Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI


PEMELIHARAAN HEWAN PERCOBAAN

GOLONGAN I/A KELOMPOK 3


ANGGOTA :

Pramana Kumala Putra (2008551012)


I Made Gede Ari Kusuma (2008551013)
Ni Kadek Ayu Murtini (2008551014)
Ni Made Indah Maryani (2008551015)
I Gst A A Gangga Samala Dewi (2008551016)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hewan percobaan atau hewan laboratorium adalah hewan yang sengaja dipelihara dan
diternakkan untuk dipakai sebagai hewan model, dan untuk mempelajari dan mengembangkan
berbagai macam bidang ilmu dalam skala penelitian atau pengamatan laboratorik. Dalam
referensi lain juga menyebutkan, animal model atau hewan model adalah objek hewan sebagai
imitasi (peniruan) manusia atau spesies lain yang digunakan untuk menyelidiki fenomena
biologis atau patobiologis (Hau & Hoosier Jr., 2003)
Dalam matakuliah Farmakologi dan Toksikologi, pengadaan hewan uji ini cukup
perlu, karena dalam mengembangkan suatu obat atau meneliti bagaimana reaksi obat maka
tidak terlepas dari suatu pengujian. Apabila suatu senyawa memiliki tingkat toksisitas yang
masih diragukan, menggunakan manusia sebagai bahan uji bukanlah sebuah hal yang tepat,
sehingga digunakan hewan uji sebagai alternaltif lain.
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik, maka semua aspek dalam protokol
penelitian harus harus direncanakan dengan seksama, termasuk pemilihan hewan uji dan
perawatannya. Ada beberapa hewan uji yang sering digunakan, seperti hewan pengerat (tikus,
kelinci) ataupun primata (simpanse), hal ini disesuaikan dengan karakteristik dari hewan uji
yang digunakan dan keperluan penelitian. Salah satu hewan uji yang mudah dalam
pemakaiannya adalah mencit (Mus musculus). Dalam laporan ini akan dijelaskan bagaimana
tahapan dalam perawatan hewan uji yang benar dan bertanggung jawab serta bagaimana
hubungan antara perubahan berat badan mencit (Mus musculus) yang dikategorikan memiliki
perawatan yang cukup sesuai data yang ada.

1.2 Maksud dan Tujuan Praktikum


Adapun maksud dan tujuan dari praktikum ini adalah :
- Untuk mengetahusi jenis hewan yang lazim digunakan sebagai hewan uji beserta
karakteristiknya
- Untuk mengetahui cara perawatan dan pemeliharaan hewan uji yang baik
- Untuk menghitung perubahan badan mencit (Mus musculus) dalam masa adaptasi
selama 5 hari

1
1.3 Prinsip Praktikum
Adapun prinsip dalam kegiatan praktikum ini adalah bagaimana perubahan berat
badan mencit (Mus musculus) dapat ditentukan dengan persen selisih berat badan sebelum
adaptasi dan sesudah adaptasi serta perawatan yang tepat terhadap hewan uji jenis lain yang
lazim digunakan dalam sebuah penelitian.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Untuk mendapatkan penelitian ilmiah yang baik, maka semua aspek dalam protokol
penelitian harus direncanakan dengan seksama, termasuk dalam pemilihan hewan percobaan,
penting untuk memastikan bahwa penggunaan hewan percobaan merupakan pilihan terakhir
dimana tidak terdapat cara lain yang bisa menggantikannya. Rustiawan menguraikan beberapa
alasan mengapa hewan percobaan tetap diperlukan dalam penelitian khususnya di bidang
kesehatan, pangan dan gizi antara lain:
1. Keragaman dari subjek penelitian dapat diminimalisasi,
2. Variabel penelitian lebih mudah dikontrol,
3. Daur hidup relatif pendek sehingga dapat dilakukan penelitian yang bersifat
multigenerasi,
4. Pemilihan jenis hewan dapat disesuaikan dengan kepekaan hewan terhadap materi
penelitian yang dilakukan,
5. Biaya relatif murah,
6. Dapat dilakukan pada penelitian yang berisiko tinggi,
7. Mendapatkan informasi lebih mendalam dari penelitian yang dilakukan karena kita
dapat membuat sediaan biologi dari organ hewan yang digunakan,
8. Memperoleh data maksimum untuk keperluan penelitian simulasi, dan
9. Dapat digunakan untuk uji keamanan, diagnostik dan toksisitas

Berdasarkan tujuan penggunaan hewan uji, maka hewan uji dapat diklasifikasikan
menjadi :
1. Exploratory (penyelidikan) Hewan Uji ini digunakan untuk memahami mekanisme
biologis, apakah termasuk mekanisme dasar yang normal atau mekanisme yang
berhubungan dengan fungsi biologis yang abnormal.
2. Explanatory (penjelasan) Hewan Uji ini digunakan untuk memahami lebih banyak
masalah biologis yang kompleks.
3. Predictive (perkiraan) Hewan Uji ini digunakan untuk menentukan dan mengukur
akibat dari perlakuan, apakah sebagai cara untuk pengobatan penyakit atau untuk
memperkirakan tingkat toksisitas suatu senyawa kimia yang diberikan.

3
Agar tujuan dari percobaan tercapai dengan baik, secara efektif dan efisien maka
didalam memilih hewan percobaan penting untuk mempertimbangkan beberapa faktor
berikut:
a. Apakah hewan percobaan tersebut memiliki fungsi fisiologi, metabolik dan prilaku
serta proses penyakit yang sesuai dengan subyek manusia atau hewan lain dimana
hasil penelitian tersebut akan digunakan.
b. Apakah dari sisi karakteristik biologi maupun prilaku hewan tersebut cocok dengan
rencana penelitian atau percobaan yang dilakukan (misalnya cara penanganan, lama
hidup, kecepatan berkembang biak, tempat hidup dsb.). hal ini sangat berguna alam
pelaksanaan penelitian atau percobaan dengan hewan
c. Apakah tinjauan kritis dari literatur ilmiah menunjukkan spesies tersebut telah
memberikan hasil yang terbaik untuk penelitian sejenis atau termasuk hewan yang
paling sering digunakan untuk penelitian yang sejenis.
d. Apakah spesimen organ atau jaringan yang akan digunakan dalam penelitian itu
mencukupi pada hewan tersebut dan dapat diambil dengan prosedur yang
memungkinkan.
e. Apakah hewan yang akan digunakan dalam penelitian memiliki standar yang tinggi
baik secara genetik maupun mikrobiologi (Stevani, 2016)

Respon yang digunakan oleh suatu senyawa sering bervariasi karena jenis yang
berbeda dan hewan yang sama. Oleh karena itu hewan uji yang akan digunakan dipilih
berdasarkan umur, jenis kelamin, berat badan, kondisi kesehatan, dan keturunan. Hewan uji
yang digunakan harus selalu berada dalam kondisi dan tingkat kesehatan yang baik, dalam hal
ini hewan uji yang digunakan dikatakan sehat bila pada periode pengamatan bobot badannya
bertambah tetap atau berkurang tidak lebih dari 10% serta tidak ada kelainan dalam tingkah
laku dan harus diamati satu minggu dalam laboratorium atau pusat pemeliharaan hewan
sebelum ujinya berlangsung. Selain kriteria yang disebutkan diatas maka hewan uji sedapat
mungkin bebas dari mikroorganisme patogen, karena adanya mikroorganisme patogen pada
tubuh hewan sangat mengganggu jalannya reaksi pada pemeriksaan penelitian, sehingga dari
segi ilmiah hasilnya kurang dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karenanya, berdasarkan
tingkatan kontaminasi mikroorganisme patogen, hewan percobaan digolongkan menjadi
hewan percobaan konvensional, specified pathogen free (SPF) dan genotobiotic. Selain itu
hewan sebaiknya menggunakan hewan yang mempunyai kemampuan dalam memberikan

4
reaksi imunitas yang baik. Hal ini ada hubungannya dengan persyaratan pertama. Dalam
penelitian kesehatan yang memanfaatkan hewan coba, juga harus diterapkan prinsip 3 R
dalam protokol penelitian, yaitu: replacement, reduction, dan refinement.
Replacement adalah banyaknya hewan percobaan yang perlu digunakan sudah
diperhitungkan secara seksama, baik dari penelitian sejenis yang sebelumnya, maupun
literatur untuk menjawab pertanyaan penelitian dan tidak dapat digantikan oleh mahluk hidup
lain seperti sel atau biakan jaringan. Replacement terbagi menjadi dua bagian, yaitu: relatif
(sebisa mungkin mengganti hewan percobaan dengan memakai organ/jaringan hewan dari
rumah potong atau hewan dari ordo lebih rendah) dan absolut (mengganti hewan percobaan
dengan kultur sel, jaringan, atau program komputer). Reduction diartikan sebagai
pemanfaatan hewan dalam penelitian seminimal mungkin, tetapi tetap mendapatkan hasil
yang optimal. Jumlah minimal biasa dihitung menggunakan rumus Frederer yaitu (n-1) (t-1)
>15, dengan n adalah jumlah hewan yang diperlukan dan tadalah jumlah kelompok perlakuan.
Kelemahan dari rumus ini adalah semakin sedikit kelompok penelitian, semakin banyak
jumlah hewan yang diperlukan, serta sebaliknya. Untuk mengatasinya, diperlukan
penggunaan desain statistik yang tepat agar didapatkan hasil penelitian yang sahih.
Refinement adalah memperlakukan hewan percobaan secara manusiawi (humane),
memelihara hewan dengan baik, tidak menyakiti hewan, serta meminimalisasi perlakuan yang
menyakitkan sehingga menjamin kesejahteraan hewan coba sampai akhir penelitian. Didalam
penelitian, ada beberapa hewan uji yang sering digunakan, yakni tikus, kelinci, dan primata.
Permasalahannya adalah tidak sembarang hewan uji bisa digunakan untuk penelitian. Hewan
hewan uji tersebut harus memenuhi beberapa kriteria sehingga hewan uji dapat dikatakan
sesuai untuk fungsi atau penyakit yang di jadikan obyek penelitian kita (Agustina, -)
Perlakuan yang diberikan kepada hewan laboratorium tidak boleh sembarangkan,
tetapi harus diperhatikan dengan baik. Karena itu, penelitian hewan laboratorium harus
memenuhi 5 prinsip kebebasan menurut Farm Animal Welfare Council 2009, yaitu :
• Freedom from Hunger and Thirst
Hewan laboratorium harus memiliki akses untuk makanan dan minuman agar terhindar dari
kelaparan dan kehausan.
• Freedom from Discomfort
Hewan laboratorium harus memiliki akses untuk lingkungan / kandang yang nyaman untuk
istirahat.

5
• Freedom from Pain, Injury or Disease
Hewan laboratorium harus memiliki akses untuk terbebas dari penyakit dengan pemeriksaan
secara rutin.
• Freedom to Express Normal Behavior
Hewan laboratorium harus memiliki akses untuk berperilaku normal atau tidak terkekang
dengan penyediaan ruang dan fasilitas yang memadai.
• Freedom from Fear and Distress
Hewan laboratorium harus memiliki akses untuk bebas dari rasa takut dan stres dengan
pengecekan kondisi hewan dan perawatan yang sesuai (Association, 2009).

6
BAB III
METODE KERJA

3.1 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data adalah prosedur sistematis dan standar untuk memperoleh
data yang dibutuhkan. Penggunaan teknik dan alat pengumpulan data yang tepat
memungkinkan mendapat data yang objektif. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini
yakni eksplorasi dan telaah jurnal ilmiah yang telah terakreditasi serta relevan dengan tata
cara pemeliharaan hewan uji coba

3.2 Sumber Data


Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data-data diperoleh. Sumber
data yang utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya seperti
sumber data tertulis, foto dan statistic merupakan data tambahan sebagai pelengkap atau
penunjang data utama. Sumber data penelitian ini diperoleh dari: Library research merupakan
data yang diperoleh dari literatur – literatur yang ada baik dari buku, jurnal, internet dan
refrensi lain yang sesuai dengan masalah penelitian.

3.4 Alat dan Hewan Percobaan


3.5.1 Alat
1. Kandang mencit
2. Alat pelindung diri
3. Sumber cahaya
3.5.2 Bahan
1. Pakan normal mencit
2. Air minum
3.5.3 Hewan percobaan
1. Mencit jantan, galur lokal dengan berat badan 20 g – 30 g berumur antara 6-8 minggu.

7
3.5 Cara Kerja
1. Hewan percobaan yang digunakan adalah mencit jantan sebanyak 5 ekor per kelompok
2. Hewan percobaan kemudian ditimbang berat badannya
3. Setiap kelompok dipisahkan dalam kandang yang berbeda
4. Mencit diaklimatisasi selama 5 hari dengan pemberian makan pakan regular dan air minum
5. Mencit dipelihara dalam ruangan dengan suhu kamar sama
6. Setelah 5 hari mencit kemudian ditimbang berat badannya dan dicatat
7. Hitunglah persen perubahan berat badan sebelum dan sesudah perlakuan

Kami juga menemukan langkah kerja terhadap perlakuan mencit yang mendapat injeksi dalam
studi pustaka :
a. Perlakuan hewan percobaan pada mencit

Gambar 1. Teknik Pegang Mencit


Mencit diangkat ekornya dengan tangan kiri, letakkan pada suatu tempat yang
permukaannya tidak licin, sehingga saat ditarik mnecit akan mencengkram. Telunjuk dan ibu
jari tangan kanan menjepit kulit tengkuk sedangkan ekornya dengan tangan kiri. Kemudian
posisi tubuh menict dibalikkan sehingga permukaan perut menghadap kita dan ekor dijepitkan
antara jari manis dan kelingking tangan kanan (Dewi, 2017).
b. Perlakuan hewan percobaan pada tikus

Gambar 2. Perlakuan hewan


Dapat diperlakukan seperti mencit atau seperti mencit tetapi pegangan pada bagian
tengkuk bukan dengan memegang kulitnya, bisa juga dengan cara menjepit leher dengan jari
tengah dan telunjuk.

8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan


Tabel 1. Data Pengamatan pada Mencit
Kelompok Mencit Berat Badan (g) Persen Perubahan
Sebelum Sesudah
1 22 24 9,09 %
2 23 22 (-) 4,34%
III 3 24 23 (-) 4,16 %
4 22 24 9,09 %
5 22 23 4,54 %

PERHITUNGAN :
1. Berat Badan Mencit 1
❖ Sebelum : 22 g
❖ Sesudah : 24 g
(𝐵𝐵 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ−𝐵𝐵 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚)
Persentase perubahan : × 100%
𝐵𝐵 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚
(24−22)
: × 100%
22
2
: × 100%
22

: 0,090 × 100% = 9,09 %


2. Berat badan Mencit 2
❖ Sebelum : 23 g
❖ Sesudah : 22 g
(𝐵𝐵 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ−𝐵𝐵 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚)
Persentase perubahan : × 100%
𝐵𝐵 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚
(22−23)
: × 100%
23
−1
: 23
× 100%

: - 0,043 × 100% = - 4,34 %

9
3. Berat Badan Mencit 3
❖ Sebelum : 24 g
❖ Sesudah : 23 g
(𝐵𝐵 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ−𝐵𝐵 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚)
Persentase perubahan : × 100%
𝐵𝐵 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚
(23−24)
: × 100%
24
−1
: × 100%
24

: -0,041 × 100% = - 4,16 %


4. Berat Badan Mencit 4
❖ Sebelum : 22 g
❖ Sesudah : 24 g
(𝐵𝐵 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ−𝐵𝐵 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚)
Persentase perubahan : × 100%
𝐵𝐵 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚
(24−22)
: × 100%
22
2
: × 100%
22

: 0,090 × 100% = 9,09 %


5. Berat Badan Mencit 5
❖ Sebelum : 22 g
❖ Sesudah : 23 g
(𝐵𝐵 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ−𝐵𝐵 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚)
Persentase perubahan : × 100%
𝐵𝐵 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚
(23−22)
: × 100%
22
1
: × 100%
22

: 0,045× 100% = 4,54 %

4.2 Pembahasan
Mencit merupakan hewan yang sering digunakan sebagai hewan laboratorium, karena
mencit memiliki kelebihan seperti siklus hidup relatif pendek, jumlah anak per kelahiran
banyak, variasi sifat-sifatnya tinggi, mudah ditangani, serta sifat produksi dan karakteristik
reproduksinya mirip hewan mamalia lainnya. Di samping itu mencit juga merupakan
kelompok mamalia yang telah diketahui karakter genetiknya, sehingga mencit cocok

10
digunakan sebagai hewan uji laboratorium untuk penelitian yang berkaitan dengan genetik. Di
antara hewan- hewan mamalia, mencit adalah hewan yang mempunyai kemiripan genetik
dengan manusia.
Maka dari itu penggunaan mencit sebagai hewan uji juga harus memenuhi standar etika
hewan (Animal ethics) pada penggunaan mencit sebagai hewan uji di laboratorium mulai dari
pemeliharaan mencit hingga dikorbankan tidak menyebabkan penderitaan terhadap hewan uji.
Mencit dikategorikan dalam hewan crepuscular, yaitu hewan yang aktif saat senja dan malam
hari. Daur hidup mencit berkisar satu hingga dua tahun bahkan ada yang lebih dan mencapai
tiga tahun. Berat mencit jantan dewasa sekitar 20-40 gram (Nugroho, 2018).
Berdasarkan data pengamatan berat badan mencit setelah 5 hari didapatkan hasil bahwa
kelompok mencit tersebut mengalami kenaikan serta penurunan berat badan namun berat
badan mencit pada data di atas tergolong berat badan normal untuk mencit jantan dewasa
serta menurut Nugroho, 2018 berat badan hewan uji seperti mencit sebaiknya berada pada
kisaran 17-25 g. Hasil pengamatan data berat badan di atas yakni pada minggu pertama
mencit 1 memiliki berat badan 22 g, mencit 2 memiliki berat badan 23 g, mencit 3 memiliki
berat badan 24 g, serta mencit 4 dan 5 memiliki berat badan yang sama yakni 22 g. Setelah
dilakukan uji pemeliharaan selama 5 hari didapatkan hasil bahwa mencit tersebut mengalami
perubahan berat badan yakni pada mencit 1 mengalami kenaikan berat badan sebanyak 9,09
% menjadi 24 g, mencit 2 mengalami penurunan berat badan sebanyak 4,34% menjadi 22 g,
mencit 3 mengalami penurunan berat badan sebanyak 4,16 % menjadi 23 g, mencit 4
mengalami kenaikan berat badan sebanyak 9,09 % menjadi 24 g dan mencit 5 mengalami
kenaikan berat badan sebanyak 4,54 % menjadi 23 g.
Berdasarkan penelitian Rosmala 2018 pemilihan hewan coba (mencit) yang baik yakni
mencit dengan memiliki jenis kelamin jantan yang sehat, gerakan lincah, bulunya
bersih, dewasa albino galur lokal, penurunan berat badan tidak lebih dari 10% dari berat
badan semula, berumur 3-4 bulan dengan berat 20-30 gram. Sehingga dapat diketahui
bahwa dari data pengamatan pada 5 ekor mencit di atas masih memenuhi kriteria mencit yang
dapat digunakan sebagai hewan uji meskipun data pengamatan berat badan mencit di atas
mengalami penurunan serta kenaikan berat badan. Namun berdasarkan data pengamatan berat
badan ke 5 mencit tersebut masih dalam rentang 20 – 30 gram serta penurunan berat badan
mencit tidak lebih dari 10 %.
Hal yang dapat menyebabkan mencit tersebut mengalami penurunan serta kenaikan
berat badan dimungkinkan karena dipengaruhi oleh faktor internal berupa genetik dan hormon

11
serta faktor eksternal seperti keadaan lingkungan dan makanan terutama nutrisi yang ada
dalam makanan mencit. Peningkatan berat badan terutama disebabkan oleh peningkatan
akumulasi protein tubuh (Sturkie, 1976). Penambahan berat badan ini biasanya digunakan
sebagai parameter pertumbuhan. Penambahan berat badan ini biasanya digunakan sebagai
parameter pertumbuhan (Maynard & Loosli, 1969). Apabila seekor hewan kekurangan nutrisi
atau mengalami defisiensi suatu zat makanan maka laju pertumbuhan hewan tersebut akan
terhambat (Dawes, 1952). Pertumbuhan berjalan normal apabila makanan yang diberikan
mengandung nutrisi dalam kualitas dan kuantitas yang baik (Rasyaf, 1990). Hewan uji coba
yaitu mencit yang telah dipilih berdasarkan kriteria harus dipelihara mulai dari tempat
pemeliharaan, pakan, minum dan perawatan selama menjadi hewan uji, berikut merupakan
penjelasan lebih lanjut mengenai bagaimana cara pemerilaharan dan perawatan hewan uji.

4.3 Penelusuran Pustaka Jenis Hewan Yang Lazim Digunakan Sebagai Hewan Uji
Dan Karakteristiknya
1. Mencit
Sifat mencit : Cendrung berkumpul bersama, penakut, fotofobik, lebih aktif pada
malam hari, aktivitas terhambat dengan kehadiran manusia, tidak mengigit.
Cara memperlakukan mencit : Mencit diangkat ekornya dengan tangan kiri, letakkan
pada suatu tempat yang permukaannya tidak licin, sehingga saat ditarik mnecit akan
mencengkram. Telunjuk dan ibu jari tangan kanan menjepit kulit tengkuk sedangkan
ekornya dengan tangan kiri. Kemudian posisi tubuh menict dibalikkan sehingga
permukaan perut menghadap kita dan ekor dijepitkan antara jari manis dan kelingking
tangan kanan.
Keuntungan : mudah ditangani, mudah dikembangbiakkan, mudah dipelihara, reaksi
obat yang diberikan lebih cepat menimbulkan efek.
Kerugian : aktivitas terganggu bila ada manusia, untuk pemberian oral agak sulit,
penakut

2. Tikus
Sifat tikus : Sangat cerdas, tidak begitu fotofobik, aktivitasnya tidak terhambat dengan
kehadiran manusia, bila diperlakukan kasar atau dalam keadaan defisiensi nutrisi,
cendrung menjadi galak dan sering menyerang, dapat hidup sendiri di kandangnya.
Cara memperlakukan tikus : Angkat dengan cara memegang bagian ujung ekor,

12
letakkan pada kawat kandang. Tangan kiri bergerak dari belakang dengan jari tengah
dan telunjuk “mengunci” tengkuknya, sementara ibu jari menjepit kaki depan. Untuk
perlakuan yang hanya memerluka n ekor, masukkan ke dalam “holder”.
Keuntungan : mudah ditangani, sangat cerdas, mudah dikembangbiakkan, mudah
dipelihara, reaksi obat cepat.
Kerugian : lebih resisten terhadap infeksi, galak, bila makanan kurang dia bisa
memakan sejenisnya.
3. Kelinci
Sifat kelinci : Jarang bersuara kecuali dalam kondisi nyeri yang luar biasa, cendrung
berontak bila kenyamannya terganggu, sangat rentan terhadap angin langsung dan
udara dingin, untuk perlakuan yang hanya memerlukan kepala, masukkan ke dalam
“holder”.
Cara memperlakukan kelinci : Perlakukan dengan halus, jangan memegang telinga
saat mengangkat / menangkap, pegang kulit leher kelinci dengan tangan kiri,
Dekapkan kearah tubuh.
Keuntungan : lebih tenang, mudah dikendalikan
Kerugian : suhu badan mudah berubah jika mengalami gangguan lingkungan, agak
susah dikembangbiakkan.
4. Marmot
Sifat marmot : jinak, mudah ditanganni, jarang menggigit, kulit halus dan berkilat, bila
dipegang bulu tebal dan kuat tetapi tidak kasar, tidak mengeluarkan cairan dihidung
dan telinga.
Cara perlakuan marmot : marmot dapat diangkat dengan cara memegang badan
bagian atas dengan yang satu dan memegang bagian belakangnya dengan tanagan
yang lain.
Keuntungan : jinak, mudah ditangani, jarang menggigit, tidak mengeluarkan cairan
dari hidung dan telinga
Kerugian : terkadang galak
5. Katak
Sifat katak : kulit katak lembab dan licin
Cara perlakuan katak : katak dapat dipegang pada leher atau punggung, karena kulit
licin harus menggunakan lap kasar.
Keuntungan : mudah didapat, mudah dicari

13
Kerugian : kulit lembab dan licin, sulit dipegang
6. Kucing
Sifat kucing : pemalu, bulu lebat
Cara perlakuan : kucing dapat dipegang pada bagian tengkuk atau leher dengan
tangan kanan, dan tangan kiri membopong bagian bokong kucing.
Keuntungan : mudah dikembangbiakkan, mudah didapat, jinak, belum nampak
kerugian
7. Anjing
Sifat anjing : tidak semata –mata jinak
Keuntungan : mudah dibedah karena permukaan tubuh luas
Kerugian : kebanyakan ganas, sulit dikendalikan terkadang
8. Kera
Sifat kera : tidak semata –mata jinak, genetic hampir sama dengan manusia
Keuntungan : hasil percobaan dengan kera lebih baik karena morfologinya atau
genetiknya hampir menyerupai manusia
Kerugian : sulit didapat, terkadang galak dan sulit dikendalikan (Dewi, 2017).

Informasi Uraian Hewan Percobaan


1. Mencit (Mus musculus)
Termasuk mamalia terkecil yang dapat digunakan sebagai hewan uji. Mencit termasuk
dalam bangsa rodentia (hewan pengerat). Hewan mencit pada umumnya dapat hidup selama
1-2 tahun dengan masa mengandung selama 19-21 hari. Mencit memerlukan waktu untuk
kawin sesudah beranak pada rentang waktu 1-24 jam. Umur mencit yang sudah dapat makan
secara mandiri (disapih) adalah 21 hari, selanjutnya dikategorikan dewasa pada umur 35 hari,
dan mencit akan siap dikawinkan pada umur 8 minggu (pada waktu estrus). Siklus kelamin
pada hewan mencit adalah poliestrus. Mencit dewasa secara umum memiliki berat badan
sekitar 20-40 gram (jantan) dan 18-35 gram (betina).
2. Tikus putih (Rattus norvegicus)
Berasal dari Familia Muridae, memiliki masa hidup 2-3 tahun, dapat sampai 4 tahun.
Dengan lama mengandung selama 20-22 hari. Tikus ini akan kawin sesudah beranak dari
rentang waktu 1 sampai 24 jam. Sudah bisa disapih pada umur 21 hari, dan dikategorikan
dewasa pada rentang umur 40-60 hari. Tikus putih sudah siap dikawinkan pada umur 10
minggu (jantan dan betina), mengalami siklus Poliestrus dengan rentang 4-5 hari dan dapat

14
bertahan selama 9-20 jam. Mengalami ovulasi pada 8-11 jam sesudah timbul estrus. Rata-rata
anakan yang dihasilkan mencapai 9-20, dengan jumlah uting susu sebanyak: 12 puting, 3
pasang didaerah dada dan 3 pasang di daerah perut. Kandungan susu yang dihasilkan tikus ini
mengandung: Air 73 %, lemak 14-16 %, protein 9-10 %, Gula 2-3 %. Biasa melakukan
perkawinan kelompok yakni 3 betina dengan 1 jantan.
a. Morfologi dan Anatomi
Tikus rumah memiliki panjang 65-95 mm dari ujung hidung mereka ke ujung tubuh mereka.
Bulu mereka berkisar dalam warna dari coklat muda sampai hitam dan pada umunya memiliki
warna putih. Tikus memiliki ekor panjang yang memiliki sedikit bulu dan memiliki deretan
lingkaran sisik. Tikus rumah cenderung memiliki panjang bulu ekor lebih gelap ketika hidup
erat dengan manusia, mereka berkisar 12-30 gram berat badanya. Banyak bentuk-bentuk
domestik tikus telah dikembangkan yang bervariasi dalam warna dari putih menjadi hitam dan
dangan bintik-bintik.
Sistem pencernaan terdiri atas saluran pencernaan atau kelenjar-kelenjar yang berhubungan,
fungsinya untuk :
a). Ingesti dan Digesti makanan
b). Absorbsi sari makanan
c). Eliminasi sisa makanan

3. Kelinci (Lepus nigricollis)


Berasal dari bangsa Logomorphia dengan ciri khas memiliki telinga panjang hingga 50
cm. Memiliki masa hidup sekitar 5 - 10 tahun dengan masa mengandung 28-35 hari (rata-rata
29 - 31 hari). Memerlukan waktu untuk penyapihan selama 6-8 minggu dikatakan dewasa
pada umur 4-10 bulan dan siap dikawinkan pada rentang 6-12 bulan, mengalami siklus
kelamin poliestrus dalam setahun 5 kali hamil dengan siklus estrus sekitar 2 minggu dan
untuk proses ovulasi (terjadi kawin) pada 9 - 13 jam kemudian mengalami fertilitas pada
selang 1 - 2 jam sesudah kawin dengan jumlah kelahiran sekitar 4 - 10 ekor (rata-rata 6 - 8).
Seekor kelinci akan memiliki volume darah sekitar 40 ml/kg berat badan dan dengan bobot
yang sangat bervariatif tergantung pada ras, jenis kelamin.

4. Marmot (Cavia porcellus)


Masih memiliki hubungan erat dengan mencit dan tikus putih karena berasal bangsa
rodentia (hewan pengerat)

15
5. Katak Sawah (Fejervarya cancrivora)
Adalah salah satu hewan dari kelas amphibi yang bisa digunakan sebagai hewan uji,
berasal dari bangsa Anura (kodok dan katak)

6. Kucing
Kucing, Felis silvestris catus, adalah sejenis karnivora. Kata "kucing" biasanya
merujuk kepada "kucing" yang telah dijinakkan, tetapi bisa juga merujuk kepada "kucing
besar" seperti singa, harimau, dan macan. Kucing peliharaan atau kucing rumah adalah salah
satu predator terhebat di dunia. Kucing ini dapat membunuh atau memakan beberapa ribu
spesies. Kucing dianggap sebagai "karnivora yang sempurna" dengan gigi dan saluran
pencernaan yang khusus. Kucing memiliki banyak warna dan macam pola. Ciri fisik ini tidak
bergantung pada rasnya.

7. Anjing
Anjing adalah mamalia yang telah mengalami domestikasi dari serigala sejak 15.000
tahun yang lalu atau mungkin sudah sejak 100.000 tahun yang lalu berdasarkan bukti genetik
berupa penemuan fosil dan tes DNA. Penelitian lain mengungkap sejarah domestikasi anjing
yang belum begitu lama. Anjing telah berkembang menjadi ratusan ras dengan berbagai
macam variasi, mulai dari anjing tinggi badan beberapa puluh cm seperti Chihuahua hingga
Irish Wolfhound yang tingginya lebih dari satu meter. Warna rambut anjing bisa beraneka
ragam, mulai dari putih sampai hitam, juga merah, abu-abu (sering disebut "biru"), dan coklat.
Selain itu, anjing memiliki berbagai jenis rambut, mulai dari yang sangat pendek hingga yang
panjangnya bisa mencapai beberapa sentimeter. Rambut anjing bisa lurus atau keriting, dan
bertekstur kasar hingga lembut seperti benang wol.

8. Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)


Termasuk salah satu primata yang biasa digunakan sebagai hewan uji berasal dari
Famili Cercopithecidae satu-satunya keluarga dalam superfamili Cercopithecoidea dalam klad
(atau parvorder) Catarrhini. Monyet Dunia lama memiliki banyak spesies familiar dari
primata non manusia, seperti babon dan monyet. Monyet Ekor Panjang merupakan jenis
monyet yang mempunyai panjang ekor lebih kurang sama dengan panjang tubuh, yang diukur
dari kepala hingga ujung tubuhnya. Panjang tubuh berkisar antara 385-648mm. Panjang ekor
pada jantan dan betina antara 400-655 mm. Berat tubuh jantan dewasa berkisar antara 3,5-8

16
kg. Warna tubuhnya bervariasi, mulai dari abu-abu sampai kecoklatan, dengan bagian ventral
bewarna putih. Anak yang baru lahir berambut kehitaman. Masa kehamilan berkisar antara
153-179 hari dan umumnya melahirkan hanya satu ekor anak. Monyet Ekor Panjang paling
sering digunakan dalam percobaan biomedik. Di dalam tubuhnya sering ditemukan antibodi
untuk virus jenis-jenis tertentu (Malole, 1989)
4.4 Cara Pemeliharaan dan Perawatan Hewan Uji
Mencit (Mus musculus) adalah hewan percobaan yang sering dan banyak digunakan di
dalam laboratorium farmakologi dalam berbagai bentuk percobaan. Hewan ini mudah
ditangani dan bersifat penakut, fotofobik, cenderung berkumpul sesamanya dan bersembunyi
(Dewi, 2017). Hewan uji yang digunakan dalam penelitian tetap harus dijaga hak-haknya
yang dikenal sebagai Animal Welfare seperti yang tercantum dalam five of freedom yang
terdiri dari 5 kebebasan yaitu sebagai berikut :
1. Freedom from hunger and thirst.
Bebas dari rasa lapar dan haus, hewan harus diberikan pangan yang sesuai dengan
jenis hewan dalam jumlah yang proporsional, hiegenis dan disertai dengan kandungan
gizi yang cukup.
2. Freedom from thermal and physical discomfort.
Hewan bebas dari kepanasan dan ketidaknyamanan fisik dengan menyediakan tempat
tinggal yang sesuai dengan prilaku hewan tersebut
3. Freedom from injury, disease and pain.
Hewan harus bebas dari luka, penyakit dan rasa sakit dengan melakukan perawatan,
tindakan untuk pencegahan penyakit, diagnosa penyakit serta pengobatan yang tepat
terhadap binatang peliharaan.
4. Freedom to express most normal pattern of behavior.
Hewan harus bebas mengekspresikan perilaku normal dan alami dengan menyediakan
kandang yang sesuai baik ukuran maupun bentuk, termasuk penyediaan teman
(binatang sejenis) atau bahkan pasangan untuk berinteraksi sosial maupun melakukan
perkawinan.
5. Freedom from fear and distresss.
Hewan bebas dari rasa takut dan penderitaan dilakukan dengan memastikan bahwa
kondisi dan perlakuan yang diterima hewan peliharaan bebas dari segala hal yang
menyebabkan rasa takut dan stress seperti konflik dengan spesies lain dan gangguan
dari predator (Kemenkes RI, 2016).

17
Berikut ini dijelaskan beberapa aspek penting dalam pemeliharaan mencit sebagai
hewan uji di laboratorium. Beberapa hal penting, mulai dari tempat pemeliharaan, pakan,
minum, sirkulasi udara dan perawatan selama menjadi hewan uji.
A. Kandang Mencit
Kandang mencit di laboratorium dapat berupa kotak dengan ukuran panjang 40 cm x
lebar 30 cm x tinggi 18 cm untuk kepadatan 5-7 ekor mencit. Rasio jantan dan betina
yaitu: 1 ekor jantan dengan 4 ekor betina. Bahan kandang berupa plastik, aluminium atau
baja yang tahan karat, serta dapat juga dari bahan kaca seperti akuarium. Prinsip
umumnya adalah kandang harus mudah dibersihkan, disterilkan, tahan lama, tidak mudah
dikerat oleh mencit. Bahan dari Polivinil klorida (PVC) tidak disarankan untuk kendang
karena mudah dikerat oleh mencit dan susah disterilkan karena tidak tahan panas
(Nugroho, 2018). Kondisi dan ukuran kandang sangat menentukan kondisi hewan
percobaan, karena bentuk,ukuran serta bahan yang dipakai merupakan elemen dalam
physical environment bagi hewan percobaan. Kandang harus dirancang sedemikian rupa
sehingga hewan dapat hidup dengan tenang, tidak terlalu lembab, dapat menghasilkan
peredaran udara yang baik, suhu cocok, ventilasi lengkap dengan insect proof screen
(kawat nyamuk) (Kemenkes RI, 2016).
B. Makanan dan Air
Makanan untuk mencit pada dasarnya dibuat dengan memperhatikan zat-zat gizi yang
terkandung di dalamnya seperti mengandung komponen karbohidrat, protein, lemak,
mineral serta nutrien gizi lainnya seperti vitamin. Besaran nilai gizi tersebut dapat
bervariasi sesuai umur maupun jenis kelamin, namun sebagai acuan komposisi berikut ini
dapat digunakan: protein, 20-25%; lemak, 10-12%; pati, 45-55%; serat kasar, 4% atau
kurang; dan abu, 5-6%. Pakan mencit harus juga mengandung vitamin A (15.000-20.000
IU/kg); vitamin D (5000 IU/kg); alfa tokoferol (50 mg/kg); asam linoleat (5-10 g/kg);
timin (15-20 mg/kg); riboflavin (8 mg/kg); pantotenat (20 mg/kg); viotamin B12 (30
UG/kg); biotin (80-200 UG/kg); piridoksin (5 mg/kg); intisol (10-1000 mg/kg); dan kolin
(20 h/kg). Di samping faktor nilai gizi, pakan mencit yang dibuat harus mudah dicerna,
enak dan mencit mau mengkonsumsinya (Nugroho, 2018). Selain tersedianya makanan air
juga sangat dibutuhkan, Kebutuhan air dapat diperoleh oleh hewan dengan mudah dan
lancar dan usahakan tidak terlalu tinggi kandungan mineralnya serta bersih, dan tidak
membasahi kandang hewan tersebut (Kemenkes RI, 2016).

18
C. Tempat Pakan dan Minum
Tempat makan mencit biasanya hanya berupa baskom atau wadah kecil dengan ukuran
bebas dan disesuaikan dengan kebutuhan dan ukuran kandang serta populasi dalam
kandang. Bahan tempat pakan tentu saja terbuat dari bahan yang tidak mudah dikerat oleh
mencit. Baskom atau wadah ini dapat diisi pakan sesuai dengan kebutuhan. Tempat
minum mencit dapat menggunakan tempat minum hamster yang dapat dibeli toko hobi
hamster atau pet shop (Nugroho, 2018).
D. Sanitasi
Kandang yang digunakan dalam menempatkan hewan ujii memiliki sistem sanitasi
yang baik, sestim drainase yang baik, dan terjaga kebersihan dengan baik, misalnya
dengan desinfektan (lysol 3-5%) (Kemenkes RI, 2016).
E. Sirkulasi udara dan Penerangan
Dengan adanya sistim ventilasi yang baik, sehingga sirkulasi udara dapat diatur, lebih
baik lagi bila dipasang exhaust fan sehingga sirkulasi udara menjadi terkontrol.
Penerangan diperlukan sekali terutama dalam pengaturan proses reproduksi hewan, perlu
diperhatikan siklus terang dan gelap karena pada beberapa hewan siklus estrus (siklus
reproduksinya) sangat tergantung oleh penerangan dan bila tidak terdapat penerangan
akan menyebabkan terhambatnya proses reproduksi (Kemenkes RI, 2016).
F. Kelembaban dan temperatur ruangan
Suhu dan kelembaban ruangan merupakan komponen penting dari lingkungan semua
hewan karena secara langsung mempengaruhi kemampuan hewan untuk mengatur panas
internalnya. kehilangan panas pada hewan dapat menyebabkan hewan menjadi pingsan,
bukan dengan cara berkeringat (Kemenkes RI, 2016).
G. Mengawinkan Mencit
Mengawinkan mencit biasanya digunakan untuk keperluan perbanyakan atau
kepentingan penelitian yang berhubungan dengan embriologi atau teratologi. Indukan
yang baik untuk dikawinkan harus yang baik dan sehat, karena akan menghasilkan anakan
atau keturunan yang baik dan sehat pula. Periode aktivitas reproduksi pada mencit
berlangsung sejak umur dewasa seksual hingga umur 14 bulan dan lebih lama lagi pada
mencit jantan. Mencit betina hanya akan berkopulasi dengan mencit jantan selama masa
estrus, yaitu ketika sel telur atau ovum siap dibuahi. Waktu kopulasi dapat terjadi antara 5
jam sebelum ovulasi hingga 8 jam setelah ovulasi. Fase estrus mencit dapat ditentukan
dengan melihat ciri organa genitalia eksternanya, yaitu vulva yang membengkak dan

19
berwarna kemerahan. Fase estrus juga dapat diketahui dengan pembuatan apusan vagina
(Nugroho, 2018).
H. Gestasi mencit
Masa gestasi atau masa kehamilan mencit umumnya sekitar 19-21 hari. Masa gestasi
tersebut dapat terjadi secara simultan dengan masa postpartum estrus dan laktasi. Laktasi
dapat menghambat gestasi dikarenakan adanya penundaan implantasi. Hal tersebut dapat
menyebabkan pemanjangan masa gestasi hingga 12-13 hari pada strain inbred tertentu
(Kemenkes RI, 2016).
I. Jumlah anak mencit sekelahiran
Jumlah anakan mencit dalam satu kelahiran merupakan jumlah total anak hidup dan
mati pada waktu satu periode kelahiran. Jumlah anak mencit mencapai 6 hingga 15 ekor
dalam satu kali melahirkan. Besarnya jumlah anak dalam satu kali lahir dipengaruhi oleh
bangsa ternak, umur induk, musim kelahiran, makanan, silang dalam dan kondisi
lingkungan.
J. Penyakit pada mencit
Jika pemeliharaan mencit tidak baik, misal karena kandang kotor tidak pernah
dibersihkan, lembab, gizi pakan yang tidak baik dan faktor lingkungan seperti sirkulasi
udara, suhu, kelembaban tidak diperhatikan, maka sangat mungkin mencit akan terkena
berbagai penyakit. Sehingga sebagai usaha pencegahan tidak diperkenankan semua orang
boleh menyentuh atau mengeluarkan hewan hewan dari kandang (lebih-lebih bila
hewannya adalah bebas kuman atau yang disebut dengan Germ Free Animals) tanpa suatu
keperluan apapun. Dalam program pemeliharaan hewan percobaan diperlukan tenaga
yang terlatih dan berpengalaman yang cukup, karena ilmu yang menyangkut hewan
percobaan dapat melibatkan banyak aspek ilmu, sehingga diperlukan sekali adanya kursus
baik tenaga administrasi maupun tenaga teknis. (Nugroho, 2018)

20
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan sebelumnya adapun kesimpulan yang dapat kami peroleh
sebagai berikut:
1. Ada beberapa jenis hewan yang lazim digunakan sebagai hewan uji beserta
karakteristiknya seperti mencit (yang digunakan dalam praktikum ini), tikus,
kelinci, kucing dan lainnya yang memiliki karakteristik yang sesuai dengan
pemanfaatannya dalam penelitian.
2. Adapun cara perawatan dan pemeliharaan hewan uji yang baik adalah dengan
memperhatikan kandang, makanan dan air, tempat pakan dan minum, sanitasi,
sirkulasi udara dan penerangan, kelembaban dan temperatur ruangan,
mengawinkan hewan uji, gestasi, jumlah anak sekelahiran dan penyakit pada
hewan uji (dalam praktikum ini adalah mencit)
3. Perubahan berat badan mencit (Mus musculus) dalam masa adaptasi selama 5 hari
didapatkan hasil bahwa kelompok mencit tersebut mengalami kenaikan serta
penurunan berat badan namun berat badan mencit pada data tergolong berat badan
normal untuk mencit jantan dewasa

5.2 Saran
Masa pandemi yang membuat kami melaksanakan praktikum ini secara online
menjadi tantangan terbesar yang dihadapi, maka saran dari kami adalah agar praktikum dapat
dilaksanakan sebagaimana mestinya dengan tetap menggali literatur dan studi pustaka lebih
banyak lagi sehingga bisa mendapatkan hasil yang lebih baik dalam praktikum daring maupun
luring.

21
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Kadek Karang. Tanpa tahun. Kesejahteraan Hewan Laboratorium. Diktat Kuliah
Fakultas Kedokteran. Universitas Udayana
Association of Shelter Veterinarians. 2009. The Five Freedoms. Data diperoleh melalui situs
https://www.sheltervet.org/five-freedoms (diakses tanggal 28 Februari 2021)
Dawes, B. 1952. A Hundred Years of Biology. University of London Inc. London.
Dewi, Shintia Kusuma. 2017. Laporan Praktikum Farmakologi Percobaan 1 Penanganan
Hewan Percobaan. Bogor : Sekolah Tinggi Teknologi Industri Dan Farmasi Program
Studi Strata 1 Farmasi.
Jahn Hau dan Gerald L. Van Hoosier, Jr. 2003. Handbook of Laboratory Animal Science
Volume II. US: CRC Press. 2
Kemenkes RI. 2016. Praktikum Farmakologi. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
Malole, M.B.M., Pramono C.S.U., 1989. Penggunaan Hewan-hewan Percobaan di
Laboratorium. Bogor : PAU Pangan dan Gizi, IPB.
Maynard, L. A. and J. A. Loosli. 1969. Animal Nutrition. Seventh Edition. Tata Mc Graw-Hill
Publishing Co. Ltd. Bombay, New Delhi.
Nugroho, Rudy Agung. 2018. Mengenal Mencit Sebagai Hewan Laboratorium. Samarinda :
Mulawarman University Press
Rosmala, Sisilia., Dewi1., Hiany Salim. 2018. Ji Efek Analgetik Infusa Jahe (Zingiber
Officianale Roscoe) Terhadap Hewan Uji Mencit Jantan (Mus musculus). Media
Farmasi p.issn 0216-2083 e.issn 2622-0962 Vol.XV No. 2.
Rasyaf. 1990. Bahan Makanan Unggas di Indonesia, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Stevani, Hendra. 2016. Praktikum Farmakologi. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Sturkie, P. D. 1976. Avian Physiology. Cornell University Press, New York.

22

Anda mungkin juga menyukai