Anda di halaman 1dari 30

LABORATORIUM FARMASI

LAPORAN PRAKTIKUM MK FARMAKOLOGI 1

PENGENALAN HEWAN COBA

OLEH :

KELOMPOK I

CHINTIA RAHMATIA BAKRI 754840120042

ELIN SULFIANI 754840120043

FADHLU YUDHA RAHMAN KAMARU 754840120046

MELIS MA’RUF 754840120051

NUR’AIN BUTOLO 754840120057

RIVALDO BUNTUANG 754840120067

SRI YUSPITA CANI 754840120075

PEMBIMBING : YSRAFIL., S.Farm., M.Biomed

PROGRAM STUDI D3 FARMASI


JURUSAN FARMASI
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya kepada
kita semua sehingga kita dapat beraktivitas sebagaimana mestinya termasuk dalam
penyusunan laporan ini yang berjudul “PENGENALAN HEWAN COBA”.

Dalam penyusunan laporan ini ada beberapa pihak yang membantu sehingga
laporan ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam penyusunan
laporan ini.

Akhir kata semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.
Kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan
kearah kesempurnaan.

Gorontalo, 15 November 2021

Kelompok I
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Tujuan Percobaan....................................................................................2
1.3 Prinsip Percobaan....................................................................................2
1.4 Manfaat Percobaan..................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................3
2.1 Pengertian Hewan Coba..........................................................................3
2.2 Pengelolaan Hewan Coba........................................................................4
2.3 Cara Pemberian Obat ..............................................................................8
2.4 Menggunakan kembali Hewan yang telah digunakan.............................12
2.5 Uraian Hewan Coba................................................................................17
BAB III METODE KERJA..............................................................................20
3.1 Alat dan Bahan........................................................................................20
3.2 Prosedur Kerja.........................................................................................20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................22
4.1 Hasil Pengamatan....................................................................................22
4.2 Pembahasan.............................................................................................22
BAB V PENUTUP.............................................................................................25
5.1 Kesimpulan..............................................................................................25
5.2 Saran........................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................26
LAMPIRAN.......................................................................................................27
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Farmakologi dan Toksikologi adalah Ilmu yang membahas tentang


pokok-pokok prinsip dasar kerja obat, farmakodinamik, farmakokinetik.
Dalam percobaan ini, kita terlebih dahulu mengetahui dan mengenal hewan
yang akan dijadikan sebagai bahan percobaan. (Tjay,T.H dan Rahardja,K,
2002).

Hewan coba atau hewan laboratorium adalah hewan yang sengaja


dipelihara dan diternakkan untuk dipakai sebagai hewan model, dan juga
untuk mempelajari dan mengembangkan berbagai macam bidang ilmu dalam
skala penelitian atau pengamatan laboratorik. Animal model atau hewan
model adalah objek hewan sebagai imitasi (peniruan) manusia (atau spesies
lain), yang digunakan untuk menyelidiki fenomena biologis atau patobiologis.
(Hau & Hoosier Jr., 2003).

Penggunaan hewan hidup ini penting sebagai alat untuk memperjelas


teori dan fenomena yang terjadi dalam materi mata kuliah yang bersangkutan
dan hal ini tidak dapat dihindari. Dan Kegunaan hewan percobaan tersebut
antara lain sebagai pengganti dari subyek yang diinginkan, sebagai model, di
samping itu di bidang farmasi juga digunakan sebagai alat untuk mengukur
besaran kualitas dan kuantitas suatu obat sebelum diberikan kepada manusia.

Tidak semua hewan coba dapat digunakan dalam suatu penelitian, harus
dipilih mana yang sesuai dan dapat memberikan gambaran tujuan yang akan
dicapai. Hewan sebagai model atau sarana percobaan haruslah memenuhi
persyaratan-persyaratan tertentu, antara lain persyaratan genetis/keturunan
dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya, di samping faktor
ekonomis, mudah tidaknya diperoleh, serta mampu memberikan reaksi
biologis yang mirip kejadiannya pada manusia.
Pentingnya pengetahuan mengenai teknik handle hewan coba yaitu
mempermudah mahasiswa dalam praktikum/penelitian yang berhubungan
dengan hewan coba. Ada beberapa hal yang harus diketahui mengenai hewan
coba antara lain pakannya, tempat hidupnya dan cara penggunaan pemberian
obat secara oral, intravena dan intraperitonial. Oleh karena itu, kita
melaksanakan praktikum pengenalan hewan percobaan ini dengan
menggunakan beberapa jenis hewan yaitu Mencit (Mus musculus), Tikus
(Rattus novergicus) dan Kelinci (Oryctolagus cuniculus).

1.2 Tujuan Percobaan


1. Untuk mengetahui dan memahami cara penanganan dari masing-masing
hewan coba yang digunakan yakni Mencit (Mus musculus), Tikus (Rattus
novergicus) dan Kelinci (Oryctolagus cuniculus).

2. Untuk mengetahui cara pemberian obat secara oral, subkutan, intravena,


intramuskular dan intraperiontal pada hewan coba yakni Mencit (Mus
musculus), Tikus (Rattus novergicus) dan Kelinci (Oryctolagus cuniculus).

1.3 Prinsip Percobaan

Memperlakukan hewan percobaan dengan baik sesuai dengan cara


penanganannya sehingga hewan uji tetap tenang dan merasa aman pada saat
diberi perlakuan.

1.4 Manfaat Percobaan


1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara penanganan dari
masing-masing hewan coba yang digunakan yakni Mencit (Mus
musculus), Tikus (Rattus novergicus) dan Kelinci (Oryctolagus cuniculus).

2. Mahsiswa dapat mengetahui cara pemberian obat yang benar pada hewan
coba Mencit (Mus musculus), Tikus (Rattus novergicus) dan Kelinci
(Oryctolagus cuniculus).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Hewan Percobaan

Hewan percobaan atau hewan laboratorium adalah hewan yang sengaja


dipelihara dan diternakkan untuk dipakai sebagai hewan model, dan juga
untuk mempelajari dan mengembangkan berbagai macam bidang ilmu dalam
skala penelitian atau pengamatan laboratorik. Animal model atau hewan
model adalah objek hewan sebagai imitasi (peniruan) manusia (atau spesies
lain), yang digunakan untuk menyelidiki fenomena biologis atau patobiologis
(Hau & Hoosier Jr., 2003).

Penggunaan hewan uji sebagai pengganti dari subyek yang diinginkan,


sebagai model, di samping itu di bidang farmasi juga digunakan sebagai alat
untuk mengukur besaran kualitas dan kuantitas suatu obat sebelum diberikan
kepada manusia. Tidak semua hewan coba dapat digunakan dalam suatu
penelitian, harus dipilih mana yang sesuai dan dapat memberikan gambaran
tujuan yang akan dicapai. Hewan sebagai model atau sarana percobaan
haruslah memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, antara lain persyaratan
genetis/keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya, di
samping faktor ekonomis, mudah tidaknya diperoleh, serta mampu
memberikan reaksi biologis yang mirip kejadiannya pada manusia (Tjay,T.H
dan Rahardja,K, 2002).

Ditinjau dari segi sistem pengelolaannya atau cara pemeliharaannya, di


mana faktor keturunan dan lingkungan berhubungan dengan sifat biologis
yang terlihat/karakteristik hewan percobaan, maka ada 4 golongan hewan,
yaitu:

1. Hewan Liar
2. Hewan yang konvensional, yaitu hewan yang dipelihara secara
terbuka
3. Hewan yang bebas kuman spesifik patogen, yaitu hewan yang
dipelihara dengan sistim barrier (tertutup)

4. Hewan yang bebas sama sekali dari benih kuman, yaitu hewan yang
dipelihara dengan sistem isolator Sudah barang tentu penggunaan
hewan percobaan tersebut di atas disesuaikan dengan macam
percobaan biomedis yang akan dilakukan. Semakin meningkat cara
pemeliharaan, semakin sempurna pula hasil percobaan yang
dilakukan. Dengan demikian, apabila suatu percobaan dilakukan
terhadap hewan percobaan yang liar, hasilnya akan berbeda bila
menggunakan hewan percobaan konvensional ilmiah maupun hewan
yang bebas kuman (Sulaksonono, M.E., 1987).

2.2 Pengelolaan Hewan Coba

Penelitian ilmiah yang baik dimana digunakan hewan sebagai objek


ataupun model kajian, maka tata kerjanya dievaluasi oleh Komisi Etik
Penggunaan Hewan. Oleh karena itu, penggunaan hewan dalam kegiatan
laboratorium pendidikan (praktikum) perlu selaras tata caranya dan
memenuhi kriteria etika penggunaan hewan percobaan. Hewan uji yang
digunakan dalam penelitian tetap harus dijaga hak-haknya yang dikenal
sebagai Animal Welfare seperti yang tercantum dalam five of freedom yang
terdiri dari 5 kebebasan yaitu:

1. Freedom from hunger and thirst


Bebas dari rasa lapar dan haus, maksudnya adalah hewan harus diberikan
pangan yang sesuai dengan jenis hewan dalam jumlah yang proporsional,
hiegenis dan disertai dengan kandungan gizi yang cukup.
2. Freedom from thermal and physical discomfort
Hewan bebas dari kepanasan dan ketidak nyamanan fisik dengan
menyediakan tempat tinggal yang sesuai dengan prilaku hewan tersebut.
3. Freedom from injury, disease and pain
Hewan harus bebas dari luka, penyakit dan rasa sakit dengan melakukan
perawatan, tindakan untuk pencegahan penyakit, diagnosa penyakit serta
pengobatan yang tepat terhadap binatang peliharaan.
4. Freedom to express most normal pattern of behavior
Hewan harus bebas mengekspresikan perilaku norml dan alami dengan
menyediakan kandang yang sesuai baik ukuran maupun bentuk, termasuk
penyediaan teman (binatang sejenis) atau bahkan pasangan untuk
berinteraksi sosial maupun melakukan perkawinan.
5. Freedom from fear and distresss
Hewan bebas dari rasa takut dan penderitaan dilakukan dengan
memastikan bahwa kondisi dan perlakuan yang diterima hewan
peliharaan bebas dari segala hal yang menyebabkan rasa takut dan stress
seperti konflik dengan spesies lain dan gangguan dari predator.
Pada dasarnya pengelolaan hewan percobaan dititik beratkan pada:

a) Kondisi bangunan
Terkadang di dalam penelitian hewan uji ditempatkan dalam kandang.
Namun perlu diingat kondisi dan ukuran kandang sangat menentukan
kondisi hewan percobaan, karena bentuk,ukuran serta bahan yang dipakai
merupakan elemen dalam physical environment bagi hewan percobaan.
Kandang harus dirancang sedemikian rupa sehingga hewan dapat hidup
dengan tenang, tidak terlalu lembab, dapat menghasilkan peredaran udara
yang baik, suhu cocok, ventilasi lengkap dengan insect proof screen
(kawat nyamuk).
b) Sanitasi
Kandang yang digunakan dalam menempatkan hewan ujii memiliki
sistem sanitasi yang baik, sestim drainase yang baik, dan terjaga
kebersihan dengan baik, misalnya dengan desinfektan (lysol 3-5%). Di
samping itu perlunya mengenakan lab jas (Protective clothing) atau
peralatan proteksi lainnya seperti masker dan sebagainya.
c) Tersedianya makanan
Tersedianya makanan untuk hewan percobaan yang bernutrisi dan dalam
jumlah yang cukup. Penyimpanannya harus baik, terhindar dari
lingkungan yang lembab, diusahakan bebas dari insekta atau hewan
penggerek lainnya, karena dengan adanya ini dapat merupakan petunjuk
adanya kerusakan bahan makanan hewan.
d) Kebutuhan air
Kebutuhan air dapat diperoleh oleh hewan dengan mudah dan lancar dan
usahakan tidak terlalu tinggi kandungan mineralnya serta bersih, dan
tidak membasahi kandang hewan tersebut.
e) Sirkulasi udara
Dengan adanya sistim ventilasi yang baik, sehingga sirkulasi udara dapat
diatur, lebih baik lagi bila dipasang exhaust fan sehingga sirkulasi udara
menjadi terkontrol.
f) Penerangan
Penerangan diperlukan sekali terutama dalam pengaturan proses
reproduksi hewan, perlu diperhatikan siklus terang dan gelap karena pada
beberapa hewan siklus estrus (siklus reproduksinya) sangat tergantung
oleh penerangan dan bila tidak terdapat penerangan akan menyebabkan
terhambatnya proses reproduksi.
g) Kelembaban dan temperatur ruangan
Suhu dan kelembaban ruangan merupakan komponen penting dari
lingkungan semua hewan karena secara langsung mempengaruhi
kemampuan hewan untuk mengatur panas internalnya. Kehilangan panas
pada hewan dapat menyebabkan hewan menjadi pingsan, bukan dengan
cara berkeringat. Adapun kelembaban dan temperatur ruangan yang
direkomendasikan bagi masing-masing hewan percobaan masing-masing
berbeda misalnya tikus pada suhu 30oC, dan kelinci pada suhu 25o -28oC.
h) Keamanan
Maksud dari pada keamanan ini adalah menjaga jangan sampai terjadi
infeksi penyakit baik yang berasal dari hewan maupun manusia.
Sehingga sebagai usaha pencegahan tidak diperkenankan semua orang
boleh menyentuh atau mengeluarkan hewan hewan dari kandang (lebih-
lebih bila hewannya adalah bebas kuman atau yang disebut dengan Germ
Free Animals) tanpa suatu keperluan apapun.
i) Training/kursus bagi personi
Dalam program pemeliharaan hewan percobaan diperlukan tenaga yang
terlatih dan berpengalaman yang cukup, karena ilmu yang menyangkut
hewan percobaan dapat melibatkan banyak aspek ilmu, sehingga
diperlukan sekali adanya kursus baik tenaga administrasi maupun tenaga
teknis.
Adapun tujuan penggunaan hewan percobaan sejalan dengan arah bidang
ilmu ialah sebagai berikut (Malole, 1989):

1) Bidang toksikologi
Pengujian toksikologi dengan menggunakan hewan percobaan
yang dilakukan di lingkungan industri bertujuan agar bahan kimia yang
dibutuhkan pada bahan makanan tepat dalam arti aman buat konsumen,
efektif daya kerjanya dan masih mendatangkan keuntungan bagi
perusahaan. Status kesehatan berdasarkan pemeriksaan yaitu:
a. Ektoparasit dan endoparasit
b. Patologi
c. Profil hematologi dan kimia darah
d. Penyakit menular
2) Bidang patologi
Para ahli patologi memakai hewan percobaan terutama untuk
meneliti atau menagamati adanya perubahan-perubahan patologi jaringan
tubuh yang disebabkan oleh:
a. Terjadinya kontak antar spesies (infeksi mikroorganisme atau invasi
parasit pada hewan atau manusia).
b. Stress karena faktor lingkungan (suhu, kelembapan, sanitasi,
ventilasi, kepadatan dan lain-lain).
c. Keracunan makanan
d. Defisiensi makanan (defisiensi vit. A, defisiensi vit. E).
Hewan percobaan juga dimanfaatkan oleh ahli patologi untuk
penelitian tentang tumor dan kanker. Bahkan, hewan percobaan juga
dimanfaatkan sebagai bahan untuk menanam dan menghasilkan sel-
sel tumor ini dapat dimanfaatkan oleh ahli mikrobiologi untuk
membuat biakan jaringan guna membiakkan virus. Selain itu, dapat
juga digunakan untuk mendeterminasi penyakit berdasarkan
perubahan-perubahan jaringan dan organ tubuh yang terjadi setelah
hewan percobaan tersebut mendapat perlakuan (keracunan karena
menghisap kloroform, keracunan aflatoksin melalui ransum).
3) Bidang parasitologi
Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian parasitologi
dikehendaki berkualitas baik, sebelum melangkah untuk melakukan
penelitian dalam bidang parasitologi. Kita perlu mengetahui interaksi antar
parasit sendiri misalnya pada hewan mencit yang diberi antibiotik untuk
mengusir mikroflora dalam usus dan kemudian diganti oleh
mikroorganisme tertentu.
4) Bidang imunologi
Respon imun pada hewan percobaan sangat dipengaruhi oleh berbagai
faktor yaitu perihal infeksi oleh bakteri, virus maupun parasit, stress,
faktor diet/ ransum dan peradangan non spesifik.

2.3 Cara Pemberian Obat

Cara pemberian obat sangat penting, karena setiap jenis obat berbeda
penyerapannya oleh tubuh dan sangat bergantung pada lokasi pemberian.
Sedangkan faktor yang mempengaruhi pemberian obat ini juga sangat penting
bergantung pada kondisi individu, jenis kelamin dan spesies hewan
laboratorium. Hewan percobaan yang dipakai sebagai Animal Model
merupakan suatu modal dasar dan modal hidup yang mutlak dalam bebagai
kegiatan penelitian (riset).
Cara memegang hewan serta cara penentuan jenis kelaminnya perlu pula
diketahui. Cara memegang hewan dari masing-masing jenis hewan adalah
berbeda-beda dan ditentukan oleh sifat hewan, keadaan fisik (besar atau kecil)
serta tujuannya. Kesalahan dalam caranya akan dapat menyebabkan
kecelakaan atau hips ataupun rasa sakit bagi hewan (ini akan menyulitkan
dalam melakukan penyuntikan atau pengambilan darah, misalnya) dan juga
bagi orang yang memegangnya. (Katzug, B.G,1989)

Rute pemberian obat (Routes of Administration) merupakan salah satu


faktor yang mempengaruhi efek obat, karena karakteristik lingkungan
fisiologis anatomi dan biokimia yang berbeda pada daerah kontak obat dan
tubuh karakteristik ini berbeda karena jumlah suplai darah yang berbeda
enzim-enzim dan getah-getah fisiologis yang terdapat di lingkungan tersebut
berbeda. Hal-hal ini menyebabkan bahwa jumlah obat yang dapat mencapai
lokasi kerjanya dalam waktu tertentu akan berbeda, tergantung dari rute
pemberian obat (Katzug, B.G,1989).

Cara pemberian obat pada hewan percobaan yaitu:

1. Per-Oral
Sebagian besar obat diberikan melalui mulut dan ditelan. Beberapa
obat (misalnya : alcohol dan aspirin) dapat diserap dengan cepat dari
lambung, tetapi kebanyakan obat diabsorpsi sebagian besar melalui usus
halus. Absorpsi obat melalui usus halus, pengukuran yang dilakukan
terhadap absorpsi obat baik secara in vivo maupun secara in vitro,
menunjukan bahwa mekanisme dasar absorpsi obat melaluiusus halus ini
adalah secara transfer pasif. Dimana kecepatan obat ditentukan oleh
derajat ionisasi obat dan lipid solubilitas dari molekul obat tersebut.
Keuntungan pemberian obat dengan cara oral yaitu mudah, ekonomis,
tidak perlu steril. Sedangkan kerugiannya rasanya yang tidak enak dapat
mengurangi kepatuhan (mual), kemungkinan dapat mengiritasi lambung
dan usus, menginduksi mual, dan pasien harus dalam keadaaan sadar.
Selain itu obat dapat mengalami metabolisme lintas pertama dan absorpsi
dapat terganggu dengan adanya makanan (Anonim, 2007).

2. Intraperiontal
Rongga peritoneum mempunyai permukaan absorpsi yang sangat luas
sehingga obat dapat masuk ke sirkulasi sistemik secara cepat. Cara ini
banyak digunakan di laboratorium tetapi jarang digunakan di klinik karena
adanya bahaya infeksi dan perlengketan peritoneu. Keuntungannya adalah
obat yang disuntikkan dalam rongga peritonium akan diabsorpsi cepat,
sehingga reaksi obat akan cepat terlihat (Munaf, 1994).
3. Subkutan
Suntikan subkutan hanya bisa dilakukan untuk obat-obat yang tidak
menyebabkan iritasi terhadap jaringan karena akan menyebabkan rasa
sakit hebat, bnekrosis dan pengelupasan kulit. Absorpsi melalui subkutan
ini dapat pula bervariasi sesuai dengan yang diinginkan. Keuntungannya
obat dapat diberikan dalam kondisi sadar atau tidak sadar, sedangkan
kerugiannya dalam pemberian obat perlu prosedur steril, sakit, dapat
terjadi iritasi lokal ditempat injeksi (Anonim, 2007).
4. Intravena
Pemberian obat secara intravena adalah cara yang paling cepat dan
paling pasti. Suatu suntikan tunggal intravena akan memberikan kadar obat
yang sangat tinggi yang pertama-tama akan mencapai paru-paru dan
kemudian ke sirkulasi sistemik. Kadar puncak yang mencapai jaringan
tergantung pada kecepatan suntikan yang harus diberikan secara perlahan-
lahan sekali. Obat-obat yang berupa larutan dalam minyak dapat
menggumpalkan darah atau dapat menyebabkan hemolisa darah, karena itu
tidak boleh diberikan secara intravena.
Keuntungan rute ini adalah jenis-jenis cairan yang disuntikkan lebih
banyak dan bahkan bahan tambahan banyak digunakan IV daripada
melalui SC, cairan volume besar dapat disuntikkan relatif lebih cepat, efek
sistemik dapat segera dicapai, level darah dari obat yang terus-menerus
disiapkan, dan kebangkitan secara langsung untuk membuka vena untuk
pemberian obat rutin dan menggunakan dalam situasi darurat disiapkan.
Sedangkan kerugiannya adalah meliputi 4 gangguan kardiovaskuler dan
pulmonar dari peningkatan volume cairan dalam sistem sirkulasi
mengikuti pemberian cepat volumecairan dalam jumlah besar,
perkembangan potensial trombophlebitis, kemungkinan infeksi lokal atau
sistemik dari kontaminasi larutan atau teknik injeksi septik, dan
pembatasan cairan berair (Mutschler, 1986).
5. Intramuskular
Obat-obat yang larut dalam air akan diabsorbsi dengan cepat setelah
penyuntikan IM. Disuntikkan ke dalam jaringan otot, umumnya di otot
pantat atau paha. Umumnya kecepatan absorpsi setelah penyuntikan pada
muskulus deloid atau vastus lateralis adalah lebih cepat dari pada bila
disuntikkan pada gluteus maximus. Pemberian suntikan intra-anterial.
Kadang-kadang obat disuntikan ke dalam sebuah arteri untuk mendapatkan
efek yang terlokalisir pada jaringan atau alat tubuh tertentu. Tetapi nilai
terapi cara ini masih belum pasti. Kadang-kadang obat tertentu juga
disuntikan intra arteri untuk keperluan diagnosis. Suntikan intraarteri harus
dilakukan oleh orang yang benar-benar ahli.

Pemberian suntikan intratekal. dengan cara ini obat langsung


disuntikkan ke dalam ruang subaraknoid spinal. Suntikanin tratekal
dilakukan karena banyak obat yang tidak dapat mencapi otak, karena
adanya sawar darah otak. Keuntungan pemberian obat dengan cara ini,
absorpsi berlangsung dengan cepat, dapat diberikan pada pasien sadar atau
tidak sadar, sedangkan kerugiannya dalam pemberiannya perlu prosedur
steril, sakit, dapat terjadi iritasi ditempat injeksi (Munaf, 1994).

2.4 Menggunakan Kembali Binatang Yang Telah Dipakai

Untuk menghemat biaya, bila memungkinkan diperbolehkan memmakai


binatang percobaan lebih dari satu kali. Walaupun demikian, jika binatang
tersebut telah digunakan dalam satu periode dan obat yang digunakan pada
percobaan sebelumnya masih berada di dalam tubuh binatang, kemungkinan
hasil percobaan berikutnya akan memberikan data yang tidak benar. Hal ini
terutama terdapat pada kasus pemberian idikator atau inhibitor enzim.
Dengan dalih ini, maka binatang tersebut baru boleh digunakan untuk
percobaan berikutnya setelah selang waktu minimal 14 hari. Disamping itu,
kelinci harus digunakan sebagai alternatif untuk cara pemberian internal
maupun eksternal, meskipun percobaan menjadi tidak berurutan.

a. Cara Memberi Kode Binatang


Dosis obat yang diberikan pada hewan dinyatakan dalam mg atau g per
g bobot tubuh hewan. Karena itu, perlu diketahui berat tiap-tiap hewan
yang akan digunakan dalam percobaan dan tiap hewan diberi tanda
(titik/garis) menggunakan pewarna untuk mengidentifikasi.Gunakan spidol
tidak tercuci air, berujung kecil.
b. Memberikan Makanan Binatang Percobaan Untuk Mengurangi Variasi
Biologis
1) Binatang percobaan biasanya memberikan hasil dengan deviasi yang
lebih benar dibandingkan dengan percobaan in vitro, karena adanya
variasi biologis. Maka, untuk menjaga supaya variasi tersebut minimal,
binatang-binatang yang mempunyai spesies dan starain yang sama, usia
yang sama, jenis kelamin yang sama, dipelihara pada kondisi yang sama
pula.
2) Binatang percobaan harus diberi makanan sesuai dengan makanan
standar untuknya dan diberi ad libitum.
3) Lebih lanjut untuk mengurangi variasi biologis, binatang harus
dipuasakan semalam sebelum percobaan dimulai. Dalam periode ini
binatang hanya diperbolehkan minum ad libitum.
c. Luka Gigitan Binatang
Imunisasi tetanus disarankan bagi semua orang yang bekerja dengan
binatang percobaan. Luka yang bersifat absratif atau luka agak dalam
karena gigitan binatang ataupun karena alat-alat yang telah digunakan
untuk percobaan binatang, harus diobati secepatnya menurut cara-cara
pertolongan pertama pada kecelakaan. Apabila korban gigitan belum
pernah mendapat kekebalan terhadap tetanus, ia harus mendapatkan
imunisasi profilaksis.
d. Memusnahkan Hewan
1) Cara terbaik untuk membunuh hewan ialah dengan memberikan suatu
anestesi over dosis. Injeksi barbiturat (Na. Pentobarbital 300 mg/ml)
secara intravena untuk kelinci dan anjing. Intraperitonial atau
intrathoracecial untuk marmut, tikus dan mencit atau dengan inhalasi
menggunakan kloroform, karbon dioksida, nitrogen dan lain-lain
dalam wadah tertutup untuk semua jenis jewan tersebut.
2) Hewan disembelih, kemudian dimasukkan kedalam kantong plastik
dan dibungkus lagi dengan kertas diletakkan didalam tas plastik,
ditutup dan disimpan dalan lemari pendingin atau langsung diabukan.
a) Karakteristik Hewan Percobaan
Karakteristik Mencit Tikus Marmut Kelinci Anjing
(Mus (Rottus (Cavia (Oryctolagus (Canis
musculus) novergicus) pocellus) cuniculus) familiaris)
Puberitas 35 hari 40-60 hari 60-70 hari 4 bulan 7-9 bulan
Masa beranak Sepanjang Sepanjang Sepanjang Mei- -
tahun tahun tahun september
Lama hamil 19-21 hari 21-23 hari 63 hari 28-36 hari 62-63 hari
Jumlah sekali 4-12 6-8 2-5 5-6 1-18
lahir (biasa) 6-8 (biasa)
Lama hidup 2-3 tahun 2-3 tahun 7-8 tahun 8 tahun 12-16
tahun
Masa tumbuh 6 bulan 4-5 bulan 15 bulan 4-6 bulan 12-15
bulan
6-8
minggu
Masa laktasi 21 hari 21 hari 21 hari - -
Frekuensi 4 7 4 3-4 1-2
kelahitan
(tahun)
Suhu tubuh 37,9-39,2 37,7-38,8 37,8-39,5 38,5-39,5 37,5-39,0
(oC)
Kecepatan 136-216 100-150 100-150 50-6- 15-28
respirasi
(menit)
Tekanan darah 147/106 130/95 - 110/80 148/100
Volume darah 7,5 7,5 6 5 7,2-9,5
(% BB)
Luas K = 11,4 K = 9,13 K = 8,88 K = 12,89 K=
permukaan g = BB g = BB g = BB g = BB 12,322
tubuh Q = K3 g = BB
g2

b) Volume Maksimum Larutan Obat yang Diberikan Pada Hewan


Binatang Cara Pemberian dan Volume Maksimum (ml)
i.v i.m i.p s.c p.o
Mencit (20-30 g) 0,5 0,05 1,0 0,5-1,0 1,0
Tikus (100 g) 1,0 0,1 2,0-5,0 2,0-5,0 5,0
Hamster (50 g) - 0,1 1,0-5,0 2,5 2,5
Marmot (250 g) - 0,25 2,0-5,0 5,0 10,0
Merpati (300 g) 2,0 0,5 2,0 2,0 10,0
Kelinci (2,5 g) 5,0-10,0 0,5 10,0-20,0 5,0-10,0 20,0
Kucing (3 g) 5,0-10,0 1,0 10,0-20,0 5,0-10,0 50,0
Anjing (5 g) 10,0-20,0 5,0 20,0-50,0 5,0-10,0 100,0

Keterangan: BB = Bobot badan s.c = Subkutan

i.v = Intravena p.o = Per oral

i.m = Intramuskular

i.p = Intraperitonial

c) Perbandingan Luas Permukaan Tubuh Hewan Percobaan


Hewan Menci Tiku Marmo Kelinc Kucin Ker Anjin Manusi
dan BB t s t i g a g 12,0 a
rata 2x 20 g 200 g 400 g 1,5 g 2,0 g 2,0 kg 70,0 g
kg
Mencit 1,0 7,0 12,29 27,8 28,7 64,1 124,2 387,9
20 g
Tikus 0,14 1,0 1,74 3,9 4,2 9,2 17,8 61,5
200 g
Marmot 0,08 0,57 1,0 2,25 2,4 5,2 10,2 31,5
400 g
Kelinci 0,04 0,25 0,44 1,0 1,06 2,4 4,5 14,2
1,5 g
Kucing 0,03 0,23 0,41 0,92 1,0 2,2 4,1 13,0
2,0 g
Kera 0,015 0,11 0,19 0,42 0,45 1,0 1,9 6,1
2,0 kg
Anjing 0,008 0,06 0,10 0,22 0,24 0,52 1,0 3,1
12,0 kg
Manusi 0,0026 0,018 0,031 0,07 076 0,16 0,32 10
a
70,0 g

2.5 Uraian Hewan Coba


1) Kelinci (Oryctolagus cuniculus) (Syarif, M. 2010)

a.  Klasifikasi
Kerajaan              : Animalia
Filum                  : Chordata
Sub filum            : Vertebrata
Kelas                   : Mamalia
Ordo                    : Lagumorida
Family                 : Leporidae
Genus                  : Oryctolagus
Spesies                : Oryctolagus cuniculus
b.  Morfologi
Kelinci mempunyai punggung melengkung dan berekor pendek,
kepalanya kecil dan telinganya tegak lurus ke atas akan tetapi bibir
terbelah dan yang bagian atasnya bersambung hingga hidung.
Mempunyai beberapa helai kumis dan pembuluh darah banyak
terdapat pada telinga.
c.   Karakteristik
Masa reproduksi              : 1-3 tahun
Masa hamil                     : 28-35 hari
Umur dewasa                 : 4-10 bulan
Umur kawin                    : 6-12 bulan
Siklus kelamin                : Setahun 5 kali hamil
Periode eksterus            : 11-15 hari
Jumlah kelahiran           : 4-10
Volume darah                  : 10 ml/kg berat badan
Masa perkawinan           : 1 minggu

2) Mencit (Mus musculus) (Syarif, M. 2010)


a. Klasifikasi
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Subfamili : Murinae
Genus : Mus
Subgenus : Mus
Spesies : M. Musculus
b. Morfologi
Ukuran lebih kecil, bulu berwarna putih, dan warna kulit lebih pucat,
mata berwarna hitam dan kulit berpigmen.
c. Karakteristik
Lama hidup : 1-2 tahun bisa sampai 3 tahun
Lama bunting : 19-21 hari
Umur dewasa : 35 hari
Siklus eksterus : 4-5 hari
Lama ekstrus : 12-24 jam
Berat dewasa : 20-40 gram
Berat lahir : 0,5-1 gram
Jumlah anak : 6-15
Suhu tubuh : 35-390C
Volume darah : 6% BB

3). Tikus ( Rattus novergicus) (Syarif, M. 2010)


a.    Klasifikasi
Kerajaan              : Animalia
Filum                    : Chordata
Kelas                    : Mamalia
Ordo                      : Rodentia
Family                   : Murinae
Genus                   : Rattus
Spesies                : Rattus novergicus
b.    Morfologi
Memiliki kepala, badan, dan leher yang terlihat jelas, tubuhnya
tertutup rambut, ekornya bersisik, kadang-kadang berambut.
Merupakan hewan liar, mempunyai sepasang daun telinga dan bibir
yang lentur.

c.    Karakteristik
Lama hidup                    : 2-3 tahun
Lama produksi               : 1 tahun
Lama hamil                     : 20-22 hari
Umur dewasa                 : 40-60 hari
Umur kawin                    : 10 minggu
Siklus eksterus                : 9-10 gram
Ovulasi                             : 8-11 jam
Berat dewasa                   : 300-400 gram
Berat lahir                        : 5-6 gram
Jumlah anak                  : 9-20 ekor
BAB III

METODE KERJA

3.1 Alat dan bahan


1) Alat
a. Handscoon
b. Lap Kasar
c. Kawat Kandang
2) Bahan
a. Kelinci (Oryctolagus cuniculus)
b. Mencit (Mus musculus)
c. Tikus ( Rattus novergicus)
3.2 Prosedur Kerja
a) Cara memegang Mencit
1. Diangkat mencit dengan cara memegang ekornya ke arah atas
dengan tangan kanan
2. Diletakkan mencit dipermukaan yang kasar, dibiarkan mencit
menjangkau/ mencengkram alas kasar
3. Dijepit kulit tengkuk mencit menggunakan tangan kiri dengan ibu
jari telunjuk menjepit kulit tengkuk mencit seerat/ setegang
mungkin.
4. Dipindahkan ekornya dari tangan kanan, dijepit antara jari
kelingking dan jari manis tangan kiri.
5. Diberi perlakuan
b) Cara memegang Tikus
1. Diangkat Tikus dengan lembut degan menempatkan tangan
disekitar dada bagian atas tanpa meremas, tempat ibu jari dibawah
rahang hewan jika takut digigit, tetapi tidak memberikan tekanan
pada tenggorokan.
2. Dipijat perut tikus dengan lembut, berbicara dengan tenang dan
menghindari suara nada tinggi. Ingatlah untuk menahan bagian
belakang hewan.
c). Cara memegang Kelinci
1. Diposisikan Kelinci harus di atas handuk/ baju laboratorium,
pastikan anda memiliki control penuh atas hewan setiap saat,
sehingga kelincitidak dapat membahayakan dirinya sendiri sendiri
dengan melompat dari meja.
2. Dipegang kulit di leher kelinci
3. Ditahan bagian bawah kelinci dengan tangan yang lain
4. Diangkat bagian belakang kelinci dengan mendukung daerah pinggul
antara kaki
5. Dilepas lengan kanan untuk sementara, misalnya untuk membuka
pintu kandang. Kepala hewan harus ditutup setiap saat oleh siku.
6. Dipegang kelinci menggunakan jas lab, handuk tebal atau kain yag
melilit hewan. Sehingga memberikan rasaaman. Kelinci tidak suka
ditinggal ditempat-tempat terbuka.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

No. Nama Hewan Uji Latin Berat Badan


1. Mencit Mus musculus Mus musculus 23 g
2. Tikus Rottus novergicus 200 g
3. Kelinci Oryctolagus 1,5 kg
cuniculus

4.2 Pembahasan
Mencit dengan bahasa latin Mus musculus termasuk juga dalam hewan
pengerat. Hewan ini selalu dipakai dalam penelitian karena bentuk tubuhnya
yang kecil, penanganannya yang kompleks dan memiliki sistem tubuh yang
sama dengan manusia. Perlakuan pada hewan coba mencit (Mus musculus)
dilakukan dengan ujung ekor diangkat dengan tangan kanan, dan mencit
diletakkan diatas alas yang kasar, kemudian, mencit (Mus musculus)
dibiarkan mencengkeram alas yang kasar sehingga tertahan ditempat. Ibu jari
dan jari telunjuk kiri menjepit kulit tengkuk seerat mungkin. Ekor
dipindahkan, dijepit di antara jari manis dan jari kelingking tangan kiri.
Mencit (Mus musculus) siap diberi perlakuan dengan tangan kanan. (Tjay,T.H
dan Rahardja,K, 2002).

Keuntungan menggunakan hewan coba mencit (Mus musculus) yaitu


mudah ditangani, mudah dikembangbiakan, mudah dipelihara dan reaksi obat
yang digunakan ke tubuhnya cepat terlihat. Sedangkan kerugiannya yaitu
aktivitas terganggu bila ada manusia untuk pemberian oral agak sulit
dilakukan karena ukurannya yang kecil.

Tikus dengan bahasa latin Rottus novergicus termasuk hewan pengerat


juga sama seperti mencit (Mus musculus). Hewan coba tikus digunakan untuk
menguji berbagai macam obat dan suplemen sehingga tercipta pengembangan
ilmu medis terbaru dan bermanfaat bagi manusia.

Perlakuan pada hewan uji tikus (Rottus novergicus) dilakukan diangkat


hewan uji secara lembut dengan menempatkan tangan anda di sekitar dada
bagia atas, tanpa meremas. Tempatkan ibu jari anda di bawa rahang hewan
jika anda takut digigit, tetapi tidak memberikan tekanan pada tenggorokan.

Alasan para ahli menggunakan hewan uji tikus (Rottus novergicus) antara
lain mudah didapat dan disimpan di lab, mudah berkembang biak, usia tikus
pendek, relatif jinak dan kesamaan genetik dan biologis dengan manusia.

Kelinci dengan bahasa latin (Oryctolagus cuniculus), awalnya kelinci


diklasifikasikan ke dalam ordo Rodensia (binatang pengerat) yang bergigi seri
empat, namun sekarang digolongkan ke dalam ordo tersendiri yaitu ordo
Logomorpha karena bergigi seri enam (Cheeke et al, 1987).

Perlakuan pada hewan uji kelinci (Oryctolagus cuniculus) dilakukan


dengan memegang kulit di leher kelinci (Oryctolagus cuniculus), lalu ditahan
bagian bawah kelinci dengan tangan yang lain. Kemudian, diangkat bagian
belakangnya kelinci (Oryctolagus cuniculus) dengan mendukung daerah
pinggul antara kaki. Lengan kanan sekarang dapat dilepas untuk sementara,
misalnya untuk membuka pintu kandang. Kepala hewan kelinci harus ditutupi
setiap saat oleh siku anda. Kelinci dapat dipegang menggunakan lap kasar/lap
halus yang melilit kelinci tersebut sehingga memberikan rasa aman.

Kelinci adalah salah satu hewan yang tak bisa muntah, ilah sebabnya
kelinci dijadikan sebagai bahan eksperimen di laboratorium karena seluruh
zat kimia yang diberikan akan masuk ke dalam tubuh kelinci tanpa perlu
khawatir dimuntahkan.

Dalam pemberian zat atau obat pada hewan harus diperhatikan 1 hal
yakni sebelum diberikan zat atau obat pada hewan coba, hewan coba harus
puasa untuk mengurangi interaksi atau variasi biologis dengan makanan yang
nantinya akan menghambat dan memperlambat efek dari zat atau obat yang
diberikan.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:


1. Cara penanganan dari masing-masing hewan uji yang digunakan yaitu:
a. Mencit (Mus musculus), mencit diangkat dengan memegang ekor
kearah atas dengan tangan kanan. Lalu, letakkan di atas permukaan
yang kasar. Kemudia, tangan kiri dengan ibu jari dan jari telunjuk
menjepit kulit tengkuk mencit seerat mungkin. Ekor dipindahkan dari
tangan kanan, dijepit antara jari kelingking dan jari manis tangan kiri.
Dengan demikian, mencit tlah terpegang oleh tangan kiri dan siap untuk
diberi perlakuan.
b. Tikus (Rottus novergicus), diangkat hewan secara lembut dengan
menempatkan tangan di sekitar dada bagian atas, tanpa meremas.
Tempatkan ibu jari di bawah rahang hewan jika takut digigit.
c. Kelinci (Oryctolagus cuniculus), dipegang kulit dileher kelinci. Lalu,
ditahan bagian bawah kelinci dengan tangan yang lain. Angkat bagian
belakang kelinci dengan mendukung daerah pinggul antara kaki.
Lengan kanan sekarang dapat dilepas. Kepala hewan harus ditutupi
setiap saat oleh siku.
2. Cara pemberian obat pada mencit (Mus musculus), tikus (Rottus
novergicus) dan kelinci (Oryctolagus cuniculus) antara lain pemberian
obat secara oral, subkutan, intravena, intramuskular dan intraperitonial.
5.2 Saran

Sebaiknya dalam menangani hewan coba perlu diperhatikan etika-etika


penanganan hewan coba di laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, (2007). Pemanfaatan Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat


dan Keamanannya. Jakarata: Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah; Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas.

Hau, J. &. (2003). Handbook of Laboratory Animal Science Second Edition. Boca
Raton: CRC Press.

Katzung, B. G. (1994). Buku Bantu Farmakologi, 137, Fakultas Kedokteran


Universitas Sriwijaya, EGC, Jakarta.

Malole, & Promono. (1989). Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan


Laboratorium. Bogor : IPB.

Munaf, S. (1994). Catatan Kuliah Farmakologi, Penerbit Buku Kedokteran,


ECG.

Mutschler, E. (1986). Dinamika Obat : Buku Ajar Farmakologi dan Toksikologi,


diterjemahkan oleh Widianto, M.B., dan Ranti, A.S., Edisi Kelima, 157-
158, Penerbit ITB, Bandung.

Sulaksono, M. E. (1992). Faktor Keturunan dan Lingkungan Menentukan


Karakteristik Hewan Percobaan dan Hasil Suatu Percobaan Biomedis.
Jakarta.
LAMPIRAN

Gambar Keterangan

Gambar hewan percobaan Kelinci


(Oryctolagus cuniculus) yang digunakan.

Gambar pada saat mempraktikan cara


penanganan kelinci untuk diberikan perlakuan

Gambar hewan percobaan Tikus (Rottus


novergicus) yang digunakan.

Gambar pada saat mempraktikan cara


penanganan tikus untuk diberikan perlakuan

Gambar hewan percobaan Mencit (Mus


musculus) yang digunakan.
Gambar pada saat mempraktikan cara
penanganan tikus untuk diberikan perlakuan

Anda mungkin juga menyukai