Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN LENGKAP

ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA


“SISTEM KARDIOVASKULAR & SISTEM URINARIA”

OLEH :

GOLONGAN 1

STIFA A 2019

ASISTEN : STEPHANI

LABORATORIUM FARMAKOLOGI FARMASI


PROGRAM STUDI S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR
MAKASSAR
2020
BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Sistem kardiovaskular merupakan sistem yang menjalankan proses


sirkulasi yang terjadi dalam tubuh manusia. Sistem kardiovaskular dapat
berjalan dengan baik karena ditunjang oleh organ yang menyusunnya
(jantung dan pembuluh darah) (Ronny, dkk, 2010).

Pada dasarnya jantung adalah alat tubuh yang berfungsi sebagai pompa
darah, yang sejak bayi dalam kandungan ibunya telah mulai bekerja, dan
tidak akan berhenti selama kita hidup. Dengan denyutan ini, jantung
memompa darah yang kaya akan oksigen dan zat makanan ke seluruh tubuh
termasuk arteri koroner, serta darah yang kurang oksigen ke paru – paru
untuk mengambil oksigen (Soeharto, Iman, 2004).

Pembuluh darah juga sangat berperan dalam menentukan tekanan yang


dihasilkan oleh proses pemompaan jantung sehingga proses pendistribusian
darah, zat gizi, dan pembuangan sisa metabolik dapat berjalan dengan baik
(Ronny, dkk, 2010).
Setiap hari, kita akan selalu mengeluarkan sisa metabolisme dalam
bentuk cairan. Proses tersebut salah satunya adalah buang air kecil (urine).
Urine yang dibuang setiap hari merupakan hasil dari sistem urinaria. Pusat
atau organ utama dari sistem urinaria adalah ginjal (Firmansyah, Rikky, dkk,
2014).
Fungsi utama dari sistem urinaria adalah memproduksi urine. Selain itu,
sistem urinaria dapat mempertahankan keseimbangan air di dalam tubuh,
mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh, serta mengatur pH
cairan tubuh. Hal-hal tersebut terjadi karena ginjal dapat mengeluarkan
secara efektif sisa metabolisme dan air dalam jumlah tertentu. Dengan
begitu, komposisi cairan tubuh berada dalam keadaan optimal. Sistem
urinaria terdiri atas dua ginjal, dua ureter, satu kantung kemih (vesica
urinaria), dan satu uretra (Firmansyah, Rikky, dkk, 2014).
Adapun hubungan percobaan dalam bidang farmasi yaitu karena dalam
bidang farmasi juga diperlukan pengetahuan mengenai sistem kardiovaskular
dan urinaria yang berhubungan dengan pemerian obat dan mekanisme kerja
obat terhadap sistem tersebut (Setiadi, 2007).
I.2. Maksud Dan Tujuan
I.2.1. Maksud Percobaan
Adapun maksud percobaan ini dilakukan agar praktikan dapat
mengetahui dan memahami bagian-bagian dari sistem kardiovaskular dan
sistem urinaria pada manusia serta fungsinya.
I.2.2. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan percobaan ini dilakukan yaitu untuk mengetahui
penjelasan secara singkat tentang sistem kardiovaskular dan sistem urinaria.
I.3. Prinsip Percobaan
Adapun prinsip percobaan dari praktikum ini yaitu didasarkan pada
pengamatan anatomi dan fisiologi sistem kardiovaskular dan sistem urinaria
menggunakan torso serta melakukan pengukuran denyut jantung dan
tekanan darah pada manusia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Sistem Kardiovaskular

Sistem kardiovaskular pada prinsipnya terdiri dari jantung, pembuluh


darah dan saluran limfe. Sistem ini berfungsi untuk mengangkut oksigen,
nutrisi, dan zat-zat lain untuk didistribusikan keseluruh tubuh serta membawa
bahan-bahan hasil akhir metabolisme untuk dikeluarkan dari tubuh (Fikriana,
2018).

Sistem sirkulasi (sistem kardiovaskular) yang berperan terhadap


homeostasis sebagai sistem pengangkut di tubuh terdiri dari jantung,
pembuluh darah, dan darah. Seluruh jaringan tubuh secara konstan
bergantung pada aliran darah penunjang kehidupan yang disediakan oleh
jantung dengan berkontraksi, atau berdenyut. Jantung menggerakkan darah
melalui pembuluh darah untuk dialirkan ke jaringan dalam jumlah yang cukup
saat tubuh dalam keadaan istirahat maupun sedang melakukan latihan berat
(Sherwood, 2014).
II.1.1. Anatomi Jantung

Sumber : http://www.pelajaran.co.id
Jantung merupakan organ berongga dan berotot seukuran kepalan
tangan, hanya memiliki panjang sekitar 12 cm, lebar 9 cm dan tebal 6 cm.
Beratnya sekitar 200 sampai 425 gram, pada laki-laki sekitar 310 gram, pada
perempuan sekitar 225 gram. Bentuknya menyerupai kubah atau buah pir
dengan ujungnya, apeks, menghadap ke bawah dan kiri. Organ ini terletak di
rongga toraks (dada) sekitar garis tengah antara sternum (tulang dada) di
sebelah anterior dan vertebrata (tulang belakang) di posterior. Jantung
berfungsi sebagai pompa yang memberi tekanan pada darah untuk
menghasilkan gradien tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan darah ke
jaringan. Seperti semua cairan, darah mengalir menuruni gradien tekanan
dari daerah dengan tekanan tinggi ke daerah dengan tekanan rendah
(Suarnianti, 2016).

Jantung terdiri atas dua belahan yaitu belahan kanan dan belahan kiri,
kedua belahan tersebut dipisahkan oleh otot pemisah yang disebut septum.
Setiap belahan terdiri atas 2 ruang yaitu ruang pengumpul yang disebut
atrium dan ruang pemompa yang disebut ventrikel. Dengan demikian jantung
memiliki empat ruangan yaitu atrium kanan, ventrikel kanan, atrium kiri dan
ventrikel kiri. Jantung terdapat tiga lapisan jantung yaitu lapisan bagian luar
yang disebut perikardium, lapisan bagian tengah disebut miokardium, dan
lapisan bagian dalam disebut lapisan endokardium. Jantung memiliki dua tipe
katup yaitu katup atrioventrikuler dan katup semilunar (Suarnanti, 2016).
II.1.1.1. Rongga Jantung
a. Atrium Kanan
Dinding atrium kanan berukuran tipis, rata-rata 2 mm. Terletak agak ke
depan dibandingkan ventrikel kanan dan atrium kiri. Pada bagian antero-
superior terdapat lekukan ruang atau kantung berbentuk daun telinga yang
disebut auricle. Atrium kanan merupakan muara dari vena cava superior
bermuara pada dinding supero-posterio. Vena cava inferior bermuara pada
dinding inferior-latero-posterior. Pada muara vena cava inferior ini terdapat
lipatan katup rudimenter yang disebut katup Eustachii. Pada dinding medial
atrium kanan bagian postero-inferior terdapat septum inter-atrialis. Pada
pertengahan septum inter-atrialis terdapat lekukan dangkal berbentuk lonjong
yang disebut fossa ovalis, yang mempunyai lipatan tetap dibagian anterior
yang disebut nimbus-fossa ovalis. Diantara muara vena cava interior dan
katup crituspidalis terdapat sinus coronaries, yang menampung darah vena
dari dinding jantung dan bermuara pada atrium kanan. Pada muara sinus
coronaries terdapat lipatan jaringan ikat rudimenter yang disebut katup
Thebesi. Pada dinding atrium kanan terdapat nodus sumber listrik jantung,
yaitu Nodus sino-atrial terletak dipinggir lateral pertemuan muara vena cava
superior dengan auricle, tepat dibawah sulcus terminalis. Nodus Atri-
Ventricular terletak pada anter-medial muara sinus coronaries, di bawah
katup tricuspidalis. Fungsi atrium kanan adalah tempat penyimpanan dan
penyalur darah dari vena-vena sirkulasi sistemik kedalam ventrikel kanan dan
kemudian ke paru-paru (Wahyuningsih & Kusmanti, 2017).
b. Atrium Kiri
Terletak postero-superior dari ruang jantung, tebal dinding atrium kiri 3
mm, sedikit lebih tebal dari dinding atrium kanan. Endokardiumnya licin dan
otot pectinatus hanya ada pada auricle. Atrium kiri menerima darah yang
sudah dioksigenasi dari empat vena pulmonalis yang bermuara pada dinding
postero-superior atau postero-lateral, masing-masing sepasang vena kanan
dan kiri. Antara vena pulmonalis dan atrium kiri tidak terdapat katup sejati.
Oleh karena itu, perubahan tekanan dalam atrium kiri membalik retrograde ke
dalam pembuluh darah paruh. Peningkatan tekanan atrium kiri yang akut
akan menyebabkan bendungan pada paru. Darah mengalir dari atrium kiri ke
ventrikel kiri melalui katup mitralis (Wahyuningsih & kusmanti, 2017).
c. Ventrikel Kanan
Terletak ruang paling depan didalam rongga toraks, tepat dibawah
manubrium sterni. Sebagian besar ventrikel kanan berada di kanan depan
ventrikel kiri dan di medial atrium kiri. Ventrikel kanan berbentuk bulan sabit
atau setengah bulatan, tebal dindingnya 4-5 mm. Bentuk ventrikel kanan
seperti ini guna menghasilkan kontraksi bertekanan rendah yang cukup untuk
mengalirkan darah ke dalam arteri pulmonalis. Sirkulasi pulmonalis
merupakan sistem aliran darah bertekanan rendah, dengan resistensi yang
jauh lebih kecil terhadap aliran darah dari ventrikel kanan, dibandingkan
tekanan tinggi sirkulasi sistemik terhadap aliran darah dari ventrikel kiri.Oleh
karena itu, tebal dinding ventrikel kanan hanya sepertiga dari tebal dinding
ventrikel kiri. Selain itu, bentuk bulan sabit atau setengah bulatan ini juga
merupakan akibat dari tekanan ventrikel kiri yang lebih besar dari pada
tekanan di ventrikel kanan. Di samping itu, secara fungsional septum lebih
berperan pada ventrikel kiri sehingga sinkronisasi gerakan lebih mengikuti
gerakan ventrikel kiri ( Wahyuningsih &Kusmanti, 2017).
d. Ventrikel Kiri
Berbentuk lonjong seperti telur, dimana pada bagian ujungnya
mengarah ke antero-inferior kiri menjadi Apex Cordis bagian dasar ventrikel
tersebut adalah Annulus Mitralis. Tebal dinding ventikel kiri 2-3x lipat tebal
dinding ventrikel kanan, sehingga menempati 75% masa otot jantung
seluruhnya. Tebal ventrikel kiri saat diastole adalah 8-12 mm. Ventrikel kiri
harus menghasilkan tekanan yang cukup tinggi untuk mengatasi tahanan
sirkulasi sistemik, dan mempertahankan aliran udara ke jaringan-jaringan
perifer. Sehingga keberadaan otot-otot yang tebal dan bentuknya yang
menyerupai lingkaran, mempermudah pembentukan tekanan tinggi selama
ventrikel berkontraksi. Batas dinding medialnya berupa septum
interventrikulare yang memisahkan ventrikel kiri dengan ventrikel kanan.
Rentangan septum ini berbentuk segitiga, dimana dasar segitiga tersebut
adalah pada daerah katup aorta. Septum interventrikulare terdiri dari dua
bagian yaitu bagian muskulare (menempati hampir seluruh bagian septum)
dan bagian membraneus. Pada dua pertiga dinding septum terdapat serabut
otot Trabeculae Carnae dan sepertiga bagian endokardiumnya licin. Septum
interventrikularis ini membantu memperkuat tekanan yang ditimbulkan oleh
seluruh ventrikel pada saat kontraksi. Pada kontraksi, tekanan di ventrikel kiri
meningkat sekitar 5x lebih tinggi dari pada tekanan di ventrikel kanan. Bila
ada hubungan abnormal antara kedua ventrikel (seperti pada kasus robeknya
septum pasca infrak miokardium), maka mengalir dari kiri ke kanan melalui
robekan tersebut. Akibatnya jumlah aliran darah dati ventrikel kiri melalui
katup aorta kedalam aorta akan berkurang (Wahyuningsih & Kusmati, 2017).
II.1.1.2. Lapisan Jantung
a. Perikardium
Jantung tersusun atas otot yang bersifat khusus dan terbungkus sebuah
membran yang disebut perikardium. Membran itu terdiri atas dua lapisan
yaitu perikardium viseral adalah membran serus yang lekat sekali pada
jantung dan perikardium parietal adalah lapisan fibrus yang terlipat keluar dari
basis jantung dan membungkus jantung sebagai kantong longgar. Karena
susunan ini, jantung berada di dalam dua lapis kantong perikardium, dan
diantara dua lapisan itu ada cairan serus. Karena sifat meminyaki dari cairan
itu, jantung dapat bergerak bebas (Pearce, 2013)
b. Miokardium
Miokardium adalah lapisan dinding jantung kedua di bawah epikardium.
Lapisan ini adalah lapisan paling tebal yang terdiri atas jaringan otot-otot
jantung. Lapisan miokardium inilah yang memungkinkan terjadinya gerak
jantung yang berdenyut memompa darah ke seluruh tubuh (Kuntoadi, 2019).
Miokardium merupakan lapisan tengah yang terdiri dari otot jantung,
membentuk sebagian besar dinding jantung. Serat-serat otot ini tersusun
secara spiral dan melingkari jantung. Lapisan otot yang akan menerima
darah dari arteri koroner (Wahyuningsih & Kusmiyati, 2017).
c. Endokardium
Endokardium, merupakan lapisan interior ruang jantung. Seperti
epikardium, endokardium terdapat endothelium yang terbentuk oleh
sekuamosa sederhana dibagian atas lapisan tipis jaringan areola; Namun
endokardium meliputi permukaan katup dan terus menyatu dengan
endothelium pembuluh darah. (Mader, 2014)
Disebelah dalam jantung dilapisi endelium. Lapisan ini disebut
endokardium. Katup-katupnya hanya merupakan bagian yang lebih tebal dari
membran ini (Pearce, 2013).
II.1.1.3. Katup Jantung
Katup jantung berfungsi mempertahankan aliran darah searah melalui
bilik-bilik jantung. Setiap katup berespons terhadap perubahan tekanan.
Katup-katup terletak sedemikian rupa, sehingga mereka membuka dan
menutup secara pasif karena perbedaan tekanan, serupa dengan pintu satu
arah. Katup jantung dibagi dalam dua jenis, yaitu katup atrioventrikular dan
katup semilunar sebagai berikut:
1. Katup atrioventrikular

Terletak antara atrium dan ventrikel, sehingga disebut katup


atrioventrikular. Katup yang terletak di antara atrium kanan dan ventrikel
kanan mempunyai tiga buah katup disebut katup trikuspid. Terdiri dari tiga
otot yang tidak sama, yaitu (Pearce, 2013):

a. Anterior, yang merupakan paling tebal, dan melekat dari daerah


infundibunder ke arah kaudal menuju infero-lateral dinding ventrikel kanan.

b. Septal, melekat pada kedua bagian septum muskuler maupun


membraneus.
c. Posterior, yang merupakan paling kecil, melekat pada cincin trikuspidalis
pada sisi postero-inferior.

Sedangkan katup yang letaknya di antara atrium kiri dan ventrikel kiri
mempunyai dua bagian daun katup disebut kutup mitral. Katup mitral terdiri
dari dua bagian, yaitu daun katup mitral anterior dan posterior. Daun katup
anterior lebih lebar dan mudah bergerak, melekat seperti tirai dari basal
ventrikel kiri dan meluas secara diagonal sehingga membagi ruang aliran
menjadi alur masuk dan alur keluar.
2. Katup semilunar
Disebut semilunar (“bulan separuh”) karena terdiri dari tiga daun katup,
masing-masing mirip dengan bulan separuh. Katup semilunar memisahkan
ventrikel dengan arteri yang berhubungan. Katup pulmonal terletak pada
arteri pulmonalis, memisahkan pembuluh ini dari ventrikel kanan. Katup aorta
terletak antara ventrikel ke arteri pulmonalis atau aorta selama sistole
ventrikel, dan mencegah aliran balik waktu diastole ventrikel (Pearce, 2013)..
II.1.2. Pembuluh Darah
Pembuluh darah adalah serangkaian tuba tertutup yang bercabang dan
membawa darah dari jantung ke jaringan kemudian kembali ke jantung
(Sloane, 2016). Pembuluh darah mengangkut dan mendistribusikan darah
yang dipompa oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan oksigen
dan pengantaran nutrisi, pembuangan zat sisa, dan pensinyalan hormon.
Arteri yang sangat elastik mengangkut darah dari jantung ke organ-organ
tubuh dan berfungsi sebagai penyedia tekanan untuk terus mengalirkan
darah ketika jantung sedang relaksasi dan mengisi. Tekanan darah arteri
rata-rata diatur dengan cermat dengan memastikan pasokan darah yang
adekuat ke organ-organ tubuh.jumlah darah yang mengalir menuju organ
tertentu bergantung pada kaliber arteriol (diameter internal) yang
mengandung banyak otot yang mendarahi organ tubuh. Kaliber arteriol
berada di bawah kontrol sehingga aliran darah ke organ tertentu dapat
disesuaikan secara bervariasi untuk memenuhi kebutuhan tubuh pada saat
itu. Kapiler yang berdinding tipis adalah tempat pertukaran yang sebenarnya
antara darah dan sel jaringan di sekitarnya. Vena yang sangat mudah
teregang mengembalikan darah dari organ ke jantung dan berfungsi sebagai
reservoir darah (Sherwood, 2014).
II.1.2.1. Arteri
Arteri membawa darah dari jantung menuju organ dan jaringan. Selain
dari arteri, pulmonal, seluruh arteri pulmonal, seluruh arteri membawa
beroksigen. Dinding arteri yang tebal, berlapisan otot, dan elastis dapat
bertahan dari tekanan tinggi saat jantung berkontraksi. Arteri menyempit jika
jantung berelaksasi, membantu mendorong darah maju. Arteri terbesar
adalah aorta dengan diameter mencapai 25 mm ; aorta membawa darah dari
jantung sampai sekitar 40 cm per detik. Sebagian besar arteri lain memiliki
diameter 4 - 7 mm dan tebal dinding 1 mm (Suarniati, 2016).
Arteri berfungsi sebagai saluran transit cepat bagi darah dari jantung ke
berbagai organ (karena radiusnya yang besar, arteri tidak banyak
menimbulkan resistensi terhadap aliran darah) dan berfungsi sebagai
reservoir tekanan untuk menghasilkan gaya pendorong bagi darah ketika
jantung dalam keadaan relaksasi (Sherwood, 2014).

Arteri memiliki empat jenis, yaitu (Sloane, 2016):

a. Arteri elastik

Arteri terbesar pada jantung memiliki dinding yang tersusun terutama


dari jaringan elastik. Distensi jaringan sistole dan pengerutan saat diastole
berperan penting dalam kontinuitas aliran darah, diluar pengaruh sifat pulsatil
denyut jantung.

b.Arteri muskular
Arteri elastis bercabang menjadi arteri muskular berukuran sedang dan
memiliki serabut otot polos pada dindingnya untuk merespons stimulus saraf.
Arteri ini disebut arteri penyebar (penghantar); ukuran lumennya sistem diatur
sistem saraf, sehingga volume darah yang dikirim ke berbagai bagian tubuh
untuk memenuhi kebutuhan tertentu dapat dikendalikan.

c. Arteri kecil

Arteri kecil tersusun dari otot dan serabut elastis dalam jumlah yang
beragam. Komposisi jumlahnya bergantung pada ukuran dan posisi arteri.
Serabut ini menahan aliran pulsatil darah menjadi aliran yang tenang.

d. Arteriol

Arteriol merupakan arteri kecil dengan lumen sempit dan dinding


muskular tebal, membawa darah ke jaringan kapiler. Pembuluh ini disebut
arteri tahanan karena di bawah pengaruhi saraf simpatis, pembuluh ini
menyediakan sisi tahanan utama untuk meningkatkan tekanan darah.
II.1.2.2. Vena
Vena lebih teratur dari arteri dan dinding vena lebih tipis. Darah di dalam
vena bertekanan rendah, sehingga mengalir dengan lambat dan lembut.
Pada banyak vena yang berukuran lebih besar, khususnya vena panjang di
dalam tungkai kaki, memiliki katup yang terbentuk dari jaringan tunggal sel
pelapis tunggal menyerupai saku (endotelium). Katup ini mencegah darah
mengalir kembali ke bawah tangkai kaki, pekerjaan yang dibantu oleh otot
disekitar vena yang berkontraksi saat bergerak. Dua vena utama yang
mengembalikan darah dari belahan atas dan bawah tubuh disebut vena cava
superior dan inferior (Suarnianti, 2016).
Vena berfungsi sebagai reservoir darah yaitu ketika akan darah rendah,
vena dapat menyimpan kelebihan darah sebagai cadangan sifatnya yang
mudah teregang secara pasif. Vena memiliki radius yang besar sehingga
resistensinya rendah terhadap aliran darah. Selain itu, karena luas potongan
melintang total sistem vena secara bertahap berkurang seiring dengan
menyatunya vena-vena kecil menjadi pembuluh yang semakin besar yang
semakin sedikit, aliran darah menjadi lebih cepat ketika mendekati jantung
( Sherwood, 2014).
II.1.2.3. Kapiler

Pembuluh darah terkecil dan paling banyak, kapiler membawa darah di


antara arteri dan vena. Kapiler biasanya berukuran panjang 1 mm lebih kecil,
diameter sekitar 0,01 mm, dan sedikit lebih lebar dari sebuah sel darah
merah, sekitar 0,007 mm. Banyak kapiler mauk ke dalam jaringan
membentuk bantal kapiler (daerah tempat oksigen dan zat gizi lain di lepas
dan zat sisa masuk ke dalam darah. Setiap waktu, hanya 5% darah tubuh
berada dalam kapiler, dengan 20% dalam arteri dan 75% dalam vena
(Suarnianti, 2016)

II.1.3. Gangguan pada Sistem Kardiovaskular


II.1.3.1. Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner yaitu kondisi dimana adanya timbunan lemak
di pembuluh darah arteri koroner pada jantung yang merubah peran dan
bentuk arteri dan menghambat aliran darah menuju jantung terlambat.
Penyakit jantung koroner terjadi secara tidak langsung, biasanya seseorang
akan mengalami proses penyempitan pembuluh koroner dalam kurun waktu
yang cukup lama, jadi semua orang mempunyai risiko terhadap penyakit
jantung koroner. Selain itu, ada faktor lain yang menjadi penyebab seseorang
mengalami penyakit jantung koroner, faktor tersebut adalah gaya hidup dan
faktor genetik. Faktor risiko penyakit jantung koroner terbagi menjadi dua
kelompok besar, yaitu : faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi atau tidak
dapat dicegah dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi atau dapat dicegah.
Faktor risiko penyakit jantung koroner yang tidak dapat dicegah meliputi usia,
riwayat keluarga, jenis kelamin. Sedangkan faktor risiko yang dapat dicegah
antara lain : hipertensi, merokok, diabetes mellitus, aktivitas fisik pasif, serta
obesitas (Brunner & Suddarth, 2013).
II.1.3.2. Hipertensi
Hipertensi disebut juga sebagai penyakit tekanan darah tinggi. orang
yang mengidap hipertensi memiliki nilai sistol dan diastol melebihi batas
normal (>140/90 mmHg). Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu hipertensi esensial (hipertensi yang dapat
diketahui penyebabnya), dan hipertensi sekunder (hipertensi yang
disebabkan oleh penyakit lain). Hipertensi menjadi masalahkesehatan
masyarakat yang serius, karena jika tidak terkendali akan berkembang dan
menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Akibatnya bisa fatal karena sering
timbul komplikasi, misalnya stroke (pendarahan otak), penyakit jantung
korener, dan gagal ginjal (Gunawan, 2011).
II.1.3.3. Gagal Jantung

Gagal jantung adalah kelainan dimana jantung tidak dapat memompa


darah yang cukup untuk kebutuhan tubuh. Penyakit ini dapat disebabkan oleh
gangguan kemampuan otot jantung berkontraksi atau meningkatnya beban
dari jantung. Gagal jantung paling sering disebabkan oleh kontraktilitas
miokard, hipertensi lama, atau kardiomiopati (Gray dkk, 2012).

II.2. Sistem Urinaria


Sistem perkemihan (urinaria) adalah suatu sistem yang di dalamnya
terjadi penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak
dipergunakan oleh tubuh. Zat yang tidak dipergunakan dalam tubuh akan
larut dalam air dan dikeluarkan berupa urine (air kemih). Dan zat yang
diperlukan tubuh akan beredar kembali ke dalam tubuh melalui pembuluh
darah kapiler darah ginjal, masuk ke dalam pembuluh darah dan selanjutnya
beredar ke seluruh tubuh. Sistem perkemihan (urinaria) terdiri sepasang
ginjal, sepasang ureter, satu kandung kemih, dan satu uretra, seluruh
komponen ini menjalankan fungsi sitem urine yaitu mengatur volume dan
komposisi cairan tubuh, memindahkan zat sisa dari darah serta membuang
zat sisa dan kelebihan air dari tubuh dalam bentuk urine (Suarnianti, 2016).
Sistem ini membantu mempertahankan homeostasis dengan menghasilkan
urin yang merupakan hasil sisa metabolisme (Soewolo, 2003).
II.2.1. Anatomi Ginjal

Sumber : http://www.materi.co.id

Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak di


kedua sisi kolumna vertebralis (Price, 2015). Kedua ginjal terletak di
retroperitoneal pada dinding abdomen, masing-masing disisi kanan dan kiri
kolumna vertebralis setinggi vertebra torakal 12 sampai vertebra lumbal tiga.
Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah dari pada ginjal kiri karena besarnya
lobus hati kanan (Moore & Anne, 2012).

Pada tepi medial masing-masing ginjal yang cekung terdapat celah


vertikal yang dikenal sebagai hilum renal yaitu tempat arteri renalis masuk
dan vena renalis serta pelvis renalis keluar (Moore & Anne, 2012).
Pada struktur luar ginjal didapati kapsul fibrosa yang keras dan
berfungsi untuk melindungi struktur bagian dalam yang rapuh (Guyton & Hall,
2008).

Ginjal berfungsi untuk pengeluaran zat sisa organik, untuk pengaturan


konsentrasi ion-ion penting, untuk pengaturan keseimbangan asam-basa
tubuh, untuk pengaturan produksi sel darah merah, untuk pengaturan
tekanan darah, untuk pengendalian terbatas terhadap konsentrasi glukosa
darah dan asam amino darah serta untuk pengeluaran zat beracun (Sloane,
2016).

Ginjal terdiri atas 4 bagian struktur internal, yaitu (Sloane, 2016) :

a. Hilus (Hilum), adalah tingkat kecekungan tepi medial ginjal.

b. Sinus Ginjal, adalah rongga berisi lemak yang membuka pada hilus. Sinus
ini membentuk perlekatan untuk jalan masuk dan keluar ureter, vena dan
arteri renalis, saraf dan limfatik.

c. Rongga Ginjal (Pelvis ginjal), merupakan tempat bermuaranya tubulus


yaitu tempat penampungan urine sementara yang akan dialirkan menuju
kandung kemih melalui ureter dan dikeluarkan dari tubuh melalui uretra.
Pelvis ginjal adalah perluasan ujung proksimal ureter. Ujung ini berlanjut
menjadi dua sampai tiga kaliks mayor, yaitu rongga yang mencapai
glandular, bagian penghasil urin penghasil urin pada ginjal. Setiap kaliks
mayor bercabang menjadi beberapa kaliks minor.

d. Parenkim Ginjal, adalah jaringan ginjal yang menyelubungi struktur sinus


ginjal. Jaringan ini terbagi menjadi medula (sumsum ginjal) dan korteks (kulit
ginjal).
1. Kulit Ginjal (Korteks), terdapat jutaan nefron yang terdiri dari badan
malpighi yang tersusun dari glomerulus yang diselubungi kapsul Bowman.
Selain itu terdapat tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, dan
tubulus kolektivus.

2. Sumsum Ginjal (Medula), terdiri atas beberapa badan berbentuk kerucut


(piramida) serta terdapat lengkung henle yang menghubungkan tubulus
kontortus proksimal dan tubulus kontortus distal.
II.2.2. Nefron

Sumber : http://www.seppuloepa.co.id
Nefron merupakan unit fungsional ginjal, pada masing-masing ginjal
terdiri 1-4 juta nefron. Nefron terdiri atas komponen vaskuler dan tubuler.
Komponen vaskuler atau pembuluh darah kapiler di antaranya glomerulus,
arteriole aferen, dan kapiler peritubuler. Sedangkan komponen tubuler
merupakan penampung hasil filtrasi dari glomerulus, terdiri atas kapsul
Bowman, tubulus kontortus proksimal, ansa Henle, tubulus kontortus distal,
dan duktus pengumpul. Salah satu komponen penting nefron adalah
glomerulus yang merupakan cabang dari arteriole aferen dan membentuk
anyaman-anyaman kapiler (Suarnianti, 2016).
Setiap nefron mulai sebagai berkas kapiler (badan Malpighi atau
glomerulus) yang erat tertanam dalam ujung atas yang lebar pada uriniferus
atau nefron. Dari sini tubulus berjalan sebagai berkelok-kelok dan sebagian
lurus. Bagian pertama tubulus berkelok-kelok dikenal sebagai kelokan
pertama atau tubula proksimal dan sesudah itu terdapat sebuah simpai,
simpai Henle. Kemudian tubula itu berkelok-kelok lagi, disebut kelokan kedua
atau tubula distal, yang bersambung dengan tubula penampung yang
berjalan melintasi korteks dan medula, untuk berakhir di puncak salah satu
pramidis (Pearce, 2013).
Nefron memiliki beberapa struktur , yaitu (Sloane, 2016):
a. Glomerulus
Glomerulus adalah gulungan kapilar yang dikelilingi kapsul epitel
berdinding ganda disebut kapsul Bowman. Glomerulus dan kapsul Bowman
bersama-sama membentuk sebuah korpuskel ginjal. Lapisan viseral kapsul
Bowman adalah lapisan internal epitelium. Sel-sel lapisan viseral
dimodifikasi menjadi podosit (“sel seperti kaki”), yaitu sel-sel epitel khusus di
sekitar kapiler glomerular. Setiap sel podosit melekat pada permukaan luar
glomerular melalui beberapa prosesus primer panjang yang mengandung
prosesus sekunder yang disebut prosesus kaki atau pedikel (“kaki kecil”).
Pedikel berinterdigitasi (saling mengunci) dengan prosesus yang sama
dari podosit tetangga. Ruang sempit antara pedikel-pedikel yang
berinterdigitasi disebut filtration slits (pori-pori dari celah) yang lebarnya
sekitar 25 mm. Setiap ori dilapisi selapis membran tipis yang memungkinkan
aliran beberapa molekul dan menahan aliran molekul lainnya. Barler filtrasi
glomerular adalah barier jaringan yang memisahkan darah dalam kapiler
glomerular dari ruang dalam kapsul Bowman. Barier ini terdiri dari endotelium
kapiler, membran dasar (lamina basalis) kapiler, dan filtration slit.
Lapisan parietal kapsul Bowman membentuk tepi terluar korpuskel
ginjal. Pada kutub vaskular korpuskel ginjal, arteriola aferen masuk ke
glomerulus dan arteriol aferen keluar dari glomerulus. Pada kutub urinarius
korpuskel ginjal, glomerulus memfiltrasi aliran yang masuk ke tubulus
kontortus proksimal.
b. Tubulus Kontortus Proksimal
Tubulus kontortus proksimal memiliki panjang mencapai 15 mm dan
sangat berliku. Pada permukaan yang menghadap lumen tubulus ini terdapat
sel-sel epitelial kuboid yang kaya akan mikrovilus (brush,border) dan
memperluas area permukaan lumen.
c. Ansa Henle
Ansa Henle tubulus kontortus proksimal mengarah ke tungkai desenden
ansa Henle yang masuk ke dalam medula, membentuk lengkungan jepit yang
tajam (lekukan), dan membalik ke atas membentuk tungkai asenden ansa
Henle. Nefron korteks terletak di bagian terluar korteks. Nefron ini memiliki
lekukan pendek yang memanjang ke sepertiga bagian atas medula nefron
jukstamedular terletak di dekat medula. Nefron ini memiliki lekukan panjang
yang menjulur ke dalam piramida medula.
d. Tubulus Kontortus Distal
Tubulus kontortus distal juga sangat berliku, panjangnya sekitar 5 mm
dan membentuk segmen terakhir nefron. Disepanjang jalurnya, tubulus ini
bersentuhan dengan dinding arteriol aferen. Bagian tubulus yang
bersentuhan dengan arteriol mengandung sel-sel termodifikasi yang disebut
macula densa. Macula densa berfungsi sebagai suatu kemoreseptor dan di
spinulasi oleh penurunan ion natrium. Dinding arteriol aferen yang
bersebelahan dengan macula densa mengandung sel-sel otot polos
termodifikasi yang disebut sel jukstaglomerular. Sel ini di stimulasi melalu
penurunan tekanan darah untuk memproduksi renin. Macula densa, sel
jukstaglomerular, dan sel mesangium saling bekerja sama untuk membentuk
aparatus jukstglomerular yang penting dalam pengaturan tekanan darah.
e. Tubulus dan Duktus Pengumpul
Karena setiap tubulus pengumpul berdensenden di korteks, maka
tubulus tersebut akan mengalir ke sejumlah tubulus kontortus distal. Tubulus
pengumpul membentuk duktus pengumpul besar yang lurus. Duktus
pengumpul membentuk tuba yang lebih besar yang mengalirkan urine ke
dalam kaliks minor. Kaliks minor bermuara ke dalam pelvis ginjal melalui
kaliks mayor dari pelvis ginjal, urie dialirkan ke ureter yang mengarah ke
kandung kemih.
II.2.3. Ureter
Terdapat dua ureter berupa pipa saluran, yang masing-masing
bersambung dengan ginjal dan dari ginjal berjalan ke kandung kencing.
(Pearce, 2013).
Tebal setiap ureter kira-kira setebal tangkai bulu angsa dan panjangnya
35 sampai 40 sentimeter. Terdiri atas dinding luar yang fibrus, lapisan tengah
yang berotot, dan lapisan mukosa sebelah dalam. Ureter mulai sebagai
pelebaran hilum ginjal dan berjalan kebawah melalui rongga abdomen masuk
ke dalam pelvis dan dengan arah oblik bermuara kedalam sebelah posterior
kandung kencing (Pearce, 2013).
II.2.4. Kandung Kemih
Kandung kemih bekerja sebagai penampung urine, organ ini berbentuk
buah pir (kendi) (Pearce, 2013). Kandung kemih dapat mengembang dan
mengempis seperti balon karet, terletak di belakang simfisis pubis di dalam
rongga panggul. Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu,
peritoneum (lapisan sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan
lapisan mukosa (lapisan bagian dalam). Bagian vesika urinaria terdiri dari
(Naira & Widayati, 2017):
a. Fundus, yaitu bagian yang menghadap ke arah belakang dan bawah,
bagian ini terpisah dari rectum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh
jaringan ikat duktus deferent, vesika seminalis dan prostate.
b. Korpus, yaitu bagian antara vertex dan fundus.
c. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan
ligamentum vesika umbikalis.
II.2.5. Uretra

Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih


yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Pada laki- laki uretra berjalan
berkelok – kelok melalui tengah – tengah prostat kemudian menembus
lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagian penis panjangnya ±
20 cm. Uretra pada laki – laki terdiri dari Uretra Prostaria, Uretra
membranosa, Uretra kavernosa/spongiosa. Lapisan uretra laki – laki terdiri
dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan lapisan submukosa. Uretra
pada wanita terletak dibelakang simfisis pubis berjalan miring sedikit kearah
atas, panjangnya ± 3 – 4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari Tunika
muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena –
vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam). Muara uretra pada
wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra
di sini hanya sebagai saluran ekskresi.(Nuari & Widayati, 2017)

II.2.6. Gangguan pada Sistem Urinaria


II.2.6.1. Sistitis
Sistitis adalah inflamasi kandung kemih. Inflamasi ini dapat disebabkan
oleh infeksi bakteri (biasanya Escherichia coli) yang menyebar dari uretra
atau karena respons alergi atau akibat iritasi mekanis pada kandung kemih.
Gejalanya adalah sering berkemih dan nyeri (disuria) yang disertai darah
dalam urin (hematuria) (Sloane, 2016).
II.2.6.2. Glomerulonefritis

Glomerulonefritis adalah inflamasi nefron, terutama pada glomerulus.


Glomerulonefritis akut seringkali terjadi akibat respons imun terhadap toksin
bakteri tertentu (kelompok streptokokus beta A ). Glomerulonefritis kronik
tidak hanya merusak glomerulus tetapi juga tubulus. Inflamasi ini mungkin
diakibatkan infeksi streptokokus, tetapi juga merupakan akibat sekunder dari
penyakit sistemik lain atau karena glomerulonefritis akut (Sloane, 2016).
II.2.6.3. Batu ginjal
Batu ginjal (kalkuli urinaria) terbentuk dari pengendapan garam kalsium,
magnesium, asam urat, atau sistein. Batu-batu kecil dapat mengalir bersama
urine.; batu yang lebih besar akan tersangkut dalam ureter dan menyebabkan
rasa nyeri yang tajam (kolik ginjal) yang menyebar dari ginjal ke
selangkangan (Sloane, 2016).
BAB III

PEMBAHASAN

III.1. Sistem Kardiovaskular

III.1.1 Fisiologi otot jantung


Jantung dapat di anggap sebagai 2 bagian pompa yang terpisah terkait
fungsinya sebagai pompa darah. Masing-masing terdiri dari satu atrium-
ventrikel kiri dan kanan. Berdasarkan sirkulasi dari kedua bagian pompa
jantung tersebut, pompa kanan berfungsi untuk sirkulasi paru sedangkan
bagian pompa jantung yang kiri berperan dalam sirkulasi sistemik untuk
seluruh tubuh. Kedua jenis sirkulasi yang dilakukan oleh jantung ini adalah
suatu proses yang berkesinambungan dan berkaitan sangat erat untuk
asupan oksigen manusia demi kelangsungan hidupnya (Cameron,2006).
Kontraksi sel otot jantung dalam siklus dipicu oleh aksi potensial yang
menyebar ke seluruh membran sel otot. Terdapat dua jenis sel otot jantung
yaitu: (Guyton, 2006)

1. Sel kontraktil yang membentuk 99% dari sel-sel otot jantung, melakukan
kerja mekanis memompa darah. Dalam keadaan normal, sel ini tidak
membentuk sendiri potensial aksinya.

2. Sel otoritmik, yang tidak berkontraksi tapi khusus memulai dan


menghantarkan potensial aksi yang menyebabkan kontraksi sel-sel jantung
kontraktil.

Sel otoritmik jantung merupakan sel otot jantung khusus yang berbeda
dari sel saraf dan sel otot rangka dimana sel otoritmik jantung tidak memiliki
potensial istirahat. Sel ini memperlihatkan aktivitas pemicu yaitu potensial
membran secara perlahan terdepolarisasi sampai ke ambang (potensial
pemicu). Dengan siklus yang berulang tersebut, sel otoritmik memicu
potensial aksi yang kemudian menyebar ke seluruh jantung untuk memicu
denyut berirama tanpa rangsangan saraf apapun. Sel-sel jantung otoritmik ini
membentuk area tersendiri (Guyton, 2006):

a. Nodus Sinoatrial (nodus SA), suatu daerah khusus di dinding atrium kanan
dekat pintu masuk vena cava superior.

b. Nodus Atrioventrikuler (nodus AV), suatu berkas kecil sel-sel jantung


khusus yang terdapat pada dasar atrium kanan dekat septum, tepat diatas
pertemuan atrium dan ventrikel.

c. Berkas His (berkas atrioventrikuler), suatu jarak sel-sel khusus yang


berasal dari nodus AV dan masuk ke septum antar ventrikel. Disini berkas
tersebut terbagi menjadi cabang berkas kanan dan kiri yang turun menyusuri
septum, melengkung mengelilingi ujung rongga ventrikel dan berjalan bali ke
arah atrium di sepanjang dinding luar.

d. Serat Purkinje, serat-serat halus terminal yang menjulur ke seluruh


miokardium ventrikel seperti ranting kecil dari suatu cabang pohon.

Sistem konduksi di mulai dari nodus sinoatrial sebagai pacemaker yang


berguna untuk memicu setiap siklus jantung. Nodus SA ini biasa di pengaruhi
oleh sistem saraf pusat, seperti impuls dari saraf simpatis akan menambah
kecepatannya dan saraf parasimpatis akan memperlambatnya. Hormon tiroid
dan epinefrin yang di bawa oleh darah juga dapat mempengaruhi kecepatan
impuls nodus SA. Setelah impuls listrik yang diinisiasi oleh nodus SA,
impulsnya akan menyebar melalui kedua atrium berkontraksi secara
berkesinambungan. Pada saat yang sama impuls tersebut mendepolarisasi
nodus atrioventrikuler yang berada dibawah atrium kanan.(Sherwood, 2014).

Dari nodus AV ini, cabang dari serat konduksi yaitu berkas His melalui
otot jantung sampai septum interventrikular. Berkas His ini kemudian
bercabang menjadi kanan (right bundle) dan cabang kiri (left bundle).
Walaupun berkas His mendistribusikan energi listrik ini sampai melewati
permukaan medial ventrikel, kontraksi sesungguhnya di stimulasi oleh berkas
purkinje (serat otot konduksi) yang muncul dari cabang bundle yang
dilanjutkan ke sel miokardium ventrikel (Sherwood, 2014).
III.1.2. Sirkulasi Darah

Sumber : http://www.pelajaran.co.id

Jantung adalah organ utama sirkulasi darah. Aliran darah dari ventrikel
kiri melalui arteri , arteriola, dan kapiler kembali ke atrium kanan melalui vena
disebut peredaran darah besar atau sirkulasi sistemik. Aliran dari ventrikel
kanan, melalui paru-paru, ke atrium kiri adalah peredaran kecil atau sirkulasi
pulmonal. Adapun sirkulasi darah terdiri dari dua peredaran, yaitu (Pearce,
2013):

a. Peredaran Darah Besar

Darah meninggalkan ventrikel kiri jantung melalui aorta, yaitu arteri


besar dalam tubuh. Aorta ini bercabang menjadi arteri menjadi lebih kecil
yang menghantarkan darah ke berbagai bagian tubuh. Arteri-arteri ini
bercabang dan beranting lebih kecil lagi hingga sampai pada arteriola. Arteri-
arteri ini mempunyai dinding yang sangat berotot yang menyempitkan
salurannya dan menahan aliran darah. Fungsinya adalah mempertahankan
tekanan darah arteri dan dengan jalan mengubah-ubah ukuran saluran
mengatur aliran darah dalam kapiler. Dinding kapiler sangat tipis sehingga
dapat berlangsung pertukaran zat antara plasma dan jaringan interstisil.
Kemudian kapiler-kapiler ini bergabung dan membentuk pembuluh lebih
besar yang disebut venula, yang kemudian juga bersatu menjadi vena, untuk
menghantarkan darah kembali ke jantung. semua vena bersatu dan bersatu
lagi hingga terbentuk dua batang vena, yaitu vena cava inferior yng
mengumpulkan darah dari badan dan anggota gerak bawah, dan vena cava
superior yang mengumpulkan darah dari kepala ke anggota gerak atas.
Kedua pembuluh darah ini menuangkan isinya ke dalam atrium kanan
jantung.

b. Peredaran Darah Kecil

Darah dari vena tadi kemudian masuk ke dalam ventrikel kanan yang
berkontraksi dan memompanya ke dalam arteri pulmonalis. Arteri ini
bercabang dua untuk menghantarkan darahnya ke paru-paru kanan dan kiri.
Darah tidak sukar memasuki pembuluh-pembuluh darah yang mengalir paru-
paru. Di dalam paru-paru setiap arteri membelah menjadi arteriola dan
akhirnya menjadi kapiler pulmonal yang mengitari alveoli di dalam jaringan
paru-paru untuk memungut dan melepaskan karbon dioksida. Kemudian
kapiler pulmonal bergabung menjadi vena, dan darah kembalikan ke jantung
oleh empat vena pulmonalis dan darahnya dituangkan dalam atrium kiri.
Darah ini mengalir masuk ke dalam ventrikel kiri. Ventrikel ini berkontraksi
dan darah dipompa masuk ke dalam aorta.

III.1.3. Jantung sebagai Pemompa


Jantung merupakan organ pemompa yaitu memompa darah melalui
sirkulasi sistemik maupun pulmonal. Pada keadaan normal jumlah darah
yang dipompakan oleh ventrikel kanan dan ventrikel kiri sama sehingga tidak
terjadi penimbunan. Kerja jantung diperlihatkan oleh curah jantung atau
cardiac output. Selama diastol atau relaksasi tekanan ventrikel lebih rendah
dari atrium, sehingga darah mengalir dari atrium ke ventrikel melalui katup
atrioventrikular yang terbuka dan pada akhir diastol ventrikel, atrium
berkontraksi mendorong darah masuk ke ventrikel. Volume darah dalam
setiap ventrikel di akhir diastole disebut volume diastole akhir, yang
banyaknya sekitar 120 ml. Pada keadaan ini tekanan ventrikel menjadi lebih
tinggi dan mendorong penutupan katup atriovetrikular. Sementara itu aktivitas
listrik mengalir ke ventrikel dan menimbulkan kontraksi ventrikel sehingga
darah akan dipompakan keluar, baik ke aorta maupun ke paru-paru. Volume
darah yang dipompakan oleh ventrikel setiaap denyutan disebut sekuncup
atau stroke volume. Tidak semua volume darah yang ada di ventrikel
dikeluarkan pada saat kontraksi, tetapi hanya sekitar 70 ml yang dikeluarkan
dan tersisa sekitar 50 ml. Volume darah yang dipompakan selama satu
menit disebut cardiac output (CO) atau curah jantung. Curah jantung
bervariasi tergantung pada kesehatan seseorang dan keadaan kegiatan
pada saat pengukuran. Perbandingan antara curah jantung pada waktu
istirahat dan curah jantung maksimum disebut cadangan jantung (cardiac
reserve). Ada dua hal yang menentukan curah jantung yaitu jumlah denyut
jantung permenit ( heart rate = HR) dan stroke volume (SV). Curah jantung
berubah ketika isi sekuncup atau denyut jantung berubah (Suarnianti, 2016).
Isi sekuncup diatur oleh tiga faktor, yaitu (1) Preload, adalah tingkat
dimana sel-sel otot jantung diregangkan oleh darah yang memasuki ventrikel
jantung menurut hukum Frank Starling tentang jantung, semakin besar
peregangan ventrikel jantung maka semakin besar juga kekuatan
kontruksinya. Karena volume diastole akhir merupakan indicator preload
ventrikel. (2) Kontraktilitas (pengerutan), adalah tingkat seberapa besar otot-
otot jantung berkontraksi sebagai hasil pengaruh ekstrinsik. Faktor-faktor
inotropik positif seperti hormon epinefrin atau tiroksin, obat-obatan (digitalis),
atau tingkat Ca2 yang meningkat, dapat menambah kontraktilitas, sedangkan
faktor inotropik negatif seperti obat penghambatan saluran kalsium atau
tingkat K+ yang meningkat (Suarniati, 2016).
III.1.4. Potensial Aksi
Potensial aksi di sel-sel kontraktil jantung, meskipun dipicu oleh sel-sel
nodus pemacu, memiliki mekanisme ion dan bentuk yang sangat beragam di
banding potensial nodus SA. Tidak seperti membran sel autoritmik, membran
sel kontraktil tetap pada keadaan istrahat sebesar sekitar -90 mV, terektisitasi
oleh aktivitas listrik yang di hantarkan pemacu. Sel kontraktil miokardium
memiliki beberapa subkelas kanal K +, yaitu sebesar -90 mV. Segera setelah
membran sel kontraktil miokardium terdepolarisasi mencapai ambang melalui
aliran listrik dari taut celah terbentuk potesial aksi melalui proses rumit
perubahan permeabilitas dan perubahan potensial membran sebagai berikut:
(Sherwood, 2014):
1. Selama fase naik potensial aksi, potensial membran dengan cepat berbalik
ke nilai positif sekitar +20 mV hingga +30 mV (bergantung pada sel
miokardium) akibat pengaktifan kanal Na + berpintu listrik dan kemudian Na +
dengan cepat masuk ke dalam sel seperti yang terjadi pada sel peka
rangsang lain yang mengalami potensial aksi. Tipe kanal ini adalah tipe kanal
Na+ berpintu ganda yang sama seperti yang ditemukan pada sel otot rangka
dan saraf. Pada puncak potensial aksi, permeabilitas Na + kemudian turun
cepat ke nilai istirahatnya yang rendah. Pada puncak potensial aksi,
permeabilitas Na+ kemudian turun dengan cepat ke nilai istrahatnya yang
rendah.

2. Pada puncak potensial aksi, subkelas kanal K + lainnya terbuka sesaat.


Keluarnya K+ yang terbatas dengan cepat melalui kanal transien ini
menyebabkan repolarisasi kecil yang singkat seiring dengan membran yang
menjadi sedikit kurang positif.
3. Namun, pada sel kontraktil jantung yang unik, potensial membran
dipertahankan mendekati penutupan kanal K + yang terbuka sesaat dan kanal
K+ “bocor” yang terbuka pada potensial istirahat. Penurunan aliran keluar K +
yang bermuatan positif mencegah repolarisasi cepat membran sehingga ikut
berperan memperpanjang fase plateau.
III.1.5. Bunyi jantung
Bunyi jantung terdiri dari bunyi jantung murni dan bunyi jantung
tambahan. Bunyi jantung murni terdiri atas bunyi jantung I (S1), terjadi akibat
penutupan katup atrioventrikular pada saat sistol ventrikel dan bunyi jantung
II (S2), terjadi akibat pentupan katup semilunar pada saat terjadi diastol
ventrikular. Sedangkan bunyi tambahan misalnya bunyi jantung III (S3) dan
bunyi jantung IV (S4), terjadi akibat fibrasi pada dinding jantung saat darah
mengalir dengan cepat dalam ventrikel. Selain itu ada bunyi murmur yaitu
bunyi jantung yang terjadi ketika ada turbulensi aliran darah, biasanya
karena efek pada katup jantung seperti stenonis sehingga katup jantung tidak
sempurna menutup atau menghambat aliran darah (Sherwood, 2014).
Untuk mengetahui lebih dalam tentang suara jantung diperlukan
peralatan yang mendukung guna melakukan perekaman, agar dapat
diketahui frekuensi pembentuknya. Penelitian tentang perangkat yang dapat
digunakan telah menganalisa spektral isyarat jantung, tetapi ragam
gelombang yang dihasilkan masih terlihat adanya derau 50 Hz yang berasal
dari jalur daya, sehingga masih digunakan tapis takik yang sempit untuk
menghilangkannya. (Widodo, 2006).

III.1.6. Siklus jantung


Siklus jantung merupakan periode dimana jantung berkontraksi dan
relaksasi. Satu kali siklus jantung sama dengan satu periode sistol dan satu
periode diastol. Normalnya siklus jantung dimulai dengan depolarisasi
spontan dari sel pacemaker dari SA Node dan berakhir dengan keadaan
relaksasi ventrikel.
Adapun bagian-bagian dari siklus jantung yaitu: (Ethel, 2016).

1. Sistol atrium

Depolarisasi dari SA node menyebar ke atrium melalui intermodal


menyebabkan kontraksi pada atrium. Adanya kontraksi dan meningkatnya
tekanan pada atrium mendorong sebagian darah masuk ke ventrikel. Pada
saat sistol katup atrioventrikular membuka dan katup semilunar menutup.

2. Sistol ventrikel
Setelah ventrikel terisi darah dari dan karena adanya depolarisasi dari
AV node, bundle His dan dengan cepat ke serabut purkinje maka mulailah
terjadi kontraksi ventrikel. Pada saat sistol terjadi katup atrioventikular
(trikuspidalis dan bikuspidalis) menutup dan menimbulkan bunyi “lub” atau
dikenal dengan bunyi jantung I (S1) dan membukanya katup semilunar (katup
aorta dan pulmonalis). Pada saat ini pula darah dipompakan keluar ventrikel.
Darah dari ventrikel kanan dipompakan ke paru-paru untuk dioksigenasi
sedangkan dari ventrikel kiri dari dipompakan ke seluruh tubuh melalui aorta.
3. Diastol ventrikel
Pada saat diastol ventrikel menjadi rileks sehingga tekanannya lebih
rendah dari pada tekanan atrium, hal ini menimbulkan darah mengalir dan
mengisi ventrikel. Sekitar 70% pengisian ventrikel berlangsung sebelum sistol
atrium. Pada keadaan diastol katup semilunar menutup dan menimbulkan
bunyi “dup” atau bunyi jantung II (S2). (Ethel,2016).

Sumber : Stanley, 2009


III.1.7. Tekanan Darah
Tekanan darah adalah daya dorong darah ke semua arah pada seluruh
permukaan yang tertutup, yaitu pada dinding bagian dalam jantung dan
pembuluh darah. Tekanan darah berasal dari aksi pemompaan jantung yang
memberikan tekanan untuk mendorong darah melewati pembuluh-pembuluh
darah. Darah mengalir melalui pembuluh-pembuluh karena ada perbedaan
tekanan atau gradien tekanan antara ventrikel kiri dan atrium kanan (Sloane,
2016). Tekanan darah paling tinggi terjadi ketika jantung
berdetak/berkontraksi memompa darah disebut tekanan sistolik. Tekanan
darah menurun saat jantung rileks diantara dua denyut nadi disebut tekanan
diastolik. (Kowalski, 2010).
Tekanan darah dipengaruhi oleh volume darah dan elastisitas pembuluh
darah. Peningkatan tekanan darah disebabkan peningkatan volume darah
atau elastisitas pembuluh darah. Sebaliknya, penurunan volume darah akan
menurunkan tekanan darah. Pada manusia, besar tekanan darah di dalam
pembuluh darah dikenal dengan sebutan tekanan darah arteri rata-rata yang
mana adalah gaya utama yang mendorong darah kearah jaringan. Tekanan
ini harus diukur secara ketat dengan dua alasan. Pertama, tekanan tersebut
harus cukup tinggi untuk menghasilkan gaya dorong yang cukup. Tanpa
tekanan ini, otak dan jaringan lain tidak akan menerima aliran yang adekuat
seberapapun penyesuaian lokal mengenai resistensi arteriol ke organ-organ
tersebut yang dilakukan. Kedua, tekanan tidak boleh terlalu tinggi sehingga
menimbulkan beban kerja tambahan bagi jantung dan meningkatkan resiko
kerusakan pembuluh serta kemungkinan rupturnya pembuluh-pembuluh
halus (Manembu dkk, 2015).

Dua penentu utama tekanan darah arteri rata-rata adalah curah jantung
dan resistensi perifer total. Aliran darah ke suatu jaringan bergantung pada
gaya dorong berupa tekanan darah arteri rata-rata dan derajat vasokonstriksi
arteriol-arteriol jaringan tersebut. Karena, tekanan arteri rata-rata bergantung
pada curah jantug dan derajat vasokonstriksi arteriol, jika arteriol di salah
satu jaringan berdilatasi, arteriol di jaringan lain akan mengalami konstriksi
untuk mempertahankan tekanan darah arteri yang adekuat, sehingga darah
mengalir tidak saja ke jaringan yang mengalami vasodilatasi tetapi juga ke
otak, yang harus mendapatkan pasokan darah yang kostan (Manembu dkk,
2015).

III.2. Sistem Urinaria

III.2.1. Fisiologi Ginjal


Ginjal adalah sepasang organ berbentuk kacang dengan panjang 4-5 inci
yang terletak di belakang rongga abdomen (diantara ronnga perut dan otot
punggung), satu di masing-masing sisi volumna vertebralis, sedikit diatas
garis pinggang (setinggi torakal 12 sampai lumbal ke 3). Ginjal disokong oleh
jaringan adiposa dan jaringan penyokong yang disebut fasia gerota serta
dibungkus oleh kapsul ginjal, yang berguna untuk mempertahankan ginjal,
pembuluh darah dan kelenjar adrenal terhadap adanya trauma. Pada orang
dewasa panjangnya kira-kira 11 cm, lebarnya 5-7,5 cm, beratnya sekitar 150
gram (Suarnianti, 2016).
Secara anatomis ginjal dibagi menjadi dua bagian yaitu korteks dan
medula ginjal. Di dalam korteks terdapat berjuta nefron sedangkan didalam
medula terdapat banyak duktus. Darah yang membawa sisa hasil
metabolisme tubuh di filtrasi di dalam glomerulus kemudian tubuli ginjal,
beberapa zat yang masih diperlukan tubuh mengalami reabsorpsi dan zat-zat
hasil sisa metabolisme mengalami sekresi bersama air membentuk urin. Urin
yang terbentuk didalam nefron disalurkan melalui piramida ke sistem
pelvikalis ginjal untuk kemudian disalurkan kedalam ureter. Sistem pelvikalis
ginjal terdiri dari kaliks minor, infundibulum, kaliks mayor dan pileum atau
pelvis renalis. Empat sampai lima kaliks minor bergabung menjadi kaliks
mayor dan dua sampai tiga kaliks mayor bergabung menjadi pelvis ginjal
yang berhubungan dengan ureter bagian proksimal. Mukosa sistem pelvikalis
terdiri atas epiter transisional dan dindingnya terdiri atas otot polos yang
mampu berkontraksi untuk mengalirkan urin sampai ke ureter (Suarnianti ,
2016).
III.2.2. Pembentukan Urine
Ginjal adalah organ utama untuk membuang produk sisa metabolisme
yang tidak diperlukan lagi oleh tubuh. Produk-produk ini meliputi urea (dari
sisa metabolisme asam amino), kreatin asam urat (dari asam nukleat), dan
produk akhir dari pemecahan hemoglobin (bilirubin). Ginjal tersusun dari
beberapa juta unit fungsional (nefron) yang akan melakukan ultrafiltrasi
terkait dengan ekskresi (pembentukan urin) dan reabsorpsi (Guyton & Hall,
2008).
Proses pembentukan urine diawali dengan masuknya darah melalui vas
aferen ke dalam glomerolus dan keluar melalui vas aferent. Bagian yang
menyerupai bentuk batang yang terdiri dari tubulus konturtus proksimal, ansa
henle, tubulus kontortus distal, tubulus koligentis. Sebelum menjadi urin, di
dalam ginjal akan terjadi tiga macam proses, yaitu (Nuari & Widayati, 2017):
1. Penyaringan (filtrasi)
Proses pembentukan urin diawali dengan penyaringan darah yang
terjadi di kapiler glomerulus. Sel-sel kapiler glomerulus yang berpori, tekanan
dan permeabilitas yang tinggi pada glomerulus mempermudah proses
penyaringan. Selain penyaringan, di glomerulus juga terjadi penyerapan
kembali sel-sel darah, keping darah, dan sebagian besar protein plasma.
Bahan-bahan kecil yang terlarut di dalam plasma darah seperti glukosa,
asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, dan urea dapat melewati
filter dan menjadi bagian dari glomerulus atau urin primer, mengandung asam
amino, glukosa, natrium, kalium, dan garam-garam lainnya.
2. Penyerapan Kembali (rearbsorpsi)
Bahan-bahan yang masih diperlukan di dalam urin pimer akan diserap
kembali di tubulus kontortus proksimal, sedangkan di tubulus kontortus distal
terjadi penambahan zat- zat sisa dan urea. Meresapnya zat pada tubulus ini
melalui dua cara. Gula dan asam amino meresap melalui peristiwa difusi,
sedangkan air melalui peristiwa osmosis. Penyerapan air terjadi pada tubulus
proksimal dan tubulus distal. Substansi yang masih diperlukan seperti
glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Zat amonia, obat-obatan
seperti penisilin, kelebihan garam dan bahan lain pada filtrat dikeluarkan
bersama urin. Setelah terjadi menghasilkan urin sekunder, zat-zat yang
masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat
sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya urea.
3. Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai
terjadi di tubulus kontortus distal. Dari tubulus-tubulus ginjal, urin akan
menuju rongga ginjal, selanjutnya menuju kantong kemih melalui saluran
ginjal. Jika kandung kemih telah penuh terisi urin, dinding kantong kemih
akan tertekan sehingga timbul rasa ingin buang air kecil. Urin akan keluar
melalui uretra. Komposisi urin yang dikeluarkan melalui uretra adalah air,
garam, urea dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang
berfungsi memberi warna dan bau pada urin
II.2.3. Sistem Renin Angiotensin Aldosteron (RAA)

Sumber : http://www.ilmubiologi.com

Sistem hormon terpenting dan paling banyak diketahui yang terlibat


dalam regulasi Na+ adalah sistem renin angiotensin aldosteron. Sel granular
aparatus jukstaglomerulus menyekresikan suatu hormon enzimatik, yaitu
renin, ke dalam sebagai respons terhadap penurunan NaCl, volume CES,
dan tekanan darah arteri. Fungsi ini adalah tambahan selain peran sel
makula densa, aparatus jukstaglomelurus dalam autoregulasi (Sherwood,
2014).

Sinyal-sinyal yang saling terkait untuk meningkatkan sekresi renin ini


semuanya menunjukkan perlunya ekspansi volume plasma untuk
meningkatkan tekanan arteri menuju normal dalam jangka panjang. Melalui
serangkaian proses kompleks yang melibatkan sistem renin angiotensin
aldosteron, sekresi renin yang meningkat menyebabkan peningkatan
reabsorpsi Na+ oleh tubulus distal dan koligentes (dengan klorida mengikuti
secara pasif perpindahan aktif Na +). Manfaat akhir retensi garam ini adalah
retensi H2O yang didukung secara osmosis, yang membantu memulihkan
volume plasma (Sherwood, 2014).

Ginjal menyekresi hormone renin sebagai respons terhadap penurunan


NaCl, volume CES, dan tekanan darah arteri. Renin mengaktifkan
angiotensinogen, suatu protein plasma yang diproduksi di hati, menjadi
angiotensin I. Angiotensin I diubah menjadi angiotensin II oleh angiotensin-
converting enzyme (ACE) yang diproduksi di paru-paru. Angiotensin II
menstimulasi korteks adrenal untuk menyekresi hormon aldosteron, yang
menstimulasi reabsorpsi Na+ oleh ginjal. Retensi ginjal Na + yang terjadi
menimbulkan efek osmotik yang menahan lebih banyak H 2O di CES.
Bersama-sama, konservasi Na+ dan H2O membantu mengoreksi stimulasi
semula yang mengaktifkan sistem hormon ini. Angiotensin II juga memiliki
efek lain yang membantu memperbaiki stimulasi semula, misalnya dengan
mendorong vasokonstriksi arteriol (Sherwood, 2014)

Angiotensin II memegang peranan utama dalam sistem renin angiotensin


aldosteron karena meningkatkan tekanan darah melalui beberapa
mekanisme yaitu vasokontrinksi, refensi garam dan cairan, serta lakikardia.
Mekanisme ini bekerja secara langsung maupun tidak langsung melalui
sistem saraf simpatis, hormone anti diuretik (ADH), dan aldosteron atau
penghambat vagal. Aldosteron dibawa ke ginjal melalui peredaran darah dan
menyebabkan sel-sel tubulus distal meningkatkan reabsorpsi natrium.
Dibawah berbagai keadaan, reabsorpsi air mengikuti penyerapan natrium
sehingga terjadi peningkatan volume plasma. Peningkatan volume plasma
meningkatkan volume sekuncup dan curahjantng Hal ini juga meningkatkan
tekanan darah (Mutaqqin, 2009).

Peran sistem renin angiotensin aldosteron dalam berbagai penyakit,


salah satunya yaitu pada kasus hipertensi (tekanan darah tinggi) yang
disebabkan oleh peningkatan abnormal aktivitas sistem renin angiotensin
aldosteron. Sistem ini juga ikut berperan menyebabkan retensi cairan dan
edema yang terjadi pada gagal jantung kongesti. Karena kegagalan jantung,
curah jantung berkurang dan tekanan darah rendah meskipun volume plasma
normal atau bahkan bertambah. Saat penurunan tekanan darah disebabkan
oleh kegagalan jantung dan bukan karena turunnya beban garam dan cairan
dalam tubuh, maka refleks penahan garam dan cairan yang dipicu oleh
tekanan darah yang rendah tidak tepat. Ekskresi natrium dapat berkurang
hingga nol meskipun asupan garam berlanjut dan terjadi akumulasi dalam
tubuh. Ekspansi CES yang terjadi menyebabkan edema dan memperberat
gagal jantung kongestif karena jantung yang sudah melemah tidak mampu
memompa volume plasma tambahan (Sherwood, 2014).
BAB IV

PENUTUP

IV.1. Kesimpulan

Jantung adalah organ pemompa besar yang memelihara peredaran


melalui seluruh tubuh. Jantung memiliki 4 rongga/ruang yaitu atrium kanan,
atrium kiri, ventrikel kanan, dan ventrikel kiri. Jantung terdapat tiga lapisan
jantung yaitu lapisan bagian luar yang disebut epikardium, lapisan bagian
tengah disebut miokardium, dan lapisan bagian dalam disebut lapisan
endokardium. Jantung memiliki dua tipe katup yaitu katup atrioventrikuler dan
katup semilunar. Jantung adalah organ utama sirkulasi darah. Aliran darah
dari ventrikel kiri melalui arteri, arteriola, dan kapiler kembali ke atrium kanan
melalui vena disebut peredaran darah besar atau sirkulasi sistemik. Aliran
dari ventrikel kanan, melalui paru-paru, ke atrium kiri adalah peredaran kecil
atau sirkulasi pulmonal. Tekanan darah arterial ialah kekuatan tekanan darah
ke dinding pembuluh darah yang menampungnya. Tekanan ini berubah-ubah
pada setiap tahap siklus jantung. Selama sistole ventrikuler, pada saat
ventrikel kiri memaksa darah masuk aorta, tekanan naik sampai puncak,
yang disebut tekanan sistolik. Selama diastole tekanan turun, nilai terendah
yang dicapai disebut tekanan diastolik.
Sistem urinaria adalah suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan
oleh tubuh. Sistem urinaria terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih, dan
uretra. Ginjal terdiri dari hilum (hilus), sinus ginjal, rongga ginjal (pelvis ginjal),
parenkim ginjal (korteks dan medulla). Di dalam ginjal terdapat nefron. Nefron
terdiri dari glomerulus, tubulus kontortus proksimal, ansa henle, tubulus
kontortus distal, tubulus dan duktus pengumpul. Kandung kemih terdiri dari
fundus, korpus, dan verteks. Dalam pembentukan urine terdapat tiga proses
yaitu filtrasi (penyaringan), reabsorpsi (penyerapan kembali) dan augmentasi.
Filtrasi yaitu proses penyaringan darah pada urine yang terjadi di glomerulus
dan menghasilkan urine primer. Reabsorpsi yaitu proses penyerapan kembali
zat yang masih digunakan tubuh yang terjadi di tubulus kontortus proksimal
dan menghasilkan urine sekunder. Augmentasi yaitu proses penambahan zat
yang tidak digunakan tubuh yang terjadi di tubulus kontortus distal dan
menghasilkan urine yang sesungguhnya.
IV.2. Saran
IV.2.1. Saran untuk praktikan
Sebaiknya praktikan menjaga ketertiban di dalam laboratorium saat
melakukan praktikum, menggunakan alat dan bahan yang ada di dalam
laboratorium dengan hati-hati dan mengikuti peraturan yang ada di dalam
laboratorium.
IV.2.2. Saran untuk asisten
Sebaiknya metode pembelajaran lebih diditingkatkan agar kesalahan
saat praktikum berlangsung dapat diminimalisir, dan diharapkan agar kerja
sama antara praktikan dengan asisten tetap terjaga agar praktikan dapat
berjalan dengan baik.
IV.2.3. Saran untuk laboratorium
Sebaiknya penyediaan alat dan bahan lebih diperhatikan agar praktikum
dapat berjalan dengan lancar, dan diharapkan agar alat-alat dalam
laboratorium lebih dilengkapi dan diganti jika ada yang mengalami kerusakan.
DAFTAR PUSTAKA

Cameron JR,. 2006. Fisika Tubuh Manusia Edisi II. Jakarta: EGC.

Firmansyah, Rikky, dkk. 2014. Mudah dan Aktif Belajar Biologi. Jakarta: PT.
Setia Purna

Fikriana, Riza. 2018. Sistem Kardiovakuler. Yogyakarta: Deepublish.

Gray, dkk. 2002. Kardiologi Edisi IV. Jakarta: Erlangga.

Gunawan, dkk. 2011. Hipertensi pada Kardiovaskular. Jakarta : Gelora


Assara Pratama.

Guyton & Hall. 2006. Medical Physiology. Jakarta: EGC.

Johnson, M.D. 2012. Human Biology Concept and Current Issue. sixth
Edition. Boston: Benjamin Cumings.

Junqueira L.C., J. Carneiro, R.O. Kelley. 2007. Histologi Dasar Edisi V.


Jakarta: EGC

Kowalski, R. E. 2010. Teori Hipertensi : Program 8 Minggu Menurunkan


Tekanan Darah Tinggi dan Mengurangi Risiko Serangan
Jantung dan Stroke Secara Alami. Bandung: Qanita.

Mader, S.S. & Windelspecth, M. 2011. Human Biology. Twelept Edition. New
York: McGrawHill Company.

Manembu, dkk. 2015. Pengaruh Posisi Duduk dan Berdiri Terhadap Tekanan
Darah Sistolik dan Diastolik pada Pegawai Negeri Sipil
Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal e-Biomedik Volume 3 Nomor
3. Manado: Universitas Sam Ratulangi.

Moore KL, Anne MR. 2012. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta: Hipokrates.

Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.

Nauri, Nian A. & Widayati, Dhina. 2017. Gangguan Pada Sistem Perkemihan
& Penatalaksanaan Keperawatan. Yogyakarta: Deepublish.

Price, Silvya. 2015. Patologi Edisi 6 Vol. 2 Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. Jakarta: EGC.

Purnomo, Basuki B. 2013. Dasar-Dasar Urologi. Malang: Fakultas


Kedokteran Universitas Brawijaya.

Ramadhan, A.J. 2010. Mencermati Berbagai Gangguan pada Darah dan


Pembuluh Darah. Yogyakarta: DIVA Press.

Ronny, dkk. 2010. Fisiologi Kardivaskular: Berbasis Masalah Keperawatan.


Jakarta: EGC

Sloane, Ethel. 2016. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.

Sherwood, Lauralee. 2014. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem Edisi IX.
Jakarta : EGC.

Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi VI.
Jakarta: EGC.

Soeharto, Iman. 2004. Penyakit Jantung Koroner dan Serangan Jantung.


Jakarta: PT. Gramedia

Soewolo, dkk. 2003. Fisiologi Manusia. Malang: Universitas Negeri Malang


Press.
Suarnianti. 2016. Anatomi dan Fisiologi Pada Tubuh Manusia. Yogyakarta:
Indonesia Pustaka.

Wahyuningsih, Heni P. & Kusmiyati, Yuni. 2017. Bahan Ajar Kebidanan:


Anatomi Fisiologi. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.

Widodo, Th. Sri. 2006. Akuisisi, Pengolahan dan Analisis Isyarat Suara
Jantung. Forum Teknik UGM Volume : XXX No. 3. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada.

Anda mungkin juga menyukai