Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.1 Latar Belakang
Sejak lama manusia menggunakan tumbuhan dan bahan alam lain sebagai obat
untuk mengurangi rasa sakit, menyembuhkan dan mencegah penyakit tertentu,
mempercantik diri serta menjaga kondisi badan agar tetap sehat dan bugar. Catatan
sejarah diketahui bahwa fitoterapi dan terapi menggunakan tumbuhan telah dikenal sejak
masa sebelum masehi. Hingga saat ini penggunaan tumbuhan atau bahan alam sebagai
obat tersebut dikenal dengan sebutan obat tradisional.
Indonesia merupakan Negara yang memiliki sumber daya alam berupa tumbuhan,
hewan dan hasil bumi lainnya yang beranekaragam. Dimana, sumber daya alam ini
diketahui memiliki potensi sebagai bahan baku obat utamanya obat-obatan tradisional
yang sebagian besar berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Dalam banyak hal zat aktif dari tanaman obat yang secara umum sama tipe sifat
kimianya, mempunyai sifat kelarutan yang sama pula dapat diekstraksi secara stimultan
dengan pelarut tunggal atau campuran. Dalam dunia farmasi banyak hal yang dipelajari,
bukan hanya cara membuat obat sintesis saja namun juga mengenali dan memanfaatkan
hewan dan tanaman yang berkhasiat obat untuk dijadikan obat herbal ataupun disintesis.
Sebagai seorang farmasis kita harus mengetahui kandungan apa yang ada di dalam
tanaman sebelum dipasarkan. Salah satu cara adalah memalui proses ekstraksi untuk
mendapatkan ekstrak yang nantinya akan mempermudah identifikasi senyawa tumbuhan.
Ekstrak merupakan sediaan pekat yang diperoleh dengan mengektraksi zat aktif
dari simplisia nabati maupun simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa
diperlakukan sedemikian rupa hingga memenuhi standar baku yang ditetapkan. Ekstraksi
merupakan suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan
pelarut tertentu (Achmad, Hiska.1993).
Proses ekstraksi bahan atau bahan obat alami dapat dilakukan berdasarkan
teori tentang penyarian. Penyarian merupakan suatu peristiwa pemindahan massa
dimana zat aktif yang semula berada di dalam sel, ditarik oleh cairan penyari sehingga
terjadi larutan zat aktif dalam cairan penyari tersebut. Pelarut yang baik untuk ekstraksi
adalah pelarut yang mempunyai daya melarutkan yang tinggi terhadap zat yang
diekstraksi. Daya melarutkan yang tinggi ini berhubungan dengan kepolaran pelarut dan
kepolaran senyawa yang di ekstraksi. Terdapat kecenderungan kuat bagi senyawa polar

1
larut dalam pelarut polar dan sebaliknya, proses ekstraksi dengan pelarut dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu cara dingin dan cara panas.
Sebelum tanaman dijadikan sebagai obat hal pertama yang dilakukan yaitu
menguji senyawa apa yang terkandung di dalam tanaman tersebut dengan cara melakukan
ekstraksi. Ekstraksi adalah suatu cara untuk memisahkan campuran beberapa zat menjadi
komponen-komponen yang terpisah. Ekstraksi terbagi menjadi dua yaitu ekstraksi panas
dan ekstraksi dingin. Pada ekstraksi dingin metode yang digunakan yaitu metode
maserasi dan metode perkolasi.
Maserasi adalah cara ekstraksi simplisia dengan merendam dalam pelarut pada
suhu kamar sehingga kerusakan atau degradasi metabolit dapat diminamalisasi.
Sedangkan perkolasi adalah suatu metode penyairan yang dilakukan dengan mengalirkan
cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Pemilihan metode ekstraksi
ini di sesuaikan dengan sampel yang digunakan dalam penelitian, jika menggunakan
sampel yang tahan terhadap suhu tinggi maka akan menggunakan metode ekstraksi panas
tetapi jika sampel yang digunakan tidak tahan terhadap suhu tinggi maka akan
menggunakan ekstraksi dingin.
Maserasi umumnya dilakukan dengan cara memasukkan simplisia yang sudah
diserbukkan dengan derajat halus tertentu sebanyak 10 bagian ke dalam bejana maserasi
yang dilengkapi pengaduk mekanik, kemudian ditambahkan 75 bagian cairan penyari
ditutup dan dibiarkan selama 3 hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya sambil
berulang-ulang diaduk. Sari yang diperoleh ditutup dan disimpan pada tempat yang
terlindung dari cahaya selama 2 hari, endapan yang terbentuk dipisahkan dan filtratnya
dipekatkan.
Perkolasi adalah proses ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
sempurna. Secara umum proses perkolasi ini dilakukan pada temperatur ruang.
Sedangkan parameter berhentinya penambahan pelarut adalah perkolat sudah tidak
mengandung senyawa aktif lagi. Pengamatan secara fisik pada ekstraksi bahan alam
terlihat tetesan perkolat sudah tidak berwarna. Dalam proses perkolasi, laju di saat pelarut
berkontak dengan permukaan bahan selalu tinggi dan pelarut mengalir dengan cepat
membasahi bahan karena pengaruh gravitasi.
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan
penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Kekuatan yang berperan pada
perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi,
osmosa, adhesi, daya kapiler dan daya geseran (friksi). Cara perkolasi lebih baik

2
dibandingkan dengan cara maserasi karena aliran cairan penyari menyebabkan adanya
pergantian larutan yang terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah,
sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi. Dan juga karena ruangan diantara
serbuk-serbuk simplisia membentuk saluran tempat mengalir cairan penyari, karena
kecilnya saluran kapiler tersebut, maka kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi
lapisan batas, sehingga dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi. Untuk menghindari
kehilangan minyak atsiri pada pembuatan sari,maka cara perkolasi diganti dengan cara
reperkolasi. Pada perkolasi dilakukan pemekatan sari dengan pemanasan pada reperkolasi
tidak dilakukan pemekatan. Reperkolasi dilakukan dengan cara sinplisia dibagi dalam
beberapa percolator.
Berdasarkan latar belakang di atas, pada praktikum fitokimia 1 kami melakukan
percobaan ekstraksi dingin dengan menggunakan metode maserasi dan perkolasi agar
kami dapat mengetahui senyawa apa saja yang terdapat pada daun sirih dan bunga kertas.
1.2 Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa dapat mengetahui apa pengertian ekstraksi dingin
2. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja dari ekstraksi dingin
3. Mahasiswa dapat mengetahui jenis - jenis ekstraksi dingin
1.3 Maksud Percobaan
1. Untuk dapat mengetahui dan memahami pengertian ekstraksi dingin.
2. Untuk dapat mengetahui dan memahami prinsip kerja dari ekstraksi dingin.
3. Untuk dapat mengetahui dan memehami jenis-jenis ekstraksi dingin

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Pengertian Ekstraksi
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat aktif dari bagian tanaman obat. Adapun tujuan
dari ekstraksi yaitu untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam proses ekstraksi
komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut organik akan menembus dinding sel
dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam
pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini
akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di
dalam dan di luar sel.
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut (komponen kimia) dari
bahan yang tidak larut (serbuk simplisia) dengan pelarut cair. Simplisia yang disari
mengandung zat aktif yang dapat larut dan zat yang tidak dapat larut. Kandungan kimia
yang dapat larutberupa metabolit sekunder seperti golongan alkaloid, flavonoid, fenolik
dan lain-lain (Depkes RI, 2014).
Ekstraksi adalah suatu proses penyarian senyawa kimia yang terdapat didalam
bahan alam atau berasal dari dalam sel dengan menggunakan pelarut dan metode yang
tepat. Sedangkan ekstrak adalah hasil dari proses ekstraksi, bahan yang diekstraksi
merupakan bahan alam (Ditjen POM, 1986).
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif
dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian
semua atau hamper semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa
diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah ditentukan. Sebagian besar
ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat secara perkolasi. Seluruh perkolat
biasanya dipekatkan secara destilasi dengan menggunakan tekanan (Ditjen POM, 1995).
Proses ekstraksi dapat melalui beberapa langkah yaitu (Depkes RI, 2014) :
1. Pengeringan dan perajangan
Bahan yang akan diekstraksi biasanya dalam bentuk kering dan padat sehingga
mudah diolah untuk proses selanjutnya. Proses pengeringan harus diperhatikan karena
setiap sampel memerlukan penanganan yang berbeda-beda. Sampel yang mengandung
senyawa-senyawa termolabil harus terhindar dari sinar matahari secara langsung untuk
meminimalkan reaksi kimia yang dapat diinduksi oleh sinar UV.

4
2. Pemilihan pelarut
Pelarut yang digunakan tergantung pada sifat fisika kimia senyawa yang akan
diekstraksi. Sifat pelarut yang paling umum digunakan adalah sifat kepolarannya yaitu
pelarut polar, semipolar dan non polar.
Syarat-syarat pelarut adalah sebagai berikut (Ditjen POM, 1992) :
1. Kapasitas besar.
2. Selektif.
3. Volabilitas cukup rendah (kemudahan menguap/titik didihnya cukup rendah). Cara
memperoleh penguapannya adalah dengan cara penguapan diatas penangas air dengan
wadah lebar pada temperature 60⁰C, destilasi, dan penyulingan vakum.
4. Harus dapat diregenerasi.
5. Relative tidak mahal.
6. Non toksik, non korosif, tidak memberikan kontaminasi seriusdalam keadaan uap.
7. Viskositas cukup rendah.
Pemilihan metode ekstraksi tergantung bahan yang digunakan, bahan yang
mengandung mucilago dan bersifat mengembang dengan baik hanya boleh dengan cara
maserasi. Sedangkan kulit dan akar sebaiknya di perkolasi. Untuk bahan yang tahan
panas sebaiknya diekstrasi dengan cara refluks sedangkan simplisia yang mudah rusak
karena pemanasan dapat diekstrasi dengan metode soxhlet (Agoes, 2007).
Hal-hal yang dipertimbangkan dalam pemilihan metode ekstraksi (Agoes, 2007) :
1. Bentuk atau tekstur bahan yang digunakan.
2. Kandungan air dari bahan yang di ekstrasi.
3. Jenis senyawa yang akan di ekstraksi.
4. Sifat senyawa yang akan di ekstraksi.
2.1.2 Metode-metode ekstraksi
1. Ekstraksi secara dingin :
Metoda ini artinya tidak ada proses pemanasan selama proses ekstraksi
berlangsung, tujuannya untuk menghindari rusaknya senyawa yang dimaksud rusak
karena pemanasanan. Metode ekstraksi dingin terdiri dari :
a. Metode maserasi
b. Metode perkolasi
c. Metode sokhletasi

5
2. Ekstraksi secara panas
Metode ini pastinya melibatkan panas dalam prosesnya. Dengan adanya panas
secara otomatis akan mempercepat proses penyarian dibandingkan cara dingin. Metode
ini terdiri dari :
a. Metode refluks
b. Metode destilasi uap
2.1.3 Maserasi
Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana, yang dilakukan
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada
temperatur yang terlindung oleh cahaya. Maserasi dilakukan untuk penyarian simplisia
yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung
bahan yang mudah mengembang dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin,
stirak, dan lan-lain. Maserasi biasanya dilakukan pada temperatur 15⁰-20℃ dalam waktu
selama 3 hari sampai bahan-bahan yang larut, melarut. Pada umumnya maserasi
dilakukan dengan cara 10 bagian simplisia dengan derajat kehalusan yang cocok,
dimasukan kedalam bejan kemudian dituangi dangan 75 bagian cairan penyari, ditutup
dan dibiarkan selama 5 hari, terlindung dari cahaya, sambil berulang-ulang diaduk.
Setelah 5 hari diserkai, ampas diperas. Pada ampas ditambah cairan penyari secukupnya,
diaduk dan diserkai sehingga diperoleh seluruh sari sebanyak 100 bagian. Bejana ditutup
dan dibiarkan ditempat sejuk, terlindung dari cahaya, selama 2 hari kemudian endapan
dipisahkan.
Prinsip maserasi adalah penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam
serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur
kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding
sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel
dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti
oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut berulang
sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel.
Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap
hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan.

6
Macam-macam maserasi menurut (Tim Penyusun, Buku Panduan Praktikum
Fitokimia, 2021) :
a. Maserasi digesti
Maserasi yang dilakukan dengan menggunakan pemanasan lemah suhu 40-500C,
untuk komponen kimia yang tahan terhadap pemanasan.
b. Maserasi dengan mesin pengaduk
Penggunaan mesin pengaduk yang dapat berputar terus menerus dapat
mempercepat proses ekstraksi sehingga dalam waktu 6-24 jam maserasi dapat selesai.
c. Maserasi remaserasi
Maserasi remaserasi adalah penyarian yang dilakukan dengan mambagi dua cairan
penyari yang digunakan kemudian seluruh serbuk simplisia dimaserasi dengan cairan
penyari pertama, sesudah dienap tuangkan dan diperas ampasnya dimaserasi kembali
dengan cairan penyari kedua.
d. Maserasi melingkar
Maserasi melingkar adalah penyarian yang dilakukan dengan menggunakan cairan
penyari yang selalu bergerak dan menyebar (berkesinambungan) sehingga kejenuhan
cairan penyari merata.
e. Maserasi melingkar bertingkat
Maserasi melingkar bertingkat adalah sama dengan maserasi melingkar tapi pada
maserasi melingkar bertingkat dilengkapi dengan beberpa bejana penampungan sehingga
tingkat kejenuhan cairan penyari setiap bejana berbeda-beda.
Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan
yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Kerugian cara maserasi adalah
pengerjaannya lama dan penyariannya kurang sempurna.(Harbone J.B,1987)
2.1.4 Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyaring melalui serbuk
simplisia yang telah di basahi. Keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan langkah
tambahan yaitu sampel padat telah terpisah dari ekstrak. Kerugiannya adalah kontak
antara sampel padat tidak merata atau terbatas dibandingkan dengan metode refluks dan
pelarut menjadi dingin selama proses perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen
secara efisien.
Prinsip perkolasi yaitu menempatkan serbuk simplisia dalam suatu bejana silinder,
yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, kemudian cairan penyari dialirkan dari atas
kebawah melalui serbuk tersebut, yang akan melarutkan zat aktif.

7
Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi, karena :
1. Aliran cairan penyari menyebabkan adanaya pergantian larutan yang terjadi dengan
larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan derajat perbedaan
antara konsentrasi.
2. Ruangan antara butir-butir simplisia membentuk saluran tempat mengalir cairan
penyari. Karena kecilnya saluran kapiler tersebut, maka kecepatan pelarut cukup untuk
mengurangi lapisan batas, sehingga dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi. Alat
yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator, cairan yang digunakan untuk menyari
disebut cairan penyari atau menstrum, larutan zat aktif yang keluar dari perkolator disebut
sari atau perkolat, sedangkan sisa setelah dilakukan penyarian disebutampas atau sisa
perkolasi. Pemilihan perkolator tergantung pada jenis serbuk simplisia yang akan disari.
Serbuk yang mengandung sejumlah besar zat aktif yang larut, tidak baik bila diperkolasi
dengan alat perkolasi yang sempit, karena perkolat akan segera menjadi pekat dan
berhenti mengalir. Pada pembuatan tingtur dan ekstrak cair, jumlah cairan penyari yang
tersedia lebih besar dibandingkan dengan jumlah cairan penyari yang diperlukan untuk
melautkan zat aktif, pada keadaan tersebut pembuatan sediaan digunakan perkolator lebar
untuk mempercepat proses perkolasi. Ukuran perkolator yang digunakan harus
dipilihsesuai dengan jumlah bahan yang akan disari. Jumlah bahan yang disari tidak lebih
dari 2/3 tinggi perkolator.
Jika dalam monografi tertera penetapan kadar, setelah diperoleh 80 bagian
perkolat, tetapkan kadarnya, atau kadar hingga memenuhi syarat, jika perlu encerkan
dengan cairan penyari secukupnya. Untuk menentukan akhir perkolasi, dapat dilakukan
pemeriksaan zat aktif secara kualitatif pada perkolat terakhir. Untuk obat yang belum
diketahui zat aktifnya dapat dilakukan penentuan dengan cara organoleptis, seperti rasa,
bau, warna dan bentuknya. Keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan langkah
tambahan yaitu sampel padat telah terpisah dari ekstrak. Kerugiannya adalah kontak
antara sampel padat tidak merata atau terbatas dibandingkan dengan metode refluks, dan
pelarut menjadi dingin selama proses perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen
secara efisien.

8
Modifikasi Perkolasi menurut (Tim Penyusun, Buku Panduan Praktikum Fitokimia,
2013)
1. Reperkolasi
Untuk menghindari kehilangan minyak atsiri pada pemekatan sari, maka cara
perkolasi diganti dengan cara reperkolasi. Pada perkolasi dilakukan pemekatan dari
dengan pemanasan, pada reperkolasi tidak dilakukan pemekatan sari.
2. Perkolasi bertingkat
Dalam proses perkolasi biasa, perkolat yang dihasilkan tidak dalam kadar yang
maksimal, karena selama cairan penyari melakukan penyarian serbuk simplisia terjadi
aliran melalui lapisan serbuk dari atas sampai bawah disertai pelarutan zat akttif,
sehingga menghasilkan perkolat yang kepekatannya tidak sama, tetesan pertama pekat
dan pada tetesan terakhir encer. Untuk memperbaikinya dapat dilakukan cara perkolasi
bertingkat.
2.2 Uraian Tanaman
2.2.1 Daun Sirih (Piper betle Linn)
a) Klasifikasi (Inayatullah, 2012)
Regnum : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Piperales
Family : Piperaceae
Gambar 2.1.1
Genus : Piper Daun Sirih (Piper
Species : Piper betle Linn Betle Linn Folium)

b) Morfologi
Sirih termasuk dalam family piperaceae, merupakan jenis tumbuhan merambat dan
bersandar pada batang pohon lain, yang tingginya 5-15 meter. Sirih memiliki daun
tunggal letaknya berseling dengan bentuk bervariasi mulai dari bundar telur atau bundar
telur lonjong, pangkal berbentuk jantung atau agak bundar berlekuk sedikit, ujung daun
runcing, pinggir daun rata agak menggulung ke bawah, panjang 5-18 cm, lebar 3-12 cm.
Batang sirih berwarna cokelat kehijauan, berbentuk bulat, berkerut, dan beruas yang
merupakan tempat keluarnya akar. Morfologi daun sirih berbentuk jantung, berujung
runcing, tumbuh berselang-seling, bertangkai, teksturnya agak kasar jika diraba, dan
mengeluarkan bau khas aromatis jika diremas. Panjang daun 6-17,5 cm dan lebar 3,5-10

9
cm. Sirih memiliki bunga majemuk yang berbentuk bulir dan merunduk. Bunga sirih
dilindungi oleh daun pelindung yang berbentuk bulat panjang dengan diameter 1 mm.
Buah terletak tersembunyi atau buni, berbentuk bulat, berdaging dan berwarna kuning
kehijauan hingga hijau keabu-abuan. Tanaman sirih memiliki akar tunggang yang
bentuknya bulat dan berwarna cokelat kekuningan (Koensoemardiyah, 2010).
Daun berwarna hijau, permukaan atas rata, licin agak mengkilat, tulang daun agak
tenggelam permukaan bawah agak kasar, kusam, tulang daun menonjol, bau aromatiknya
khas dan rasanya pedas. Batang tanaman berbentuk bulat dan lunak berwarna hijau agak
kecoklatan dan permukaan kulitnya kasar serta berkerut-kerut (Inayatullah, 2012).
Tanaman sirih merupakan tanaman yang perdu, merambat, batang berkayu, berbuku buku
dan bersalur (Kharisma et al., 2010). Daun sirih mempunyai bau aromatik khas dan rasa
pedas. Daun sirih merupakan daun tunggal. Tangkai daun bulat, warna coklat kehijauan
panjang 1,5–8 cm (Kristio, 2007)
c) Kandungan kimia
Komponen utama minyak astsiri terdiri dari betlephenol dan beberapa derivatnya
diantaranya euganol allypyrocatechine 26,8-42,5%, cineol 2,4-4,8%, methyl euganol 4,2-
15,8%, caryophyllen 3-9,8%, hidroksikavikol, kavikol 7,2- 16,7%, Kabivetol 2,7-6,2%,
estragol, ilypryrokatekol 9,6%, karvakol 2,2-5,6%, alkaloid, flavonoid, triterpenoid atau
steroid, saponin, terpen, fenilpropan, terpinen, diastase 0,8-1,8%, dan tannin 1-1,3%.
Pada konsentrasi 0,1-1% fenol bersifat bakteriostatik, sedangkan pada konsentrasi 1-2%
phenol bersifat bakteriosida (Inayatullah, 2012).
d) Khasiat
Alam (2013) melaporkan aktivitas antioksidan dan aktivitas antiinflamasi dari
ekstrak metanol daun sirih hijau. Potensi aktivitas antibakteri dari daun sirih hijau juga
sudah pernah dibuktikan dalam penelitian Paramita et al., (2016) bahwa ekstrak
terpurifikasi (fraksi bioaktif) daun sirih hijau pada konsentrasi 640 mg/mL menunjukkan
efek antibakteri terhadap P. acnes dengan kategori intermediate. Jesonbabu et al., (2011)
hidroksikavikol yang diisolasi dari ekstrak kloroform sirih hijau (Piper betle L.) mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus pyogenes.
Menurut Putri (2010) bahwa flavonoid merupakan senyawa yang memiliki aktivitas
antibakteri terhadap bakteri P. acnes yang ditunjukan dengan adanya zona hambat pada
Rf 0,77 saat dilakukan pengujian dengan KLT-Bioautografi. Sedangkan menurut
(Suppakul et al., 2006) aktivitas antibakteri minyak atsiri daun sirih hijau (Piper betle L.)
telah terbukti mampu menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif. Pada penelitian

