
 Alasan kamimenggunakan propilen glikol sebagai penetran
enchaer karena didasarkan atas sifat dari propilen glikol
yang termasuk dalam kelas polroc yang memiliki transpor
paraselular dan memiliki mekanismeaksi dengan cara
menjaga suasana sehingga cepat berpenetrasi. Semakin besar
konsentrasi propilen glikol yang digunakan, maka semakin
besar pula kemampuan mekanisme aksi yang dihasilkan
(Aidana, 2015).
 Alasan kami menggunakan propilen glikol sebagai
humektan sekaligus penetran enchaer dengankonsentrasi
15% karena pada konsentrasi tersebut propilen glikol dapat
berfungsi sebagai humektan dan penetran enchaer serta
menjaga kelembapan pada kulit (Rowe, 2009).
c. Nipagin (Pengawet)
 Nipagin merupakan bahanyang digunakan sebagai pengawet
karena sediaan gel memiliki kandungan airtinggi yang dapat
menyebabkan terjadinya kontaminasi mikroba (Jurnal
Kefarmasian Indonseia, 2015).
 Nipagin merupakan serbuk hablur halus, putih, hampirtidak
berbau, tidak mempunyai rasa, kemudan agak
membakardiikuti rasa tebal. Nipagin larut dalam500 bagian
air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian etanol
(95%) P dan dalam 3 bagian aseton P. Mudah larut dalam
eter P dan dalam larutan alkali hidroksida, larut dalam 60
bagian gliserol P panas dan dalam 40 bagian minyak lemak
nabati panas, jika didinginkan larutan tetap jernih, sebagai
zat tambahan, zat pengawet (Depkes RI, 1979).
 Untukkonsentrasi yang digunakan adalah 0,1% sebagai
pengawet. Hal ini bertujuan agar produk atau sediaan yang
dibuat bisa digunakan oleh anak dibawahumur 3 tahun
(SCCS, 2011).
d. Aquadest (pembawa)
Aquadest adalah eksipien yang paling banyak digunakan
dalam formulasi farmasi dengan konsentrasi 100% (Rowe,
2009).
3.6. Perhitungan Bahan
10
 Ekstrak mentimun 10% = × 100 = 10 gram
100
1
 Na CMC 1% = × 100 = 1 gram
100
15
 Propilen glikol 15% = × 100 = 15 gram
100
0,1
 Nipagin 0,1% = × 100 = 0,1 gram
100

 Aquadest = 100 – (10 + 1 + 15 + 0,1)


= 100 – 26,1
= 71,9 ml
BAB IV
PEMBAHASAN

Gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat dari zarah
kecil senyawa anorganik atau makromolekul senyawa  organik, masing-masing
terbungkus dan saling terserap oleh cairan (Depkes RI, 1978).
Buah mentimun (cucumis sativus) merupakan suatu jenis buah dari keluarga
labu-labuan yang mempunyai kandungan air tinggi dan menyegarkan, serta
mempunyai sifat mendinginkan, dan menenangkan kulit yang teriritasi.
Kandungan saponinpada buah mentimun dapat memacu pembentukan kolagen
yang berperan dalam penyembuhan luka bakar dan mencegah infeksi sekunder
(Balqis et al, 2016).
Zat aktif yang dipilih adalah ekstrak mentimun yang dibuat menjadi sediaan
gel yang ditujukan untuk penyembuhan luka bakar. Mentimun mempunyai
kandungan senyawa flavonoid, saponin, dan polifenol (Johan, 2015). Saponin
berfungsi sebagai antibakteri dan jika diberikan pada kulit yang luka dapat
menghambat pendarahan. Flovanoid bersifat anti inflamasi dan anti histamin
sedangkan polifenol berfungsi sebagai antimikroba dan antivirus (Robiuson,
1995).
Lengkah pertama yaitu menyiapkan alat dan bahan. Langkah kedua yaitu
membersihkan alat menggunakan alkohol 70%. Langkah ketiga yaitu menimbang
bahan sesuai hasil perhitungan bahan. Langkah keempat melarutkan nipagin
dengan air panas pada suhu 128oC. Langkah kelima yaitu mengembangkan Na
CMC dengan air panas pada suhu 300oC dan digerus hingga terbentuk massa gel.
Langkah keenam yaitu menambahkan propilen glikol dan ekstrak mentimun
sambil digerus hingga homogen. Langkah ketujuh yaitu menambahkan nipagin
dan menthol yang telah dilarutkan dengan air panas dan diaduk hingga homogen.
Langkah kedelapan yaitu menambahkan airdan digerus hingga mengental.
Langkah terakhir yaitu memasukkan kedalam pot gel dan diberi label.

BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Untuk formulasi sedian gel ekstrak mentimun ini kita menggunakan
ekstrak mentimun sebagai zat aktif, Na CMCsebagai gelling agent,
Propilen Glikol sebagai humektan dan penetran enchaer, Nipagin
sebagai pengawet dan aquadest sebagai pembawa.
2. Cara pembuatan gel dengan menggunakan zat aktif ekstrak mentimun
yaitu dengan memanaskan nipagin dengan air panas pada suhu 128 oC.
Kemudian mengembangkan Na CMC dengan air panas pada suhu 300oC
dan digerus hingga terbentuk massa gel. Selanjutnya menambahkan
propilen glikol dan ekstrak mentimun sambil digerus hingga homogen.
Lalu menambahkan nipagin yang telah dilarutkan terlebih dahulu sambil
digerus. Kemudian menambahkan air dan digerus hingga terbentuk gel.
5.2. Saran
Dalam melakukan praktikum, sebaiknya praktikan melakukannya dengan
teliti dan hati-hati agar tidak membahayakan praktikkan dan praktikum
dapat berjalan dengan lancar
DAFTAR PUSTAKA
Anief. 2004. Ilmu Meracik Obat Teori Dan Praktik. Gajah Mada University
Press. Yogyakarta

Andini, W. & Al Jupri (2017). Student obstacles in ratio and proportion learning.
IOP Conf. Series: Journal of Physics, Vol. 8, No. 12

Ansel, C., H., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Ed IV, UI Press, Jakarta

Allen, L. V., 2002, The Art, Science and Technology of Pharmaceutical


Compounding, Second Edition, American Pharmaceutical Association,
Washington D.C
Alegantina , Sukmayati., Ani Isnawati., 2015, Profil Disolusi Tablet Amlodipin
dan Perbandingan Kadar Dua Produk Generik dengan Produk
Inovator, Jurnal Kefarmasian Indonesia Vol.5 No.1

Anggraeni et al. (2015). Aktivitas Antioksidan Ekstrak Berbagai Hasil Olah Ubi
Jalar. J Tek Pang

Depkes RI, 1978. Formularium Nasional Edisi Kedua. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia. Jakarta.

Depkes RI, 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia. Jakarta.

Depkes RI, 1995. Farmakope Indonesia Edisi Keempat. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia. Jakarta.

Johan R (2015). Penggunaan Kortikosteroid Topikal yang Tepat. Jurnal


Continuing Professional Development.

Lachman, L., Lieberman, A.H., Konig, L.J.1994. Teori dan Praktek Farmasi
Industri. Edisi II. UI Press. Jakarta.

Lieberman, 1996, Pharmaceutical Dosage Form, Disperse Systems Vol 2, New


York

Lieberman, et al., 1998, Pharmaceutical Dosage Forms: Disperse System,Volume


3, Second Edition, Revised and Expanded. Marcel Dekker, Inc., New
York.
Martin, A., Swarbick, J., dan A. Cammarata. 1993. Farmasi Fisik 2. Edisi III.
UI Press. Jakarta.

Niki, E., 1999, Chemistry of Active Oxygen Speies and Antioxidant. In Andreas
M. Papas (eds):Antioxidant Status, Diet, Nutrition, and Health, P.

Reksoprodjo, Soelarto, dkk. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Binarupa


Aksara, Jakarta.

Robinson, T., 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Edisi VI.


Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, ITB, Bandung

Rowe, R.C et al, 2003, Handbook of Pharmaceutical Excipient, 4th ed,


Pharmaceutical Press, Washington, DC

Rowe, R.C. et Al. (2009). Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed, The
Pharmaceutical Press, London.

Soedibyo B. R. A. M., 1998. Alam Sumber Kesehatan Manfaat dan Kegunaan.


Balai Pustaka. Jakarta.

Syamsuni, H.A. 2007. Ilmu Resep, Kedokteran EGC, Jakarta.

Voight, R., 1994, Buku Pengantar Teknologi Farmasi. Diterjemahkan oleh


Soedani, N., Edisi V. Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta.

Wardani, Dani. (2009). Bermain sambil belajar. Edukasia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai