Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM BOTANI FARMASI

PERCOBAAN 1
KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN DAN PEMBUATAN DENDOGRAM

Disusun oleh:

Davina Rustyasari (NPM 10060319122)

Dhiyaa Ramadina I.P.Dj (NPM 10060319123)

Luzhny Azzahra (NPM 10060319124)

Nurul Azizah R (NPM 10060319125)

Ina Willona R (10060319127)

Shift/Kelompok : A/4

Tanggal Percobaan : 17 Februari 2020

Tanggal Laporan : 24 Februari 2020

Nama Asisten :

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT B


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2020
I. Teori Dasar
Semua tumbuhan hidup, seperti halnya semua makhluk hidup,
memiliki sifat-sifat tertentu yang memperbedakan mereka dari benda mati.
Perbedaan tersebut dapat dilihat dari bagian dan struktur yang ada dalam
tumbuhan itu sendiri. Beberapa ilmu yang membahas mengenai bentuk
dan struktur tumbuhan adalah morfologi dan anatomi tumbuhan.
Morfologi tumbuhan adalah studi mengenai bentuk dan perkembangan,
penampilan eksternal tubuhnya dan berbagai organnya. Sedangkan,
anatomi tumbuhan adalah telaah tentang jaringan (tenunan) yang
membangun beraneka organ tersebut. Jalur ini merupakan studi yang lebih
terperinci tentang strukturnya yang lebih halus, dengan memeriksanya
dibawah lensa mikroskop. Sedangkan ilmu yang mempelajari unit struktur
terkecil dalam hal ini adalah sel yakni Sitologi (Siti T. dkk, 1983)
Dunia tumbuhan dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu
tumbuhan tidak berpembuluh dan tumbuhan berpembuluh. Tumbuhan
tidak berpambuluh (Thallophyta) terdiri atas lumut, sedangkan tumbuhan
berpembuluh (Thacheophyta) terdiri atas tumbuhan paku dan tumbuhan
berbiji. Ciri tumbuhan tidak berpembuluh, yaitu tidak mempunyai akar,
batang, dan daun sejati. Dan ciri dari tumbuhan berpembuluh atau
tumbuhan tingkat tinggi memiliki akar, batang, dan daun sejati (Loveles,
2001: 52).
Dilihat dari ciri-ciri karakteristik morfologi, dunia tumbuhan
dikelompokkan menjadi dua, yaitu tumbuhan yang tidak berpembuluh dan
tumbuhan yang berpembuluh.
1. Tumbuhan yang tidak berpembuluh
a. Thallophyta
Tumbuhan tidak berpembuluh pada umumnya berukuran kecil,
strukturnya sederhana berbentuk thalus. Sel yang menyusun tubuh
telah memperlihatkan deferensiasi yang jelas, dalam
protoplasmanya tampak nyata. Plastid yang terdiri dari selulosa
dan dalam sitoplasma ada yang menggunakan klorofil atau yang
tidak. Umumnya multiseluler tapi ada yang uniseluler, hidup di
daerah yang lembab dan bereproduksi dengan menggunakan
spora (Waluyo,2010:88).
Tumbuhan tidak berpembuluh dibedakan menjadi 4 kelompok
yaitu Ganggang (alga), alga yang termasuk kelas ini memiliki inti
yang sempurna artinya asa selaput sehingga alga biru dipisahkan
dari kelas ini. Alga merupakan tumbuhan thalus yang hidup di air
tawar atau laut dan tempat yang lembab. Dalam plastid terdapat
zat warna derifat klorofil (a, b atau keduanya). Selain itu ada zat
warna lain berupa fikosianin, fikoeritrin, fukosatin, karoten. Ada
empat filum yang termasuk kelas ini yaitu alga merah, alga hijau,
alga pirang dan alga coklat (Waluyo,2010:88).

b. Tumbuhan lumut (byrophyta)


Tumbuhan lumut yang biasa kita lihat itu adalah tumbuhan
penghasil gamet(gametofit). Anteridium dan arkegonium pada
batang tersendiri, meskipun mungkin rhizoid bersatu. Gamet
jantan dan betina bersatu, zigot tumbuh menjadi sporofit. Sporofit
menghasilkan sporangium, di dalamnya dibentuk spora. Tersebar
tumbuh menjadi gametofit baru. Seperti halnya paku, gamet
jantan mencari gamet betina dalam medium air. Itulah sebabnya
maka lumut dan paku dikenal sebagai tumbuhan air,
membutuhkan substrat air dalam pembiakan (Yatim,1987:259).
Tumbuhan lumut dibedakan dalam dua kelas yaitu
Hepaticae(lumut hati), dalam tubuh lumut hati terdapat tempat
penyimpanan air. Sebagian besar dari lumut hati mempunyai
tubuh yang tipis seperti kulit yang tumbuh memipih rata di atas
medium tanahnya. Musci(lumut daun), tubuhnya terdiri dari
puncak tegak dengan beberapa anak daun yang amat kecil
tersusun dalam pilian. Lumut daun tumbuh diberbagai tempat
seperti tempat yang kering . lumut daun membentuk badan-badan
yang berupa bantalan sedangkan yang hidup di tanah hutan
membentuk lapisan seperti babut tetapi jarang hidup di air
sehingga memperlihatkan struktur yang bermacam-macam
(Waluyo,2010:90).

c. Lumut kerak (linchen)


Organisme ini adalah kumpulan fungi dan alga tapi merupakan
satu kesatuan. Hidup secara autotrof. Linchen hidup sebagai
epifet. Alga yang menyusun linchen disebut godium. Pada linchen
terjadi simbiosis mutualisme pada permukaan saja tetapi akhirnya
alga diperalat fungi (simbiosis hilotime). Linchen berkembang
biak dengan vegetatif karena bila bagian talus terpisah tumbuh
sebagai individu baru (Waluyo,2010:89).
Di Indonesia lumut kerak tersebar luas lebih dari 1.000 jenis
yang diketahui dari sekitar 2.500 jenis yang ada. Biasanya
tanaman simbiosis ini hidup menempel pada kulit batang
tanaman, dan dapat hidup di tempat lembab, karena alga
memerlukan air untuk fotosintesis (Wildan. 2011).

2. Tumbuhan yang berpembuluh


Pada tumbuhan berpembuluh sudah terdapat akar, batang, daun
yang sejati. Pada umumnya tumbuhan berpembuluh ini memiliki zat
hijau daun atau klorofil sehingga dapat melakukan proses fotosintesis.
Tumbuhan yang berpembuluh atau Tracheophyta dapat dibedakan
menjadi tumbuhan paku (Pterydophyta), mempunyai kormus artinya
tubuhnya dapat dibedakan antara akar, batang, daun tapi belum
menghasilkan biji. Tiap bagian tubuh tersusun atas sel-sel yang telah
terdeferensiasi sehingga terdapat berkas pengangkutan berupa floem
dan xilem, jaringan pelindung penunjang dan pembiakan. Alat
perkembangbiakan berupa spora. Sporangium dan sporanya terbentuk
pada ketiak daun, langsung terbentuk pada tunas. Daun yang
mempunyai sporangium disebut sporofil.
Tumbuhan biji (Spermatophyta) merupakan tumbuhan berbunga
dan menghasilkan biji sebagai alat berkembangbiak. Tubuh terdiri atas
akar, batang, daun dan bunga. Bila bunga mengalami penyerbukan
maka akan terbentuk buah yang di dalamnya terkandung biji. Biji
tersebut akan tumbuh menjadi individu baru. Tumbuhan biji tersebut
dibagi menjadi dua divisi baru yang terdiri atas dua kelas yaitu
tumbuhan berbji terbuka (Gymnospermae) dan tumbuhan berbiji
tertutup (Angiospermae).

3. Tumbuhan berbiji terbuka


Dengan ciri-ciri yaitu berakar tunggang, berdaun sempit, tebal dan
kaku. Batang dan akar berkambium, akar berkaliptra, batas antara
ujung akar dan kaliptra tidak jelas terdiri dari tiga kelas yaitu
cycadinae, coniferinae, gnitinae. Contohnya pakis haji dan gnetum
gnemon. Batang tua dan batang muda tidak mempunyai floeterma atau
sarung tepung, yaitu endodermis yang mengandung zat tepung.
Pembuahan tunggal dan selang waktu antara penyerbukan dengan
pembuahan relatif lama. Berkas pembuluh angkut belum berfungsi
secara sempurna berupa trakeid. Yang termasuk golongan ini adalah
Cycas rumphii (pakis haji), Ginkgo opsida (ginkgo) (Rahmat. 2010).

4. Tumbuhan berbiji tertutup


Tumbuhan berbiji tertutup sendiri dibagi menjadi dua golongan,
yaitu tumbuhan dikotol dan tumbuhan monokotil. Tumbuhan
angiospermae mempunyai ciri-ciri morfologi yaitu, mempunyai bunga
yang sesungguhnya, bentuk daun pipih dan lebar dengan susunan daun
yang bervariasi, bakal biji tidak tampak terlindung dalam daun buah
atau putik, terjadi pembuahan ganda, pembentukan embrio dan
endosperma yang berlangsung dalam waktu yang hampir bersamaan.
Angiospermae dibedakan menjadi dua kelas berdasarkan keping biji
(kotiledon), adalah sebagai berikut :
a) Monokotiledon, yaitu tumbuhan yang mempunyai keping biji
tunggal.
b) Dikotiledon, yaitu tumbuhan yang mempunyai keping biji dua
(Rahmat. 2010).

Perbedaan – perbedaan tumbuhan:


1) Perbedaan Tumbuhan Dikotil Dan Monokotil dilihat dari
akarnya :
Tumbuhan dikotil :

 Akar tersusun dalam akar tunggang yang kokoh.


 Ujung akar tidak diliputi oleh selaput pelindung

Tumbuhan monokotil :

 Akar tersusun dalam akar serabut yang kurang kokoh.


 Ujung akar lembaga dan pucuk lembaga dilindungi oleh
suatu sarung yang masing-masing disebut koleorhiza dan
koleoptil (Yuliana, 2009: 109).

2) Perbedaan Tumbuhan Dikotil Dan Monokotil dilihat dari


kambiumnya :
Tumbuhan Dikotil :

 Akar dan batang berkambium sehingga dapat mengadakan


pertumbuhan membesar dan melebar serta meninggi.

Tumbuhan Monokotil :

 Akar dan batang tidak berkambium sehingga tidak dapat


mengadakan pertumbuhan melebar dan membesar yang
ada hanyalah pertumbuhan meninggi (Yuliana, 2009:
110).

3) Perbedaan Tumbuhan Dikotil Dan Monokotil dilihat dari


batangnya : Tumbuhan Dikotil :

 Batang bercabang-cabang.

Tumbuhan Monokotil :

 Batang tidak bercabang-cabang (Yuliana, 2009: 110).

4) Perbedaan Tumbuhan Dikotil Dan Monokotil dilihat dari daunnya


: Tumbuhan Dikotil :

 Pertulangan daun menyirip atau menjari.

Tumbuhan monokotil :

 Pertulangan daun sejajar atau melengkung (Yuliana, 2009:


111).

5) Perbedaan Tumbuhan Dikotil Dan Monokotil dilihat dari bijinya :


Tumbuhan dikotil :

 Biji yang berkecambah berbelah dua dan memperlihatkan


dua daun lembaga (biji berkeping dua).

Tumbuhan monokotil :

 Biji yang berkecambah tetap utuh dan tidak membelah


(biji berkeping satu) (Yuliana, 2009: 111).
6) Perbedaan Tumbuhan Dikotil Dan Monokotil dilihat dari
pembuluh angkutnya :
Tumbuhan Dikotil :

 Berkas pembuluh angkut teratur dalam lingkaran/cincin.

Tumbuhan Monokotil :

 Berkas pembuluh angkut tidak teratur (Yuliana, 2009:


112).

7) Perbedaan Tumbuhan Dikotil Dan Monokotil dilihat dari


bunganya : Tumbuhan dikotil :

 Jumlah bagian-bagian bunga 4, 5, atau kelipatannya.

Tumbuhan monokotil :

 Jumlah bagian-bagian bunga biasanya 3 atau kelipatannya


(Waluyo, 2006: 115).
Dendrogram adalah sebuah diagram model kesamaan antar specimen yang
diamati. Dendrogram diartikan sebagai “diagram pohon”. Dendrogram
berasal dari kata dendro yang berarti pohon dan gramma yang berarti
gambaran/dekskripsi matematis. Diagram ini digunakan untuk
menggambarkan berbagai konteks pengelempokkan. Pembuatan
dendrogram adalah langkah awal untuk dapat memahami system
klasifikasi dalam sistematika tumbuhan. (Modul Praktikum Botani
Farmasi, 2020 : 18).
II. Tujuan Percobaan
1. Mengenalkan teknik dasar dalam melakukan pengenalan tumbuhan
berdasarkan morfologinya.
2. Mengenalkan tahapan dan pemaparan hasil pembuatan
dendrogram.

III. Manfaat Percobaan


1. Untuk mengetahui tumbuhan berdasarkan morfologinya.

2. Untuk mengetahui tahapan dan pemaparan hasil pembuatan.

IV. Prosedur Percobaan


Pertama-tama morfologi pada masing – masing spesimen di amati
secara seksama (dalam panduan asisten) kemudian ditentukanlah
karakteristik yang akan di bandingkan antar spesimen satu dengan
spesimen yang lain.
Kemudian, di deskripsikan setiap karakter yang akan di
bandingkan. Lalu digambarkan morfologi spesimen dan di berikan
keterangan. Kemudian di buatkan tabel kuantifikasi perbandingan karakter
( tabel 1). Selanjutnya diisikan tabel yang bersifat biner.
Kemudian dibuatkan tabel pengolahan data menggunakan indeks
kesamaan sorensen (tabel 2).
Kemudian nilai indeks persamaan sorensen di urutkan berdasarkan
nilai yang terbesar sampai nilai terkecil (tabel 3).
Selanjutnya diurutkan nilai indeks kesamaan yang lebih kecil
setelah dibuat indeks kesanaan baru dari nilai sebelumnya (tabel 4).
Kemudian, dilakukan hal yang sama sehingga seluruh spesimen
selesai di bandingkan. Lalu, indeks kesamaan sorensen di jadikan dasar
untuk pembuatan dendrogram.
Pada tahap terakhir dibuatlah dendrogram dari data yang diperoleh.
V. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah :
1. Baki sampel tumbuhan
2. Alat tulis untuk mendekripsikan tumbuhan
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah :
1. Specimen daun dan bunga/perbungaan dari lima jenis tumbuhan
yang berbeda, terdiri dari 5 spesimen (specimen A, B, C, D, dan E)
VI. Hasil pengamatan

SPESIMEN A
Jenis tumbuhan: Caessalpinia pulcherrima
Keterangan:
1. Batang Berduri.
2. Bentuk Daun Majemuk.
3. Bunga Majemuk.
4. Buah Polong.
5. Batang Berkayu.
6. Tulang Daun Menyirip.
7. Ada Serbuk Sari.
8. Bentuk Ujung Daun Tumpul.
9. Bentuk Pangkal Daun Tumpul.
10. Tekstur Daun Lembut.
11. Tepi Daun Bergerigi.
12. Habitus Perdu.
SPESIMEN B
Jenis Tumbuhan: Senna alata
Keterangan:
1. Daun Majemuk.
2. Bunga Majemuk.
3. Buah Polong.
4. Batang Tidak Berduri.
5. Batang Berkayu.
6. Tulang Daun Menyirip.
7. Ada Serbuk Sari.
8. Pangkal Daun Lancip.
9. Tepi Daun Tidak Bergerigi.
10. Tekstur Daun Lembut.
11. Habitus Perdu.
12. Ujung Daun Lancip.
SPESIMEN C
Jenis Tumbuhan: Calliandra calothyrsus
Keterangan:
1. Bentuk Daun Majemuk.
2. Bentuk Bunga Majemuk.
3. Batang Tidak Berduri.
4. Batang Tidak Berkayu.
5. Tulang Daun Menyirip.
6. Ada Serbuk Sari.
7. Ujung Daun Lancip.
8. Pangkal Daun Lancip.
9. Tepi Daun Tidak Bergerigi.
10. Tekstur Daun Lembut.
11. Habitus Perdu.
SPESIMEN D
Jenis Tumbuhan: Crotalaria anagyroides
Keterangan:
1. Bentuk Daun Majemuk.
2. Bunga Majemuk.
3. Buah Polong.
4. Batang Tidak Berduri.
5. Batang Berkayu.
6. Tulang Daun Menyirip.
7. Ada Serbuk Sari.
8. Daun Lancip.
9. Pangkal Daun Tumpul.
10. Tepi Daun Tidak Bergerigi.
11. Tekstur Daun Lembut.
12. Habitus Perdu.
SPESIMEN E
Jenis Tumbuhan: Wedelia trilobata
Keterangan:
1. Bentuk Daun Tunggal.
2. Bunga Tunggal.
3. Ada Serbuk Sari.
4. Batang Tidak Berduri.
5. Batang Tidak Berkayu
6. Bentuk Ujung Daun Lancip.
7. Tepi Daun Bergerisi.
8. Bentuk Pangkal Daun Tumpul.
9. Tekstur Daun Kasar.
10. Habitus Herba.
TABEL PENGAMATAN
 Tabel 1 (Perbandingan Karakteristik Spesimen)
SPESIMEN
NO KARAKTER
A B C D E
1. Batang Berduri 1 0 0 0 0
Batang Tidak
2. 0 1 1 1 1
Berduri
Bentuk Daun
3. 1 1 1 1 0
Majemuk
Bentuk Daun
4. 0 0 0 0 1
Tunggal
5. Bunga Majemuk 1 1 1 1 0
6. Bunga Tunggal 0 0 0 0 1
7. Buah Polong 1 1 0 1 0
8. Batang Berkayu 1 1 0 1 0
Batang Tidak
9. 0 0 1 0 1
Berkayu
Urat/Tulang Daun
10. 1 1 1 1 0
Menyirip
Ada Tidaknya
11. 1 1 1 1 1
Serbuk Sari
Bentuk Ujung
12. 0 1 1 1 1
Daun Lancip
Bentuk Ujung
13. 1 0 0 0 0
Daun Tumpul
Bentuk Pangkal
14. 0 1 1 0 0
Daun Lancip
Bentuk Pangkal
15. 1 0 0 1 1
Daun Tumpul
Tepi Daun
16. 0 0 0 0 1
Bergerigi
Tepi Daun Tidak
17. 1 1 1 1 0
Bergerigi
Tekstur Daun
18. 1 1 1 1 0
Lembut
19. Tekstur Daun 0 0 0 0 1
Kasar
20. Habitus Perdu 1 1 1 1 0
21. Habitus Herba 0 0 0 0 1
JUMLAH 12 12 11 12 10

 Tabel 2 ( Indeks Kesamaan Sorensen )

( A vs )
JUMLAH
JUMLAH INDEKS
JENIS KARAKTER
KARAKTER KESAMAAN
SAMA
A vs B 9 24 75%
A vs C 7 23 60,8%
A vs D 10 24 63,3%
A vs E 2 12 18,18%

( B vs )
JUMLAH
JUMLAH INDEKS
JENIS KARAKTER
KARAKTER KESAMAAN
SAMA
B vs C 10 23 86,9%
B vs D 11 24 91,6%
B vs E 3 22 27,2%
( C vs )
JUMLAH
JUMLAH INDEKS
JENIS KARAKTER
KARAKTER KESAMAAN
SAMA
C vs D 9 23 78,2%
C vs E 4 21 38%
( D vs )
JUMLAH
JUMLAH INDEKS
JENIS KARAKTER
KARAKTER KESAMAAN
SAMA
D vs E 4 22 36,3%

 Tabel 3 ( Urutan Nilai Indeks Kesamaan Sorensen )


A B C D E
A 0,75 0,6 0,63 0,18
B 0,86 0,91 0,27
C 0,73 0,38
D 0,36
E

 Tabel 4 ( Urutan Nilai Indeks Kesamaan Sorensen 2 )


(B vs D) A C E
(B vs
0,69 0,82 0,31
D)
A 0,6 0,18
C 0,38
E

 Tabel 5 ( Urutan Nilai Indeks Kesamaan Sorensen 3 )


(B vs D) vs C) A E
(B vs D)
0,64 0,34
vs C)
A 0,18
E

Tabel 6 ( Urutan Nilai Indeks Kesamaan Sorensen 4 )


(B vs D) vs C) vs A E
(B vs D) vs C) vs
0,26
A
E
VII. Pembahasan
MENJELASKAN TINGKAT KESAMAAN ANTAR SPESIMEN
BERDASARKAN DENDRORAM YANG DIPEROLEH
Karakteristik yang sama di :
A–B=9
A–C=7
A – D = 10
A–E=2
B – C = 10
B – D = 11
B–E=3
C – D =- 9
C–E=4
D–E=4
Dari dendrogram yang kami peroleh dinyatakan bahwa specimen B dan
Spesimen D memilki kesamaan sebesar 9%. kemudian hasil dari specimen
B dan D memiliki kesamaan sebesar 8% dengan specimen C. hasil dari B,
D, dan C memiliki kesamaan sebesar
VIII. Kesimpulan
Uni
IX. Daftar Pustaka
Campbell,Neil. A dan Jane B. Reece.2012.Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2.
Jakarta: Erlangga

Jasin,Maskoeri.1989.Sistematika Hewan (Invertebrata dan Vertebrata).


Surabaya: Sinar Wijaya

Kimball,John W .1983. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta : Erlangga

Laboraturium Farmasi terpadu unit B.2020.Modul Ptaktikum Botani


Farmasi.bandung: Universitas Islam Bandung

Parjatmo,Widjojo.1987.Panduan Praktikum Biologi Umum 1.Bandung :


Angkasa

Waluyo,Joko dkk.2013.Petunjuk Praktikum Biologi Dasar. Jember : unej

Waluyo,Joko.2010.Biologi Umum. Jember : unej

Yatim,Wildan. 1987. Biologi. Bandung : Tarsito

Anda mungkin juga menyukai