Anda di halaman 1dari 106

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN SOLIDA (FA 4131)

Shift/ Gelombang : Kamis/ 1

Kelompok :4

Anggota:

10716033 Novi Rizky Amelia

10716065 Sista Dyah Wijaya

10716089 Vinaya Margayu

10716098 Salsabila Nur Anzani

Asisten:

Rizka Apriliana Kumalasari 90719006

LABORATORIUM TEKNOLOGI SEDIAAN SOLIDA


PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI
SEKOLAH FARMASI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2019
SUPPOSITORIA PARASETAMOL 325 mg

I. Tujuan

1. Menentukan formulasi sediaan suppositoria parasetamol 325 mg.

2. Menentukan hasil evaluasi sediaan suppositoria parasetamol 325 mg.

II. Teori Dasar


Parasetamol merupakan analgesik aktif, antipiretik, dengan aktivitas antiinflamasi
yang lemah. Secara kimiawi, parasetamol merupakan senyawa turunan dari aminofenol
(Greenstein, 2007). Mekanisme kerja parasetamol belum dimengerti sepenuhnya, tetapi
dipercaya karena inhibisi reversibel terhadap enzim siklooksigenase 1 (COX-1) dan
siklooksigenase 2 (COX-2) di otak sehingga menurunkan kadar prostaglandin (Saeb-
Parsy et.al., 1999). Parasetamol di pasaran tersedia dalam bentuk tablet, tablet kunyah,
sirup, injeksi dan suppositoria.
Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang
diberikan melalui rektal, vagina atau uretra, umumnya meleleh, melunak atau melarut
pada suhu tubuh. Suppositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat,
sebagai pembawa zat terapetik yang bersifat lokal atau sistemik (FI V, hal. 55). Basis
suppositoria terbagi menjadi dua kategori, yaitu basis yang meleleh (contoh: minyak
coklat) dan basis yang melarut (contoh: polietilenglikol). Masalah yang timbul dalam
pembuatan dan penyimpanan suppositoria berbasis polietilenglikol jauh lebih sedikit
dibanding masalah yang disebabkan oleh jenis pembawa yang melebur. Tetapi
polietilenglikol dengan kadar dan bobot molekul yang tinggi dapat memperpanjang waktu
disolusi sehingga menghambat pelepasan obat (FI V, hal. 55).
Parasetamol dibuat dalam bentuk suppositoria untuk diberikan kepada pasien yang
tidak sadar atau muntah bila diberikan obat secara peroral. Sediaan ini juga digunakan
untuk balita dan anak-anak yang kesulitan mengkonsumsi obat dalam bentuk tablet atau
sirup. Selain itu, obat juga akan langsung masuk ke pembuluh darah melalui cairan rektal
sehingga efek obat yang diinginkan menjadi lebih cepat.
III. Formulasi

No. Nama Zat Jumlah Fungsi

1. Parasetamol 0,325 g Zat aktif

2. PEG 1000 q.s. Basis suppositoria

3. PEG 4000 q.s. Basis suppositoria

IV. Preformulasi
IV.1. Preformulasi Zat Aktif

Nama Zat Parasetamol

Struktur
Molekul

(Japanese Pharmacopeia Edisi 16, hal 318)

Rumus Molekul C8H9NO2 (Farmakope Indonesia Edisi V, hal. 998)

Berat Molekul 151,16 g/mol (Farmakope Indonesia Edisi V, hal. 998)

Pemerian Serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa sedikit pahit


(Farmakope Indonesia Edisi V, hal. 998)

Kelarutan Larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1


N; mudah larut dalam etanol (Farmakope Indonesia
Edisi V, hal. 998)
Stabilita Dalam bentuk kering, parasetamol murni stabil hingga
suhu 45oC. Relatif stabil terhadap oksidasi. Parasetamol
mengabsorpsi kelembapan secara tidak signifikan pada
suhu 25oC dengan kelembapan relatif hingga 90%.
Terhidrolisis pada pH 5-7; 25oC.
(The Pharmaceutical Codex 12thEdition, hal 987-989)

Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.


Simpan dalam suhu ruang, hindarkan dari kelembapan
dan panas. (Farmakope Indonesia Edisi V, hal. 998)

Inkompatibilitas Ikatan hidrogen merupakan mekanisme dimana


parasetamol terhubung dengan permukaan nilon dan
rayon
(The Pharmaceutical Codex 12thEdition, hal 987-989).

Fungsi Zat Aktif (analgetik dan antipiretik)


(Farmakope Indonesia Edisi III, hal 37)

IV.2. Preformulasi Eksipien


 Polietilen glikol (PEG) 1000

Nama Zat PEG 1000

Struktur
Molekul

m = 22,3
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 517)

Rumus Molekul HOCH2(CH2OCH2)22,3CH2OH


(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 517)

Berat Molekul 950-1050 g/mol


(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 518)
Titik Leleh 34-40 oC (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal
518)

Pemerian Massa putih seperti malam


(Farmakope Indonesia Edisi V, hal 1735)

Densitas 1,080 g/cm3


(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 518)

Kelarutan Larut dalam air dan bercampur dalam berbagai proporsi


dengan semua jenis PEG (setelah mencair). Larut di dalam
aseton, diklorometan, etanol 95% dan metanol; sedikit larut
dalam hidrokarbon alifatik dan eter, tetapi tidak larut dalam
lemak, minyak sejati dan minyak mineral.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 519)

Stabilita Stabil pada udara dan di dalam larutan, meskipun dengan


bobot molekul kurang dari 2000 bersifat higroskopis. Tidak
mendukung pertumbuhan mikroba dan tidak berubah tengik
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 519)

Penyimpanan Disimpan di wadah tertutup rapat, dingin dan tempat yang


kering.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 520)

Inkompatibilitas Reaktivitas kimia PEG terbatas pada dua gugus hidroksil


ujung, yang mana dapat teresterifikasi maupun tereterifikasi.
Semua jenis PEG dapat menunjukkan aktivitas mengoksidasi
karena adanya ketidakmurnian peroksida dan produk bentuk
sekunder karena autooksidasi (Handbook of Pharmaceutical
Excipients 6th, hal 520).

Fungsi Basis suppositoria


(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 517)

 Polietilen glikol (PEG) 4000


Nama Zat PEG 4000

Struktur Molekul

m = 69-84
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 517)

Rumus Molekul HOCH2(CH2OCH2)59-84CH2OH


(Japanses Pharmacopeia Edisi 16, hal 1052)

Berat Molekul 3000-4800 g/mol


(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 518)

Titik Leleh 50-58 oC


(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 519)

Densitas 1,080 g/cm3


(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 519)

Pemerian Massa putih seperti malam. Berbentuk seperti malam atau


serbuk. Tidak berbau atau berbau lemah.
(Farmakope Indonesia Edisi V, hal 1735; Japanese
Pharmacopeia Edisi 16, hal 1052)

Kelarutan Larut dalam air dan bercampur dalam berbagai proporsi


dengan semua jenis PEG (setelah mencair). Larut di dalam
aseton, diklorometan, etanol 95% dan metanol; sedikit larut
dalam hidrokarbon alifatik dan eter, tetapi tidak larut dalam
lemak, minyak sejati dan minyak mineral.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 519)

Stabilita Stabil pada udara dan di dalam larutan, meskipun dengan


bobot molekul kurang dari 2000 bersifat higroskopis. Tidak
mendukung pertumbuhan mikroba dan tidak berubah tengik
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 519)
Penyimpanan Disimpan di wadah tertutup rapat, dingin dan tempat yang
kering.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 520)

Inkompatibilitas Reaktivitas kimia PEG terbatas pada dua gugus hidroksil


ujung, yang mana dapat teresterifikasi maupun tereterifikasi.
Semua jenis PEG dapat menunjukkan aktivitas mengoksidasi
karena adanya ketidakmurnian peroksida dan produk bentuk
sekunder karena autooksidasi (Handbook of Pharmaceutical
Excipients 6th, hal 520).

Fungsi Basis suppositoria


(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 517)

V. Rasionalisasi Formula
Bentuk sediaan suppositoria parasetamol dibuat dengan tujuan untuk digunakan
oleh pasien yang tidak sadar, tidak dapat menelan ataupun memiliki masalah pada saluran
pencernaan. Parasetamol juga memiliki bioavailibilitas yang baik dalam rektal.
Suppositoria dapat menjadi salah satu rute administrasi alternatif untuk menghindari first
pass effect di hati. Polietilen glikol (PEG) sebagai salah satu basis suppositoria larut air
yang memiliki daya serap air tinggi, melarut pada cairan rektal dan mudah bercampur
dengan zat aktif. PEG sebagai bahan tambahan dalam formulasi suppositoria dapat
meningkatkan pelarutan dari zat aktif yang sukar larut. Kelebihan PEG sebagai basis
antara lain fisiologi inert, tidak terhidrolisis, dan memiliki beberapa macam berat molekul
sehingga dapat membuat suppositoria dengan bobot yang dihendaki.
Basis yang digunakan dalam pembuatan suppositoria parasetamol merupakan
kombinasi antara PEG 1000 dan PEG 4000 dengan perbandingan 10:90. PEG 1000
memiliki titik leleh 34-40oC (Rowe, 2006), sedangkan PEG 4000 memiliki titik leleh 50-
58⁰C (Rowe, 2006). Digunakan kombinasi dengan tujuan dapat menurunkan titik leleh
dari PEG 4000 sehingga suppositoria dapat melarut sesuai dengan persyaratan serta dapat
melepaskan parasetamol dari sediaan dalam rektal.

VI. Perhitungan
 Perhitungan Bilangan Pengganti (Teoritis)

Misal:

A. Bobot suppositoria berisi hanya basis (1) = 2,548 gram

Bobot suppositoria berisi hanya basis (2) = 2,593 gram

Bobot rata-rata suppositoria berisi hanya basis = 2,57 gram

B. Bobot suppositoria berisi basis + 10% parasetamol = 2,61 gram

Jumlah parasetamol dalam suppositoria = 10% x 2,61= 0,261 gram

Jumlah basis dalam suppositoria B = 2,61 – (0,1x2,61) gram = 2,349 gram

Maka basis yang diperlukan untuk membuat satu suppositoria berisi parasetamol =
2,57-(0,9x2,61) gram = 0,221 gram

Kesetaraan basis dengan parasetamol:

0,221 gram Basis ~ 0,261 gram Parasetamol

1 gram parasetamol ~ 0,8467 gram basis


 Perhitungan Bobot Suppositoria Nyata

Bobot parasetamol = 0,325 gram

Kesetaraan parasetamol: 0,325 gram Parasetamol ~ 0,325/1 x 0,8467 gram Basis

0,325 gram Parasetamol ~ 0,2752 gram Basis

Bobot nyata basis = 2,57 gram

Jumlah basis = (2,57– 0,2752) gram = 2,2948 gram

Bobot nyata basis = 2,2948 gram + 0,325 gram = 2,6198 gram


Untuk 50 buah suppositoria Parasetamol:

Bahan Jumlah untuk 1 suppositoria Jumlah untuk 50


suppositoria

Parasetamol 0,325 gram 50 x 0,325 gram =


16,25 gram

PEG 1000 Jumlah basis: 10/100 x (2,2948)= (10/100) x (2,2948) x


2,2948 gram 0,22948 gram 50 = 11,474 gram

PEG 4000 90/100 x (2,2948) = 90/100 x (2,2948) .


2,06532 gram 50 = 103,266 gram

VII. Prosedur

a. Penetapan Bilangan Pengganti

1. Dua cetakan suppositoria disiapkan.

2. Parafin cair dioleskan ke dalam cetakan, lalu cetakan ditelungkupkan agar tidak ada
penumpukan parafin di dalam cetakan.

3. Campuran PEG dilelehkan di dalam cawan penguap di atas tangas air hingga semua
PEG meleleh sambil diaduk hingga homogen.

4. Lelehan yang hampir memadat dimasukkan berlebih (hingga luber) ke dalam cetakan
(hangatkan cetakan hingga bersuhu sama dengan lelehan) dengan bantuan batang
pengaduk.

5. Ke dalam cetakan 1 ditambahkan basis.

6. Ke dalam cetakan 2 dimasukkan basis yang mengandung 10% parasetamol.

7. Campuran dibiarkan memadat pada suhu kamar selama kurang lebih 15 menit.
8. Campuran dimasukan ke dalam lemari pendingin (8-10℃) selama 10 menit, lalu
dimasukkan ke dalam freezer selama 5 menit.

9. Setelah memadat kelebihan massa dipotong, lalu suppositoria dikeluarkan dari


cetakan dan ditimbang

10. Bilangan pengganti ditentukan.

b. Pembuatan Suppositoria

1. Cetakan suppositoria disiapkan dalam kondisi bersih dan kering.

2. Parafin cair (untuk basis larut air) dioleskan ke dalam cetakan, lalu cetakan
ditelungkupkan agar tidak ada penumpukan parafin cair di dalam cetakan.

3. PEG 1000 dan PEG 4000 dilelehkan di dalam cawan penguap di atas tangas air.
Setelah basis meleleh, parasetamol ditambahkan secara geometris kemudian diaduk
hingga homogen.

4. Pada saat campuran tersebut sudah kental namun belum memadat, campuran tersebut
dituang ke dalam cetakan dengan bantuan batang pengaduk.

5. Campuran dibiarkan memadat pada suhu kamar selama 15-60 menit.

6. Setelah memadat kelebihan massa dipotong, lalu suppositoria dikeluarkan dari


cetakan.

7. Dilakukan evaluasi sediaan.

VIII. Evaluasi
Evaluasi sediaan suppositoria dengan basis hidrofil meliputi uji organoleptik, uji
keseragaman kandungan, uji keragaman bobot, uji waktu hancur, uji kekerasan/
ketegangan, dan pengukuran waktu deformasi.

Prosedur Evaluasi
1. Uji organoleptik

Bertujuan melihat distribusi zat aktif di dalam basis suppositoria. Evaluasi dilakukan
dengan membelah sediaan secara longitudinal kemudian diamati, bagian internal dan
bagian eksternal harus menunjukkan visualisasi yang seragam.

2. Uji keseragaman sediaan: uji keragaman bobot

Uji keragaman bobot digunakan untuk sediaan dengan dosis zat aktif ≥ 25mg dan
perbandingan zat aktif ≥ 25%. Diambil tidak kurang dari 30 suppositoria. Kadar zat
aktif masing-masing 10 tablet yang dinyatakan dalam persentase dari jumlah yang
tertera pada etiket (X1, X2, …,X10). Dihitung nilai rataan dari simpangan bakunya
(s). Kemudian dihitung nilai penerimaannya.

3. Uji keseragaman bobot

Diambil 20 buah suppositoria secara acak, lalu masing-masing ditimbang. Setelah itu
dihitung bobot rata-rata.

4. Uji waktu hancur

Tiga buah suppositoria dimasukkan ke dalam suatu pecadang logam silindrik yang
bagian ujungnya ditutup oleh pelat perforasi besi tahan karat. Pecadang tersebut
kemudian dimasukkan ke dalam silinder yang terbuat dari flexy glass pada alat utama
bergerak. Kecuali dinyatakan lain, tempatkan setiap silinder flexy glass dalam wadah
berisi paling sedikit 4 L, bersuhu antara 36-37℃, dilengkapi dengan suatu pengaduk
lambat dan alat penopang agar bagian atas alat berjarak 90 mm di bawah permukaan
air. Alat akan berputar otomatis setelah tiap 10 menit. Supositoria dinyatakan hancur
sempurna jika terlarut sempurna; atau terdispersi menjadi komponen, bagian lemak
cair berkumpul pada permukaan, bagian serbuk yang tidak larut berada di dasar atau
terlarut; atau menjadi lunak mengalami perubahan dalam bentuknya tanpa harus
mengalami terpisah menjadi komponennya dan massa tidak mempunyai inti padat
yang memberikan rintangan bila diaduk dengan pengaduk kaca.
5. Uji kekerasan/ ketegangan

Suppositoria ditempatkan dalam alat uji dengan posisi berdiri, kemudian ditambahkan
beban. Penambahan beban dimulai dengan bobot 600 g, lalu ditambahkan 200 g
setiap menit dan dilakukan hingga supositoria pecah. Nilai kekerasan suppositoria
ditunjukkan dari berat beban yang ditambahkan hingga suppositoria pecah.

6. Rentang titik leleh

Supositoria diletakkan dalam pecadang gelas, lalu pecadang tersebut dimasukkan ke


dalam tabung gelas yang berdiameter 1,3 cm dan panjang 10 cm. Tabung tersebut
dihubungkan dengan tangas air. Digunakan 2 termometer: termometer 1 dimasukkan
ke dalam tangas air dan termometer 2 diletakkan di atas massa yang akan dilelehkan.
Pemanasan diatur secara bertahap sehingga suhu naik secara perlahan (suhu dinaikan
1 derajat tiap 2 menit). Dicatat suhu yang terbaca pada termometer saat massa
menetes dari tabung gelas dan pada saat meleleh sempurna.

7. Pengukuran waktu deformasi

Uji dilakukan menggunakan alat uji deformasi suppositoria. Setiap suppositoria


diletakkan dalam air distilasi dalam tube plastik yang dicelupkan dalam air bersuhu
36±0,5℃ dan kemudian kawat batang penguji dimasukkan hingga menyentuh bagian
rat dari suppositoria. Waktu yang diperlukan hingga batang kawat menembus atau
melewati suppositoria adalah waktu deformasi.

Syarat dan Hasil Evaluasi

No. Jenis Evaluasi Syarat Hasil Kesimpulan

1. Uji Bagian eksternal Berwarna putih, berbentuk Tidak


Organoleptik dan bagian torpedo, visualisasi seragam, memenuhi
interal harus terdapat rongga udara, dan syarat.
menunjukkan mudah melunak ketika
visualisasi yang didiamkan dalam beberapa
seragam. saat di suhu ruang
2. Uji Keragaman Simpangan baku Tidak dilakukan -
Bobot (FI V, relatif (SBR)
hal. 1526) kadar dari zat
aktif pada
sediaan akhir
tidak lebih dari
2%

3. Uji Tidak boleh lebih Bobot rata-rata = 2,4715 Tidak


keseragaman dari 2 supositoria gram memenuhi
bobot (FI III, yang bobotnya Standar deviasi (Std) = syarat
hal. 7) menyimpang dari 0,02134
bobot rata-rata Rentang penerimaan (bobot
±5% SD. rata-rata ±5% SD): 2,4704-
2,473

4. Uji waktu Kecuali Supo 1: 38 menit 37 detik Memenuhi


hancur dinyatakan lain, Supo 2: 38 menit 10 detik syarat
waktu yang Supo 3: 27 menit 55 deti
diperlukan untuk
menghancurkan
supositoria tidak
lebih dari 60
menit untuk
supositoria basis
air.

5. Uji kekerasan/ Bobot yang dapat Suppo 1: 1,8 kg Tidak


ketegangan ditahan tidak Suppo 2: 1,6 kg memenuhi
kurang dari 1,8- syarat
2,0 kg.

6. Pengukuran Waktu pelelehan Suppo 1: 26 menit 38 detik Tidak


waktu suppositoria Suppo 2: 30 menit 25 detik memenuhi
deformasi tidak lebih dari Suppo 3: 39 menit 44 detik syarat
30 menit
(Suppositories,
hal 143)

IX. Pembahasan
Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan
melalui rektum, vagina atau uretra (Farmakope Indonesia V, 2014). Suppositoria
umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh. Pemilihan bentuk sediaan
suppositoria umumnya diperuntukkan untuk anak-anak yang sangat muda (bayi) atau
orang yang sangat tua (lansia) sebagai pengganti yang baik untuk sediaan oral. Kriteria
suppositoria yang ideal antara lain:

1. Meleleh pada suhu rektal 37oC atau dapat melarut pada cairan rektal.
2. Bersifat non toksik dan tidak mengiritasi jaringan rektal
3. Kompatibel dengan berbagai obat
4. Tidak dalam bentuk metastabil
5. Mudah dikeluarkan dari cetakan
6. Stabil selama penyimpanan
7. Rentang titik leleh dan titik pemadatan kecil
Adapun beberapa keuntungan dari suppositoria yaitu sebagai alternatif untuk
mengurangi risiko hepatic first-pass elimination dan dapat meningkatkan ketersediaan
hayati. Akan tetapi, suppositoria memiliki keterbatasan seperti penggunaan yang
menimbulkan rasa tidak nyaman bagi pasien, perlu informasi atau tenaga kesehatan
dalam pemakaiannya; absorpsi obat melalui rektum umumnya lambat dan sangat
bervariasi bergantung pada individu; harus disimpan di dalam lemari pendingin; jumlah
dan kecepatan absorpsi obat melalui rektum dapat dipengaruhi oleh tinja; dapat
memberikan efek samping lokal seperti proktitis; serta dari sisi manufakturing skala
industri lebih rumit dibandingkan sediaan solida yang lain. Kriteria pasien yang diberikan
obat dalam bentuk suppositoria antara lain: pasien memiliki kesulitan meminum obat
yang rasanya sangat buruk; pasien mengalami mual dan muntah; kesadaran pasien
rendah; pasien tidak koperatif, misalnya pada anak-anak dan pasien yang memiliki
gangguan jiwa; sulit menelan obat oral; jika diduga salah penggunaan atau mengancam
kehidupan; serta mengalami masalah saluran cerna yang serius dengan pemberian oral.
Terdapat dua jenis suppositoria yaitu suppositoria basis lipofil (mencakup lemak,
lemak setengah sintetis ester dari gliserin dan asam lemak) dan basis hidrofil (mencakup
polietilen glikol dan dasar yang terdiri dari campuran gelatin, gliserin, dan air).
Berdasarkan tempat pemberiannya, suppositoria dibagi menjadi tiga, yaitu supositoria
rektal, vagina (ovula/ pesari), dan uretral (bougies). Suppositoria rektal berbentuk
menyerupai torpedo; dengan bobot umumnya ±2 gram; panjang ±1,0-1,5 inch; bobot
suppositoria rektal untuk anak-anak umumnya 1 gram. Supositoria vagina berbentuk
bulat/ bulat telur dengan bobot ±3-5 gram; terbuat dari dasar ovula yang larut air atau
dapat bercampur dalam air; umumnya ovula digunakan untuk tujuan antibakteri,
antijamur, dan anti basilus. Suppositoria uretral (bougies) memiliki bobot ±2 gram untuk
wanita dan ±4 gram untuk pria; berdiameter 5 mm; memiliki panjang 50 mm untuk
wanita dan 125 mm untuk pria.
Pada percobaan ini dilakukan pembuatan suppositoria parasetamol 325 mg dengan
basis hidrofil. Parasetamol merupakan analgesik aktif dan antipiretik dengan efek
antiinflamasi yang lemah. Pembuatan suppositoria umumnya diperuntukkan pada pasien
anak-anak yang sulit mengonsumsi obat oral/ pasien tidak sadar/ dibutuhkan efek obat
yang cepat. Selain itu, parasetamol juga memiliki bioavailibilitas yang baik dalam rektal.
Basis hidrofil yang digunakan berupa kombinasi PEG 1000 dan PEG 4000. PEG 1000
memiliki titik leleh 34-40oC, sedangkan PEG 4000 memiliki titik leleh yang lebih tinggi
yaitu 50-58oC. Tujuan dari kombinasi tersebut yaitu untuk dapat menurunkan titik leleh
dari PEG 4000 sehingga sediaan suppositoria dapat melarut pada suhu tubuh serta tahan
selama penyimpanan dan pendistribusian. Apabila hanya digunakan PEG 1000, dapat
membuat sediaan menjadi terlalu lunak. Sedangkan apabila hanya digunakan PEG 4000
saja dapat menghasilkan sediaan yang terlalu keras yang dapat berpengaruh terhadap
tingkat kenyamanan penggunaan oleh pasien. Polietilen glikol (PEG) merupakan senyawa
polimer etilen oksida dan air yang berbentuk cair pada suhu kamar, dan memiliki bobot
molekul yang bervariasi. PEG dengan bobot molekul (BM) yang semakin tinggi memiliki
bentuk yang semakin keras dan tidak higroskopis. Beberapa alasan pemilihan PEG
sebagai basis dalam pembuatan sediaan suppositoria yaitu karena PEG memiliki daya
serap air yasng tinggi, mudah bercampur dengan bahan obat, dan dapat melarut pada
cairan rektal.
Pada percobaan dilakukan penentuan bilangan pengganti terlebih dahulu. Bilangan
pengganti (displacement factor) adalah jumlah zat aktif yang dapat menggantikan oleum
cacao (basis). Selain itu juga terdapat istilah lain dalam suppositoria yaitu faktor
kerapatan dan replacement factor. Faktor kerapatan adalah jumlah gram zat aktif yang
setara dengan 1 gram basis. Sedangkan replacement factor adalah jumlah oleum cacao
yang dapat digantikan oleh zat aktif. Setelah itu dilakukan pelelehan basis PEG 1000 dan
PEG 4000 di dalam cawan penguap di atas tangas air. Setelah basis meleleh, zat aktif
(parasetamol) ditambahkan secara geometris, lalu diaduk hingga homogen. Campuran
yang sudah kental namun belum memadat dituang ke dalam cetakan dengan bantuan
batang pengaduk. Diperlukannya bantuan batang pengaduk pada saat pengisian bertujuan
untuk menghindari adanya udara yang terperangkap dalam alat cetak. Kemudian
dibiarkan menjadi dingin dan mengental. Sebelum pengisian, alat cetak tersebut dioleskan
terlebih dahulu dengan parafin cair yang berfungsi sebagai lubrikan untuk mengurangi
friksi antara alat cetak dengan sediaan. Apabila friksi yang terjadi terlalu besar dapat
menyebabkan hasil cetak yang kurang baik, seperti timbulnya retakan pada hasil cetak.
Sediaan suppositoria yang telah dicetak selanjutnya dievaluasi. Evaluasi sediaan
suppositoria basis hidrofil yang umumnya dilakukan yaitu uji organoleptik, uji
keseragaman bobot, uji keragaman bobot, uji waktu hancur, uji kekerasan, dan
pengukuran waktu deformasi. Uji organoleptik merupakan uji secara visual untuk melihat
distribusi zat aktif di dalam basis suppositoria. Dari hasil pengamatan didapatkan
suppositoria berwarna putih, berbentuk torpedo, visualisasi seragam, terdapat rongga
udara dan mudah melunak ketika didiamkan dalam beberapa saat di suhu ruang. Dari
hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa sediaan tidak memenuhi syarat. Salah satu
penyebabnya ialah karena adanya kesalahan teknik pengisian campuran bahan ke dalam
alat cetak sehingga terdapat rongga udara. Dari hasil uji keseragaman bobot didapat
bobot rata-rata suppositoria sebesar 2,4715 gram dengan rentang penerimaan 2,4704 -
2,473 gram. Rentang bobot penerimaan didapat dari hasil perhitungan bobot rata-rata ±
5% SD. Dari hasil uji, terdapat lebih dari dua suppositoria yang bobotnya berada di luar
rentang tersebut, artinya suppositoria yang dibuat tidak memenuhi syarat uji keseragaman
bobot. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya kesalahan dalam teknik pengisian sediaan ke
alat cetak sehingga terdapat udara pada suppositoria hasil cetak. Adanya udara tersebut
berpengaruh terhadap konsistensi dan bobot suppositoria.
Uji waktu hancur bertujuan untuk menentukan waktu hancur atau waktu melunaknya
suatu sediaan suppositoria apabila dimasukkan dalam suatu cairan media. Uji waktu
hancur dilakukan dengan menggunakan tiga buah suppositoria. Dari hasil uji didapatkan
waktu hancur suppositoria yaitu 38 menit 37 detik, 38 menit 10 detik, dan 27 menit 55
detik. Syarat uji waktu hancur suppositoria basis larut air yaitu tidak lebih dari 60 menit,
sehingga dapat dikatakan bahwa sediaan memenuhi syarat.
Uji kekerasan bertujuan untuk mengetahui ketahanan suppositoria hingga tidak pecah
saat diberikan beban dalam jumlah tertentu. Nilai kekerasan suppositoria ditunjukkan dari
berat beban yang ditambahkan. Berdasarkan literature, syarat nilai kekerasan suppositoria
yang dapat diterima yaitu 1,8-2 kg. Pada pengujian digunakan dua buah suppositoria dan
didapatkan nilai kekerasan masing-masing suppo yaitu 1,8 kg dan 1,6 kg. Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa sediaan tidak memenuhi syarat karena dapat dikatakan
bahwa suppositoria terlalu lunak. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya polimorfisme
yang terjadi pada saat pencampuran parasetamol dengan basis PEG. Polimorfisme yang
terjadi dapat berpengaruh terhadap kestabilan sediaan.
Pengukuran waktu deformasi bertujuan untuk mengetahui lamanya sediaan
suppositoria untuk berubah bentuk. Syarat waktu deformasi sediaan suppositoria yaitu
tidak lebih dari 30 menit. Dari hasil uji waktu deformasi pada tiga buah suppositoria
didapatkan satu buah suppositoria yang memiliki waktu deformasi lebih dari 30 menit.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa suppositoria tidak memenuhi syarat.
Dari semua hasil evaluasi didapatkan bahwa sediaan suppositoria tidak memenuhi
syarat uji, kecuali pada evaluasi waktu hancur. Oleh karena itu, perlu adanya pengkajian
ulang pada formulasi suppositoria parasetamol 325 mg.

X. Kesimpulan
1. Formulasi suppositoria parasetamol:
No. Nama Zat Jumlah Fungsi

1. Parasetamol 0,325 g Zat aktif

2. PEG 1000 qs Basis suppositoria

3. PEG 4000 qs Basis suppositoria

2. Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

No. Jenis Hasil Kesimpulan


Evaluasi

1. Uji Berwarna putih, berbentuk Tidak memenuhi syarat.


Organoleptik torpedo, visualisasi seragam,
terdapat rongga udara, dan
mudah melunak ketika
didiamkan dalam beberapa
saat di suhu ruang

2. Uji Bobot rata-rata = 2,4715 gram Tidak memenuhi syarat


Keseragaman Standar deviasi (Std) =
bobot (FI III, 0,02134
hal. 7) Rentang penerimaan (bobot
rata-rata ±5% SD): 2,4704-
2,473

4. Uji waktu Supo 1: 38 menit 37 detik Memenuhi syarat


hancur Supo 2: 38 menit 10 detik
Supo 3: 27 menit 55 detik

5. Uji Supo 1: 1,8 kg Tidak memenuhi syarat


kekerasan/ Supo 2: 1,6 kg
ketegangan

6. Pengukuran Supo 1: 26 menit 38 detik Tidak memenuhi syarat


waktu Supo 2: 30 menit 25 detik
deformasi Supo 3: 39 menit 44 detik

XI. Daftar Pustaka

Allen, L.V. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients Sixth Edition. Rowe R. C.,
Sheskey, P. J., Queen, M. E., (Editor). London: Pharmaceutical Press and American
Pharmacist Assosiation, hal. 517-520
Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia Jilid III. Jakarta: DepKes RI, hal.
7

Departemen Kesehatan RI. 2015. Farmakope Indonesia Jilid V. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI, hal. 55
Greenstein, Bern & Adam Greenstein. 2007. Concise Clinical Pharmacology. London:
Pharmaceutical Press, hal. 90
Japanese Pharmacopeia Comittee. 2011. The Japanese Pharmacopeia 16th Edition.
Tokyo: The Ministry of Health, Labour and Welfare, hal. 318; 1052
Loyd V, et al. 2017. Suppositories. London: Pharmaceutical Press, hal 142-144
Lund, Walter. 1994. The Pharmaceutical Codex, 12th edition, The Pharmaceutical Press,
London, hal. 987-989
Ningrum, Agustin. 2008. Pengaruh Kombinasi Basis Polietilenglikol 1000 dan
Polietilenglikol 6000 terhadap Sifat Fisik dan Pelepasan Salisilamida pada
Sediaan Supositoria. Fakultas Farmasi: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Rowe, Raymond C. 2006. Handbook of Pharmaceutical Excipient 6 th Ed. London:
Pharmaceutical Press. Halaman
Saeb-Parsy, Kourosh, Ravi G. Assomul, Fakhar Z. Khan, et. al. 1999. Instant
Pharmacology. Chichester: John Wiley & Sons, hal. 276
LAMPIRAN

Hasil Evaluasi Bobot

No. Bobot (gram) No. Bobot (gram)

1. 2,52 11. 2,48

2. 2,47 12. 2,48

3. 2,44 13. 2,47

4. 2,47 14. 2,46

5. 2,47 15. 2,47

6. 2,52 16. 2,44

7. 2,48 17. 2,48

8. 2,47 18. 2,46

9. 2,45 19. 2,49

10. 2,46 20. 2,45

Rata-rata 2,4715 gram

Standar deviasi 0,02134


(Std)
KEMPA LANGSUNG GLISERIL GUAIKOLAT 100 mg

I. Tujuan
1. Menentukan formulasi yang tepat sediaan tablet gliseril guaikolat 100 mg menggunakan
metode kempa langsung.
2. Menentukan hasil evaluasi sediaan tablet gliseril guaikolat 100 mg metode kempa
langsung.

II. Teori Dasar


Kempa langsung merupakan proses pembuatan tablet dengan cara mengempa langsung
zat aktif atau campuran zat aktif dengan eksipien tanpa penanganan pendahuluan baik
granulasi basah ataupun kering (Carlin,2008). Metode kempa langsung dapat digunakan
untuk senyawa kristalin dengan sifat kompresibilitas dan sifat alir yang baik. Namun
apabila zat aktif memiliki sifat kompresibilitas dan sifat alir yang buruk, tetap dapat
digunakan metode kempa langsung dengan cara penambahan eksipien yang memiliki sifat
alir dan kompresibilitas yang baik dengan syarat bahwa dosis zat aktif dalam sediaan kecil.
Keuntungan metode kempa langsung antara lain efisien, dapat digunakan untuk zat tidak
tahan panas dan lemab, tidak mengubah bentuk kristal karena tekanan pengempaan yang
tidak berlebihan serta umumnya membutuhkan lebih sedikit penghancur dibandingkan
metode granulasi.
Granulat dasar merupakan hasil alternatif yang digunakan untuk mengantisipasi eksipien
yang mahal. Granulat dasar dibuat dengan cara membuatan granul dari pengisi
menggunakan metode granulasi basah. Prinsip dasar dari granulat dasar adalah digunakan
eksipien umum amun dilakukan granulasi terlebih dahulu untuk memperoleh sifat alir yang
baik. Penggunaan granulat dasar dapat meningkatkan aliran namun juga dapat
menyebabkan terjadinya redistribusi ukuran akibat sifat granul yang kasar. Gliseril
guaikolat (guafenesin) merupakan obat golongan ekspektoran, digunakan untuk mengobati
batuk akibat gangguan saluran pernapasan, bekerja dengan mengencerkan dahak
(mukolitik). Umumnya gliseril guaikolat tersedia dalam bentuk tablat, kapsul, sirup dan
suspensi.
III. Formulasi

No Nama Zat Jumlah Fungsi


1 Gliseril guaikolat 100 mg Zat aktif
2 Amprotab q.s. Granulat dasar
3 Laktosa q.s.
4 Musilago amili 10 %

5 Avicel PH102 q.s. Pengisi, penghancur


6 Magnesium Stearat 1% Lubrikan
7 Talk 2% Glidan

IV. Preformulasi

4.1. Preformulasi Zat Aktif

Nama Zat Gliseril guaikolat (Guaifenesin)


Struktur Molekul

(Farmakope Indonesia Edisi V, hal 515)


Rumus Molekul C10H14O4 (Farmakope Indonesia Edisi V, hal. 515)
Berat Molekul 198,22 g/mol (Farmakope Indonesia Edisi V, hal. 515)
Pemerian Serbuk hablur, putih sampai agak kelabu; bau khas lemah; rasa
pahit (Farmakope Indonesia Edisi V, hal. 516)
Kelarutan Larut dalam air, dalam etanol, dalam propilen glikol; agak sukar
larut dalam gliserin. (Farmakope Indonesia Edisi V, hal. 516)
Stabilita Stabil pada pH 5-7
(Farmakope Indonesia IV, hal. 421)
Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, di tempat yang sejuk dan kering.
(Martindale 36th Edition, hal. 1561)
Inkompatibilitas Tidak ditemukan data inkompatibilitas
Fungsi Ekspektoran dan pengencer dahak
(Martindale 36th Edition, hal. 1561)
4.2. Preformulasi Eksipien

 Avicel

Nama Zat Avicel PH


Struktur Molekul

(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 129)


Rumus Molekul (C6H10O5)n
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 129)
Berat Molekul ~ 36000
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 129)
Titik Leleh 260-270 oC (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 131)
Densitas  Densitas ruah (bulk)= 0,337 g/cm3
 Densitas (tapped) = 0,478 g/cm3
 Densitas (true) = 1,512- 1,668 g/cm3
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 131)
Pemerian Serbuk kristal berwarna putih, tak berbau, tak berasa
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 131)
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, asam, dan pelarut organik.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 131)
Stabilita Stabil meskipun bersifat higroskopis
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 131)
Penyimpanan Disimpan di wadah tertutup rapat dan di tempat yang sejuk dan
kering.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 131)
Inkompatibilitas Inkompatibel dengan zat pengoksidasi yang kuat. (Handbook of
Pharmaceutical Excipients 6th, hal 131).
Fungsi Adsorben; disintegran pada tablet
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 129)

 Talk
Nama Zat Talk
Struktur Molekul

(https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov)
Rumus Molekul Mg6(Si2O5)4(OH)4
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 728)
Berat Molekul 379,27 g/mol
(https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov)
Kekerasan 1.0-1.5 (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 728)
Pemerian serbuk kristal halus berwarna putih hingga kelabu, tidak berbau
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 728)
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, asam, basa, dan pelarut organik
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 729)
Stabilita stabil
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 728)
Penyimpanan Disimpan di wadah tertutup rapat, di tempat yang sejuk dan
kering.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 729)
Inkompatibilitas Inkompatibel dengan senyawa amonium kuartener (Handbook of
Pharmaceutical Excipients 6th, hal 729).
Fungsi Glidan
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 728)

 Mg stearat

Nama Zat Magnesium stearat


Struktur Molekul

(sigmaaldrich.com)
Rumus Molekul C36H70MgO4
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 404)
Berat Molekul 591,2 g/mol (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 404)
Titik Leleh 117-150 oC (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 404)
Densitas  Densitas (bulk) = 0,159 g/cm3
 Densitas (tapped) = 0,286 g/cm3
 Densitas (true) = 1,092 g/cm3
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 404)
Pemerian serbuk putih, sangat halus, dengan bobot jenis rendah
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 404)
Kelarutan Praktis tidak larut dalam etanol dan air; sedikit larut dalam etanol
(95%) hangat.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 404)
Stabilita Stabil
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 404)
Penyimpanan Disimpan di wadah tertutup rapat, di tempat yang sejuk dan
kering.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 404)
Inkompatibilitas Inkompatibel dengan asam kuat, basa, dan garam besi. Hindari
pencampuran dengan zat pengoksidasi. Mg stearat tidak dapat
digunakan untuk produk yang mengandung aspirin, beberapa
vitamin, dan basa alkaloid.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 405)
Fungsi Lubrikan
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 404)

V. Rasionalisasi Formula
Pada percobaan ini akan dibuat tablet gliseril guaikolat 100 mg dengan metode kempa
langsung. Gliseril guaikolat merupakan serbuk kristalin non-higroskopis dengan titik leleh
yang rendah yaitu 78,5-79oC. Zat ini diketahui memiliki kompresibilitas dan sifat aliran
yang buruk dengan nilai Indeks Carr 55,3% dan Rasio Hausner sebesar 2,2 sehingga
formulasi tablet ini khususnya dalam dosis besar memiliki beberapa tantangan tersendiri
dan terkadang tidak dapat dilakukan dengan metode kempa langsung (Morovati et. al.,
2017).
Eksipien yang digunakan adalah granulat dasar, Avicel PH 102, talk dan magnesium
stearat. Granulat dasar dibuat dengan mencampurkan laktosa : amprotab (75:25) dengan
musilago amili 10%. Tujuan dibuatnya granulat dasar adalah untuk meningkatkan
tabletabilitas gliseril guaikolat. Laktosa berfungsi sebagai pengisi granul sedangkan
amprotab berfungsi sebagai penghancur, dan musilago amili berfungsi sebagai pengikat
granul. Avicel digunakan karena memiliki sifat kompresibilitas, daya alir yang cukup baik
dan mampu meningkatkan waktu hancur tablet (Sulaiman, 2007). Meski begitu, Avicel
sebagai pengisi jika digunakan dalam kadar tinggi memerlukan biaya yang cukup mahal.
Hal tersebut dapat diantisipasi dengan kombinasi antara granulat dasar dan Avicel PH102.
Penggunaan pengikat dan penghancur penting karena tablet yang baik harus berbentuk
keras saat diproduksi, tetapi juga harus mudah hancur saat sudah diadministrasikan oleh
pasien. Talk dan magnesium memiliki sifat hidrofobik yang akan membuat lapisan film
pada partikel bahan padat. Talk berfungsi sebagai glidan atau pelincir yang meningkatkan
sifat aliran dengan mengurangi gesekan antar partikel padat, sedangkan magnesium stearat
berfungsi sebagai lubrikan yang dapat mengurangi gaya gesek antara serbuk dengan mesin
pencetak tablet.

VI. Perhitungan

Bobot tablet = 300 mg

Jumlah tablet = 300 tablet

Nama Bahan Bahan untuk 1 tablet (mg) Bahan untuk 300 tablet (g)
Gliseril Guaikolat 100 30
Granulat dasar : Avicel Granulat dasar 40,11
PH102 (70: 30) 70% x 191 mg= 133,7 mg
Avicel PH102 17,19
30% x 191 mg= 57,3 mg
Talk (2%) 6 mg 1,8
Mg Stearat (1%) 3 mg 0,9
Total 300 mg 90

Pembuatan granulat dasar dilakukan dengan mencampurkan laktosa dan amprotab (75:25)
dengan musilago amili 10%. Granulat dasar dilebihkan 20% karena akan ada kehilangan
saat proses. Sehingga total granulat dasar yang akan dibuat adalah 48 gram dengan
komposisi:
Laktosa 34,8 g
Amprotab 11,6 g
Musilago amili 10% (⅓ x 48 g = 16 g), 1,6 g
bila kering =
Total granulat dasar 48 g

VII. Prosedur

7.1 Pembuatan Musilago Amili

1. Gelas kimia dan batang pengaduk ditimbang.


2. Amilum kering ditimbang sebanyak 1,6 gram.
3. Sebanyak 11 mL aquades dimasukkan ke dalam gelas kimia lalu ditambahkan amilum
dan diaduk hingga homogen dan membentuk suspensi.
4. Suspensi dipanaskan sambil diaduk hingga mendidih.
5. Gelatinasi sempurna jika musilago sudah transparan.
6. Musilago amili, gelas kimia, dan batang pengaduk ditimbang kembali.
7. Bobot musilago amili dihitung, jika belum mencapai 16 gram kemudian digenapkan
dengan aquades.

7.2 Pembuatan Granulat Dasar

1. Semua bahan granulat dasar ditimbang (laktosa = 34,8 g; amprotab = 11,6 g; musilago
amili 10% = 1,6 g).
2. Bahan granulat dasar dimasukkan ke dalam mesin pencampur dan dicampur hingga
homogen. Lalu ditambahkan musilago amili sedikit demi sedikit hingga diperoleh massa
basah yang dapat digranulasi.
3. Dilakukan granulasi menggunakan pengayak no.14.
4. Granula dikeringkan sampai kandungan lembab berkisar antara 1,5-3% dengan moisture
balance.
5. Granul yang telah kering diayak kembali menggunakan pengayak no. 16.
6. Granul yang diperoleh kemudian dievaluasi.
7.3 Pembuatan Tablet

1. Sebanyak 30 g gliseril guaikolat; avicel PH102 17,19 g; talk 1,8 g; Mg stearat 1% 0,9 g
ditimbang.
2. Gliseril guaikolat dicampur dengan granul dasar dan avicel PH102 dengan turbula mixer
selama 10 menit hingga homogen.
3. Kemudian talk dan Mg stearat 1% dimasukkan ke dalam campuran gliseril guaikolat, lalu
dicampur selama 2 menit.
4. Massa cetak yang terbentuk dievaluasi dengan meliputi aliran, kompresibilitas, dan
kandungan lembab.
5. Massa cetak dikempa dengan punch berdiameter 6-8 mm sesuai dengan bobot tablet yang
diinginkan yaitu 300 mg.
6. Dilakukan evaluasi terhadap tablet yang diperoleh menurut persyarat kompendial dan
persyaratan fabrikasi.

VIII. Evaluasi

a. Evaluasi Granul

No. Jenis Uji Prosedur Syarat Hasil


1. Kerapatan Kerapatan serbuk ruahan Jika % Indeks Tidak dilakukan
serbuk ruahan Sejumlah granul (~100g) kompresibilitas: karena volume
dan serbuk ditimbang. Lalu dituangkan < 5-10, sifat granulat dasar
mampat (FI V, perlahan ke gelas ukur yang aliran sangat tidak mencukupi.
hal. 1523) sesuai (250 mL). Volume baik
granul tersebut dicatat (Vo). 11-15, sifat
Dihitung: aliran baik
BJ nyata = bobot granul/Vo 16-20, sifat
(g/cm3) aliran agak baik
Selanjutnya dilakukan 21-25, sifat
pengukuran kerapatan serbuk aliran cukup
mampat dengan cara gelas ukur 26-31, sifat
dipasang pada penyangga alat aliran buruk
pengetukan. Lalu dilakukan 32-37, sifat
pengetukan sebanyak 10,50, aliran sangat
dan 500 ketukan. Volume buruk
granul dicatat pada 10, 50, dan >38, sifat aliran
500 ketukan (V10, V50, dan sangat sangat
V500). Dihitung: buruk
BJ mampat = bobot
granul/V500 (g/cm3).
Kemudian dapat dilakukan
penentuan kompresibilitas dan
sifat aliran dengan rumus:
Indeks kompresibilitas (%)=
100 x (V0-V500)/Vo
atau 100x (BJ mampat- BJ
nyata)/ BJ Nyata
Hausner ratio= Vo/ V500
2. Kecepatan Digunakan metode corong. Kecepatan aliran Wt = 82,38 g
aliran Granul ditimbang min. 20 g. granul minimal Wo = 69,07 g
Lalu wadah kosong ditimbang 4 g/detik t = 6,89 detik
(Wo) untuk menampung Kecepatan aliran
granul. Granul dimasukkan ke = (82,38-69,07)
corong yang ada pada alat. Alat /6,89 = 1,932
dinyalakan. Pastikan alat g/detik
dimatikan sebelum granul
dalam corong habis. Waktu Tidak memenuhi
aliran dihitung (t) dan wadah syarat.
berisi granul ditimbang (Wt).
Kecepatan aliran dihitung
dengan:
Kecepatan Aliran = (Wt-Wo)/t
Percobaan diulangi min. 3 kali
3. Kandungan Dilakukan menggunakan alat 1-3% Kandungan
lembab moisture balance. Timbangan kandungan lembab = 2,45 %
moisture balance ditara. Lalu, lembab yang Memenuhi
dimasukkan dan diratakan min. terkandung syarat.
2 g granul ke piring dalam granul
alumunium, Alat dinyalakan
untuk memanaskan granul
pada 70oC/ pada suhu lain yang
sesuai. Ditunggu hingga
persentase bobot yang hilang
konstan.
4. Granulometri Dilakukan dengan susunan Ukuran granul Tidak dilakukan.
(Penentuan pengayak berbagai ukuran. mengikuti kurva
Distribusi Pengayak disusun bertingkat distribusi
Ukuran satu sama lain dengan normal
Granul) pengayak berukuran paling
halus diletakkan di bagian
bawah. Granul diletakkan pada
pengayak paling atas. Lalu,
mesin digetarkan selama 5-30
menit. Granul yang tertinggal
di tiap pengayak ditimbang dan
dihitung persentase serta
ukuran diameternya.
5. Penetapan Dilakukan dengan KCKT. Fase Tidak kurang Tidak dilakukan.
Kadar (FI V, gerak campuran larutan A dan dari 90% dan
hal 516) B. Larutan A = air-asam tidak lebih dari
asetaat (990:10) dan Larutan B 110% dari
= asetonitril. Larutan baku = jumlah yang
Guaifenesin BPFI 0,5 mg/mL. tertera pada
Prosedur: sejumlah volume etiket.
larutan baku dan larutan uji
disuntikkan dalam
kromatograf, kromatogram
direkam dan diukur respons
puncak. Jumlah mg guaifenesin
dihitung dengan rumus:
rumus : 5C x (ru/rs)
ru : respon puncak larutan uji
rs:respon puncak larutan baku

b. Evaluasi Tablet

No Jenis Uji Prosedur Syarat Hasil


Evaluasi Kompendial
1. Keseragaman Sebanyak 20 tablet diambil Diameter Diameter (d) rata-
Ukuran (FI secara acak kemudian diukur tablet tidak rata: 0,955±0,005
III, hal 6) diameter dan tebalnya lebih dari 3 cm
menggunakan jangka sorong. kali dan tidak Ketebalan rata-rata:
Lalu nilai rataan dan standar kurang dari 1 0,4055±0,006 cm
deviasinya dihitung. ⅓ tebal tablet. Rentang:
0,5406˂d˂1,2165
cm

Memenuhi syarat

2. Keseragaman Diambil 30 tablet. Dilakukan Keseragaman Tidak dilakukan.


Sediaan: penetapan dan persen kadar zat sediaan
Keseragaman aktif terhadap jumlah yang memenuhi
bobot (FI V, tertera pada etiket (A) dengan syarat jika NP
hal 1527) asumsi kadar zat aktif dalam dari tablet 10
sediaan homogen. Kemudian tablet pertama
30 tablet diambil. 10 tablet ≤L1%. Jika
ditimbang satu persatu (w1, NP> 1%,
w2,.....w10). Zat aktif tiap tablet dilakukan
dihitung (X1, X2,.....X10) yang pengujian pada
dinyatakan dalam persen dari 20 tablet
jumlah yang tertera pada etiket tambahan dan
dari hasil penetapan kadar (Xi NP dihitung
= wi/wrata-ratax A). Nilai kembali.
penerimaannya dihitung. Memenuhi
NP= │M-X│+ks syarat jika NP
akhir dari 30
tablet ≤L1%
dan tidak ada
satu tablet pun
dengan kadar
< [1-(0,01)
(1.2)]M atau >
[1+(0,01)
(1.2)]M. Jika
tidak
dinyatakan lain
dalam
monografi,
nilai L1= 15,0
dan 1,2 = 25,0
3. Keseragaman 20 tablet diambil secara acak, - Tidak boleh Rata-rata: 307,16
Bobot kemudian ditimbang satu lebih dari 2 ± 6,44 mg
(FI III, hal 7) persatu. Bobot rata-rata dan tablet yang Rentang ± 5% =
penyimpangan bobot rata-rata memiliki bobot 291,802-322,518
dihitung. menyimpang mg
Bobot rata-rata Penyimpangan dari bobot Rentang ± 10% =
bobot rata-rata rata-rata > 276,444 -337,876
A B
≤ 25 mg 15% 30% nilai yang mg
ditetapkan dari
26-150 mg 10 % 20 %
151-300 mg 7,5% 15% kolom A. Memenuhi syarat.
- Tidak ada
>300 mg 5% 10%
satupun tablet
yang bobotnya
menyimpang
dari bobot
rata-rata>
harga yang
ditetapkan
kolom B.
4. Friabilitas Tablet diambil secara acak Friabilitas a = 6,56 g
(USP 41, hal setara dengan 6,5 g. Tablet tablet tidak b = 6,24 g
7634) dibersihkan satu persatu dan lebih dari 1%
seluruh tablet ditimbang (a). untuk rata-rata Friabilitas = (6,56-
Tablet dimasukkan ke dalam tiga kali 6,24)/6,56 x 100%
alat dan alat dijalankan pengujian. = 4,878%
sebanyak 100 putaran dengan
kecepatan 25rpm. Seluruh Tidak memenuhi
tablet diambil dan timbang syarat
kembali (b). Persamaan
friabilitas dihitung. Jika terjadi
kerusakan tablet pengujian
diulangi hingga total 3 kali.
Persamaan Friabilitas (f)
f =(a-b)/ a x 100%
5. Waktu Diambil 6 tablet atau lebih. Waktu hancur Waktu hancur =
hancur (FI V, Bejana diisi dengan air. seluruh tablet 56,21 detik
1613) Volume bejana diatur tidak lebih dari
sedemikian rupa sehingga pada 15 menit. Memenuhi syarat.
kedudukan tertinggi, lempeng
kasa tepat pada permukaan
larutan dan pada kedudukan
terendah mulut tabung tetap di
atas permukaan. Suhu medium
diatur 37 ± 2oC. Masing-
masing dimasukkan ke dalam 6
tabung pada alat uji. Alat uji
dioperasikan dengan secara
menaik-turunkan keranjang
secara teratur 30 kali setiap
menit. Tablet diamati selama
pengujian dan waktu yang
dibutuhkan untuk
menghancurkan tiap tablet
dicatat. Tablet dianggap hancur
jika tidak ada bagian tablet
yang tertinggal di atas kasa
kecuali fragmen-fragmen
bahan pembantu.
6. Disolusi (FI Media dan alat disolusi - S1 : tiap Tidak dilakukan.
V, hal 160 disiapkan. Media disolusi tablet ≥ Q +
dan 517) dimasukkan ke dalam wadah, 5%
pemanas dijalankan hingga - S2 : Rata-rata
media mencapai suhu 37± 12 tablet ≥ Q
0,5oC. Satu tablet dimasukkan dan tidak ada
ke dalam masing-masing staupun yang <
wadah, dijaga agar gelembung Q - 15 %.
udara tidak menempel pada - S3 : Rata-rata
permukaan tablet. Alat dari 24 tablet
dioperasikan dengan kecepatan ≥ Q, tidak
pengadukan 50 rpm. Dalam lebih dari 2
interval waktu ditentukan, tablet yang
sejumlah sampel pada daerah <Q-15 % dan
pertengahan antara permukaan tidak ada
media dan bagian atas satupun yang <
keranjang (alat 1) atau dayung Q-25%.
(alat 2), tidak kurang dari 1 cm
dari dinding wadah. Persentase
jumlah zat aktif yang terlarut
ditentukan dari jumlah yang
tertera pada etiket dengan
metode analisis yang sesuai.
Pengujian dilakukan sebanyak
3 tahap. (S1dan S2 = 6 tablet;
S3= 12).
7. Penetapan Diambil 20 tablet. Dilakukan Mengandung Tidak dilakukan.
Kadar (FI V, dengan KCKT. Fase gerak : Guaifenesin
hal 517) air-metanol P-asam asetat tidak kurang
(60:40:1,5). Sejumlah volume dari 90% dan
larutan baku dan larutan uji (20 tidak lebih dari
mikroliter) disuntikkan ke 110% dari
kromatograf, kromatogram jumlah yang
direkam dan diukur renspons tertera pada
puncak utama. Jumlah etiket.
guaifenesin dalam tablet
dihitung dengan rumus : 5C x
(ru/rs)
ru : respon puncak larutan uji
rs:respon puncak larutan baku
Evaluasi Fabrikasi
1. Organoleptik Tablet diamati secara visual Tablet Bundar, putih,
meliputi bentuk tablet, berbentuk permukaan rata,
permukaan (halus, licin), bulat, putih, dan tidak terdapat
kebersihan, serta homogenitas permukaan bitnik/noda.
warna teblet. rata, tidak
terdapat noda Memenuhi syarat.
atau bitnik
2. Friksibilitas Tablet diambil secara acak Friksibilitas a = 6,63 g
setara dengan 6,5 g. Tablet tablet tidak b = 6,52 g
dibersihkan satu persatu dan lebih dari 1% Friksibilitas =
seluruh tablet ditimbang (a). untuk rata-rata (6,63-6,52)/ 6,63 x
Tablet dimasukkan ke dalam tiga kali 100 % = 1,659 %
alat dan alat dijalankan pengujian.
sebanyak 100 putaran dengan Tidak memenuhi
kecepatan 25rpm. Seluruh syarat.
tablet diambil dan timbang
kembali (b). Persamaan
friabilitas dihitung. Jika terjadi
kerusakan tablet pengujian
diulangi hingga total 3 kali.
Persamaan Friksibilitas
=(a-b)/ a x 100%
3. Kekerasan 20 tablet diambil secra acak Kekerasan Rata-rata = 8,075
Tablet (USP lalu uji kekerasan tablet tablet antara 4- ± 1,03 kg
41, 7636- dilakukan satu persatu dengan 10 kg
7638) alat hardness tester. Rataan Memenuhi syarat.
kekerasan dan standar
deviasainya dihitung.

Kesimpulan Hasil Evaluasi Granul

Parameter Syarat Hasil Kesimpulan


Kecepatan aliran 4-10 g/detik 1,932 g/detik Tidak memenuhi
syarat.
Kelembaban 1-3 % 2,4 % Memenuhi syarat
Kesimpulan Hasil Evaluasi Tablet

Parameter Syarat Hasil Kesimpulan


Evaluasi kompendial
Keseragaman Diameter tablet tidak lebih Diameter (d) rata- Memenuhi syarat
ukuran (FI III) dari 3 kali dan tidak rata: 0,955±0,005 cm
kurang dari 1 ⅓ tebal Ketebalan rata-rata:
tablet. 0,4055±0,006 cm
Keseragaman  ≤ 2 tablet yang memiliki Rata-rata: 307,16 Memenuhi syarat
Bobot (FI III) bobot menyimpang dari ± 6,44 mg
bobot rata-rata > kolom Tidak ada tablet yang
A = 5% bobotnya melebihi
 < 1 tablet yang simpangan yang
bobotnya menyimpang diperbolehkan
dari bobot rata-rata>
kolom B = 10%
Friabilitas <1% 4,878% Tidak memenuhi
syarat
Waktu hancur <15 menit 56,21 detik Memenuhi syarat
Evaluasi Fabrikasi
Organoleptik Tablet berbentuk bulat, Tablet berbentuk Memenuhi syarat
putih, permukaan rata, bulat, putih,
tidak terdapat noda atau permukaan rata, tidak
bintik terdapat noda atau
bintik
Friksibilitas <1% 1,659 % Tidak memenuhi
syarat
Kekerasan tablet 4-10 kg Rata-rata = 8,075 Memenuhi syarat.
± 1,03 kg

IX. Pembahasan

Gliseril guaikolat atau guaigenesin merupakan turunan dari guaikol yang


merupakan jenis obat batuk ekspektoran. Ekspektoran adalah obat untuk merangsang
pengeluaran dahak dari saluran napas dengan merangsang mukosa lambung dan secara
refleks merangsang sekresi saluran napas sehingga viskositas dahak akan menurun dan
mudah dikeluarkan (Azwar, 2005). Biasanya, guaifenesin tidak digunakan untuk mengobati
batuk akibat merokok atau gangguan pernapasan seperti emfisema.
Pada percobaan kali ini, dibuat tablet gliseril guaikolat 100 mg dengan metode
kempa langsung. Prinsip dari kempa langsung adalah pembuatan tablet dengan cara
mengempa lagsung zat aktif tau campuran zat aktif dan eksipien tanpa penanganan
pendahuluan, baik granulasi basah maupun kering. Kempa langsung biasa digunakan untuk
pembuatan tablet pada bahan yang memiliki kompresibilitas dan sifat aliran yang baik.
Akan tetapi, gliseril guaikolat memiliki sifat aliran dan kompresibilitas yang buruk dengan
nilai Indeks Carr 55,3% dan Rasio Hausner sebesar 2,2. Sehingga, pada pembuatan tablet
gliseril guaikolat dengan metode kempa langsung perlu digunakan eksipien berupa granulat
dasar untuk dapat memperbaiki sifat aliran massa kempa (Morovati et. al., 2017). Pada
formulasi tablet digunakan eksipien yaitu, granulat dasar yang terdiri dari amprotab, laktosa
dan musilago amili, Avicel PH102 sebagai pengisi sekaligus disintegran, magnesium
stearat sebagai lubrikan dan talk sebagai glidan.
Pada proses pembuatan tablet gliseril gauikolat, hal yang pertama dilakukan yaitu
membuat musilago amili dengan metode pemanasan langsung pada amilum dan aquades
hingga terbentuk gelatinisasi sempurna yang ditandai dengan musilago yang transparan.
Musilago amili ini berperan sebagai cairan pengikat pada pembuatan granulat dasar.
Kemudian, pada pembuatan granulat dasar dilakukan pencampuran laktosa dan amprotab
atau amilum dengan musilago amili. Laktosa sebagai bahan pengisi yang cukup banyak
digunaka karena harganya murah dan bersifat inert (Syukri et al, 2018). Sedangkan amilum
digunakan sebagai pengisi dan penghacur karena bersifat hidrofilik sehingga dapat
menyerap air dan membentuk pori pada tablet sehingga akan meningkatkan penetrasi air ke
dalam tablet dan mempercepat waktu hancur tablet (Wade dan Waller, 1994). Setelah
pencampuran, dilakukan proses granulasi. Kemudian granul yang terbentuk diuji
kandungan lembabnya dengan moisture balance, didapatkan hasil pada pengujian pertama
kandungan lembab granul 6,8 % lalu dikeringkan dan menjadi 2,45%. Nilai tersebut telah
sesuai dengan persyaratan kandungan lembab yaitu 1-3%. Apabila serbuk memiliki
kelembaban kurang dari 1% menyebabkan gaya adhesi antar partikel berkurang sehingga
tablet akan mudah rapuh, sedangkan apabila kelembabannya lebih dari 3% maka akan
kesulian saat proses kompresi tablet karena serbuk akan menempel pada punch sehingga
akan didapatkan tablet yang capping/picking.
Granulat dasar yang terbentuk kemudian dievaluasi meliputi kecepatan aliran,
kerapatan serbuk ruahan dan serbuk mampat serta kompresibilitas dan sifat aliran.
Kecepatan aliran massa kempa diukur dengan metode corong. Uji kecepatan aliran massa
kempa dilakukan untuk mengetahui kecepatan alir memenuhi persyaratan atau tidak yaitu
lebih dari 4g/detik. Kecepatan aliran dapat memengaruhi keseragaman bobot tablet yang
pada akhirnya akan memengaruhi keseragaman kandungan zat aktifnya. Kecepatan alir
yang baik menyebabkan volume massa kempa yang masuk ke dalam ruang kompresi akan
seragam sehingga variasi bobot tablet yang dihasilkan tidak terlalu besar. Berdasarkan
pengujian didapatkan kecepatan aliran granulat dasar sebesar 1,932 g/detik atau kurang dari
4 g/detik sehingga tidak memenuhi syarat. Hal tersebut dapat disebabkan kurangnya cairan
pengikat atau musilago amili saat pembuatan granulat dasar. Kurangnya cairan pengikat
mengakibatkan banyak fines dari campuran bahan yang tidak saling terikat sehingga
dihasilkan granul yang ukurannya kurang besar dan tidak terlalu berat maka akan sulit
mengalir karena pengaruh gaya gravitasi.
Pada penentuan kerapatan serbuk ruahan/ bobot jenis nyata dilakukan dengan
membandingkan massa granul yang dimampatkan terhadap volume granul termasuk
kontribusi volume pori antar partikel dengan metode gelas ukur dan dilanjutkan dengan
pengukuran bobot jenis mampat. Berdasarkan pengukuran bobot jenis mampat dan nyata
dapat dilakukan perhitungan indeks kompresibilitas (Carr Index) dan Hausner ratio. Indeks
kompresibilitas akan berpengaruh pada sifat aliran dari massa kempa. Kompresibilitas
adalah besarnya kemampuan suatu bahan untuk mengurangi volume akibat adanya suatu
tekanan atau perbandingan bobot jenis nyata terhadap bobot jenis mampat yang
berhubungan dengan porositas. Sifat aliran juga akan memengaruhi keseragaman bobot dan
keseragaman kandungan zat aktif pada tablet. Syarat kompresibilitas yaitu ≤ 10% memiliki
sifat aliran sangat baik, 11-15% baik, 16-20% agak baik, 21-25 % cukup, 26-31 butuk, 32-
37% sangat buruk, dan >38 sifat alirannya sangat-sangat buruk. Evaluasi ini tidak
dilakukan karena granulat dasar yang dihasilkan volumenya kurang dan tidak dapat terbaca
pada skala gelas ukur.
Kemudian gliseril guaikolat dicampurkan dengn granulat dasar dan Avicel PH102
menggunakan turbula mixer selama 10 menit hingga homogn. Avicel berperan sebagai
pengisi sekaligus penghancur. Avicel merupakan golongan selulosa yang banyak digunakan
pada metode kempa langsung karena dapat berfungsi sebagai pengikat kering. Pada metode
kempa langsung, Avicel PH102 lebih dipilih dibandingkan Avicel PH101 karena memiliki
ukuran partikel yang lebih besar sehingga sifat alirannya lebih baik serta memiliki
kompaktibiitas yang sangat baik. Selain itu, Avicel PH102 juga mengalami deformasi
plastis saat dikompresi yang menyebabkan terjadinya interlocking atau kekuatan ikatan
antar partikel (Hadisoewignyo, 2011). Setelah itu, dilakukan penambahan talk serta Mg
stearat pada campuran gliseril guaikolat, granulat dasar, dan Avicel PH102 dengan turbula
mixer selama 2 menit. Waktu pencampuran dilakukan hanya 2 menit bertujuan agar tidak
terbentuk lapisan hidrofob pada permukaa tablet yang dapat memengaruhi waktu hancur
dan proses disolusi tablet.
Kemudian dilakukan pengempaan untuk membuat tablet. Kemudian dilakukan
evaluasi tablet. Uji yang pertama dilakukan yaitu uji keseragaman ukuran pada 20 tablet
secara acak dengan cara mengukur diameter dan ketebalan dengan menggunakan jangka
sorong. Tujuannya untuk mengetahui keseragaman diameter maupun ketebaan tablet karena
jika diameter dan ketebalan tablet tidak seragam akan memengaruhi jumlah dosis dan
volume zat aktif pada tablet yang tidak konsisten sehingga akan menyulitkan pada saat
proses pengemasan. Hasil dari pengujian keseragaman ukuran akan dipengaruhi oleh sifat
aliran dan kecepatan aliran dari massa kempa. Kriteria penerimaan berdasarkan FI III,
diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet. Berdasarkan
hasil evaluasi didapatkan hasil diameter rata-rata tablet yaitu 0,955±0,005 cm dan ketebalan
rata-rata tablet yaitu 0,4055±0,006 cm. Rentang penerimaannya yaitu nilai diameter tablet
0,5406-1,2165 cm. Dengan demikian, tablet memenuhi persyaratan keseragaman ukuran.
Evaluasi tablet selanjutnya yaitu uji keseragaman bobot, 20 tablet secara acak
ditimbang menggunakan timbangan analitik satu persatu kemudian dihitung rata-rata bobot
dan penyimpangannya. Karena bobot rata-rata tablet 307,16 ± 6,44 mg maka kriteria
penerimaannya berdasarkan FI III yaitu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang bobotnya
menyimpang dari bobot rata-rata sebesar 5% dan tidak ada satupun tablet yang
menyimpang sebesar 15% dari bobot rata-rata. Keseragaman bobot ini akan berpengaruh
pada keseragaman kandungan zat aktif yang ada di dalam suatu tablet. Berdasarkan
evaluasi didapatkan hasil tidak ada tablet yang bobotnya melebihi simpangan yang
diperbolehkan, maka tablet memenuhi persyaratan.
Evaluasi tablet berikutnya yaitu uji friabliitas yang bertujuan untuk mengevaluasi
tablet agar bertahan terhadap kerusakan selama pengemasan, penanganan dan pengiriman.
Uji ini menggunakan alat friability tester. Kriteria penerimaannya yaitu friabilitas tablet
tidak lebih dari 1%. Berdasarkan evaluasi, friabilitas tablet yaitu 4,878%. Tingginya nilai
friabilitas tersebut dapat dikarenakan kurangnya cairan pengikat atau musilago amili
sehingga menyebabkan menurunnya interaksi antar partikel yang berkorelasi secara
langsung dengan kuatnya ikatan partikel tablet. Untuk dapat megatasi hal tersebut, dapat
dilakukan dengan meningkatkan tekanan pada saat pencetakan tablet karena tekanan
merupakan faktor yang memengaruhi kerapuhan tablet. Solusi lain yaitu dengan mengemas
tablet satu persatu dalam blister.
Evaluasi tablet lainnya yaitu uji waktu hancur yang menggunakan disintegration
tester dengan media aquades 37oC ± 0,5oC. Alat dihentikan ketika seluruh tablet pada
masing-masing tabung telah hancur sempurna. Waktu hancur ini berhubungan erat dengan
kemampuan tablet untuk hancur dalam tubuh setelah dikonsumsi pasien. Menurut FI V,
kriteria penerimaannya yaitu waktu hancur tablet oral kurang dari 15 menit. Berdasarkan
evaluasi didapatkan hasil, waktu hancur tablet 56,21 detik yang artinya tablet memenuhi
syarat. Waktu hancur dipengaruhi proses pengempaan, semakin tinggi tekanan yang
diberikan pada saat pengempaan maka tablet yang dihasilkan juga semakin kompak
sehingga kerapuhannya kecil dan waktu yang dibutuhkan tablet untuk hancur semakin
lama.
Pada percobaan kali ini tidak dilakukan uji disolusi, penetapan kadar dan
keseragaman sediaan. Uji disolusi dilakukan untuk memnentukan kesesuaian dengan
persyaratan disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi sediaan oral. Kecepatan
disolusi akan dipengaruhi oleh waktu hancur.
Pada evaluasi fabrikasi pada tablet dilakukan evaluasi organoleptik, friksibilitas dan
uji kekerasan tablet. Berdasarkan uji organoleptik, tablet yang dihasilkan berbentuk bulat,
putih, permukaan rata, tidak terdapat noda atau bintik. Hal tersebut sesuai dengan
persyaratan fabrikasi sehingga tablet memenuhi persyaratan. Selanjutnya dilakukan uji
friksibilitas. Friksibilitas merupakan parameter untuk menunjukkan ketahanan tablet
terhadap gesekan antar tablet. Prinsip pengujian, prosedur, dan kriteria penerimaannya
sama dengan friabilitas. Alat yang digunakan dinamakan friksibilator. Berdasarkan evaluasi
didapatkan hasil friksibilitas tablet yaitu 1,659 % atau lebih dari 1% sehingga tablet tidak
memenuhi syarat. Sama seperti parameter friabilitas, tidak terpenuhinya friksibilitas tablet
juga dapat dikarenakan kurangnya musilago amili sebagai cairan pengikat yang akan
memengaruhi interaksi antar partikel dalam tablet. Besarnya nilai friksibilitas juga dapat
dikarenakan kurangnya tekanan pada saat pengempaan karena semakin tinggi tekanan yang
diberikan saat pengempaan maka tablet yang dihasilkan akan semakin kompak dan
kerapuhannya semakin kecil (Devi et al, 2018). Kemudian dilakukan uji kekerasan.
Tujuannya untuk mengetahui ketahanan tablet terhadap capping, pengikisan, dan pecahnya
tablet pada kondisi stress tertentu saat pengempaan, penyimpanan, dan pengiriman hingga
sebelum digunakan. Kekerasan menunjukkan gaya yang diperlukan untuk memecahkan
tablet dalam satuan kg. Pada tablet oral, kekerasan tablet berkisar 4-10 kg. Kekerasan tablet
berkaitan dengan proses disintegrasi dan disolusi yang pada akhirrnya akan memengaruhi
pelepasan zat aktif dan ketersediaan hayati. Berdasarkan evaluasi tablet didapatkan hasil,
rata-rata kekerasan tablet yaitu 8,075 ± 1,03 kg. Nilai tersebut memenuhi persyaratan
kekerasan tablet.

X. Kesimpulan

1. Formulasi tablet gliseril guaikolat dengan metode kempa langsung yaitu

No Nama Zat Jumlah Fungsi


1 Gliseril guaikolat 100 mg Zat aktif
2 Amprotab 8,5575 % Granulat dasar
3 Laktosa 25,7025 %
4 Musilago amili 10%

5 Avicel PH102 19,40 % Pengisi, penghancur


6 Magnesium Stearat 1% Lubrikan
7 Talk 2% Glidan
2. Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:
a) Evaluasi Granul

Parameter Syarat Hasil Kesimpulan


Kecepatan aliran 4-10 g/detik 1,932 g/detik Tidak memenuhi syarat.
Kelembaban 1-3 % 2,4 % Memenuhi syarat

b) Evaluasi Tablet

Parameter Syarat Hasil Kesimpulan


Evaluasi kompendial
Keseragama Diameter tablet tidak Diameter (d) rata- Memenuhi syarat
n ukuran (FI lebih dari 3 kali dan rata: 0,955±0,005
III) tidak kurang dari 1 ⅓ cm
tebal tablet. Ketebalan rata-rata:
0,4055±0,006 cm
Keseragama  ≤ 2 tablet yang Rata-rata: 307,16 Memenuhi syarat
n Bobot (FI memiliki bobot ± 6,44 mg
III) menyimpang dari Tidak ada tablet
bobot rata-rata > yang bobotnya
kolom A = 5% melebihi simpangan
 < 1 tablet yang yang diperbolehkan
bobotnya
menyimpang dari
bobot rata-rata>
kolom B = 10%
Friabilitas <1% 4,878% Tidak memenuhi
syarat
Waktu <15 menit 56,21 detik Memenuhi syarat
hancur
Evaluasi Fabrikasi
Organoleptik Tablet berbentuk bulat, Tablet berbentuk Memenuhi syarat
putih, permukaan rata, bulat, putih,
tidak terdapat noda atau permukaan rata,
bintik tidak terdapat noda
atau bintik
Friksibilitas <1% 1,659 % Tidak memenuhi
syarat
Kekerasan 4-10 kg Rata-rata = 8,075 Memenuhi syarat.
tablet ± 1,03 kg

XI. Daftar Pustaka

Azwar, Bahar. 2005. Bijak Mengonsumsi Obat Flu. Depok:Kawan Pustaka (hal. 18).

Devi et al. 2018. Optimasi Konsentrasi Polivinil Pirolidon (PVP) sebagai Bahan Pengikat
terhadap Sifat Fisik Tablet Ekstrak Etanol Rimpang Bangle (Zingiber
cassumunar Roxb). Jurnal Farmasi Udayana, 7 (2), hal 45-52.

Hadisoewignyo, Lannie et al. 2011. Pengaruh Bahan Pengisi pada Tblet Ibuprofen dengan
Metode Cetak Langsung. Majalah Farmasi Indonesia, 22(4), hal 279-285.
Kuswahyuning, Rina dan Sri Sulihtyowati S. 2005. Pengaruh Laktosa dan Povidon dalam
Formula Tabet Ekstrak Kaempferia galanga L. secara Granulasi Basah.
Majalah Farmasi Indonesia, 16 (2), hal 110-115.
Setyawan, Dwi et al. 2010. Pengaruh Avicel PH102 terhadap Karakteristik Fisik dan Laju
Disolusi Orally Disintegrating Tablet Piroksisam dengan Metode Cetak
Langsung. Majalah Ilmu Kefarmasian, 7(1), hal 9-16.
Syukri, et al. 2018. Pemilihan Bahan Pengisis untuk Formulasi Tablet Ekstrak Buah
Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Boerl). Jurnal Sains Farmasi dan
Klinis, 5 (1), hal 66-71.

LAMPIRAN
Hasil pengukuran bobot tablet

No Bobot tablet No Bobot tablet (g)


(g)
1. 308 11. 311
2. 310 12. 314
3. 315 13. 302
4. 305 14. 309
5. 300 15. 314
6. 308 16. 310
7. 312 17. 295
8. 292 18. 310,2
9. 314 19. 302
10. 300 20. 312
Rata-rata = 307,16 mg Standar deviasi = 6,44 mg
Hasil pengukuran diameter dan ketebalan tablet
No Ketebalan No
No Ketebalan
Diameter No Diameter
(cm) (cm) (cm)
11. 0,41 1.1. 0,41
0,96 1. 0,95 Hasil pengukuran
12. 0,4 2.2. 0,4
0,95 2. 0,96 kekerasan tablet
13. 0,4 3.3. 0,4
0,95 3. 0,96
No Kekerasan (kg) No Kekerasan (kg)
14. 0,41 4.4. 0,4
0,95 4. 0,96
1. 7,9 1. 10
15. 0,4 5.5. 0,41
0,96 5. 0,96
2. 8,1 2. 6,9
16. 0,4 6.6. 0,42
0,95 6. 0,94
17. 3. 0,4 8,47. 0,42 3. 8,5
7. 0,95 7. 0,96
18. 4. 0,41 7,58.8. 0,4 4.
0,95 8. 7,1
0,95
19. 5. 0,41 6,99.9. 0,4 5.
0,96 9. 9,70,95
20. 6. 0,4 6,610.
10. 0,41 6.
0,96 10. 6,90,95
Rata-rata
7.= 0,4055 cm8,4
Rata-rata = 0,9557.cm 8,5
Standar 8.
Deviasi = 0,006 cm Deviasi =8.0,005 cm
Standar
7,9 8,3
9. 6,6 9. 8,2
10. 9,7 10. 9,4
GRANULASI KERING

TABLET SULFADIMIDIN 500 mg

I. Tujuan
1. Menentukan formulasi yang tepat untuk sediaan tablet sulfadimidin 500 mg dengan
metode granulasi kering.
2. Menentukan hasil evaluasi sediaan tablet sulfadimidin 500 mg.

II. Teori Dasar


Granulasi kering merupakan metode alternatif dalam pembuatan granul yang
dilakukan berdasarkan pembentukan granul secara mekanis tanpa penambahan pelarut
pengikat ke massa serbuk. Keuntungan dari metode granulasi kering yaitu peralatan dan
prosedur kerja yang lebih sedikit dibandingkan metode granulasi basah dan cocok
digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan terhadap panas dan lembab. Contohnya adalah
vitamin C dan asetosal yang umumnya dibuat menjadi tablet dengan metode granulasi
kering (Siregar,2010). Adapun kekurangan dari granulasi kering yaitu tidak dapat
mendistribusikan zat warna dengan seragam, memerlukan mesin tablet khusus untuk
slugging dan rentan terjadi kontaminasi silang karena prosesnya banyak menghasilkan
debu.
Sulfadimidin merupakan zat antimikroba golongan sulfonamida yang berfungsi
untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh beberapa bakteri (biasa digunakan untuk
ISK). Sulfadimidin memiliki kelarutan sangat sukat larut dalam air. Di pasaran, banyak
ditemukan obat dengan zat aktif sulfadimidin dalam bentuk suspensi oral, larutan dan
tablet.

III. Formulasi

No. Nama Zat Jumlah Fungsi


1 Sulfadimidin 500 mg Zat Aktif
2 PEG 6000 5% Pengikat
3 Amprotab 10 % Penghancur dalam
4 Avicel PH102 q.s Pengisi
5 Mg Stearat 1% Lubrikan
7 Talk 2% Glidan/pelincir
8 Amilum 5% Penghancur luar

IV. Preformulasi
4.1. Preformulasi Zat Aktif

Nama Zat Sulfadimidin (sulfametazin)


Struktur Molekul

(Farmakope Indonesia Edisi V hal 1229)


Rumus Molekul C12H14N4O2S
(Farmakope Indonesia Edisi V hal 1229)
Berat Molekul 278,33 g/mol
(Farmakope Indonesia Edisi V hal 1229)
Titik Lebur 197-200 ० C
(Farmakope Indonesia Edisi V hal 1229)
Pemerian Serbuk, putih sampai putih kekuningan; dapat menjadi gelap pada
pemaparan cahaya; rasa agak pahit; praktis tidak berbau
(Farmakope Indonesia Edisi V hal 1229)
Kelarutan Sangar sukar larut dalam air dan eter, larut dalam aseton; sukar
larut dalam etanol
(Farmakope Indonesia Edisi V hal 1229)
Stabilita Pada refluks dalam HCl menghasilkan asam sulfanilat dan 2-
amino-4,6-dimetil-pirimidin.
(Analytical Profiles of Drug Substance Vol 7 Hal 414)
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, tidak tembus cahaya
(Farmakope Indonesia Edisi V hal 1229)
Inkompatibilitas Tidak terdapat data inkompatibilitas.
Fungsi Zat aktif (Short-acting Sulfonamid)
(Martindale 36th Hal 338)

4.2. Preformulasi Eksipien


 PEG 6000

Nama Zat PEG 6000


Struktur Molekul

(HOPE 6th Hal 517)


Rumus Molekul H(OCH2CH2)nOH dengan n bersiksar antara 158 dan 204
(HOPE 6th Hal 517)
Berat Molekul 7000-9000 (HOPE 6th Hal 519)
Titik Leleh 55-63 ૦ C (HOPE 6th Hal 519)
Densitas 1,15-1,21 g/mL pada 25 ૦ C (HOPE 6th Hal 518)
Pemerian Putih, memiliki rentang kosistensi dari pasta hingga lilin, memiliki
bau manis dan lemah. (HOPE 6th Hal 518)
Kelarutan Larut dalam air dan bercampur dengan PEG lain; larut dalam
aseton, diklorometan, etanol (95%). (HOPE 6th Hal 519)
Stabilita Stabil (HOPE 6th Hal 520)
Penyimpanan Disimpan di wadah tertutup rapat, sejuk dan kering.
(HOPE 6th Hal 520)
Inkompatibilitas Kompatibel dengan zat warna, dapat menyebabkan liquifikasi
apabila bercampur dengan fenol, asam tannat, dan asam salisilat
(HOPE 6th Hal 520)
Fungsi Meningkatkan efektivitas pengikat tablet dan memberikan sifat
plastisitas pada granul
(HOPE 6th hal 518)

 Avicel PH 102

Nama Zat Avicel PH


Struktur Molekul

(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 129)


Rumus Molekul (C6H10O5)n
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 129)
Berat Molekul ~ 36000
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 129)
Titik Leleh 260-270 oC (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 131)
Densitas  Densitas ruah (bulk)= 0,337 g/cm3
 Densitas (tapped) = 0,478 g/cm3
 Densitas (true) = 1,512- 1,668 g/cm3
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 131)
Pemerian Serbuk kristal berwarna putih, tak berbau, tak berasa
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 131)
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, asam, dan pelarut organik.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 131)
Stabilita Stabil meskipun bersifat higroskopis
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 131)
Penyimpanan Disimpan di wadah tertutup rapat dan di tempat yang sejuk dan
kering. (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 131)
Inkompatibilitas Inkompatibel dengan zat pengoksidasi yang kuat.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 131).
Fungsi Adsorben; disintegran pada tablet
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 129)
 Amprotab

Nama Zat Amilum Pro Tablet


Struktur Molekul

(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 685)


Rumus Molekul (C6H10O6)n dimana n = 300-1000
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 685)
Densitas Bj ruahan : 0,71 g/cm3
Bj tapped : 0,88 g/cm3
Bj Nyata : 1,589 g/cm3
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 687)
Pemerian Serbuk kristalin berwarna putih, tidak berbau dan berasa sedikit
manis.(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 686)
Kelarutan Larut dalam air sedikit larut dalam etanol dan eter
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 688)
Stabilita Dapat ditumbuhi jamur ketika humiditas tinggi, dapat berubah
menjadi coklat jika terkena panas dan lembab.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 689)
Penyimpanan Disimpan dalam wadah tertutup rapat, sejuk dan kering.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 689)
Inkompatibilitas Inkompatibel dengan zat pengoksidasi kuat
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 689)
Fungsi Pengisi, pengikat
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 685)

 Amilum

Nama Zat Amilum


Struktur Molekul

(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 685)


Rumus Molekul (C6H10O6)n dimana n = 300-1000
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 685)
Densitas (corn starch)
Bulk : 0,45-0,58 g/cm3
Tapped : 0,69-0,77 g/cm3
True : 1,478 g/cm3
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 687)
Flowability Memiliki laju alir yang buruk
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 687)
Pemerian Serbuk putih, tidak berasa dan tidak berbau.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 686)
Kelarutan Praktis tidak larut dalam etanol dingin (95%) dan dalam air dingin.
Dapat mengembang secara cepat pada air suhu 37oC sekitar 5-10%
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 688)
Stabilita Stabil jika terhindar dari humiditas yang tinggi. Larutan amilum
tidak stabil dan mudah termetabolisme oleh mikrooganisme
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 689)
Penyimpanan Disimpan di wadah tertutup rapat, di tempat yang sejuk dan
kering.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 689)
Inkompatibilitas Inkompatibel dengan zat pengoksidasi kuat. (Handbook of
Pharmaceutical Excipients 6th, hal 689).
Fungsi Disintegran, pengisi, pengikat
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 685)

 Talk

Nama Zat Talk


Struktur Molekul

(https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov)
Rumus Molekul Mg6(Si2O5)4(OH)4
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 728)
Berat Molekul 379,27 g/mol
(https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov)
Kekerasan 1.0-1.5 (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 728)
Pemerian serbuk kristal halus berwarna putih hingga kelabu, tidak berbau
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 728)
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, asam, basa, dan pelarut organik
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 729)
Stabilita Stabil (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 728)
Penyimpanan Disimpan di wadah tertutup rapat, di tempat yang sejuk dan
kering.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 729)
Inkompatibilitas Inkompatibel dengan senyawa ammonium kuartener (Handbook of
Pharmaceutical Excipients 6th, hal 729).
Fungsi Glidan
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 728)

 Magnesium stearat

Nama Zat Magnesium stearat


Struktur Molekul

(sigmaaldrich.com)
Rumus Molekul C36H70MgO4
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 404)
Berat Molekul 591,2 g/mol (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 404)
Titik Leleh 117-150 oC (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 404)
Densitas  Densitas (bulk)= 0,159 g/cm3
 Densitas (tapped) = 0,286 g/cm3
 Denistas (true) = 1,092 g/cm3
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 404)
Pemerian Serbuk putih, sangat halus, dengan bobot jenis rendah
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 404)
Kelarutan Praktis tidak larut dalam etanol dan air; sedikit larut dalam etanol
(95%) hangat.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 404)
Stabilita Stabil (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 404)
Penyimpanan Disimpan di wadah tertutup rapat, di tempat yang sejuk dan
kering.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 404)
Inkompatibilitas Inkompatibel dengan asam kuat, basa, dan garam besi. Hindari
pencampuran dengan zat pengoksidasi. Mg stearat tidak dapat
digunakan untuk produk yang mengandung aspirin, beberapa
vitamin, dan basa alkaloid.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 405)
Fungsi Lubrikan (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 404)

V. Rasionalisasi Formula
Pada percobaan kali ini dilakukan pembuatan tablet Sulfadimidin 500 mg
menggunakan metode granulasi kering. Sulfadimidin merupakan serbuk kristalin yang
higroskopis sehingga dapat menarik lembab (Reynolds, 1982). Karena hal tersebut, jika
Sulfadimidin dibuat dalam bentuk tablet tidak dapat menggunakan metode yang
memerlukan tambahan pelarut seperti kempa langsung dengan granulat dasar maupun
granulasi basah.
Untuk membuat tablet digunakan beberapa jenis eksipien. Pada pembuatan fase
dalam digunakan PEG 6000 sebagai pengikat, Amprotab sebagai penghancur dalam dan
Avicel PH102 sebagai pengisi. PEG 6000 digunakan sebagai pengikat karena dapat
menambah daya ikat antar partikel dalam matriks sehingga meningkatkan kekerasan tablet.
Kekerasan yang tinggi akan memperlama waktu hancur karena harus memecah ikatan PEG
6000 dengan dengan partikel matriks. Kekerasan dibutuhkan tablet untuk mempertahankan
stabilitanya sebelum dikonsumsi oleh pasien. Sedangkan kerapuhan tablet akan berkurang
karena PEG meningkatkan kompresibilitas (Wade and Weller, 1994). Amprotab
merupakan pati turunan selulosa yang digunakan sebagai penghancur dalam tablet. Pati
memiliki sifat hidrofilik yang mempunyai kemampuan menyerap air dan membentuk pori-
pori dalam tablet. Hal ini akan meningkatkan penetrasi air ke dalam tablet, sehingga akan
mempercepat waktu hancur tablet (Voigt, 1984). Avicel PH102 dipilih sebagai pengisi
karena memiliki sifat alir yang baik disebabkan berbentu sferis serta ukuran partikelnya
besar (Setyawam, 2010). Avicel juga dapat meningkatkan kompaktibilitas (Wade and
Weller, 1994).
Kemudian pada pembuatan fase luar digunakan Magnesium stearat sebagai
lubrikan, talk sebagai glidan dan amilum sebagai disintegran atau penghancur luar.
Magnesium stearat digunakan sebagai lubrikan dalam pembuatan tablet karena dengan
penggunaan yang sedikit dapat memperbaiki waktu alir (Sheth et al, 1980). Talk yang
digunakan sebagai glidan atau pelincir yang meningkatkan sifat aliran dengan mengurangi
gesekan antar partikel padat.

VI. Perhitungan
Akan dibuat 300 tablet Sulfadimidin 500 mg dengan bobot masing-masing tablet 500 mg.
Untuk tujuan pelebihan bahan maka dilakukan perhitungan untuk 400 tablet.

Bobot tablet: 750 mg per tablet

Jumlah yang akan dibuat 400 tablet.

Formula untuk 1 tablet Formula untuk 400 tablet


Fase dalam (92%)
Sulfadimidin 500 mg Sulfadimidin (500mg x 400) 200 g
PEG 6000 (5% x 750 mg) 37,5 mg PEG 6000 (37,5 mg x 400) 15 g
Amprotab (10% x 750 mg) 75 mg Amprotab (75 mg x 400) 30 g
Avicel PH102 (690- 77,5 mg Avicel PH102 (276- (200+25+30)) g 31 g
(500+37,5+75)) mg
Fase luar (8%)
Mg Stearat (1% x 750 mg) 7,5 mg Mg Stearat (7,5 mg x 400) 3g
Talk (2 % x 750 mg) 15 mg Talk (15 mg x 400) 6g
Amilum (5% x 750 mg) 37,5 mg Amilum (37,5 mg x 400) 15 g

Untuk menghindari kerusakan pada alat dan suara yang ditimbulkan saat dilakukan slug,
maka diperlukan penambahan glidan dan lubrikan. Jumlah penambahan biasanya adalah
setengah dari jumlah yang ditambahkan dengan perhitungan sebagai berikut,

Massa serbuk = 276 g

Glidan (Talk) = 0,5 x 3 g = 1,5 g

Lubrikan (Mg Stearat) = 0,5 x 6 g =3g

Total massa yang akan dislug untuk 400 tablet yaitu 280,5 g

o Massa setelah slugging = 265,43 gram


265,43 gram
o Jumlah tablet = x 400 tablet = 384,68 tablet
280,5 gram
o Fase luar yang ditambahkan =

1
Mg Stearat = x 265,43 g = 2,838 g
93,5

0,5
Talk = x 265,43 g = 1,419 g
93,5

5
Amilum = x 265,43 g = 14,194 g +
93,5

Total = 18,451 g

[265,43 g+ 18,451 g]
o Total massa kempa = = 0,738 g / tablet
384,681tablet

VII. Prosedur
1. Sulfadimidin dan masing-masing eksipien ditimbang sejumlah yang diperlukan lalu
dihaluskan terlebih dahulu dalam mesin penggiling.
2. Sulfadimidin dicampurkan dengan fase dalam yaitu PEG 6000, amprotab, dan Avicel
PH102 ke dalam mesin turbula mixer dan diaduk selama 10 menit, kemudian
ditambahkan setengah bagian dari fase luar yaitu Mg stearat, talk dan amilum lalu
diaduk selama 2 menit.
3. Campuran serbuk pada tahap 2 dikempa dengan mesin bongkah, yang akan
menghasilkan bongkahan.
4. Bongkahan diekstrusi melalui penyaring 16-20 mesh. Dilakukan In Process Control
(IPC) terhadap granul terutama kecepatan aliran dan kompresibilitas.
5. Apabila belum memenuhi kriteria, serbuk halus yang dihasilkan pada tahap 4 kembali
dipadatkan dengan mesin bongkah.
6. Bongkahan hasil tahap 5 diekstrusi kembali melalui penyaring 16-20 mesh.
7. Setelah dilakukan IPC dan dinyatakan memenuhi kriteria, granul yang dihasilkan
dicampurkan dengan sisa fase luar sebagai massa kempa.
8. Massa dikempa menjadi tablet.
9. Dilakukan evaluasi akhir sediaan tablet.

VIII. Evaluasi
Evaluasi Granul

No. Jenis Uji Prosedur Syarat Hasil


1. Kerapatan Sejumlah granul (+100g) Jika % Indeks BJ nyata = 103,08
Serbuk ditimbang. Lalu dituangkan kompresibilitas g / 160 cm3 = 0,644
Ruahan dan perlahan ke gelas ukur yang : g/cm3
Serbuk sesuai (250 mL). Volume BJ mampat
Mampat (FI granul tersebut dicatat (Vo). Indeks Sifat =103,08 g / 125
V, hal. 1523) BJ nyata = bobot granul/Vo (%) aliran cm3 = 0,825 g/cm3
(g/cm3) ≤5-10 Sangat Indeks
Selanjutnya dilakukan baik Kompresibilitas =
11-15 Baik
pengukuran kerapatan serbuk 16-20 Agak 100 x (0,825-
mampat dengan cara gelas baik 0,644) / 0,644 =
21-25 Cukup
ukur dipasang pada 26-31 Buruk 28,106 %
32-37 Sangat
penyangga alat pengetukan.
buruk
Lalu dilakukan pengetukan >38 Sangat Sifat aliran buruk
sebanyak 10,50, dan 500 sangat
buruk
ketukan. Volume granul
dicatat pada 10, 50, dan 500
ketukan (V10, V50, dan V500).
BJ mampat = bobot
granul/V500 (g/cm3).
Indeks kompresibilitas
(%)=
100 x (V0-V500)/V0
atau
100 x (BJ mampat- BJ
nyata)/ BJ Nyata
Hausner ratio= Vo/ V500
2. Kecepatan Digunakan metode corong. Kecepatan Slugging 1 = 2,873
aliran Granul ditimbang minimal 20 aliran granul g/detik
g. Lalu wadah kosong minimal 4 Tidak memenuhi
ditimbang (Wo) untuk g/detik syarat
menampung granul. Granul
dimasukkan ke corong yang Slugging 2 = 5,
ada pada alat. Alat 182 g/detik
dinyalakan. Pastikan alat Memenuhi syarat
dimatikan sebelum granul
dalam corong habis. Waktu
aliran dihitung (t) dan wadah
berisi granul ditimbang (Wt).
Kecepatan aliran dihitung
dengan:
Kecepatan Aliran = (Wt-
Wo)/t
Percobaan diulangi min. 3
kali
3. Granulometri Dilakukan dengan susunan Ukuran granul Tidak dilakukan.
(Penentuan pengayak berbagai ukuran. mengikuti
Distribusi Pengayak disusun bertingkat kurva distribusi
Ukuran satu sama lain dengan normal
Granul) FI V pengayak berukuran paling
halaman halus diletakkan di bagian
1514 bawah. Granul diletakkan
pada pengayak paling atas.
Lalu, mesin digetarkan
selama 5-30 menit. Granul
yang tertinggal di tiap
pengayak ditimbang dan
dihitung persentase serta
ukuran diameternya.
4. Penetapan Penetapan kadar zat aktif Sulfadimidin Tidak dilakukan.
Kadar dalam granul dilakukan tidak kurang
menggunakan titrasi dari 99,0% dan
nitrimetri (dalam monografi tidak lebih dari
Sulfadimidin) 100,5%
Tiap mL NaNO3 0,1 M ~
27,83 mg sulfadimidin
Evaluasi Tablet

No Jenis Uji Prosedur Syarat Hasil


Evaluasi kompendial
1. Keseragaman Sebanyak 20 tablet diambil Diameter tablet tidak Diameter (d)
Ukuran secara acak kemudian lebih dari 3 kali dan rata-rata : 1,332
(FI III, hal 6) diukur diameter dan tidak kurang dari 1 ⅓ + 0,494 cm
tebalnya menggunakan tebal tablet. Ketebalan rata-
jangka sorong. Lalu nilai rata: 0,494 +
rataan dan standar 0,005 cm
deviasinya dihitung. Rentang: (0, 659
< d < 1,482) cm

Memenuhi
syarat
2. Keseragaman Diambil 30 tablet. Keseragaman sediaan Tidak
Sediaan: Dilakukan penetapan dan memenuhi syarat jika dilakukan.
Keragaman persen kadar zat aktif NP dari tablet 10 tablet
bobot (FI V, terhadap jumlah yang pertama ≤L1%. Jika
hal 1527) tertera pada etiket (A) NP> 1%, dilakukan
dengan asumsi kadar zat pengujian pada 20
aktif dalam sediaan tablet tambahan dan
homogen. Kemudian 30 NP dihitung kembali.
tablet diambil. 10 tablet Memenuhi syarat jika
ditimbang satu persatu (w1, NP akhir dari 30 tablet
w2,.....w10). Zat aktif tiap ≤L1% dan tidak ada
tablet dihitung (X1, satu tabletpun dengan
X2,.....X10) yang dinyatakan kadar < [1-(0,01)
dalam persen dari jumlah (1.2)]M atau >
yang tertera pada etiket dari [1+(0,01)(1.2)]M. Jika
hasil penetapan kadar (Xi = tidak dinyatakan lain
wi/wrata-ratax A). Nilai dalam monografi, nilai
penerimaannya dihitung. L1= 15,0 dan 1,2 =
NP= │M-X│+ks 25,0
3. Keseragaman 20 tablet diambil secara - Tidak boleh lebih dari Rata-rata =
Bobot acak, kemudian ditimbang 2 tablet yang memiliki 749,81 + 5,362.
(FI III, hal 7) satu persatu. Bobot rata-rata bobot menyimpang dari
dan penyimpangan bobot bobot rata-rata > nilai Rentang + 5%
rata-rata dihitung. yang ditetapkan dari = 712,32-787,3
kolom A. mg
Bobot Penyimpangan - Tidak ada satupun Rentang + 10%
rata-rata bobot rata-rata (%)
tablet yang bobotnya = 674,83-824,79
A B
≤ 25 mg 15% 30% menyimpang dari bobot mg
26-150 10 % 20 %
rata-rata> harga yang
mg
151-300 7,5% 15% ditetapkan kolom B. Tidak ada tablet
mg
Untuk sediaan dengan yang bobotnya
>300 5% 10%
mg bobot 750 mg nilai A melebihi
adalah 5% dan nilai B simpangan yang
adalah 10%. diperbolehkan
sehingga
sediaan
dinyatakan
memenuhi
syarat
4. Friabilitas Tablet diambil secara acak Friabilitas tablet tidak a = 7,47 g
(USP 41, hal setara dengan 6,5 g. Tablet lebih dari 1% untuk b = 7,39 g
7634) dibersihkan satu persatu rata-rata tiga kali
dan seluruh tablet pengujian. Friabilitas
ditimbang (a). Tablet = (7,47-7,39) /
dimasukkan ke dalam alat 7,47 x 100% = 1
dan alat dijalankan %
sebanyak 100 putaran
dengan kecepatan 25 rpm. Memenuhi
Seluruh tablet diambil dan syarat
timbang kembali (b).
Persamaan friabilitas
dihitung. Jika terjadi
kerusakan tablet pengujian
diulangi hingga total 3 kali.
Persamaan Friabilitas (f)
f =(a-b)/ a x 100%
5. Waktu hancur Bejana diisi dengan air. Waktu hancur seluruh 46,42 detik
(FI V, 1613) Volume bejana diatur tablet tidak lebih dari
sedemikian rupa sehingga 15 menit. Memenuhi
pada kedudukan tertinggi, syarat
lempeng kasa tepat pada
permukaan larutan dan pada
kedudukan terendah mulut
tabung tetap di atas
permukaan. Suhu medium
diatur 37 ± 2oC. Masing-
masing dimasukkan ke
dalam 6 tabung pada alat
uji. Alat uji dioperasikan
dengan secara menaik-
turunkan keranjang secara
teratur 30 kali setiap menit.
Tablet diamati selama
pengujian dan waktu yang
dibutuhkan untuk
menghancurkan tiap tablet
dicatat. Tablet dianggap
hancur jika tidak ada bagian
tablet yang tertinggal di
atas kasa kecuali fragmen-
fragmen bahan pembantu.
6. Disolusi (FI Diambil 24 tablet. Media - S1 : tiap tablet ≥ Q + Tidak
V, hal 160 dan alat disolusi disiapkan. 5% dilakukan.
dan 517) Media disolusi dimasukkan - S2 : Rata-rata 12
ke dalam wadah, pemanas tablet ≥ Q dan tidak
dijalankan hingga media ada staupun yang < Q -
mencapai suhu 37± 0,5oC. 15 %.
Satu tablet dimasukkan ke - S3 : Rata-rata dari 24
dalam masing-masing tablet ≥ Q, tidak lebih
wadah, dijaga agar dari 2 tablet yang <Q-
gelembung udara tidak 15 % dan tidak ada
menempel pada permukaan satupun yang < Q-25%.
tablet. Alat dioperasikan
dengan kecepatan
pengadukan 50 rpm. Dalam
interval waktu ditentukan,
sejumlah sampel pada
daerah pertengahan antara
permukaan media dan
bagian atas keranjang (alat
1) atau dayung (alat 2),
tidak kurang dari 1 cm dari
dinding wadah. Persentase
jumlah zat aktif yang
terlarut ditentukan dari
jumlah yang tertera pada
etiket dengan metode
analisis yang sesuai.
Pengujian dilakukan
sebanyak 3 tahap. (S1dan
S2 = 6 tablet; S3= 12).
7. Penetapan Diambil 20 tablet. Mengandung Tidak dilakukan
Kadar (FI V, Dilakukan dengan metode Sulfadimidin tidak
hal 1230 dan titrasi nitrimetri kurang dari 90% dan
1485) Baku pembanding tidak lebih dari 110%
Sulfanilamid BPFI, dari jumlah yang tertera
dikeringkan 3 jam sebelum pada etiket.
digunakan.
Tablet ditimbang dan
serbuk dihaluskan.
Ditimbang sejumlah serbuk
setara dengan 500 mg
sulfadimidin, lalu
dimasukkan ke gelas piala
yang sesuai. Ditambahkan
20 ml asam klorida P dan
50 ml air, diaduk hingga
larut. Larutan didinginkan
hingga suhu +15oC dan
dititrasi perlahan dengan
natrium nitrit 0,1 M LV
yang sudah dibakukan
terhadap sulfanilamid BPFI.

1 ml natrium nitrit 0,1 M


setara dengan 27,83 mg
Sulfadimidin
Evaluasi Fabrikasi
1. Organoleptik Tablet diamati secara visual Tablet berbentuk bulat, Memenuhi
meliputi bentuk tablet, putih, permukaan rata, syarat
permukaan (halus, licin), tidak terdapat noda atau
kebersihan, serta bintik
homogenitas warna tablet.
2. Friksibilitas Tablet diambil secara acak Friksibilitas tablet tidak a = 7,31 g
setara dengan 6,5 g. Tablet lebih dari 1% untuk b = 7,28 g
dibersihkan satu persatu rata-rata tiga kali
dan seluruh tablet pengujian. Friksibilitas
ditimbang (a). Tablet = (7,31-7,28) /
dimasukkan ke dalam alat 7,31 x 100% =
dan alat dijalankan 0,41%
sebanyak 100 putaran
dengan kecepatan 25rpm. Memenuhi
Seluruh tablet diambil dan syarat
timbang kembali (b).
Persamaan friabilitas
dihitung. Jika terjadi
kerusakan tablet pengujian
diulangi hingga total 3 kali.
Persamaan Friksibilitas
=(a-b)/ a x 100%
3. Kekerasan 20 tablet diambil secara Kekerasan tablet antara Rata-rata : 7,37
Tablet (USP acak lalu uji kekerasan 4-10 kg. Terdapat 1 + 1,91 kg.
41, 7636- tablet dilakukan satu tablet yang memiliki Tidak
7638) persatu dengan alat kekerasan diluar Memenuhi
hardness tester. Rataan rentang. syarat
kekerasan dan standar
deviasinya dihitung.

Kesimpulan Hasil Evaluasi Granul

Parameter Syarat Hasil Kesimpulan


Kerapatan Serbuk % Indeks kompresibilitas: 28,106 % Sifat aliran buruk
Ruahan dan Indeks (%) Sifat aliran
Mampat ≤5-10 Sangat baik
11-15 Baik
16-20 Agak baik
21-25 Cukup
26-31 Buruk
32-37 Sangat buruk
>38 Sangat sangat
buruk
Kecepatan aliran 4-10 g/detik 5,182 g/detik Memenuhi Syarat

Kesimpulan Hasil Evaluasi Tablet

Parameter Syarat Hasil Kesimpulan


Evaluasi kompendial
Keseragaman Diameter tablet tidak lebih Diameter rata-rata: Memenuhi syarat
ukuran dari 3 kali dan tidak 1,332 + 0,494 cm
kurang dari 1 ⅓ tebal Ketebalan rata-rata:
tablet. 0,494 + 0,005 cm
Keseragaman  ≤ 2 tablet yang memiliki Rata-rata = 749,81 + Memenuhi syarat
Bobot (FI III) bobot menyimpang dari 5,362 mg
bobot rata-rata > kolom
A = 5% Tidak ada tablet yang
 < 1 tablet yang bobotnya melebihi
bobotnya menyimpang simpangan yang
dari bobot rata-rata> diperbolehkan
kolom B = 10%
Friabilitas <1% 1% Memenuhi syarat
Waktu hancur <15 menit 46,42 detik Memenuhi syarat
Evaluasi Fabrikasi
Organoleptik Tablet berbentuk bulat, Tablet berbentuk bulat, Memenuhi syarat
putih, permukaan rata, putih, permukaan rata,
tidak terdapat noda atau tidak terdapat noda
bintik atau bintik
Friksibilitas <1% 0,41 % Memenuhi syarat
Kekerasan 4-10 kg Rata-rata : 7,37 + 1,91 Tidak memenuhi
tablet kg. syarat
Terdapat 1 tablet yang
memiliki kekerasan
diluar rentang.

IX. Pembahasan

Pada percobaan ini dilakukan pembuatan tablet sulfadimidin dengan metode


granulasi kering. Granulasi kering merupakan proses aglomerasi serbuk untuk
meningkatkan sifat aliran melalui pembesaran ukuran partikel atau granul (Michrafy,
Zavaliangos, & Cunningham, 2017). Ikatan antar partikel terbentuk karena pinggir-
pinggir granul saling bertautan, gaya adhesi dan kohesi antar partikel padat. Kelebihan
granulasi kering yaitu pengerjaan lebih sedikit dibandingkan metode granulasi basah,
serta cocok digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas atau lembab karena tidak
digunakan cairan pengikat. Kekurangan granulasi kering yaitu memerlukan mesin khusus,
investasi alat, menghasilkan debu, serta sulit memperoleh distribusi warna yang seragam
bila digunakan zat warna.

Pembuatan tablet dengan granulasi kering dapat dilakukan menggunakan mesin


pembuat bongkah (slugging) atau kompakter gulung. Alat yang digunakan dalam
percobaan ini adalah mesin pembuat bongkah. Terdapat keterbatasan dalam proses
pengempaan bongkahan, diantaranya proses bets tunggal, lebih banyak beralih
pemeliharaan, skala ekonomi yang buruk, hasil per jam rendah, ergonomi buruk, polusi
udara dan bunyi yang berlebihan, wadah dan ruang penyimpanan yang meningkat, serta
banyak energi yang diperlukan untuk menghasilkan 1 kg bongkahan.

Sulfadimidin merupakan antibiotik golongan sulfonamida yang bekerja dengan


cara menghambat pembentukan asam folat dari Para-Amino Benzoic Acid (PABA).
Sulfadimidin memiliki spektrum kerja yang luas. Obat ini digunakan untuk mengatasi
Infeksi Saluran Kemih (IKS). Efek samping obat ini diantaranya kristaluria, ruam di kulit,
polyarthritis dan sindrom Steven-Johnson (Volans & Wiseman, 2011). Alasan pemilihan
metode granulassi kering untuk pembuatan tablet Sulfadimidin yaitu karena Sulfadimidin
merupakan serbuk yang higroskopis dan mudah menarik lembab (Reynolds, 1982).

Eksipien yang digunakan adalam pembuatan tablet ini adalah PEG 6000 sebagai
pengikat, amprotab sebagai penghancur fase dalam, Avicel PH102 sebagai pengikat
sekaligus disintegran, magnesium stearat sebagai lubrikan, talk sebagai glidan dan
amilum sebagai penghancur fase luar. Terdapat dua jenis bahan penghancur yang
ditambahkan yaitu bahan penghancur fase dalam dan fase luar. Penghancur fase luar
berperan dalam pemecahan tablet menjadi granul sedangkan penghancur fase dalam
berperan dalam pemecahan granul menjadi fragmen-fragmen yang lebih kecil (Aulton,
2007). Mekanisme amilum sebagai penghancur yaitu swelling atau pengembangan setelah
kontak dengan air sehingga menyebabkan tablet hancur.

Mekanisme ikatan yang terjadi pada PEG 6000 sebagai pengikat adalah adsorpsi
pada permukaan partikel. PEG 6000 merupakan polimer yang akan terdeposit sebagai
lapisan lilin yang akan melingkupi partikel (Krycer & David, 1983). Adanya gaya adhesi
antara partikel dengan pengikat dan gaya kohesi antara partikel pengikat akan
menyebabkan terjadinya aglomerasi dan peningkatan ukuran partikel (granul).

Avicel PH 102 merupakan mikrokristalin selulosa (Pharmaceutical Grade) yang


tersedia sebagai produk teraglomerasi sebagian dengan distribusi ukuran partikel yang
besar dan fluiditas yang lebih baik dibandingkan dengan Avicel PH 101. Avicel
digunakan sebagai pengikat sekaligus disintegran. Avicel dapat digunakan sebagai
pengikat karena memiliki koefisien friksi yang sangat rendah (Doelker, 1993), sedangkan
sebagai penghancur terjadi melalui mekanisme swelling dan penghancuran yang
disebabkan karena penetrasi air ke pori-pori tablet atau disrupsi ikatan hidrogen dan
disertai dengan sedikit deformasi elastis (Bolhuis GK, 1996).

Talk berfungsi sebagai glidan untuk mengurangi gesekan antar partikel, hal ini
dapat memperbaiki sifat aliran granul sehingga granul mudah mengalir ketika proses
pencetakan tablet. Magnesium stearat berfungsi sebagai lubrikan agar dapat mengurangi
friksi antara granul dengan mesin cetak tablet (punch and dies) sehingga ketika dicetak,
tablet tidak menempel pada punch dan dies.

Fase luar ditambahkan setengah bagian pada tahap awal sebelum dilakukan
slugging, hal ini untuk mengurangi friksi antara partikel dengan alat sehingga
memudahkan pengeluaran bongkahan dari cetakan. Selain itu juga untuk mengurangi
gaya antarpartikel sehingga aliran meningkat dan tekanan terdistribusi secara merata pada
saat pengempaan. Pencampuran fase dalam dilakukan dengan turbula mixer selama 10
menit sedangkan pencampuran fase luar dilakukan selama 2 menit. Hal ini dikarenakan
magnesium stearat bersifat hidrofobik sehingga apabila dicampur terlalu lama dapat
mengubah sifat permukaan massa bongkah maupun tablet menjadi terlalu hidrofobik.
Akibatnya tablet akan sulit terpenetrasi oleh air dan laju disolusinya melambat.

Setelah massa bongkah diekstrusi dengan penyaring mesh 16-20, dilakukan In


Process Control terhadap kecepatan aliran granul. Pada pengujian pertama diperoleh
kecepatan aliran granul 2,873 g/detik. Nilai ini belum memenuhi syarat kecepatan aliran
yang baik (>4 g/detik), sehingga perlu dilakukan slugging untuk kedua kalinya. Setelah
dibuat bongkah dan diekstrusi kembali, diperoleh kecepatan aliran yang kedua sebesar
5,182 g/detik. Nilai ini memenuhi syarat sehingga proses dapat dilanjutkan ke tahap
selanjutnya. Apabila nilai kecepatan aliran di bawah 4 kg/detik, maka akan menyulitkan
proses pengempaan karena massa kempa akan sulit mengisi cetakan sehingga
menghasilkan kualitas tablet yang tidak baik.

Evaluasi granul lain yang dilakukan adalah penentuan bobot jenis nyata, bobot
jenis mampat dan indeks kompresibilitas. Kompresibilitas merupakan kemampuan bahan
menerima tekanan untuk membentuk massa yang kompak dengan kekerasan optimal
tanpa perlu tekanan yang berlebihan (Byrn, Zografi, & Chen, 2017). Uji kompresibilitas
dilakukan untuk mengetahui kemampatan campuran serbuk dan menentukan kelayakan
campuran serbuk untuk dikempa. Diperoleh hasil secara berturut-turut yaitu 0,644 g/cm3,
0,825 g/cm3 dan 28,106%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa granul memiliki
sifat aliran yang buruk. Hal ini dapat disebabkan karena distribusi ukuran partikel kurang
baik dimana persentasi fines dalam massa kempa tinggi sehingga perbedaan volume awal
dan volume mampatnya tinggi dan indeks kompresibilitasnya tinggi.
Berdasarkan evaluasi tablet diperoleh tablet sulfadimidin yang berbentuk bulat,
dengan permukaan yang rata serta tidak terdapat noda ataupun bintik. Berdasarkan
evaluasi keseragaman ukuran diperoleh diameter rata-rata 1,332 cm+ 0,494 cm dan
ketebalan rata-rata 0,494 + 0,005 cm. Kriteria penerimaan untuk uji ini yaitu diameter
tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 ⅓ tebal tablet. Sehingga berdasarkan
perhitungan dapat disimpulkan diameter tablet yang diperbolehkan yaitu berada pada
rentang 0,659-1,482 cm. Diameter seluruh tablet yang diuji berada dalam rentang tersebut
sehingga sediaan dinyatakan memenuhi syarat.

Berdasarkan hasil evaluasi keseragaman bobot diperoleh bobot rata-rata tablet


749,81 mg dengan standar deviasi 5,362 mg. Tidak terdapat satupun tablet yang memiliki
simpangan bobot dari bobot rata-rata lebih dari 5 % (712,32-787,3 mg), sehingga tablet
dinyatakan memenuhi syarat. Uji keseragaman bobot pada FI III tidak memperhatikan
aspek kandungan zat aktif yang ada pada sediaan, padahal hal tersebut penting untuk
menentukan ketepatan dosis sediaan. Evaluasi yang digunakan untuk menentukan
kandungan zat aktif dalam sediaan adalah uji keseragaman sediaan (FI V, hal. 1527).
Tetapi uji ini tidak dilakukan pada praktikum.

Uji friabilitas dilakukan dengan menjatuhkan tablet dari ketinggian tertentu,


kemudian dihitung persen kehilangan bobot sedangkan uji friksibilitas dilakukan untuk
mengetahui persen kehilangan bobot yang disebabkan oleh gesekan antar tablet.
Friabilitas dan friksibilitas ditentukan untuk memastikan kualitas sediaan tablet yang
telah diproduksi, pada saat proses transportasi hingga sampai ke tangan pasien.
Berdasarkan pengujian friabilitas dan friksibilitas diperoleh hasil 1% dan 0,41% secara
berturut-turut. Kriteria penerimaan untuk friabilitas dan friksibilitas adalah 1%, sehingga
sediaan dinyatakan memenuhi syarat.

Berdasarkan pengujian waktu hancur diperoleh hasil 46,42 detik. Nilai ini
memenuhi persyaratan waktu hancur yaitu di bawah 15 menit. Waktu hancur dipengaruhi
oleh jumlah, jenis dan sifat dari bahan pengikat serta bahan penghancur. Waktu hancur
yang cepat akan mempercepat proses disolusi sehingga onset obat singkat.

Dari uji kekerasan tablet diperoleh hasil rata-rata kekerasan tablet 7,37 kg dengan
standar deviasi 1,91 kg. Terdapat 1 tablet yang memiliki kekerasan diluar rentang.
Sehingga sediaan dinyatakan tidak memenuhi syarat uji kekerasan tablet. Selain itu, pada
uji ini diperoleh nilai standar deviasi yang cukup besar. Hal ini dikarenakan distribusi
ukuran partikel pada massa kempa yang kurang baik sehingga ketika diberi tekanan
menghasilkan massa kompak yang kekuatannya berbeda-beda. Berdasarkan evaluasi
tablet yang telah dilakukan, sediaan dinyatakan memenuhi syarat keseragaman ukuran,
keseragaman bobot, friabilitas, friksibilitas, waktu hancur dan organoleptik. Tetapi tidak
memenuhi syarat kekerasan, dan diperoleh sifat aliran yang buruk. Usulan perbaikan
formulasi yaitu dengan mengurangi jumlah bahan pengikat, atau seharusnya dilakukan
proses slugging lagi untuk memperoleh sifat alir yang lebih baik.

X. Kesimpulan

1. Formulasi tablet sulfadimidin dengan metode granulasi kering yaitu:

No. Nama Zat Jumlah Fungsi


1 Sulfadimidin 500 mg Zat Aktif
2 PEG 6000 5% Pengikat
3 Amprotab 10 % Penghancur dalam
4 Avicel PH102 10,33% Pengisi
5 Mg Stearat 1% Lubrikan
7 Talk 2% Glidan/pelincir
8 Amilum 5% Penghancur luar

2. Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:


a) Evaluasi Granul

Parameter Hasil Kesimpulan


Kerapatan Serbuk Ruahan dan 28,106 % Sifat aliran buruk
Mampat

Kecepatan aliran 5,182 g/detik Memenuhi Syarat

b) Evaluasi tablet

Parameter Hasil Kesimpulan


Keseragama Diameter rata-rata: 1,332 + 0,494 cm Memenuhi syarat
n ukuran Ketebalan rata-rata: 0,494 + 0,005 cm
Keseragama Rata-rata = 749,81 + 5,362 mg Memenuhi syarat
n Bobot (FI Tidak ada tablet yang bobotnya melebihi
III) simpangan yang diperbolehkan
Friabilitas 1% Memenuhi syarat
Waktu 46,42 detik Memenuhi syarat
hancur
Organoleptik Tablet berbentuk bulat, putih, Memenuhi syarat
permukaan rata, tidak terdapat noda atau
bintik
Friksibilitas 0,41 % Memenuhi syarat
Kekerasan Rata-rata : 7,37 + 1,91 kg. Tidak memenuhi
tablet Terdapat 1 tablet yang memiliki syarat
kekerasan diluar rentang.

XI. Daftar Pustaka

Byrn, S. R., Zografi, G., & Chen, X. 2017. Solid-State Properties of


Pharmaceutical
Materials., Hoboken: John Wiley & Sons, hal. 238
Michrafy, A., Zavaliangos, A., & Cunningham, J. C. 2017. Dry granulation process
modeling. Predictive Modeling of Pharmaceutical Unit Operations, hal. 71–97.
Reynolds, J.E.F., Prasad, A.B. (eds.).1982. Martindale-The Extra
Pharmacopoeia. 28th
ed. London: The Pharmaceutical Pres., hal. 1475
Rowe, Raymond C. 2006. Handbook of Pharmaceutical Excipient 6 th Ed. London
Pharmaceutical Press, hal. 129-131, 404-405, 517-520, 685-689, 728-729
Setyawan, Dwi et al. 2010. Pengaruh Avicel PH102 terhadap Karakteristik Fisik dan
Laju Disolusi Orally Disintegrating Tablet Piroksisam dengan Metode Cetak
Langsung. Majalah Ilmu Kefarmasian, 7(1), hal. 9-16
Sheth, B.B., et al. 1980. Compressed Tablet in Lieermann, H.A., Lachman, L., (eds).
Pharmaceutical Dosage Form, vol. 1, hal. 60-443
United States Pharmacopoeial Convention. 2017. USP 41. Rockville: The United State
Pharmacopoeial Convention, hal. 7634, 7636, 7638
Voigt, R., 1984. Lehrbuch Der Pharmazeutischen Technologie, terjemahan Soewandhy,
S. B., edisi ke-5, Yogyakarta: UGM Press, hal. 165-212
Volans, G., & Wiseman, H. 2011. Drugs Handbook 2012-2013. London: Palgrave
Macmillan Ltd., hal. 121
Wade, A., Weller, P.J. (eds). 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients 2th Edition.
London: The Pharmaceutical Press, hal. 355-360
LAMPIRAN

Hasil Pengukuran Bobot Tablet

Bobot Simpangan Bobot Simpangan


No. tablet (mg) (%) No. tablet (mg) (%)
1 744,1 0,762 11 743,9 0,788
2 744,2 0,748 12 758,4 1,146
3 749,2 0,081 13 757,3 0,999
4 745,3 0,601 14 750,3 0,065
5 757,3 0,999 15 749,2 0,081
6 743,2 0,882 16 745,3 0,601
7 748 0,241 17 746,3 0,468
8 746,7 0,415 18 747,1 0,361
9 756,9 0,946 19 751,5 0,225
10 753,4 0,479 20 758,6 1,172

Hasil Pengukuran Diameter dan Ketebalan Tablet

Diameter Ketebalan Diameter Ketebalan


No. (cm) (cm) No. (cm) (cm)
1 1,33 0,5 11 1,33 0,49
2 1,33 0,49 12 1,33 0,49
3 1,34 0,5 13 1,33 0,49
4 1,34 0,5 14 1,33 0,49
5 1,33 0,5 15 1,33 0,49
6 1,33 0,5 16 1,33 0,49
7 1,33 0,5 17 1,33 0,49
8 1,34 0,5 18 1,33 0,49
9 1,33 0,49 19 1,33 0,49
10 1,33 0,495 20 1,33 0,49

Hasil Pengukuran Kekerasan Tablet


No Kekerasan (kg) No Kekerasan (kg)
1 6,8 11 6,8
2 9,5 12 6,3
3 5,5 13 6,6
4 6,4 14 8,7
5 7,4 15 6,3
6 7,3 16 6
7 7,2 17 6
8 8 18 6,1
9 14,2 19 8,7
10 7,1 20 6,5
GRANULASI BASAH
TABLET KUINIDIN SULFAT 100 mg
I. Tujuan
1. Menentukan formula sediaan tablet kuinidin sulfat 100 mg dengan metode granulasi
basah.
2. Menentukan hasil evaluasi sediaan tablet kuinidin sulfat 100 mg.

II. Teori Dasar

Granulasi basah adalah proses menambahkan cairan pengikat pada suatu serbuk
atau campuran serbuk dalam suatu wadah yang dilengkapi dengan pengadukan yang akan
menghasilkan aglomerasi atau granul. Metode granulasi basah cocok digunakan untmuk zat
aktif atau campuran bahan yang tidak memiliki aliran dan kompresibilitas serta
kompaktibilitas yang baik namun tahan terhadap pemanasan dan lembab. Keuntungan
metode granulasi basah antara lain mendapat sifat aliran kohesivitas yang cocok untuk
pengempaan pada zat aktif dosis tinggi, distribusi dan keseragaman kandungan yang baik
untuk zat aktif dosis kecil dan eksipien pewarna yang larut akan diperoleh, meningkatkan
laju disolusi zat aktif yang tidak larut. Keterbatasan granulasi basah yaitu peningkatan
biaya karena menyangkut penggunaan ruangan, waktu dan peralatan relatif banyak.
Permasalahan yang dapat timbul selama proses adalah derajat pembasahan atau pembuatan
massa granul dari serbuk.

Kuinidin sulfat merupakan obat golongan aritmia 1a dan juga berperan sebagai
antimuskarinik serta alfa-adrenoreseptor bloker. Kuinidin sulfat biasa digunakan untuk
mengobati berbagai penyakit seperti supresi takikardia superventrikel dan aritmia ventrikel
(Reynolds, 1982). Kuinidin sulfat sedikit larut dalam air tetapi mudah larut dalam air
mendidih. Bentuk sediaan kuinidin sulfat yang biasa dijumpai antara lain tablet dan kapsul
(Lund, 1994).
III. Formulasi

Nama Zat Jumlah Fungsi


Kuinidin Sulfat 100 mg Zat aktif (antiaritmia)
Musilago Amili 10% Pengikat
Laktosa qs Pengisi
Starch 1500 3% Penghancur fase dalam
Amilum 5% Penghancur fase luar, pengisi
Talk 2% Glidan
Mg Stearat 1% Lubrikan

IV. Preformulasi
4.1. Preformulasi Zat Aktif
Nama Zat Kuinidin Sulfat
Struktur Molekul

(https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov)
Rumus Molekul (C20H24N2O2)2.H2SO4
Berat Molekul 782,9 g/mol (Farmakope Indonesia Jilid V, hal. 743)
Pemerian Hablur putih, bentuk seperti jarum, halus, atau serbuk putih. Kadang-
kadang berbentuk masa menggumpal; tidak berbau; rasa sangat pahit,
berwarna jika terpapar cahaya
(Farmakope Indonesia Jilid V, hal. 743)
Kelarutan Sukar larut dalam air, larut dalam etanol.
(Farmakope Indonesia Jilid V, hal. 743)
Stabilita Meleleh pada suhu 207oC disertai dekomposisi.
(The Pharmaceutical Codex 12th, hal. 1029)
Penyimpanan Simpan dalam wadah tertutup baik, tidak tembus cahaya.
(Farmakope Indonesia Jilid V, hal. 744)
Inkompatibilitas Inkompatibel dengan alkali, iodida dan tannic acid
(The Pharmaceutical Codex 12th, hal. 1030)
Fungsi Antifibrilan
(Farmakope Indonesia Jilid III, hal. 544)

4.2. Preformulasi Eksipien


 Laktosa
Nama Zat Laktosa
Struktur Molekul

(https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov)
Rumus Molekul C12H22O11
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal. 359)
Berat Molekul 342,3 g/mol
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal. 359)
Pemerian Partikel atau serbuk kristalin berwarna putih hingga hampir putih
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal. 359)
Densitas Densitas (true) 1.589 g/cm3
Densitas (bulk) 0.71 g/cm3
Densitas (tapped) 0.88 g/cm3
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal. 359-360)
Tensile Strength 2.577 Mpa (pada tekanan kompresi 177.8 MPa)
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, ha .360)
Kelarutan Larut dalam air, sebagian larut dalam etanol (95%)
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal. 360)
Stabilita Dapat ditumbuhi jamur pada kondisi lembap (di atas 80% RH) sehingga
berwarna kecoklatan.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal. 360)
Penyimpanan Di tempat sejuk, kering dan dalam wadah tertutup rapat.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal. 360)
Inkompatibilitas Tidak kompatibel dengan oksidator kuat. Dapat berinteraksi dengan amin
primer dan sekunder (Reaksi Maillard) ketika disimpan dalam kondisi
yang lembap dalam jangka waktu yang lama.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal. 360)
Fungsi Pengisi, pengikat tablet.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal. 360)

 Amilum
Nama Zat Amilum
Struktur Molekul

(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 685)


Rumus Molekul (C6H10O6)n dimana n = 300-1000
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 685)
Densitas (corn starch)
Bulk : 0,45-0,58 g/cm3
Tapped : 0,69-0,77 g/cm3
True : 1,478 g/cm3
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 687)
Flowability Memiliki laju alir yang buruk
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 687)
Pemerian Serbuk putih, tidak berasa dan tidak berbau.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 686)
Kelarutan Praktis tidak larut dalam etanol dingin (95%) dan dalam air dingin. Dapat
mengembang secara cepat pada air suhu 37oC sekitar 5-10%
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 688)
Stabilita Stabil jika terhindar dari humiditas yang tinggi. Larutan amilum tidak
stabil dan mudah termetabolisme oleh mikrooganisme
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 689)
Penyimpanan Disimpan di wadah tertutup rapat, di tempat yang sejuk dan kering.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 689)
Inkompatibilitas Inkompatibel dengan zat pengoksidasi kuat. (Handbook of
Pharmaceutical Excipients 6th, hal 689).
Fungsi Disintegran, pengisi, pengikat
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 685)

 Talk
Nama Zat Talk
Struktur Molekul

(https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov)
Rumus Molekul Mg6(Si2O5)4(OH)4
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 728)
Berat Molekul 379,27 g/mol
(https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov)
Kekerasan 1.0-1.5 (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 728)
Pemerian serbuk kristal halus berwarna putih hingga kelabu, tidak berbau
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 728)
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, asam, basa, dan pelarut organic
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 729)
Stabilita Stabil
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 728)
Penyimpanan Disimpan di wadah tertutup rapat, di tempat yang sejuk dan kering.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 729)
Inkompatibilitas Inkompatibel dengan senyawa amonium kuartener (Handbook of
Pharmaceutical Excipients 6th, hal 729).
Fungsi Glidan
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 728)

 Mg stearat
Nama Zat Magnesium stearat
Struktur Molekul

(sigmaaldrich.com)
Rumus Molekul C36H70MgO4
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 404)
Berat Molekul 591,2 g/mol (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 404)
Titik Leleh 117-150 oC (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 404)
Densitas  Densitas (bulk)= 0,159 g/cm3
 Densitas (tapped) = 0,286 g/cm3
 Densitas (true) = 1,092 g/cm3
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 404)
Pemerian serbuk putih, sangat halus, dengan bobot jenis rendah
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 404)
Kelarutan Praktis tidak larut dalam etanol dan air; sedikit larut dalam etanol (95%)
hangat.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 404)
Stabilita Stabil
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 404)
Penyimpanan Disimpan di wadah tertutup rapat, di tempat yang sejuk dan kering.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 404)
Inkompatibilitas Inkompatibel dengan asam kuat, basa, dan garam besi. Hindari
pencampuran dengan zat pengoksidasi. Mg stearat tidak dapat digunakan
untuk produk yang mengandung aspirin, beberapa vitamin, dan basa
alkaloid.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 405)
Fungsi Lubrikan
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 404)

V. Rasionalisasi Formula
Zat aktif yang digunakan pada percobaan ini yaitu kuinidin sulfat 100 mg
menggunakan metode granulasi basah. Dari data preformulasi dapat diketahui bahwa
Kuinidin sulfat bersifat tahan terhadap panas dan lembab. Oleh karena itu pembuatan
sediaan tablet kuinidin sulfat dapat dilakukan menggunakan metode granulasi basah. Pada
metode pembuatan tablet dengan granulasi basah digunakan eksipien untuk fase dalam dan
fase luar. Pada pembuatan fase dalam digunakan musilago amili, starch 1500, dan laktosa.
Sedangkan untuk fase luar digunakan amilum, talk, dan Magnesium stearat. Musilago amili
berfungsi sebagai pengikat granul yang dibuat dengan cara melarutkan amilum kering
dalam air di atas penangas. Starch 1500 berfungsi sebagai pengancur dengan cara
pengembangan. Saat tablet yang berisi starch 1500 terkena air, tablet akan mengembang
sehingga tablet menjadi mudah pecah dan hancur. Laktosa berfungsi sebagai zat pengisi
tablet agar didapatkan bobot tablet yang sesuai dengan yang diharapkan. Amilum berfungsi
sebagai disintegran, bersifat hidrofilik sehingga air dapat berpenetrasi menyebabkan
terjadinya proses mengembang. Talk berfungsi sebagai glidan untuk mengurangi gesekan
antar partikel. Hal ini dapat memperbaiki sifat aliran granul sehingga granul mudah
dibentuk menjadi tablet. Mg stearat berfungsi sebagai lubrikan agar dapat mengurangi
friksi antara granul dengan mesin cetak tablet (punch and dies).

VI. Perhitungan

Pembuatan sediaan kuinidin sulfat 100 mg dengan granulasi basah


Bobot tablet : 300 mg
Jumlah tablet : 300 buah
 Perhitungan formula secara teoritis
Formula untuk 1 tablet Formula untuk 300 tablet (teoritik)
(teoritik)
Fase Dalam (92%)= (300 mg x0,92)= 276 mg
Kuinidin sulfat 100 mg Kuinidin sulat 30 gram
Musilago amili 92 mg Musilago amili 27,6 gram (basah)
(10%) (1/3x FD) (basah) (10%) (1/3 x FD) 2,76 gram (kering)
Starch 1500 (3% x 9 mg Starch 1500 (3% 2,7 gram
bobot tablet) x bobot tablet)
Laktosa (FD- 157,8 mg Laktosa (FD- 47,34 gram
(100+9+(92x0,1)) (30+2,7+(27,6 x
) 0,1)))
Total (100 + 9,2 + Total 82,8 gram
9 + 157,8) =
276 mg
Fase Luar (8%) = (300 mg x 0,08) = 24 mg
Amilum (5% x 15 mg Amilum (5%) 4,5 g
bobot tablet)
Talk (2% x bobot 6 mg Talk (2%) 1,8 g
tablet)
Mg stearat (1% x 3 mg Mg stearat (1%) 0,9 g
bobot tablet)

 Perhitungan formula nyata


Formula untuk 300 tablet Formula nyata untuk 300 tablet
(Teoritik) setelah granulasi
Fase Dalam (92%)
Kuinidin sulfat 30 gram Kuinidin sulfat 30 gram
Musilago amili 2,76 Musilago amili 2,76 gram (kering)
(10%) (1/3 x FD) gram(kering) (10%) (1/3 x FD)
Starch 1500 (3% 2,7 gram Starch 1500 (3% 2,7 gram
x bobot tablet) x bobot tablet)
Laktosa (FD- 47,34 gram Laktosa (FD- 47,34 gram
(30+2,7+(27,6 x (30+2,7+(27,6 x
0,1))) 0,1)))
Total 82,8 gram Total 79,54 gram
Fase Luar (8%) = (300 mg x 0,08) = 24 mg
Amilum (5% x 4,5 g Amilum (5% x 5/92 x 79,54
bobot tablet) bobot tablet) = 4,323 gram
Talk (2% x bobot 1,8 g Talk (2% x bobot 2/92 x 79,54
tablet) tablet) = 1,729 gram
Mg stearat (1% x 0,9 g Mg stearat (1% x 1/92 x 79,54
bobot tablet) bobot tablet) = 0,865 gram

Setelah granulasi diperoleh massa granul kering= 79,54 gram dengan kandungan lembab
3%
 Perhitungan jumlah tablet actual & bobot tablet tanpa mempertimbangkan kelembapan
bobot aktual granul
Jumlah tablet aktual = x jumlah teoritikal tablet
bobot granulteoritis
79,54 g
= x 300 tablet = 288,18 tablet
82,8 g
fasa dalam+ fasaluar
Bobot tablet =
jumlah tablet
79,54 g +6,917 g
= = 0,3 gram/tablet
288,18

VII. Prosedur
Pembuatan Musilago Amili
1. Gelas kimia dan batang pengaduk ditimbang.
2. Amilum kering ditimbang sebanyak 2,76 gram.
3. Sebanyak 23 mL aquades dimasukkan ke dalam gelas kimia lalu ditambahkan amilum
dan diaduk hingga homogen dan membentuk suspensi.
4. Suspensi dipanaskan sambil diaduk hingga mendidih.
5. Gelatinasi sempurna jika musilago sudah transparan.
6. Musilago amili, gelas kimia, dan batang pengaduk ditimbang kembali.
7. Bobot musilago amili dihitung, jika belum mencapai 27,6 gram kemudian digenapkan
dengan aquades.

Pembuatan Tablet
1. Zat aktif masing-masing dihaluskan secara terpisah (jika diperlukan).
2. Zat aktif, bahan pengisi, dan bahan penghancur dalam dicampur menggunakan
turbular mixer (pengikat ditambahkan dengan cara basah) selama 10 menit.
3. Pembuatan massa basah dilakukan dalam planetary mixer, penambahan cairan
penggranulasi dilakukan secara bertahap dengan cairan penggranulasi.
4. Massa lembab dibentuk menjadi granul dengan mengekstrusi melalui mesin oscillating
granulator menggunakan ayakan berukuran 10-14 mesh atau dilewatkan secara
manual.
5. Granul lembab kemudian dikeringkan dalam oven suhu 50-60oC, kemudian dihitung
kandungan lembabnya menggunakan moisture balance (1-3%)
6. Granul yang telah dikeringkan, dilewatkan kembali melalui ayakan berukuran 16 – 20
mesh.
7. Granul dilakukan IPC (laju alir, kompresibilitas, distribusi ukuran partikel).
8. Granul yang telah memenuhi syarat dicampur dengan fase luar menggunakan turbular
mixer selama 2 menit.
9. Massa kempa yang diperoleh kemudian dikempa menjadi tablet menggunakan ukuran
punch yang sesuai.
10. Tablet yang diperoleh dilakukan evaluasi.

VIII. Evaluasi

Evaluasi Granul

No Jenis Uji Prosedur Syarat Hasil


1. Kerapatan Sejumlah granul (~100g) Jika % Indeks BJnyata
Serbuk ditimbang. Lalu dituangkan kompresibilitas: = 79,54g /152 cm3
Ruahan dan perlahan ke gelas ukur yang sesuai Indeks Sifat aliran = 0,523 g/cm3
Serbuk (250 mL). Volume granul tersebut (%) BJ mampat
≤5-10 Sangat baik
Mampat (FI dicatat (Vo). 11-15 Baik = 79,54g /124 cm3
16-20 Agak baik
V, hal. 1523) BJnyata= bobot granul/Vo (g/cm3) 21-25 Cukup = 0,641 g/cm3
26-31 Buruk
Dilakukan pengukuran kerapatan 32-37 Sangat
serbuk mampat dengan cara gelas buruk Indeks
>38 Sangat
ukur dipasang pada penyangga alat Kompresibilitas
sangat
pengetukan., Lalu dilakukan = 0,641-0,523 / 0,523
buruk
pengetukan sebanyak 500 kali. x 100%
BJ mampat = bobot granul/V500 = 22,562 % (sifat
(g/cm3). aliran cukup)
Indeks kompresibilitas (%)=
100x (BJ mampat- BJ nyata)/ BJ
Nyata
2. Kecepatan Digunakan metode corong. Kecepatan aliran 5,88 g/detik
aliran Granul ditimbang minimal 20 g. granul 4-10 g/detik Memenuhi syarat
Lalu wadah kosong ditimbang
(Wo) untuk menampung granul.
Granul dimasukkan ke corong yang
ada pada alat. Alat dinyalakan.
Pastikan alat dimatikan sebelum
granul dalam corong habis. Waktu
aliran dihitung (t) dan wadah berisi
granul ditimbang (Wt). Kecepatan
aliran dihitung dengan:
Kecepatan Aliran = (Wt-Wo)/t
Percobaan diulangi min. 3 kali
3. Kandungan Dilakukan menggunakan alat 1-3% kandungan 3%
lembab moisture balance. Timbangan lembab yang Memenuhi syarat
moisture balance ditara. Lalu, terkandung dalam
dimasukkan dan diratakan minimal granul
2,6 g granul ke piring alumunium,
Alat dinyalakan untuk memanaskan
granul pada 70oC/ pada suhu lain
yang sesuai. Ditunggu hingga
persentase bobot yang hilang
konstan.
4. Granulometri Pengayak disusun bertingkat satu Ukuran granul Mesh 20: 1,57 g
(Penentuan sama lain dengan pengayak mengikuti kurva Mesh 40: 18,76 g

Distribusi berukuran paling halus diletakkan distribusi normal Mesh 60: 12,67 g
Mesh 80: 12,76 g
Ukuran di bagian bawah. Granul diletakkan
Mesh 120: 14,19 g
Granul) pada pengayak paling atas. Lalu,
Dasar(>120): 19,39 g
(FI V hal. mesin digetarkan selama 20 menit.
Bobot granul: 23,59
1514) Granul yang tertinggal di tiap
gram
pengayak ditimbang dan dihitung Granul tidak
persentase serta ukuran mengikuti distribusi
diameternya. normal
5. Penetapan Penetapan kadar dilakukan dnegan Tidak kurang dari Tidak dilakukan
Kadar (FI V titrasi menggunakan asam perklorat 90% dan tidak
hal. 744) dan indikator p-naftolbenzein lebih dari 110%
sesuai yang tertera pada monografi dari jumlah yang
kuinidin sulfat. tertera pada etiket.
1 ml asam perklorat 0,1 N ~ 24,9
gram kuinidin sulfat
(C20H24N2O2)2.H2SO4

Evaluasi Tablet

No Jenis Uji Prosedur Syarat Hasil


Evaluasi Kompendial
1. Keseragaman Sebanyak 20 tablet diambil Diameter tablet tidak Rata2 diameter(cm)
Ukuran (FI secara acak kemudian diukur lebih dari 3 kali dan = 0,9455
III, hal 6) diameter dan tebalnya tidak kurang dari 1 Rata2 tebal(cm)
menggunakan jangka sorong. ⅓ tebal tablet. = 0,3788
Lalu nilai rataan dan standar Std 1 = 0,007
deviasinya dihitung. Std 2 = 0,01
Memenuhi syarat
2. Keseragaman Dilakukan penetapan dan persen Keseragaman Tidak dilakukan
Sediaan: kadar zat aktif terhadap jumlah sediaan memenuhi
Keseragaman yang tertera pada etiket (A) syarat jika NP dari
bobot (FI V, dengan asumsi kadar zat aktif tablet 10 tablet
hal 1527) dalam sediaan homogen. pertama ≤L1%. Jika
Kemudian 30 tablet diambil. 10 NP> 1%, dilakukan
tablet ditimbang satu persatu (w1, pengujian pada 20
w2,.....w10). Zat aktif tiap tablet tablet tambahan dan
dihitung (X1, X2,.....X10) yang NP dihitung
dinyatakan dalam persen dari kembali. Memenuhi
jumlah yang tertera pada etiket syarat jika NP akhir
dari hasil penetapan kadar (Xi = dari 30 tablet ≤L1%
wi/wrata-ratax A). Nilai dan tidak ada satu
penerimaannya dihitung. tabletpun dengan
NP= │M-X│+ks kadar < [1-(0,01)
(1.2)]M atau >
[1+(0,01)(1.2)]M.
Jika tidak dinyatakan
lain dalam
monografi, nilai L1=
15,0 dan 1,2 = 25,0
3. Keseragaman 20 tablet diambil secara acak, - Tidak boleh lebih Rata rata bobot
Bobot (FI III, kemudian ditimbang satu persatu. dari 2 tablet yang = 311,265 mg
hal 7) Bobot rata-rata dan memiliki bobot Std = 6,405
penyimpangan bobot rata-rata menyimpang dari Penyimpangan
dihitung. bobot rata-rata > = A:5% (295,7-326,82)
Bobot Penyimpangan nilai yang ditetapkan Terdapat 1 tablet yang
rata-rata bobot rata-rata (%) dari kolom A. menyimpang
A B - Tidak ada satupun Memenuhi syarat
≤ 25 mg 15% 30%
26-150 10 % 20 % tablet yang bobotnya = B:10% (280,14-
mg menyimpang dari 342,4)
151-300 7,5% 15% bobot rata-rata> Tidak ada satupun
mg harga yang tablet yang
>300 mg 5% 10%
ditetapkan kolom B. menyimpang
Memenuhi syarat
4. Friabilitas Tablet diambil secara acak setara Friabilitas tablet Wo : 6,5 gram
(USP 41, hal dengan 6,5 g. Tablet dibersihkan tidak lebih dari 1% Wt : 6,458 gram
7634) satu persatu dan seluruh tablet untuk rata-rata tiga %Friabilitas = Wo-Wt/
ditimbang (a). Tablet dimasukkan kali pengujian. Wo x 100%
ke dalam alat dan alat dijalankan = 6,5-6,4458/ 6,5 x
sebanyak 100 putaran dengan 100% = 0,646%
kecepatan 25rpm. Seluruh tablet Memenuhi syarat
diambil dan timbang kembali (b).
Persamaan friabilitas dihitung.
Jika terjadi kerusakan tablet
pengujian diulangi hingga total 3
kali.
Persamaan Friabilitas (f)
f =(a-b)/ a x 100%
5. Waktu Bejana diisi dengan air. Volume 6 Waktu 1menit 30,67 detik
hancur (FI V, bejana diatur sedemikian rupa tablet hancur detik Memenuhi
1613) sehingga pada kedudukan atau seluruh syarat
tertinggi, lempeng kasa tepat lebih tablet tidak
pada permukaan larutan dan pada lebih dari
kedudukan terendah mulut 15 menit.
tabung tetap di atas permukaan.
Suhu medium diatur. Masing-
masing dimasukkan ke dalam 6
tabung pada alat uji. Alat uji
dioperasikan dengan secara
menaik-turunkan keranjang
secara teratur 30 kali setiap
menit. Tablet diamati selama
pengujian dan waktu yang
dibutuhkan untuk
menghancurkan tiap tablet
dicatat. Tablet dianggap hancur
jika tidak ada bagian tablet yang
tertinggal di atas kasa kecuali
fragmen-fragmen bahan
pembantu.
6. Disolusi (FI Media dan alat disolusi 6 - S1 : tiap Kurang dari 30 menit, ≥
V, hal 160 disiapkan. Media disolusi tablet tablet ≥ Q Q+5% zat aktif
dan 517) dimasukkan ke dalam wadah, + 5% terdisolusi
pemanas dijalankan hingga media - S2 : Rata- Memenuhi syarat
mencapai suhu 1 . Satu tablet rata 12
dimasukkan ke dalam masing- tablet ≥ Q
masing wadah, dijaga agar dan tidak
gelembung udara tidak menempel ada staupun
pada permukaan tablet. Alat yang < Q -
dioperasikan dengan kecepatan 15 %.
pengadukan 50 rpm. Dalam - S3 : Rata-
interval waktu ditentukan, rata dari 24
sejumlah sampel pada daerah tablet ≥ Q,
pertengahan antara permukaan tidak lebih
media dan bagian atas keranjang dari 2
(alat 1) atau dayung (alat 2), tidak tablet yang
kurang dari 1 cm dari dinding <Q-15 %
wadah. Persentase jumlah zat dan tidak
aktif yang terlarut ditentukan dari ada satupun
jumlah yang tertera pada etiket yang < Q-
dengan metode analisis yang 25%.
sesuai. Pengujian dilakukan
sebanyak 3 tahap. (S1dan S2 = 6
tablet; S3= 12).
7. Penetapan Penetapan kadar dilakukan 20 Tidak Tidak Dilakukan
Kadar (FI V, dengan titrasi menggunakan asam tablet kurang dari
hal 743) perklorat dan indikator p- 90% dan
naftolbenzein sesuai yang tertera tidak lebih
pada monografi kuinidin sulfat. dari 110%
Baku pembanding kuinidin sulfat dari jumlah
BPFI, tidak boleh dikeringkan, yang tertera
disimpan dalam wadah tidak pada etiket.
tembus cahaya dan tertutup rapat.
Ditimbang zat setara dengan 200
mg kuinidin sulfat, dilarutkan
dalam 20 mL anhidrida asetat p,
dipanaskan perlahan jika perlu.
Larutan didinginkan,
ditambahkan 20 mL anhidrida
asetat. Larutan dititrasi dengan
asam perklorat 0,1 N
menggunakan 4 tetes indikator p-
naftolbenzein hngga warna hijau.
1 ml asam perklorat 0,1 N ~ 24,9
gram kuinidin sulfat
(C20H24N2O2)2.H2SO4
Evaluasi Fabrikasi
1. Organoleptik Tablet diamati secara visual Tablet Bundar, warna putih
meliputi bentuk tablet, berbentuk homogen, tidak
permukaan (halus, licin), bulat, berbintik dan bernoda
kebersihan, serta homogenitas putih, Memenuhi syarat
warna teblet. permukaan
rata, tidak
terdapat
noda atau
bitnik
2. Friksibilitas Tablet diambil secara acak setara Setara Friksibilita Wo : 6,5 gram
dengan 6,5 g. Tablet dibersihkan dengan s tablet Wt : 6,458 gram
satu persatu dan seluruh tablet 6,5 g tidak lebih %Friksibilitas = Wo-
ditimbang (a). Tablet dimasukkan dari 1% Wt/ Wo x 100%
ke dalam alat dan alat dijalankan untuk rata- = 6,5-6,4458/ 6,5 x
sebanyak 100 putaran dengan rata tiga 100% = 0,646%
kecepatan 25rpm. Seluruh tablet kali Memenuhi syarat
diambil dan timbang kembali (b). pengujian.
Persamaan friabilitas dihitung.
Jika terjadi kerusakan tablet
pengujian diulangi hingga total 3
kali.
Persamaan Friksibilitas
=(a-b)/ a x 100%
3. Kekerasan 20 tablet diambil secara acak lalu 20 Kekerasan Kekerasan = 6,385 kp
Tablet (USP uji kekerasan tablet dilakukan tablet tablet Std = 1,5828
41, 7636- satu persatu dengan alat hardness antara 4-10
7638) tester. Rataan kekerasan dan kg.
standar deviasinya dihitung.

Kesimpulan Hasil Evaluasi Granul

Parameter Syarat Hasil Kesimpulan


Kerapatan Serbuk % Indeks kompresibilitas: 22,562 % Sifat aliran cukup
Ruahan dan Indeks (%) Sifat aliran
Mampat ≤5-10 Sangat baik
11-15 Baik
16-20 Agak baik
21-25 Cukup
26-31 Buruk
32-37 Sangat buruk
>38 Sangat sangat
buruk
Kecepatan aliran 4-10 g/detik 5,88 g/detik Memenuhi Syarat
Kandungan 1-3% 3% Memenuhi Syarat
lembab
Granulometri Ukuran granul mengikuti kurva Mesh 20: 1,57 g Granul tidak
distribusi normal Mesh 40: 18,76 g mengikuti kurva
Mesh 60: 12,67 g distribusi normal
Mesh 80: 12,76 g
Mesh 120: 14,19 g
Dasar(>120): 19,39
g
Bobot granul:
23,59 gram

Kesimpulan Hasil Evaluasi Tablet

Parameter Syarat Hasil Kesimpulan


Evaluasi kompendial
Keseragaman Diameter tablet tidak lebih Diameter : 0,9455 cm Memenuhi syarat
ukuran dari 3 kali dan tidak Std : 0,007
kurang dari 1 ⅓ tebal Tebal : 0,3788 cm
tablet. Std : 0,01
Keseragaman  ≤ 2 tablet yang memiliki Rata2 = 311,265 mg Memenuhi syarat
Bobot (FI III) bobot menyimpang dari Std = 6,405
bobot rata-rata > kolom Penyimpangan kolom A
A = 5% (295,7-326,82)
 < 1 tablet yang Terdapat 1 tablet yang
bobotnya menyimpang menyimpang
dari bobot rata-rata>
kolom B = 10% Penyimpangan kolom B
Tidak ada tablet yang
menyimpang.
Friabilitas <1% 0,646% Memenuhi syarat
Waktu hancur <15 menit 1menit; 30,67 detik Memenuhi syarat
Disolusi  S1 : tiap tablet ≥ Q + 5% Tablet 1 Memenuhi syarat
 S2 : Rata-rata 12 tablet ≥ = 91,214% pada T: 20’ S1
Q dan tidak ada satupun Tablet 2
yang < Q - 15 %. = 92,00% pada T: 5’
 S3 : Rata-rata dari 24 Tablet 3
tablet ≥ Q, ≤ 2 tablet = 91,309% pada T: 10’
yang <Q-15 % dan tidak Tablet 4
ada satupun yang < Q- = 92,238% pada T: 5’
25%. Tablet 5
= 94,336% pada T: 5’
Toleransi dalam waktu 30 Tablet 6
menit harus larut tidak = 92%,238 pada T: 5’
kurang dari 85% (Q) dari
jumlah yang tertera pada
etiket
Evaluasi Fabrikasi
Organoleptik Tablet berbentuk bulat, Bundar, warna putih Memenuhi syarat
putih, permukaan rata, homogen, tidak berbintik
tidak terdapat noda atau dan bernoda
bintik
Friksibilitas <1% 0,646% Memenuhi syarat
Kekerasan 4-10 kg 6,385 kg, tidak ada Memenuhi syarat
tablet satupun diluar rentang

IX. Pembahasan

Kuinidin sulfat merupakan obat golongan aritmia 1A dan juga berperan sebagai
antimuskarinik serta alfa-adrenoreseptor bloker. Kuinidin sulfat biasa digunakan untuk
mengobati berbagai penyakit seperti supresi takikardia superventrikel dan aritmia ventrikel
(Reynolds, 1982). Kuinidin sulfat sedikit larut dalam air tetapi mudah larut dalam air
mendidih, tahan terhadao pemanasan dan tidak terhidrolisis ketika kontak dengan air
menyebabkan kuinidin sulfat cocok jika diformulasikan dengan metode pembuatan
granulasi basah.

Keuntungan metode granulasi basah antara lain mendapat sifat aliran kohesivitas
yang cocok untuk pengempaan pada zat aktif dosis tinggi, distribusi dan keseragaman
kandungan yang baik untuk zat aktif dosis kecil dan eksipien pewarna yang larut akan
diperoleh, meningkatkan laju disolusi zat aktif yang tidak larut, dapat mencegah pemisahan
komponen campuran serbuk yang homogen selama proses, pemindahan dan penanganan;
meningkatkan dan memperbaiki kepadatan serbuk dan memungkinkan untuk membuat
permukaan hidrofob menjadi hidrofil.

Dalam formula, digunakan eksipien untuk fase dalam dan fase luar. Fase dalam
digunakan musilago amili, starch 1500, dan laktosa, sedangkan fase luar digunakan
amilum, talk, dan Magnesium stearat. Musilago amili berfungsi sebagai pengikat granul
fase dalam yang dibuat dengan cara melarutkan amilum kering dalam air di atas penangas.
Mekanisme ikatan yang terbentuk dari musilago amili didasarkan pada adsorpsi permukaan
zat aktif (Tipe Non Freely Moveable Binder Bridge). Ketika musilago amili ditambahkan
pertama kali, akan teradsorpsi di permukaan partikel, kemudian pengikat yang teradsorpsi
akan kontak satu sama lain dengan partikel lain sehingga dapat dibentuk granul. Starch
1500 berfungsi sebagai penghancur fase dalam, bekerja dengan mekanisme swelling atau
mengembang. Saat tablet kontak dengan air, penghancur fase luar akan membantu proses
liberasi tablet (pecah dan hancur), kemudian starch 1500 dalam granul fase dalam akan
mengembang menyebabkan zat aktif terlepas dari granul dan mempermudah terjadinya
proses disolusi. Laktosa berfungsi sebagai pengisi tablet agar didapatkan bobot tablet
sesuai dengan yang diharapkan. Amilum berfungsi sebagai penghancur fase luar, bersifat
hidrofilik sehingga air dapat berpenetrasi menyebabkan terjadinya proses mengembang.
Talk berfungsi sebagai glidan untuk mengurangi gesekan antar partikel, hal ini dapat
memperbaiki sifat aliran granul sehingga granul mudah mengalir ketika proses pencetakan
tablet. Mg stearat berfungsi sebagai lubrikan agar dapat mengurangi friksi antara granul
dengan mesin cetak tablet (punch and dies) sehingga ketika dicetak, tablet tidak menempel
pada punch dan dies.

Kerapatan serbuk ruahan dan mampat adalah persen perbandingan volume granul
tanpa pemampatan dengan volume yang telah dimampatkan. Pemampatan dilakukan
dengan cara granul diketuk sebanyak 500 ketukan menggunakan alat tap density tester
dalam gelas berskala kemudian dicatat volume awal dan volume akhir. Dari kerapatan
serbuk dapat ditentukan indeks kompresibilitas tablet. Kompresibilitas diartikan sebagai
sifat granul untuk mengubah volume ketika diberikan tekanan, dalam kasus ini adalah
pengempaan ketika pencetakan tablet.

Indeks kompresibilitas dihitung dengan membandingkan selisih bobot jenis mampat


dan ruahan terhadap bobot jenis ruahan. Semakin kecil indeks kompresibilitas
menunjukkan semakin baiknya sifat aliran karena tablet yang terbentuk akan seragam baik
bobot maupun ukurannya. Klasifikasi sifat aliran berdasarkan indeks kompresibilitas (%):

Indeks (%) Sifat aliran


≤5-10 Sangat baik
11-15 Baik
16-20 Agak baik
21-25 Cukup
26-31 Buruk
32-37 Sangat buruk
>38 Sangat sangat buruk
Dari hasil percobaan didapat indeks kompresibilitas granul adalah 22,562%. Hal ini
menunjukkan bahwa sifat aliran granul cukup, namun tidak terlalu baik apabila formulasi
digunakan untuk pembuatan skala besar di pabrik, sehingga perlu dilakukan evaluasi
terhadap formula agar didapat granul dengan sifat aliran yang baik. Perbaikan dapat
dilakukan dengan mengganti eksipien pengisi dengan eksipien lain yang memiliki sifat alir
yang lebih baik seperti PVP.
Aliran granul dinyatakan dalam bobot per satuan waktu, dihitung menggunakan
metode corong. Granul dimasukkan ke dalam corong, kemudian dihitung waktu yang
diperlukan granul untuk turun ke dalam gelas kimia. Jumlah bobot granul dihitung
kemudian dihitung kecepatan aliran. Dari hasil evaluasi granul, didapat kecepatan aliran
granul adalah 5,88 g/detik. Persyaratan uji adalah 4-10 g/detik sehingga disimpulkan
bahwa formulasi memenuhi syarat aliran granul.
Kandungan lembab merupakan jumlah lembab yang teradsorpsi pada permukaan
granul, dapat berfungsi sebagai aktivator pengikat dan dapat berperan dalam penentuan
sifat kohevisitas dan adhesivitas granul. Kandungan lembab dihitung menggunakan
moisture balance yang telah diatur suhu dan bobotnya. Suhu untuk pemanasan adalah
70oC. Sejumlah sampel dimasukan ke dalam alat, kemudian alat akan membaca persen
kehilangan lembab yang terdapat dalam granul. Dari hasil percobaan didapat kandungan
lembab adalah 3%. Persyaratan kandungan lembab untuk granul umumnya 1-3%, maka
formulasi dapat disimpulkan memenuhi syarat kandungan lembab.
Distribusi ukuran granul (granulometri) merupakan penentuan distribusi ukuran,
dilakukan menggunakan alat shake siever dengan mesh berbeda ukuran yang disusun dari
ukuran terbesar (paling atas mesh No. 20) ke ukuran terkecil (paling bawah mesh No.120).
Granul yang telah ditimbang bobotnya disimpan pada bagian paling atas, kemudian diberi
getaran selama 20 menit. Granul yang berukuran lebih kecil daripada ukuran mesh akan
jatuh ke mesh dibawahnya. Granul yang tertahan pada tiap pengayak ditimbang sehingga
dapat dihitung distribusinya setiap ukuran. Dari hasi evaluasi didapat bahwa granul tidak
mengikuti distribusi normal, hal ini dikarenakan granul banyak tersebar pada ukuran mesh
>80.

Ukuran Mesh Jumlah (g)


20 1,57
40 18,76
60 12,67
80 12,76
120 14,19
>120 19,39

Hal ini juga yang dapat mempengaruhi indeks kompresibilitas menjadi buruk.
Karena ukuran granul banyak terdisribusi pada ukuran >80, ketika diberi tekanan, terjadi
perubahan volume yang signifikan karena granul yang berukuran kecil akan cepat
mengisi rongga yang disebabkan oleh granul berukuran lebih besar.
Selanjutnya dilakukan evaluasi tablet. Dari hasil uji organoleptik tablet memenuhi
syarat yakni berbentuk bundar, berwarna putih, homogen, tidak berbintik dan tidak
bernoda. Kemudian dilakukan uji keseragaman ukuran. Keseragaman ukuran tablet
dilakukan dengan mengukur 20 tablet menggunakan jangka sorong baik diameter maupun
ketebalannya. Dari hasil percobaan didapat rata-rata diameter tablet adalah 0,9455 cm dan
tebal 0,3788 cm. Dari 20 tablet yang diuji, seluruhnya memenuhi persyaratan yakni tidak
lebih dari 3 kali diameter dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal.
Selanjutnya dilakukan pengujian keseragaman bobot (FI III). Sebanyak 20 tablet
ditimbang masing-masing dan dicatat bobotnya. Berdasarkan uji keseragaman bobot,
didapat bobot rata-rata tablet adalah 311,265 mg dengan standar deviasi 6,405. Karena
bobot tablet >300 mg, dilihat pada tabel persen penyimpangan A adalah 5% dan persen
penyimpangan B = 10%. Persyaratan keseragaman bobot adalah tidak lebih dari 2 tablet
yang menyimpang dari 5% bobot rata-rata, yaitu rentang 295,7-326,82 mg. Didapat
bahwa terdapat 1 tablet yang berada diluar rentang yakni 293,3 mg. Walaupun demikian,
masih tetap memenuhi persyaratan uji keseragaman bobot. Persyaratan kedua adalah
tidak boleh ada tablet yang bobotnya menyimpang dari 10% bobot rata-rata, yaitu berada
dalam rentang 280,14 - 342,4 mg. Didapat bahwa tidak ada tablet yang berada diluar
rentang, sehingga dapat disimpulkan bahwa tablet memenuhi uji keseragaman bobot.
Uji friabilitas dilakukan dengan menjatuhkan tablet dari ketinggian tertentu,
kemudian dihitung persen kehilangan bobot. Dari hasil pengujian didapat bahwa
friabilitas tablet 0,646%. Persyaratan friabilitas tablet adalah <1%, sehingga dapat
dikatakan bahwa tablet memenuhi syarat uji friabilitas. Uji friksibilitas dilakukan untuk
mengetahui persen kehilangan bobot yang disebabkan oleh gesekan antar tablet, dengan
persyaratan persen friksibilitas adalah <1%. Dari hasil perngujian didapat friabilitas
adalah 0,646% sehingga dapat disimpulkan bahwa tablet memenuhi uji friksibilitas.
Selanjutnya dilakukan uji waktu hancur. Digunakan 6 tablet, kemudian
dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air dengan suhu 37 ± 2oC. Uji dilakukan dengan
menaik-turunkan keranjang 30 kali setiap menit dan diamati waktu tablet hancur
sempurna. Dari percobaan didapat waktu hancur tablet kuinidin sulfat adalah 1 menit
30,67 detik. Uji waktu hancur yang diperoleh menunjukkan bahwa tablet memenuhi
persyaratan monografi yaitu tidak lebih dari 15 menit.
Uji disolusi dilakukan untuk memperkirakan hubungan bioavailabilitas in vivo
dari produk obat (ketika masuk ke dalam tubuh) . Uji disolusi penting karena dapat
dijadikan sebagai petunjuk untuk pengembangan formulasi dan produk obat, kontrol
kualitas selama proses produksi, pemastian kualitas bioekivalen in vitro antar batch dan
regulasi pemasaran produk obat (Allen dkk., 2005). Uji disolusi dilakukan menggunakan
alat disolusi tipe I (basket) menggunakan media HCl 0,1 N dengan suhu 37± 0,5oC
selama 30 menit, dan kecepatan putar adalah 100 rpm. Uji dilakukan pada menit ke-5, 10,
15, 20, dan 30. Larutan difiltrasi dan dimasukkan ke dalam vial chamber. Dibuat kurva
kalibrasi dari kuinidin sulfat dengan konsentrasi 3, 4, 6, 8, dan 10 ppm dalam larutan
media, kemudian diukur absorbansi menggunakan spektrofotometri UV dengan panjang
gelombang maksimal 249 nm. Absorbansi harus berada dalam rentang 0,2-0,8 agar
pengukuran akurat karena error yang dihasilkan minimum. Dari pengujian didapat kurva
kalibrasi adalah y = 0,0772x + 0,0064 dengan r2 = 0,998.
Berdasarkan monografi kuinidin sulfat dalam Farmakope Indonesia V halaman
743, nilai persen kadar terdisolusi (Q) tablet untuk uji disolusi adalah 85%. Dari hasil
percobaan didapat bahwa tablet memenuhi persyaratan S1 yaitu ≥ Q + 5% yakni ≥ 90%.
Pada tablet terdisolusi diatas 90% pada waktu 20 menit; tablet 2 pada waktu 5 menit;
tablet 3 pada waktu 10 menit; tablet 4,5 dan 6 pada waktu 5 menit. Hal ini sesuai dengan
waktu hancur tablet yaitu kurang lebih 1-2 menit sehingga disolusi tablet pun akan cepat.
Penurunan persen terdisolusi disebabkan karena pada menit awal, zat hampir terdisolusi
seluruhnya sehingga kemungkinan beberapa senyawa yang belum larut terbawa ketika
melakukan pengambilan sampel dimenit selanjutnya serta terencerkan oleh volume
pengganti. Selain itu karena proses sampling yang bersamaan pada keenam tabung proses
filtrasi yang mungkin tidak sempurna sehingga partikel tidak tersaring seluruhnya dan
mempengaruhi nilai absorbansi.
Kekerasan tablet dilakukan menggunakan alat tablet hardness tester. Diambil
sebanyak 20 tablet kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam alat. Skala yang
terbaca merupakan kekerasan tablet dalam satuan kp (1kp = 1kg). Persyaratan kekerasan
tablet yang baik adalah 4-10 kg. Dari hasil uji didapat rata-rata kekerasan tablet adalah
6,385 kp dengan standar deviasi adalah 1,5828. Tidak ada satupun tablet yang memiliki
kekerasan diluar rentang sehingga dapat disimpulkan bahwa tablet memenuhi persyaratan
uji kekerasan tablet.

X. Kesimpulan
1. Formula tablet kuinidin sulfat dengan metode granulasi basah :

Nama Zat Jumlah Fungsi


Kuinidin Sulfat 100 mg Zat aktif (antiaritmia)
Musilago Amili 10% Pengikat
Laktosa 52,6% Pengisi
Starch 1500 3% Penghancur fase dalam
Amilum 5% Penghancur fase luar, pengisi
Talk 2% Glidan
Mg Stearat 1% Lubrikan

2. Berdasarkan evaluasi dapat disimpulkan bahwa evaluasi granul dan tablet dengan hasil
sebagai berikut :

Parameter Hasil Kesimpulan


Kerapatan Serbuk 22,562 % Sifat aliran cukup
Ruahan dan
Mampat
Kecepatan aliran 5,88 g/detik Memenuhi Syarat
Kandungan lembab 3% Memenuhi Syarat
Granulometri Mesh 20: 1,57 g Granul tidak mengikuti
Mesh 40: 18,76 g kurva distribusi normal
Mesh 60: 12,67 g
Mesh 80: 12,76 g
Mesh 120: 14,19 g
Dasar(>120): 19,39 g
Bobot granul: 23,59 gram

Parameter Hasil Kesimpulan


Evaluasi kompendial
Keseragaman Diameter : 0,9455 cm Memenuhi syarat
ukuran Std : 0,007
Tebal : 0,3788 cm
Std : 0,01
Keseragaman Rata2 = 311,265 mg Memenuhi syarat
Bobot (FI III) Std = 6,405
Penyimpangan kolom A
(295,7-326,82)
Terdapat 1 tablet yang
menyimpang

Penyimpangan kolom B
Tidak ada tablet yang
menyimpang.
Friabilitas 0,646% Memenuhi syarat
Waktu hancur 1menit 30,67 detik Memenuhi syarat
Disolusi Tablet 1 = 91,214% pada T: Memenuhi syarat S1
20’
Tablet 2 = 92,00% pada T: 5’
Tablet 3 = 91,309% pada T:
10’
Tablet 4 = 92,238% pada T: 5’
Tablet 5 = 94,336% pada T: 5’
Tablet 6 = 92%,238 pada T: 5’
Evaluasi Fabrikasi
Organoleptik Bundar, warna putih homogen, Memenuhi syarat
tidak berbintik dan bernoda
Friksibilitas 0,646% Memenuhi syarat
Kekerasan tablet 6,385 kg, tidak ada satupun Memenuhi syarat
diluar rentang

XI. Daftar Pustaka


Allen, L.V. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients Sixth Edition. Rowe R. C.,
Sheskey, P. J., Queen, M. E., (Editor). London: Pharmaceutical Press and American
Pharmacist Assosiation, hal 359-360, 404-405, 685-689, 728-729.
Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia Jilid III. Jakarta: DepKes RI, hal.
6-7, 544.
Departemen Kesehatan RI. 2015. Farmakope Indonesia Jilid V. Jakarta: DepKes RI, hal.
160, 517, 743-744, 1514, 1523, 1527, 1613.
Lund, Walter. 1994. The Pharmaceutical Codex 12th edition. London : The Pharmaceutical
Press. hal. 1029, 1030.
Reynolds, G. E. F., Prasad, A. B.(eds). 1982. Martindale The Extra Pharmacopoeia 28th
Ed. London : The Pharmaceutical Press. Halaman 1383.
Rowe, Raymond C. 2006. Handbook of Pharmaceutical Excipient 6 th Ed. London:
Pharmaceutical Press. Halaman 359-360, 404-405, 685-689, 728-729.
United States Pharmacopoeial Convention. 2017. USP 41. Rockville: The United State
Pharmacopoeial Convention, hal. 7634, 7636, 7638
Tablet t (cm) Tablet t (cm)
1 0,39 11 0,38
2 0,35 12 0,38
LAMPIRAN 3 0,385 13 0,38
4 0,39 14 0,39
Hasil Pengamatan Ukuran Tablet 5 0,37 15 0,37
Tablet d(cm) Tablet d(cm) 6 0,39 16 0,37
1 0,94 11 0,955 7 0,38 17 0,37
2 0,95 12 0,95 8 0,39 18 0,39
3 0,945 13 0,96 9 0,38 19 0,37
4 0,94 14 0,96 10 0,37 20 0,38
5 0,94 15 0,95 Rata2 0,3788
6 0,94 16 0,95
Std 0,01
7 0,94 17 0,94
8 0,94 18 0,94
9 0,94 19 0,94
10 0,95 20 0,94
Rata2 0,9455
Std 0,007

Hasil Pengamatan Kekerasan Tablet


Table Kekerasan (kp) Tablet Kekerasan (kp)
t
Hasil Pengukuran Bobot
1 8,0 11 8,5
2 4,5 12 5,7 Tablet
3Tablet 9,3
Bobot (mg) 13
Tablet 6,9 (mg)
Bobot
41 4,3
307,9 14
11 6,2
317,2
52 6,0
309,5 15
12 4,9
312
63 6,3
307,2 16
13 4,3
320,2
74 8,8
293,3 17
14 6,7
318
85 6,4
304,6 18
15 5,2
315,5
96 8,9
307,9 19
16 5,7
316,7
107 4,8
310,9 20
17 6,3
314,2
Rata-rata
8 305,2 6,385
18 317,3
Std
9 305,9 1,5828
19 316,2
10 309,5 20 316,1
Rata rata 311,265
Std Kurva Kalibrasi
6,405
0.9
0.8
0.7 f(x) = 0.08 x + 0.01 Hasil Perhitungan Disolusi
R² = 1
0.6
Absorbansi

Kurva Kalibrasi
0.5
Konsentrasi
0.4 Absorbans
(ppm) 0.3 i
0.2
0.1
0
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Konsentrasi (ppm)
3 0,227
4 0,327
6 0,467
8 0,632
10 0,772

Persamaan :
y = 0,0772x + 0,0064
r2 = 0,9981

Absorbansi
Menit ke- Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3 Tabung 4 Tabung 5 Tabung 6
5 0,343 0,401 0,368 0,402 0,411 0,402
10 0,353 0,400 0,394 0,384 0,390 0,380
15 0,366 0,354 0,365 0,351 0,358 0,363
20 0,394 0,338 0,368 0,328 0,348 0,347
30 0,365 0,388 0,332 0,321 0,331 0,332

Konsentrasi pada menit ke 5 tabung 1 :

y = 0,0772x + 0,0064

0,343 = 0,0772x + 0,0064

x = 0,343-0,0064/0,0772 = 4,3601 mg/mL

Konsentrasi (mg/mL)
Menit ke- Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3 Tabung 4 Tabung 5 Tabung 6
5 4,3601 5,1113 4,6839 5,1243 5,2409 5,1243
10 4,4896 5,0984 5,0207 4,8911 4,9689 4,8393
15 4,6580 4,5025 4,6450 4,4637 4,5544 4,6191
20 5,0207 4,2953 4,6839 4,1658 4,4248 4,4119
30 4,6450 4,9430 4,2176 4,0751 4,2046 4,2176
Jumlah zat terdisolusi pada menit ke 5 tabung 1 :
Faktor pengeceran = 20 kali

Jumlah zat = konsentrasi x faktor pengenceran x volume media disolusi

= 4,3601 x 20 x 0,9 L

= 78,4818 mg

Jumlah Zat Terdisolusi (mg)


Menit ke- Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3 Tabung 4 Tabung 5 Tabung 6
5 78,4818 92,0051 84,3108 92,2383 94,3367 92,2383
10 80,8134 91,7720 90,3730 88,0414 89,4404 87,1088
15 83,8445 81,0466 83,6114 80,3471 81,9792 83,1450
20 90,3730 77,3160 84,3108 74,9844 79,6476 79,4145
30 83,6114 88,9740 75,9171 73,3523 75,6839 75,9171

V zat yang diambil


Faktor koreksi = FK = × [Zat terdisolusi sebelum]
V total
Pada t =10 menit
10 mL
Faktor koreksi = FK = × 78,48187 mg
900 mL
= 0,8720

Faktor Koreksi
Menit ke- Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3 Tabung 4 Tabung 5 Tabung 6
10 0,8720 1,0222 0,9367 1,0248 1,0481 1,0248
15 0,9076 1,0196 1,0041 0,9782 0,9937 0,9678
20 0,9416 0,9005 0,9290 0,8927 0,9108 0,9238
30 1,0146 0,8590 0,9367 0,8331 0,8849 0,8823

Pada t =10 menit tabung ke 1

[Zat Terdisolusi Kuinidin Sulfat] mutlak = [Zat Terdisolusi Kuinidin Sulfat Sebelum]
+ Faktor Koreksi
[Zat Terdisolusi Kuinidin Sulfat] mutlak = 80,8134 + 0,8720
= 81,685 mg

Jumlah zat terdisolusi mutlak (mg)


Menit ke- Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3 Tabung 4 Tabung 5 Tabung 6
5 78,4818 92,0051 84,3108 92,2383 94,3367 92,2383
10 81,6854 92,7943 91,3098 89,0663 90,4886 88,1336
15 84,7521 82,0663 84,6155 81,3253 82,9730 84,1129
20 91,3147 78,2165 85,2399 75,8772 80,5585 80,3383
30 84,6260 89,8331 76,8538 74,1854 76,5689 76,7994

Persen terdisolusi (Q%) Rata-rata


Menit Tabung Tabung Tabung Tabung Tabung Tabung
ke- 1 2 3 4 5 6
5 78,48 92,00 84,31 92,23 94,33 92,23 88,93
10 81,68 92,79 91,30 89,06 90,48 88,13 88,90
15 84,75 82,06 84,61 81,32 82,97 84,11 83,30
20 91,31 78,21 85,23 75,87 80,55 80,33 81,91
30 84,62 89,83 76,85 74,18 76,56 76,79 79,80

Kurva Jumlah Zat Terdisolusi per Waktu


100

95
Jumalh Zat Terdisolusi (mg)

Tablet 1
90
Tablet 2
85 Tablet 3
Tablet 4
80 Tablet 5
Tablet 6
75

70
0 5 10 15 20 25 30 35
Waktu (menit)

Grafik Hasil Distribusi Ukuran Granul


Kurva Distribusi Ukuran Granul
20
18
16
14
Jumlah granul (g)

12
10
8
6
4
2
0
0 20 40 60 80 100 120 140
Ukuran Mesh

Anda mungkin juga menyukai