Anda di halaman 1dari 13

BAB I TUJUAN DAN TEORI DASAR 1.1. TUJUAN a.

Mengenal alat-alat yang akan di gunakan pada nantinya pada saat oraktikum nonsteril b. Mengetahui prinsip kerja dari alat yang akan digunakan dalam pembuatan tablet dan granulasi TEORI DASAR 1.2.1 Tablet Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet-tablet dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancurnya, dan dalam aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya. Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian obat-obat secara oral, dan kebanyakan dari tablet ini dibuat dengan penambahan zat warna, zat pemberi rasa, dan lapisanlapisan dalam berbagai jenis (Ansel, 1989). Pembuatan sediaan tablet dapat dilakukan melalui tiga metode yaitu, metode granulasi basah, granulasi kering, dan kempa langsung. Pemilihan metode untuk pembuatan sediaan tablet biasanya disesuaikan dengan karakteristik zat aktif yang akan dibuat tablet, tergantung dari ketahanan zat tersebut terhadap panas atau kelembapan, kestabilannya serta besar kecilnya dosis (Anonim, 2010). Granulasi basah merupakan suatu proses pencampuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dengan jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. Metode granulasi basah digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas. Keuntungan dari metode granulasi basah ini adalah memperoleh aliran yang baik, meningkatkan komprebilitas, mengontrol pelepasan, mencegah pemisahan komponenkomponen campuran selama proses dan meningkatkan kecepatan disolusi. Sedangkan kekurangan dari metode granulasi basah yaitu banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi, biaya yang diperlukan cukup tinggi, zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas tidak dikerjakan dengan cara ini dan untuk zat termolabil dilakukan dengan pelarut non air (Anonim, 2010).

1.2.

Metode granulasi basah merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam memproduksi tablet kompresi (Ansel, 1989). Adapun prinsip dari metode granulasi basah ini adalah membasahi massa tablet dengan larutan pengikat tertentu sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu pula, dan kemudian massa basah tersebut digranulasi (Anonim, 2010). Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk dengan suatu perekat sebagai pengganti pengompakan, dimana teknik ini membutuhkan larutan, suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke campuran serbuk dan cairan dimasukkan terpisah. Cairan yang ditambahkan memiliki peranan yang cukup penting dimana jembatan cair yang terbentuk diantara partikel dan kekuatan ikatannya akan meningkat bila jumlah cairan yang ditambahkan meningkat, gaya tegangan permukaan dan tekanan kapiler paling penting pada awal pembentukan granul bila cairan sudah ditambahkan (Anonim, 2010). Pencampuran dilanjutkan sampai tercapai dispersi yang merata dan semua bahan pengikat sudah bekerja, jika sudah diperoleh massa basah atau lembab maka massa dilewatkan pada ayakan dan diberi tekanan dengan alat penggiling dengan tujuan agar terbentuk granul sehingga luas permukaan meningkat dan proses pengeringan menjadi lebih cepat. Setelah pengeringan, granul diayak kembali dimana ukuran ayakan tergantung pada alat penghancur yang digunakan dan ukuran tablet yang akan dibuat (Anonim, 2010). Setelah pengayakan kering biasanya bahan pelincir kering ditambahkan ke dalam granul. Sehingga setiap granul dilapisi oleh bahan pelincir. Bahan pelincir yang umum digunakan adalah talk, magnesium stearat, dan kalsium stearat. Manfaat pelincir dalam pembuatan tablet kompresi adalah untuk mempercepat aliran granul dalam corong ke dalam rongga cetakan, mencegah melekatnya granul dengan punch, selama pengeluaran tablet mengurangi pergesekan antara tablet dan dinding cetakan (Ansel, 1989). Pada metode granulasi kering, granul dibentuk oleh pelembapan atau penambahan bahan pengikat ke dalam campuran serbuk obat tetapi dengan cara memadatkan massa yang jumlahnya besar dari campuran serbuk dan setelah itu memecahkannya dan menjadikan pecahan-pecahan ke dalam granul yang lebih kecil. Dengan metode ini baik zat aktif maupun pengisi harus memiliki sifat kohesif supaya massa yang jumlahnya besar dapat dibentuk. Metode ini khususnya untuk bahan-bahan yang tidak dapat diolah dengan metode granulasi basah, karena kepekaannya terhadap uap air atau karena untuk mengeringkannya memerlukan temperatur yang tinggi (Ansel, 1989).

Metode kompresi (kempa) langsung dapat digunakan pada beberapa bahan obat seperti kalium klorida, kalium iodida, amonium klorida, dan metenamin yang memiliki sifat mudaj mengalir sebagaimana juga sifat-sifat kohesifnya yang memungkinkan untuk langsung dikompresi dalam mesin tablet tanpa memerlukan granulasi basah atau kering (Ansel, 1989). Metode kompresi langsung memiliki beberapa keuntungan penting seperti tenaga kerja yang sedikit, proses kering (Lachman dkk., 2008).

Evaluasi Sediaan Tablet BAB II PRAFORMULASI -

BAB III FORMULASI -

BAB IV ALAT DAN BAHAN 4.1.ALAT Hardness Tester Bransonic 1510 Neraca Digital Tap Density Tester Disintegration Tester Elektromagnetic Sieve Shaker Mesin Tablet

4.2.BAHAN 6 buah tablet

BAB V PROSEDUR KERJA

5.1.Hardness Tester Alat Hardness Tester dihidupkan

Tombol enter ditekan untuk kalibrasi awal

Ditekan setup dan dipilih unit untuk memilih satuan yang akan digunakan (Newton) dan ditekan CL untuk kembali

Dihitung diameter tablet secara manual

Ditekan measurement untuk melakukan pengukuran dan dipilih New Direct Measure

Pada nominal diameter ditekan angka rata-rata pada pengukuran diameter tablet, dan number hardness untuk mengetahui jumlah tablet yang digunakan

Ditekan tombol enter untuk memulai yang diawali dengan kalibrasi awal (zero jaw), yang dilanjutkan dengan pengukuran pertama

Pengukuran pertama dengan menaruh 1 buah tablet pada alat dan ditunggu sampai alat menghitung kekerasan dari tablet tersebut, selanjutnya dibersihkan dengan kuas dan kembali diletakkan tablet selanjutnya pada alat.

5.2.Bransonic 1510 5.3.Neraca Digital 5.4.Tap Density Tester

Granul yang terbentuk dimasukkan ke dalam gelas ukur dengan volume 100 mL atau 250 mL, dan diberi tanda batas yang dinyatakan dengan volume awal (V0) Gelas ukur ditempatkan pada alat tap density tester dan dilakukan pengesetan waktu yang dibutuhkan agar volume yang di dapatkan menjadi mampat (Vtap)

Ditekan tombol start

Dilakukan pengukuran volume mampat dengan mengukur tinggi granul pada gelas ukur yang digunakan

Dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus:

Persyaratan : I<20%

5.5.Disintegrator Tester

Satu tablet dimasukkan ke dalam tabung dari keranjang

Dimasukkan cakram pada tiap tabung dan alat dijalankan

Medium yang digunakan adalah air dengan suhu 37C 2C kecuali dinyatakan lain menggunakan cairan yang tercantum dalam masing-masing monografi

Bila 1 atau 2 tablet tidak hancur sempurna, dilakukan pengujian ulang dengan 12 tablet lainnya, tidak kurang 16 tablet dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna

Keranjang yang berisi tablet diangkat dan dilakukan pengamayan pada semua tablet dimana semua tablet harus hancur sempurna

Untuk tablet yang tidak bersalut waktu yang dibutuhkan untuk hancur sempurna dan melewati kasa pada tabung tidak lebih dari 15 menit

5.6.Electromagnetic Sieve Shaker BAB VI DATA/HASIL PRAKTIKUM 6.1.Data Pengamatan Kekerasan Tablet Tablet (13 mm) I II III IV Kekerasan (N) 89 94 94 94

Dari data tersebut diperoleh rata-rata kekerasan dari tablet sebesar:


Kekerasan Kekerasan I Kekerasan II Kekerasan III Kekerasan IV n 89 94 94 94 4 = 92,75 N

Tablet (13 mm) I II

Kekerasan (N) 89 94 -3,75 1,25

(x-x)

( x - x )2 14,06 1,56

III IV

94 94

1,25 1,25 ( x - x )

1,56 1,56 18,74

Standar Deviasi = =

18 ,74 3

= 2,45

BAB VII PEMBAHASAN HASIL Mesin Pengempa Tablet Mesin pengempa tablet atau pencetak tablet dirancang dengan komponenkomponen dasar sebagai berikut: 1. Hopper untuk menahan/tempat menyimpan dan memasukkan granulat yang akan dikempa. 2. Die yang menentukan ukuran dan bentuk tablet. 3. Punch untuk mengempa granulat yang terdapat di dalam die. 4. Jalur cam untuk mengatur gerakan punch. 5. Suatu mekanisme pengisisan untuk menggerakkan/memindahkan granul dari hopper ke dalam die. Pencetak tablet dibagi dua, pencetak tunggal atau pencetak ganda berputar. Seluruh pengempaan dilakukan oleh punch atas sehingga membuat mesin itu seperti sebuah "pencetak perangko". Pencetak ganda disebut rotari (berputar), sebab berputarnya bagian kepala dari mesin tablet yang memegang punch atas, dies dan punch bawah pada tempatnya. Bila bagian kepala berputar, punch dituntun ke atas dan ke bawah oleh jalur cam yang diam, yang mengontrol urut-urutan pengisian, pengempaan, dan pendorongan keluar. Bagian dari kepala yang memegang punch di atas disebut

turret atas, yang memegang punch bawah disebut turret bawah, sedangkan bagian yang memegang die disebut meja die. Pada saat mulai granul yang berada di dalam hopper masuk ke dalam rangka pengisi yang mempunyai beberapa kompartemen yang saling berhubungan. Kompartemen-kompartemen ini menyebarkan granul secara luas untuk menyediakan waktu bagi die untuk diisi. Turunnya cam menuntun punch bawah ke dasar, hal ini memungkinkan die untuk diisi berlebihan. Punch itu kemudian melalui cam pengontrol berat yang mengurangi isi die sampai jumlah yang diinginkan. Pisau pembersih pada ujung memindahkan kelebihan granul dan membawanya kembali mengelilingi turret ke bagian muka rangka pengisi. selanjutnya punch bawah bergerak di atas roda pengempa bawah, bersamaan dengan itu punch atas lewat di bawah roda pengempa atas. Punch atas bergerak pada jarak tertentu di dalam die sedangkan punch bawah naik untuk meremas dan memadatkan granul yang ada dalam die. Untuk mengatur gerakan ke atas dari punch, ketinggian dari roda pengempa bawah diubahubah. Setelah pengempaan punch atas punch atas ditarik keluar mengikuti naiknya cam dari punch atas, punch bawah mengikuti naiknya cam, ini membuat tablet sedikit di atas permukaan die. Posisi yang tepat ditentukan oleh skrup yang beralur yang disebut tombol pelepas. Tablet akan melewati pisau pembersih dan meluncur jatuh ke dalam wadah penampung (Lachman dkk., 2008).

Evaluasi tablet dilakukan untuk menjamin dan menjaga kualitas suatu sediaan tablet. Dalam industri farmasi, evaluasi tablet adalah kunci dari Quality Assurance dan Quality Control. Uji evaluasi tablet dapat dibagi menjadi 4 jenis, yaitu uji organoleptis, uji fisika kimia, uji keamanan atau toksisitas, dan uji mikrobiologi. Uji organoleptis terdiri dari pengujian warna, bau dan rasa. Uji fisika kimia terdiri dari pengujian keseragaman ukuran, kerapuhan (friabilitas), kekerasan tablet, disolusi, waktu hancur, dan uji kadar zat aktif. Uji keamanan atau toksisitas digunakan untuk menguji apakah terdapat zat lain yang bersifat toksik dalam sediaan. Sedangkan uji mikrobiologi dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya mikroorganisme yang tumbuh pada sediaan tablet. Evaluasi sediaan tablet jadi meliputi : uji organoleptis, uji keseragaman bobot, uji kekerasan, uji kerapuhan tablet, uji disolusi, dan uji waktu hancur. 3.1 Uji Kekerasan

Uji kekerasan tablet dapat didefinisikan sebagai uji kekuatan tablet yang mencerminkan kekuatan tablet secara keseluruhan, yang diukur dengan memberi tekanan terhadap diameter tablet. Tablet harus mempunyai kekuatan dan kekerasan tertentu serta dapat bertahan dari berbagai goncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan dan transportasi. Alat yang biasa digunakan adalah hardness tester. Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan dan terjadi keretakan talet selama pembungkusan, pengangkutan dan pemakaian. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan (Parrott, 1971). Beberapa alat untuk uji kekerasan tablet yang masih dipakai adalah alat penguji: Monsanto, Strong-Cobb, Pfizer, Erweka, dan Schleuniger. Alat penguji yang paling awal dipakai adalah alat penguji Monsanto yang ditemukan kurang lebih 50 tahun yang lalu. Alat ini terdiri dari suatu barel (pipa) yang mempunyai per yang dapat ditekan yang terletak diantara dua katup penghisap. Katup yang bawah diletakkan bersentuhan dengan tablet, dan keadaan ini dibaca/ditandai 0. Kemudian katup atas ditekan melawan per dengan memutar mur/sekrup sampai tabletnya patah. Pada waktu per ditekan, penunjuk bergerak menunjukkan tenaga. Tenaga yang mematahkan tablet dicatat, dan pembacaan tenaga nol dikurangi dari situ. Untuk mengatasi sifat manual dan lamanya waktu yang diperlukan pada pemakaian alat penguji Monsanto, maka dua puluh tahun kemudian dikembangkan alat penguji Strong-Cobb. Desai asli memakai penghisap yang diaktifkan dengan memompa tangan tuas yang menekan landasan yang tetap/tidak bergerak dengan tekanan hidraulik. Tekanan yang diperlukan untuk mematahkan tablet dapat dobaca pada meteran hidraulik. Kemudian dibuat modifikasi dari alat penguji Strong-Cobb dengan memakai tenaga tekanan udara bukan pompa manual. Kira-kira sepuluh tahun kemudian dikembangkan alat penguji Pfizer. Prinsip kerja alat ini sama seperti prinsip kerja sepasang penjepit. Bila pegangan penjepit ditekan, tablet akan tertekan diantara landasan pemegang dan pistonyang dihubungkan langsung dengan meter pembac. Lempeng penunjuk tetap pada pembacaan saat tablet pecah dan kembalike nol bila tombol pengatur ditekan. Alat penguji Pfizer lebih banyak digunakan ibandingkan alat-alat sebelumnya karena kesederhanaannya, harganya yang rendah, serta kecepatan dalam pemakainnya.

Pada alat penguji Erweka, tablet diletakkan pada landasan bawah, kemudian landasan itu diatur sampai tepat menyentuh landasan atas. Suatu motor penggerak yang diberi beban, bergerak sepanjang rel yang perlahan-lahan dan merata memindahkan tekanan ke tablet. Suatu alat penunjuk yang bergerak sepanjang skala akan menunjukkan besarnya tenaga pemecah dalam kilogram. Alat penguji Schleuniger bergerak/dioperasikan dalam posisi horisontal. Suatu landasan yang digerakkan oleh motor listrik menekan tablet dengan beban yang tetap melawan landasan tetap sampai tablet pecah. Suatu penunjuk yang bergerak sepanjang skala penunjuk akan memberikan memberikan nilai kekuatan pemecah. Pembacaan dapat dalam kilogram dan unit Strong-Cobb. Saat ini alat penguji tersebut paling banyak dipakai dan mempunyai keuntungan karena cepat dan dapat dilakukan berulang-ulang (Lachman dkk., 2008).

Pada umumnya tablet yang baik dinyatakan mempunyai kekerasan antara 4-10 kg. Namun hal ini tidak mutlak, artinya kekerasan tablet dapat lebih kecil dari 4 atau lebih tinggi dari 8 kg. Kekerasan tablet kurang dari 4 kg masih dapat diterima dengan syarat kerapuhannya tidak melebihi batas yang diterapkan. Tetapi biasanya tablet yang tidak keras akan memiliki kerapuhan yang tinggi dan lebih sulit penanganannya pada saat pengemasan, dan transportasi. Kekerasan tablet lebih besar dari 10 kg masih dapat diterima, jika masih memenuhi persyaratan waktu hancur/disintegrasi dan disolusi yang dipersyaratkan (Sulaiman, 2007). Uji kekerasan dilakukan dengan mengambil masingmasing 10 tablet dari tiap batch, yang kemudian diukur kekerasannya dengan alat pengukur kekerasan tablet. Persyaratan untuk tablet lepas terkendali non swellable adalah 10-20 kg/cm2 (Nugrahani, 2005).

3.2 Uji Kerapuhan (Friabilitas) Tablet Kerapuhan merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman. Kerapuhan diukur dengan friabilator. Prinsipnya adalah menetapkan bobot yang hilang dari sejumlah tablet selama diputar dalam friabilator selama waktu tertentu. Pada proses pengukuran kerapuhan, alat diputar dengan kecepatan 25 putaran per menit dan waktu yang digunakan adalah 4 menit. Jadi ada 100 putaran (Andayana, 2009).

Kerapuhan dapat dievaluasi dengan menggunakan friabilator (contoh nya Rosche friabilator) (Sulaiman, 2007). Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahulu dibersihkan dari debunya dan ditimbang dengan seksama. Tablet tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam friabilator, dan diputar sebanyak 100 putaran selama 4 menit, jadi kecepatan putarannya 25 putaran per menit. Setelah selesai, keluarkan tablet dari alat, bersihkan dari debu dan timbang dengan seksama. Kemudian dihitung persentase kehilangan bobot sebelum dan sesudah perlakuan. Tablet dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih dari 1% (Andayana, 2009). Uji kerapuhan berhubungan dengan kehilangan bobot akibat abrasi yang terjadi pada permukaan tablet. Semakin besar harga persentase kerapuhan, maka semakin besar massa tablet yang hilang. Kerapuhan yang tinggi akan mempengaruhi konsentrasi/kadar zat aktif yang masih terdapat pada tablet. Tablet dengan konsentrasi zat aktif yang kecil (tablet dengan bobot kecil), adanya kehilangan massa akibat rapuh akan mempengaruhi kadar zat aktif yang masih terdapat dalam tablet (Sulaiman, 2007). Hal yang harus diperhatikan dalam pengujian friabilitas adalah jika dalam proses pengukuran friabilitas ada tablet yang pecah atau terbelah, maka tablet tersebut tidak diikutsertakan dalam perhitungan. Jika hasil pengukuran meragukan (bobot yang hilang terlalu besar), maka pengujian harus diulang sebanyak dua kali. Selanjutnya tentukan nilai rata-rata dari ketiga uji yang telah dilakukan (Andayana, 2009).

3.3 Uji Disolusi Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan kapsul, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah. Dalam USP cara pengujian disolusi tablet dan kapsul dinyatakan masing-masing mononografi obat. Pengujian merupakan alat yang obyektif dalam menetapkan sifat disolusi suatu obat yang berada dalam sediaan padat. Karena absorpsi dan kemampuan obat berada dalam tubuh sangat besar tergantung pada adanya obat dalam keadaan melarut, karakteristik disolusi biasa merupakan sifat yang penting dari produk obat yang memuaskan. Secara singkat, alat untuk menguji karakteristik disolusi dan sediaan padat kapsul atau tablet terdiri dari (1) motor pengaduk dengan kecepatan yang dapat diubah,

(2) keranjang baja stainless berbentuk silinder atau dayung untuk ditempelkan ke ujung batang pengaduk, (3) bejana dari gelas, atau bahan lain yang inert dan transparan dengan volume 1000 mL, bertutup sesuai dengan ditengah-tengahnya ada tempat untuk menempelkan pengaduk, dan ada lubang tempat masuk pada 3 tempat, dua untuk memindahkan contoh dan satu untuk menempatkan thermometer, dan (4) penangas air yang sesuai untuk menjaga temperature pada media disolusi dalam bejana. Pada tiap pengujian, volume dari media disolusi (seperti yang dicantumkan dalam masing-masing monografi) dtempatkan dalam bejana dan biarkan mencapai temperature 370 C kurang lebih 0,50 C. Kemudian satu tablet atau satu kapsul yang diuji dicelupkan kedalam bejana atau ditempatkan dalam keranjang dan pengaduk diputar dengan kecepatan seperti yang ditetapkan dalam monografi. Pada waktu-waktu tertentu contoh dari media diambil untuk analisis kimia dari bagian obat yang terlarut. Tablet dan kapsul harus memenuhi persyaratan seperti yang terdapat dalam monografi untuk kecepatan disolusi

3.4 Waktu Hancur Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah tablet untuk hancur menjadi granul/partikel penyusunnya yang mampu melewati ayakan no.10 yang terdapat dibagian bawah alat uji. Alat yang digunakan adalah disintegration tester, yang berbentuk keranjang, mempunyai 6 tube plastik yang terbuka dibagian atas, sementara dibagian bawah dilapisi dengan ayakan/screen no.10 mesh (Sulaiman, 2007). Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur suatu sediaan tablet yaitu sifat fisik granul, kekerasan, porositas tablet, dan daya serap granul. Penambahan tekanan pada waktu penabletan menyebabkan penurunan porositas dan menaikkan kekerasan tablet. Dengan bertambahnya kekerasan tablet akan menghambat penetrasi cairan ke dalam pori-pori tablet sehingga memperpanjang waktu hancur tablet. Kecuali dinyatakan lain waktu hancur tablet bersalut tidak > 15 menit (Nugrahani, 2005). Bagi tablet tahap penting pertama sebelum melarut adalah pecahnya tablet menjadi partikel-partikel kecil atau granul, tahap ini disebut disintegrasi. Waktu yang diperlukan oleh tablet untuk hancur ditentukan oleh alat seperti yang dinyatakan dalam USP/NF. Perlengkapan USP untuk menguji daya hancur tablet memakai 6 tabung gelas sepanjang 3 inci yang terbuka di bagian atas, sedangkan di bagian bawah keranjang ada saringan ukuran 10 mesh. Untuk menguji waktu hancur tiap tabung diisi oleh 1 tablet,

kemudian keranjang diletakkan di dalam beaker berisi 1 liter air, cairan lambung buatan, atau cairan usus buatan pada 37C 2C. Keranjang itu bergerak turun-naik, dan tablet harus tetap berada 2,5 cm dari permukaan atas cairan dan 2,5 cm dari dasar beaker. Gerakan turun naik keranjang berisi tablet diatur oleh sebuah motor yang bergerak sepanjang 5 sampai 6 cm, pada frekuensi 28 sampai 32 kali per menit. Sebuah lempeng plastik yang dilubangi dapat pula digunakan dalam uji ini. Lempeng tersebut diletakkan di atas tablet, dan menimbulkan gerakan abrasi pada tablet. Lempeng ini sangat berguna bagi tablet yang mengapung. Agar syarat USP terpenuhi tablet harus hancur dan semua partikel harus dapat menembus saringan mesh 10 dalam waktu yang sudah ditentukan. Bila ada sisa yang tertinggal, maka sisa tersebut harus mempunyai masa yang lunak dan tidak boleh ada inti tablet yang tumpah. Prosedur ini dikatakan dapat dipakai untuk menentukan waktu hancur tablet tidak bersalut, tablet bersalut biasa, tablet bersalut enterik, tablet bukal, dan tablet sublingual. Tablet menurut USP yang tidak bersalut mempunyai standar waktu hancur paling rendah 5 menit (tablet aspirin), tetapi kebanyakan tablet memiliki waktu hancur 30 menit. Tablet salut enterik tidak boleh hancur setelah 1 jam di dalam cairan lambung buatan. Tablet salut enterik ini kemudian diuji dalam cairan usus buatan, dan tablet harus pecah dalam 2 jam ditambah waktu yang dinyatakan pada monografinya (Lachman dkk., 2008).

Anda mungkin juga menyukai