Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

P1 PENANGANAN HEWAN COBA

DISUSUN OLEH :

1. Sereilda Sadina (2308010115)

2. Putri Syifa (2308010116)

3. Chika Salsabila Aulya Putri (2308010117)

4. Khaerunisa Salsabila Zulfandini (2308010118)

LABORATORIUM FARMAKOLOGI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2024
A. Pendahuluan
Ilmu pengetahuan dan ilmu kesehatan di dunia semakin maju seiring berkembangan zaman
sehingga mendorong meningkatnya penggunaan hewan coba sebagai objek penelitian biomedis.
Perlakuan khusus terhadap hewan coba tergantung dari tujuan masing-masing penelitiannya. Selama masa
penelitian biomedis tersebut, sudah pasti peneliti memberikan perlakuan khusus, dalam pemeliharaan
hewan coba, standarisasi dan penghilangan faktor-faktor pengganggu seperti patogen adalah prinsip
utama. Faktor eksternal tersebut merupakan aspek yang dapat memengaruhi kesejahteraan hewan coba
(Mutiarahmi dkk, 2021).
Sejauh ini hewan coba yang banyak digunakan dalam sebuah penelitian medis adalah rodensia atau
hewan pengerat, dengan kisaran prosesntase mencapai 69%. Alasan penggunaan rodensia adalah karena
hanya yang relatif murah, mudah ditangai, mempunyai rentang hidup yang singkat dan mudah beradaptasi
pada kondisi sekitarnya serta tingkat reproduksi yang cepat sehingga memungkinkan untuk penelitian
proses biologis pada semua tahap siklus hidup (Putri, 2018).
Dalam penelitian kesehatan yang memanfaatkan hewan coba, juga harus diterapkan prinsip 3 R
dalam protokol penelitian, yaitu: replacement, reduction, dan refinement Replacement adalah banyaknya
hewan percobaan yang perlu digunakan sudah diperhitungkan secara seksama, baik dari penelitian sejenis
yang sebelumnya, maupun literatur untuk menjawab pertanyaan penelitian dan tidak dapat digantikan
oleh mahluk hidup lain seperti sel atau biakan jaringan. Replacement terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
relatif (sebisa mungkin mengganti hewan percobaan dengan memakai organ/jaringan hewan dari rumah
potong atau hewan dari ordo lebih rendah) dan absolut (mengganti hewan percobaan dengan kultur sel,
jaringan, atau program komputer) (Stevani, 2016).
Reduction diartikan sebagai pemanfaatan hewan dalam penelitian seminimal mungkin, tetapi tetap
mendapatkan hasil yang optimal. Jumlah minimal biasa dihitung menggunakan rumus Frederer yaitu (n-
1) (t-1) >15, dengan n adalah jumlah hewan yang diperlukan dan t adalah jumlah kelompok perlakuan.
Kelemahan dari rumus ini adalah semakin sedikit kelompok penelitian, semakin banyak jumlah hewan
yang diperlukan, serta sebaliknya. Untuk mengatasinya, diperlukan penggunaan desain statistik yang
tepat agar didapatkan hasil penelitian yang sahih Refinement adalah memperlakukan hewan percobaan
secara manusiawi (humane), memelihara hewan dengan baik, tidak menyakiti hewan, serta
meminimalisasi perlakuan yang menyakitkan sehingga menjamin kesejahteraan hewan coba sampai akhir
penelitian. Didalam penelitian, ada beberapa hewan uji yang sering digunakan, yakni tikus, kelinci, dan
primata. Permasalahannya adalah tidak sembarang hewan uji bisa digunakan untuk penelitian. Hewan
hewan uji tersebut harus memenuhi beberapa kriteria sehingga hewan uji dapat dikatakan sesuai untuk
fungsi atau penyakit yang di jadikan obyek penelitian kita (Stevani, 2016).
Pada penggunaan hewan coba khususnya mencit, ada berbagai hal yang harus diperhatikan para
peneliti. Terkadang para peneliti menggampangkan bahwa yang digunakan hanyalah hewan. Namun
inilah yang sering dilupakan, hewan juga punya hak untuk tidak merasa sakit, dan terbebas dari
penyiksaan. Sehingga jika harus menggunakan hewan coba, gunakan seminimal mungkin untuk hasil
yang maksimal. Selain itu kita juga tidak boleh menyiksa terlalu lama. Pemandangan lain yang sering
terlihat adalah terjadinya salah saluran pada saat memasukkan obat yang seharusnya masuk ke lambung
tetapi salah jalur ke paru-paru dan menyebabkan mencit lemas dan mati perlahan. Keadaan serupa juga
ditemukan pada saat mematikan mencit, keadaan ideal yang seharusnya adalah tidak menimbulkan rasa
sakit yang berkepanjangan dan menjahui organ-organ sensitif seperti hati dan kandung kemih tetapi
peneliti seringkali menganggap perilaku ini hal yang biasa dan cenderung terburu-buru karena
keterbiasaan mereka di dunia laboratorium bersama mencit sehingga tidak ada lagi etika dalam
penanganan hewan tersebut (Putri, 2018).
B. Tujuan

Mampu memahami dan mempraktikan berbagai hewan coba.

C. Alat dan Bahan

Alat :

1. Sarung tangan
2. Kandang restrain
3. Spuit oral
4. Spuit 1 ml
Bahan :

1. Tikus
2. Mencit
3. Alkohol
4. Diazepam
D. Cara Keja

Masing-masing kelompok mendapat 3 hewan coba.

Timbang masing-masing hewan coba yang akan duberikan perlakuan kemudian berikanlah
penandaan pada hewan coba dengan kode sesuai ketentuan.

Lakukan perhitungan dosis obat yang harus diberikan pada hewan uji (diketahui dosis lazim obat
= 0.5 mg/kgBB pada manusia).

Lakukan penanganan hewan coba sesuai dengan ketentuan.

Obat diberikan pada hewan uji dengan cara pemberian sesuai dengan masing-masing kelompok
dengan prosedur sesuai dengan ketentuan :
I. Oral, melalui mulut dengan jarum ujung tumpul (sonde)
II. Subkutan, masukan sampai dibawah kulit pada tengkuk hewan coba dengan jarum injeksi
III. Intramuscular, suntikan ledalam otot pada daerah otot gluteus maksimus.
IV. Intraperitoneal, suntikan kedalam rongga perut (hati-hati jangan sampai masuk ke usus)
V. Intravena, suntikan kedalam vena lateralis pada ekor hewan uji.
E. Hasil

Hewan Coba
Cara Pemberian Volume Pemberian
Jenis Bobot

Mencit 1 32,7 gr Oral 0,1 ml


Mencit 2 28,8 gr Intramuscular 0,1 ml
Tikus 133 gr Oral 0,1 ml
Mencit 1 32,7 gr Intravena 0,1 ml
Tikus 133 gr Intraperitoneal 0,1 ml
Perhitungan Dosis

Mencit 1 = 0,5 mg/kgBB x 12,3 = 6,15

Dosis pemberian = 6,15 x 0,0327 kg = 0,2 mg

Volume = 0,20 mg : 5 mg/ml = 0,40 ml

Mencit 2 = 0,5 mg/kgBB x 12,3 = 6,15

Dosis pemberian = 6,15 x 0,0288 kg = 0,177 mg

Volume = 0,177 mg : 5 mg/ml = 0,035 ml

Tikus = 0,5 mg/kgBB x 6,2 = 3,1

Dosis pemberian = 3,1 x 0,133 kg = 0,412 mg

Volume = 0,412 mg : 5 mg/ml = 0,082 ml


F. Pembahasan

Hewan coba yang digunakan pada laboratorium tidak ternilai jasaya dalam penilaian efek,
toksisitas, dan efek samping serta keamanan dan senyawa bioaktif. Hewan percobaan merupakan kunci
bagi pengembangan senyawa bioaktif dan usaha-usaha kesehatan.

Hewan sebagai model atau sarana percobaan haruslah memenuhi persyaratan-persyaratan


tertentu, antara lain persyaratan genetis/keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaan nya.
Disamping faktor ekonomis, mudah tidaknya diperoleh serta mampu memberikan reaksi biologis yang
mirip kejadian nya pada ma nusia. Oleh karena itu, kita dapat lebih mudah menggunakan hewan coba
sebagai hewan percobaan.

Adapun beberapa prinsip yang harus diterapkan jika ingin mengunakan hewan uji, hal ini
dikarenakan semakin meningkatnya penggunaan hewan uji dari tahun ketahun, hal inilah yang
memotivasi W.M.S. Russell dan R.I. Burch mencetuskan Prinsip 3R yang dipubikasikan didalam buku
"The Principles of Humane Experimental Technique" tahun 1959 (Yurista et al., 2017). Prinsip 3R
tersebut berbunyi sebagai berikut:

1. Replacement

Diartikan sebagai sistem tidak-hidup (mati) sebagai alternatif, misal dengan mengantikan hewan
hidup asli dengan sebuah model komputer atau manekin, juga bisa berarti penggantian vertebrata ke
invertebrata, dan penggunaan kultu sel dan jaringan. Reduction

Menurunkan jumlah hewan coba yang digunakan tanpa mengurangi informasi yang berguna. Hal
ini dapat dicapai dengan penggunaan desain percobaan yang baik, penggunaan statistik yang tepat,
penggunaan hgenetik hewan yang homogen, dan pemastian kondisi kontrok percobaan yang sesuai

2. Refinement

Diartikan sebagai perubahan beberapa aspek perlakuan yang memiliki potensi dapat
menimbulkan rasa stress atau sakit dalam waktu panjang. memerlakukan hewan coba secara manusiawi,
dan memelihara hewan coba dengan baik, sehingga kesejahteraan hewan terjamin hingga akhir.

Adapun beberapa prinsip dalam aspek perlakuan hewan coba secara manusiari, prinsip ini disebut
sebagai prinsip 5F yang dikemukakan oleh Farm Animal Walfere Council tahun 1979 di Inggris (Yurista
et al., 2017), Prinsip tersebut terdiri atas

1. Freedom of hunger and thirst (bebas dari rasa lapar dan haus)

2. Freedom from discomfort (bebas dari rasa tidak nyaman)

3. Freedom of pain, injury or disease (bebas dari rasa nyeri, trauma, dan penyakit).

4. Freedom to fear and distress (bebas dari ketakutan dan stres jangka panjang).

5. Freedom to express natural behaviour (bebas mengekspresikan tingkah laku alami, diberikan
ruang dan fasilitas yang sesuai).
Dalam percobaan kali ini dapat dipelajari cara memperlakukan dan sifat dari hewan coba,
diantaranya:

1. Tikus

Sifat tikus:

Antomi dan fisiologisnya mirip seperti manusia, tidak begitu fotopobik (takut dengan cahaya),
cerdas, aktivitas tidak terhambat meskipun ada keberadaan manusia, cenderung agresif bila diperlakukan
kasar dan saat dalam keadaan defisiensi nutrisi, dan dapat hidup sendiri dikandang

Cara perlakuan:

Mengambil tikus dengan memegang ekornya dengan tangan kiri, diletakkan di alas yang tidak
licin (ram kawat) agar saat ditarik bagian kaki depan mencengkram, pastikan tikus nyaman, bagian tekuk
leher di jepit dengan jari telunjuk dan jari tengah, dan tangan kiri tetap memegang ekor tikus.

Keuntungan penggunaan tikus sebagai hewan coba:

Mudah ditangani, cerdas, mudah dikembangbiakkan, mudah dipelihara, reaksi obat cepat

Kerugian penggunaan tikus sebagai hewan coba:

Agresif, lebih resisten terhadap infeksi,bila kekurangan makanan, bisa memakan sesama (kanibal)

2. Meneit

Sifat mencit :

Suka berkumpul bersama, penakut, fotofobik (takut cahaya), lebih aktif dimalam hari, jika ada
manusia aktivitas terhambat, tidak mengigit

Cara perlakuan:

Mengambil dengan diangkat ekornya, diletakkan ditempat yang tidak licin (ram kawat) agar saat
ditarik bagian kaki depan mencengkram, bagian leher dijepit menggunakan ibu jari dan telunjuk jari,
sepeti mencubit/memegang kucing, sehingga posisi kaki tetarik ke belakang, namun tidak mencekik. Dan
bagian ekor dipegang tangan kiri. Memastikan mencit nyaman dan tidak memberontak. Alihkan pegangan
ekor ketangan yang sama saat menjepit bagian leher, dengan menjepit menggunakan jari kelingking dan
jari manis. Saat ingin menyuntikkan obat uji. Sehingga menyuntikkan obat bisa dilakukan oleh tangan
sebelahnya.

Keuntungan penggunaan mencit sebagai hewan coba:

Mudah ditangani, mudah diamati (ukuran lebih besar dari mencit), mudah dikembangbiakkan,
mudah dipelihara, lebih cepat menunjukkan efek dari obat yang diinjeksikan

Kerugian penggunaan mencit sebagai hewan coba:

Terganggu oleh keberadaan manusia (lebih agresif dari mencit). ketikan pemberian secara oral
sulit, karena tikus penakut
Yang pertama kita lakukan adalah memegang mencit dengan benar yaitu dengan mengangkat
ujung ekor mencit dengan tangan kanan dan mengeluarkannya darikandang dan menyimpannya di tempat
yang permukaannya kasar (misalnya rem kawat pada penutup kandang), kemudian menjinakkan
nya. Jangan sampai mencit stress dan ketakutan, lalu mengelus-elus mencit dengan jari telunjuk tangan
kiri, dan mengikuti terus arah pergerakan mencit. Kemudian setelah mencit tenang kita menarik kulit
pada bagian tengkuk mencit dengan jari tengah dan ibu jari tangan kiri, dan tangan
kanan memegang ekornya lalu membalikkan tubuh mencit sehingga menghadap ke atas dan
menjepit ekor dengan kelingking dan jari manis tangan kiri.

Pada percobaan ini tikus terlihat stres, hal itu ditandai dengan perubahan rambut mencit yang
langsung mekar dan tubuhnya sangat bergetar. Tikus tersebut pun berubah menjadi liar dan galak.

Sebelum kami melakukan pemverian obat pada hewan coba, yang kami lakukan yaitu
menimbang masing- masing hewan coba, dan didapati hasil timbang berat tikus 133 gr, mencit (1) 32,7
gr, dan mencit (2) 28,8 gr.

Pemberian obat dilakukan pada 2 ekor mencit dan 1 tikus. Pemberian obat dilakukan secara
bertahap, yaitu:

1. Pemberian secara oral

Pemberian secara oral pada mencit dilakuakan dengan alat suntik yang dilengkapi
jarum berujung tumpul, yang telah diisi cairan obat 0,5 ml. kita menarik kulit pada bagiantengkuk
mencit dengan jari tengah dan ibu jari tangan kiri, dan tangan kanan memegangekornya lalu
membalikkan tubuh mencit sehingga menghadap ke kita dan menjepit ekor dengan kelingking
dan jari manis tangan kiri, dimana posisi kepala mencit menengadah danmulutnya sedikit
terbuka, sonde oral (jarum tumpul) ditempatkan pada langit langit mulut atas mencit kemudian
memasukkan perlahan sampai ke esophagus dan cairan obat dimasukkan.

2. Pemberian secara subkutan

Penyuntikan dilakukan di bawah kulit pada daerah tengkuk dengan mencubit tengkukdi
antara jempol dan telunjuk. Bersihkan area kulit yang akan disuntik dengan alcohol
70%.Masukkan obat dengan menggunakan alat suntik 1 ml secara paraler dari arah depan
menembus kulit sampai terdengar bunyi klik. Kita melakukan dengan cepat untuk
menghindari pendarahan yang terjadi dengan kepala mencit.

3. Pemberian secara intra muscular

Obat disuntikkan pada paha posterior. Mencit dipegang dengan cara menyamping,dimana
ibu jari dan telunjuk memegang kepala mencit dengan tangan kiri kemudian kelingkingdan jari
manis memegang paha dan perut bagian kiri mencit. Bersihkan area kulit yang akandisuntik
dengan alcohol 70%. Masukkan obat dengan menggunakan alat suntik 1 ml.4.

4. Pemberian secara intra peritoneal

Mencit dipegang dan diposisikan telentang, pada penyuntikan posisi kepala lebih
rendahdari abdomen. Jarum disuntikkan dari abdomen yaitu, pada daerah yang menepi dari
garistengah, agar jarum suntik tidak terkena kandung kemih dan tidak terlalu tinggi supaya
tidakterkena penyuntikan pada hati.

Kesimpulan

Pembagian Kerja

Daftar Pustaka

Lamporan

Anda mungkin juga menyukai