Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PRAKTIKUM BOTANI FARMASI

PERCOBAAN 4
TUMBUHAN BERBIJI ORGAN VEGETATIF
Disusun Oleh :
Fatika Hira Winda Sahara (10060321168)
Angelica Khusuma Wardani (10060321171)
Muhammad Fauzan Mutaqien (10060321172)
Irham Maulanarrasyid (10060321173)
Fahre Wicaksono Riyanto (10060321174)
Putri Fadilla (10060321175)
Nency Oktavia Sri Mulyani (10060321176)

Shift/Kelompok :D / 4
Tanggal Praktikum :26 April 2022
Tanggal Laporan :03 Mei 2022
Asisten Penanggung Jawab :Jihan Noer Ainun Farda, S. Farm.

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT B


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2022 M/ 1443 H
PERCOBAAN 4

TUMBUHAN BERBIJI ORGAN VEGETATIF

I. Teori Dasar

Pertumbuhan vegetatif merupakan salah satu pertumbuhan penting


dalam siklus kehidupan tumbuhan, diantaranya pada pertumbuhan volume,
jumlah, bentuk dan ukuran dari organ-organ vegetatif tersebut seperti pada
daun, batang serta akar, untuk selanjutnya dilanjutkan pada terbentuknya
daun dalam proses perkecambahan serta kemudian menjadi awal
terbentuknya proses pertumbuhan secara generatif (Humphries dan Wheeler,
1963 in Gardner, et. al., 1985). Dilakukannya pengamatan terhadap morfologi
dari organ vegetatif tumbuhan agar diketahui serta dikenal karakterisasi dari
organ vegetatif tumbuhan.
Karakterisasi merupakan proses penting untuk dilakukan sebagai
bentuk awal untuk mengumpulkan informasi terkait dengan karakter dari
tanaman tersebut kemudian setelah dilakukan katakterisasi akan memudahkan
pembuatan deskripsi yang bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai
karakteristik tanaman (Wulandari, 2008). Metode karakterisasi morfologi
tanaman dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap bentuk dari
tanaman, perkembangan tanaman serta penampilan dari bagian luar tanaman
yang mampu dibedakan secara visual (Sumiati, 2010). Secara vegetatif
bagian-bagian tumbuhan yang dapat dilakukan observasi karakteristik
morfologi tanaman diantaranya akar, batang dan daun (Tjitrosoepomo, 1989).

2.1 Morfologi dan Anatomi Akar Tumbuhan


Akar ialah salah satu organ tumbuhan yang paling sederhana serta
berasal dari radikula, radikula sendiri ialah bagian tumbuhan yang berasal
dari biji dengan struktur yang halus serta bergerak menembus tanah. Radikula
merupakan bagian tumbuhan berupa biji akar yang akan berkembang menjadi
akar utama atau seringkali disebut juga sebagai akar tunggang. Dengan ciri-
ciri akar sebagai berikut (Kusdianti, 2014):
 Akar umumnya tidak berwarna hijau;
 Berada dalam tanah;
 Bersifat; (+) geotropic, (–) phototropic, dan (+) hydrotropic;
 Tidak memiliki mata tunas;
 Tidak memiliki nodus dan internodus;
 Memiliki rambut-rambut akar yang bersifat uniseluler.
Dengan fungsi dari akar diantaranya (Kusdianti, 2014):
 Menentukan posisi tanaman;
 Absorpsi air serta garam-garam mineral;
 Tempat penyimpanan makanan;
 Membawa air dari dalam tanah menuju ke batang;
 Pada beberapa tanaman berfungsi sebagai alat fotosintesis.
Terdapat sistem perakaran pada akar yang terbagi menjadi dua,
diantaranya yaitu akar tunggang dan akar serabut. Akar tunggang (tap roots)
disebut juga akar lembaga (radicula) yang terus tumbuh dan berkembang
menjadi akar utama yang kemudian bercabang menjadi lebih kecil. Lalu yang
kedua yaitu akar serabut (adventitious roots) ialah akar lembaga yang di
dalam perkembangan selanjutnya ini tidak berkembang akan tetapi pada
pangkal batang keluar akarnya banyak dengan ukuran yang relative sama
(Kusdianti, 2014).

Radikula

Gambar 1. Radikula Gambar 2. Akar adventif (sistem akar serabut)


Gambar 3. Bagian-bagian sistem akar tunggang

Secara morfologi, bagian akar dibedakan ke dalam empat bagian,


yaitu diantaranya (Kusdianti, 2014):
1) Tudung akar (root cap): bagian akar yang paling ujung dengan fungsi
untuk melindungi akar;
2) Daerah pembelahan (meristematic zone): bagian akar yang menjadi
tempat pembelahan sel ditandai dengan adanya sel-sel yang kecil-kecil
serta dinding sel yang tipis;
3) Daerah pemanjangan (elongation region): bagian akar yang berada di
sebelah atas dari zona meristematik tempat yang menjadi letak
terjadinya pemanjangan ataupun perbesaran sehingga menjadi bagian
yang paling bertanggung jawab dalam pertumbuhan akar;
4) Daerah pematangan (maturation region): yaitu bagian akar yang
berada di bagian atas zona.
Kedua sistem perakaran tersebut akan mengalami percabangan yang
dapat memperluas adanya penyerapan unsur hara dengan memperkuat
berdirinya batang. Contoh yang terjadi pada tanaman dikotil, akar tunggang
akan terbentuk jika tanaman tersebut diperbanyak secara generatif, tetapi
tidak dapat jika diperbanyak secata vegetatif (stek dan cangkok). Berdasarkan
percabagan serta bentuknya, akar tunggang dibedakang menjadi (Kusdianti,
2014):
1. Akar Tunggang Tidak Bercabang
Cabang yang dimiliki hanyalah berupa serabut yang sangat halus
dnegan cabang yang berfungsi sebagai penyerap air dan unsur hara, jenis akar
tunggang ini juga menjadi tempat penimbun zat cadangan makanan. Akar
tunggang tidak bercabang terbagi dapat dibedakan sebagai berikut (Kusdianti,
2014):
 Berbentuk tombak: Memiliki pangkal besar yang meruncing ke
ujung, sekilas terlihat seperti pada wortel (Daucus carota);
 Berbentuk gasing: Memiliki pangkal besar yang membulat
contohnya seperti pada bengkuang;
 Berbentuk gasing: Memiliki akar tunggang yang berbentuk
semacam akar serabut dengan contoh seperti pada kratok.

2. Akar Tunggang Yang Bercabang


Akar tunggang jenis ini memiliki bentuk menyerupai kerucut panjang
yang tumbuh ke bawah dengan bentuk bercabang-cabang yang cabangnya itu
bercabang lagi, sehinga memperluas daerah perakaran sehingga mampu
menyerap air serta unsur hara (Kusdianti, 2014).
Kemudian jenis akar selanjutnya ialah akar serabut, akar serabut
memiliki sistem yang dibedakan menjadi:
 Tanaman akar yang tersusun dari akar serabut kecil-kecil serta
bentuknya menyerupai benang. Contoh: Padi (Oryza sativa).
 Tanaman akar yang tersusun dari akar serabut dengan bentuk agak
besar serta kaku. Contoh: Kelapa (Cocos nucifera).
 Tanaman akar yang tersusun dari akar serabut dengan bentuk agak
besar namun masing-masingnya tak memiliki banyak cabang. Contoh:
Pandang Buah Merah (Pandanus conoideus).
Adapun berdasarkan cara hidup pada berbagai jenis tumbuhan, akar
memiliki sifat dan tugas khusus diantaranya (Kusdianti, 2014):
 Akar udara/gantung, yaitu akar yang tumbuhnya ke arah tanah namun
bagian atasnya keluar dari bawah tanah, serta memiliki filamen yang
digunakan untuk menyimpan air dan udara;
 Akar yang menjadi batang, dengan karakteristik ialah ketika akar
mencapai tanah, maka fungsinya bekerja seperti akar pada umunya
yaitu dengan menyerap air serta unsur hara, kemudian bagian akar
yang ada di atas tanah berubah menjadi batang;
 Akar penggerek/pengisap, yaitu akar yang tumbuh sebagai parasite
untuk merampas air serta hara dari tanaman inang;
 Akar pelekat, yaitu akar yang keluar dari buku-buku batang tumbuhan
yang memanjat, dengan fungsi sebagai tempat menempel, adapula
akar pembeli yang juga untuk memanjat namun dengan cara memeluk
tiang panjatnya;
 Akar napas, yaitu akar yang cabang-cabang akarnya tumbuh dengan
tegak lurus ke atas kemudian muncul ke permukaan tanah serta
memiliki celah untuk masuknya udara;
 Akar tunjang, yaitu akar yang tumbuh dari bagian bawah batang
menuju segala arah dengan seolah-olah mampu menopang batang agar
tidak mudah rebah.
 Akar lutut, yaitu bagian akar yang tumbuhnya ke atas kemudian
membelok lagi ke dalam tanah.
Akar banir, yaitu akar yang bentuknya menyerupai papan-papan yang
disusun secara miring untuk memperkuat batangnyaAkar tunggang memiliki
beberapa modifikasi, diantaranya; Fusiform roots, Conical roots, Napiform,
Tuberous root, Nodulated root, dan Respiratory roots. Kemudian pada akar
adventif juga terbagi menjadi beberapa modifikasi, diantaranya; Umbi akar,
Fasciculated, Nodulose, Beaded atau moniliform, Annulated, Stilt roots atau
akar penguat, Prop root atau pillar roots, Butteress root,
Akar pemanjat (climbing roots), Foliar roots atau epiphyllous roots,
Akar penghisap (sucking atau haustorial roots atau parasitic roots),
Assimilatory roots,
Hygroscopic roots, Contractile root, Root thorns, Reproductive roots,
dan Akar daun (leaf roots).
2.2 Morfologi dan Anatomi Batang Tumbuhan
Batang merupakan sumbu dengan daun yang melekat padanya. Di
ujung sumbu titik tumbuhannya, batang dikelilingi daun muda dan menjadi
tunas terminal. Di bagian batang yang lebih tua, yang daunnya saling
berjauhan, buku (nodus), tempat daun melekat pada batang dapat dibedakan
menjadi ruas (internodus), yakni bagian batang di antara dua buku yang
berurutan. Berkaitan dengan habitat tumbuh, dibedakan batang yang tumbuh
dibawah tanah (rhizoma, umbi lapis, atau umbi batang), di dalam air, atau di
barat. Batang juga ada yang tegak, memanjat, atau merayap (Hidayat, 1995 :
156).
Berbeda dengan akar, anatomi batang dipengaruhi oleh daun-daun
yang terdapat padanya serta terbentuk secara eksogen. Seperti pada akar,
pada batang juga ditemukan epidermis, korteks, dan bagian tengah yang
mengandung jaringan pembuluh. Jaringan pada batang dapat dibagi menjadi
jaringan dermal, jaringan dasar, dan jaringan pembuluh. Perbedaan struktur
primer pada batang pada spesies yang berlainan didasari oleh perbedaan
dalam jumlah jaringan dasar dan jaringan pembuluh (Hidayat, 1995 : 156).
Pada ruas batang konifer dan dikotil terdapat jaringan pembuluh berupa
silinder yang membatasi parenkim empulur di tengah serta korteks di
sebelah luar. Sistem jaringan pembuluh itu terbagi menjadi berkas (fasikel)
ikatan pembuluh yang berdekatan satu sama lain atau terpisah oleh
parenkim celah daun yang disebut parenkim interfasikel. Sebuah parenkim
interfasikel sering kali disebut jari-jari empulur medulla atau jari-jari
empulur (Suradinata, 1998).
Berdasarkan kenampakan batang, tumbuhan dibedakan menjadi
tumbuhan yang tidak berbatang (Planta acaulis), seperti lobak (Rhapanus
sativus L.), dan sawi (Brassica juncea L.), dan tumbuhan yang jelas
berbatang, yang terdiri atas batang basah (herbaceus), batang berkayu
(lignosus), batang rumput (calmus), dan batang mendong (calamus).
Pada umumnya batang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut.
1) Umumnya berbentuk panjang bulat seperti silinder atau dapat pula
umumnya bentuk lain, akan tetapi selalu bersifat aktinomorf. Artinya
dapat dengan sejumlah bidang dibagi menjadi dua bagian yang
setangkup;
2) Terdiri atas ruas-ruas yang masing-masing dibatasi oleh buku-buku,
dan pada buku-buku inilah terdapat daun;
3) Tumbuhanya biasanya keatas. menuju cahaya atau matahari (bersifat
fototrop atau heliotrop);
4) Selalu bertambah panjang diujungnya, oleh sebab itu sering dikatakan.
bahwa batang mempunyai pertumbuhan yang tidak terbatas;
5) Mengadakan percabangan dan selama hidupnya tumbuhan tidak
digugurkan. Kecuali kadang-kadang cabang atau ranting yang kecil;
6) Umumnya tidak berwarna hijau. Kecuali tumbuhan yang umurnya
masih pendek, misalnya rumput dan waktu batang masih muda;
Fungsi batang sebagai bagian dari tubuh tumbuhan antara lain.
1) Mendukung bagian-bagian tumbuhan yang ada diatas tanah, yaitu :
daun, bunga, dan buah;
2) Dengan percabanganya memperluas bidang asimilasi, dan
menempatkan bagian-bagian tumbuhan didalam ruang sedemikian
rupa. Hingga dari segi kepentingan tumbuhan bagian-bagian tadi
terdapat dalam posisi yang paling menguntukan;
3) Jalan pengangkutan air dan zat-zat makanan dari bawah keatas dan
jalan pengangkutan hasil-hasil asimilasi dari atas ke bawah;
4) Menjadi tempat penimbunan zat-zat makanan cadangan (Sri Mulyani,
2006).
Bentuk batang berdasarkan penampang melintangnya dapat dibedakan
menjadi bulat (teres), bersegi (angularis), dan pipih yang biasanya lalu
melebar menyerupai daun dan mengambil alih tugas daun pula. Batang juga
dapat dikarakterisasi melalui sifat permukaannya, apakah licin (laevis),
berusuk (costatus), beralur (sulcatus), bersayap (alatus), berambut (pilosus),
berduri (spinosus), dan sebagainya. Arah tumbuh batang juga berbeda-beda,
seperti tegak lurus (erectus), menggantung (dependens, pendulus), berbaring
(humifusus), menjalar atau merayap (repens), serong ke atas atau condong
(ascendens), mengangguk (nutans), memanjat (scandens), dan membelit
(volubilis). Sedangkan percabangan pada batang dibedakan menjadi
monopodial, simpodial, dan menggarpu atau dikotom (Tjitrosoepomo,
2011).

Batang tumbuhan mempunyai umur yang terbatas, sehingga tumbuhan


seringkali dibeda-bedakan menurut panjang atau pendek umurnya, yaitu:
1) Tumbuhan annual (annulus), yaitu tumbuhan yang umurnya pendek,
umurnya kurang dari satu tahun sudah mati atau paling banyak
mencapai umur setahun, mislnya jagung (Zea mays L.), kedelai (Soya
max Piper), kacang tanah (Arachis hypogea L.), dan lain-lain.
2) Tumbuhan bienial; dua tahun (biennis), yaitu tumbuhan yang untuk
hidupnya, mulai tumbuh sampai menghasilkan biji (keturunan baru)
memerlukan waktu dua tahun, misalnya biet (Beta vulgaris L.) dan
digitalis (Digitalis purpurea L.).
3) Tumbuhan menahun atau tumbuhan keras, yaitu yang dapat mencapai
umur sampai bertahun-tahun belum juga mati, bahkan ada yang dapat
mencapai umur sampai ratusan tahun. Terna yang berumur panjang
biasanya mempunyai bagian di bawah tanah yang selalu hidup,
meskipun bagiannya yang di atas tanah sudah mati, misalnya
emponempon (Zingiberaceae) (Ibid., hal 90).

2.3 Morfologi dan Anatomi Daun Tumbuhan


Daun merupakan struktur pokok tumbuhan yang penting. Daun
mempunyai fungsi antara lain sebagai resorbsi (pengambilan zat-zat
makanan terutama yang berupa zat gas karbon dioksida), mengolah
makanan melalui fotosintesis, serta sebagai alat transpirasi (penguapan air)
dan respirasi (pernapasan dan pertukaran gas) (Dewi Rosanti, 2013). Daun
sebenarnya adalah batang yang telah mengalami modifikasi yang kemudian
berbentuk pipih dan juga terdiri dari sel-sel yang dan jaringan seperti yang
terdapat pada batang (Siti Sutarmi, dkk, 1983).
Bagian-bagian daun yang lengkap meliputi upih daun atau pelepah
daun (vagina), tangkai daun (petiolus), dan helaian daun (lamina). Daun
yang lengkap dapat dijumpai pada beberapa tumbuhan, seperti pisang (Musa
paradisiaca L.), pohon pinang (Areca catechu L.), bambu (Bambusa sp.)
dan lain-lain. Tumbuhan seringkali mempunyai alat tambahan atau selain
bagian-bagian tersebut di atas, diantaranya daun penumpu (stipula), selaput
bumbung (ocrea atau ochrea), dan lidah-lidah (ligula).

Sifat-sifat daun yang perlu diperhatikan adalah bangunnya


(circumscriptio), ujungnya (apex), pangkalnya (basis), susunan tulang-
tulangnya (nervatio atau nevatio), tepinya (margo), daging daunnya
(intervenium), dan sifat-sifat lain seperti keadaan permukaan atas maupun
bawahnya (gundul, berambut, atau lainnya), warnanya, dan lain-lain
(Tjitrosoepomo, 2011):
1) Pangkal daun Pangkal daun merupakan bagaian helaian yang
berhubungan langsung dengan tangkai daun. Pangkal yang terdapat di
kiri-kanan tangkai daun, baik berekatan atau tidak, dapat dibedakan
menjadi sedikitnya delapan macam yang dapat dilihat pada gambar.
(Agroteknologi, 2017)
1) Ujung Daun, merupakan puncak daun, di mana letaknya paling jauh
dari tangkai daun. Ujung daun memiliki bentuk yang beraneka ragam.
Dalam morfologi tumbuhan dikenal sedikitnya 8 bentuk ujung daun
yang dapat dilihat pada gambar.

(Agroteknologi, 2017)
2) Tulang Daun, merupakan struktur penguat helaian daun, sama
fungsinya dengan tulang manusia yang member kekuatan menunjang
berdirinya tubuh. Tulang daun terdiri 4 bagian yang dapat dilihat pada
gambar.

(a) Menyirip, (b) Melengkung, (c) Menjari, (d) Sejajar (Agroteknologi,


2017)
3) Bangun (Bentuk) Daun merupakan bentuk helaian daun secara
keseluruhan. Untuk melihat bangun daun hanya perlu dilihat satu
helian daun (lamina) saja. Jika daun tersebut merupakan daun
majemuk, untuk melihat bangun daunya dapat diamati pada satu
helaian anak daunya. Berbagai macam bangun daun dapat dilihat pada
gambar.

(a) Pedang/belati, (b) Jarum, (c) Linear, (d) Lanset, (e) Lanset oval, (f)
Bulat telur, (g) Telur pipih, (h) Oval meruncing, (i) Sudip, (j) Bulat telur,
(k) Lingkaran, (l) Ginjal, (m) Jantung terbalik, (n) Jantung, (o) Belah
ketupat, (p) Berbagi menyirip, (r) Tombak (s) Anak panah, (t) Segitiga
(Gembong, 2009).

Tipe-tipe daun meliputi daun tunggal dan daun majemuk (folium


compasitum). Menurut susunan anak daun pada ibu tangkainya, daun
majemuk dapat dibedakan menjadi daun majemuk menyirip (pinnatus),
daun majemuk menjari (palmatus), daun majemuk bangun kaki (pedatus),
dan daun majemuk campuran (digitato pinntatus). Daun juga mengalami
modifikasi pada banyak tumbuhan sehingga membuatnya berguna bagi
manusia, diantaraya adalah sulur, piala, dan duri.

Sulur atau pembelit adalah daun yang berubah dan berfungsi sebagai
penunjang dengan membelit. Sulur dapat berasal dari tangkai daun
(Nepenthes, kantung semar), seluruh daun atau ujung daun (Gloirosa
superba, kembang sungsang), anak daun pada daun majemuk bahkan
stipula, dan lain-lain. Piala adalah modifikasi tangkai daun yang menjadi
pipih lebar dan mengambil alih fungsi helaian daun untuk berfotosintesis,
misalnya pada Nepenthes, Acacia auriculiformis, Utricularia dan
Dischidia raffesiana. Daun yang kehilangan warna hijaunya dan berubah
menjadi runcing dan keras disebut duri. Contoh yang umum adalah kaktus
dan sebangsanya. Duri juga dapat berasal dari stipula seperti pada jeruk
kingkit (Siti Sutarmi, dkk, 1983).

Karakter morfologi tumbuhan lain yang dapat diamati adalah tata


letak daun pada batang (phyllotaxis atau dispositio foliorum). Sebelum
menentukan tata letak daun harus ditentukan dahulu berapa jumlah daun
yang terdapat pada satu buku-buku batang yang memiliki kemungkinan
hanya terdapat satu daun saja, dua daun, atau lebih dari dua daun. Tata
letak daun dihitung dengan menggunakan rumus yang disebut dengan
deret Fibonacci berdasarkan karakter yang dimiliki oleh daun
(Tjitrosoepomo, 2011).

II. Tujuan Pratikum


2.1. Mengamati karakter khas organ vegetatif tumbuhan dalam korteks
morfologi dan anatomi
2.2. Mengamati struktur-struktur yang terdapat pada akar, batang, dan
daun
2.3. Mengenal berbagai variasi morfologi organ vegetatif pada beragam
tumbuhan yang berbeda

III. Manfaat Pratikum


3.1. Dapat mengetahui karakter khas organ vegetative tumbuhan dalam
korteks morfologi dan anatomi
3.2. Mengetahui struktur-struktur yang terdapat pada akar, batang, dan
daun
3.3. Mengetahui berbagai variasi morfologi organ vegetative tumbuhan.
IV. Prosedur
4.1. Diamati setiap spesimen dan dideskripsikan karakteristik
morfologinya.
4.2. Digambar deskripsi morfologi spesimen tersebut kedalam buku
gambar yang dilengkapi oleh klasifikasi dan manfaat dari spesimen
tersebut
4.3. Disayat spesimen menggunakan silet dan disiapkan diatas kaca objek
dengan reagen.
4.4. Diamati anatomi spesimen dan dideskripsikan serta digambar pada
buku gambar yang dilengkapi oleh keterangannya.

V. Alat dan Bahan


5.1. Alat
Adapun alat yang digunakan pada pratikum ini yaitu baki sampel,
gabus untuk menyayat organ tumbuhan, jarum jara, kaca objek dan
penutup, mikroskop, pisau cutter, silet.
5.2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada pratikum ini yaitu organ
vegetative tumbuhan (akar, batang, daun, dan modifikasinya),
preparate awetan organ tumbuhan (akar dikotil/monokotil, batang
dikotil/monokotil, daun dikotil/monokotil/pinophyte), dan reagen
untuk pengamatan anatomi dan identifikasi.
VI. Data pengamatan
Hasil Pengamatan
Piper Betle L

GAMBAR MORFOLOGI
Habitus:
 Liana

Akar:
 Serabut

Batang:
 Kasar
 Bulat
 Batang bernodus dan
internodus

Daun:
 Tulang daun melengkung
 Ujung daun lancip
 Daun berbentuk kordatus
 Tepi daun rata
 Filotaksis tersebar
 Urat daun melengkung
 Tunggal

Anatomi
 Mesofil
 Epidermis
 Jaringan pembuluh
Pinus merkusii Jungh. & de Vriese

GAMBAR MORFOLOGI
Habitus:
 Pohon

Akar:
 Tunggang

Batang:
 Kasar
 Silinder
 Bersisik

Daun:
 Daun tunggal
 Filotaksis tersebar
 Bentuk daun jarum
 Tepi daun rata
 Satu helai terdiri dari 2 daun
 Ujung daun lancip

Anatomi:
 Jaringan pembuluh
 Mesofil
 Endodermis
 Epidermis
 Saluran resin
Catharanthus roseus (L.) G. Don

GAMBAR MORFOLOGI
Habitus:
 Perdu

Akar:
 Serabut

Batang:
 Batang bernodus dan
internodus
 Bulat

Daun:
 Filotaksis dekusatus
 Tulamg daun menyirip
 Ujung daun lancip
 Tunggal
 Tepi daun rata
 Tekstur daun berserabut

Anatomi:
 Epidermis
 Trikoma
 Palisade
 Spons
 Jaringan prmbuluh
Zea mays L.

GAMBAR MORFOLOGI
Habitus:
 Herba

Akar:
 Serabut

Batang:
 Batang bernodus dan
internodus

Daun:
 Tulang daun sejajar
 Berbentuk pita
 Filotaksis dekusatus
 Ujung daun lancip
 Tepi daun rata
 Tekstur daun berserabut
 Tunggal

Anatomi:
 Parenkim korteks
 Jaringan pembuluh
 Mesofil
 Floem
 Epidermis
 Xylem
 Stomata
Nicotiana tabacum L.

GAMBAR MORFOLOGI
Habitus:
 Perdu

Akar:
 Serabut

Batang:
 Bulat
 Berserabut

Daun:
 Tekstur halus
 Tepi daun rata
 Ujung daun lancip
 Tunggal
 Filotaksis tersebar

Anatomi:
 Epidermis
 Rambut kelenjar
 Nikotin
Dokumentasi Spesimen
HASIL PENGAMATAN KETERANGAN
Piper betle L.
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Piperales
Suku : Piperaceae
Marga : Piper
Jenis : Piper betle L.
Vern : Sirih

Pinus merkusii Jungh. & de Vriese


Kerajaan : Plantae
Divisi : Pinophyta
Kelas : Pinopsida
Bangsa : Pinales
Suku : Pinaceae
Marga : Pinus
Jenis : Pinus merkusii Jungh. & de
Vriese
Vern : Pinus, tusam
Catharanthus roseus (L.) G. Don
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Gentianales
Suku : Apocynaceae
Marga : Catharanthus
Jenis : Catharanthus roseus (L.)
G. Don
Vern : Tapak dara, kembang
tembaga

Zea mays L.
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Bangsa : Cyperales
Suku : Poacaeae
Marga : Zea
Jenis : Zea mays L.
Vern : Jagung
Nicotiana tabacum L.
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Solanales
Suku : Solanaceae
Marga : Nicotiana
Jenis : Nicotiana tabacum L.
Vern : Tembakau
VII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini telah di lakukan pengamatan kepada
beberapa tumbuhan berbiji organ vegetatif. Adapun spesimen yang di
amati pada praktikum kali ini adalah Piper betle, Pinus merkusii,
Catharantus roseus, Zea mays, dan Nicotiana tabacum.

Dari kelima spesimen di atas dapat diamati morfologi yang khas


pada buah, bunga dan biji dari masing – masing spesimen. Hal – hal yang
bisa diamati diantaranya perbedaan antara strobilus jantan juga betina,
jenis perbungaannya, bagian – bagian bunga, tata letak pistilum dan
stamen, jenis - jenis buah dan lain sebagainnya.

Berikut akan di bahas mengenai klasifikasi, morfologi, anatomi,


kandungan kimia yang terkandung dan khasiat atau penggunaan dari setiap
spesimen yang telah diamati.

1. Piper betle (Sirih)


Klasifikasi
Kingdom: Plantae
Subkingdom: Tracheobionta
Superdivisi: Spermatophyta
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Subkelas: Magnoliidae
Ordo: Piperales
Famili: Piperaceae
Genus: Piper
Spesies: Piper betle L.
(Tjitrosoepomo, 1988)

Morfologi & Anatomi


Berdasarkan hasil praktikum dan pengamatan, Sirih hijau (Piper
betle L.) termasuk jenis tumbuhan perdu merambat dan bersandarkan pada
batang pohon lain, batang berkayu, berbuku-buku, beralur, warna hijau
keabu-abuan, daun tunggal, bulat panjang, warna hijau, perbungaan bulir,
warna kekuningan, buah buni, bulat, warna hijau keabu-abuan (Damayanti
dkk, 2006). Tanaman ini panjangnya mampu mencapai puluhan meter.
Bentuk daunnya pipih menyerupai jantung, tangkainya agak panjang, tepi
daun rata, ujung daun meruncing, pangkal daun berlekuk, tulang daun
menyirip, dan daging daun tipis. Permukaan daun warna hijau dan licin,
sedangkan batang pohonnya berwarna hijau tembelek atau hijau agak
kecoklatan dan permukaan kulitnya kasar serta berbuku-buku. Daun sirih
yang subur berukuran lebar antara 8-12 cm dan panjangya 10-15 cm
(Damayanti dkk, 2006).

Kandungan Kimia

Tumbuhan sirih ini kaya akan kandungan kimia seperti minyak


atsiri, hidroksikavikol, kavikol, kavibetol, allypykatekol, karvakol,
eugenol, eugenol methyl ether, pterpenenna, eskuiterpena, fenil propane,
tannin, diastase, gula dan pati. Arecoline yang ditemukan pada seluruh
bagian tanaman berguna merangsang saraf pusat, merangsang daya piker,
meningkatkan Gerakan peristaltic, merangsang kejang, dan meredakan
sifat mendengkur. Eugenol yang ditemukan pada daun berguna untuk
mencegah ejakulasi premature, mematikan jamur Candida albicans,
antikejang, analgesic, anestetik,, Pereda kejang pada otot polos dan
penekan pengendali tegak. Tanin yang juga terdapat pada daun berguna
sebagai astringent (mengurangi sekresi pada liang vagina) sehingga sirih
dapat berfungsi untuk mengobati keputihan.(Pramono, 2008)

Kegunaan/Pemanfaatan/Khasiat/Efek Farmakologi

Daun sirih hijau dapat digunakan sebagai antibekteri karena


mengandung 4,2% minyak atsiri yang sebagian besar terdiri dari
betephenol, caryophyllen (sisquiterpene), kavikol, kavibetol, estragol, dan
terpen (Hermawan dkk, 2007). Komponen utama minyak atsiri terdiri dari
fenol dan senyawa turunannya. Salah satu senyawa turunan itu adalah
kavikol yang memiliki daya bakterisida lima kali lebih kuat dibandingkan
fenol. Daya antibakteri minyak atsiri daun sirih hijau (Piper betle L.)
disebabkan adanya senyawa kavikol yang dapat mendenaturasi protein sel
bakteri. Flavonoid selain berfungsi sebagai antibakteri dan mengandung
kavikol dan kavibetol yang merupakan turunan dari fenol yang
mempunyai daya mempunyai sifat antibakteri, terutama terhadap
Shigella sp. Monoterpana dan seskuiterpana memiliki sifat sebagai
antiseptik, anti peradangan dan antianalgenik yang dapat membantu
penyembuhan luka (Zahra dan Iskandar, 2007).

Daun sirih juga bermanfaat bagi penyembuhan ambeien dengan


cara mencampur 11 lembar daun sirih dengan ¼ ruas kunyit dan 1 ons
buah asam. Ramuan tersebut direbus sampai mendidih dan diminum
secukupnya. Daun sirih untuk pengobatan batuk rejan dapat dilakukan
dengan cara 7 lembar daun sirih dan gula batu. Ramuan tersebut direbus
dengan 1 gelas air hingga tersisa ½ gelas air. Ramuan tersebut diminum 3
kali sehari 1 sendok makan. Untuk pengobatan disentri, sirih dicampur
gambir dan kapur ditumbuk halus dan diseduh dengan air. Ramuan
tersebut ditumbuk dan diseduh dengan air, ramuan tersebut diminum 3 kali
sehari 1 sendok makan. (Pujiastuti, 2016)

2. Pinus Merkusii (Pinus)


Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Pinophyta
Kelas : Pinopsida
Ordo : Pinales
Famili : Pinaceae
Genus : Pinus
Spesies : Pinus merkusii (Pakaretani, 2016).

Morfologi Dan Anatomi


Berdasarkan hasil praktikum, morfologi dari Pinus merkusii
memiliki daun berbentuk jarum dan 1 ikat daunnya memiliki 2 helai, lalu
pada bagian batangnya berbentuk silinder, bersisik serta berkayu dan
mempunyai akar yang termasuk akar tunggang. Tumbuhan Pinus merkusii
ini mempunyai 2 strobilus, yaitu strobilus jantan dan strobilus betina
(Makrosporangium) dan termasuk habitus Pohon. Dan setiap satu sisik
runjung terdapat bji dibagian ujungnnya yang memiliki sayap , sehingga
biji tersebut bisa terbang ke tempat sesuai untuk tumbuhan ini tumbuh.
Morfologi di atas sesuai dengan literatur bahwa Pinus merkusii
mempunyai ciri khas dengan daunnya yang memipih membentuk jarum
dan berkelompok atau berupa sisik.Pinus memiliki strobilus jantan dan
strobilus betina dalam satu pohon.Ukuran strobilus jantan lebih kecil
dibandingkan strobilus betina (berkayu), dan terletak aksilarkis.Pohon
pinus termasuk ke dalam tipe pohon berumah satu dengan bunga
berkelamin tunggal.Bunga jantan dan betina dalam satu tunas.Bunga
jantan berbentuk strobilus dengan panjang 2-4 cm terletak di ujung dahan
(Sallolo, 2017).
Kandungan Kimia

Pinus merkusii memiliki saluran resin yang dapat menghasilkan


suatu metabolit sekunder bersifat alelopati. Alelokimia pada resin tersebut
termasuk pada kelompok senyawa terpenoid, yaitu monoterpen -pinene
dan -pinene. Senyawa ini merupakan bahan utama pada tumbuhan
terpentin (Taiz and Zeiger, 1991). Getah Pinus termasuk jenis oleoresin
(perpaduan resin dan minyak pohon) yang mengandung senyawa
terpenoid, hidrokarbon dan senyawa netral bila didestilasikan akan
menghasilkan 15-25 % terpentin (C10H16) dan 70-80 % gondorukem dan
5-10 % kotoran (Riwayati 2005).
Kegunaan/Pemanfaatan/Khasiat/Efek Farmakologi

Bagian batang Pinus merkusii dapat disadap untuk diambil


getahnya. Getahnya menghasilkan gondoruken sebagai komponen utama
daan terpetin sebagai hasil samping. Getah Pinus merkusii dapat
digunakan sebagai bahan pembuatan sabun, resin, dan pengencer
cat.Terpetin yang dihasilkan berupa minyak astiri yang dapat digunakan
dalam bidang farmasi karena memiliki komponen utama -pinene yang
bersifat sebagai antijamur, antiseptic, antibakteri, serta berpotensi sebagai
minyak untuk mengurut otot dan persendian. Daun Pinus merkusii juga
mempunyai efek antibakteri , terutama pada Staphylococcus aereus dan
Escherichia coli (Sutiya, 2006).

3. Catharantus Roseus (Tapak Dara)


Klasifikasi
Menurut Badan POM RI (2008), berikut merupakan klasifikasi
tanaman tapak dara (Catharanthus roseus) adalah sebagai berikut:
Divisi : Plantae
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Gentianales
Suku : Apocynaceae
Marga : Catharanthus Spesies : Catharanthus roseus (L.) G. Don.

Morfologi dan Anatomi


Habitus tapak dara berupa tumbuhan semak, termasuk tumbuhan
tahunan, tingginya sekitar 1-2 m, memiliki batang berkayu, bulat,
bercabang, beruas-ruas dan berwarna hijau. Daun tapak dara tergolong
daun tunggal dengan letaknya silang berhadapan, mempunyai morfologi
bulat telur dengan ujungnya terdapat getah dan pangkal tumpul, tepi rata,
mengkilat, memiliki tangkai dengan panjang 2-6 cm, lebar daun 1-3 cm,
pertulangan menyirip, serta berwarna hijau. Bunga tapak dara ialah jenis
bunga tunggal, terletak di ketiak daun, memiliki mahkota berbentuk
terompet, panjang tangkai 2,5-3 cm, memiliki kelopak bertajuk lima,
berbentuk runcing, benang sari berjumlah lima, kepala sari berwarna
kuning,dan tangkai putik putih. Buahnya kotak dengan bentuk pipih,
ketika masih muda berwarna hijau setelah tua maka akan berwarna coklat.
Biji kecil, keras dan berwarna coklat. Akar berupa akar tunggang dan
berwarna putih (Badan POM Republik Indonesia, 2008).

Kandungan Kimia
Metabolit sekunder yang dihasilkan tapak dara yaitu alkaloid
(Dessisa, 2001). kristin dan vinblastin. Alkaloid memiliki rasa yang pahit
dan dingin (Wijayakusuma, 2005). Hasil uji fitokimia menunjukkan
bahwa ekstrak metanol bunga tapak dara mengandung alkaloid, flavonoid,
fenolik, tanin, dan terpenoid, sedangkan fraksi n-heksan mengandung
tanin, fraksi etil asetat mengandung alkaloid, flavonoid, fenolik dan tanin,
serta fraksi n-butanol mengandung alkaloid, flavonoid, fenolik, tanin dan
terpenoid.

Kegunaan/Pemanfaatan/Khasiat/Efek Farmakologi
Sebelumnya, pemanfaatan tapak dara digunakan untuk meredakan
nyeri otot, obat depresi, obat sistem pusat, menghilangkan bengkak akibat
sengatan tawon, obat mimisan, gusi berdarah, bisul, dan sakit tenggorokan.
Saat ini penggunaan tapak dara mengalami kemajuan, salah
satunya ialah penemuan obat antikanker (Friis dan Gilbert, 2000).
Komponen aktif antikanker yang dihasilkan ialah vinkristin dan vinblastin.
Kedua senyawa tersebut dapat menghambat sel kanker pada tahap
metafase atau mitosis kemudian dapat menghambat sintesis purin, DNA,
RNA yang terdapat pada sel kanker, sehingga proliferasinya dapat
dihambat. Proses molekuler penghambatan kanker dilakukan dengan cara
menghambat sintesis DNA. Replikasi DNA terjadi apabila adanya sintesis
rantai nukleotida yang baru. Proses ini berlangsung apabila tersedianya
komplementasi pasangan basa (purin dan pirimidin) untuk menghasilkan
cetakan baru. Oleh karena itu dengan terhambatnya sintesis purin maka
proses replikasi DNA sel kanker tidak terjadi, sehingga dapat menghambat
proliferasi sel kanker (Fowler, 1983).

4. Zea Mays (Jagung)


Klasifikasi
Tanaman Jagung (Zea mays L.) dalam sistematika tumbuhan
dimasukkan dalam klasifikasi sebagai berikut (Warisno, 1998):
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Agiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Family : Poeceae (Graminae)
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.

Morfologi Dan Anatomi


Tanaman Jagung (Zea mays L.) ini mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut, terdiri dari satu batang utama, terbagi dalam ruas-ruas rata-rata
dapat mencapai tinggi 2 - 3m pada varietas tertentu. Daun terdiri dari
tangkai daun (pelepah daun), lidah daun, ibu tulang daun. Tanaman
jagung merupakan tanaman tropik yang pertumbuhannya sampai
berbunga, membutuhkan air yang cukup dan terbagi merata. Hal ini
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan jagung mampu
berproduksi tinggi (Izzah, 2009).
Anakan anakan jagung dapat terbentuk pada nodia yang terletak
dibawah tanah karena terdapat mata ruas yang dorman, anakan tersebut
dapat tumbuh bila keadaan lingkungan memenuhi syarat, misalnya
kandungan lengas tanah yang tinggi. Daun tanaman jagung berbentuk pita
atau garis yang memanjang. Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula.
Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang
licin dan ada yang berambut (Warisno, 1998).
Bunga jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang
terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga
memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret.
Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gulma).
Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga
(inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga
betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara
batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat
menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga
betina (Warisno, 1998).

Kandungan Kimia
Tanaman jagung mengandung karbohidrat yang cukup tingg yaitu
sekitar 74,26 gram per 100 gram, dan banyak terkonsentrasi pada bagian
endosperm. Kandungan karbohidrat pada biji jagung terdiri atas amilosa
dan amilopektin, yang tersusun dari rantai gula sukrosa. Kandungan pati
dalam biji jagung berkontribusi besar dalam kesedian total energy pada
biji jagung (Warisno,2009).
. Komponen utama jagung adalah pati, yaitu sekitar 70% dari
bobot biji. Komponen karbohidrat lain adalah gula sederhana, yaitu
glukosa, sukrosa dan fruktosa sebesar 1%-3% dari bobot biji jagung.

Kegunaan/Pemanfaatan/Khasiat/Efek Farmakologi
Salah satu tumbuhan yang digunakan masyarakat sebagai obat
herbal yaitu rambut jagung (Nessa, Arifin, dan Muchtar, 2013). Rambut
jagung mengandung senyawa antioksidan yang bermanfaat bagi tubuh.
Kandungan zat aktif yang terdapat di rambut jagung adalah flavonoid.
Mekanisme kerja flavoniod yaitu untuk melancarkan peredaran arah dan
mencegah terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah, sehingga darah
dapat mengalir dengan normal (Margowati, 2016)

5. Nicotiana Tabacum (Tembakau)


Klasifikasi
Tembakau adalah tanaman musiman yang tergolong dalam
tanaman perkebunan. Pemanfaatan tanaman tembakau terutama pada
daunnya yaitu untuk pembuatan rokok. Tanaman tembakau
diklasifikasikan sebagai berikut (Susilowati, 2006) :
Famili : Solanaceae
Sub Famili : Nicotianae
Genus : Nicotianae
Spesies : Nicotiana tabacum dan Nicotiana rustica

Morfologi dan Anatomi


Tanaman tembakau berakar tunggang menembus ke dalam tanah
sampai kedalaman 50-75 cm, sedangkan akar kecilnya menyebar ke
samping. Tanaman tembakau juga memiliki bulu akar. Perakaran tanaman
tembakau dapat tumbuh dan berkembang biak dalam tanah yang gembur,
mudah menyerap air dan subur. Batang tanaman tembakau agak bulat,
lunak tetapi kuat, makin ke ujung makin kecil. Ruas batang mengalami
penebalan yang ditumbuhi daun dan batang tanaman tidak bercabang atau
sedikit bercabang. Pada setiap ruas batang selain ditumbuhi daun juga
tumbuh tunas ketiak daun dengan diameter batang 5 cm. Bentuk daun
tembakau adalah bulat lonjong, ujungnya meruncing, tulang daun yang
menyirip, bagian tepi daun agak bergelombang dan licin. Daun bertangkai
melekat pada batang, kedudukan daun mendatar atau tegak. Ukuran dan
ketebalan daun tergantung varietasnya dan lingkungan tumbuhnya. Daun
tembakau tersusun atas lapisan palisade parenchyma pada bagian atasnya
dan spongy parenchyma pada bagian bawah. Jumlah daun dalam satu
tanaman berkisar 28-32 helai, tumbuh berselang-seling mengelilingi
batang tanaman.
Bunga tanaman tembakau merupakan bunga majemuk yang terdiri
dari bebarapa tandan dan setiap tandan berisi sampai 15 bunga. Bunga
berbentuk terompet dan panjang. Warna bunga merah jambu sampai
merah tua pada bagian atasnya, sedang bagian lain berwarna putih.
Kelopak memiliki lima pancung, benang sari berjumlah lima tetapi yang
satu lebih pendek dan melekat pada mahkota bunga. Kepala putik atau
tangkai putik terletak di atas bakal buah di dalam tabung bunga. Letak
kepala 6 putik dekat dengan benang sari dengan kedudukan sama tinggi.
Buah tembakau akan tumbuh setelah tiga minggu penyerbukan. Buah
tembakau berbentuk lonjong dan berukuran kecil berisi biji yang sangat
ringan. Biji dapat digunakan untuk perkembangbiakan tanaman.

Kandungan Kimia
Tembakau merupakan tanaman yang dapat menimbulkan adiksi
karena mengandung nikotin dan juga zat-zat karsinogen serta zat-zat
beracun lainnya. Setelah diolah menjadi suatu produk apakah rokok atau
produk lain, zat-zat kimia yang ditambahkan berpotensi untuk
menimbulkan kerusakan jaringan tubuh serta kanker. Racun utama pada
tembakau adalah tar, nikotin, dan CO (Gondodiputro, 2007). Zat – zat
beracun yang terdapat dalam tembakau antara lain:
a. Nikotin
Nikotin adalah zat atau bahan senyawa pirolidin yang terdapat
dalam Nikotiana tobacum, Nicotiana rustica dan spesies
lainnya atau sistesisnya yang bersifat adiktif dapat
mengakibatkan ketergantungan (PP RI No. 19 Tahun 2003).
Formula kimia dari nikotin adalah C10H14N2 yaitu cairan
berminyak yang beracun dan tidak berwarna atau terkadang
berwarna kekuningan. Nikotin merupakan obat perangsang
yang memiliki efek berlawanan yaitu memberikan rangsangan
sekaligus menenangkan. Nikotin menyebabkan ketagihan
karena dapat memicu dopamine yaitu unsur kimia di dalam
otak yang berhubungan dengan perasaan senang (Yumaria,
2002).
b. Tar
Yang dimaksud dengan tar adalah senyawa polinuklir
hidrokarbon aromatika yang bersifat karsinogenik (PP RI No.
19 Tahun 2003). Tar terbentuk selama pemanasan tembakau
dan kadar tar yang terdapat asap rokok inilah yang
menyebabkan adanya resiko kanker (Sukendro, 2007).
c. Formaldehid
Formaldehid adalah sejenis gas dengan bau tajam. Gas ini
tergolong sebagai pengawet dan pembasmi hama. Oleh sebab
itu tembakau juga dapat dimaanfaatkan menjadi Pestisida
penggerek batang padi (Susilowati, 2006).
d. Amonia
Amoniak merupakan gas yang tidak berwarna terdiri dari
nitrogen dan hidrogen. Racun yang ada pada ammonia
sehingga jika masuk sedikit pun ke dalam peredaran darah
akan mengakibatkan seseorang pingsan atau koma
(Gondodiputro, 2007).

Kegunaan/Pemanfaatan/Khasiat/Efek Farmakologi

Ekstrak etanol daun tembakau mampu menghambat pertumbuhan


bakteri Streptococcus mutans dan Porphyromonas gingivalis serta
pertumbuhan jamur Candida albicans. Ekstrak etanol daun tembakau
dengan konsentrasi 80% adalah konsentrasi yang paling efektif dalam
menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Ekstrak etanol
daun tembakau dengan konsentrasi 100% adalah konsentrasi yang paling
efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis
dan jamur Candida albicans.

VIII. Kesimpulan
7.1 Dari percobaan di atas telah diamati organ vegetatif tumbuhan pada
spesimen A,B,C,D, dan E .bisa di simpulkan bahwa, karakter dan variasi dari
tumbuhan vegetative bisa diketahui dari berbagai struktur tumbuhan.

- Struktur pada akar, yaitu :


• Floem : untuk mengangkut hasil makanan dari proses fotosintesis menuju ke
seluruh bagian tumbuhan
• Korteks : sebagai tempat untuk menyimpan makanan. Sel-sel korteks tersusun
renggang, sehingga banyak ruang antar-sel yang melakukan pertukaran gas.
Korteks letaknya berada di bawah epidermis, yang sebagian besar dibangun oleh
jaringan parenkim, kolenkim, dan sklerenkim.
• Bulu akar : Bagian dari lapisan epidermis akar peluasan permukaan yang
berfungsi untuk mengoptimalkan penyerapan air dan mineralnya.
• Kaliptra : mampu menerobos beberapa lapisan tanah yang keras yang letaknya
berada paling ujung akar menembus tanah yang berfungsi sebagai pelindung akar
dari kerusakan mekanis seperti yang ditunjukkan pada gambar 1.1
• Endodermis : lapisan pemisah korteks dengan silinder pusat.
• Epidermis (lapisan pelifer) : terdiri atas selapis sel yang tersusun rapat, dengan
dinding sel yang mudah dilewati air.
• Xilem : untuk mengangkut hara dan air dari akar ke seluruh tubuh tumbuhan.

- Struktur pada batang, yaitu :


• Epidermis : Pelindung jaringan didalamnya
• Korteks : tempat pertukaran gas
• Endodermis :
• Stele : teradapar empulur, sel parenkim, jaringan pengangkut • Empulur :
menyimpan cadangan makanan serta memperkuat organ tumbuhan dan
pengangkutan air dan mineral ke arah samping.

- Struktur pada daun, yaitu :


• Pelepah Daun = untuk mendudukkan daun pada batang
• Tangkai daun = menghubungkan pelepah dengan helai daun
• Helai daun = bagian terpenting karena pada helai daun terjadi proses
fotosintesis. Pada helai daun terdapat pertulangan daun. Xylem dan floem pada
daun lebih tampak jelas di pertulangan daun daripada di helainya
• Stomata terletak dibagian bawah daun. Stomata berfungsi sebagai organ
pernafasan tumbuhan
• Klorofil = terletak di dalam helai daun. Klorofil adalah zat hijau daun yang
berfungsi dalam proses fotosintesis.
DAFTAR PUSTAKA

Agroteknologi. 2017. Pengertian Fungsi dan Jenis Organisme Tanah.


http://agroteknologi.web.id/pengertian-fungsi-dan-jenis-organismetanah.
diakses pada tanggal 16 Juli 2018.
BPOM, 2008, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia, Jakarta
Dessisa, D. 2001. Preliminary Economic Evaluation Of Medicinal Plants In
Ethiopia. Prosiding Seminar. Halaman 176-188.
Dewi Rosanti, 2013. Morfologi Tumbuhan. Jakarta: Erlangga, hal. 18
Damayanti, R., Mulyanto dan Mulyono. (2006). Khaisat dan Manfaat Daun Sirih
Obat Mujarab dari Masa ke Masa. Jakarta: Agro Media Pustaka.
Fowler, M. W. 1983. Comercial Application And Economic Aspects of Mass
Plant Cell Culture. In : Plant Biotechnology. Mantell Smith, H. London :
Cambridge University Press.
Friis, I., Gilbert, M.G.,dan Chenopodiaceae. Flora of ethiopia and eritrea;
Magnoliaceae to flacourtiaceae. Ababa University dan Uppsala University,
Sweden.
Gondodiputro, Sharon. 2007. Bahaya Tembakau dan Bentuk-Bentuk Sediaan
Tembakau. Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran, Bandung.
Hidayat, E. B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: ITB. Hal-68
Hermawan, A., Eliyani, H., dan Tyasningsih, W. (2007). Pengaruh ekstrak daun
sirih hijau (Piper betle L.) terhadap pertumbuhan Staphylococcuc aureus
dan Escherichia coli dengan metode difusi disk. Jurnal Peneliitian, 4 (7),
1-7.
Humphries,E.C. and A.W. Whheeler. 1963. Ann. Rev. Plants Physiol. 14 :385-
410
Izzah, 2009. Pengaruh Ekstrak Beberapa Jenis Gulma terhadap Perkecambahan
Biji Jagung (Zea mays). Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Biologi
Kusdianti, R. (2014). Morfologi Tumbuhan. Penuntun Praktikum Morfologi
Tumbuhan.
Margowati, S., Priyanto, S., Wiharyani, M., Kesehatan, F., & Magelang, U. M.
(2016). Efektivitas Pengunaan Rebusan Daun Alpukat Dengan Rebusan
Daun Salam Dalam Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia. Universty
Research Coloquium, 234–248.
Nessa, Arifin, H., & Muchtar, H. (2013) . Efek Diuretik dan Daya Larut Batu
Ginjal dari Ekstrak Rambut Jagung (Zea Mays L.). Universitas Andalas.
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan
Klinik III, 345-358.
Ningtias A. F., Asyiah I. N., Pujiastuti.(2016) Manfaat Daun Sirih (Piper betle L.)
Sebagai Obat Tradisional Penyakit Dalam di Kecamatan Kalianget
Kabupaten Sumenep Madura (Benefits of Betel Leaf (Piper betle L.) As
Traditional Medicine for Internal Disease in Kalianget District Sumenep
Regency Madura). Studi Entobotani.
Susilowati, E.Y. 2006. Identifikasi Nikotin dari Daun Tembakau (Nicotiana
tabacum) Kering dan Uji Efektivitas Ekstrak Daun Tembakau Sebagai
Insektisida Penggerek Batang Padi (Scirpophaga innonata). Skripsi tidak
dipublikasikan. Semarang: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Negeri Semarang.
Sukendro Suryo. 2007. Filosofi Rokok: Sehat Tanpa Berhenti Merokok.
Sallolo Suluh, Effendy Arif, & Yusuf Siahaya.,2014 Peningkatan Kinerja
Berbagai Kompor Dengan Bahan Bakar Briket Limbah Biomassa.
Laporan Penelitian Teknik Mesin. Universitas Hasanuddin
Sri Mulyani, 2006. Anatomi Tumbuhan, Jogjakarta: Kanasius, hal. 76
Suradinata, T. S. 1998. Struktur Tumbuhan. Angkasa Anggota IKAPI : Bandung.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2009. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press
Taiz L. Zeiger E. 1991. Plant Physiologi. California The Benjamin/cumming
Publishing Company.
Tjitrosoepomo, G. 2011. Morfologi Tumbuhan. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
Tjitrosomo, Siti Sutarmi, dkk.. 1983. Botani umum I. Bandung: Angkasa.

Tjitrosoepomo, G. (1988). Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta. Yogyakarta:


Gadjah Mada University Press.
Yumaria, 2002, Bye bye Smoke, Buku Panduan Ampuh untuk berhenti Merokok.
Jakarta: Nexx Media.
Warisno. 1998. Budidaya Jagung Hibrida. Yogyakarta: Kanisius.
Warisno. 2009. Jagung Hibrida. Yogyakarta. Kanisius. Hlm 43-56.
Wijayakusuma.(2005). Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC.
Zahra, S., dan Iskandar, Y. (2007). Kandungan senyawa kimia dan bioaktivitas.
Jurnal Farmaka, 15 (3), 143-152.

Anda mungkin juga menyukai