Anda di halaman 1dari 28

SEDIAAN ORAL DENGAN

KETERSEDIAAN HAYATI
TERKENDALI
Pendahuluan
Bila di inginkan penderita mendapatkan aksi terapeutik dlm waktu yg cukup
lama dan dgn aksi tetap maka sebaiknya konsentrasi obat dlm darah dijaga
selama mungkin berada diatas nilai ambang efektif.
Idealnya kadar efektif zat aktif dlm darah dpt dipertahankan jika laju pecapaian
zat aktif dlm plasma sama dgn laju eliminasinya
SEDIAAN ORAL DENGAN
PELEPASAN TERKENDALI
Bentuk sediaan dengan pelepasan terkendali dibedakan atas waktu
pelepasan, sedangkan jumlah awal zat aktif yang dilepaskan harus
berkesinambungan dan tidak tergantung tempat dimana sediaan berada
atau pada laju perlintasan dari lambung ke usus.
Laju perlintasan obat dari lambung ke duodenum yang sangat beragam
tergantung pada pengisian atau pengosongan lambung, dan hal ini yang
menyebabkan perbedaan waktu laten(transit).
Nelson mengelompokkan sediaan dengan
aksi terkendali atas 3 golongan yaitu :

1. Sediaan dengan pelepasan atau aksi


dipertahankan, merupakan bentuk sediaan
yang mula-mula melepaskan zat aktif
dalam jumlah cukup untuk mendapatkan
ketersediaan hayati yang dikehendaki atau
untuk menimbulkan efek farmakologi
secepatnya dan dapat menjaga aktivitasnya
dalam waktu yang lebih lama mulai dari
obat diberikan dalam dosis tunggal.
Sediaan dengan pelepasan dipertahankan
harus diformula sedemikian hingga laju
pelepasan zat aktif setelah pelepasan dosis
awal sama dengan laju peniadaan atau
inaktivasi zat aktif.cth.nitrogliserin,Teofilin
2. Sediaan dengan aksi yang diperpanjang, merupakan sediaan
yang memberikan ketersediaan hayati yang diinginkan
dengan jumlah zat aktif yang cukup, atau mungkin
berlebih(tapi tdk berbahaya) dibandingkan dengan jumlah
yang diperlukan untuk mendapatkan aksi terapeutik yang
serupa pada pemberian dosis tunggal. Contohnya obat
golongan psikotropika dan narkotika misalnya codein,
heroin, morfin dan lain-lain.
3. Sediaan dengan aksi berulang, merupakan sediaan
seperti penyediaan dosis tunggal, dan melepaskan
dosis-dosis tunggal berikutnya dalam waktu tertentu
setelah pemberian obat.(Retard) cth :Feniramine
hidrogen maleat(Avil retard)
Merah : sediaan dengan aksi berulang
Jingga : sediaan dengan aksi diperpanjang
Hijau : sediaan dengan aksi dipertahankan
Contoh sediaan lepas
terkendali

Oral : nitrogliserin (Nitrospan) dlm microencapsulation,Teofilin(Constant


-T),VerapamilHCl(IsoptinSR),Karbamazepim(Tegretol XR)
Transdermal : clonidin dan nitrogliserin
Ophtalmic : pilokarpin
Parenteral : IM medroxyprogesteron acetat(Depo provera),SK Insulin dan IV
daunorubicin citrat.
Keuntungan dan Kerugian Sediaan
Dengan Pelepasan Terkendali

Kelebihan sediaan tersebut yang paling nyata adalah kesederhanaan


pengurangan dosis dan pengurangan frekwensi pemakaian obat
sehingga memudahkan penderita dan mengurangi resiko kesalahan
dan kelupaan.
Kelebihan lainnya dibandingkan
dengan bentuk sediaan biasa adalah :
Pengobatan berkesinambungan, sehingga dengan demikian dapat
dihindari pemakaian pada malam hari.
Pemasukan obat ke dalam tubuh terjadi secara tetap dan perlahan
sehingga dapat dihindari terjadinya puncak dan lembah plasmatik
yang dapat menggagalkan terapi.
Pengurangan atau penekanan efek samping yang disebabkan oleh
terjadinya pelepasan zat aktif pada dosis tinggi yang menyebabkan
puncak plasmatik yang tinggi dan diikuti lembah plasmatik dengan
efek terapetik yang tidak memadai.
Efektifitas tinggi karena kadar efektif
dalam darah bertahan lama, terutama
untuk zat aktif dengan t1/2 biologis
singkat (kurang dari 6 jam).
Obat yang diabsorbsi dengan proses
penjenuhan (Tiamin) akan diabsorbsi
lebih efektif bila diberikan sebagai
sediaan dengan pelepasan perlahan dari
pada pelepasan cepat
Kerugiaan pemberiaan sediaan
dengan aksi diperlama yang tidak
dapat diabaikan adalah :
Resiko terjadinya penumpukan bila laju perniadaan lambat dan obat
harus selalu bekerja selama 24 jam.
Kesulitan pengeluaraan obat dengan cepat bila terjadi toksisitas gawat
atau alergi.
Dapatnya pengulangan dan keteraturan efek farmakologi tergantung
pada laju pengosongan lambung.
Sering terjadi perubahan skema pelepasan zat aktif bila obat tidak
seluruhnya ditelan melainkan dipecah, digerus atau dikunyah dengan resiko
terjadi over dosis, pelepasan tidak pada tempatnya dan sangat berbahaya
terutama bila obat sangat aktif dan selanjutnya terjadi keadaan kurang dosis.
Meningkatkan kemungkinan (first pass effect
Mekanisme Pelepasan Terkendali
Berdasarkan cara pelepasan zat aktif, maka bentuk
sediaan dengan pelepasan terkendali di bedakan
atas:

1.Pelepasan bertahap atau tidak berkesinambungan,


zat aktif dilepaskan dari sediaan atau terlarut
sebagian dalam rentang waktu tertentu.
2.Pelepasan berkesinambungan, diperoleh dari
sediaan dengan pelarutan, atau pelepasan zat
aktif yang terjadi secara teratur, tidak terputus
sejak awal hingga dosis berakhir,ini merupakan
sediaan dengan pelepasan ideal
Pelepasan bertahap , pelepasan yang
terjadi oleh penghancuran yang
terkendali

Bentuk sediaan tersebut pada umumnya dibuat


dengan penyalutan berbagai bentuk sediaan yang
berfungsi sebagai penyangga zat aktif.
Bentuk sediaan penyangga yang paling sederhana
adalah tablet dengan aksi diulang. Bentuk tersebut
terdiri dari sebuah inti yang disalut dengan zat yang
tahan cairan lambung, salut enterik , jadi meliputi
penyalutan dan pengempaan ganda sediaan tablet
yang lapisan luarnya mengandung zat aktif dengan
dosis yang sama. Dalam saluran cerna, lapisan terluar
tersebut akan segera pecah dan melepaskan zat aktif
dengan dosis awal yang segera memberikan efek
terapetik . Setelah waktu tertentu terjadi pelarutan
penyalut inti di dalam cairan usus halus , selanjutnya
inti pecah dan terjadi pelepasan obat dalam dosis
baru.
Pelepasan berkesinambungan
1. Difusi secara dialisis melintasi membran permeabel
(penyalutan sawar)

Pelepasan berkesinanmbungan dapat dibuat dalam bentuk


tablet, dan terutama mikrogranul dengan penyalutan yang
disebut sawar, terdiri dari selaput tipis bahan penyalut yang
tidak larut dalam daerah fisiologi tetapi berpengaruh pada
permeabilitas membran. selaput tersebut menyebabkan
difusi zat zat aktif secara bertahap menuju cairan luar dengan
proses dialisis.
Jadi pelepasan zat aktif tergantung dari pada permeabilitas
membran. Difusi melintasi membran terjadi secara berurutan
dengan cara hidralasi atau dengan melintasi pori. Yang
terakhir ini terjadi karena mengembangnya bahan penyalut
dalam cairan cerna atau akibat pelarutan senyawa larut-air
yang terdapat dalam film.
2. Pencucian dan penembusan dari matriks inert yang tidak
larut

Setelah ditelan, tablet mencapai lambung dan segera


melepaskan sejumlah senyawa yang berada di pori pada
permukaan tablet sebagai dosis awal dan memberikan
efek yang cepat.
Kemudian cairan cerna akan menembus pori dan
melarutkan zat aktif secara progresif dan selanjutnya
berdifusi melintasi rongga-rongga menuju bagian luar.
Penambahan senyawa hidrofil ke dalam campuran yang
dikempa akan menyebabkan penarikan air ke dalam
pori-pori dan mendorong terjadinya pelepasan.
Sehubungan dengan pengeluaran zat aktif dari
matriks, maka semakin lama jumlah yang
dilepaskan semakin banyak, selanjutnya
terdapat bagian matriks yang mengandung zat
aktif dikelilingi oleh skualet kosong (kerangka)
yang harus dilalui oleh zat aktif secara difusi.
Jadi bagian yang mengandung zat aktif makin
lama makin berkurang, bersamaan dengan
perubahan luas permukaan tablet yang kontak
dengan cairan cerna.
Akhirnya skualet yang kosong akan dikeluarkan
bersama feses.
3. Difusi Pada Matriks Hidrofil

Matriks hidrofil diperoleh dari pengempaan campuran zat aktif yang relatif
larut dengan polimer atau gom hidrofil tak tercerna, bahan pengental yang
akan terbasahi dan mengembang bila kontak dengan cairan cerna.
Selanjutnaya membentuk membran jeli yang akan ditembus oleh zat aktif
secara bertahap
Pelepasan zat aktif dapat terjadi dalam 4 tahap :
Perembesan cairan pelarut ke dalam tablet bersamaan
dengan pelepasan sejumlah kecil dosis zat aktif (dosis awal).
Pengembangan gom hidrofil karena penyerapan air dan pembentukan lapisan
berlendir yang menghambat laju pelepasan.
Perembesan cairan lebih dalam dengan melintasi lapisan berlendir dan
pelarutan zat aktif
Difusi kadar zat aktif melintasi lapisan berlendir.
4. Pengikisan dan difusi matriks hidrofob
Setelah tablet ditelan skualet matriks rusak sedikit demi sedikit karena
pengikisan perlahan dan dilanjutkan dengan hidrolisis enzimatik bahan
penyusun berlemak.
Zat aktif akan dilepaskan dengan cara berkesinambungan berdasarkan
mekanisme rangkap sebagai berikut :
- Pengikisan terus menerus permukaan tablet bersamaan dengan
pelarutan zat aktif
- Penembusan zat aktif menuju cairan luar.
Tablet tidak mengalami peluruhan tetapi tetap berada dalam bentuk
geometriknya di sepanjang saluran cerna. Bentuk matriks ini tidak berubah
walaupun tablet terkikis , larut dan teramati adanya penurunan
berkesinambungan dari jumlah zat aktif yang dilepaskan setiap satuan waktu
dan penciutan permukaan tablet secara bertahap.
5. Elusi dari kompleks yg
sukar larut
a. Resin pengganti ion
Penggunaan resin pengganti ion dpt memperlama efek obat di
dasarkan atas lambatnya perpindahan ion dr kompleks tak larut yg
terbentuk dgn resin
Proses pelepasan akan berlangsung terus dan pelepasan tergantung pd pH
dan konsentrasi total elektrolit dlm saluran cerna
Laju pelepasan di pengaruhi oleh ukuran parikel resin
Pemakaian resin sbg ion pengganti hanya dpt digunakan untuk obat yg
terionkan dan hanya terikat dlm jumlah ion yg terbatas, obat yg dosisnya
kecil
b. Kompleks lain yg sukar larut
Walaupun kompleks tdk larut, dgn adanya elektrolit maka zat aktif dpt di
lepaskan
Kelarutan di pengauhi oleh pH llingkungan, pelepasan pd umumya meningkat
jika pH menurun
Sediaan Dengan Aksi
Dipertahankan Parenteral

Formulasi ini dimungkinkan untuk mempertahankan dosis obat efektif selama


beberapa hari bahkan beberapa minggu.
Formulasi diinjeksikan ke dalam dasar otot dan jaringan subkutan tubuh
kemudian terlepas secara sangat pelan dengan cara kimia atau fisika.
Metode Kimia
Metode ini didasarkan pada penurunan kelarutan
bahan obat dalam pelarutan obat, misalnya pada
injeksi intramuskular benzilpenisilin-G. Na
menyebabkan konsentrasi plasma maksimal tercapai
jam sehingga kosentrasi ini menurun dengan cepat.
Dengan menggunakan garam protein yang kurang
larut dicapai harga konsentrasi plasma maksimal yang
dipertahankan selama 12-24 jam.
Metode Teknologi Farmasetika

1. Resorpsi larutan air umumnya cepat jadi untuk


resorpsi yang diperlama digunakan minyak sebagai
pelarut.
2. Peningkatan viskositas
3. Penggunaan adsorbensia pembentuk kompleks

Anda mungkin juga menyukai