10
tersebut diperoleh hasil bahwa minyak atsiri daun sirih hijau mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Bacillus cereus, Enterococcus faecalis, Listeria monocytogenes,
Micrococcus luteus dan Staphylococcus aureus dengan MIC berturut-turut yaitu: 50
μL/mL, 25 μL/mL, 12,5 μL/mL, 25 μL/mL dan 100 μL/mL. Bakteri yang digunakan
dalam penelitian tersebut termasuk bakteri Gram positif yang memiliki persamaan
terhadap struktur dinding sel dengan bakteri P. acnes.
2.2.2 Bunga Kertas (Bougainvillea spectabilis Willd.)
a) Klasifikasi (Tjitrosoepomo, 2007)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Caryophyllales
Gambar 2.2.2
Famili : Nyctaginaceae
Bunga Kertas
Genus : Bougainvillea (Bougainvillea
spectabilis Willd Flos)
Spesies : Bougainvillea spectabilis Willd.
b) Morfologi
Bunga kertas merupakan tanaman yang terdiri dari daun, bunga, batang, dan akar.
Pada bagian akar memiliki cirinya tunggang, tumbuh secara vertikal, berserabut dan
melebar, akar ini bisa menembus media tanah mencapai ke dalam sekitar 50-80 cm, pada
bagian daun berupa bulat oval memanjang dengan panjang 1-4 cm, bagian tepi
permukaan daun rata, pertulangan menyirip antara 3-5 bahkan lebih, daun berwarna
kehijauan muda hingga tua, daun tanaman ini juga memiliki pertangkaian pendek dengan
panjang 0,5-1 cm berwarna kecoklatan muda, pada bagian batang bunga kertas perdu,
tegak lurus mencapai ketinggian 2-3 m, dengan permukaan batang halus hingga kasar,
berwarna kecoklatan dan ada beberapa batang juga berkayu, berbentuk bulat memanjang
dan berduri kecil serta memiliki percabangan banyak, pada bagian bunga kertas
merupakan bunga yang tidak lengkap, yang terdiri dari beberapa macam diantaranya
tangkai, tenda bunga, kepala putik, tangkai putik, benang sari dan tangkai sari. Bunga ini
biasanya muncul pada ketiak daun, dengan berbentuk majemuk atau payung yang
tersusun, bunga kertas ini juga tersusun dalam anakan payung yang bertangkai dengan
jumlah 1-7 anakan, setiap anakan memiliki 3 bunga. Pada umumnya, bunga kertas ini
memiliki warna yang sangat beragam mulai dari putih, merah mudah dan tua, jingga,
unggu dan lainnya (Van Steenis et al, 2005).

11
c) Kandungan Kimia
Kandungan kimia yang tergandung dalam bunga kertas terdiri dari berapa senyawa
tanin, alkaloid, flovonoid, pinitol, betasianin, terpenoid, senyawa fenolik, saponin dan
antrakuinon (Hakim, 2015), asam sinapik, katekin, rutin, betanidin, karbohidrat,
kuersetin, pinitol dan steroid (Halim, 2016).
d) Khasiat
Tanaman bunga kertas merupakan tanaman tradisional memiliki potensi
antidiabetes, senyawa yang diduga bertanggung jawab terhadap penurunan kadar glukosa
dalam darah adalah D-pinitol (Adebayo et al., 2005) dengan meningkatkan serapan
glukosa terhadap peningkatan proses glikogenesis di hati dan meningkatkan sensitifitas
insulin dalam menurunkan kadar glukosa dalam darah (Malviya et al., 2010).
Beberapa khasiat dan kegunaan bunga kertas dalam pengobatan antara lain sebagai
anti-inflamasi, menjaga keseimbangan kolesterol, tekanan darah, mengobati keputihan,
haid tidak teratur, sebagai antioksidan dan antibiotic, hepatitis, antihiperlipidemia,
antikanker, dan antihiperglikemia (Halim, 2016).
2.3 Uraian Bahan
2.3.1 Alkohol (Rowe, 2006)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Alkohol, etanol, ethyl alkohol
Rumus molekul : C2H5OH
Rumus struktur :

Berat molekul : 46,07 g/mol


Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan
mudah bergerak; bau khas rasa panas, mudah
terbakar dan memberikan nyala biru yang tidak
berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P
dan dalam eter P.

