OLEH :
GOLONGAN 1
STIFA A 2019
ASISTEN : STEPHANI
PENDAHULUAN
Pada dasarnya jantung adalah alat tubuh yang berfungsi sebagai pompa
darah, yang sejak bayi dalam kandungan ibunya telah mulai bekerja, dan
tidak akan berhenti selama kita hidup. Dengan denyutan ini, jantung
memompa darah yang kaya akan oksigen dan zat makanan ke seluruh tubuh
termasuk arteri koroner, serta darah yang kurang oksigen ke paru – paru
untuk mengambil oksigen (Soeharto, Iman, 2004).
TINJAUAN PUSTAKA
Sumber : http://www.pelajaran.co.id
Jantung merupakan organ berongga dan berotot seukuran kepalan
tangan, hanya memiliki panjang sekitar 12 cm, lebar 9 cm dan tebal 6 cm.
Beratnya sekitar 200 sampai 425 gram, pada laki-laki sekitar 310 gram, pada
perempuan sekitar 225 gram. Bentuknya menyerupai kubah atau buah pir
dengan ujungnya, apeks, menghadap ke bawah dan kiri. Organ ini terletak di
rongga toraks (dada) sekitar garis tengah antara sternum (tulang dada) di
sebelah anterior dan vertebrata (tulang belakang) di posterior. Jantung
berfungsi sebagai pompa yang memberi tekanan pada darah untuk
menghasilkan gradien tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan darah ke
jaringan. Seperti semua cairan, darah mengalir menuruni gradien tekanan
dari daerah dengan tekanan tinggi ke daerah dengan tekanan rendah
(Suarnianti, 2016).
Jantung terdiri atas dua belahan yaitu belahan kanan dan belahan kiri,
kedua belahan tersebut dipisahkan oleh otot pemisah yang disebut septum.
Setiap belahan terdiri atas 2 ruang yaitu ruang pengumpul yang disebut
atrium dan ruang pemompa yang disebut ventrikel. Dengan demikian jantung
memiliki empat ruangan yaitu atrium kanan, ventrikel kanan, atrium kiri dan
ventrikel kiri. Jantung terdapat tiga lapisan jantung yaitu lapisan bagian luar
yang disebut perikardium, lapisan bagian tengah disebut miokardium, dan
lapisan bagian dalam disebut lapisan endokardium. Jantung memiliki dua tipe
katup yaitu katup atrioventrikuler dan katup semilunar (Suarnanti, 2016).
II.1.1.1. Rongga Jantung
a. Atrium Kanan
Dinding atrium kanan berukuran tipis, rata-rata 2 mm. Terletak agak ke
depan dibandingkan ventrikel kanan dan atrium kiri. Pada bagian antero-
superior terdapat lekukan ruang atau kantung berbentuk daun telinga yang
disebut auricle. Atrium kanan merupakan muara dari vena cava superior
bermuara pada dinding supero-posterio. Vena cava inferior bermuara pada
dinding inferior-latero-posterior. Pada muara vena cava inferior ini terdapat
lipatan katup rudimenter yang disebut katup Eustachii. Pada dinding medial
atrium kanan bagian postero-inferior terdapat septum inter-atrialis. Pada
pertengahan septum inter-atrialis terdapat lekukan dangkal berbentuk lonjong
yang disebut fossa ovalis, yang mempunyai lipatan tetap dibagian anterior
yang disebut nimbus-fossa ovalis. Diantara muara vena cava interior dan
katup crituspidalis terdapat sinus coronaries, yang menampung darah vena
dari dinding jantung dan bermuara pada atrium kanan. Pada muara sinus
coronaries terdapat lipatan jaringan ikat rudimenter yang disebut katup
Thebesi. Pada dinding atrium kanan terdapat nodus sumber listrik jantung,
yaitu Nodus sino-atrial terletak dipinggir lateral pertemuan muara vena cava
superior dengan auricle, tepat dibawah sulcus terminalis. Nodus Atri-
Ventricular terletak pada anter-medial muara sinus coronaries, di bawah
katup tricuspidalis. Fungsi atrium kanan adalah tempat penyimpanan dan
penyalur darah dari vena-vena sirkulasi sistemik kedalam ventrikel kanan dan
kemudian ke paru-paru (Wahyuningsih & Kusmanti, 2017).
b. Atrium Kiri
Terletak postero-superior dari ruang jantung, tebal dinding atrium kiri 3
mm, sedikit lebih tebal dari dinding atrium kanan. Endokardiumnya licin dan
otot pectinatus hanya ada pada auricle. Atrium kiri menerima darah yang
sudah dioksigenasi dari empat vena pulmonalis yang bermuara pada dinding
postero-superior atau postero-lateral, masing-masing sepasang vena kanan
dan kiri. Antara vena pulmonalis dan atrium kiri tidak terdapat katup sejati.
