Anda di halaman 1dari 74

RESPONSI PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-1

PERIODE -2
PENANGANAN HEWAN PERCOBAAN
EFEK LOKAL OBAT
Hewan uji
Tahap uji pra klinis
• Tahap uji pra klinis ini dalam pelaksanaannya banyak melibatkan
hewan percobaan.
• Hasil pengujian tersebut digunakan sebagai bahan dasar dalam
penetapan proses pengujian selanjutnya.
Tahap uji pra klinis
Dalam percobaan/penelitian farmakologi:
• hewan harus diperlakukan atau ditangani dengan sebaik-baiknya,
• perilaku yang tidak wajar terhadap hewan percobaan dapat
menimbulkan penyimpangan-penyimpangan dalam hasil percoban.
Penanganan hewan
meliputi
• cara memelihara
• cara memegang / menghandle
• Cara memberikan sediaan
• Cara mengamati
• Cara menganestesi
• Cara mengorbankan
Penanganan hewan percobaan
Menangani hewan percobaan :
Memberikan sediaan uji Mengamati efek bahan uji pada
• Mengenal sifat
pada hewan percobaan hewan percobaan
• Menghandle hewan
menganestesi mengorbankan

Secara fisika : dislokasi leher

Secara kimia : anestesi umum dengan


dosis berlebih
Penanganan hewan
Perlu diketahui, diperhatikan dan dipelajari :
• sifat-sifat khusus setiap jenis hewan percobaan
• faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi hasil percobaan
• cara pemberian obat pada hewan percobaan
mencit
• Penakut dan fotofobik
• Cenderung sembunyi dan berkumpul dengan sesama
• Mudah ditangani
• Lebih aktif pada malam hari
• Aktivitas terganggu dengan adanya manusia
• Suhu normal badan 37,4oC
• Laju respirasi : 163 / menit
tikus
• Sangat cerdas
• Mudah ditangani
• Tidak begitu bersifat fotofobik
• Lebih resisten terhadap infeksi
• Kecenderungan berkumpul dengan sesama sangat kurang
• Jika makanan kurang atau diperlakukan secara kasar akan menjadi
liar, galak dan menyerang si pemegang.
• Suhu normal badan 37,5oC.
• Laju respirasi 210/menit
kelinci
• Jarang bersuara kecuali bila merasa nyeri
• Jika merasa tak aman akan berontak
• Suhu rektal umumnya 38 – 39,5oC
• Suhu berubah jika mengalami gangguan lingkungan
• Laju respirasi 38 – 65 / menit, umumnya 50 / menit pada kelinci
dewasa normal
marmut
• Jinak, mudah ditangani, dan jarang menggigit
• Kulit halus dan berkilat
• Bulu tebal dan kuat tapi tidak kasar
• Laju denyut jantung 150 – 160 /menit
• Laju repirasi 110 – 150 / menit
• Suhu rektal 39 – 40oC
marmut
• Harus dapat asupan vitamin C
• Kalau tidak, bisa rontok bulu
• Sangat sensitif dengan histamin
• penakut
Kesesuaian spesies untuk penelitian kita
• Mencit dan marmut untuk antikolesterol
• Tikus tidak cocok untuk antikolesterol karena tidak punya kantung
empedu
• Gigi tikus susunannya mirip dengan gigi manusia
• Albino lebih mudah diamati
• Babi untuk penelitian bedah kosmetik
• Zebra fish : untuk model pertumbuhan embrio
• Unggas : telurnya untuk mengambil antibodi, tidak perlu serum
Tingkat moral
• Disesuaikan dengan tingkat spesies
• Di Inggris dilarang menggunakan kera, monyet
• Paham animal right : hewan pet dianggap anak sehingga tidak boleh
diteliti
• Jangan memanusiakan hewan
• Berat badan seragam agar yg kecil tidak kalah
Penandaan hewan
• Supaya tidak tertukar
• Jika tertukar bisa keliru bahan uji atau dosis
• Penomoran : dengan spidol atau asam pikrat
• Spidol : ekor (mencit, tikus), telinga (kelinci)
• Penandaan berdasarkan warna : marmut
Komite etik
Persyaratan : ethical clearance dari komite etik
• Universitas Padjadjaran
• Universitas Indonesia
• Universitas Gadjah Mada
• Universitas Sumatera Utara
• Universitas Udayana,
• Institut Teknologi Bandung
• Universitas Islam Bandung
Pemeliharaan hewan
• Hewan tidak boleh kena sinar matahari langsung, tapi pakai lampu
• Lighting : meniru cahaya matahari, spektrum biru atau LED , pakai
lampu neon
• Tungsten tidak boleh, λ tidak bagus karena memicu sifat agresif
• Rodent : hewan nocturnal,
12 jam terang, 12 jam gelap ,
jam 6-jam 18 nyala, jam 18-jam 6 mati,
Mengapa : ekspresi protein fungsional ada waktunya
• Stel musik klasik cocok untuk hewan, di r hewan jangan > 80 db
Pemeliharaan hewan
• Bedding : sekam (bisa berkutu, atau residu pestisida), serutan kayu
halus
• Minum : air matang
• Makanan : harus diketahui komposisinya, untuk rodent harus cukup
keras agar bisa dikerat (naluri hewan)
Kandang mencit/tikus

