Anda di halaman 1dari 18

CARA PENYIAPAN SIMPLISIA DAN EKSTRAK

MAKALAH

Tugas ini ditulis Untuk Menyelesaikan Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah Farmakognosi

Dosen Pengampu :  Lena Putri Handayani, M.Pd

Disusun oleh :

Bella Febriana / 030720109

Nisa Oktaviona / 030720107

Nuniah Ashari / 030720107

Tamara Widya Safni / 030720116

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


UNIVERSITAS MEDIKA SUHERMAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayahnya, kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “CARA
PENYIAPAN SIMPLISIA DAN EKSTRAK”. Makalah ini disusun terdiri dari 3 bab, yaitu
Bab I Pendahuluan, Bab II Pembahasan mengenai pokok permasalahan, dan bab III Penutup
yang berisi kesimpulan. Makalah ini merupakan salah satu syarat nilai dari mata kuliah
Farmakognosi.

Tidak lupa, kami juga mengucapkan terima kasih kepada orang tua, teman-teman, dan
juga dosen mata kuliah Farmakognosi yaitu ibu Lena Putri Handayani, M.Pd yang telah
memberikan kami waktu dalam penyelesaian makalah ini. Kami berharap bahwa makalah ini
dapat menjadi salah satu sumber pengetahuan bagi para pembaca.

Kami sadar bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan.


Sehingga, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Terima kasih

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Cikarang, Oktober 2021

Kelompok 6

2
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................4

1.3 Tujuan...............................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................5

2.1 Pengertian simplisia dan ekstrak......................................................................................5

2.1.1 Simplisia....................................................................................................................5

2.1.2 Ekstrak.......................................................................................................................5

2.2 Cara Penyiapan Simplisia dan Ekstrak.............................................................................7

2.2.1 Penyiapan Simplisia...................................................................................................7

2.2.2 Penyiapan Ekstrak....................................................................................................11

BAB III PENUTUP..................................................................................................................17

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18

3
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia banyak berbagai macam tumbuhan obat yang telah diteliti oleh para ahli
yang mana sampai sekarang tercantum pada buku-buku maupun artikel obat
tradisional. Tumbuhan obat atau yang biasa dikenal dengan obat herbal adalah sediaan
obat baik berupa obat tradisional, fitofarmaka dan farmasetika, dapat berupa simplisia
( bahan segar atau yang dikeringkan ) ekstrak, kelompok senyawa atau senyawa murni
berasal dari alam, yang dimaksud dengan obat alami adalah obat asal tanaman.

Tanaman merupakan salah satu sumber senyawa kimia yang peting dalam
pengobatan. Umumnya senyawa kimia ini berupa senyawa metabolit sekunder berupa
seperti alkaloid, flavonoid, fenolik, terpenoid, steroid, dan lain-lain yang memiliki
aktivitas biologis yang beragam. Hal ini mendorong para ahli kimia untuk megisolasi
zat aktif biologis yang terdapat dalam tanaman. Diharapkan nantinya dapat
menghasilkan berbagai zat kimia yang dapat digunakan sebagai obat, baik untuk
kesehatan manusia maupun agroomi.

Berbagai jenis bahan terdapat di alam memiliki jenis, bentuk dan komposisi yang
beragam. Dalam pemanfaatanya, manusia dapat mengambil seluruh zat dari bahan
tersebut atau dapat mengambil beberapa zat yang dibutuhkannya saja dari suatu
bahan.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan simplisia dan ekstrak ?


1.2.2 Bagaimana cara penyiapan simplisia dan ekstrak yang baik dan benar ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Mengetahui yang dimaksud dengan simplisia dan ekstrak


1.3.2 Mengetahui cara penyiapan simplisia dan ekstrak yang baik dan benar

4
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian simplisia dan ekstrak

2.1.1 Simplisia
Simplisia merupakan bahan alami yang digunakan untuk obat tradisional dan belum
mengalami perubahan proses apa pun, kecuali proses pengeringan (Rukmi, 2009).
Simplisia telah lama dikenal masyarakat sebagai bahan dasar obat tradisional yang
bermanfaat untuk mengobati suatu penyakit tanpa menimbulkan efek samping apapun.
Agar dapat bermanfaat dengan optimal simplisia harus memenuhi syarat sebagai
simplisia yang aman, berkhasiat dan bermutu baik. Simplisia yang aman dan berkhasiat
adalah simplisia yang tidak mengandung bahaya bagi kesehatan serta simplisia yang
masih mengandung bahan aktif yang berkhasiat bagi kesehatan.

Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia pelikan atau
mineral.

1) Simplisia nabati : berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat. Eksudat
adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau
dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat
nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari
tanaman.
2) Simplisia hewani : berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna yang
dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.
3) Simplisia pelikan : berupa mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan
cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.

2.1.2 Ekstrak
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat aktif dari bagian tanaman obat. Adapun tujuan dari
ekstraksi yaitu untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam simplisia.  

Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam
simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke
dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian
berdifusi masuk ke dalam pelarut.

5
Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan menyaring simplisia
nabati dan hewani menurut cara yang cocok, diluar pengaruh matahari yang langsung.
Ekstrak kering harus lebih mudah digerus menjadi serbuk. Terdapat beberapa jenis
ekstrak baik ditinjau dari segi pelarut yang digunakan ataupun hasil akhir dari ekstrak
tersebut.

1) Ekstrak air
Menggunakan pelarut air sebagai cairan pengekstraksi. Pelarut air merupakan
pelarut yang mayoritas digunakan dalam proses ekstraksi. Ekstrak yang
dihasilkan dapat langsung digunakan atau diproses kembali seperti melalui
pemekatan atau proses pengeringan.
2) Tinktur
Sediaan cari yang dibuat dengan cara maserasai ataupun perkolasi simplisia.
Pelarut yang umum digunakan dalam proses produksi tinktur adalah etanol. Satu
bagian simplisia diekstrak dengan menggunakan 2-10 bagian
menstrum/ekstraktan.
3) Ekstrak cair
Bentuk dari ekstrak cair mirip dengan tinktur namun telah melalui pemekatan
hingga diperoleh ekstrak yang sesuai dengan ketentuan farmakope.
4) Ekstrak encer
Ekstrak encer dibuat seperti halnya ekstrak cair. Namun kadang masih perlu
diproses lebih lanjut.
5) Ekstrak kental
Ekstrak ini merupakan ekstrak yang telah mengalami proses pemekatan. Ekstrak
kental sangat mudah untuk menyerap lembab sehingga mudah untuk ditumbuhi
oleh kapang. Pada proses industri ekstrak kental sudah tidak lagi digunakan,
hanya merupakan tahap perantara sebelum diproses kembali menjadi ekstrak
kering.
6) Ekstrak kering (extract sicca)
Ekstrak kering merupakan ekstrak hasil pemekatan yang kemudian dilanjutkan
ke tahap pengeringan. Proses pengeringan dapat dilakukan dengan berbagai
macam cara yaitu dengan menggunakan bahan tambahan seperti laktosa atau
aerosil, menggunakan proses kering beku namun proses ini tidak ekonomis, dan
dengan menggunakan proses semprot kering atau fluid bed drying.
6
7) Ekstrak minyak
Dilakukan dengan cara mensuspensikan simplisia dengan perbandingan tertentu
dalam minyak yang telah dikeringkan, dengan cara seperti maserasi.
8) Oleoresin
Merupakan sediaan yang dibuat dengan cara ekstraksi bahan oleoresin (mis.
Capsicum fructus dan zingiberis rhizom) dengan pelarut tertetu umumnya
etanol.

2.2 Cara Penyiapan Simplisia dan Ekstrak

2.2.1 Penyiapan Simplisia


Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun kegunaannya, maka
simplisia harus memenuhi persyaratan minimal, dan untuk dapat memenuhi syarat
minimal itu, ada beberapa faktor yang berpengaruh, antara lain adalah :

1) Bahan baku simplisia


2) Proses pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan baku simplisia
3) Cara pengepakan dan penyimpanan simplisia

Proses pembuatan simplisia merupakan proses tindak lanjut setelah bahan baku
simplisia selesai dipanen, sehingga sering disebut proses pascapanen. Pascapanen
merupakan kelanjutan dari proses panen terhadap tanaman budidaya atau hasil dari
penambangan alam yang berfungsi untuk membuat bahan hasil panen tidak mudah
rusak dan memiliki kualitas yang baik serta mudah disimpan untuk proses selanjutnya.

Adapun tahapan – tahapan pembuatan simplisia secara garis besar adalah:

1. Pengumpulan bahan baku

Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung
pada:

7
- Bagian tanaman yang digunakan, kulit batang (klika, cortex), batang
(caulix), kayu (lignum), daun (folium), bunga (flos), akar (radix),
rimpang (rhizoma), buah (fructus), biji (semena), bulbus
- Umur tanaman, tanaman obat dipanen pada saat tanaman memiliki
kandungan senyawa aktif pada kadar optimal yang diperoleh pada umur,
bagian tanaman, dan waktu tertentu.
- Waktu panen, waktu yang tepat untuk panen tanaman obat disesuaikan
dengan kadar kandungan senyawa aktif, bagian tanaman yang akan
dipanen, kondisi iklim untuk menghindari pengeringan, fermentasi,
pertumbuhan jamur, atau pembusukan bahan.
- Teknik pengumpulan

2. Sortasi basah

Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan


asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari
akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput,
batang, daun, akar yang telah rusak serta pengotor-pengotor lainnya harus
dibuang.

3. Pencucian

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya yang


melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih yang
mengalir.

8
4. Perajangan

Beberapa jenis bahan simplisia tertentu ada yang memerlukan proses


perajangan. Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses
pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Semakin tipis bahan yang
dikeringkan, semakin cepat penguapan air yang dikandung, sehingga
mempercepat waktu pengeringan.
5. Pengeringan

Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah


rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu lama. Pengeringan bertujuan untuk
mengurangi kadar air, menghentikan proses reaksi enzimatis dan mencegah
pertumbuhan kapang, jamur dan jasad renik lain.
Ada dua macam pengeringan yaitu pengeringan secara alamiah (dengan sinar
matahari atau angin-angin) dan pengeringan buatan (menggunakan oven,uap
panas atau alat pengering lain (BedDrayer) ).
Hal-hal yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan adalah suhu,
kelembaban udara, aliran udara, waktu pengeringan, ketebalan bahan yang
dikeringkan, sirkulasi udara dan luas permukaan bahan. Dengan pengeringan
yang benar diharapkan tidak terjadi face hardening, yaitu bagian luarnya kering
tetapi bagian dalamnya basah.

6. Sortasi kering

9
Sortasi kering bertujuan untuk memisahkan benda-benda asing dan pengotor
lain. Kegiatan sortasi kering dilakukan untuk menjamin simplisia benar-benar
bebas dari bahan asing atau pemisahan menurut ukuran sehingga diperoleh
simplisia dengan ukuran seragam.

7. Pengepakan dan penyimpanan

Pengepakan bertujuan untuk melindungi simplisia saat pengangkutan,distribusi


dan penyimpanan dari gangguan luar seperti suhu, kelembapan, sinar,
pencemaran mikroba serta gangguan berbagai jenis serangga.
Bahan pengemas sebaiknya memenuhi persyaratan:
- Bersifat inert/netral yaitu Tidak bereaksi dengan simplisia yang dapat
berakibat terjadinya perubahan bau,rasa,kadar air dan kandungan
senyawa kimia aktifnya.
- Mampu mencegah terjadinya kerusakan mekanis dan fisiologi
- Mudah digunakan,tidak teralu berat dan harga relatif murah.

Penyimpanan merupakan upaya untuk mempertahankan kualitas fisik dan


kestabilan kandungan senyawa aktif sehingga memenuhi persyaratan mutu yang
ditetapkan.

10
Penyimpanan bertujuan agar simplisia tetap tersedia setiap saat bila diperlukan
serta sebagai stok bila secara kuantitatif hasil panen melebihi kebutuhan.

Faktor yang mempengaruhi pengepakan dan penyimpanan simplisia

- Cahaya
- Okigen atau sirkulasi udara
- Reaksi kimia yag terjadi antara kandungan aktif tanaman dengan wadah
- Penyerapan air
- Kemungkinan terjadinya proses dehidrasi
- Pengotoran atau pencemaran

2.2.2 Penyiapan Ekstrak


Terdapat beberapa istilah yang perlu diketahui berkaitan dengan proses ekstraksi adalah
ekstraktan/menstrum yaitu pelarut/campuran pelarut yang digunakan dalam proses
ekstraksi dan rafinat yaitu sisa/residu dari proses ekstraksi.

Dalam proses ekstraksi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain :

1) Jumlah simplisia yang akan diesktrak


2) Derajat kehalusan simplisia
3) Semakin halus, luas kontak permukaan akan semakin besar sehingga proses
ekstraksi akan lebih optimal
4) Jenis pelarut yang digunakan
5) Jenis pelarut berkaitan dengan polaritas dari pelarut tersebut. Hal yang perlu
diperhatikan dalam proses ekstraksi adalah senyawa yang memiliki kepolaran
yang sama akan lebih mudah tertarik/ terlarut dengan pelarut yang memiliki
tingkat kepolaran yang sama.
Terdapat tiga golongan pelarut :
- Pelarut Polar, contoh nya air, metanol, etanol, asam asetat
- Pelarut Semipolar, contoh nya aseton, etil asetat, kloroform
- Pelarut Nonpolar, contoh nya heksana, eter

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil dari ekstraksi yaitu :


1. Lama waktu ekstraksi

11
Lama ekstraksi akan menentukan banyaknya senyawa-senyawa yang terambil.
Ada waktu saat pelarut/ ekstraktan jenuh. Sehingga tidak pasti, semakin lama
ekstraksi semakin bertambah banyak ekstrak yang didapatkan.

2. Metode ekstraksi, termasuk suhu yang digunakan.


Terdapat banyak metode ekstraksi. Namun secara ringkas dapat dibagi
berdasarkan suhu yaitu metode ekstraksi dengan cara panas dan cara dingin.
Metode panas digunakan jika senyawa-senyawa yang terkandung sudah
dipastikan tahan panas.
Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut
organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel,
maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang
terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam
dan di luar sel.

Seperti yang dijelaskan di atas, pemilihan metode ekstraksi juga sangat penting
untuk mencapai hasil maksimum yang diinginkan. Zat aktif dalam simplisia
mempunyai karakteristik masing-masing, yakni zat yang tahan pada pemanasan
dan yang tidak tahan pada pemanasan. Sehingga, metode ekstraksi digolongkan
ke dalam 2 golongan, yaitu :

1. Metode ekstraksi secara dingin

Metode ekstraksi secara dingin adalah metode ekstraksi yang didalam proses
kerjanya tidak memerlukan pemanasan. Metode ini dipergunakan untuk bahan-
bahan yang tidak tahan terhadap pemanasandan bahan-bahan yang mempunyai
tekstur yang lunak atau tipis. Metode ini terbagi menjadi :

a. Perkolasi

Perkolasi adalah suatu metode ekstraksi diletakkan dalam bejana atau wadah
dan dialiri dengan cairan penyari dari atas ke bawah, di mana alatnya dilengkapi
dengan kran. Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi
karena aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang

12
terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah sehingga meningkatkan
derajat perbedaan konsentrasi dan ruangan diantara butir-butir serbuk simplisia
membentuk saluran tempat mengalir cairan penyari. Karena kecilnya saluran
kapiler tersebut maka kecepatan pelarut cukup uantuk mengurangi lapisan batas
sehingga dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi.

Selain itu, keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan langkah tambahan
yaitu sampel padat telah terpisah dari ekstrak. Kerugiannya adalah kontak antara
sampel padat tidak merata atau terbatas dibandingkan dengan metode refluks,
dan pelarut menjadi dingin selama proses perkolasi sehingga tidak melarutkan
komponen secara efisien. Prinsip perkolasi yaitu penyarian zat aktif yang
dilakukan dengan cara serbuk simplisia dimaserasi selama 3 jam, kemudian
simplisia dipindahkan ke dalam bejana silinder yang bagian bawahnya diberi
sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui simplisia
tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang
dilalui sampai keadan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh karena
gravitasi, kohesi, dan berat cairan di atas dikurangi gaya kapiler yang menahan
gerakan ke bawah. Perkolat yang diperoleh dikumpulkan, lalu dipekatkan.

Bentuk perkolator ada 3 macam yaitu perkolator berbentuk corong, tabung, dan
paruh. Pemilihan perkulator tergantung pada jenis serbuk simplisia yang akan
disari. Perkulator berbentuk tabung biasanya digunakan untuk pembuatan
ekstrak atau tingtur dengan kadar tinggi; perkulator berbentuk corong biasanya
digunakan untuk pembuatan ekstrak atau tingtur dengan kadar rendah.

b. Maserasi

Maserasi adalah suatu metode penyarian zat aktif dengan cara perendaman
selama 3 x 5 hari dimana tiap lima hari diadakan pergantian pelarut sambil
diaduk sekali-kali.

Maserasi merupakan penyarian secara sederhana karena dilakukan dengan cara


merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Langkah kerjanya adalah
merendam simplisia dalam suatu wadah menggunakan pelarut penyari tertentuk
selama beberapa hari sambil sesekali diaduk, lalu disaring dan diambil

13
beningannya. Selama ini dikenal ada beberapa cara untuk mengekstraksi zat
aktif dari suatu tanaman ataupun hewan menggunakan pelarut yang cocok.
Pelarut-pelarut tersebut ada yang bersifat bisa campur air (contohnya air sendiri,
disebut pelarut polar), ada juga pelarut yang bersifat tidak campur air
(contohnya aseton, etil asetat, disebut pelarut non polar atau pelarut organik).
Metode Maserasi umumnya menggunakan pelarut non air atau pelarut non-
polar. Teorinya, ketika simplisia yang akan di maserasi direndam dalam pelarut
yang dipilih, maka ketika direndam, cairan penyari akan menembus dinding sel
dan masuk ke dalam sel yang penuh dengan zat aktif dan karena ada pertemuan
antara zat aktif dan penyari itu terjadi proses pelarutan (zat aktifnya larut dalam
penyari) sehingga penyari yang masuk ke dalam sel tersebut akhirnya akan
mengandung zat aktif, katakan 100%, sementara penyari yang berada di luar sel
belum terisi zat aktif (nol%) akibat adanya perbedaan konsentrasi zat aktif di
dalam dan di luar sel ini akan muncul gaya difusi, larutan yang terpekat akan
didesak menuju keluar berusaha mencapai keseimbangan konsentrasi antara zat
aktif di dalam dan di luar sel. Proses keseimbangan ini akan berhenti, setelah
terjadi keseimbangan konsentrasi (istilahnya “jenuh”). Dalam kondisi ini, proses
ekstraksi dinyatakan selesai, maka zat aktif di dalam dan di luar sel akan
memiliki konsentrasi yang sama, yaitu masing-masing 50%.

c. Soxhletasi

Soxhletasi adalah proses penyarian secara berkesinambungan dimana cairan


penyari dipanaskan hingga menghasilkan uap yang naik melalui kondensor dan
dikondensasikan menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun
menyari zat aktif yang ada di dalam simplisia yang selanjutnya masuk kembali
ke dalam labu alas bulat setelah melalui pipa sifon, proses berlangsung hingga
penyarian zat aktif sempurna yang ditandai dengan beningnya cairan penyari
yang melalui pipa sifon atau jika diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis
tidak menampakkan noda lagi.

Alat soxhlet dibuat dari bahan gelas yang terbagi atas 3 bagian yaitu bagian
tengah untuk menampung serbuk simplisia yang akan diekstraksi dengan pipa
pada kiri dan kanan, serta satu untuk jalannya larutan yang terkondensasi
kembali ke labu alas bulat. Dibagian atas soxhlet dilengkapi dengan alat
14
pendingin balik untuk mengkondensasi uap menjadi cairan penyari yang dipakai
tidak terlalu banyak. Sedangkan pada bagian bawah terdapat labu alas bulat
yang berisi cairan penyari.

Pada soxhletasi pelarut pengekstraksi yang mula-mula ada dalam labu


dipanaskan sehingga menguap. Uap pelarut ini naik melalui pipa pengalir uap
dan cell pendingin sehingga mengembun dan menetes pada bahan yang
diekstraksi. Cairan ini menggenangi bahan yang diekstrak dan bila tingginya
melebihi tinggi sifon, maka akan keluar dan mengalir ke dalam labu penampung
ekstrak. Ekstrak yang terkumpul dipanaskan sehingga pelarunya menguap tetapi
substansinya tinggal pada penampung. Dengan demikian terjadilah pendaur-
ualngan (recycling) pelarut dan bahan tiap kali diekstraksi dengan pelarut yang
segar.

2. Metode ekstraksi secara panas

Metode ekstraksi secara panas adalah metode ekstraksi yang di dalam prosesnya
dibantu dengan pemanasan. Pemanasan dapat mempercepat terjadinya proses
ekstraksi karena cairan penyari akan lebih mudah menembus rongga-rongga sel
simplisia dan melarutkan zat aktif yang ada dalam sel simplisia tersebut. Metode
ini diperuntukkan untuk simplisia yang mengandung zat aktif yang tahan
terhadap pemanasan dan simplisia yang mempunyai tekstur keras seperti kulit,
biji, dan kayu. Yang termasuk ekstraksi secara panas adalah:

a. Ekstraksi secara refluks

Refluks adalah penyarian yang termasuk dalam metode berkesinambunan, cairan


penyari secara kontinyu menyari zat aktif dalam simplisia. Cara ini digunakan
untuk simplisia yang kandungan zat aktifnya tahan terhadap pemanasan.
Pemanasan dimaksudkan untuk mempermudah cairan penyari menembus
dinding sel simplisia karena dengan pemanasan sel simplisia mengalami
pengembangan sehingga rongga-rongga selnya terbuka dengan demikian pelarut
mudah mencapai zat aktif di dalam sel dan diluar sel cepat tercapai dan
menyebabkan pross ekstraksi cepat pula tercapai. Selain itu pemanasan dapat
memurnikan cairan penyari melaui proses kondensasi. Simplisia yang dapat

15
diekstraksi dengan cara ini adalah yang mempunyai kompoinen kimia yang tahan
pemanasan dan mempunyai tekstur yang keras seperti akar, batang, kulit batang.

b. Ekstraksi secara infundasi

Infudasi merupakan metode penyarian dengan cara menyari simplisia dalam air
pada suhu 90OC selama 15 menit. Infundasi merupakan penyarian yang umum
dilakukan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-
bahan nabati. Penyarian dengan metode ini menghasilkan sari/ekstrak yang tidak
stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu, sari yang
diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam. Umumnya
digunakan untuk simplisia yang mempunyai jaringan lunak, yang mengandung
minyak atsiri, dan zat-zat yang tidak tahan pemanasan lama.

c. Ekstraksi Secara Destilasi Uap Air

Destilasi uap air dapat digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung
minyak menguap, mempunyai titik didih yang tinggi pada tekanan udara normal
dan biasanya pada proses pemanasan kemungkinan akan kerusakan zat aktif dan
mencegah kerusakan tersebut maka dilakukan penyarian secara destilasi uap air.

d. Rotary Evaporator

Rotary evaporator ialah alat yang biasa digunakan di laboratorium kimia untuk
mengefisienkan dan mempercepat pemisahan pelarut dari suatu larutan. Alat ini
menggunakan prinsip vakum destilasi, sehingga tekanan akan menurun dan
pelarut akan menguap dibawah titik didhnya. Rotary evaporator sering digunakan
dibandingkan dengan alat lain yang memiliki fungsi sama karena alat ini mampu
menguapkan pelarut dibawah titik didih sehingga zat yang terkandung di dalam
pelarut tidak rusak oleh suhu tinggi.

16
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Simplisia merupakan bahan alami yang digunakan sebagai obat tetapi belum mengalami
perubahan. Simplisia biasanya dalam bentuk bahan yang dikeringkan. Proses pembuatan
simplisia merupakan proses tindak lanjut setelah bahan baku simplisia selesai dipanen,
sehingga sering disebut proses pascapanen. Adapun tahapan pembuatan simplisia yaitu
pengumpulan bahan baku, sortrasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan, sortrasi
kering, pengepakan dan penyimpanan.

Pemilihan metode ekstraksi juga sangat penting untuk mencapai hasil maksimum yang
diinginkan. Zat aktif dalam simplisia mempunyai karakteristik masing-masing, yakni zat
yang tahan pada pemanasan dan yang tidak tahan pada pemanasan. Maka dari itu metode
ekstraksi digolongkan ke dalam 2 golongan, yaitu metode ekstrasi secara dingin dan metode
ekstrasi secara panas. Metode ekstrasi secara dingin meliputi Perkolasi, maserasi dan
soxhletasi. Dan metode ekstrasi secara panas meliputi Ekstrasi secara refluks, secara
infundasi, secara destilasi uap air, dan dengan menggunakan rotary evaporator.

17
DAFTAR PUSTAKA

Rukmi, I. 2009. Keanekaragaman Aspergillus pada berbagai Simplisia Jamu Tradisional.

Jurnal Sains & Matematika (JSM), 17(2):82-89.

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Ansel, Howard. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta: UI Press.

Wijaya, H. M Hembing. 1992. Tanaman berkhasiat obat di Indonesia cetakan 1. Jakarta

Sudjadi. 1986. Metode Pemisahan. Yogyakarta: UGM Press 6. Depkes RI. 1995. Materia

Medika Indonesia. Jakarta : Depkes RI.

Ayu pengestu. Rotary evaporator dan ultraviolet lamp. http://ebookbrowse.com/pm-long-

wave-uv-lamp-pdf-d123036005. 2011.

18

Anda mungkin juga menyukai