Oleh karena itu, perubahan tekanan dalam atrium kiri membalik retrograde ke
dalam pembuluh darah paruh. Peningkatan tekanan atrium kiri yang akut
akan menyebabkan bendungan pada paru. Darah mengalir dari atrium kiri ke
ventrikel kiri melalui katup mitralis (Wahyuningsih & kusmanti, 2017).
c. Ventrikel Kanan
Terletak ruang paling depan didalam rongga toraks, tepat dibawah
manubrium sterni. Sebagian besar ventrikel kanan berada di kanan depan
ventrikel kiri dan di medial atrium kiri. Ventrikel kanan berbentuk bulan sabit
atau setengah bulatan, tebal dindingnya 4-5 mm. Bentuk ventrikel kanan
seperti ini guna menghasilkan kontraksi bertekanan rendah yang cukup untuk
mengalirkan darah ke dalam arteri pulmonalis. Sirkulasi pulmonalis
merupakan sistem aliran darah bertekanan rendah, dengan resistensi yang
jauh lebih kecil terhadap aliran darah dari ventrikel kanan, dibandingkan
tekanan tinggi sirkulasi sistemik terhadap aliran darah dari ventrikel kiri.Oleh
karena itu, tebal dinding ventrikel kanan hanya sepertiga dari tebal dinding
ventrikel kiri. Selain itu, bentuk bulan sabit atau setengah bulatan ini juga
merupakan akibat dari tekanan ventrikel kiri yang lebih besar dari pada
tekanan di ventrikel kanan. Di samping itu, secara fungsional septum lebih
berperan pada ventrikel kiri sehingga sinkronisasi gerakan lebih mengikuti
gerakan ventrikel kiri ( Wahyuningsih &Kusmanti, 2017).
d. Ventrikel Kiri
Berbentuk lonjong seperti telur, dimana pada bagian ujungnya
mengarah ke antero-inferior kiri menjadi Apex Cordis bagian dasar ventrikel
tersebut adalah Annulus Mitralis. Tebal dinding ventikel kiri 2-3x lipat tebal
dinding ventrikel kanan, sehingga menempati 75% masa otot jantung
seluruhnya. Tebal ventrikel kiri saat diastole adalah 8-12 mm. Ventrikel kiri
harus menghasilkan tekanan yang cukup tinggi untuk mengatasi tahanan
sirkulasi sistemik, dan mempertahankan aliran udara ke jaringan-jaringan
perifer. Sehingga keberadaan otot-otot yang tebal dan bentuknya yang
menyerupai lingkaran, mempermudah pembentukan tekanan tinggi selama
ventrikel berkontraksi. Batas dinding medialnya berupa septum
interventrikulare yang memisahkan ventrikel kiri dengan ventrikel kanan.
Rentangan septum ini berbentuk segitiga, dimana dasar segitiga tersebut
adalah pada daerah katup aorta. Septum interventrikulare terdiri dari dua
bagian yaitu bagian muskulare (menempati hampir seluruh bagian septum)
dan bagian membraneus. Pada dua pertiga dinding septum terdapat serabut
otot Trabeculae Carnae dan sepertiga bagian endokardiumnya licin. Septum
interventrikularis ini membantu memperkuat tekanan yang ditimbulkan oleh
seluruh ventrikel pada saat kontraksi. Pada kontraksi, tekanan di ventrikel kiri
meningkat sekitar 5x lebih tinggi dari pada tekanan di ventrikel kanan. Bila
ada hubungan abnormal antara kedua ventrikel (seperti pada kasus robeknya
septum pasca infrak miokardium), maka mengalir dari kiri ke kanan melalui
robekan tersebut. Akibatnya jumlah aliran darah dati ventrikel kiri melalui
katup aorta kedalam aorta akan berkurang (Wahyuningsih & Kusmati, 2017).
II.1.1.2. Lapisan Jantung
a. Perikardium
Jantung tersusun atas otot yang bersifat khusus dan terbungkus sebuah
membran yang disebut perikardium. Membran itu terdiri atas dua lapisan
yaitu perikardium viseral adalah membran serus yang lekat sekali pada
jantung dan perikardium parietal adalah lapisan fibrus yang terlipat keluar dari
basis jantung dan membungkus jantung sebagai kantong longgar. Karena
susunan ini, jantung berada di dalam dua lapis kantong perikardium, dan
diantara dua lapisan itu ada cairan serus. Karena sifat meminyaki dari cairan
itu, jantung dapat bergerak bebas (Pearce, 2013)
b. Miokardium
Miokardium adalah lapisan dinding jantung kedua di bawah epikardium.
Lapisan ini adalah lapisan paling tebal yang terdiri atas jaringan otot-otot
jantung. Lapisan miokardium inilah yang memungkinkan terjadinya gerak
jantung yang berdenyut memompa darah ke seluruh tubuh (Kuntoadi, 2019).
Miokardium merupakan lapisan tengah yang terdiri dari otot jantung,
membentuk sebagian besar dinding jantung. Serat-serat otot ini tersusun
secara spiral dan melingkari jantung. Lapisan otot yang akan menerima
darah dari arteri koroner (Wahyuningsih & Kusmiyati, 2017).
c. Endokardium
Endokardium, merupakan lapisan interior ruang jantung. Seperti
epikardium, endokardium terdapat endothelium yang terbentuk oleh
sekuamosa sederhana dibagian atas lapisan tipis jaringan areola; Namun
endokardium meliputi permukaan katup dan terus menyatu dengan
endothelium pembuluh darah. (Mader, 2014)
Disebelah dalam jantung dilapisi endelium. Lapisan ini disebut
endokardium. Katup-katupnya hanya merupakan bagian yang lebih tebal dari
membran ini (Pearce, 2013).
II.1.1.3. Katup Jantung
Katup jantung berfungsi mempertahankan aliran darah searah melalui
bilik-bilik jantung. Setiap katup berespons terhadap perubahan tekanan.
Katup-katup terletak sedemikian rupa, sehingga mereka membuka dan
menutup secara pasif karena perbedaan tekanan, serupa dengan pintu satu
arah. Katup jantung dibagi dalam dua jenis, yaitu katup atrioventrikular dan
katup semilunar sebagai berikut:
1. Katup atrioventrikular
Sedangkan katup yang letaknya di antara atrium kiri dan ventrikel kiri
mempunyai dua bagian daun katup disebut kutup mitral. Katup mitral terdiri
dari dua bagian, yaitu daun katup mitral anterior dan posterior. Daun katup
anterior lebih lebar dan mudah bergerak, melekat seperti tirai dari basal
ventrikel kiri dan meluas secara diagonal sehingga membagi ruang aliran
menjadi alur masuk dan alur keluar.
2. Katup semilunar
Disebut semilunar (“bulan separuh”) karena terdiri dari tiga daun katup,
masing-masing mirip dengan bulan separuh. Katup semilunar memisahkan
ventrikel dengan arteri yang berhubungan. Katup pulmonal terletak pada
arteri pulmonalis, memisahkan pembuluh ini dari ventrikel kanan. Katup aorta
terletak antara ventrikel ke arteri pulmonalis atau aorta selama sistole
ventrikel, dan mencegah aliran balik waktu diastole ventrikel (Pearce, 2013)..
II.1.2. Pembuluh Darah
Pembuluh darah adalah serangkaian tuba tertutup yang bercabang dan
membawa darah dari jantung ke jaringan kemudian kembali ke jantung
(Sloane, 2016). Pembuluh darah mengangkut dan mendistribusikan darah
yang dipompa oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan oksigen
dan pengantaran nutrisi, pembuangan zat sisa, dan pensinyalan hormon.
Arteri yang sangat elastik mengangkut darah dari jantung ke organ-organ
tubuh dan berfungsi sebagai penyedia tekanan untuk terus mengalirkan
darah ketika jantung sedang relaksasi dan mengisi. Tekanan darah arteri
rata-rata diatur dengan cermat dengan memastikan pasokan darah yang
adekuat ke organ-organ tubuh.jumlah darah yang mengalir menuju organ
tertentu bergantung pada kaliber arteriol (diameter internal) yang
mengandung banyak otot yang mendarahi organ tubuh. Kaliber arteriol
berada di bawah kontrol sehingga aliran darah ke organ tertentu dapat
disesuaikan secara bervariasi untuk memenuhi kebutuhan tubuh pada saat
itu. Kapiler yang berdinding tipis adalah tempat pertukaran yang sebenarnya
antara darah dan sel jaringan di sekitarnya. Vena yang sangat mudah
teregang mengembalikan darah dari organ ke jantung dan berfungsi sebagai
reservoir darah (Sherwood, 2014).
II.1.2.1. Arteri
Arteri membawa darah dari jantung menuju organ dan jaringan. Selain
dari arteri, pulmonal, seluruh arteri pulmonal, seluruh arteri membawa
beroksigen. Dinding arteri yang tebal, berlapisan otot, dan elastis dapat
bertahan dari tekanan tinggi saat jantung berkontraksi. Arteri menyempit jika
jantung berelaksasi, membantu mendorong darah maju. Arteri terbesar
adalah aorta dengan diameter mencapai 25 mm ; aorta membawa darah dari
jantung sampai sekitar 40 cm per detik. Sebagian besar arteri lain memiliki
diameter 4 - 7 mm dan tebal dinding 1 mm (Suarniati, 2016).
Arteri berfungsi sebagai saluran transit cepat bagi darah dari jantung ke
berbagai organ (karena radiusnya yang besar, arteri tidak banyak
menimbulkan resistensi terhadap aliran darah) dan berfungsi sebagai
reservoir tekanan untuk menghasilkan gaya pendorong bagi darah ketika
jantung dalam keadaan relaksasi (Sherwood, 2014).
a. Arteri elastik
b.Arteri muskular
Arteri elastis bercabang menjadi arteri muskular berukuran sedang dan
memiliki serabut otot polos pada dindingnya untuk merespons stimulus saraf.
Arteri ini disebut arteri penyebar (penghantar); ukuran lumennya sistem diatur
sistem saraf, sehingga volume darah yang dikirim ke berbagai bagian tubuh
untuk memenuhi kebutuhan tertentu dapat dikendalikan.
c. Arteri kecil
Arteri kecil tersusun dari otot dan serabut elastis dalam jumlah yang
beragam. Komposisi jumlahnya bergantung pada ukuran dan posisi arteri.
Serabut ini menahan aliran pulsatil darah menjadi aliran yang tenang.
d. Arteriol
Sumber : http://www.materi.co.id
b. Sinus Ginjal, adalah rongga berisi lemak yang membuka pada hilus. Sinus
ini membentuk perlekatan untuk jalan masuk dan keluar ureter, vena dan
arteri renalis, saraf dan limfatik.
Sumber : http://www.seppuloepa.co.id
Nefron merupakan unit fungsional ginjal, pada masing-masing ginjal
terdiri 1-4 juta nefron. Nefron terdiri atas komponen vaskuler dan tubuler.
Komponen vaskuler atau pembuluh darah kapiler di antaranya glomerulus,
arteriole aferen, dan kapiler peritubuler. Sedangkan komponen tubuler
merupakan penampung hasil filtrasi dari glomerulus, terdiri atas kapsul
Bowman, tubulus kontortus proksimal, ansa Henle, tubulus kontortus distal,
dan duktus pengumpul. Salah satu komponen penting nefron adalah
glomerulus yang merupakan cabang dari arteriole aferen dan membentuk
anyaman-anyaman kapiler (Suarnianti, 2016).
Setiap nefron mulai sebagai berkas kapiler (badan Malpighi atau
glomerulus) yang erat tertanam dalam ujung atas yang lebar pada uriniferus
atau nefron. Dari sini tubulus berjalan sebagai berkelok-kelok dan sebagian
lurus. Bagian pertama tubulus berkelok-kelok dikenal sebagai kelokan
pertama atau tubula proksimal dan sesudah itu terdapat sebuah simpai,
simpai Henle. Kemudian tubula itu berkelok-kelok lagi, disebut kelokan kedua
atau tubula distal, yang bersambung dengan tubula penampung yang
berjalan melintasi korteks dan medula, untuk berakhir di puncak salah satu
pramidis (Pearce, 2013).
Nefron memiliki beberapa struktur , yaitu (Sloane, 2016):
a. Glomerulus
Glomerulus adalah gulungan kapilar yang dikelilingi kapsul epitel
berdinding ganda disebut kapsul Bowman. Glomerulus dan kapsul Bowman
bersama-sama membentuk sebuah korpuskel ginjal. Lapisan viseral kapsul
Bowman adalah lapisan internal epitelium. Sel-sel lapisan viseral
dimodifikasi menjadi podosit (“sel seperti kaki”), yaitu sel-sel epitel khusus di
sekitar kapiler glomerular. Setiap sel podosit melekat pada permukaan luar
glomerular melalui beberapa prosesus primer panjang yang mengandung
prosesus sekunder yang disebut prosesus kaki atau pedikel (“kaki kecil”).
Pedikel berinterdigitasi (saling mengunci) dengan prosesus yang sama
dari podosit tetangga. Ruang sempit antara pedikel-pedikel yang
berinterdigitasi disebut filtration slits (pori-pori dari celah) yang lebarnya
sekitar 25 mm. Setiap ori dilapisi selapis membran tipis yang memungkinkan
aliran beberapa molekul dan menahan aliran molekul lainnya. Barler filtrasi
glomerular adalah barier jaringan yang memisahkan darah dalam kapiler
glomerular dari ruang dalam kapsul Bowman. Barier ini terdiri dari endotelium
kapiler, membran dasar (lamina basalis) kapiler, dan filtration slit.
Lapisan parietal kapsul Bowman membentuk tepi terluar korpuskel
ginjal. Pada kutub vaskular korpuskel ginjal, arteriola aferen masuk ke
glomerulus dan arteriol aferen keluar dari glomerulus. Pada kutub urinarius
korpuskel ginjal, glomerulus memfiltrasi aliran yang masuk ke tubulus
kontortus proksimal.
b. Tubulus Kontortus Proksimal
Tubulus kontortus proksimal memiliki panjang mencapai 15 mm dan
sangat berliku. Pada permukaan yang menghadap lumen tubulus ini terdapat
sel-sel epitelial kuboid yang kaya akan mikrovilus (brush,border) dan
memperluas area permukaan lumen.
c. Ansa Henle
Ansa Henle tubulus kontortus proksimal mengarah ke tungkai desenden
ansa Henle yang masuk ke dalam medula, membentuk lengkungan jepit yang
tajam (lekukan), dan membalik ke atas membentuk tungkai asenden ansa
Henle. Nefron korteks terletak di bagian terluar korteks. Nefron ini memiliki
lekukan pendek yang memanjang ke sepertiga bagian atas medula nefron
jukstamedular terletak di dekat medula. Nefron ini memiliki lekukan panjang
yang menjulur ke dalam piramida medula.
d. Tubulus Kontortus Distal
Tubulus kontortus distal juga sangat berliku, panjangnya sekitar 5 mm
dan membentuk segmen terakhir nefron. Disepanjang jalurnya, tubulus ini
bersentuhan dengan dinding arteriol aferen. Bagian tubulus yang
bersentuhan dengan arteriol mengandung sel-sel termodifikasi yang disebut
macula densa. Macula densa berfungsi sebagai suatu kemoreseptor dan di
spinulasi oleh penurunan ion natrium. Dinding arteriol aferen yang
bersebelahan dengan macula densa mengandung sel-sel otot polos
termodifikasi yang disebut sel jukstaglomerular. Sel ini di stimulasi melalu
penurunan tekanan darah untuk memproduksi renin. Macula densa, sel
jukstaglomerular, dan sel mesangium saling bekerja sama untuk membentuk
aparatus jukstglomerular yang penting dalam pengaturan tekanan darah.
e. Tubulus dan Duktus Pengumpul
Karena setiap tubulus pengumpul berdensenden di korteks, maka
tubulus tersebut akan mengalir ke sejumlah tubulus kontortus distal. Tubulus
pengumpul membentuk duktus pengumpul besar yang lurus. Duktus
pengumpul membentuk tuba yang lebih besar yang mengalirkan urine ke
dalam kaliks minor. Kaliks minor bermuara ke dalam pelvis ginjal melalui
kaliks mayor dari pelvis ginjal, urie dialirkan ke ureter yang mengarah ke
kandung kemih.
II.2.3. Ureter
Terdapat dua ureter berupa pipa saluran, yang masing-masing
bersambung dengan ginjal dan dari ginjal berjalan ke kandung kencing.
(Pearce, 2013).
Tebal setiap ureter kira-kira setebal tangkai bulu angsa dan panjangnya
35 sampai 40 sentimeter. Terdiri atas dinding luar yang fibrus, lapisan tengah
yang berotot, dan lapisan mukosa sebelah dalam. Ureter mulai sebagai
pelebaran hilum ginjal dan berjalan kebawah melalui rongga abdomen masuk
ke dalam pelvis dan dengan arah oblik bermuara kedalam sebelah posterior
kandung kencing (Pearce, 2013).
II.2.4. Kandung Kemih
Kandung kemih bekerja sebagai penampung urine, organ ini berbentuk
buah pir (kendi) (Pearce, 2013). Kandung kemih dapat mengembang dan
mengempis seperti balon karet, terletak di belakang simfisis pubis di dalam
rongga panggul. Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu,
peritoneum (lapisan sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan
lapisan mukosa (lapisan bagian dalam). Bagian vesika urinaria terdiri dari
(Naira & Widayati, 2017):
a. Fundus, yaitu bagian yang menghadap ke arah belakang dan bawah,
bagian ini terpisah dari rectum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh
jaringan ikat duktus deferent, vesika seminalis dan prostate.
b. Korpus, yaitu bagian antara vertex dan fundus.
c. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan
ligamentum vesika umbikalis.
II.2.5. Uretra
PEMBAHASAN
1. Sel kontraktil yang membentuk 99% dari sel-sel otot jantung, melakukan
kerja mekanis memompa darah. Dalam keadaan normal, sel ini tidak
membentuk sendiri potensial aksinya.
Sel otoritmik jantung merupakan sel otot jantung khusus yang berbeda
dari sel saraf dan sel otot rangka dimana sel otoritmik jantung tidak memiliki
potensial istirahat. Sel ini memperlihatkan aktivitas pemicu yaitu potensial
membran secara perlahan terdepolarisasi sampai ke ambang (potensial
pemicu). Dengan siklus yang berulang tersebut, sel otoritmik memicu
potensial aksi yang kemudian menyebar ke seluruh jantung untuk memicu
denyut berirama tanpa rangsangan saraf apapun. Sel-sel jantung otoritmik ini
membentuk area tersendiri (Guyton, 2006):
a. Nodus Sinoatrial (nodus SA), suatu daerah khusus di dinding atrium kanan
dekat pintu masuk vena cava superior.
Dari nodus AV ini, cabang dari serat konduksi yaitu berkas His melalui
otot jantung sampai septum interventrikular. Berkas His ini kemudian
bercabang menjadi kanan (right bundle) dan cabang kiri (left bundle).
Walaupun berkas His mendistribusikan energi listrik ini sampai melewati
permukaan medial ventrikel, kontraksi sesungguhnya di stimulasi oleh berkas
purkinje (serat otot konduksi) yang muncul dari cabang bundle yang
dilanjutkan ke sel miokardium ventrikel (Sherwood, 2014).
III.1.2. Sirkulasi Darah
Sumber : http://www.pelajaran.co.id
Jantung adalah organ utama sirkulasi darah. Aliran darah dari ventrikel
kiri melalui arteri , arteriola, dan kapiler kembali ke atrium kanan melalui vena
disebut peredaran darah besar atau sirkulasi sistemik. Aliran dari ventrikel
kanan, melalui paru-paru, ke atrium kiri adalah peredaran kecil atau sirkulasi
pulmonal. Adapun sirkulasi darah terdiri dari dua peredaran, yaitu (Pearce,
2013):
Darah dari vena tadi kemudian masuk ke dalam ventrikel kanan yang
berkontraksi dan memompanya ke dalam arteri pulmonalis. Arteri ini
bercabang dua untuk menghantarkan darahnya ke paru-paru kanan dan kiri.
Darah tidak sukar memasuki pembuluh-pembuluh darah yang mengalir paru-
paru. Di dalam paru-paru setiap arteri membelah menjadi arteriola dan
akhirnya menjadi kapiler pulmonal yang mengitari alveoli di dalam jaringan
paru-paru untuk memungut dan melepaskan karbon dioksida. Kemudian
kapiler pulmonal bergabung menjadi vena, dan darah kembalikan ke jantung
oleh empat vena pulmonalis dan darahnya dituangkan dalam atrium kiri.
Darah ini mengalir masuk ke dalam ventrikel kiri. Ventrikel ini berkontraksi
dan darah dipompa masuk ke dalam aorta.
1. Sistol atrium
2. Sistol ventrikel
Setelah ventrikel terisi darah dari dan karena adanya depolarisasi dari
AV node, bundle His dan dengan cepat ke serabut purkinje maka mulailah
terjadi kontraksi ventrikel. Pada saat sistol terjadi katup atrioventikular
(trikuspidalis dan bikuspidalis) menutup dan menimbulkan bunyi “lub” atau
dikenal dengan bunyi jantung I (S1) dan membukanya katup semilunar (katup
aorta dan pulmonalis). Pada saat ini pula darah dipompakan keluar ventrikel.
Darah dari ventrikel kanan dipompakan ke paru-paru untuk dioksigenasi
sedangkan dari ventrikel kiri dari dipompakan ke seluruh tubuh melalui aorta.
3. Diastol ventrikel
Pada saat diastol ventrikel menjadi rileks sehingga tekanannya lebih
rendah dari pada tekanan atrium, hal ini menimbulkan darah mengalir dan
mengisi ventrikel. Sekitar 70% pengisian ventrikel berlangsung sebelum sistol
atrium. Pada keadaan diastol katup semilunar menutup dan menimbulkan
bunyi “dup” atau bunyi jantung II (S2). (Ethel,2016).
Dua penentu utama tekanan darah arteri rata-rata adalah curah jantung
dan resistensi perifer total. Aliran darah ke suatu jaringan bergantung pada
gaya dorong berupa tekanan darah arteri rata-rata dan derajat vasokonstriksi
arteriol-arteriol jaringan tersebut. Karena, tekanan arteri rata-rata bergantung
pada curah jantug dan derajat vasokonstriksi arteriol, jika arteriol di salah
satu jaringan berdilatasi, arteriol di jaringan lain akan mengalami konstriksi
untuk mempertahankan tekanan darah arteri yang adekuat, sehingga darah
mengalir tidak saja ke jaringan yang mengalami vasodilatasi tetapi juga ke
otak, yang harus mendapatkan pasokan darah yang kostan (Manembu dkk,
2015).
Sumber : http://www.ilmubiologi.com
PENUTUP
IV.1. Kesimpulan
Cameron JR,. 2006. Fisika Tubuh Manusia Edisi II. Jakarta: EGC.
Firmansyah, Rikky, dkk. 2014. Mudah dan Aktif Belajar Biologi. Jakarta: PT.
Setia Purna
Johnson, M.D. 2012. Human Biology Concept and Current Issue. sixth
Edition. Boston: Benjamin Cumings.
Mader, S.S. & Windelspecth, M. 2011. Human Biology. Twelept Edition. New
York: McGrawHill Company.
Manembu, dkk. 2015. Pengaruh Posisi Duduk dan Berdiri Terhadap Tekanan
Darah Sistolik dan Diastolik pada Pegawai Negeri Sipil
Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal e-Biomedik Volume 3 Nomor
3. Manado: Universitas Sam Ratulangi.
Moore KL, Anne MR. 2012. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta: Hipokrates.
Nauri, Nian A. & Widayati, Dhina. 2017. Gangguan Pada Sistem Perkemihan
& Penatalaksanaan Keperawatan. Yogyakarta: Deepublish.
Sloane, Ethel. 2016. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.
Sherwood, Lauralee. 2014. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem Edisi IX.
Jakarta : EGC.
Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi VI.
Jakarta: EGC.
Widodo, Th. Sri. 2006. Akuisisi, Pengolahan dan Analisis Isyarat Suara
Jantung. Forum Teknik UGM Volume : XXX No. 3. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada.