Disusun Oleh :
Kelompok 6
1. Identifikasi alkaloid
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa yag tersebar luas hampir pada semua jenis
tumbuhan. Semua alkaloid mengandung palingsedikit satu atom nitrogen yang biasanya
bersifat basa dan membentuk cincin heterosiklik. Alkaloid dapat ditemukan pada biji, daun,
ranting dan kulit kayu dari tumbuh-tumbuhan. Kadar alkaloid dari tumbuhan dapat mencapai
10-15%. Alkaloid kebanyakan bersifat racun, tetapi ada pula yang sangat berguna dalam
pengobatan. Alkaloid merupakan senyawa tanpa warna, sering kali bersifat optik aktif,
kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang berupa cairan (misalnya nikotin) pada
suhu kamar
Suatu cara mengklasifikasi alkaloid adalah didasarkan pada jenis cincin heterosiklik
nitrogen yang terikat. Menurut klasifikasi ini alakloid dibedakan menjadi: pirolidin (1),
piperidin (2), isoquinolin (3), quinolin (4) dan indol (5). Alkaloid pada umumnya berbentuk
kristal yang tidak berwarna, ada juga yang berbentuk cair seperti koniina (6), nikotin (7).
Alkaloid yang berwarna sangat jarang ditemukan misalnya berberina (8) berwarna kuning.
Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa ini mudah terdekomposisi terutama oleh panas,
sinar dan oksigen membentuk N-oksida. Jaringan yang masih mengandung lemak, maka
dilakukan ekstraksi pendahuluan petroleum eter.
Pada identifikasi alkaloid diperoleh hasil positif, dimana filtrat dari simplisia buah
labu kuning yang dilarutkan dalam HCl 2 N dan akuades menghasilkan endapan menggumpal
berwarna keputihan ketika ditambahkan pereaksi Meyer dan menghasilkan endapan berwarna
kuning kecoklatan ketika ditambahkan pereaksi Wagner serta menghasilkan endapan
kekeruhan ketika ditambahkan pereaksi Dragendorff.
2. Identifiasi flavonoid
Flavonoid termasuk senyawa fenolik alam yang potensial sebagai antioksidan dan
mempunyai bioaktivitas sebagai obat. Senyawa-senyawa ini dapat ditemukan pada batang,
daun, bunga, dan buah. Flavonoid dalam tubuh manusia berfungsi sebagai antioksidan
sehingga sangat baik untuk pencegahan kanker. Manfaat flavonoid antara lain adalah untuk
melindungi struktur sel, meningkatkan efektivitas vitamin C, anti-inflamasi, mencegah
keropos tulang, dan sebagai antibiotik.
Uji flavonoid dalam jurnal ini dilakukan dengan dua metode sebagai berikut, (a) Uji
Wilstatter, isolat ditambahkan 2-4 tetes HCl pekat dan 2-3 potong kecil logam Mg.
Perubahan warna terjadi diamati dari kuning tua menjadi orange. (b) Uji Bate-Smith, isolat
ditambahkan HCl pekat lalu dipanaskan dengan waktu 15 menit di atas penangas air. Reaksi
positif jika memberikan warna merah. Hasil yang diperoleh dari jurnal tersebut, pada
percobaan yang pertama berbanding dengan teori, warna larutan menjadi putih kekuningan,
agak keruh dan tidak terbentuk lapisan. Hal ini dikarenakan serbuk magnesium yang
digunakan masih dalam senyawa garam, yaitu MgSO4.
Pada metode kedua, simplisia buah labu kuning direndam dalam metanol kemudian
dipanaskan dan setelah dingin ditambahkan NaOH 10% ke dalamnya. Hasil dari percobaan
kedua, campuran yang semula berwarna kekuningan kemudian secara perlahan mulai
menunjukkan perubahan warna menjadi kemerahan setelah didiamkan beberapa saat.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa buah labu kuning mengandung senyawa flavonoid.
3. Identifikasi saponin (uji busa)
Saponin adalah glikosida triterpen dan sterol. Saponin merupakan senyawa aktif
permukaan dan bersifat sperti sabun, serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya
membentuk busa yang stabil dalam air dan menghomolisis sel dara merah. Dari segi
pemanfaatan, saponin sangat ekonomis sebagai bahan baku pembuatan hormon steroid, tetapi
saponin kadang-kadang dapat menyebabkan keracunan pada ternak.
Pada identifikasi saponin diperoleh hasil negatif, dimana simplisia buah labu kuning
tidak menghasilkan busa stabil. Uji kandungan saponin positif apabila setelah simplisia buah
labu kuningditambahkan 10 ml air panas terbentuk busa stabil setinggi 1 – 10 cm selama ± 10
menit dan tidak hilangapabila ditambahkan HCl 2 N.
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, ketika dilakukan pengocokan hanya terlihat
sedikit busa yang tingginya tidak sampai 1 cm. Busa ini juatidak dapat bertahan sampai 10
menit sudah hilang. Maka dapat disimpulkan bahwa kemungkinan buah labu kuning tidak
mengandung senyawa saponin, atau kandungannya sangat sedikit.
4. Identifikasi tanin
Secara kimia terdapat dua jenis tanin, yaitu: (1) tanin terkondensasi atau flavolan dan
(2) tanin yang terhidrolisis.
Tanin terkondensasi atau flavon
Tersebar luas dalam tumbuhan angiospermae, terutama pada tumbuhan-
tumbuhan berkayu. Nama lainnya adalah proantosianidin karena bila direaksikan
dengan asam panas, beberapa ikatan karbon-karbon penghubung satuan terputus dan
dibebaskanlah monomer antosianidi. Kebanyakan proantosianidin adalah prosianidin
karena bila direaksikan dengan asam akan menghasilkan sianidin. Proantosianidin
dapat dideteksi langsung dengan mencelupkan jaringan tumbuhan ke dalam HCl 2M
mendidih selama setengah jam yang akan menghasilkan warna merah yang dapat
diekstraksi dengan amil atau butil alkohol. Bila digunakan jaringan kering, hasil tanin
agak berkurang karena terjadinya pelekatan tanin pada tempatnya didalam sel.
Tanin yang terhidrolisis
Terbatas pada tumbuhan berkeping dua. Terutama terdiri atas dua kelas, yang
paling sederhana adalah depsida galoiglukosa. Pada senyawa ini glukosa dikelilingi
oleh lima gugus ester galoil atau lebih. Jenis kedua, inti molekul berupa senyawa
dimer asam galat, yaitu asam heksa hidroksidifenat yang berikatan dengan glukosa.
Bila dihidrolisis menghasilkan asam angelat. Cara deteksi tanin terhidrolisis adalah
dengan mengidentifikasi asam galat/asam elagat dalam ekstrak eter atau etil asetat
yang dipekatkan.
Identifikasi adanya kandungan tanin ditandai dengan terbentuknya warna hijau atau
biru hingga. kehitaman pada filtrat buah labu kuning dalam akuades ketika dicampurkan
dengan pereaksi besi (III) klorida1%. Pada penelitian ini diperoleh hasil negatif, dimana
setelah dicampurkan dengan pereaksi besi (III)klorida warna tetap putih atau tidak berwarna
dan tidak berubah menjadi hijau maupun biru kehitaman.Dari hasil yang diperoleh dapat
disimpulkan bahwa buah labu kuning tidak mengandung senyawatanin. Salah satu fungsi
utama tanin dalam tumbuhan adalah untuk menolak hewan pemakantumbuhan.
5. Identifikasi steroid dan triterpenoid
Terpenoid merupakan komponenkomponen tumbuhan yang mempunyai bau dan
dapat diisolasi dari bahan nabati dengan penyulingan yang disebut minyak atsiri. Minyak
atsiri yang berasal dari bunga pada awalnya dikenal dari penentuan struktur secara sederhana,
yaitu dengan perbandingan atom hidrogen dan atom karbon dari senyawa terpenoid yaitu 8:5
dan dengan perbandingan tersebut dapat dikatakan bahwa senyawa tersebut adalah golongan
terpenoid.
Steroid adalah terpenoid yang kerangka dasarnya terbentuk dari sistem cincin
siklopentana prehidrofenantrena. Steroid merupakan golongan senyawa metabolik sekunder
yang banyak dimanfaatkan sebagai obat. Hormon steroid pada umumnya diperoleh dari
senyawa-senyawa steroid alam terutama dalam tumbuhan.
Identifikasi adanya kandungan steroid dan triterpenoid positif apabila filtrat buah labu
kuning yangdimaserasi dalam eter menghasilkan warna ungu atau merah yang berubah
menjadi warna biru kehijauanapabila dicampurkan dengan asam asetat anhidrat dan asam
sulfat pekat. Dalam penelitian ini diperoleh hasilnegatif, dimana setelah diteteskan asam
asetat anhidrat dan asam sulfat pekat warna tidak berubah, tetapputih bening.Senyawa
triterpenoid/steroid merupakan salah satu kandungan metabolit sekunder yang
banyakdigunakan sebagai obat antara lain untuk mengobati gangguan kulit, diabetes,
gangguan menstruasi, malariadan antiinflamasi.
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian penelitian dari beberapa jurnal, dapat diambil kesimpulan bahwa:
Adlhani, Erfanur., 2014, Penapisan Kandungan Fitokimia Pada Buah Labu Kuning
(Cucurbitamoschata), Jurnal Teknologi & Industri.
Depkes RI. (1989). MateriaMedika Indonesia.Jilid V. Jakarta
:DepartemenKesehatanRepublik Indonesia.Hal. 516, 518 – 519, 522.
Herlin, Y. Kurniasih, H. Sabarwati., 2014, Penapisan Fitokimia Pada Tumbuhan Tinggi
Daun Gamal, Jurnal Praktikum Kimia Organik.
Minarno, Eko Budi., 2015, Skrining Fitokimia Dan Kandungan Total Flavonoid Pada Buah
CaricapubescensLenne& K. Koch Di Kawasan Bromo, Cangar, dan Dataran Tinggi
Dieng, Jurnal, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang.