Disusun oleh:
Kelompok 2
Kelas B
MARET/2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam bidang ilmu kesehatan seorang farmasis tidak hanya
membahas tentang obat-obatan saja, tetapi juga mencakup tentang
kosmetika. Kosmetika merupakan sediaan yang siap digunakan pada bagian
luar badan untuk melindungi agar tetap dalam keadaan baik. Selain itu,
tujuan penggunaan kosmetika juga untuk mempertahankan keadaan kulit.
Kosmetika dibagi menjadi dua, yaitu sebagai dekoratif dan untuk
pengobatan atau perawatan kulit.
Pembersih (milk cleanser) adalah salah satu contoh kosmetika
dekoratif. Digunakan untuk membersihkan kulit wajah, mengangkat sel-sel
kulit mati dan juga untuk membersihkan wajah dari make up. Bahan utama
pada pembersih wajah biasanya berasal dari tumbuh-tumbuhan, salah
satunya lemon (Citrus L.). Lemon digunakan sebagai zat aktif dalam milk
cleanser karena mengandung banyak Vitamin C yang berkhasiat sebagai
antioksidan. Selain itu, lemon juga berkhasiat untuk meremajakan wajah,
mencerahkan kulit wajah, menghilangkan bekas jerawat dan juga sebagai
antibakteri.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana formulasi sediaan milk cleanser yang baik?
2. Bagaimana pembuatan milk cleanser yang baik?
C. Tujuan Praktikum
1. Dapat menjelaskan dan membuat formulasi milk cleanser yang baik
2. Dapat menjelaskan dan melakukan pembuatan milk cleanser yang
baik
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar Teori
Dewasa ini kebutuhan akan kosmetik sudah demikian primer dan tidak
terpisahkan dari kehidupan kita. Berbagai jenis kosmetika yang digunakan untuk
menunjang penampilan kita, salah satunya adalah kosmetika perawatan kulit.
Kosmetika perawatan kulit semakin beragam dan terus berkembang. Sebagian
besar kosmetika perawatan kulit untuk sediaan topikal ada dalam bentuk krim atau
losion. Sebagian besar orang menggunakan krim untuk merawat kulit, dimana kulit
mengandung lapisan lemak tipis yang berfungsi untuk melindungi dari kelebihan
penguapan air yang menyebabkan dehidrasi. Krim yang dipakai pada kulit sebagai
obat luar bisa dibuat sebagai emulsi m/a atau emulsi a/m, tergantung pada berbagai
faktor, seperti sifat zat terapeutik yang akan dimasukkan ke dalam emulsi,
keinginan untuk mendapatkan efek emolien atau pelembut jaringan dari preparat
tersebut dan keadaan permukaan kulit (Ansel, 1989).
Kandungan air dalam stratum corneum, meskipun sedikit (hanya 10%)
tetapi sangat penting. Kelembutan dan elastisitas stratum corneum sepenuhnya
tergantung pada air yang dikandungnya dan bukan pada kandungan lemaknya.
Stratum corneum yang diletakkan di udara kering menjadi keras, kering, bersisik
dan tidak dapat dilunakan kembali hanya dengan pemberian lemak seperti lanolin,
olive oil, dan petrolatum. Stratum corneum baru menjadi lunak kembali setelah
diberi air (Tranggono dan Latifah, 2007).
Kulit adalah suatu pembatas, seperti dinding, yang berfungsi untuk
memisahkan dan melindungi bagian dalam tubuh dari mikroba yang ada di
lingkungan dan merupakan suatu pertahanan primer melawan infeksi (Brodell dan
Rosenthal, 2008). Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme
biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus-menerus (keratinisasi
dan pelepasan sel-sel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh,
produksi sebum dan keringat, dan pembentukan pigmen melanin untuk melindungi
kulit dari bahaya ultra violet matahari. (Tranggono dan Latifah, 2007)
3
Stratum corneum adalah lapisan terluar kulit dan yang merupakan pembatas
dengan lingkungan luar tubuh. Salah satu fungsi utamanya adalah meregulasi
kehilangan air dari tubuh dan mengatur keseimbangan air antara tubuh dengan
lingkungan. Hal-hal yang dapat mempengaruhi kelembaban kulit, antara lain
perubahan kelembaban lingkungan, temperatur, dan penggunaan sabun sehari-hari
(Anantha padmanabhan, dkk., 2009).
Pelembab adalah salah satu jenis kosmetika yang berfungsi menghidrasi
kulit dengan cara mengurangi penguapan air dari kulit dan menarik air dari udara
masuk ke dalam stratum corneum yang mengalami dehidrasi. Bahan-bahan yang
dapat mengurangi penguapan air dari kulit adalah bahan-bahan oklusif yang
berminyak dan bahan-bahan yang dapat menarik air ke dalam stratum corneum
dikenal sebagai humektan (Simion, dkk., 2005).
Menurut peraturan Menteri Kesehatan RI, sediaan krim tangan termasuk
penggolongan kosmetika bagian preparat perawatan kulit. Krim adalah emulsi
setengah padat yang mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan
untuk pemakaian luar (Ditjen POM, 1985).
Krim pelembab merupakan salah satu jenis kosmetika yang berfungsi untuk
menghidrasi kulit dengan cara mengurangi penguapan air dari kulit dan menarik air
dari udara masuk ke dalam stratum corneum yang mengalami dehidrasi. Bahan-
bahan yang dapat mengurangi penguapan air dari kulit adalah bahanbahan oklusif
yang berminyak dan bahan-bahan yang dapat menarik air ke dalam stratum
corneum yang dikenal sebagai humektan. Krim pelembab dapat mengurangi
penguapan air dari kulit hingga kandungan air dalam kulit terpenuhi dan
meminimalkan tanda-tanda eczema. Krim pelembab merupakan krim yang
berfungsi untuk mengurangi penguapan air dari kulit, membuat kulit menjadi
lembab dan tidak kering. Krim pelembab biasa digunakan untuk melembabkan
kulit, cocok digunakan untuk kulit yang kering agar kandungan air dalam kulit
terpenuhi, dapat juga digunakan untuk kulit yang bersisik, dan kasar, agar kulit yang
kasa menjadi halus dan lembut (Schliemann and Elsner, 2007).
4
Berdasarkan mekanisme kerjanya, krim pelembab dapat dibedakan menjadi
empat berdasarkan bahan yang digunakan pada krim pelembab tersebut, yaitu
oklusif, humektan, emolien, dan protein rejuvenator. Oklusif adalah bahan yang
melakukan blokade terhadap Transepidermal Water Loss (TEWL) dalam stratum
korneum. Humektan adalah bahan yang menarik air ketika diaplikasikan pada kulit
dan meningkatkan hidrasi stratum korneum. Emolien dapat melembutkan kulit
dengan mengisi ruang antara kulit yang retak dengan butiran minyak. Protein
rejuvenator dapat menyebabkan kulit menjadi lebih muda dengan mengisi protein
esensial dalam kulit.
Syarat-syarat dasar krim yang baik dan ideal adalah stabil, lunak dan
homogen, mudah digunakan, cocok dengan zat aktif, bahan obat dapat terbagi halus
dan terdistribusi merata dalam dasar krim. Sementara itu, syarat sediaan krim yang
baik menurut Widodo tahun 2013 yaitu :
1. Stabil. Selama masih dipakai untuk mengobati. Krim harus bebeas inkompatibilitas,
stabil pada suhu kamar dan kelembaban yang ada di dalam kamar.
2. Lunak. Semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan
homogen.
3. Mudah dipakai. Umumnya krim tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai dan
dihilangkan dari kulit.
4. Terdistribusi secara merata. Obat harus terdispersi merata melalui dasar krim padat
atau cair pada penggunaan.
Selain syarat-syarat tersebut, krim pelembab juga harus mampu tidak
mengiritasi kulit dan mampu mengurangi penguapan air dari kulit.
Formula sediaan krim pelembab umumnya terdiri dari basis dan zat aktif.
Basis pada sediaan krim pelembab terbuat dari emulgator, pelembab, stiffening
agent, pelarut, pengawet, humektan. Selain basis, sediaan krim pelembab juga
terdiri dari zat aktif, antioksidan dan parfum. Pada literatur lain, ada juga yang
mengatakan bahwa bahan yang digunakan dalam pembuatan krim mencakup zat
emolien, zat sawar (barier), zat pengental dan pembentuk lapisan tipis, zat penutup
kulit yang berpori lebar, zat pengemulsi, zat pengawet, parfum dan zat warna
(Ditjen POM, 1985). Sediaan krim pelembab dibuat dengan menggunakan basis
5
emulsi. Seperti kita ketahui bahwa basis emulsi terdiri dari dua tipe, yaitu basis
minyak dalam air dan air dalam minyak (M/A atau A/M). Pemilihan tipe emulsi
pada sediaan krim pelembab tergantung pada berbagai faktor, seperti sifat zat
terapeutik yang akan dimasukkan ke dalam emulsi, keinginan untuk mendapatkan
efek emolien atau pelembut jaringan dari preparat tersebut dan keadaan permukaan
kulit (Ansel, 1989). Masing-masing tipe emulsi memiliki keuntungan, seperti
misalnya tipe emulsi M/A lebih mudah dibersihkan, harganya lebih murah, tidak
menimbulkan rasa lengket, mudah menyebar pada permukaan kulit, tidak
menyumbat pori-pori kulit, lembut, tidak berminyak jika dioleskan pada kulit
(Buchmann, 2006). Namun, tipe emulsi M/A cenderung akan mengalami
penurunan viskositas. Tipe emulsi A/M memiliki viskositas yang lebih besar
daripada emulsi M/A, memiliki penyebaran yang lebih baik, penguapan airnya
dapat mengurangi rasa panas di kulit (Aulton, 2003). Pada umumnya, bahan-bahan
sabun monovalen sering digunakan untuk membuat krim dengan tipe emulsi M/A,
seperti TEA stearat, natrium stearat, kalium stearat, dan ammonium stearat.
Sedangkan untuk membuat krim dengan tipe emulsi A/M umumnya menggunakan
sabun polivalen, seperti span, adeps lanae, kolesterol dan cera alba (Anief, 1990).
6
ekstrak. Berdasarkan kandungan air yang dimilikinya, ekstrak terdiri dari tiga
jenis, yaitu ekstrak cair (kandungan air > 30%), ekstrak kental (kandungan air 5-
30%) dan ekstrak kering (kandungan air <5%) (Voight, 1994). Ekstrak dalam
sediaan kosmetika biasanya menggunakan ekstrak kental dan ekstrak cair, dimana
konsentrasi ekstrak cair yang digunakan lebih besar dari pada ekstrak kental, yaitu
3-5% dan konsentrasi ekstrak kental sebesar 1-2%. Konsentrasi ekstrak kental
lebih kecil dari ekstrak cair dikarenakan viskositas ekstrak kental lebih besar dari
pada ekstrak cair. Karena kandungan air ekstrak kental lebih sedikit dari ekstrak
cair, oleh karena itu konsentrasi ekatrak kental digunakan lebih sedikit dari ekstrak
cair. Selain itu, penggunaan ekstrak dengan konsentrasi yang semakin tinggi dapat
menurunkan viskositas sediaan dan membuat sediaan menjadi tidak stabil.
1. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan degan cara meneteskan satu tetes milk cleanser
pada sebuah kaca objek lalu di tutup dengan kaca objek di bagian atasnya.
Hasil uji homogenitas yang baik yaitu apabila sediaan milk cleanser terlihat
homogen, tidak ada partikel-partikel kasar yang terlihat diantara kaca objek.
2. Uji organoleptis
Uji organoleptis dilakukan dengan melihat warna, aroma, dan tekstur dari
sediaan milk cleanser yang telah dibuat. Untuk warna dan aroma sediaan milk
cleanser tergantung dari formula yang ditambahkan, biasanya ditambahkan
pewarna agar warna milk cleanser yang dihasilkan lebih menarik dan
penambahan parfum agar aroma yang dihasilkan harum. Biasanya aroma (dan
juga warna) disesuaikan dengan ekstrak yang digunakan pada sediaan krim
pelembab.
3. Uji pH
Uji pH dilakukan dengan mencelupkan atau mengoleskan kertas pH
universal ke dalam atau dengan sediaan milk cleanser yang sudah jadi. Biarkan
beberapa saat hingga mengering lalu dicocokkan hasilnya dengan indikator
7
pH universal. Sediaan milk cleanser yang baik yaitu apabila memiliki pH yang
sesuai dengan pH kulit, yaitu 5-7.
4. Uji Viskositas
Viskositas milk cleanser diukur dengan menggunakan LV viscometer
Brook Field dan masing-masing formula di replikasi tiga kali. Sediaan
sebanyak 30 gram dimasukan kedalam pot salep ukuran 30 gram panjang,
kemudian dipasang spindle dan rotor dijalankan. Hasil viskositas dicatat
setelah jarum viscometer menunjukan angka yang stabil setelah lima kali
putaran. Nilai viskositas yang baik untuk sediaan topikal yaitu 2.000−50.000
cps.
5. Uji Daya Sebar
Sejumlah 0,5 g sediaan milk cleanser diletakkan diatas kaca bulat, kaca
lainnya diletakkan diatasnya dan dibiarkan selama 5 menit. Diameter sebar
milk cleanser diukur. Kemudian, ditambahkan 50 g beban tambahan dan
didiamkan selama 1 menit lalu diukur diameternya. Kemudian ditambahkan
100 g beban dan ditunggu 1 menit lalu diukur diameter yang konstan (Naibaho
et al., 2013). Persyaratan daya sebar untuk sediaan topikal yang baik adalah
5-7 cm.
6. Uji Daya Lekat
milk cleanser ditimbang 1g, lalu dioleskan pada plat kaca dengan luas
2,5cm2. Kedua plat ditempelkan sampai plat menyatu, diletakan dengan
beban seberat 1kg slama 5 menit setelah itu dilepaskan, lalu diberi beban
pelepasan 80g untuk pengujian. Waktu dicatat sampai kedua plat saling
lepas. Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali. Persyaratan daya lekat yang
baik untuk sediaan topikal adalah lebih dari 4 detik.
7. Uji Daya Tercuci Air
Sediaan ditimbang sebanyak 1 g, dioleskan pada telapak tangan kemudian
dicuci dengan sejumlah volume air sambil membilas tangan. Air
dilewatkan dari buret dengan perlahan-lahan, diamati secara visual sampai
tidak ada sisa krim yang tersisa pada telapak tangan, lalu dicatat volume
air yang terpakai (Jellinek, 1970). Hasil ui daya tercuci air yang baik yaitu
8
apabila milk cleanser dengan tipe emulsi M/A membutuhkan air yang lebih
sedikit jika dibandingkan dengan milk cleanser dengan tipe emulsi A/M.
C. Studi Performulasi
1. Asam Stearat (HOPE 6th hal. 494)
9
Fungsi : Emulsifying agent, Solublelizing agent.
OTT : Inkomapatibel dengan hamper semua logam hidroksida dan
zat pengoksidasi.
Stabilitas : Stabilitas, merupakan bahan yang stabil, antioksidan dapat
ditambahkan ke dalamnya. Harus didimpan dalam wadah tertutup, di tempat
yang sejuk dan kering.
10
Kegunaan : Antioksidan
11
Berat Molekul : 242,44.
Pemerian : Serpihan putih licin, graul, atau kubus putih, bau khas
lemah, rasa lemah.
Kelarutan : Tidak larut dalam air, larut dalam etanol dan dalam eter,
kelarutan bertambah dengan naiknya suhu.
Stabilitas : Dalam asam, basa, cahaya dan udara stabil.
Inkompatibilitas : Agen pengoksidasi kuat.
Fungsi : Setil alkohol digunakan dalam formulasi karena mempunyai efek atau
manfaat ganda, yakni dapat digunakan sebagai emulgator dan sebagai stiffering
agent. Stiffering agent adalah suatu zat yang ditambahkan kedalam suatu
formula, yang berfungsi sebagai pengental / pengeras didalam sedian lotion.
Kegunaan : Emulsifying agent, Stiffening agent.
12
Rumus empiris : C6H15NO3.
Berat molekul : 149.19.
Pemerian : Berwarna sampai kuning pucat, cairan kental.
Kelarutan : Bercampur dengan aseton, metanol, dan air, dalam benzene
1 : 24, dalam etil eter 1:63, dan larut dalam kloroform.
Titik leleh : 20-21oC.
Konsentrasi : 2-4%.
Kegunaan : Alkalizing agent
pH : 10,5.
titik didih : 3350C.
titik nyala : 2080C.
OTT : Akan bereaksi dengan asam mineral menjadi bentuk garam
kristal dan ester dengan adanya asam lemak tinggi.
Stabilitas : TEA dapat berubah menjadi warna coklat dengan paparan
udara dan cahaya.
13
Pemerian : Propilenglikol adalah cairan jernih, tidak berwarna, kental,
praktis tidak berbau rasa sedikit tajam menyerupai gliserin. (HOPE 6th 2009)
Kelarutan : Larut dengan aseton, kloroform, etanol (95%), gliserin, dan
air; larut pada 1: 6 bagian eter (HOPE 6th 2009).
Titik lebur : -590C. (HOPE 6th 2009).
Stabilitas : Stabil saat dicampur dengan etanol 95%, gliserin,
higroskopis, terlindung dari cahaya. (HOPE 6th 2009).
Inkompabilitas : Tidak kompatibel dengan reagen oksidasi seperti kalium
permanganat (HOPE 6th 2009).
Kegunaan : Meningkatkan pengawet nipagin dan nipasol, dan
Kosolven. (HOPE 6th 2009).
Penyimpanan : Stabil dalam wadah tertutup, di tempat dingin dan bila
terbuka, cenderung teroksidasi. (HOPE 6th 2009).
14
Inkompabilitas : dengan senyawa magnesium trisiklat, magnesium silikat
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kadar penggunaan: Pengawet (Antimikroba).
15
Stabilitas : Pembentukan sabun bertahap terjadi dengan asam atau basa
kuat, ester sorbitan stabil dalam asam atau basa lemah. (HOPE ed 6)
Kegunaan : Agen pengemulsi, surfaktan nonionik. (HOPE ed 6)
Konsentrasi : (HOPE ed 6)
Kegunaan Konsentrasi (%)
Agen pengemulsi
- Digunakan sendiri dalam emulsi 1–15
air dalam minyak
- Digunakan dalam kombinasi 1–10
dengan pengemulsi hidrofilik
dalam emulsi minyak dalam air
- Digunakan untuk meningkatkan 1-10
sifat air dari salep
Agen pelarut
- Untuk konstituen aktif yang sulit 1–10
larut dalam basis lipofilik
Agen pembasah
- Untuk konstituen aktif yang 0,1-3
tidak larut dalam basis lipofilik
OTT :-
Inkompatibel :-
Penyimpanan : Sorbitan ester harus disimpan dalam wadah tertutup
di tempat yang sejuk dan kering. (HOPE ed 6)
16
Kelarutan: Praktis tidak larut dalam etanol (95%), gliserin, dan air; larut dalam
aseton, benzena, kloroform, karbon disulfida, eter, dan petroleum eter. Dapat
dicampur dengan minyak atsiri, dengan pengecualian minyak jarak.
BM: 23.9979 (chemicalbook.com).
Boiling point: >360⁰C.
Flash point: 210–224C.
Pour point: -12.2 to -9.48⁰C.
Stabilitas: paraffin cair mengalami oksidasi saat terkena panas dan cahaya.
Stabilisator mungkin ditambahkan untuk menghambat oksidasi; hydroxyanisole
butylated, butylated hydroxytoluene, dan alfa tokoferol adalah antioksidan yang
paling umum digunakan.
Penyimpanan: Harus disimpan dalam wadah kedap udara, terlindung dari
cahaya, di tempat yang sejuk dan kering.
Inkompatibilitas: Strong oxidizing agents.
Fungsi: digunakan dalam emulsi minyak dalam air sebagai pelarut.
17
Konsentrasi : 5 %.
18
BAB III
PROSEDUR KERJA
A. Formula
No. Nama Bahan Jumlah (%)
1 Ekstrak jeruk lemon 3
2 Olive oil 5
3 Asam stearat 1
4 Setil alkohol 3
5 TEA 0,5
6 Parafin cair 15
7 Vit. E 0,5
8 Nipagin 0,2
9 Nipasol 0,01
10 Propilen glikol 3
11 Span 3
12 Parfum qs
13 Aquadest ad Ad 100
19
15/100 x 100 mL = 15 mL + 10% = 16,5 mL
7. Vit. E
0,5/100 x 100 mL = 0,5 mL + 10% = 0,55 mL
8. Nipagin
0,2/100 x 100 mL = 0,2 mL + 10% = 0,22 mL
9. Nipasol
0,01/100 x 100 mL = 0,01 mL + 10% = 0,011 mL
10. Propilen glikol
3/100 x 100 mL = 3 mL + 10% = 3,3 mL
11. Span
3/100 x 100 mL = 3 mL + 10% = 3,3 mL
12. Parfum qs
13. Aquadest
= 110 mL – (3,3(4) + 5,5 + 1,1 + 0,55(2) + 16,5 + 0,22 + 0,011 ) mL
= 110 mL – 37,631 mL
= 72,369 mL
20
D. Prosedur Kerja
No. Prosedur Kerja Lampiran
21
Ditambahkan parfum kemudian
6
diaduk terus hingga homogen.
22
BAB IV
HASIL
23
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kami membuat milk cleanser menggunakan bahan
zat aktif lemon. Citrus limon atau buah lemon merupakan buah yang memilikii
banyak manfaat. Lemon memiliki kandungan alkaloid yang dapat berfungsi sebagai
antikanker,antibakteri, aktifitas antivirus,antidiabetes, antioksidan. Lemon bekerja
sebagai antibakteri pada bakteri jerawat yaitu Propionibacteriumacnes
(Shinkafi,2013). Kandungan lainnya yaitu vitamin C untuk antioksidan, ruam, luka
(Mohanapriya,2013).
Proses ekstraksi lemon pun juga mudah, kami melakukan ekstraksi tanpa air
karena buah lemon sudah memiliki kandungan air yang tinggi. Ekstraksi dengan
cara membelah buah lemon lalu diperas dan disaring untuk menghilangkan
pengotor.
Milk Cleanser berbahan dasar emulsi. Emulsi kami adalah minyak dalam
air karena jumlah fase air yang lebih banyak dari fase minyak. Komponen emulsi
yaitu fase minyak, fase air, emulgator. Eksipien lain seperti pengawet,humektan,
buffer dan parfum.
Eksipien yang kami gunakan yaitu terdapat fase minyak dan fase air, untuk
fase minyak yaitu Olive oil yang berguna sebagai emollient (ncbi) , paraffin liquid
yang berguna sebagai pelarut dalam fase minyak dengan konsentrasi 1-32 %
(HOPE,2009) merupakan cairan viskos yang memiliki bentuk transparan dan tidak
berwarna. Parafin cair digunakan secara luas dalam berbagai produk topikal
sebagai emolien (Sheng, 2009). Asam stearate yang berfungsi sebagai emulsifying
24
agent dengan kosentrasi 1-20% (HOPE,2009) digunakan asam stearate karena
mudah larut dalam propilen glikol, memiliki titik lebur 69-700C (HOPE, 2009).
Setil alkohol digunakan dalam sediaan krim untuk meningkatkan stabilitas,
meningkatkan tektur dan meningkatkan konsistensi sediaan. Dalam emulsi
minyak dalam air, setil alkohol dilaporkan meningkatkan stabilitas dengan
menggabungkan dengan agen pengemulsi yang larut dalam air. Pengemulsi
campuran gabungan menghasilkan pembatas monomolekuler yang dikemas rapat
antarmuka minyak-air yang membentuk suatu pembatas mekanis terhadap
koalesensi droplet (HOPE,2009). Setil alcohol berguna untuk stiffening agent
(HOPE,2009). Span sebagai emulgator, span 80 banyak digunakan dalam sediaan
topikal dimana tidak bersifat toksis dan tidak mengiritasi (HOPE, 2009).
Untuk fase air terdapat, Propilen glikol sebagai pelarut dan humektan
konsentrasi sebagai pelarut dalah 5-80% sedangkan sebagai humectant adalah 1-
15%. (Rowe et al,2009).TEA digunakan sebagai alkalizing agent, digunakan TEA
karena asam stearat memiliki nilai keasaman sebesar 195-212, asam stearat
dinetralkan keasamannya dengan senyawa alkali atau trietanolamin (TEA) pada
formulasi sediaan topikal agar tidak mengiritasi kulit ketika diaplikasikan pada kulit
serta agar membentuk konsistensi creamy. Nipagin dan Nipasol sebagi
antimikroba(HOPE,2009) .Vit E sebagai antioxidant, emulsifying agent, pembawa
obat berbasik lemak (HOPE,2009) dan Aquadest sebagai pelarut.
25
diaduk hingga terbentuk masa putih seperti susu. Setelah dingin 40oC dimasukkan
tokoferol dan ekstrak, suhu 40oC agar ekstrak dan vit E tidak rusak. Vitamin E dapat
dirusak oleh adanya oksigen atau teroksidasi. Proses oksidasi dapat berlangsung
lebih cepat apabila terkena cahaya, panas, alkali, dan adanya logam seperti Cu2+
dan Fe 3+. Oleh karena itu penambahan vitamin E tidak dilakukan pada suhu yang
tinggi. (Raymond.2009) Lalu tambahkan parfum dan dilakukan evaluasi.
26
DAFTAR PUSTAKA
Ananthapadmanabhan, K.P., Yang, L.,Vincent, C., Tsaur, L., Vetro, K., Foy, V.,
Zhang, S., Ashkenazi, A., Pashkovski, E., dan Subramanian, V. 2009. A
Novel Technology in Mild and Moisturizing Cleansing Liquids. Journal of
Cosmetic Dermatology.
Anief, M., 1990. Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Aulton, M. E., 2003, Pharmaceutics The Science of Dosage Form Design, Second
Edition, 408, ELBS Fonded by British Government.
Brodell, L.A., dan Rosenthal, K.S. 2008. Skin Structure and Function: The Body’s
Primary Defense Again Infection. Infectious Diseases Journal.
deNavarre, M.G. 1975. The Chemistry and Manufacture of Cosmetics. Edisi Kedua.
Florida: Continental Press. Hal. 119.
Buchmann, S. 2006. Main Cosmetic Vehicle. (Editor Paye, M., Barel, A. O., and
Maibach, H. I.), Handbook of Cosmetic Science and Technology, second
edition, Chapter 8, Taylor & Francis, New York.
27
Lukacovic, M. F., Dunlap, F. E., Michaels, S. E., Visscher, M. O., Watson, D. D.
1988, Forearm wash test to evaluate clinical mildness of cleansing
products’, Journal of the Society of Cosmetic Chemists, 39:355-366.
Martindale : The Extra Pharmacopoeia 28th ed., 1982. The Pharmaceutical Press,
London, p. 1066. Martindale XXXIV The Complete Drug Reference, 2005.
Pharmaceutical Press, London, p. 997.
Naibaho, O.H., Paulina V.Y., Weny W. 2013. Pengaruh Basis Salep Terhadap
Formulasi Sediaan Salep Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum sanctum L.)
pada kulit punggung kelinci yang dibuat infeksi Staphylococcus aureus.
Jurnal Ilmiah Farmasi – Unsrat vol. 2 no. 2. Hal. 27 – 33.
Nogata, Y., Sakamoto, K., Shiratsuci, H., Ishii, T., Yano, M and Ohta, H., 2006,
Flavonoid Composition of Fruit Tissues of Citrus Species,
Biosci.Biotechnol.Biochem, 70(1): 178-192.
Simion, F.A., Abrutyn, E.S., dan Draelos, Z.D. 2005. Ability of Moisturizer to
Reduce Dry Skin and Irritation and To Prevent Their Return. Journal of the
Society of Cosmetic Chemists.
28
Tranggono, R.I., dan Latifah, F. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan
Kosmetik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hal. 11, 76, 78.
Widodo, Hendra. 2013. Ilmu Meracik Obat untuk Apoteker. Jogjakarta: D-Medika.
29
LAMPIRAN
30
31
32