sederhana
Faktor-Faktor yang dapat Mempengaruhi Hasil Percobaan

a. Faktor internal
Faktor internal yang dapat mempengaruhi hasil percobaan meliputi :
• variasi biologik (usia, jenis kelamin),
• ras dan sifat genetik,
• status kesehatan dan nutrisi,
• bobot tubuh,
• luas permukaan tubuh.
Faktor-Faktor yang dapat Mempengaruhi Hasil
Percobaan
b. Faktor eksternal
• Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil percobaan meliputi :
• suplai oksigen,
• pemeliharaan lingkungan fisiologik (keadaan kandang, suasana asing
atau baru, pengalaman hewan dalam penerimaan obat, keadaan
ruangan tempat hidup seperti suhu, kelembaban, ventilasi, cahaya,
kebisingan serta penempatan hewan),
• pemeliharaan keutuhan struktur ketika menyiapkan jaringan atau
organ untuk percobaan
Menghandle hewan
Konversi dosis
Hewan percobaan Manusia

Hewan percobaan A Hewan percobaan B


Konversi dosis
• Untuk memperoleh efek farmakologis yang sama dari suatu obat pada
setiap spesies hewan percobaan, diperlukan data mengenai
penggunaan dosis secara kuantitatif.
• Hal ini sangat diperlukan bila obat tersebut akan diaplikasikan pada
manusia
• pendekatan terbaik adalah menggunakan perbandingan luas
permukaan tubuh.
Perbandingan Luas Permukaan Tubuh Hewan Percobaan
untuk Konversi Dosis

20 g 200 g 400 g 1,5 kg 2 kg 4 kg 12 kg 70 kg


mencit tikus marmot kelinci kucing kera anjing manusia
20 g 1,0 7,0 12,29 27,8 23,7 64,1 124,2 387,9
mencit
200 g 0,14 1,0 1,74 3,3 4,2 9,2 17,8 56,0
tikus
400 g 0,08 0,57 1,0 2,25 2,4 5,2 10,2 31,5
marmot
1,5 kg 0,04 0,25 0,44 1,0 1,08 2,4 4,5 14,2
kelinci
2 kg 0,03 0,23 0,41 0,92 1,0 2,2 4,1 13,0
kucing
4 kg 0,016 0,11 0,19 0,42 0,45 1,0 1,9 6,3
kera
12 kg 0,008 0,06 0,10 0,22 0,24 0,52 1,0 3,1
anjing
70 kg 0,0026 0,018 0,031 0,07 0,13 0,16 0,32 1,0
manusia
Volume Maksimum Cairan yang Boleh Diberikan
pada Hewan Percobaan
• Volume cairan yang diberikan pada setiap jenis hewan percobaan
tidak boleh melebihi batas maksimal yang telah ditetapkan
Contoh :
• Bila diinginkan dosis absolut pada manusia 70 kg dari data dosis pada
mencit 65 mg/kg bb (untuk mencit dengan bobot badan 20 g),
maka
• dihitung terlebih dahulu dosis absolut pada mencit, yakni (65 mg /kg bb
mencit x 0,02 kg) = 1,3 mg / 20 g bb mencit.
• dapat ditentukan dosis absolut untuk manusia adalah :
1,3 mg / 20 g bb mencit x faktor konversi dari mencit kepada manusia (387,9)
= 504,27 mg / 70 kg bb manusia.

dapat diramalkan efek farmakologis suatu obat yang timbul pada manusia
dengan dosis 504,27 mg / 70 kg bb adalah sama dengan yang timbul pada
mencit dengan dosis 1,3 mg / 20 g bb.
Contoh Soal
• Seekor mencit dengan bobot 30 gram akan diberi bahan uji A untuk
diamati aktivitas dari obat trsebut. dosis absolut obat A untuk
manusia adalah 500 mg. Sediaan yang tersedia adalah suspensi obat
A dengan konsentrasi 0,26 % b/v.
• Hitunglah berapa dosis obat A untuk mencit dan berapa volume
pemberiannya jika obat tersebut akan diberikan dengan rute oral.
• (Diketahui faktor konversi dosis dari manusia ke mencit adalah :
0,0026 dan volume maksimum cairan yang boleh diberikan pada
mencit dengan bobot standar untuk rute oral adalah: 1 mL)
Jawaban contoh soal konversi dosis
• Dosis mencit = dosis manusia x factor konversi = 500 x 0,0026 = 1,3 mg/20
g bb
• Konsentrasi sediaan obat A (CA) =0,26% b/v = 0,26 g/100 mL = 260 mg/100
mL = 2,6 mg/ mL
• Volume pemberian pada mencit (ditetapkan yang maksimal) = 1 ml /20 g
bb
• Artinya : Mencit dg bb 20 g harus mendapat 1,3 mg dalam setiap mL
• Karena CA = 2,6 mg/mL , maka agar mencit tsb mendapat 1,3 mg maka
harus diberi 0,5 mL
• Untuk mencit dengan bobot 30 g maka volume pemberiannya adalah :
30/20 x 0,5 mL = 0.75 mL
Soal
• Dosis obat A peroral pada manusia dewasa adalah 500 mg, hitunglah
konversi dosis untuk diberikan kepada mencit atau tikus yang
tersedia sesuai bobot badannya dan hitunglah volume yang akan
diberikan secara oral kepada mencit atau tikus tersebut bila
konsentrasi larutan obat A yang tersediadi laboratorium adalah 5
mg/mL.
• (silakan dicoba dilatih di rumah)
Soal
• Dosis obat B intraperitonial pada manusia dewasa adalah 50 mg,
hitunglah konversi dosis untuk diberikan kepada mencit atau tikus
yang tersedia sesuai bobot badannya dan hitunglah volume yang akan
diberikan secara intraperitonial kepada mencit atau tikus tersebut bila
konsentrasi larutan obat B yang tersedia di laboratorium adalah 0,5
mg/ mL.
• (silakan dicoba dilatih di rumah)
Soal
• Seekor mencit dengan bobot 30 gram akan diberi sediaan obat A
untuk diamati aktivitas farmakologinya. Dosis absolut obat A untuk
manusia adalah 390 mg.
• Hitunglah berapa dosis obat A untuk mencit dan berapa volume
pemberiannya jika obat tersebut akan diberikan dengan rute oral.
Sediaan yang tersedia adalah suspensi obat A dengan konsentrasi
0,26 % b/v.
• (silakan dicoba dilatih di rumah)
Cara Memberikan Obat Pada
Hewan Percobaan
Yang lazim :
Oral :
Parenteral :
• Intra peritonial
• Intra kutan
• Sub kutan
• Intra muskular
• Intra vena
Pada mencit
Oral :
• cairan obat diberikan dengan
menggunakan sonde oral.
• Sonde oral ditempelkan pada langit-
langit mulut atas mencit, kemudian
masukkan perlahan-lahan sampai ke
esofagus dan cairan obat dimasukkan
ke saluran makanan
• Hati-hati jangan sampai masuk ke
saluran nafas
Sonde oral mencit dan tikus
Pada mencit
Intra peritonial :
• Mencit dipegang, pada saat penyuntikan, posisi kepala lebih rendah
dari abdomen.
• Jarum disuntikkan dengan sudut sekitar 10odari abdomen pada
daerah yang sedikit menepi dari garis tengah, agar jarum suntik tidak
mengenai kandung kemih.
• Penyuntikan juga jangan di daerah yang terlalu tinggi untuk
menghindari terjadinya penyuntikan pada hati.
Pada mencit
Sub kutan :
• kulit di daerah tengkuk diangkat dan
ke bagian bawah kulit dimasukkan
obat dengan menggunakan alat suntik
1 ml.

Intra kutan :
• Jarum suntik ditusukan ke kulit
punggung secara sejajar
• Jika kulit dipegang , jarum akan
terpegang
• Setelah cairan disuntikkan, kulit akan
menggelembung
Pada mencit

Intra vena :
• Mencit dimasukkan ke dalam kandang restriksi mencit, dengan
ekornya menjulur keluar.
• Ekornya dicelupkan ke dalam air hangat agar pembuluh vena ekor
mengalami dilatasi, sehingga memudahkan pemberian obat ke dalam
pembuluh vena.
Pada mencit
Intramuskular :
• obat disuntikkan pada paha posterior dengan jarum suntik no. 24.
Pada tikus

• Pemberian secara oral, intra muskular dan intra peritonial dapat


dilakukan dengan cara yang sama seperti pada mencit.
• Pemberian secara sub kutan dapat dilakukan di bawah kulit tengkuk
atau kulit abdomen.
• Pemberian secara intra vena lebih mudah dilakukan pada vena penis
dibandingkan dengan vena ekor.
Pada kelinci

Oral :
• pemberian obat dengan cara oral pada kelinci umumnya jarang
dilakukan, tetapi bila dilakukan biasanya digunakan alat penahan
rahang dan pipa lambung.
Subkutan :
• pemberian subkutan dapat dilakukan pada sisi sebelah pinggang atau
tengkuk. Cara: angkat kulit dan tusukkan jarum (no. 15) dengan arah
anterior.
Pada kelinci

Intra vena :
• penyuntikan dilakukan pada vena marginalis di daerah dekat ujung telinga.
Sebelum penyuntikan, telinga dibasahi terlebih dahulu dengan alkohol atau
air hangat, dan bila perlu bulunya dicukur, terutama bagi kelinci yang
berwarna gelap.
Intra muskular :
• pemberian intramuskular dapat dilakukan pada otot kaki belakang.
Intraperitoneal :
• posisi kelinci diatur sedemikian rupa sehingga letak kepala lebih rendah
daripada perut. Penyuntikan dilakukan pada garis tengah di muka kandung
kencing.
Pada marmot
• Oral :
• pemberian obat secara oral dilakukan dengan menggunakan sonde
oral.
• Intradermal :
• bulu marmot pada daerah yang akan disuntik terlebih dahulu dicukur.
Suntikkan obat ke dalam kulit secara perlahan-lahan.
• Subkutan :
• angkat bagian kulit dengan cara dicubit, dan tusukkan jarum suntik ke
bawah kulit dengan arah paralel dengan otot di bawahnya.
Pada marmot
• Intraperitonial :
• marmot dipegang punggungnya sedemikian sehingga perutnya agak
menjolok ke muka. Jarum suntik ditusukkan seperti pada cara
subkutan, sesudah masuk ke dalam kulit, jarum ditegakan sehingga
menembus lapisan otot dan masuk ke dalam daerah peritonium.
• Intra muskular :
• jarum ditusukkan pada jaringan otot, tetapi jangan terlalu dalam
sampai menyentuh tulang paha. Daerah penyuntikkan adalah otot
paha bagian posterior – lateral.
• Intra vena : jarang dilakukan
Cara menganestesi
Mencit :
Senyawa-senyawa yang dapat digunakan untuk anestesi adalah:
• Eter
• Halotan
• Pentobarbital natrium dan heksobarbital natrium
• Uretan (etil karabamat)
Cara menganestesi
• Eter
• Eter digunakan untuk anestesi singkat. Caranya adalah dengan
meletakkan obat dalam suatu wadah, kemudian hewan dimasukkan
dan wadah ditutup. Bila hewan sudah kehilangan kesadaran, hewan
dikeularkan dan siap dibedah. Penambahan selanjutnya bisa
diberikan dengan bantuan kapas yang dibasahi dengan obat tersebut.
• Halotan :
• Obat ini digunakan untuk anestesi yang lebih lama
Cara menganestesi
Pentobarbital natrium dan heksobarbital natrium:
• Dosis pentobarbital natrium adalah 45 – 60 mg / kg untuk pemberian
intra peritonial dan 35 mg/kg untuk cara pemberian intra vena. Dosis
heksobarbital natrium adalah 75 mg / kg untuk intraperitonial dan 47
mg/kg untuk pemberian intra vena.
Uretan (etil karabamat)
• Uretan diberikan pada dosis 1000 – 1250 mg/kg secara
intraperitoneal dalam bentuk larutan 25% dalam air.
Cara menganestesi
Tikus
• Senyawa penganestesi yang digunakan dan cara melakukan anestesi pada tikus,
umumnya sama seperti pada mencit.
Kelinci
• Obat anestetika yang paling banyak digunakan untuk kelinci adalah pentobarbital
natrium, dengan menyuntikkannya secara perlahan-lahan. Dosis untuk anestesi
umum, bisanya sekitar 22 mg/kg bobot badan. Untuk anestesi singkat dapat
dipergunakan setengah dosis di atas, dengan ditambah eter agar pembiusan
terjadi sempurna.
Marmot
• Anestesi marmot biasanya dilakukan dengan menggunakan eter atau
pentobarbital natrium. Eter digunakan untuk anestesi singkat, setelah hewan
dipuasakan selama 12 jam. Dosis pentobarbital natrium adalah 28 mg/kg bobot
badan.
Cara mengorbankan
Mengorbankan hewan percobaan dilakukan dapat dilakukan untuk :
• keperluan pengamatan.
• dilakukan jika proses percobaan telah selesai dan hewan tidak akan
dipergunakan untuk tahap percobaan selanjutnya. Hal ini perlu
diperhatikan berdasarkan pertimbangan ekonomis.
Pemeliharaan hewan dengan tidak disertai tujuan yang jelas hanya akan
menghamburkan biaya dan tempat.
prinsip : mematikan dalam waktu sesingkat mungkin dan rasa sakit sakit
seminimal mungkin.
Mengorbankan hewan percobaan dapat dilakukan dengan cara : kimia
atau cara fisika.
Mengorbankan mencit
Cara kimia : antara lain dengan menggunakan eter atau pentobarbital-Na
pada dosis yang mematikan.
Cara fisik : dilakukan dengan dislokasi leher.
cara :
• Mencit dipegang ekornya dan kemudian ditempatkan pada permukaan
yang bisa dijangkaunya (misalnya ram kawat penutup kandang).
• mencit akan meregangkan badannya.
• Saat mencit meregangkan badanya, pada tengkuk ditempatkan suatu
penahan, misalnya pensil atau batang logam yang dipegang dengan tangan
kiri.
• Tangan kanan menarik ekornya dengan keras, sehinga lehernya akan
terdilokasi dan mencit akan terbunuh.
Mengorbankan tikus
Cara kimia : menggunakan eter atau pentobarbital-Na pada dosis yang mematikan.
Cara fisik :
• Tikus diletakkan di atas sehelai kain, kemudian badan tikus dibungkus termasuk kedua
kaki depannya dengan kain tersebut.
• Tikus selanjutnya dibunuh dengan cara memukul bagian belakang telinganya dengan
tongkat,
atau
• Tikus dipegang dengan perutnya menghadap ke atas, kemudian bagian belakang
kepalanya dipukulkan dengan keras pada permukaan yang keras seperti meja atau
permukaan logam,
atau
• Ekor tikus dipegang, kemudian diayunkan sampai tengkuknya tepat mengenai
permukaan benda keras seperti bagian pinggir meja.
Mengorbankan kelinci
Cara kimia : menggunakan eter atau pentobarbital-Na pada dosis
yang mematikan secara intra vena.
Cara fisik:
• Kaki belakang kelinci dipegang dengan tangan kiri sehingga badan dan
kepalanya tergantung ke bawah menghadap ke kiri.
• Sisi telapak tangan kanan dipukulkan dengan keras pada tengkuk
kelinci.
• Pemukulan pada tengkuk kelinci dapat dilakukan dengan
menggunakan alat, misalnya tongkat.
Mengorbankan marmot
Cara kimia : menggunakan eter atau pentobarbital-Na pada dosis
yang mematikan secara intra vena.
Cara fisik :
• Tengkuk marmot dupukul dengan keras dengan menggunakan alat
atau dengan memukulkan bagian belakang kepalanya pada
permukaan keras.
• Dilakukan dislokasi leher dengan tangan.
EFEK LOKAL OBAT
ANESTETIKA LOKAL
Efek lokal dan sistemik

Rute pemberian

Efek lokal atau sistemik


dari suatu obat
tergantung pada Formulasi bentuk
sediaan
Efek lokal obat
• Liberasi di tempat yang diberikan
• Tidak menghendaki absorpsi
Contoh :
• untuk pengobatan kulit
• Obat saluran cerna untuk efek lokal
(misalnya obat maag; antidiare;
laksan)
Efek sistemik obat
absorpsi
Membutuhkan

Melalui darah
distribusi

Sasaran kerja

Sifat obat
Masuk ke sistem
Tergantung
pada tertentu
Rute pemberian
Efek sistemik obat

Syarat agar obat tersebut


suatu obat dapat harus sampai ke
menghasilkan aliran darah
efek sistemik
Efek sistemik obat
Obat yang jika mampu
diberikan melalui menembus sampai
kulit lapisan dermis

Dalam dermis
terdapat
pembuluh darah

Contoh :
sediaan
transdermal
Obat yang
diberikan melalui tidak akan menghasilkan
rute oral efek sistemik

jika dari dalam saluran


cerna tidak diserap ke
aliran darah

Contoh :
antasida,
antidiare, laksan
Pertanyaan :
Bagaimana pada rute pemberian :
• sub lingual ????
• Injeksi intra dermal ???
Apakah efek yang timbul adalah lokal atau sistemik???
Anestetika lokal
Prinsip kerja anestetika lokal
• Secara reversibel terikat pada
reseptor di saluran natrium
pada serabut saraf dan
memblok pergerakan ion
• Memblok potensial aksi yang
diperlukan untuk konduksi saraf
• Secara lokal menyebabkan
paralisis sensorik dan motorik
Perbedaan anestetika lokal dengan anestetika
umum
• Anestetika lokal : menghilangkan sensasi nyeri tanpa menghilangkan
kesadaran
• Anestetika umum : menghilangkan sensasi nyeri dengan menghilangkan
kesadaran

APLIKASI :
• Anestetika lokal : pada operasi kecil (misalnya khitanan, operasi
menghilangkan mata ikan, cabut gigi)
• Anestetika umum : pada operasi besar
Namun saat ini banyak operasi besar menggunakan anestetika lokal
menngingat tingginya resiko anestetika umum
Anestetika lokal
Aplikasi
• Mengapa pemberian anestetika lokal sering dikombinasikan dengan
adrenalin (contoh : pada praktek dokter gigi)
• Durasi kerja proporsional terhadap lama kontak dengan saraf > bisa
diberikan bersama vasokonstriktor (epinephrine) untuk melokalisasi
efek dan menurunkan toksisitas sistemik
• Anestetika lokal akan lebih banyak terabsorpsi ke sel saraf daripada ke
aliran darah

Durasi lidokain
menjadi
lebih lama
Efek sistemik yang tidak diinginkan
• Stimulasi CNS: tremor, konvulsi
• SKV: menurunkan konduksi jantung dan kontraktilitas, dilatasi arteri
• Otot polos: menurunkan kontraksi otot polos saluran cerna, relaksasi
otot polos bronkus, otot uterus.
Anestesi topikal
• Sediaan berupa sediaan cair (larutan
atau suspensi) atau semisolida
• Digunakan pada membran mukosa
hidung, mulut, tenggorokan, trakea-
bronkus, esophagus, saluran
genitourinari
• Obat: tetracaine 2%, lidocaine 2-10%,
cocaine 1-4%
• Cocaine: hidung, nasofaring, mulut,
tenggorokan, dan telinga
• Anestetika lokal bisa terabsorbsi ke
sirkulasi pada penggunaan topikal>
resiko toksisitas
Anestesi infiltrasi
• Injeksi anestesi lokal secara
langsung ke jaringan
• Bisa bersifat permukaan hanya di
kulit
• Bisa ke bagian yang lebih dalam
seperti organ intraabdomen
• Obat: lidocaine 0,5-1%, procaine
0,5-1%, bupivacaine 0,125-0,25%
Anestesi Spinal
• Injeksi anestetetika lokal ke dalam cairan
serebrospinal (CSF) pada daerah lumbar
• bentuk anestesia paling umum digunakan
• Dapat mengakibatkan blokade simpatik, antara
lain menyebabkan vasodilatasi, menurunnya
cardiac output
• Obat: lidocaine (utk prosedur singkat), tetracaine
(utk prosedur lama), bupivacaine (sedang-lama)
• Cenderung aman dan efektif, terutama pada
pembedahan yang melibatkan abdomen bawah
dan tungkai bawah
PRAKTIKUM Periode II
1. Penanganan hewan percobaan :
• amati pada video
• Soal-soal konversi dosis : dikerjakan pada laporan

2. Anstesesi lokal
• secara topikal (lidokain)
• Diamati pada permukaan lengan manusia (video) : sensasi panas, dingin
sentuh dan nyeri
• Berdasarkan video : catat data-data yang diperoleh dan bahas pada laporan
praktikum
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai