Kelompok :4
Anggota:
Asisten:
I. Tujuan
IV. Preformulasi
IV.1. Preformulasi Zat Aktif
Struktur
Molekul
Struktur
Molekul
m = 22,3
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 517)
Struktur Molekul
m = 69-84
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 517)
V. Rasionalisasi Formula
Bentuk sediaan suppositoria parasetamol dibuat dengan tujuan untuk digunakan
oleh pasien yang tidak sadar, tidak dapat menelan ataupun memiliki masalah pada saluran
pencernaan. Parasetamol juga memiliki bioavailibilitas yang baik dalam rektal.
Suppositoria dapat menjadi salah satu rute administrasi alternatif untuk menghindari first
pass effect di hati. Polietilen glikol (PEG) sebagai salah satu basis suppositoria larut air
yang memiliki daya serap air tinggi, melarut pada cairan rektal dan mudah bercampur
dengan zat aktif. PEG sebagai bahan tambahan dalam formulasi suppositoria dapat
meningkatkan pelarutan dari zat aktif yang sukar larut. Kelebihan PEG sebagai basis
antara lain fisiologi inert, tidak terhidrolisis, dan memiliki beberapa macam berat molekul
sehingga dapat membuat suppositoria dengan bobot yang dihendaki.
Basis yang digunakan dalam pembuatan suppositoria parasetamol merupakan
kombinasi antara PEG 1000 dan PEG 4000 dengan perbandingan 10:90. PEG 1000
memiliki titik leleh 34-40oC (Rowe, 2006), sedangkan PEG 4000 memiliki titik leleh 50-
58⁰C (Rowe, 2006). Digunakan kombinasi dengan tujuan dapat menurunkan titik leleh
dari PEG 4000 sehingga suppositoria dapat melarut sesuai dengan persyaratan serta dapat
melepaskan parasetamol dari sediaan dalam rektal.
VI. Perhitungan
Perhitungan Bilangan Pengganti (Teoritis)
Misal:
Maka basis yang diperlukan untuk membuat satu suppositoria berisi parasetamol =
2,57-(0,9x2,61) gram = 0,221 gram
VII. Prosedur
2. Parafin cair dioleskan ke dalam cetakan, lalu cetakan ditelungkupkan agar tidak ada
penumpukan parafin di dalam cetakan.
3. Campuran PEG dilelehkan di dalam cawan penguap di atas tangas air hingga semua
PEG meleleh sambil diaduk hingga homogen.
4. Lelehan yang hampir memadat dimasukkan berlebih (hingga luber) ke dalam cetakan
(hangatkan cetakan hingga bersuhu sama dengan lelehan) dengan bantuan batang
pengaduk.
7. Campuran dibiarkan memadat pada suhu kamar selama kurang lebih 15 menit.
8. Campuran dimasukan ke dalam lemari pendingin (8-10℃) selama 10 menit, lalu
dimasukkan ke dalam freezer selama 5 menit.
b. Pembuatan Suppositoria
2. Parafin cair (untuk basis larut air) dioleskan ke dalam cetakan, lalu cetakan
ditelungkupkan agar tidak ada penumpukan parafin cair di dalam cetakan.
3. PEG 1000 dan PEG 4000 dilelehkan di dalam cawan penguap di atas tangas air.
Setelah basis meleleh, parasetamol ditambahkan secara geometris kemudian diaduk
hingga homogen.
4. Pada saat campuran tersebut sudah kental namun belum memadat, campuran tersebut
dituang ke dalam cetakan dengan bantuan batang pengaduk.
VIII. Evaluasi
Evaluasi sediaan suppositoria dengan basis hidrofil meliputi uji organoleptik, uji
keseragaman kandungan, uji keragaman bobot, uji waktu hancur, uji kekerasan/
ketegangan, dan pengukuran waktu deformasi.
Prosedur Evaluasi
1. Uji organoleptik
Bertujuan melihat distribusi zat aktif di dalam basis suppositoria. Evaluasi dilakukan
dengan membelah sediaan secara longitudinal kemudian diamati, bagian internal dan
bagian eksternal harus menunjukkan visualisasi yang seragam.
Uji keragaman bobot digunakan untuk sediaan dengan dosis zat aktif ≥ 25mg dan
perbandingan zat aktif ≥ 25%. Diambil tidak kurang dari 30 suppositoria. Kadar zat
aktif masing-masing 10 tablet yang dinyatakan dalam persentase dari jumlah yang
tertera pada etiket (X1, X2, …,X10). Dihitung nilai rataan dari simpangan bakunya
(s). Kemudian dihitung nilai penerimaannya.
Diambil 20 buah suppositoria secara acak, lalu masing-masing ditimbang. Setelah itu
dihitung bobot rata-rata.
Tiga buah suppositoria dimasukkan ke dalam suatu pecadang logam silindrik yang
bagian ujungnya ditutup oleh pelat perforasi besi tahan karat. Pecadang tersebut
kemudian dimasukkan ke dalam silinder yang terbuat dari flexy glass pada alat utama
bergerak. Kecuali dinyatakan lain, tempatkan setiap silinder flexy glass dalam wadah
berisi paling sedikit 4 L, bersuhu antara 36-37℃, dilengkapi dengan suatu pengaduk
lambat dan alat penopang agar bagian atas alat berjarak 90 mm di bawah permukaan
air. Alat akan berputar otomatis setelah tiap 10 menit. Supositoria dinyatakan hancur
sempurna jika terlarut sempurna; atau terdispersi menjadi komponen, bagian lemak
cair berkumpul pada permukaan, bagian serbuk yang tidak larut berada di dasar atau
terlarut; atau menjadi lunak mengalami perubahan dalam bentuknya tanpa harus
mengalami terpisah menjadi komponennya dan massa tidak mempunyai inti padat
yang memberikan rintangan bila diaduk dengan pengaduk kaca.
5. Uji kekerasan/ ketegangan
Suppositoria ditempatkan dalam alat uji dengan posisi berdiri, kemudian ditambahkan
beban. Penambahan beban dimulai dengan bobot 600 g, lalu ditambahkan 200 g
setiap menit dan dilakukan hingga supositoria pecah. Nilai kekerasan suppositoria
ditunjukkan dari berat beban yang ditambahkan hingga suppositoria pecah.
IX. Pembahasan
Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan
melalui rektum, vagina atau uretra (Farmakope Indonesia V, 2014). Suppositoria
umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh. Pemilihan bentuk sediaan
suppositoria umumnya diperuntukkan untuk anak-anak yang sangat muda (bayi) atau
orang yang sangat tua (lansia) sebagai pengganti yang baik untuk sediaan oral. Kriteria
suppositoria yang ideal antara lain:
1. Meleleh pada suhu rektal 37oC atau dapat melarut pada cairan rektal.
2. Bersifat non toksik dan tidak mengiritasi jaringan rektal
3. Kompatibel dengan berbagai obat
4. Tidak dalam bentuk metastabil
5. Mudah dikeluarkan dari cetakan
6. Stabil selama penyimpanan
7. Rentang titik leleh dan titik pemadatan kecil
Adapun beberapa keuntungan dari suppositoria yaitu sebagai alternatif untuk
mengurangi risiko hepatic first-pass elimination dan dapat meningkatkan ketersediaan
hayati. Akan tetapi, suppositoria memiliki keterbatasan seperti penggunaan yang
menimbulkan rasa tidak nyaman bagi pasien, perlu informasi atau tenaga kesehatan
dalam pemakaiannya; absorpsi obat melalui rektum umumnya lambat dan sangat
bervariasi bergantung pada individu; harus disimpan di dalam lemari pendingin; jumlah
dan kecepatan absorpsi obat melalui rektum dapat dipengaruhi oleh tinja; dapat
memberikan efek samping lokal seperti proktitis; serta dari sisi manufakturing skala
industri lebih rumit dibandingkan sediaan solida yang lain. Kriteria pasien yang diberikan
obat dalam bentuk suppositoria antara lain: pasien memiliki kesulitan meminum obat
yang rasanya sangat buruk; pasien mengalami mual dan muntah; kesadaran pasien
rendah; pasien tidak koperatif, misalnya pada anak-anak dan pasien yang memiliki
gangguan jiwa; sulit menelan obat oral; jika diduga salah penggunaan atau mengancam
kehidupan; serta mengalami masalah saluran cerna yang serius dengan pemberian oral.
Terdapat dua jenis suppositoria yaitu suppositoria basis lipofil (mencakup lemak,
lemak setengah sintetis ester dari gliserin dan asam lemak) dan basis hidrofil (mencakup
polietilen glikol dan dasar yang terdiri dari campuran gelatin, gliserin, dan air).
Berdasarkan tempat pemberiannya, suppositoria dibagi menjadi tiga, yaitu supositoria
rektal, vagina (ovula/ pesari), dan uretral (bougies). Suppositoria rektal berbentuk
menyerupai torpedo; dengan bobot umumnya ±2 gram; panjang ±1,0-1,5 inch; bobot
suppositoria rektal untuk anak-anak umumnya 1 gram. Supositoria vagina berbentuk
bulat/ bulat telur dengan bobot ±3-5 gram; terbuat dari dasar ovula yang larut air atau
dapat bercampur dalam air; umumnya ovula digunakan untuk tujuan antibakteri,
antijamur, dan anti basilus. Suppositoria uretral (bougies) memiliki bobot ±2 gram untuk
wanita dan ±4 gram untuk pria; berdiameter 5 mm; memiliki panjang 50 mm untuk
wanita dan 125 mm untuk pria.
Pada percobaan ini dilakukan pembuatan suppositoria parasetamol 325 mg dengan
basis hidrofil. Parasetamol merupakan analgesik aktif dan antipiretik dengan efek
antiinflamasi yang lemah. Pembuatan suppositoria umumnya diperuntukkan pada pasien
anak-anak yang sulit mengonsumsi obat oral/ pasien tidak sadar/ dibutuhkan efek obat
yang cepat. Selain itu, parasetamol juga memiliki bioavailibilitas yang baik dalam rektal.
Basis hidrofil yang digunakan berupa kombinasi PEG 1000 dan PEG 4000. PEG 1000
memiliki titik leleh 34-40oC, sedangkan PEG 4000 memiliki titik leleh yang lebih tinggi
yaitu 50-58oC. Tujuan dari kombinasi tersebut yaitu untuk dapat menurunkan titik leleh
dari PEG 4000 sehingga sediaan suppositoria dapat melarut pada suhu tubuh serta tahan
selama penyimpanan dan pendistribusian. Apabila hanya digunakan PEG 1000, dapat
membuat sediaan menjadi terlalu lunak. Sedangkan apabila hanya digunakan PEG 4000
saja dapat menghasilkan sediaan yang terlalu keras yang dapat berpengaruh terhadap
tingkat kenyamanan penggunaan oleh pasien. Polietilen glikol (PEG) merupakan senyawa
polimer etilen oksida dan air yang berbentuk cair pada suhu kamar, dan memiliki bobot
molekul yang bervariasi. PEG dengan bobot molekul (BM) yang semakin tinggi memiliki
bentuk yang semakin keras dan tidak higroskopis. Beberapa alasan pemilihan PEG
sebagai basis dalam pembuatan sediaan suppositoria yaitu karena PEG memiliki daya
serap air yasng tinggi, mudah bercampur dengan bahan obat, dan dapat melarut pada
cairan rektal.
Pada percobaan dilakukan penentuan bilangan pengganti terlebih dahulu. Bilangan
pengganti (displacement factor) adalah jumlah zat aktif yang dapat menggantikan oleum
cacao (basis). Selain itu juga terdapat istilah lain dalam suppositoria yaitu faktor
kerapatan dan replacement factor. Faktor kerapatan adalah jumlah gram zat aktif yang
setara dengan 1 gram basis. Sedangkan replacement factor adalah jumlah oleum cacao
yang dapat digantikan oleh zat aktif. Setelah itu dilakukan pelelehan basis PEG 1000 dan
PEG 4000 di dalam cawan penguap di atas tangas air. Setelah basis meleleh, zat aktif
(parasetamol) ditambahkan secara geometris, lalu diaduk hingga homogen. Campuran
yang sudah kental namun belum memadat dituang ke dalam cetakan dengan bantuan
batang pengaduk. Diperlukannya bantuan batang pengaduk pada saat pengisian bertujuan
untuk menghindari adanya udara yang terperangkap dalam alat cetak. Kemudian
dibiarkan menjadi dingin dan mengental. Sebelum pengisian, alat cetak tersebut dioleskan
terlebih dahulu dengan parafin cair yang berfungsi sebagai lubrikan untuk mengurangi
friksi antara alat cetak dengan sediaan. Apabila friksi yang terjadi terlalu besar dapat
menyebabkan hasil cetak yang kurang baik, seperti timbulnya retakan pada hasil cetak.
Sediaan suppositoria yang telah dicetak selanjutnya dievaluasi. Evaluasi sediaan
suppositoria basis hidrofil yang umumnya dilakukan yaitu uji organoleptik, uji
keseragaman bobot, uji keragaman bobot, uji waktu hancur, uji kekerasan, dan
pengukuran waktu deformasi. Uji organoleptik merupakan uji secara visual untuk melihat
distribusi zat aktif di dalam basis suppositoria. Dari hasil pengamatan didapatkan
suppositoria berwarna putih, berbentuk torpedo, visualisasi seragam, terdapat rongga
udara dan mudah melunak ketika didiamkan dalam beberapa saat di suhu ruang. Dari
hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa sediaan tidak memenuhi syarat. Salah satu
penyebabnya ialah karena adanya kesalahan teknik pengisian campuran bahan ke dalam
alat cetak sehingga terdapat rongga udara. Dari hasil uji keseragaman bobot didapat
bobot rata-rata suppositoria sebesar 2,4715 gram dengan rentang penerimaan 2,4704 -
2,473 gram. Rentang bobot penerimaan didapat dari hasil perhitungan bobot rata-rata ±
5% SD. Dari hasil uji, terdapat lebih dari dua suppositoria yang bobotnya berada di luar
rentang tersebut, artinya suppositoria yang dibuat tidak memenuhi syarat uji keseragaman
bobot. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya kesalahan dalam teknik pengisian sediaan ke
alat cetak sehingga terdapat udara pada suppositoria hasil cetak. Adanya udara tersebut
berpengaruh terhadap konsistensi dan bobot suppositoria.
Uji waktu hancur bertujuan untuk menentukan waktu hancur atau waktu melunaknya
suatu sediaan suppositoria apabila dimasukkan dalam suatu cairan media. Uji waktu
hancur dilakukan dengan menggunakan tiga buah suppositoria. Dari hasil uji didapatkan
waktu hancur suppositoria yaitu 38 menit 37 detik, 38 menit 10 detik, dan 27 menit 55
detik. Syarat uji waktu hancur suppositoria basis larut air yaitu tidak lebih dari 60 menit,
sehingga dapat dikatakan bahwa sediaan memenuhi syarat.
Uji kekerasan bertujuan untuk mengetahui ketahanan suppositoria hingga tidak pecah
saat diberikan beban dalam jumlah tertentu. Nilai kekerasan suppositoria ditunjukkan dari
berat beban yang ditambahkan. Berdasarkan literature, syarat nilai kekerasan suppositoria
yang dapat diterima yaitu 1,8-2 kg. Pada pengujian digunakan dua buah suppositoria dan
didapatkan nilai kekerasan masing-masing suppo yaitu 1,8 kg dan 1,6 kg. Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa sediaan tidak memenuhi syarat karena dapat dikatakan
bahwa suppositoria terlalu lunak. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya polimorfisme
yang terjadi pada saat pencampuran parasetamol dengan basis PEG. Polimorfisme yang
terjadi dapat berpengaruh terhadap kestabilan sediaan.
Pengukuran waktu deformasi bertujuan untuk mengetahui lamanya sediaan
suppositoria untuk berubah bentuk. Syarat waktu deformasi sediaan suppositoria yaitu
tidak lebih dari 30 menit. Dari hasil uji waktu deformasi pada tiga buah suppositoria
didapatkan satu buah suppositoria yang memiliki waktu deformasi lebih dari 30 menit.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa suppositoria tidak memenuhi syarat.
Dari semua hasil evaluasi didapatkan bahwa sediaan suppositoria tidak memenuhi
syarat uji, kecuali pada evaluasi waktu hancur. Oleh karena itu, perlu adanya pengkajian
ulang pada formulasi suppositoria parasetamol 325 mg.
X. Kesimpulan
1. Formulasi suppositoria parasetamol:
No. Nama Zat Jumlah Fungsi
Allen, L.V. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients Sixth Edition. Rowe R. C.,
Sheskey, P. J., Queen, M. E., (Editor). London: Pharmaceutical Press and American
Pharmacist Assosiation, hal. 517-520
Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia Jilid III. Jakarta: DepKes RI, hal.
7
I. Tujuan
1. Menentukan formulasi yang tepat sediaan tablet gliseril guaikolat 100 mg menggunakan
metode kempa langsung.
2. Menentukan hasil evaluasi sediaan tablet gliseril guaikolat 100 mg metode kempa
langsung.
IV. Preformulasi
Avicel
Talk
Nama Zat Talk
Struktur Molekul
(https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov)
Rumus Molekul Mg6(Si2O5)4(OH)4
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 728)
Berat Molekul 379,27 g/mol
(https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov)
Kekerasan 1.0-1.5 (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 728)
Pemerian serbuk kristal halus berwarna putih hingga kelabu, tidak berbau
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 728)
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, asam, basa, dan pelarut organik
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 729)
Stabilita stabil
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 728)
Penyimpanan Disimpan di wadah tertutup rapat, di tempat yang sejuk dan
kering.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 729)
Inkompatibilitas Inkompatibel dengan senyawa amonium kuartener (Handbook of
Pharmaceutical Excipients 6th, hal 729).
Fungsi Glidan
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 728)
Mg stearat
(sigmaaldrich.com)
Rumus Molekul C36H70MgO4
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 404)
Berat Molekul 591,2 g/mol (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 404)
Titik Leleh 117-150 oC (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 404)
Densitas Densitas (bulk) = 0,159 g/cm3
Densitas (tapped) = 0,286 g/cm3
Densitas (true) = 1,092 g/cm3
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 404)
Pemerian serbuk putih, sangat halus, dengan bobot jenis rendah
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 404)
Kelarutan Praktis tidak larut dalam etanol dan air; sedikit larut dalam etanol
(95%) hangat.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 404)
Stabilita Stabil
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 404)
Penyimpanan Disimpan di wadah tertutup rapat, di tempat yang sejuk dan
kering.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 404)
Inkompatibilitas Inkompatibel dengan asam kuat, basa, dan garam besi. Hindari
pencampuran dengan zat pengoksidasi. Mg stearat tidak dapat
digunakan untuk produk yang mengandung aspirin, beberapa
vitamin, dan basa alkaloid.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 405)
Fungsi Lubrikan
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 404)
V. Rasionalisasi Formula
Pada percobaan ini akan dibuat tablet gliseril guaikolat 100 mg dengan metode kempa
langsung. Gliseril guaikolat merupakan serbuk kristalin non-higroskopis dengan titik leleh
yang rendah yaitu 78,5-79oC. Zat ini diketahui memiliki kompresibilitas dan sifat aliran
yang buruk dengan nilai Indeks Carr 55,3% dan Rasio Hausner sebesar 2,2 sehingga
formulasi tablet ini khususnya dalam dosis besar memiliki beberapa tantangan tersendiri
dan terkadang tidak dapat dilakukan dengan metode kempa langsung (Morovati et. al.,
2017).
Eksipien yang digunakan adalah granulat dasar, Avicel PH 102, talk dan magnesium
stearat. Granulat dasar dibuat dengan mencampurkan laktosa : amprotab (75:25) dengan
musilago amili 10%. Tujuan dibuatnya granulat dasar adalah untuk meningkatkan
tabletabilitas gliseril guaikolat. Laktosa berfungsi sebagai pengisi granul sedangkan
amprotab berfungsi sebagai penghancur, dan musilago amili berfungsi sebagai pengikat
granul. Avicel digunakan karena memiliki sifat kompresibilitas, daya alir yang cukup baik
dan mampu meningkatkan waktu hancur tablet (Sulaiman, 2007). Meski begitu, Avicel
sebagai pengisi jika digunakan dalam kadar tinggi memerlukan biaya yang cukup mahal.
Hal tersebut dapat diantisipasi dengan kombinasi antara granulat dasar dan Avicel PH102.
Penggunaan pengikat dan penghancur penting karena tablet yang baik harus berbentuk
keras saat diproduksi, tetapi juga harus mudah hancur saat sudah diadministrasikan oleh
pasien. Talk dan magnesium memiliki sifat hidrofobik yang akan membuat lapisan film
pada partikel bahan padat. Talk berfungsi sebagai glidan atau pelincir yang meningkatkan
sifat aliran dengan mengurangi gesekan antar partikel padat, sedangkan magnesium stearat
berfungsi sebagai lubrikan yang dapat mengurangi gaya gesek antara serbuk dengan mesin
pencetak tablet.
VI. Perhitungan
Nama Bahan Bahan untuk 1 tablet (mg) Bahan untuk 300 tablet (g)
Gliseril Guaikolat 100 30
Granulat dasar : Avicel Granulat dasar 40,11
PH102 (70: 30) 70% x 191 mg= 133,7 mg
Avicel PH102 17,19
30% x 191 mg= 57,3 mg
Talk (2%) 6 mg 1,8
Mg Stearat (1%) 3 mg 0,9
Total 300 mg 90
Pembuatan granulat dasar dilakukan dengan mencampurkan laktosa dan amprotab (75:25)
dengan musilago amili 10%. Granulat dasar dilebihkan 20% karena akan ada kehilangan
saat proses. Sehingga total granulat dasar yang akan dibuat adalah 48 gram dengan
komposisi:
Laktosa 34,8 g
Amprotab 11,6 g
Musilago amili 10% (⅓ x 48 g = 16 g), 1,6 g
bila kering =
Total granulat dasar 48 g
VII. Prosedur
1. Semua bahan granulat dasar ditimbang (laktosa = 34,8 g; amprotab = 11,6 g; musilago
amili 10% = 1,6 g).
2. Bahan granulat dasar dimasukkan ke dalam mesin pencampur dan dicampur hingga
homogen. Lalu ditambahkan musilago amili sedikit demi sedikit hingga diperoleh massa
basah yang dapat digranulasi.
3. Dilakukan granulasi menggunakan pengayak no.14.
4. Granula dikeringkan sampai kandungan lembab berkisar antara 1,5-3% dengan moisture
balance.
5. Granul yang telah kering diayak kembali menggunakan pengayak no. 16.
6. Granul yang diperoleh kemudian dievaluasi.
7.3 Pembuatan Tablet
1. Sebanyak 30 g gliseril guaikolat; avicel PH102 17,19 g; talk 1,8 g; Mg stearat 1% 0,9 g
ditimbang.
2. Gliseril guaikolat dicampur dengan granul dasar dan avicel PH102 dengan turbula mixer
selama 10 menit hingga homogen.
3. Kemudian talk dan Mg stearat 1% dimasukkan ke dalam campuran gliseril guaikolat, lalu
dicampur selama 2 menit.
4. Massa cetak yang terbentuk dievaluasi dengan meliputi aliran, kompresibilitas, dan
kandungan lembab.
5. Massa cetak dikempa dengan punch berdiameter 6-8 mm sesuai dengan bobot tablet yang
diinginkan yaitu 300 mg.
6. Dilakukan evaluasi terhadap tablet yang diperoleh menurut persyarat kompendial dan
persyaratan fabrikasi.
VIII. Evaluasi
a. Evaluasi Granul
b. Evaluasi Tablet
Memenuhi syarat
IX. Pembahasan
X. Kesimpulan
b) Evaluasi Tablet
Azwar, Bahar. 2005. Bijak Mengonsumsi Obat Flu. Depok:Kawan Pustaka (hal. 18).
Devi et al. 2018. Optimasi Konsentrasi Polivinil Pirolidon (PVP) sebagai Bahan Pengikat
terhadap Sifat Fisik Tablet Ekstrak Etanol Rimpang Bangle (Zingiber
cassumunar Roxb). Jurnal Farmasi Udayana, 7 (2), hal 45-52.
Hadisoewignyo, Lannie et al. 2011. Pengaruh Bahan Pengisi pada Tblet Ibuprofen dengan
Metode Cetak Langsung. Majalah Farmasi Indonesia, 22(4), hal 279-285.
Kuswahyuning, Rina dan Sri Sulihtyowati S. 2005. Pengaruh Laktosa dan Povidon dalam
Formula Tabet Ekstrak Kaempferia galanga L. secara Granulasi Basah.
Majalah Farmasi Indonesia, 16 (2), hal 110-115.
Setyawan, Dwi et al. 2010. Pengaruh Avicel PH102 terhadap Karakteristik Fisik dan Laju
Disolusi Orally Disintegrating Tablet Piroksisam dengan Metode Cetak
Langsung. Majalah Ilmu Kefarmasian, 7(1), hal 9-16.
Syukri, et al. 2018. Pemilihan Bahan Pengisis untuk Formulasi Tablet Ekstrak Buah
Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Boerl). Jurnal Sains Farmasi dan
Klinis, 5 (1), hal 66-71.
LAMPIRAN
Hasil pengukuran bobot tablet
I. Tujuan
1. Menentukan formulasi yang tepat untuk sediaan tablet sulfadimidin 500 mg dengan
metode granulasi kering.
2. Menentukan hasil evaluasi sediaan tablet sulfadimidin 500 mg.
III. Formulasi
IV. Preformulasi
4.1. Preformulasi Zat Aktif
Avicel PH 102
Amilum
Talk
(https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov)
Rumus Molekul Mg6(Si2O5)4(OH)4
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 728)
Berat Molekul 379,27 g/mol
(https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov)
Kekerasan 1.0-1.5 (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 728)
Pemerian serbuk kristal halus berwarna putih hingga kelabu, tidak berbau
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 728)
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, asam, basa, dan pelarut organik
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 729)
Stabilita Stabil (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 728)
Penyimpanan Disimpan di wadah tertutup rapat, di tempat yang sejuk dan
kering.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 729)
Inkompatibilitas Inkompatibel dengan senyawa ammonium kuartener (Handbook of
Pharmaceutical Excipients 6th, hal 729).
Fungsi Glidan
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 728)
Magnesium stearat
(sigmaaldrich.com)
Rumus Molekul C36H70MgO4
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 404)
Berat Molekul 591,2 g/mol (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 404)
Titik Leleh 117-150 oC (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 404)
Densitas Densitas (bulk)= 0,159 g/cm3
Densitas (tapped) = 0,286 g/cm3
Denistas (true) = 1,092 g/cm3
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 404)
Pemerian Serbuk putih, sangat halus, dengan bobot jenis rendah
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 404)
Kelarutan Praktis tidak larut dalam etanol dan air; sedikit larut dalam etanol
(95%) hangat.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 404)
Stabilita Stabil (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 404)
Penyimpanan Disimpan di wadah tertutup rapat, di tempat yang sejuk dan
kering.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 404)
Inkompatibilitas Inkompatibel dengan asam kuat, basa, dan garam besi. Hindari
pencampuran dengan zat pengoksidasi. Mg stearat tidak dapat
digunakan untuk produk yang mengandung aspirin, beberapa
vitamin, dan basa alkaloid.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 405)
Fungsi Lubrikan (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 404)
V. Rasionalisasi Formula
Pada percobaan kali ini dilakukan pembuatan tablet Sulfadimidin 500 mg
menggunakan metode granulasi kering. Sulfadimidin merupakan serbuk kristalin yang
higroskopis sehingga dapat menarik lembab (Reynolds, 1982). Karena hal tersebut, jika
Sulfadimidin dibuat dalam bentuk tablet tidak dapat menggunakan metode yang
memerlukan tambahan pelarut seperti kempa langsung dengan granulat dasar maupun
granulasi basah.
Untuk membuat tablet digunakan beberapa jenis eksipien. Pada pembuatan fase
dalam digunakan PEG 6000 sebagai pengikat, Amprotab sebagai penghancur dalam dan
Avicel PH102 sebagai pengisi. PEG 6000 digunakan sebagai pengikat karena dapat
menambah daya ikat antar partikel dalam matriks sehingga meningkatkan kekerasan tablet.
Kekerasan yang tinggi akan memperlama waktu hancur karena harus memecah ikatan PEG
6000 dengan dengan partikel matriks. Kekerasan dibutuhkan tablet untuk mempertahankan
stabilitanya sebelum dikonsumsi oleh pasien. Sedangkan kerapuhan tablet akan berkurang
karena PEG meningkatkan kompresibilitas (Wade and Weller, 1994). Amprotab
merupakan pati turunan selulosa yang digunakan sebagai penghancur dalam tablet. Pati
memiliki sifat hidrofilik yang mempunyai kemampuan menyerap air dan membentuk pori-
pori dalam tablet. Hal ini akan meningkatkan penetrasi air ke dalam tablet, sehingga akan
mempercepat waktu hancur tablet (Voigt, 1984). Avicel PH102 dipilih sebagai pengisi
karena memiliki sifat alir yang baik disebabkan berbentu sferis serta ukuran partikelnya
besar (Setyawam, 2010). Avicel juga dapat meningkatkan kompaktibilitas (Wade and
Weller, 1994).
Kemudian pada pembuatan fase luar digunakan Magnesium stearat sebagai
lubrikan, talk sebagai glidan dan amilum sebagai disintegran atau penghancur luar.
Magnesium stearat digunakan sebagai lubrikan dalam pembuatan tablet karena dengan
penggunaan yang sedikit dapat memperbaiki waktu alir (Sheth et al, 1980). Talk yang
digunakan sebagai glidan atau pelincir yang meningkatkan sifat aliran dengan mengurangi
gesekan antar partikel padat.
VI. Perhitungan
Akan dibuat 300 tablet Sulfadimidin 500 mg dengan bobot masing-masing tablet 500 mg.
Untuk tujuan pelebihan bahan maka dilakukan perhitungan untuk 400 tablet.
Untuk menghindari kerusakan pada alat dan suara yang ditimbulkan saat dilakukan slug,
maka diperlukan penambahan glidan dan lubrikan. Jumlah penambahan biasanya adalah
setengah dari jumlah yang ditambahkan dengan perhitungan sebagai berikut,
Total massa yang akan dislug untuk 400 tablet yaitu 280,5 g
1
Mg Stearat = x 265,43 g = 2,838 g
93,5
0,5
Talk = x 265,43 g = 1,419 g
93,5
5
Amilum = x 265,43 g = 14,194 g +
93,5
Total = 18,451 g
[265,43 g+ 18,451 g]
o Total massa kempa = = 0,738 g / tablet
384,681tablet
VII. Prosedur
1. Sulfadimidin dan masing-masing eksipien ditimbang sejumlah yang diperlukan lalu
dihaluskan terlebih dahulu dalam mesin penggiling.
2. Sulfadimidin dicampurkan dengan fase dalam yaitu PEG 6000, amprotab, dan Avicel
PH102 ke dalam mesin turbula mixer dan diaduk selama 10 menit, kemudian
ditambahkan setengah bagian dari fase luar yaitu Mg stearat, talk dan amilum lalu
diaduk selama 2 menit.
3. Campuran serbuk pada tahap 2 dikempa dengan mesin bongkah, yang akan
menghasilkan bongkahan.
4. Bongkahan diekstrusi melalui penyaring 16-20 mesh. Dilakukan In Process Control
(IPC) terhadap granul terutama kecepatan aliran dan kompresibilitas.
5. Apabila belum memenuhi kriteria, serbuk halus yang dihasilkan pada tahap 4 kembali
dipadatkan dengan mesin bongkah.
6. Bongkahan hasil tahap 5 diekstrusi kembali melalui penyaring 16-20 mesh.
7. Setelah dilakukan IPC dan dinyatakan memenuhi kriteria, granul yang dihasilkan
dicampurkan dengan sisa fase luar sebagai massa kempa.
8. Massa dikempa menjadi tablet.
9. Dilakukan evaluasi akhir sediaan tablet.
VIII. Evaluasi
Evaluasi Granul
Memenuhi
syarat
2. Keseragaman Diambil 30 tablet. Keseragaman sediaan Tidak
Sediaan: Dilakukan penetapan dan memenuhi syarat jika dilakukan.
Keragaman persen kadar zat aktif NP dari tablet 10 tablet
bobot (FI V, terhadap jumlah yang pertama ≤L1%. Jika
hal 1527) tertera pada etiket (A) NP> 1%, dilakukan
dengan asumsi kadar zat pengujian pada 20
aktif dalam sediaan tablet tambahan dan
homogen. Kemudian 30 NP dihitung kembali.
tablet diambil. 10 tablet Memenuhi syarat jika
ditimbang satu persatu (w1, NP akhir dari 30 tablet
w2,.....w10). Zat aktif tiap ≤L1% dan tidak ada
tablet dihitung (X1, satu tabletpun dengan
X2,.....X10) yang dinyatakan kadar < [1-(0,01)
dalam persen dari jumlah (1.2)]M atau >
yang tertera pada etiket dari [1+(0,01)(1.2)]M. Jika
hasil penetapan kadar (Xi = tidak dinyatakan lain
wi/wrata-ratax A). Nilai dalam monografi, nilai
penerimaannya dihitung. L1= 15,0 dan 1,2 =
NP= │M-X│+ks 25,0
3. Keseragaman 20 tablet diambil secara - Tidak boleh lebih dari Rata-rata =
Bobot acak, kemudian ditimbang 2 tablet yang memiliki 749,81 + 5,362.
(FI III, hal 7) satu persatu. Bobot rata-rata bobot menyimpang dari
dan penyimpangan bobot bobot rata-rata > nilai Rentang + 5%
rata-rata dihitung. yang ditetapkan dari = 712,32-787,3
kolom A. mg
Bobot Penyimpangan - Tidak ada satupun Rentang + 10%
rata-rata bobot rata-rata (%)
tablet yang bobotnya = 674,83-824,79
A B
≤ 25 mg 15% 30% menyimpang dari bobot mg
26-150 10 % 20 %
rata-rata> harga yang
mg
151-300 7,5% 15% ditetapkan kolom B. Tidak ada tablet
mg
Untuk sediaan dengan yang bobotnya
>300 5% 10%
mg bobot 750 mg nilai A melebihi
adalah 5% dan nilai B simpangan yang
adalah 10%. diperbolehkan
sehingga
sediaan
dinyatakan
memenuhi
syarat
4. Friabilitas Tablet diambil secara acak Friabilitas tablet tidak a = 7,47 g
(USP 41, hal setara dengan 6,5 g. Tablet lebih dari 1% untuk b = 7,39 g
7634) dibersihkan satu persatu rata-rata tiga kali
dan seluruh tablet pengujian. Friabilitas
ditimbang (a). Tablet = (7,47-7,39) /
dimasukkan ke dalam alat 7,47 x 100% = 1
dan alat dijalankan %
sebanyak 100 putaran
dengan kecepatan 25 rpm. Memenuhi
Seluruh tablet diambil dan syarat
timbang kembali (b).
Persamaan friabilitas
dihitung. Jika terjadi
kerusakan tablet pengujian
diulangi hingga total 3 kali.
Persamaan Friabilitas (f)
f =(a-b)/ a x 100%
5. Waktu hancur Bejana diisi dengan air. Waktu hancur seluruh 46,42 detik
(FI V, 1613) Volume bejana diatur tablet tidak lebih dari
sedemikian rupa sehingga 15 menit. Memenuhi
pada kedudukan tertinggi, syarat
lempeng kasa tepat pada
permukaan larutan dan pada
kedudukan terendah mulut
tabung tetap di atas
permukaan. Suhu medium
diatur 37 ± 2oC. Masing-
masing dimasukkan ke
dalam 6 tabung pada alat
uji. Alat uji dioperasikan
dengan secara menaik-
turunkan keranjang secara
teratur 30 kali setiap menit.
Tablet diamati selama
pengujian dan waktu yang
dibutuhkan untuk
menghancurkan tiap tablet
dicatat. Tablet dianggap
hancur jika tidak ada bagian
tablet yang tertinggal di
atas kasa kecuali fragmen-
fragmen bahan pembantu.
6. Disolusi (FI Diambil 24 tablet. Media - S1 : tiap tablet ≥ Q + Tidak
V, hal 160 dan alat disolusi disiapkan. 5% dilakukan.
dan 517) Media disolusi dimasukkan - S2 : Rata-rata 12
ke dalam wadah, pemanas tablet ≥ Q dan tidak
dijalankan hingga media ada staupun yang < Q -
mencapai suhu 37± 0,5oC. 15 %.
Satu tablet dimasukkan ke - S3 : Rata-rata dari 24
dalam masing-masing tablet ≥ Q, tidak lebih
wadah, dijaga agar dari 2 tablet yang <Q-
gelembung udara tidak 15 % dan tidak ada
menempel pada permukaan satupun yang < Q-25%.
tablet. Alat dioperasikan
dengan kecepatan
pengadukan 50 rpm. Dalam
interval waktu ditentukan,
sejumlah sampel pada
daerah pertengahan antara
permukaan media dan
bagian atas keranjang (alat
1) atau dayung (alat 2),
tidak kurang dari 1 cm dari
dinding wadah. Persentase
jumlah zat aktif yang
terlarut ditentukan dari
jumlah yang tertera pada
etiket dengan metode
analisis yang sesuai.
Pengujian dilakukan
sebanyak 3 tahap. (S1dan
S2 = 6 tablet; S3= 12).
7. Penetapan Diambil 20 tablet. Mengandung Tidak dilakukan
Kadar (FI V, Dilakukan dengan metode Sulfadimidin tidak
hal 1230 dan titrasi nitrimetri kurang dari 90% dan
1485) Baku pembanding tidak lebih dari 110%
Sulfanilamid BPFI, dari jumlah yang tertera
dikeringkan 3 jam sebelum pada etiket.
digunakan.
Tablet ditimbang dan
serbuk dihaluskan.
Ditimbang sejumlah serbuk
setara dengan 500 mg
sulfadimidin, lalu
dimasukkan ke gelas piala
yang sesuai. Ditambahkan
20 ml asam klorida P dan
50 ml air, diaduk hingga
larut. Larutan didinginkan
hingga suhu +15oC dan
dititrasi perlahan dengan
natrium nitrit 0,1 M LV
yang sudah dibakukan
terhadap sulfanilamid BPFI.
IX. Pembahasan
Eksipien yang digunakan adalam pembuatan tablet ini adalah PEG 6000 sebagai
pengikat, amprotab sebagai penghancur fase dalam, Avicel PH102 sebagai pengikat
sekaligus disintegran, magnesium stearat sebagai lubrikan, talk sebagai glidan dan
amilum sebagai penghancur fase luar. Terdapat dua jenis bahan penghancur yang
ditambahkan yaitu bahan penghancur fase dalam dan fase luar. Penghancur fase luar
berperan dalam pemecahan tablet menjadi granul sedangkan penghancur fase dalam
berperan dalam pemecahan granul menjadi fragmen-fragmen yang lebih kecil (Aulton,
2007). Mekanisme amilum sebagai penghancur yaitu swelling atau pengembangan setelah
kontak dengan air sehingga menyebabkan tablet hancur.
Mekanisme ikatan yang terjadi pada PEG 6000 sebagai pengikat adalah adsorpsi
pada permukaan partikel. PEG 6000 merupakan polimer yang akan terdeposit sebagai
lapisan lilin yang akan melingkupi partikel (Krycer & David, 1983). Adanya gaya adhesi
antara partikel dengan pengikat dan gaya kohesi antara partikel pengikat akan
menyebabkan terjadinya aglomerasi dan peningkatan ukuran partikel (granul).
Talk berfungsi sebagai glidan untuk mengurangi gesekan antar partikel, hal ini
dapat memperbaiki sifat aliran granul sehingga granul mudah mengalir ketika proses
pencetakan tablet. Magnesium stearat berfungsi sebagai lubrikan agar dapat mengurangi
friksi antara granul dengan mesin cetak tablet (punch and dies) sehingga ketika dicetak,
tablet tidak menempel pada punch dan dies.
Fase luar ditambahkan setengah bagian pada tahap awal sebelum dilakukan
slugging, hal ini untuk mengurangi friksi antara partikel dengan alat sehingga
memudahkan pengeluaran bongkahan dari cetakan. Selain itu juga untuk mengurangi
gaya antarpartikel sehingga aliran meningkat dan tekanan terdistribusi secara merata pada
saat pengempaan. Pencampuran fase dalam dilakukan dengan turbula mixer selama 10
menit sedangkan pencampuran fase luar dilakukan selama 2 menit. Hal ini dikarenakan
magnesium stearat bersifat hidrofobik sehingga apabila dicampur terlalu lama dapat
mengubah sifat permukaan massa bongkah maupun tablet menjadi terlalu hidrofobik.
Akibatnya tablet akan sulit terpenetrasi oleh air dan laju disolusinya melambat.
Evaluasi granul lain yang dilakukan adalah penentuan bobot jenis nyata, bobot
jenis mampat dan indeks kompresibilitas. Kompresibilitas merupakan kemampuan bahan
menerima tekanan untuk membentuk massa yang kompak dengan kekerasan optimal
tanpa perlu tekanan yang berlebihan (Byrn, Zografi, & Chen, 2017). Uji kompresibilitas
dilakukan untuk mengetahui kemampatan campuran serbuk dan menentukan kelayakan
campuran serbuk untuk dikempa. Diperoleh hasil secara berturut-turut yaitu 0,644 g/cm3,
0,825 g/cm3 dan 28,106%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa granul memiliki
sifat aliran yang buruk. Hal ini dapat disebabkan karena distribusi ukuran partikel kurang
baik dimana persentasi fines dalam massa kempa tinggi sehingga perbedaan volume awal
dan volume mampatnya tinggi dan indeks kompresibilitasnya tinggi.
Berdasarkan evaluasi tablet diperoleh tablet sulfadimidin yang berbentuk bulat,
dengan permukaan yang rata serta tidak terdapat noda ataupun bintik. Berdasarkan
evaluasi keseragaman ukuran diperoleh diameter rata-rata 1,332 cm+ 0,494 cm dan
ketebalan rata-rata 0,494 + 0,005 cm. Kriteria penerimaan untuk uji ini yaitu diameter
tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 ⅓ tebal tablet. Sehingga berdasarkan
perhitungan dapat disimpulkan diameter tablet yang diperbolehkan yaitu berada pada
rentang 0,659-1,482 cm. Diameter seluruh tablet yang diuji berada dalam rentang tersebut
sehingga sediaan dinyatakan memenuhi syarat.
Berdasarkan pengujian waktu hancur diperoleh hasil 46,42 detik. Nilai ini
memenuhi persyaratan waktu hancur yaitu di bawah 15 menit. Waktu hancur dipengaruhi
oleh jumlah, jenis dan sifat dari bahan pengikat serta bahan penghancur. Waktu hancur
yang cepat akan mempercepat proses disolusi sehingga onset obat singkat.
Dari uji kekerasan tablet diperoleh hasil rata-rata kekerasan tablet 7,37 kg dengan
standar deviasi 1,91 kg. Terdapat 1 tablet yang memiliki kekerasan diluar rentang.
Sehingga sediaan dinyatakan tidak memenuhi syarat uji kekerasan tablet. Selain itu, pada
uji ini diperoleh nilai standar deviasi yang cukup besar. Hal ini dikarenakan distribusi
ukuran partikel pada massa kempa yang kurang baik sehingga ketika diberi tekanan
menghasilkan massa kompak yang kekuatannya berbeda-beda. Berdasarkan evaluasi
tablet yang telah dilakukan, sediaan dinyatakan memenuhi syarat keseragaman ukuran,
keseragaman bobot, friabilitas, friksibilitas, waktu hancur dan organoleptik. Tetapi tidak
memenuhi syarat kekerasan, dan diperoleh sifat aliran yang buruk. Usulan perbaikan
formulasi yaitu dengan mengurangi jumlah bahan pengikat, atau seharusnya dilakukan
proses slugging lagi untuk memperoleh sifat alir yang lebih baik.
X. Kesimpulan
b) Evaluasi tablet
Granulasi basah adalah proses menambahkan cairan pengikat pada suatu serbuk
atau campuran serbuk dalam suatu wadah yang dilengkapi dengan pengadukan yang akan
menghasilkan aglomerasi atau granul. Metode granulasi basah cocok digunakan untmuk zat
aktif atau campuran bahan yang tidak memiliki aliran dan kompresibilitas serta
kompaktibilitas yang baik namun tahan terhadap pemanasan dan lembab. Keuntungan
metode granulasi basah antara lain mendapat sifat aliran kohesivitas yang cocok untuk
pengempaan pada zat aktif dosis tinggi, distribusi dan keseragaman kandungan yang baik
untuk zat aktif dosis kecil dan eksipien pewarna yang larut akan diperoleh, meningkatkan
laju disolusi zat aktif yang tidak larut. Keterbatasan granulasi basah yaitu peningkatan
biaya karena menyangkut penggunaan ruangan, waktu dan peralatan relatif banyak.
Permasalahan yang dapat timbul selama proses adalah derajat pembasahan atau pembuatan
massa granul dari serbuk.
Kuinidin sulfat merupakan obat golongan aritmia 1a dan juga berperan sebagai
antimuskarinik serta alfa-adrenoreseptor bloker. Kuinidin sulfat biasa digunakan untuk
mengobati berbagai penyakit seperti supresi takikardia superventrikel dan aritmia ventrikel
(Reynolds, 1982). Kuinidin sulfat sedikit larut dalam air tetapi mudah larut dalam air
mendidih. Bentuk sediaan kuinidin sulfat yang biasa dijumpai antara lain tablet dan kapsul
(Lund, 1994).
III. Formulasi
IV. Preformulasi
4.1. Preformulasi Zat Aktif
Nama Zat Kuinidin Sulfat
Struktur Molekul
(https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov)
Rumus Molekul (C20H24N2O2)2.H2SO4
Berat Molekul 782,9 g/mol (Farmakope Indonesia Jilid V, hal. 743)
Pemerian Hablur putih, bentuk seperti jarum, halus, atau serbuk putih. Kadang-
kadang berbentuk masa menggumpal; tidak berbau; rasa sangat pahit,
berwarna jika terpapar cahaya
(Farmakope Indonesia Jilid V, hal. 743)
Kelarutan Sukar larut dalam air, larut dalam etanol.
(Farmakope Indonesia Jilid V, hal. 743)
Stabilita Meleleh pada suhu 207oC disertai dekomposisi.
(The Pharmaceutical Codex 12th, hal. 1029)
Penyimpanan Simpan dalam wadah tertutup baik, tidak tembus cahaya.
(Farmakope Indonesia Jilid V, hal. 744)
Inkompatibilitas Inkompatibel dengan alkali, iodida dan tannic acid
(The Pharmaceutical Codex 12th, hal. 1030)
Fungsi Antifibrilan
(Farmakope Indonesia Jilid III, hal. 544)
(https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov)
Rumus Molekul C12H22O11
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal. 359)
Berat Molekul 342,3 g/mol
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal. 359)
Pemerian Partikel atau serbuk kristalin berwarna putih hingga hampir putih
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal. 359)
Densitas Densitas (true) 1.589 g/cm3
Densitas (bulk) 0.71 g/cm3
Densitas (tapped) 0.88 g/cm3
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal. 359-360)
Tensile Strength 2.577 Mpa (pada tekanan kompresi 177.8 MPa)
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, ha .360)
Kelarutan Larut dalam air, sebagian larut dalam etanol (95%)
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal. 360)
Stabilita Dapat ditumbuhi jamur pada kondisi lembap (di atas 80% RH) sehingga
berwarna kecoklatan.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal. 360)
Penyimpanan Di tempat sejuk, kering dan dalam wadah tertutup rapat.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal. 360)
Inkompatibilitas Tidak kompatibel dengan oksidator kuat. Dapat berinteraksi dengan amin
primer dan sekunder (Reaksi Maillard) ketika disimpan dalam kondisi
yang lembap dalam jangka waktu yang lama.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal. 360)
Fungsi Pengisi, pengikat tablet.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal. 360)
Amilum
Nama Zat Amilum
Struktur Molekul
Talk
Nama Zat Talk
Struktur Molekul
(https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov)
Rumus Molekul Mg6(Si2O5)4(OH)4
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 728)
Berat Molekul 379,27 g/mol
(https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov)
Kekerasan 1.0-1.5 (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 728)
Pemerian serbuk kristal halus berwarna putih hingga kelabu, tidak berbau
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 728)
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, asam, basa, dan pelarut organic
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 729)
Stabilita Stabil
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 728)
Penyimpanan Disimpan di wadah tertutup rapat, di tempat yang sejuk dan kering.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 729)
Inkompatibilitas Inkompatibel dengan senyawa amonium kuartener (Handbook of
Pharmaceutical Excipients 6th, hal 729).
Fungsi Glidan
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 728)
Mg stearat
Nama Zat Magnesium stearat
Struktur Molekul
(sigmaaldrich.com)
Rumus Molekul C36H70MgO4
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 404)
Berat Molekul 591,2 g/mol (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 404)
Titik Leleh 117-150 oC (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 404)
Densitas Densitas (bulk)= 0,159 g/cm3
Densitas (tapped) = 0,286 g/cm3
Densitas (true) = 1,092 g/cm3
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 404)
Pemerian serbuk putih, sangat halus, dengan bobot jenis rendah
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 404)
Kelarutan Praktis tidak larut dalam etanol dan air; sedikit larut dalam etanol (95%)
hangat.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 404)
Stabilita Stabil
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 404)
Penyimpanan Disimpan di wadah tertutup rapat, di tempat yang sejuk dan kering.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 404)
Inkompatibilitas Inkompatibel dengan asam kuat, basa, dan garam besi. Hindari
pencampuran dengan zat pengoksidasi. Mg stearat tidak dapat digunakan
untuk produk yang mengandung aspirin, beberapa vitamin, dan basa
alkaloid.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 405)
Fungsi Lubrikan
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, hal 404)
V. Rasionalisasi Formula
Zat aktif yang digunakan pada percobaan ini yaitu kuinidin sulfat 100 mg
menggunakan metode granulasi basah. Dari data preformulasi dapat diketahui bahwa
Kuinidin sulfat bersifat tahan terhadap panas dan lembab. Oleh karena itu pembuatan
sediaan tablet kuinidin sulfat dapat dilakukan menggunakan metode granulasi basah. Pada
metode pembuatan tablet dengan granulasi basah digunakan eksipien untuk fase dalam dan
fase luar. Pada pembuatan fase dalam digunakan musilago amili, starch 1500, dan laktosa.
Sedangkan untuk fase luar digunakan amilum, talk, dan Magnesium stearat. Musilago amili
berfungsi sebagai pengikat granul yang dibuat dengan cara melarutkan amilum kering
dalam air di atas penangas. Starch 1500 berfungsi sebagai pengancur dengan cara
pengembangan. Saat tablet yang berisi starch 1500 terkena air, tablet akan mengembang
sehingga tablet menjadi mudah pecah dan hancur. Laktosa berfungsi sebagai zat pengisi
tablet agar didapatkan bobot tablet yang sesuai dengan yang diharapkan. Amilum berfungsi
sebagai disintegran, bersifat hidrofilik sehingga air dapat berpenetrasi menyebabkan
terjadinya proses mengembang. Talk berfungsi sebagai glidan untuk mengurangi gesekan
antar partikel. Hal ini dapat memperbaiki sifat aliran granul sehingga granul mudah
dibentuk menjadi tablet. Mg stearat berfungsi sebagai lubrikan agar dapat mengurangi
friksi antara granul dengan mesin cetak tablet (punch and dies).
VI. Perhitungan
Setelah granulasi diperoleh massa granul kering= 79,54 gram dengan kandungan lembab
3%
Perhitungan jumlah tablet actual & bobot tablet tanpa mempertimbangkan kelembapan
bobot aktual granul
Jumlah tablet aktual = x jumlah teoritikal tablet
bobot granulteoritis
79,54 g
= x 300 tablet = 288,18 tablet
82,8 g
fasa dalam+ fasaluar
Bobot tablet =
jumlah tablet
79,54 g +6,917 g
= = 0,3 gram/tablet
288,18
VII. Prosedur
Pembuatan Musilago Amili
1. Gelas kimia dan batang pengaduk ditimbang.
2. Amilum kering ditimbang sebanyak 2,76 gram.
3. Sebanyak 23 mL aquades dimasukkan ke dalam gelas kimia lalu ditambahkan amilum
dan diaduk hingga homogen dan membentuk suspensi.
4. Suspensi dipanaskan sambil diaduk hingga mendidih.
5. Gelatinasi sempurna jika musilago sudah transparan.
6. Musilago amili, gelas kimia, dan batang pengaduk ditimbang kembali.
7. Bobot musilago amili dihitung, jika belum mencapai 27,6 gram kemudian digenapkan
dengan aquades.
Pembuatan Tablet
1. Zat aktif masing-masing dihaluskan secara terpisah (jika diperlukan).
2. Zat aktif, bahan pengisi, dan bahan penghancur dalam dicampur menggunakan
turbular mixer (pengikat ditambahkan dengan cara basah) selama 10 menit.
3. Pembuatan massa basah dilakukan dalam planetary mixer, penambahan cairan
penggranulasi dilakukan secara bertahap dengan cairan penggranulasi.
4. Massa lembab dibentuk menjadi granul dengan mengekstrusi melalui mesin oscillating
granulator menggunakan ayakan berukuran 10-14 mesh atau dilewatkan secara
manual.
5. Granul lembab kemudian dikeringkan dalam oven suhu 50-60oC, kemudian dihitung
kandungan lembabnya menggunakan moisture balance (1-3%)
6. Granul yang telah dikeringkan, dilewatkan kembali melalui ayakan berukuran 16 – 20
mesh.
7. Granul dilakukan IPC (laju alir, kompresibilitas, distribusi ukuran partikel).
8. Granul yang telah memenuhi syarat dicampur dengan fase luar menggunakan turbular
mixer selama 2 menit.
9. Massa kempa yang diperoleh kemudian dikempa menjadi tablet menggunakan ukuran
punch yang sesuai.
10. Tablet yang diperoleh dilakukan evaluasi.
VIII. Evaluasi
Evaluasi Granul
Distribusi berukuran paling halus diletakkan distribusi normal Mesh 60: 12,67 g
Mesh 80: 12,76 g
Ukuran di bagian bawah. Granul diletakkan
Mesh 120: 14,19 g
Granul) pada pengayak paling atas. Lalu,
Dasar(>120): 19,39 g
(FI V hal. mesin digetarkan selama 20 menit.
Bobot granul: 23,59
1514) Granul yang tertinggal di tiap
gram
pengayak ditimbang dan dihitung Granul tidak
persentase serta ukuran mengikuti distribusi
diameternya. normal
5. Penetapan Penetapan kadar dilakukan dnegan Tidak kurang dari Tidak dilakukan
Kadar (FI V titrasi menggunakan asam perklorat 90% dan tidak
hal. 744) dan indikator p-naftolbenzein lebih dari 110%
sesuai yang tertera pada monografi dari jumlah yang
kuinidin sulfat. tertera pada etiket.
1 ml asam perklorat 0,1 N ~ 24,9
gram kuinidin sulfat
(C20H24N2O2)2.H2SO4
Evaluasi Tablet
IX. Pembahasan
Kuinidin sulfat merupakan obat golongan aritmia 1A dan juga berperan sebagai
antimuskarinik serta alfa-adrenoreseptor bloker. Kuinidin sulfat biasa digunakan untuk
mengobati berbagai penyakit seperti supresi takikardia superventrikel dan aritmia ventrikel
(Reynolds, 1982). Kuinidin sulfat sedikit larut dalam air tetapi mudah larut dalam air
mendidih, tahan terhadao pemanasan dan tidak terhidrolisis ketika kontak dengan air
menyebabkan kuinidin sulfat cocok jika diformulasikan dengan metode pembuatan
granulasi basah.
Keuntungan metode granulasi basah antara lain mendapat sifat aliran kohesivitas
yang cocok untuk pengempaan pada zat aktif dosis tinggi, distribusi dan keseragaman
kandungan yang baik untuk zat aktif dosis kecil dan eksipien pewarna yang larut akan
diperoleh, meningkatkan laju disolusi zat aktif yang tidak larut, dapat mencegah pemisahan
komponen campuran serbuk yang homogen selama proses, pemindahan dan penanganan;
meningkatkan dan memperbaiki kepadatan serbuk dan memungkinkan untuk membuat
permukaan hidrofob menjadi hidrofil.
Dalam formula, digunakan eksipien untuk fase dalam dan fase luar. Fase dalam
digunakan musilago amili, starch 1500, dan laktosa, sedangkan fase luar digunakan
amilum, talk, dan Magnesium stearat. Musilago amili berfungsi sebagai pengikat granul
fase dalam yang dibuat dengan cara melarutkan amilum kering dalam air di atas penangas.
Mekanisme ikatan yang terbentuk dari musilago amili didasarkan pada adsorpsi permukaan
zat aktif (Tipe Non Freely Moveable Binder Bridge). Ketika musilago amili ditambahkan
pertama kali, akan teradsorpsi di permukaan partikel, kemudian pengikat yang teradsorpsi
akan kontak satu sama lain dengan partikel lain sehingga dapat dibentuk granul. Starch
1500 berfungsi sebagai penghancur fase dalam, bekerja dengan mekanisme swelling atau
mengembang. Saat tablet kontak dengan air, penghancur fase luar akan membantu proses
liberasi tablet (pecah dan hancur), kemudian starch 1500 dalam granul fase dalam akan
mengembang menyebabkan zat aktif terlepas dari granul dan mempermudah terjadinya
proses disolusi. Laktosa berfungsi sebagai pengisi tablet agar didapatkan bobot tablet
sesuai dengan yang diharapkan. Amilum berfungsi sebagai penghancur fase luar, bersifat
hidrofilik sehingga air dapat berpenetrasi menyebabkan terjadinya proses mengembang.
Talk berfungsi sebagai glidan untuk mengurangi gesekan antar partikel, hal ini dapat
memperbaiki sifat aliran granul sehingga granul mudah mengalir ketika proses pencetakan
tablet. Mg stearat berfungsi sebagai lubrikan agar dapat mengurangi friksi antara granul
dengan mesin cetak tablet (punch and dies) sehingga ketika dicetak, tablet tidak menempel
pada punch dan dies.
Kerapatan serbuk ruahan dan mampat adalah persen perbandingan volume granul
tanpa pemampatan dengan volume yang telah dimampatkan. Pemampatan dilakukan
dengan cara granul diketuk sebanyak 500 ketukan menggunakan alat tap density tester
dalam gelas berskala kemudian dicatat volume awal dan volume akhir. Dari kerapatan
serbuk dapat ditentukan indeks kompresibilitas tablet. Kompresibilitas diartikan sebagai
sifat granul untuk mengubah volume ketika diberikan tekanan, dalam kasus ini adalah
pengempaan ketika pencetakan tablet.
Hal ini juga yang dapat mempengaruhi indeks kompresibilitas menjadi buruk.
Karena ukuran granul banyak terdisribusi pada ukuran >80, ketika diberi tekanan, terjadi
perubahan volume yang signifikan karena granul yang berukuran kecil akan cepat
mengisi rongga yang disebabkan oleh granul berukuran lebih besar.
Selanjutnya dilakukan evaluasi tablet. Dari hasil uji organoleptik tablet memenuhi
syarat yakni berbentuk bundar, berwarna putih, homogen, tidak berbintik dan tidak
bernoda. Kemudian dilakukan uji keseragaman ukuran. Keseragaman ukuran tablet
dilakukan dengan mengukur 20 tablet menggunakan jangka sorong baik diameter maupun
ketebalannya. Dari hasil percobaan didapat rata-rata diameter tablet adalah 0,9455 cm dan
tebal 0,3788 cm. Dari 20 tablet yang diuji, seluruhnya memenuhi persyaratan yakni tidak
lebih dari 3 kali diameter dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal.
Selanjutnya dilakukan pengujian keseragaman bobot (FI III). Sebanyak 20 tablet
ditimbang masing-masing dan dicatat bobotnya. Berdasarkan uji keseragaman bobot,
didapat bobot rata-rata tablet adalah 311,265 mg dengan standar deviasi 6,405. Karena
bobot tablet >300 mg, dilihat pada tabel persen penyimpangan A adalah 5% dan persen
penyimpangan B = 10%. Persyaratan keseragaman bobot adalah tidak lebih dari 2 tablet
yang menyimpang dari 5% bobot rata-rata, yaitu rentang 295,7-326,82 mg. Didapat
bahwa terdapat 1 tablet yang berada diluar rentang yakni 293,3 mg. Walaupun demikian,
masih tetap memenuhi persyaratan uji keseragaman bobot. Persyaratan kedua adalah
tidak boleh ada tablet yang bobotnya menyimpang dari 10% bobot rata-rata, yaitu berada
dalam rentang 280,14 - 342,4 mg. Didapat bahwa tidak ada tablet yang berada diluar
rentang, sehingga dapat disimpulkan bahwa tablet memenuhi uji keseragaman bobot.
Uji friabilitas dilakukan dengan menjatuhkan tablet dari ketinggian tertentu,
kemudian dihitung persen kehilangan bobot. Dari hasil pengujian didapat bahwa
friabilitas tablet 0,646%. Persyaratan friabilitas tablet adalah <1%, sehingga dapat
dikatakan bahwa tablet memenuhi syarat uji friabilitas. Uji friksibilitas dilakukan untuk
mengetahui persen kehilangan bobot yang disebabkan oleh gesekan antar tablet, dengan
persyaratan persen friksibilitas adalah <1%. Dari hasil perngujian didapat friabilitas
adalah 0,646% sehingga dapat disimpulkan bahwa tablet memenuhi uji friksibilitas.
Selanjutnya dilakukan uji waktu hancur. Digunakan 6 tablet, kemudian
dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air dengan suhu 37 ± 2oC. Uji dilakukan dengan
menaik-turunkan keranjang 30 kali setiap menit dan diamati waktu tablet hancur
sempurna. Dari percobaan didapat waktu hancur tablet kuinidin sulfat adalah 1 menit
30,67 detik. Uji waktu hancur yang diperoleh menunjukkan bahwa tablet memenuhi
persyaratan monografi yaitu tidak lebih dari 15 menit.
Uji disolusi dilakukan untuk memperkirakan hubungan bioavailabilitas in vivo
dari produk obat (ketika masuk ke dalam tubuh) . Uji disolusi penting karena dapat
dijadikan sebagai petunjuk untuk pengembangan formulasi dan produk obat, kontrol
kualitas selama proses produksi, pemastian kualitas bioekivalen in vitro antar batch dan
regulasi pemasaran produk obat (Allen dkk., 2005). Uji disolusi dilakukan menggunakan
alat disolusi tipe I (basket) menggunakan media HCl 0,1 N dengan suhu 37± 0,5oC
selama 30 menit, dan kecepatan putar adalah 100 rpm. Uji dilakukan pada menit ke-5, 10,
15, 20, dan 30. Larutan difiltrasi dan dimasukkan ke dalam vial chamber. Dibuat kurva
kalibrasi dari kuinidin sulfat dengan konsentrasi 3, 4, 6, 8, dan 10 ppm dalam larutan
media, kemudian diukur absorbansi menggunakan spektrofotometri UV dengan panjang
gelombang maksimal 249 nm. Absorbansi harus berada dalam rentang 0,2-0,8 agar
pengukuran akurat karena error yang dihasilkan minimum. Dari pengujian didapat kurva
kalibrasi adalah y = 0,0772x + 0,0064 dengan r2 = 0,998.
Berdasarkan monografi kuinidin sulfat dalam Farmakope Indonesia V halaman
743, nilai persen kadar terdisolusi (Q) tablet untuk uji disolusi adalah 85%. Dari hasil
percobaan didapat bahwa tablet memenuhi persyaratan S1 yaitu ≥ Q + 5% yakni ≥ 90%.
Pada tablet terdisolusi diatas 90% pada waktu 20 menit; tablet 2 pada waktu 5 menit;
tablet 3 pada waktu 10 menit; tablet 4,5 dan 6 pada waktu 5 menit. Hal ini sesuai dengan
waktu hancur tablet yaitu kurang lebih 1-2 menit sehingga disolusi tablet pun akan cepat.
Penurunan persen terdisolusi disebabkan karena pada menit awal, zat hampir terdisolusi
seluruhnya sehingga kemungkinan beberapa senyawa yang belum larut terbawa ketika
melakukan pengambilan sampel dimenit selanjutnya serta terencerkan oleh volume
pengganti. Selain itu karena proses sampling yang bersamaan pada keenam tabung proses
filtrasi yang mungkin tidak sempurna sehingga partikel tidak tersaring seluruhnya dan
mempengaruhi nilai absorbansi.
Kekerasan tablet dilakukan menggunakan alat tablet hardness tester. Diambil
sebanyak 20 tablet kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam alat. Skala yang
terbaca merupakan kekerasan tablet dalam satuan kp (1kp = 1kg). Persyaratan kekerasan
tablet yang baik adalah 4-10 kg. Dari hasil uji didapat rata-rata kekerasan tablet adalah
6,385 kp dengan standar deviasi adalah 1,5828. Tidak ada satupun tablet yang memiliki
kekerasan diluar rentang sehingga dapat disimpulkan bahwa tablet memenuhi persyaratan
uji kekerasan tablet.
X. Kesimpulan
1. Formula tablet kuinidin sulfat dengan metode granulasi basah :
2. Berdasarkan evaluasi dapat disimpulkan bahwa evaluasi granul dan tablet dengan hasil
sebagai berikut :
Penyimpangan kolom B
Tidak ada tablet yang
menyimpang.
Friabilitas 0,646% Memenuhi syarat
Waktu hancur 1menit 30,67 detik Memenuhi syarat
Disolusi Tablet 1 = 91,214% pada T: Memenuhi syarat S1
20’
Tablet 2 = 92,00% pada T: 5’
Tablet 3 = 91,309% pada T:
10’
Tablet 4 = 92,238% pada T: 5’
Tablet 5 = 94,336% pada T: 5’
Tablet 6 = 92%,238 pada T: 5’
Evaluasi Fabrikasi
Organoleptik Bundar, warna putih homogen, Memenuhi syarat
tidak berbintik dan bernoda
Friksibilitas 0,646% Memenuhi syarat
Kekerasan tablet 6,385 kg, tidak ada satupun Memenuhi syarat
diluar rentang
Kurva Kalibrasi
0.5
Konsentrasi
0.4 Absorbans
(ppm) 0.3 i
0.2
0.1
0
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Konsentrasi (ppm)
3 0,227
4 0,327
6 0,467
8 0,632
10 0,772
Persamaan :
y = 0,0772x + 0,0064
r2 = 0,9981
Absorbansi
Menit ke- Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3 Tabung 4 Tabung 5 Tabung 6
5 0,343 0,401 0,368 0,402 0,411 0,402
10 0,353 0,400 0,394 0,384 0,390 0,380
15 0,366 0,354 0,365 0,351 0,358 0,363
20 0,394 0,338 0,368 0,328 0,348 0,347
30 0,365 0,388 0,332 0,321 0,331 0,332
y = 0,0772x + 0,0064
Konsentrasi (mg/mL)
Menit ke- Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3 Tabung 4 Tabung 5 Tabung 6
5 4,3601 5,1113 4,6839 5,1243 5,2409 5,1243
10 4,4896 5,0984 5,0207 4,8911 4,9689 4,8393
15 4,6580 4,5025 4,6450 4,4637 4,5544 4,6191
20 5,0207 4,2953 4,6839 4,1658 4,4248 4,4119
30 4,6450 4,9430 4,2176 4,0751 4,2046 4,2176
Jumlah zat terdisolusi pada menit ke 5 tabung 1 :
Faktor pengeceran = 20 kali
= 4,3601 x 20 x 0,9 L
= 78,4818 mg
Faktor Koreksi
Menit ke- Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3 Tabung 4 Tabung 5 Tabung 6
10 0,8720 1,0222 0,9367 1,0248 1,0481 1,0248
15 0,9076 1,0196 1,0041 0,9782 0,9937 0,9678
20 0,9416 0,9005 0,9290 0,8927 0,9108 0,9238
30 1,0146 0,8590 0,9367 0,8331 0,8849 0,8823
[Zat Terdisolusi Kuinidin Sulfat] mutlak = [Zat Terdisolusi Kuinidin Sulfat Sebelum]
+ Faktor Koreksi
[Zat Terdisolusi Kuinidin Sulfat] mutlak = 80,8134 + 0,8720
= 81,685 mg
95
Jumalh Zat Terdisolusi (mg)
Tablet 1
90
Tablet 2
85 Tablet 3
Tablet 4
80 Tablet 5
Tablet 6
75
70
0 5 10 15 20 25 30 35
Waktu (menit)
12
10
8
6
4
2
0
0 20 40 60 80 100 120 140
Ukuran Mesh