Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH FITOKIMIA

PENAPISAN KIMIA BAHAN ALAM


Dosen : Rini Prastiwi

Disusun Oleh :
Kelompok 6

Siti nur ari utami : 1304015486

Risky Adin : 1304015457


Widi Anastasya 1304015542

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH FROF. DR. HAMKA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang

Sejak dahulu masyarakat Indonesia mengenal dan memakai tumbuhan sebagai


salah satu upaya dalam penanggulangan masalah kesehatan yang dihadapinya. Namun
hal ini dilakukan berdasarkan pengalaman yang turun temurun dan bukan melalui
kajian yang sistematis dan terencana, sehingga komponen kimia yang aktif dari
tumbuhan tersebut belum banyak ditemukan. Senyawa kimia dalam tumbuhan
merupakan hasil metabolisme sekunder dari tumbuhan itu sendiri. Senyawa metabolit
sekunder sangat bervariasi jumlah dan jenisnya dari setiap tumbuh-tumbuhan.
Beberapa dari senyawa tersebut telah diisolasi, sebagian diantaranya memberikan efek
fisiologi dan farmakologis yang lebih dikenal sebagai senyawa kimia aktif.
Tumbuhan telah diketahui merupakan tempat untuk mensintesis berbagai
senyawa kimia secara alami. Senyawa-senyawa kimia yang dihasilkan oleh tumbuhan
mempunyai keanekaragaman jenis yang sangat tinggi, dan ada yang telah
dimanfaatkan dalam berbagai bidang kehidupan antara lain sebagai sumber pangan
dan bahan obat. Jenis-jenis senyawa kimia yang terdapat pada tumbuhan dapat
dideteksi dengan beberapa metode di antaranya adalah dengan penapisan fitokimia.
Penapisan fitokimia dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui informasi
awal golongan senyawa sehingga memudahkan proses pengisolasiannya. Selain itu
juga bertujuan untuk mengetahui apakah suatu jenis tumbuhan tersebut potensial
untuk dimanfaatkan. Metode-metode dasar penapisan fitokimia harus memenuhi
syarat-syarat sederhana, cepat, limit deteksi rendah dan tegas.
Salah satu tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat oleh masyarakat adalah
buah labu kuning (Cucurbita moschata). Air perasan buah dipercaya dapat mengobati
luka akibat racun binatang. Sekitar 500-800 biji segar tanpa kulit dapat digunakan
sebagai obat pembasmi cacing pita pada orang dewasa. Kadang-kadang diberikan
sebagai obat emulsi (diminum besera obat pencahar), setelah dicampur dengan air.
Labu kuning juga dapat digunakan untuk penyembuhan radang, pengobatan ginjal,
demam, migrain, mengurangi risiko osteoporosis, stroke, dan diare. Berdasarkan
pemanfaatan labu kuning secara empiris dan turun-temurun untuk berbagai
pengobatan, diduga komoditas ini mempunyai berbagai komponen bioaktif yang perlu
dibuktikan secara ilmiah.
BAB II
METODOLOGI

A. Penapisan Fitokimia/ Skrining Fitokimia


Skrining fitokimia merupakan cara untuk mengidentifikasi bioaktif yang belum
tampak melalui suatu tes atau pemeriksaan yang dapat dengan cepat memisahkan antara
bahan alam yang memiliki kandungan fitokimia tertentu dengan bahan alam yang tidak
memiliki kandungan fitokimia tertentu.
Skrining fitokimia atau penapisan kimia adalah tahapan awal untuk mengidentifikasi
kandungan kimia yang terkandun dalam tumbuhan, karena pada tahap ini kita dapat
mengetahui olongan senyawa kimia yang dikandung tumbuhan yang sedang kita teliti.
Metode yang digunakan dalam skrining fitokimia harus memiliki persyaratan:
 Metodenya sederhana dan cepat
 Peralatan yang digunakan sesedikit mungkin
 Selektif dalam mengidentifikasi senyawa-senyawa tertentu
 Dapat memberikan informasi tambahan mengenai keberadaan senyawa tertentu dalam
kelompok senyawa yang diteliti
Golongan senyawa kimia dapat ditentukan dengan cara:
 Uji warna
 Penentuan kelarutan
 Bilangan Rf
 Ciri spektrum UV
 Secara umum dilakukan dengan cara uji warna dengan menggunakan pereaksi yang
spesifik karena dirasakan lebih sederhana. Seperti beberapa uji fitokimia berikut:
1. Identifikasi alkohol
Simplisia ditimbang sebanyak 0,5 g kemudian ditambahkan 1 ml HCl 2 N dan 9 ml
aquades, dipanaskan di atas penangas air selama 2 menit. Didinginkan dan disaring. Filtrat
dipakai untuk percobaan berikut :
a. Sebanyak 3 tetes filtrat ditambah dengan 2 tetes larutan pereaksi Meyer, akan
terbentuk endapan menggumpal berwarna putih dan kuning
b. Sebanyak 3 tetes filtrat ditambah dengan 2 tetes larutan pereaksi Wagner, akan
membentuk endapan berwarna coklat sampai hitam
c. Sebanyak 3 tetes filtrat ditambah dengan 2 tetes larutan pereaksi Dragendorff, akan
terbentuk endapan kekeruhan (Depkes RI, 1989).
2. Identifikasi flavonoid
Sebanyak 1 g simplisia buah labu kuning dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian
ditambahkan etanol, dikocok dan dipanaskan dalam penangas selama 10 menit. Setelah itu
dikocok kembali kemudian disaring dan ditambahkan 0,2 g serbuk magnesium serta 3 tetes
HCl pekat pada filtrat. Campuran dikocok dan didiamkan hingga memisah. Flavonoid positif
jika terjadi warna merah, kuning, jingga pada lapisan etanol (Depkes RI, 1989).
3. Identifikasi saponin (uji busa)
Sebanyak 0,5 g simplisia dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 10 ml air
panas, didinginkan kemudian dikocok selama 10 detik. Jika terbentuk busa setinggi 1 sampai
10 cm yang stabil tidak kurang dari 10 menit dan tidak hilang dengan penambahan 1 tetes
HCl 2 N, hal ini menunjukkan adanya saponin.
4. Identifikasi tanin
Sebanyak 0,5 g simplisia disari dengan 10 ml aquades kemudian disaring, filtratnya
diencerkan dengan air sampai tidak berwarna. Larutan diambil sebanyak 2 ml dan
ditambahkan 2 tetes pereaksi besi (III) klorida 1 %. Jika terjadi warna hijau, biru atau
kehitaman menunjukkan adanya tanin.
5. Identifikasi steroid dan triterpenoid
Sebanyak 1 g simplisia dimaserasi dengan 20 ml petroleum ester selama 2 jam,
disaring kemudian filtrat diuapkan dalam cawan penguap dan pada sisanya ditambahkan 10
tetes asam stearat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat (pereaksi Liebermann-Burchard).
Apabila terbentuk warna ungu atau merah yang berubah menjadi biru hijau menunjukkan
adanya steroid/triterpenoid.
Semua uji fitokimia tersebut tak luput dari beberapa masalah, yaitu, kesalahan
menafsirkan hasil analisis pengujian/skrining, seperti:
 Reaksi positif palsu adalah hasil pengujian yang menyatakan ada (positif), tapi
sebenarnya tidak ada (negatif), hal ini bisa disebabkan kesalahan alat, atau pengaruh
senyawa yang memiliki keasaman sifat maupun struktur atom yang identik.
 Reaksi negatif palsu adala hasil pengujian menyatakan tidak ada (negatif), tapi
sebenarnya ada (positif), hal ini dapat disebabkan kurang sensitifnya alat, atau karena
kadar didalam bahan uji terlalu sedikit, atau bahan ujinya (ekstrak simplisia) tidak
memenuhi syarat, oleh karena itu senyawa yang tadinya ada hilang/rusak karna rekasi
enzimatik maupun hidrolisis.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Identifikasi alkaloid
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa yag tersebar luas hampir pada semua jenis
tumbuhan. Semua alkaloid mengandung palingsedikit satu atom nitrogen yang biasanya
bersifat basa dan membentuk cincin heterosiklik. Alkaloid dapat ditemukan pada biji, daun,
ranting dan kulit kayu dari tumbuh-tumbuhan. Kadar alkaloid dari tumbuhan dapat mencapai
10-15%. Alkaloid kebanyakan bersifat racun, tetapi ada pula yang sangat berguna dalam
pengobatan. Alkaloid merupakan senyawa tanpa warna, sering kali bersifat optik aktif,
kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang berupa cairan (misalnya nikotin) pada
suhu kamar
Suatu cara mengklasifikasi alkaloid adalah didasarkan pada jenis cincin heterosiklik
nitrogen yang terikat. Menurut klasifikasi ini alakloid dibedakan menjadi: pirolidin (1),
piperidin (2), isoquinolin (3), quinolin (4) dan indol (5). Alkaloid pada umumnya berbentuk
kristal yang tidak berwarna, ada juga yang berbentuk cair seperti koniina (6), nikotin (7).
Alkaloid yang berwarna sangat jarang ditemukan misalnya berberina (8) berwarna kuning.
Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa ini mudah terdekomposisi terutama oleh panas,
sinar dan oksigen membentuk N-oksida. Jaringan yang masih mengandung lemak, maka
dilakukan ekstraksi pendahuluan petroleum eter.
Pada identifikasi alkaloid diperoleh hasil positif, dimana filtrat dari simplisia buah
labu kuning yang dilarutkan dalam HCl 2 N dan akuades menghasilkan endapan menggumpal
berwarna keputihan ketika ditambahkan pereaksi Meyer dan menghasilkan endapan berwarna
kuning kecoklatan ketika ditambahkan pereaksi Wagner serta menghasilkan endapan
kekeruhan ketika ditambahkan pereaksi Dragendorff.
2. Identifiasi flavonoid
Flavonoid termasuk senyawa fenolik alam yang potensial sebagai antioksidan dan
mempunyai bioaktivitas sebagai obat. Senyawa-senyawa ini dapat ditemukan pada batang,