12
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terhindar dari
cahaya, ditempat sejuk jauh dari nyala api.
Kegunaan : Sebagai zat tambahan, juga dapat membunuh
kuman
Khasiat : Sebagai pembunuh kuman

13
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum Fitokimia 1 tentang maserasi dan perkolasi dilaksanakan pada hari
Sabtu 13 Maret 2021 Pukul 12.00-16.00 WITA, bertempat di Laboratorium Farmasi
Bahan Alam, Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri
Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Botol sprite, cutter, gelas kimia, gelas ukur, gunting, kain kasa, neraca ohaus,
wadah penyimpanan, wadah stainless, tisu.
3.2.2 Bahan
Alkohol 70 %, aluminium foil, kasa steril 16x16, lakban hitam, lap halus, kertas
label, sampel maserasi (daun sirih), sampel perkolasi (bunga kertas), tali rafia.
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Maserasi
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dibersihkan alat dengan alkohol 70%
3. Ditimbang sampel daun sirih simpai sebanyak 50 gr
4. Diukur pelarut alkohol 70% sebanyak 1150 ml
5. Dimasukan sampel kedalam toples yang sudah ditimbang.
6. Ditambahkan alkohol yang sudah diukur, usahakan sampel terendam oleh pelarut
7. Diaduk sampai semua daun sirih sampai terbasahi dengan methanol.
8. Ditutup toples dengan tambahan aluminum foil.
9. Dikocok dengan cara di goyang-goyangkan sampai warna daun lebih kental.
10. Didiamkan selama 3 x 24 jam.
11. Dipisahkan sampel antara antara filtrat dan residu
12. Didapatkan ekstra cair daun sirih
3.3.2 Perkolasi
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

14
2. Dibersihkan alat dengan alkohol 70%
3. Ditimbang sampel bunga kertas sebanyak 50 gr
4. Diukur pelarut methanol sebanyak 250 ml
5. Dilubangi botol infus pada bagian atas botol.
6. Dilipat kasa steril sebanyak 6 lapis sesuai dengan lebar botol kemudian
dimasukan kedalam botol infus.
7. Diatur sedemikian mungkin kasa steril tersebut pada bagian bawah botol dengan
menggunakan batang pengaduk agar tidak ada celah.
8. Dilengkapi botol infus dengan selang infus dalam posisi terkunci.
9. Dimasukan sampel yang sudah ditimbang kedalam botol infus, usahakan tinggi
sampel jauh dari batas lubang pada botol.
10. Ditambahkan pelarut yang sudah diukur secara perlahan sampai sampel terbasahi
semua.
11. Dibungkus botol infus dengan alumunium foil, khusus pada bagian botol yang
dilubangi diberi lapban hitam dan ekstra alumunium foil.
12. Digantung botol dengan menggunakan tali rapiah di tempat yang terlindung dari
cahaya matahari.
13. Diletakan botol sprite yang telah dibungkus dengan alumunium foil pada ujung
selang infus.
14. Dibuka selang infus dengan memperhatikan kecepatan aliran 2-3 tetes permenit.
15. Didapatkan ekstra ekstra bunga kertas
16. Disimpan ekstrak ditempat yang sejuk dan terlindung dari cahaya matahari untuk
dilanjutkan pada proses berikutnya.

15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

Maserasi Perkolasi
4.2 Pembahasan Maserasi
Ekstraksi adalah suatu proses penyarian senyawa kimia yang terdapat didalam
bahan alam atau berasal dari dalam sel dengan menggunakan pelarut dan metode yang
tepat. Sedangkan ekstrak adalah hasil dari proses ekstraksi, bahan yang diekstraksi
merupakanbahan alam (Ditjen POM, 1986).
Pada percobaan kali ini dilakukanlah proses ekstraksi menggunakan metode
maserasi dan perkolasi yang dimana kedua metode termasuk dalam metode ekstraksi
dingin atau tanpa pemanasan yang lebih khususnya digunakan pada bagian tanaman yang
tidak tahan akan pemanasan contohnya seperti daun dan bunga.
Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana, yang dilakukan
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada
temperatur yang terlindung oleh cahaya. Maserasi dilakukan untuk penyarian simplisia
yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung
bahan yang mudah mengembang dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin,
stirak, dan lan-lain.
Prinsip maserasi adalah penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada
temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel
melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara

16
larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak
keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi).

Pada metode maserasi hal pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan alat dan
bahan yang akan digunakan. Kemudian alat dibersihkan dengan alkohol 70%. Hal ini
bertujuan agar alat yang akan digunakan bebas dari mikroba. Menurut Marton (2012),
alkohol bersifat sebagai desinfektan. Setelah itu ditimbang sampel daun sirih sebanyak
50 gram dengan menggunakan timbangan. Menurut Day (1986), penimbangan dilakukan
agar mendapatkan hasil yang lebih akurat dalam suatu proses pengukuran. Pada metode
maserasi ini tujuan dilakukan ekstraksi dengan menggunakan daun yaitu menurut
Meloan (1999), ekstraksi dingin digunakan untuk mengekstrak sampel yang relatif tidak
tahan panas seperti daun ataupun bunga.
Setelah dilakukan penimbangan, daun dimasukkan ke dalam wadah maserasi.
Kemudian ditambahkan alkohol 70% sebagai pelarut sebanyak 1150 ml hingga membuat
sampel daun sirih terendam atau sama tinggi antara sampel dan pelarut. Tujuan
digunakan alkohol sebagai pelarut pada proses ekstraksi karena menurut Harborne
(1996), alkohol merupakan pelarut yang baik untuk ekstraksi pendahuluan. Menurut
Indraswari (2008) dugunakan etanol dengan konsentrasi 70% karena sangat efektif dalam
menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal, dimana bahan pengganggu hanya skala
kecil yang turut ke dalam cairan pengekstraksi. Sedangkan alasan banyaknya pelarut
dalam wadah sama dengan tinggi sampel agar sampel tersebut dapat larut hal ini sesuai
dengan literatur menurut Harbone (1996), prinsip dasar ekstraksi adalah melarutkan
senyawa polar dalam pelarut polar dan senyawa non-polar dalam pelarut non-polar.
Lalu, ditutup toples dengan aluminium foil tujuannya agar dalam proses ekstraksi
tidak akan terjadi penguapan. Kemudian dikocok dengan cara digoyangkan sampai warna
sampel lebih kental dan dilanjutkan pengocokan 3 jam sekali selama 24 jam Menurut
Wahyuni (2015), semakin lama waktu maserasi yang diberikan maka semakin lama
kontak antara pelarut dengan bahan yang akan memperbanyak jumlah sel yang pecah dan
bahan aktif yang terlarut.
Selanjutnya dilakukan pengocokan secara konstan. Menurut Ansel (1989) tujuan
pengocokan yakni agar terjadi keseimbangan kosentrasi antara larutan didalam sel dan
diluar sel, dimana larutan yang kosentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan digantikan
oleh larutan yang konsentrasinya rendah. Proses ekstraksi dilakukan selama 24 jam lalu
sampel disaring dengan meggunakan kain putih untuk memisahkan antara filtrat dan

17
residu. Menurut Budiyanto dan Yulianingsih (2008) waktu ekstraksi sangat berpengaruh
terhadap senyawa yang dihasilkan karena waktu maserasi yang tepat akan menghasilkan
senyawa yang optimal sedangkan waktu maserasi yang terlalu singkat dapat
mengakibatkan tidak semua senyawa terlarut dalam pelarut yang digunakan. Hasil
saringan didapatkan ekstrak cair daun sirih dan dimasukkan kedalam toples lainnya yang
ditutup rapat dan terlindung dari cahaya matahari. Menurut Waluyo (2004) penyimpanan
pada toples kaca digunakan untuk sampel yang mudah teroksidasi oleh cahaya, dan
ditutupi dengan aluminium foil agar tidak menguap. Setelah dilakukan pengocokan, maka
selanjutnya yaitu memisahkan filtrat dengan residu sehingganya dapat diperoleh ekstrak
cair dari daun sirih. Selanjutnya diambil bagian filtrat untuk dilarutkan pada proses
selanjutnya yaitu evaporasi. Evaporasi merupakan suatu proses penguapan sebagian dari
pelarut sehingga didapatkan larutan zat cair pekat yang konsentrasinya lebih tinggi.
Tujuan dari evaporasi itu sendiri yaitu untuk memekatkan larutan yang terdiri dari zat
terlarut yang tak mudah menguap dan pelarut yang mudah menguap (Praptiningsih,
1999).
Kemungkinan kesalahan yang terjadi yaitu kurangnya teliti dalam penimbangan
sampel baik dan kurang telitinya dalam mengukur pelarut sehingga sampel tidak dapat
diektraksi dengan sempurna serta adanya pengocokan yang tidak konstan pada proses
ekstraksi dengan metode maserasi.
4.3 Pembahasan Perkolasi
Ekstraksi adalah suatu proses penyarian senyawa kimia yang terdapat didalam
bahan alam atau berasal dari dalam sel dengan menggunakan pelarut dan metode yang
tepat. Sedangkan ekstrak adalah hasil dari proses ekstraksi, bahan yang diekstraksi
merupakanbahan alam (Ditjen POM, 1986).
Prinsip perkolasi yaitu menempatkan serbuk simplisia dalam suatu bejana
silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, kemudian cairan penyari dialirkan
dari atas kebawah melalui serbuk tersebut, yang akan melarutkan zat aktif.
Pada praktikum ini kali ini, dilakukan proses ekstraksi simplisia bunga kertas
dengan metode perkolasi. Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari
melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Menurut Dirjen POM (2014) Prinsip
ekstraksi dengan perkolasi adalah serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana
silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke
bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel
simplisia yang dilalui sampel dalam keadaan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh

18
kekuatan gaya beratnya sendiri dan tekanan penyari dari cairan di atasnya, dikurangi
dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan gerakan ke bawah.

Pada metode kedua yaitu metode perkolasi dengan menggunakan sampel bunga
kertas. Hal pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan dan membersihkan alat dengan alkohol 70%. Hal ini bertujuan agar alat yang
akan digunakam bebas dari mikroba. Menurut Marton (2012), alkohol bersifat sebagai
desinfektan. Kemudian ditimbang sampel bunga kertas sebanyak 50 gram. Menurut Day
(1986), penimbangan dilakukan agar mendapatkan hasil yang lebih akurat dalam suatu
proses pengukuran. Tujuan dilakukan ekstraksi dengan menggunakan bunga pada
metode perkolasi atau ekstraksi dingin karena menurut Meloan (1999) Ekstraksi dingin
digunakan untuk mengekstrak sampel yang relatif tidak tahan panas seperti daun ataupun
bunga.
Kemudian dibuat wadah dari botol infus yang telah dilubangi bagian atas botol
infus kemudian bagian bawahnya dimasukkan kain kasa dilipat 5-6 lapis kasa steril
tersebut sesuai lebar botol hingga tidak ada celah karena menurut ksahanah (2015),
ruangan diantara butir-butir serbuk simplisia membentuk saluran tempat mengalir cairan
penyari. Karena kecilnya saluran kapiler tersebut, maka kecepatan pelarut cukup untuk
mengurangi lapisan batas, sehinggaa dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi.
dilengkapi botol infus dengan selang infus dalam keadaan terkunci.
Selanjutnya dimasukkan sampel bunga kertas ke dalam wadah diusahakan tinggi
sampel jauh dari batas lubang pada botol. Kemudian ditambahkan pelarut alkohol 70%
hingga sampel terbasahi sebanyak 250 ml. Tujuan digunakan alkohol sebagai pelarut
pada proses ekstraksi karena menurut Harborne (1996) Alkohol merupakan pelarut yang
baik untuk ekstraksi pendahuluan. Menurut Indraswari (2008) digunakan etanol dengan
konsentrasi 70% karena sangat efektif dalam menghasilkan jumlah bahan aktif yang
optimal, dimana bahan pengganggu hanya skala kecil yang turut ke dalam cairan
pengekstraksi. Alasan banyaknya pelarut dalam wadah sama dengan tinggi sampel agar
sampel tersebut dapat larut hal ini sesuai dengan literatur menurut Harbone (1996),
prinsip dasar ekstraksi adalah melarutkan senyawa polar dalam pelarut polar dan senyawa
non-polar dalam pelarut non-polar. Kemudian botol infus dibungkus dengan aluminium
foil, khusus pada bagian botol yang dilubangi diberi lakban dan aluminium foil,
digantung botol dengan menggunakan tali ditempat yang terlindung dan cahaya matahari,

19
Menurut Waluyo (2004) pada penyimpanan digunakan untuk sampel yang mudah
teroksidasi oleh cahaya, dan ditutupi dengan aluminium foil agar tidak menguap.

Selanjutnya didiamkan selama 8 jam, setelah 8 jam diletakkan botol gelap yang
telah dibungkus aluminum foil pada ujung selang infus, selang dibuka dengan
memperhatikan kecepatan 2-3 tetes permenit menurut Lasmono ( 2009 ), jika penetesan
terlalu cepat penyarian tidak sempurna, sebaliknya jika penetesan terlalu lambat akan
membuang waktu daan kemungkinan menguap lebih besar. Menurut Wahyuni dan
Widjanarko (2015), alasan didiamkan selama beberapa jam karena semakin lama waktu
ekstraksi yang diberikan maka semakin lama kontak antara pelarut dengan bahan yang
akan memperbanyak jumlah sel yang pecah dan bahan aktif yang terlarut. Lalu
didapatkan ekstrak bunga kertas dan disimpan ditempat yang sejuk dan terlindung dari
cahaya matahari agar tidak teroksidasi dan menguap.
Kemungkinan kesalahan yang terjadi yaitu kurangnya teliti dalam penimbangan
sampel dan kecepatan infus yang tidak sesuai serta adanya sinar matahari yang tembus
pada botol infuse yang diakibatkan tidak tertutup rapat alumunium foil pada botol infus.

20
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1) Ekstraksi dingin adalah ekstraksi yang tidak melewati proses pemanasan selama
proses ekstraksi berlangsung. Dilakukan ekstraksi dingin adalah untuk menghindari
rusaknya senyawa yang diakibatkan oleh proses pemanasan. Ekstraksi dingin yang
dilakukan pada saat praktikum adalah maserasi dan perkolasi.
2) Prinsip maserasi adalah pengikatan atau pelarutan zat aktif berdasarkan sifat
kelarutannya dalam suatu pelarut (like dissolved like), penyarian zat aktif yang
dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang
sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar, terlindung dari cahaya, cairan
penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena
adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel.
Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan
penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut berulang
sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel.
Sedangkan prinsip dari perkolasi adalah serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu
bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan
dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif
dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampel dalam keadaan jenuh. Gerakan ke
bawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan tekanan penyari dari
cairan di atasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan
gerakan ke bawah.
3) Jenis-jenis ekstraksi dingin yaitu maserasi dan perkolasi. Maserasi merupakan
proses ekstraksi menggunakan pelarut diam atau dengan pengocokan pada suhu
ruangan. Pada saat praktikum kami melakukan maserasi dengan cara merendam
sampel dengan pelarut sambil dikocok dengan konstan. Sedangkan perkolasi
merupakan cara ekstraksi yang dilakukan dengan mengalirkan pelarut melalui
bahan sehingga komponen dalam bahan tersebut tertarik ke dalam pelarut.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Jurusan

21
Untuk kelancaraan praktikum berikutnya sebaiknya fasilitas dan penuntun
praktikan yang digunakan dalam praktek lebih dilengkapi agar hasil yang diperoleh
dalam pengambilan data lebih maksimal dan kesalahan dalam pengambilan data
berkurang.
5.2.2 Saran Untuk Laboratorium
Diharapkan agar dapat melengkapi fasilitas seperti alat-alat dan bahan yang akan
digunakan oleh praktikan, agar kegiatan praktikum yang dilaksanakan dapat berjalan
lancar dan bisa efektif.
5.2.3 Saran Untuk Asisten
Diharapkan untuk asisten selalu menjaga hubungan baik antara praktikan dengan
asisten agar bisa menciptakan suasana praktikum yang baik dan nyaman.

22

Anda mungkin juga menyukai