daun, bunga, dan buah. Flavonoid dalam tubuh manusia berfungsi sebagai antioksidan
sehingga sangat baik untuk pencegahan kanker. Manfaat flavonoid antara lain adalah untuk
melindungi struktur sel, meningkatkan efektivitas vitamin C, anti-inflamasi, mencegah
keropos tulang, dan sebagai antibiotik.
Uji flavonoid dalam jurnal ini dilakukan dengan dua metode sebagai berikut, (a) Uji
Wilstatter, isolat ditambahkan 2-4 tetes HCl pekat dan 2-3 potong kecil logam Mg.
Perubahan warna terjadi diamati dari kuning tua menjadi orange. (b) Uji Bate-Smith, isolat
ditambahkan HCl pekat lalu dipanaskan dengan waktu 15 menit di atas penangas air. Reaksi
positif jika memberikan warna merah. Hasil yang diperoleh dari jurnal tersebut, pada
percobaan yang pertama berbanding dengan teori, warna larutan menjadi putih kekuningan,
agak keruh dan tidak terbentuk lapisan. Hal ini dikarenakan serbuk magnesium yang
digunakan masih dalam senyawa garam, yaitu MgSO4.
Pada metode kedua, simplisia buah labu kuning direndam dalam metanol kemudian
dipanaskan dan setelah dingin ditambahkan NaOH 10% ke dalamnya. Hasil dari percobaan
kedua, campuran yang semula berwarna kekuningan kemudian secara perlahan mulai
menunjukkan perubahan warna menjadi kemerahan setelah didiamkan beberapa saat.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa buah labu kuning mengandung senyawa flavonoid.
3. Identifikasi saponin (uji busa)
Saponin adalah glikosida triterpen dan sterol. Saponin merupakan senyawa aktif
permukaan dan bersifat sperti sabun, serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya
membentuk busa yang stabil dalam air dan menghomolisis sel dara merah. Dari segi
pemanfaatan, saponin sangat ekonomis sebagai bahan baku pembuatan hormon steroid, tetapi
saponin kadang-kadang dapat menyebabkan keracunan pada ternak.
Pada identifikasi saponin diperoleh hasil negatif, dimana simplisia buah labu kuning
tidak menghasilkan busa stabil. Uji kandungan saponin positif apabila setelah simplisia buah
labu kuningditambahkan 10 ml air panas terbentuk busa stabil setinggi 1 – 10 cm selama ± 10
menit dan tidak hilangapabila ditambahkan HCl 2 N.
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, ketika dilakukan pengocokan hanya terlihat
sedikit busa yang tingginya tidak sampai 1 cm. Busa ini juatidak dapat bertahan sampai 10
menit sudah hilang. Maka dapat disimpulkan bahwa kemungkinan buah labu kuning tidak
mengandung senyawa saponin, atau kandungannya sangat sedikit.
4. Identifikasi tanin
Secara kimia terdapat dua jenis tanin, yaitu: (1) tanin terkondensasi atau flavolan dan
(2) tanin yang terhidrolisis.
 Tanin terkondensasi atau flavon
Tersebar luas dalam tumbuhan angiospermae, terutama pada tumbuhan-
tumbuhan berkayu. Nama lainnya adalah proantosianidin karena bila direaksikan
dengan asam panas, beberapa ikatan karbon-karbon penghubung satuan terputus dan
dibebaskanlah monomer antosianidi. Kebanyakan proantosianidin adalah prosianidin
karena bila direaksikan dengan asam akan menghasilkan sianidin. Proantosianidin
dapat dideteksi langsung dengan mencelupkan jaringan tumbuhan ke dalam HCl 2M
mendidih selama setengah jam yang akan menghasilkan warna merah yang dapat
diekstraksi dengan amil atau butil alkohol. Bila digunakan jaringan kering, hasil tanin
agak berkurang karena terjadinya pelekatan tanin pada tempatnya didalam sel.
 Tanin yang terhidrolisis
Terbatas pada tumbuhan berkeping dua. Terutama terdiri atas dua kelas, yang
paling sederhana adalah depsida galoiglukosa. Pada senyawa ini glukosa dikelilingi
oleh lima gugus ester galoil atau lebih. Jenis kedua, inti molekul berupa senyawa
dimer asam galat, yaitu asam heksa hidroksidifenat yang berikatan dengan glukosa.
Bila dihidrolisis menghasilkan asam angelat. Cara deteksi tanin terhidrolisis adalah
dengan mengidentifikasi asam galat/asam elagat dalam ekstrak eter atau etil asetat
yang dipekatkan.
Identifikasi adanya kandungan tanin ditandai dengan terbentuknya warna hijau atau
biru hingga. kehitaman pada filtrat buah labu kuning dalam akuades ketika dicampurkan
dengan pereaksi besi (III) klorida1%. Pada penelitian ini diperoleh hasil negatif, dimana
setelah dicampurkan dengan pereaksi besi (III)klorida warna tetap putih atau tidak berwarna
dan tidak berubah menjadi hijau maupun biru kehitaman.Dari hasil yang diperoleh dapat
disimpulkan bahwa buah labu kuning tidak mengandung senyawatanin. Salah satu fungsi
utama tanin dalam tumbuhan adalah untuk menolak hewan pemakantumbuhan.
5. Identifikasi steroid dan triterpenoid
Terpenoid merupakan komponenkomponen tumbuhan yang mempunyai bau dan
dapat diisolasi dari bahan nabati dengan penyulingan yang disebut minyak atsiri. Minyak
atsiri yang berasal dari bunga pada awalnya dikenal dari penentuan struktur secara sederhana,
yaitu dengan perbandingan atom hidrogen dan atom karbon dari senyawa terpenoid yaitu 8:5
dan dengan perbandingan tersebut dapat dikatakan bahwa senyawa tersebut adalah golongan
terpenoid.
Steroid adalah terpenoid yang kerangka dasarnya terbentuk dari sistem cincin
siklopentana prehidrofenantrena. Steroid merupakan golongan senyawa metabolik sekunder
yang banyak dimanfaatkan sebagai obat. Hormon steroid pada umumnya diperoleh dari
senyawa-senyawa steroid alam terutama dalam tumbuhan.
Identifikasi adanya kandungan steroid dan triterpenoid positif apabila filtrat buah labu
kuning yangdimaserasi dalam eter menghasilkan warna ungu atau merah yang berubah
menjadi warna biru kehijauanapabila dicampurkan dengan asam asetat anhidrat dan asam
sulfat pekat. Dalam penelitian ini diperoleh hasilnegatif, dimana setelah diteteskan asam
asetat anhidrat dan asam sulfat pekat warna tidak berubah, tetapputih bening.Senyawa
triterpenoid/steroid merupakan salah satu kandungan metabolit sekunder yang
banyakdigunakan sebagai obat antara lain untuk mengobati gangguan kulit, diabetes,
gangguan menstruasi, malariadan antiinflamasi.
BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian penelitian dari beberapa jurnal, dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Metode panapisan fitokimia dapat dilakukan dengan beberapa uji fitokimia


diantaranya, identifikasi alkaloid, identifikasi flavonoid, identifikasi saponin (uji
busa), identifikasi tanin, dan identifikasi steroid dan triterpenoid.
2. Bedasarkan penelitian dalam jurnal dapat disimpulkan, buah labu kuning mengandung
senyawa alkaloid dan flavonoid, dan tidak mengandung senyawa saponin, tanin,
steroid serta triterpenoid.
DAFTAR PUSTAKA

Adlhani, Erfanur., 2014, Penapisan Kandungan Fitokimia Pada Buah Labu Kuning
(Cucurbitamoschata), Jurnal Teknologi & Industri.
Depkes RI. (1989). MateriaMedika Indonesia.Jilid V. Jakarta
:DepartemenKesehatanRepublik Indonesia.Hal. 516, 518 – 519, 522.
Herlin, Y. Kurniasih, H. Sabarwati., 2014, Penapisan Fitokimia Pada Tumbuhan Tinggi
Daun Gamal, Jurnal Praktikum Kimia Organik.
Minarno, Eko Budi., 2015, Skrining Fitokimia Dan Kandungan Total Flavonoid Pada Buah
CaricapubescensLenne& K. Koch Di Kawasan Bromo, Cangar, dan Dataran Tinggi
Dieng, Jurnal, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang.

Anda mungkin juga menyukai